ml
.ht
ng
nta
-t e
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN
21
REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
-20
NOMOR 89 TAHUN 2021
TENTANG
un
PENJENJANGAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH
h
-ta
89
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
r-
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA
mo
no
DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA,
-
-rb
an
Instansi Pemerintah;
ww
//w
ml
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan
.ht
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851);
ng
3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang
nta
Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik
-t e
Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran
21
Negara Republik Indonesia Nomor 4916;
-20
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
un
2014 Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik
h
-ta
Indonesia Nomor 5494);
89
5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
r-
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
mo
Indonesia Tahun 2014 Nomor 125, Tambahan Lembaran
no
Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana
-
-rb
ml
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 1249);
.ht
ng
MEMUTUSKAN:
nta
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
-t e
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI TENTANG
21
PENJENJANGAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH.
-20
BAB I
un
KETENTUAN UMUM
h
-ta
89
Pasal 1
r-
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Penjenjangan Kinerja mo
adalah proses penjabaran dan
no
penyelarasan sasaran strategis, indikator kinerja, dan
-
-rb
terukur.
/01
direncanakan.
om
program.
an
daerah.
a
ain
BAB II
.
Pasal 2
ps:
ml
pencapaian Kinerja organisasi.
.ht
(2) Penjenjangan Kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat
ng
(1) terdiri atas 5 (lima) tahapan, yaitu:
nta
a. menentukan Hasil (outcome) yang akan dijabarkan
-t e
dalam penjenjangan Kinerja;
21
b. menentukan faktor kunci keberhasilan (critical
-20
success factor);
c. menguraikan faktor kunci keberhasilan (critical
un
success factor) kepada kondisi antara sampai kondisi
h
-ta
paling operasional;
89
d. merumuskan Indikator Kinerja; dan
r-
e. menerjemahkan pohon Kinerja ke dalam komponen
mo
perencanaan dan Kinerja jabatan.
no
(3) Pedoman Penjenjangan Kinerja Instansi Pemerintah
-
-rb
Pasal 3
/pe
digunakan untuk:
/20
Kinerja individu;
b. penilaian Kinerja organisasi, unit kerja, dan individu;
a.c
BAB III
.
KETENTUAN PENUTUP
ww
//w
Pasal 4
ps:
diundangkan.
-5-
ml
pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya
.ht
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
ng
nta
-t e
Ditetapkan di Jakarta
21
pada tanggal 31 Desember 2021
-20
MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR
un
NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI
h
-ta
REPUBLIK INDONESIA,
89
r-
ttd
mo
no
TJAHJO KUMOLO
-
-rb
Diundangkan di Jakarta
an
np
DIREKTUR JENDERAL
/pe
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
/01
REPUBLIK INDONESIA,
/20
om
ttd
a.c
BENNY RIYANTO
an
ly
mu
LAMPIRAN
ml
PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN
.ht
APARATUR NEGARA DAN REFORMASI
ng
BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA
nta
NOMOR 89 TAHUN 2021
-te
TENTANG
21
PENJENJANGAN KINERJA INSTANSI
-20
PEMERINTAH
un
ah
BAB I
-t
89
PENDAHULUAN
or-
om
A. Latar Belakang b-n
Menciptakan organisasi berorientasi pada hasil adalah sebuah
-r
yang jelas dan terukur bagi organisasi, instansi pemerintah juga perlu
ps
dan efisien. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan
ml
memastikan desain program dan kegiatan berdampak pada pencapaian
.ht
tujuan organisasi. Hal tersebut karena apabila program/kegiatan yang
ng
dialokasikan tidak memiliki daya ungkit terhadap pencapaian
nta
tujuan/sasaran organisasi, maka anggaran yang digunakan untuk
-te
membiayai nya akan sia - sia, atau dengan kata lain telah terjadi
21
pemborosan anggaran.
-20
Dalam praktiknya memanfaatkan sumber daya aparatur dan
un
anggaran pemerintah secara efektif dan efisien bukanlah hal yang
ah
mudah. Sampai dengan saat ini, masih ditemukan di banyak kondisi
-t
89
instansi pemerintah, diantaranya (1) sebagian besar aparatur tidak
or-
memiliki kontribusi kinerja yang jelas bagi pencapaian kinerja organisasi;
om
serta (2) desain program/kegiatan tidak memiliki dampak/daya ungkit
b-n
bagi pencapaian tujuan organisasi. Kedua hal tersebut mengakibatkan
pemborosan anggaran yang terjadi selama bertahun-tahun lamanya.
-r
an
Dalam hal manajemen SDM, kinerja aparatur yang tidak jelas dan tidak
np
BAB II
ml
POHON KINERJA
.ht
ng
Pohon kinerja adalah alat bantu bagi organisasi untuk mengawal
nta
struktur logika sebab-akibat atas berbagai kondisi yang diperlukan
-te
organisasi dalam menghasilkan outcome yang diinginkan. Menyusun pohon
21
kinerja sebenarnya seperti mengurai rute atau jalur kinerja yang secara logis
-20
dianggap paling terkait dan dibutuhkan dalam pencapaian outcome yang
un
diinginkan. Melalui pohon kinerja, instansi pemerintah diharapkan dapat
ah
mengenali rute logika yang dapat memandu dalam menemukan strategi dan
-t
89
alternatif solusi baru dalam mencapai kinerja.
or-
Secara teoretis, konsep pohon kinerja mengadopsi konsep model logis
om
(logic model) yang merupakan salah satu pendekatan perencanaan yang
b-n
sering digunakan untuk menganalisis proses/tahapan logis yang diperlukan
-r
(Poister,2003)
20
m/
Tahapan kondisi ini membentuk sebuah alur logis yang tersistem yang sering
dinamai dengan rantai nilai (value chain), yang model sederhananya terdiri
://w
dari input, proses, output, outcome. Input merupakan besaran sumber daya
ps
baik barang maupun jasa. Proses merupakan aktivitas atau upaya yang
-9-
ml
barang/jasa yang dihasilkan oleh sebuah organisasi dalam rangka mencapai
.ht
outcome. Sedangkan outcome adalah hasil dari berfungsinya output.
ng
nta
Tabel 1. Contoh Aktivitas Output dan Outcome
-te
Aktivitas Output Outcome
21
Menulis Tulisan / buku Buku dibaca
-20
Menjahit Pakaian Pakaian digunakan
un
Patroli keamanan Wilayah yang Aman/ tertib/ tidak ada
ah
dilakukan patroli kejahatan
-t
89
keamanan
or-
Pembangunan jalan Jalan terbangun Kelancaran
om
b-n mobilitas/akses terbuka
Skema di atas adalah skema paling sederhana dari sebuah model logis.
-r
an
Dari skema tersebut dapat diketahui bahwa outcome dapat dihasilkan jika
np
output berfungsi dan tepat. Selain itu, yang paling harus dipahami adalah
me
bervariasi, dan lebih Panjang. Sebuah model logis dari sebuah program
ml
seringkali membutuhkan tahapan kondisi yang lebih panjang. Setiap output
.ht
pun, tidak selalu langsung menghasilkan outcome yang diinginkan. Terdapat
ng
kondisi antara output dan outcome yang ingin dicapai, kondisi antara
nta
tersebut sering disebut juga dengan outcome antara (intermediate outcome),
-te
dan outcome pendahuluan (initial/immediate outcome).
21
Gambar 2. Tahapan Outcome dalam logic model
-20
un
ah
-t
89
or-
om
-rb-n
an
np
Selain itu, sebuah outcome juga biasanya juga dihasilkan oleh lebih
me
dari satu output. Sehingga bentuk dari logic model bukanlah sebuah model
/pe
yang linear.
/01
pemerintah adalah mengubah alur berpikir logis dari sebuah skema model
://w
logis, yang awalnya dimulai dari input dan berakhir pada outcome, menjadi
dimulai dari outcome yang diinginkan dan berakhir pada input, sebagaimana
ps
htt
ml
.ht
ng
nta
-te
Dalam sebuah organisasi, setidaknya dikenal 3 level kinerja (sasaran
21
kinerja), yaitu sasaran/kinerja level strategis (strategic objectives),
-20
sasaran/kinerja level taktis (tactical objectives), dan sasaran/kinerja level
un
operasional (operational objectives).
ah
Gambar 5. Levelling of Objective
-t
89
or-
om
Strategic
Objectives
-r b-n
Tactical
an
Objectives
np
me
Operational
/pe
Objectives
/01
22
20
ml
yang berbeda.
.ht
Piramida di atas juga menunjukkan bahwa seharusnya kinerja
ng
strategis diisi oleh kondisi final outcome/longer term outcome, kinerja taktis
nta
diisi oleh outcome antara (intermediate outcome/initial outcome), dan kinerja
-te
operasional diisi oleh output - output. Semakin ke bawah jenjang sebuah
21
organisasi, maka kinerja nya akan semakin teknis/operasional,
-20
Outcome/hasil tersebut harus dihasilkan dari serangkaian proses
un
keputusan strategis yang melibatkan para pimpinan instansi pemerintah.
ah
Tentunya, statement outcome/hasil tersebut harus sesuai dengan isu
-t
89
strategis, mandate, dan alasan keberadaan organisasi.
or-
Skema yang terlihat pada gambar 6 akan lebih mengarahkan instansi
om
pemerintah untuk menetapkan desain program/kegiatan (proses) yang lebih
b-n
berfungsi, tepat, dan bermanfaat bagi pencapaian outcome/hasil. Instansi
pemerintah akan mendapatkan gambaran utuh atas kondisi-kondisi yang
-r
an
tercapai. Apabila hal ini terwujud, maka input yang akan digunakan akan
me
pohon kinerja level organisasi, pohon kinerja level unit organisasi, pohon
20
ideal. Prinsip tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu prinsip umum, dan
lya
prinsip penyusunan.
u
am
ain
.
ww
://w
ps
htt
- 13 -
ml
.ht
ng
nta
-te
21
-20
un
-tah
89
or-
om
b-n
A. Prinsip-prinsip Umum Membangun Pohon Kinerja
-r
masalah yang tepat tentu penyusunan pohon kinerja harus didasari pada
.co
yang andal.
lya
ml
Contoh: Indonesia akan menghadapi bonus demografi pada
.ht
tahun 2030-2040 yang berarti bahwa usia produktif (berusia 15-
ng
64 tahun) lebih besar dibandingkan penduduk usia tidak
nta
produktif (berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada
-te
periode tersebut, penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64
21
-20
persen dari total jumlah penduduk yang diproyeksikan sebesar
297 juta jiwa. Agar Indonesia dapat memetik manfaat maksimal
un
ah
dari bonus demografi, ketersediaan sumber daya manusia usia
-t
produktif yang melimpah harus diimbangi dengan peningkatan
89
kualitas dari sisi pendidikan dan keterampilan, termasuk
or-
kaitannya dalam menghadapi keterbukaan pasar tenaga kerja.
om
Selanjutnya dalam penyusunan pohon kinerja, bonus demografi
b-n
ini perlu dipertimbangkan menjadi kesempatan (opportunity)
-r
ml
mencari alternatif kondisi/solusi lain di luar rutinitas atau eksisting.
.ht
7. Materialitas, yakni suatu pohon kinerja harus diisi oleh kondisi-
ng
kondisi yang penting, strategis, dan paling berdampak. Apabila
nta
organisasi dihadapkan pada keterbatasan sumber daya yang
-te
membuatnya harus menentukan pilihan dari berbagai solusi yang
21
dihasilkan dari pohon kinerja, maka pilihan solusi harus dijatuhkan
-20
pada yang paling penting, strategis, dan berdampak.
un
ah
-t
89
or-
om
-rb-n
an
np
me
/pe
/01
22
20
m/
.co
na
ulya
am
. ain
ww
://w
ps
htt
- 16 -
BAB III
ml
TAHAPAN PENJENJANGAN KINERJA
.ht
ng
Setelah memahami tentang pohon kinerja dan model logis, instansi
nta
pemerintah diharapkan lebih memiliki pemahaman dasar tentang tahapan
-te
penjenjangan kinerja. Hal ini karena penyusunan pohon kinerja akan
21
-20
menjadi dasar dalam penjenjangan kinerja instansi pemerintah. Untuk
menyusun penjenjangan kinerja, terdapat serangkaian tahapan yang perlu
un
dilakukan oleh instansi pemerintah. Karena ini merupakan tahapan, maka
-tah
seharusnya instansi pemerintah tidak melewati satu tahapan dan ‘lompat’ ke
89
tahapan lainnya. Secara umum, terdapat 5 tahapan yang perlu dilalui
or-
sebagaimana yang terlihat pada gambar di bawah ini. Tahap I sampai dengan
om
Tahap IV adalah tahap penyusunan pohon kinerja. Tahap V adalah tahap
b-n
untuk menerjemahkan pohon kinerja dalam komponen perencanaan dan
-r
struktur organisasi.
an
np
me
POHON KINERJA
am
ain
.
ww
://w
ps
htt
- 17 -
ml
TAHAP 1 Tentukan outcome/hasil yang akan dijabarkan
.ht
ng
nta
Tahap pertama dari penyusunan pohon kinerja adalah menetapkan
-te
outcome/hasil yang akan dijabarkan dalam pohon kinerja. Penentuan
21
outcome/hasil apa yang akan dijabarkan memerlukan kesepakatan bersama,
-20
khususnya dari para penentu keputusan strategis, karena akan
un
mempengaruhi bangunan kinerja instansi nya. Identifikasi ini seharusnya
ah
dilakukan berdasarkan pada bukti (evidence) maupun data yang andal dan
-t
89
valid. Identifikasi outcome ini juga harus terkait dengan hal-hal yang bersifat
or-
faktual/empiris ataupun berdasarkan isu strategis yang terjadi dan bukan
om
hanya berdasarkan perkiraan semata. b-n
Outcome/hasil tingkat instansi harus menggambarkan outcome/hasil
-r
dan/atau stakeholder.
.ain
ww
://w
ps
htt
- 18 -
ml
.ht
Contoh. Outcome/Hasil strategis sesuai mandat tugas dan fungsi:
ng
Sebagai contoh, kinerja dari sektor pengawasan. Salah satu mandat
nta
instansi sektor pengawasan adalah melakukan pengawasan atas efektivitas
-te
pengendalian internal suatu instansi. Maka kinerja atas mandat tersebut
21
adalah “Meningkatnya efektivitas pengendalian internal Instansi
-20
Pemerintah” dengan indikator kinerja “Tingkat Maturitas SPIP”.
un
-t ah
89
Contoh. Outcome/Hasil strategis berdasarkan permasalahan yang
or-
dihadapi:
om
Pada kota-kota besar, salah satu isu/permasalahan yang nyata terjadi
b-n
adalah terkait dengan Kemacetan Lalu Lintas. Karena hal tersebut dapat
-r
mudah, cepat, dan transparan, serta bebas dari pungutan diluar tarif
u
am
yang telah ditetapkan dalam peraturan. Maka kinerja dari sektor tersebut
ain
ml
satu outcome/hasil/kinerja dan tidak menggabungkan beberapa isu menjadi
.ht
satu pohon kinerja. Sebagai contoh, peningkatan pertumbuhan ekonomi
ng
adalah satu isu. Peningkatan kesejahteraan masyarakat adalah satu isu.
nta
Peningkatan pertumbuhan ekonomi dan kesejahetraan masyarakat adalah
-te
dua isu. Akan sulit untuk mengurai peningkatan pertumbuhan ekonomi dan
21
kesejahteraan masyarakat dalam satu pohon kinerja karena penjabaran nya
-20
akan berbeda.
un
ah
-t
TAHAP 2 Identifikasi Critical Success factor yang dibutuhkan untuk
89
mencapai kinerja/ outcome strategis
or-
om
b-n
Setelah instansi pemerintah menetapkan outcome/hasil yang harus
-r
gambar 4)
m/
CSF adalah area atau aspek-aspek kunci dan kritis yang berpengaruh
.
ww
ml
meminta pendapat para ahli, serta mengambil teori-teori yang relevan.
.ht
Beberapa pertanyaan dapat diajukan untuk mendapatkan CSF seperti
ng
“apa saja yang harus ada/diperlukan agar outcome/kinerja tercapai?”
nta
“Bagaimana agar kinerja/outcome terwujud?” “Apa kondisi prasyarat yang
-te
harus ada agar outcome terealisasi?”
21
Dalam menjawab pertanyaan tersebut dan agar model logis yang
-20
disusun berkualitas baik, maka terdapat beberapa hal yang perlu dilakukan,
un
antara lain:
ah
1) Tetapkan CSF yang menggambarkan isu/permasalahan yang
-t
89
benar-benar terjadi (factual problem);
or-
2) Tetapkan CSF yang juga menggambarkan kebutuhan mencapai
om
outcome/kinerja di masa yang akan datang (antisipatif);
b-n
3) Tetapkan CSF dengan mempertimbangkan perubahan lingkungan;
4) Identifikasi CSF harus dilakukan secara holistic, tidak tersekat
-r
an
urusan;
np
2). Bottleneck jalan; 3). Jalan yang rusak; 4). Pelanggaran oleh
na
sembarangan;
u
am
ain
gambar/diagram.
- 21 -
ml
(1) Keadaan (baik maupun buruk), serta (2) Persyaratan. Karena kondisi
.ht
merupakan keadaan maupun persyaratan, maka seringkali penjelasan atas
ng
kondisi disertai dengan kata sifat atau keterangan. Dalam hal ini untuk
nta
memahami lebih lanjut apa yang disebut dengan kondisi, terdapat beberapa
-te
contoh dan ilustrasi yang digunakan.
21
-20
Tabel 2. Perbedaan Kondisi Baik dan Kondisi Buruk
un
Kondisi Baik Kondisi Buruk
ah
Ekonomi semakin stabil Kesehatan semakin menurun
-t
89
Kurs Rupiah Menguat Infrastruktur Rusak berat
or-
Produksi Padi Meningkat Produksi Pupuk Menurun
om
b-n
Dalam contoh Faktor-faktor yang mempengaruhi menurunnya
kemacetan, maka perlu untuk menyesuaikan kondisi seluruh CSF tersebut
-r
an
kendaraan lintas
m/
jalan
na
sesuai aturan
u
am
Tata kota tidak sesuai peruntukan Terciptanya penataan kota yang baik
. ain
ww
://w
ps
htt
- 22 -
ml
.ht
ng
nta
-te
21
-20
un
ah
-t
Penjelasan dari gambar 8 di atas adalah bahwa outcome “menurunnya
89
kemacetan lalu lintas” dapat dicapai melalui perwujudan setidaknya lima
or-
kondisi antara, yaitu ‘meningkatnya kapasitas jalan dibanding kendaraan’,
om
‘menurunnya pelanggaran berlalu lintas’, ‘meningkatnya kualitas jalan raya’,
b-n
‘berkurangnya parkir liar’, dan ‘terciptanya penataan kota yang baik’.
-r
an
np
Contoh 2. Pada daerah yang berciri khas agraris, salah satu isu
me
ml
.ht
ng
nta
-te
21
-20
un
ah
-t
89
or-
om
Mencari CSF tidak sama dengan mengklaster atau mengelompokkan.
b-n
Mencari CSF adalah mencari faktor-faktor kunci yang mempengaruhi
-r
kecil. Di bawah ini adalah ilustrasi antara mencari CSF dengan mengklaster
/pe
kinerja.
/01
menggunakan teknologi
Holtikultura
u
pertanian terbaru
am
Palawija
ww
yang unggul
://w
Perkebunan
pertanian
htt
- 24 -
ml
yang lebih kecil membuat instansi pemerintah tidak mendapatkan alternatif
.ht
solusi/strategi yang dibutuhkan untuk mencapai kinerja. Klasterisasi seperti
ng
membagi habis menjadi kelompok-kelompok kecil, dan bukan mencari akar
nta
masalah serta solusi yang diperlukan.
-te
21
TAHAP 3 Uraikan Critical Success Factor kepada Kondisi-Kondisi
-20
Antara Sampai kepada Kondisi Paling Teknis/Operasional
un
ah
CSF yang telah diidentifikasi dan diterjemahkan dalam kalimat kondisi
-t
89
merupakan dasar bagi proses penjabaran kondisi-kondisi perlu lainnya.
or-
Proses penjabaran-nya sama seperti ketika mengidentifikasi key success
om
factor dan menerjemahkannya menjadi kondisi yang diperlukan untuk
b-n
pencapaian outcome. Gunakan logika “sebab-akibat” atau “jika-maka”, atau
gunakan pertanyaan “kondisi apa yang diperlukan agar CSF dapat
-r
an
antara
20
m/
ml
antaranya dengan menggunakan pertanyaan “kondisi apa yang diperlukan
.ht
agar CSF terwujud?”
ng
nta
Tabel 4. Menjabarkan CSF Ke Kondisi yang Diperlukan
-te
CSF Kondisi Yang diperlukan
21
Meningkatnya • Kendaraan di jalan raya berkurang
-20
kapasitas jalan • Panjang atau lajur kendaraan di jalan
un
dibanding kendaraan bertambah
ah
• Proyek pembangunan jalan/galian dilakukan
-t
89
bukan pada jam sibuk
or-
Menurunnya • Pemahaman masyarakat tentang rambu lalu
om
pelanggaran berlalu lintas meningkat b-n
lintas • Alat dan sarana prasarana memadai dan
-r
berjalan
me
• Dll
/pe
jalan
20
liar • Dll
.co
dengan RTRW
am
• Dll
. ain
ww
ml
komponen perencanaan
.ht
Ketika menyusun pohon kinerja, instansi pemerintah seharusnya tidak
ng
tergesa untuk langsung menghubungkan atau menamai pohon kinerja
nta
dengan komponen perencanaan (visi-misi-tujuan-sasaran-program-
-te
sasaran program-kegiatan-sasaran kegiatan)
21
b) Identifikasi kondisi antara tanpa menghubungkannya terlebih dahulu
-20
dengan struktur organisasi existing
un
Ketika menyusun pohon kinerja, instansi pemerintah seharusnya tidak
ah
mendasari pada struktur organisasi yang ada. Hal tersebut karena
-t
89
dimungkinkan struktur organisasi yang ada tidak sesuai dengan
or-
kebutuhan untuk mencapai kinerja. Selain itu, ketika proses
om
penyusunan, instansi pemerintah tidak seharusnya tergesa-gesa untuk
b-n
mendistribusikan suatu kondisi/kinerja dengan hierarki organisasi
(missal: Kondisi A untuk tingkat Pemda, Kondisi B untuk tingkat Eselon
-r
an
I, dll).
np
anggaran existing
.co
dalam DIPA/DPA
u
am
kinerja yang kompleks, maka setiap unit organisasi maupun satuan kerja
://w
atasnya.
- 27 -
ml
organisasi lain (crosscutting)
.ht
Instansi pemerintah perlu memahami bahwa sebuah pohon kinerja tidak
ng
selalu hanya terkait pada satu urusan/bidang saja. Sangat
nta
dimungkinkan sebuah pohon kinerja memerlukan keterlibatan
-te
urusan/bidang lain untuk menangani outcome/kondisi antara yang
21
mempengaruhi pencapaian outcome final. Jika hal ini ditemukan ketika
-20
penyusunan, instansi pemerintah tidak boleh mengeliminasi kondisi
un
antara tersebut ‘dan tetap harus menjadi bagian dari sebuah pohon
ah
kinerja. Namun demikian, instansi pemerintah perlu mengidentifikasi
-t
89
dan menandai kondisi tersebut untuk selanjutnya dikoordinasikan
or-
secara lebih lanjut.
om
g) Identifikasi adanya redundansi
b-n
Instansi Pemerintah perlu mengidentifikasi kemungkinan redundansi
atau kondisi yang dituangkan berulang kali dalam suatu pohon kinerja.
-r
an
akibat
me
kinerja.
m/
mempengaruhi kinerja
na
eliminasi/dihilangkan
://w
ps
htt
- 28 -
ml
TAHAP 4
.ht
Lengkapi dengan Indikator Kinerja
ng
nta
-te
Apabila variabel yang mempengaruhi pencapaian outcome telah cukup
21
dijabarkan, maka langkah selanjutnya adalah melengkapi setiap variabel
-20
dengan indikatornya masing – masing. Indikator harus mampu
un
menggambarkan pencapaian kinerja pencapaian kinerja suatu kegiatan,
ah
program atau sasaran dan tujuan dalam bentuk keluaran (output), hasil
-t
(outcome), dampak (impact), dan terukur.
89
Indikator yang baik yaitu indikator yang memenuhi kriteria SMART,
or-
yakni Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan Timebound.
•
om
Specific berarti bahwa indikator tersebut harus menunjukkan
b-n
kondisi yang spesifik, tidak bias, atau bermakna ganda.
-r
an
ml
.ht
ng
nta
-te
21
-20
un
ah
-t
89
or-
om
-r b-n
an
POHON KINERJA
20
Menurunnya
m/
kemacetan
IK : Level of Service
.co
na
Terlaksananya Terlaksananya
ps
ml
POHON KINERJA
.ht
Menurunnya
ng
kemiskinan
IK : Angka Kemiskinan
nta
-te
21
Menurunkan Peningkatan daya beli Meningkatkan CSF lainnya
pengangguran pemeratan pendidikan
-20
IK : Tkt pengangguran IK : Indeks keyakinan IK : Rata-rata lama Indikator kinerja: ...
terbuka konsumen sekolah
un
-t ah
Menurunkan pddk Meningkatkan daya
putus sekolah tampung sekolah
89
IK : Angka putus IK : Rasio daya
or-
sekolah tampung sekolah
om
Meningkatkan partisipasi
Meningkatkan akses
b-n
pendidikan penduduk pendidikan nonformal
miskin IK : % pddk putus sekolah
-r
ke setiap jabatan dalam struktur organisasi, yang akan dibahas pada bab
lya
selanjutnya. Lebih lanjut, pohon kinerja ini juga dapat dijadikan dasar
u
BAB IV
MENERJEMAHKAN POHON KINERJA KEDALAM KOMPONEN
ml
PERENCANAAN DAN KINERJA JABATAN
.ht
ng
nta
Tahapan selanjutnya dalam penjenjangan kinerja adalah
-te
menerjemahkan pohon kinerja yang sudah dilengkapi dengan indikator
21
kepada komponen perencanaan strategis. Proses penerjemahan ini adalah
-20
penting dalam penjenjangan kinerja karena akan mempengaruhi distribusi
un
kinerja kepada unit-unit organisasi dan setiap jabatan dalam struktur
ah
organisasi.
-t
Variabel – variabel kinerja beserta indikator nya yang telah disusun
89
or-
dalam pohon kinerja, kemudian dijabarkan ke dalam komponen
om
perencanaan, yaitu dengan menentukan variabel mana yang akan menjadi
tujuan, sasaran strategis, sasaran program, maupun sasaran kegiatan.
b-n
-r
an
diantaranya:
ain
ml
.ht
ng
nta
-te
21
-20
un
ah
-t
89
B. Satu kotak dapat menjadi lebih dari satu komponen (baik vertikal
or-
maupun horizontal)
om
Satu kotak pohon kinerja juga dapat diterjemahkan dalam lebih
b-n
dari satu komponen perencanaan, sebagaimana terlihat pada ilustrasi
-r
Perencanaan
/pe
/01
22
20
m/
.co
na
ulya
am
. ain
ml
.ht
ng
nta
-te
21
-20
un
ah
-t
89
or-
Selanjutnya, teknis menuangkan pohon kinerja ke komponen
om
perencanaan dan mendistribusinya ke jabatan dalam struktur organisasi
dapat mengikuti langkah-langkah berikut:
b-n
-r
Menuangkan Pohon
/pe
Kinerja Ke
Perencanaan
/01
Mendistribusi Kinerja
20
Ke Setiap Jabatan
m/
.co
na
pohon kinerja ke 3 (tiga) level kinerja, yaitu level kinerja strategis, level
.
ml
gambar 12 Bab III pedoman ini :
.ht
Gambar 18. Contoh klasifikasi level kinerja sederhana
ng
POHON KINERJA
nta
Level Kinerja
Menurunnya
-te
kemiskinan
21
Kinerja Strategis
-20
Peningkatan daya Meningkatkan Menurunkan
beli pemeratan pendidikan pengangguran
un
-t ah
Menurunkan pddk Meningkatkan daya
putus sekolah tampung sekolah
89
or-
Kinerja Taktikal
om
pendidikan penduduk partisipasi pendidikan
miskin b-n nonformal
-r
tingkat nasional,
m/
tingkat Kementerian/Lembaga,
u
ml
beberapa hal sebagai berikut:
.ht
1. Prinsip-prinsip menuangkan pohon kinerja kepada komponen
ng
perencanaan yang telah dijelaskan sebelumnya
nta
2. Skema dalam menuangkan level kinerja ke dalam dokumen
-te
perencanaan dan perjanjian kinerja tiap jabatan, seperti yang
21
ditampilkan dalam gambar 19 dibawah
-20
3. Peraturan terkait penetapan program dan kegiatan
un
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah
ah
4. Mandat dan ruang lingkup tugas jabatan
-t
89
Gambar 19. Skema penuangan pohon kinerja ke komponen
or-
perencanaan dan kinerja jabatan
PEMERINTAH DAERAH
om KEMENTERIAN/LEMBAGA
b-n
Kinerja Komponen Level Komponen Kinerja
-r
Jabatan Perencanaan Kinerja Perencanaan Jabatan
an
Kinerja Strategis
np
Pemda (Ultimate
Outcome)
/pe
Outcome)
20
subsektor/ Tujuan/Sasaran
PK Eselon III Sasaran Program Kinerja Unit Kerja; PK Eselon I
.co
Kinerja
PK/SKP Sasaran Kegiatan Manajerial Sasaran Kegiatan
u
Jafung (Immediate
am
Outcome)
PK Eselon II
ain
ml
Pemerintah Daerah, sehingga pembahasan teknis dalam menuangkan
.ht
pohon kinerja ke komponen perencanaan dan kinerja jabatan pada
ng
pedoman ini akan dibedakan antara Kementerian/Lembaga dan
nta
Pemerintah Daerah, namun dengan menggunakan contoh pohon kinerja
-te
yang sama dalam gambar 12 Bab III terkait permasalahan kemiskinan.
21
A. Langkah-Langkah Menuangkan Pohon Kinerja kepada Komponen
-20
Perencanaan Kementerian/Lembaga
un
ah
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, tahapan awal dalam
-t
menuangkan pohon kinerja ke dalam komponen perencanaan dan kinerja
89
jabatan adalah dengan terlebih dahulu mengklasifikasi pohon kinerja
or-
menjadi kinerja strategis, kinerja taktikal, dan kinerja operasional. Telah
om
dijelaskan pula bahwa kinerja strategis dapat diurai menjadi beberapa b-n
jenis dan tingkatan kinerja strategis. Gambar berikut adalah contoh
-r
Level Kinerja
Menurunnya
22
kemiskinan
20
beli pengangguran
.co
na
Meningkatkan
pemeratan pendidikan
lya
Meningkatkan
am
Aksesibilitas pendidikan
ain
ml
Kementerian/Lembaga menuangkan pohon kinerja ke komponen
.ht
perencanaan dan kinerja tiap level jabatan, dengan langkah-langkah
ng
sebagai berikut:
nta
1. Menetapkan Kinerja Strategis Sektor sebagai Tujuan dan Sasaran
-te
dalam Perencanaan Strategis Kementerian/Lembaga
21
Perencanaan strategis menggambarkan peran penting dan strategis
-20
suatu instansi pemerintah dan menjelaskan alasan keberadaan
un
(eksistensi) instansi tersebut. Dalam perencanaan strategis, diuraikan
ah
hasil yang ingin dicapai instansi pemerintah dalam 5 (lima) tahun
-t
89
kedepan serta strategi-strategi penting yang akan dilakukan agar hasil
or-
yang direncanakan dapat dicapai sesuai harapan. Oleh karena itu,
om
penentuan tujuan dan sasaran dalam perencanaan strategis harus
b-n
mengacu pada kinerja strategis Instansi Pemerintah.
Kementerian/Lembaga yang berperan dalam peningkatan kualitas
-r
an
Pendidikan
. ain
ml
Strategis dalam Perencanaan Strategis Unit Kerja, dan sebagai Sasaran
.ht
Program Unit Kerja dalam Perencanaan Anggaran.
ng
Dalam menetapkan Tujuan dan Sasaran Strategis Unit Kerja, perlu
nta
memperhatikan peran strategis yang menggambarkan alasan keberadaan
-te
suatu unit kerja. Metode yang digunakan dalam menjabarkan (cascade)
21
kinerja unit kerja dapat menggunakan prinsip-prinsip dalam
-20
menerjemahkan kinerja ke komponen perencanaan yang telah dijelaskan
un
sebelumnya.
ah
Selanjutnya dalam proses perencanaan anggaran,
-t
89
Kementerian/Lembaga menetapkan program dengan mengacu pada
or-
peraturan/pedoman yang diatur oleh Kementerian PPN/Bappenas dan
om
Kementerian Keuangan, yang juga mengharuskan adanya sasaran program,
b-n
indikator, dan targetnya. Dalam tahapan ini, Kementerian/Lembaga
menuangkan kinerja strategis unit kerja sebagai sasaran dan indikator
-r
an
Program
22
Anggaran : Rp.000,-
u
am
ain
ml
immediate outcome. Sebagai contoh dalam pohon kinerja pada Gambar 20
.ht
diatas, terkait level kinerja manajerial “Meningkatnya Partisipasi Penduduk
ng
Putus Sekolah SD pada Sekolah Nonformal” dengan indikator kinerja
nta
“Persentase penduduk putus sekolah SD yang melanjutkan pendidikan
-te
pada program Kejar Paket A sampai tamat” adalah Immediate Outcome yang
21
ditetapkan sebagai sasaran kegiatan.
-20
Langkah selanjutnya dalam menuangkan pohon kinerja kepada
un
komponen perencanaan adalah dengan menetapkan keluaran (output) yang
ah
harus diselesaikan dalam rangka pencapaian kinerja. Berikut contoh
-t
89
menuangkan kinerja manajerial dan operasional dari pohon kinerja ke
or-
perencanaan penganggaran.
om
Tabel 7. Contoh Menetapkan Kinerja Taktikal dan Operasional Sebagai
b-n
Sasaran Kegiatan dan Output Kegiatan
Nama Kegiatan : Pengelolaan Dana BOP
-r
an
Anggaran : Rp.000,-
na
ulya
Kinerja strategis perlu diurai menjadi beberapa jenis dan tingkatan kinerja
- 40 -
strategis. Gambar berikut adalah contoh klasifikasi level kinerja dari pohon
ml
kinerja pengentasan kemiskinan di daerah.
.ht
Gambar 21. Contoh Klasifikasi Level Kinerja Pemerintah Daerah
ng
POHON KINERJA
nta
Level Kinerja
Menurunnya
-te
kemiskinan
21
Kinerja Strategis Daerah
Peningkatan daya Meningkatkan Menurunkan
-20
beli pemeratan pendidikan pengangguran
un
ah
Kinerja Urusan/Suburusan Meningkatkan
Aksesibilitas pendidikan
-t
89
Menurunkan pddk Meningkatkan daya
or-
Kinerja Taktikal putus sekolah tampung sekolah
om
Meningkatkan akses b-n Meningkatkan
pembiayaan pendidikan partisipasi pendidikan
Kinerja Taktikal
penduduk miskin nonformal
-r
an
yang ingin dicapai instansi pemerintah dalam 5 (lima) tahun kedepan serta
am
dapat dicapai sesuai harapan. Oleh karena itu, penentuan tujuan dan
.
ww
sasaran dalam RPJMD harus mengacu pada kinerja strategis daerah yang
://w
Tabel 8. Contoh Tujuan dan Sasaran RPJMD yang Ditetapkan dari Pohon
ml
Kinerja
.ht
Tujuan Indikator Tujuan Target
ng
nta
Menurunnya Angka Kemiskinan X5
Kemiskinan
-te
21
Sasaran Strategis Indikator Sasaran n.I n.II n.III n.IV n.V
-20
Meningkatnya Rata-rata lama X1 X2 X3 X4 X5
un
Pemerataan sekolah
ah
Pendidikan
-t
89
Indikator kinerja tujuan dan sasaran contoh diatas sebelumnya sudah
or-
ditetapkan dalam penyusunan pohon kinerja. Sedangkan target ditetapkan
om
dengan mempertimbangkan kondisi awal periode perencanaan dan kondisi
b-n
yang diharapkan terjadi pada periode akhir perencanaan.
-r
an
Kegiatan
u
am
peraturan yang diatur oleh Kementerian Dalam Negeri. Agar program dan
.
ww
ml
kinerja manajerial pada pohon kinerja ke program dan kegiatan, sasaran
.ht
program, sasaran kegiatan, indikator program dan indikator kegiatan:
ng
Tabel 9. Contoh Menetapkan Kinerja Taktikal Sebagai Sasaran Program
nta
dan Kegiatan
-te
Nama Program : Pengelolaan Pendidikan
21
Sasaran Program : Menurunnya penduduk putus sekolah
-20
Indikator Program : Angka Putus Sekolah SD
un
ah
Target Program : xxx
-t
Nama Kegiatan : Pengelolaan Pendidikan Nonformal/Kesetaraan
89
or-
Sasaran Kegiatan : Meningkatnya partisipasi Pendidikan nonformal
om
Indikator Kegiatan : Persentase penduduk putus sekolah yang
melanjutkan pendidikan pada program Kejar
b-n
Paket A/B/C sampai tamat
-r
an
Anggaran : Rp.000,-
me
/pe
ml
Subkegiatan
.ht
Nama Subkegiatan : Pengelolaan dana BOP Sekolah
ng
Nonformal/Kesetaraan
nta
Sasaran Subkegiatan : Tersalurkannya dana BOP ke Lembaga
-te
Pendidikan Nonformal
21
Indikator Subkegiatan : Jumlah Lembaga Nonformal yang
-20
menerima dan mengelola dana BOP
un
Target Subkegiatan : xxx
ah
-t
Anggaran : Rp.000,-
89
or-
C. Langkah-langkah mendistribusi pohon kinerja ke setiap jabatan
om
Pendistribusian kinerja dari pohon kinerja ke setiap jabatan pada
b-n
struktur organisasi instansi pemerintah dengan mengacu pada
-r
an
Kementerian/Lembaga
Distribusi kinerja dari pohon kinerja ke setiap jabatan mengacu pada
22
20
Kementerian/Lembaga:
na
Lembaga
u
Pemerintah Daerah
://w
(gambar 21). Berikut panduan dalam mendistribusi kinerja tiap jabatan pada
ml
Pemerintah Daerah:
.ht
a. Kinerja strategis daerah sebagai ukuran kinerja Kepala Daerah
ng
b. Kinerja strategis bidang urusan sebagai ukuran kinerja Kepala
nta
Perangkat Daerah
-te
c. Kinerja taktikal (intermediate outcome) sebagai kinerja Eselon III
21
d. Kinerja taktikal (immediate outcome) dan operasional (output
-20
aktivitas) sebagai kinerja Eselon IV/Jabatan Fungsional.
un
Dalam mendistribusikan pohon kinerja menjadi kinerja setiap jabatan
ah
pada suatu instansi pemerintah, perlu memperhatikan mandat dan ruang
-t
89
lingkup kerja setiap struktur jabatan. Sebagai contoh, kinerja “menurunnya
or-
penduduk putus sekolah” dalam struktur jabatan yang terbagi pada 2 (dua)
om
bidang, yaitu bidang pengelolaan Sekolah Dasar (SD), dan bidang
b-n
pengelolaan Sekolah Menengah Pertama (SMP), sehingga distribusi kinerja
menyesuaikan dengan masing-masing bidang, yaitu “menurunnya penduduk
-r
an
putus sekolah SD” untuk bidang yang menangani Sekolah Dasar, dan
np
BAB V
ml
PENUTUP
.ht
ng
Pemerintahan yang berorientasi hasil merupakan salah satu
nta
perwujudan dari pelaksanaan reformasi birokrasi. Reformasi dalam
-te
pengelolaan keuangan negara juga mengamanatkan terselenggaranya
21
penganggaran berbasis kinerja (performance based budgeting). Penggunaan
-20
uang negara tidak hanya berorientasi pada besarnya serapan anggaran
un
semata, namun juga diharapkan hasil dan manfaatnya dirasakan langsung
ah
oleh masyarakat atau stakeholder instansi pemerintah. Untuk
-t
89
mewujudkannya diperlukan komitmen setiap instansi pemerintah dan
or-
didukung setiap elemen dalam struktur organisasi instansi pemerintah.
om
Pedoman penjabaran kinerja instansi pemerintah menjadi panduan
b-n
instansi pemerintah dalam menetapkan kinerja utama dan ukurannya serta
-r
anggaran. Dengan demikian, ukuran kinerja setiap level jabatan dan ukuran
np
REPUBLIK INDONESIA,
.co
na
ttd
lya
u
am
TJAHJO KUMOLO
ain
.
ww
://w
ps
htt