Anda di halaman 1dari 12

KONSEP ASAS PERADILAN DILAKUKAN DENGAN SEDERHANA, CEPAT, DAN

BIAYA RINGAN DALAM KEKUASAAN KEHAKIMAN

THE CONCEPT OF JUDICIAL PRINCIPLES PERFORMED SIMPLE, FAST, AND LOW


COST IN JUDICIAL AUTHORITY

Disusun Oleh :
1. Muhammad Noor Fauzi (1910211110009)
2. Mi’rajussani Kartiwidana (1910211110064)
3. Muhammad Arif Rahman (1910211210075)
4. Muhammad Fachrurazi (1910211210131)
5. Rusmayudi Wardana (1910211310043)
6. Muhammad AlFarizi (1910211310060)
7. Muhammad Zulfan Raghibie (1910211210110)
8. Muhammad Wahyu Ardiyanto (1910211210127)

Abstrak

Kekuasaan kehakiman merupakan amanat yang tersurat dalam Undang-Undang Dasar


1945 dalam pasal 24 ayat 1, serta menjadi amanat yang tersirat di dalam makna Pancasila yaitu
guna mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Secara tegas dalam konstitusi
Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu UUD 1945 menyatakan bahwa Kekuasaan
“Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna
menegakkan hukum dan keadilan”. Dalam pelaksanaannya, kekuasaan kehakiman dilaksanakan
dengan memperhatikan asas-asas kekuasaan kehakiman yang menjadi pedoman pelaksanaan.
Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan merupakan salah satu dari beberapa
asas kekuasaan kehakiman. Adanya asas ini tentunya memiliki tujuannya tersendiri, secara umum
tujuan dari asas ini adalah agar pelaksanaan kekuasaan kehakiman dapat dilaksanakan dengan
lebih efektif dan optimal.

Kata Kunci : Kekuasaan Kehakiman, Asas, Peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan
Abstract

Judicial authority is a mandate that is stated in the 1945 Constitution in article 24 paragraph 1,
and is a mandate implied in the meaning of Pancasila, namely to realize social justice for all
Indonesian people. It is expressly stated in the Indonesian constitution the 1945 Constitution that
“the judicial authority is an independent power to administer the judiciary in order to uphold law
and justice”. In its implementation, judicial authority is exercised by taking into account the
principles of judicial authority which are the guidelines for implementation. Justice is carried out
simply, quickly, and at low cost is one of the several principles of judicial authority. The existence
of this principle of course has its own purpose, in general the purpose of this principle is so that
the implementation of judicial authority can be carried out more effectively and optimally.

Keywords: Judicial authority, Principles, Simple, fast and low cost justice

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menurut Kamus besar Bahasa Indonesia (KBBI) Asas merupakan Suatu kebenaran
yang menjadi pokok atau tumpuan berpikir (berpendapat dan sebagainya), sedangkan
menurut Satjipto Raharjo Asas adalah unsur yang penting dan pokok dari peraturan hukum.
Asas hukum merupakan jantung dari peraturan hukum karena asas hukum merupakan
landasan yang paling luas bagi lahirnya peraturan hukum. Asas hukum menjadi jembatan
antara peraturan-peraturan hukum dengan cita-cita sosial dan pandangan etis
masyarakatnya. Melalui asas hukum peraturan-peraturan berubah sifatnya menjadi bagian
dari suatu tatanan etis. Lalu menurut Van der Velden Asas hukum adalah tipe putusan
tertentu yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk menilai situasi atau digunakan
sebagai pedoman berperilaku. Asas hukum didasarkan atas satu nilai atau lebih yang
menentukan situasi yang bernilai yang harus direalisasi.
Dari pengertian di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa asas kekuasaan
kehakiman merupakan sebuah tumpuan berpikir yang menjadi pokok serta tolak ukur
dalam pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Adapun asas-asas kekuasaan kehakiman atau
yang biasa disebut dengan asas umum peradilan yang baik adalah sebagai berikut :
a. Asas kebebasan hakim
b. Asas hakim bersifat menunggu
c. Asas pemeriksaan berlangsung terbuka
d. Asas hakim aktif
e. Asas hakim bersifat pasif (tut wuri)
f. Asas kesamaan (audi et alteram partem)
g. Asas obyektivitas
h. Asas putusan disertai alasan
i. Asas tidak ada keharusan untuk mewakilkan
j. Asas beracara dikenakan biaya
k. Asas peradilan dilakukan “demi keadilan berdasarkan ketuhanan yang maha esa
l. Asas peradilan dilakukan dengan sederhana,cepat dan biaya ringan
m. Asas sususnan persidangan dalam bentuk majelis
n. Asas pemeriksaan dalam dua tingkat

Kekuasaan kehakiman di Indonesia dilaksanakan dengan berpedoman kepada asas-


asas yang telah disebutkan di atas.

Salah satu dari asas-asas kekuasaan kehakiman adalah asas peradilan dilakukan
dengan sederhana,cepat dan biaya ringan yang selanjutnya akan dibahas secara lebih rinci
di dalam tulisan ini.

B. Rumusan masalah
Yang menjadi pokok pembahasan dalam tulisan ini adalah :
1. Dasar hukum pelaksanaan peradilan dengan cara sederhana, cepat, dan biaya ringan
2. Pengertian dan Tujuan Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya
ringan
3. Implementasi Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan

II. PEMBAHASAN
A. Dasar hukum
Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi supremasi hukum.
Oleh sebab itulah kekuasaan kehakiman tidak hanya dirasa cukup diatur dalam UUD 1945
namun juga perlu dijabarkan lebih lanjut dalam undang-undang turunannya. Di Indonesia
kita mengenal Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman
sebagai dasar hukum lebih lanjut dari UUD 1945 yang mengatur tentang penyelenggaraan
kekuasaan kehakiman. Pada undang-undang inilah secara eksplisit disebutkan bahwa
peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana, dan biaya ringan. Asas tersebut disebutkan
dengan tegas pada Pasal 2 Ayat (4) yang kemudian menjadi dasar hukum dari
penyelenggaraan peradilan cepat, sederhana, dan biaya ringan itu sendiri.
Asas peradilan cepat dimaksudkan agar dalam penanganan perkara dapat
diselesaikan dalam waktu yang singkat, sehingga tidak perlu memakan waktu yang lama,
tidak bertele-tele, artinya proses peradilan tidak banyak ditunda atau diundur sehingga
diharapkan mengurangi kemungkinan perkara yang belum ada kepastian. Peradilan
sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efektif dan
efisien. Asas ini menjelaskan bahwa sederhana yang dimaksudkan tidak rumit, tidak
berbelit-belit dan tidak dipersulit. Kemudian yang dimaksud dengan biaya ringan adalah
biaya perkara yang dapat dijangkau oleh masyarakat, dengan tetap tidak mengesampingkan
ketelitian dan kecermatan dalam mencari kebenaran dan keadilan. Asas ini menjelaskan
bahwa proses peradilan tidak memakan biaya yang banyak sehingga tidak membebani
orang yang menjalani proses peradilan. 1
Asas merupakan suatu tumpuan atau pijakan dalam berpikir dan berpendapat.
Dalam ilmu hukum, terdapat berbagai asas hukum yang digunakan sebagai dasar dalam
menciptakan suatu keadilan bagi masyarakat. Asas-asas inilah yang pada umumnya
digunakan sebagai roh dari pembuatan peraturan perundang-undangan, termasuk pada
Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan kehakiman yang telah
dijelaskan di atas, yang mana dalam undang-undang tersebut ada asas yang menghendaki
bahwa peradilan dilakukan dengan cepat, sederhana, dan biaya ringan
B. Pengertian dan Tujuan
1. Peradilan dilaksanakan sederhana
Kata sederhana dalam KBBI diartikan sebagai bersahaja; tidak berlebih-
lebihan.

1
Penjelasan Pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
Dalam penjelasan Pasal 2 ayat (4) UU 48/2009 disebutkan bahwa “yang dimaksud
dengan “sederhana” adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara dilakukan dengan
cara efisien dan efektif.
Pengertian efisien dalam pemeriksaan dan penyelesaian perkara berkaitan dengan
waktu, biaya dan prosedur yang digunakan, sedangkan efektif adalah berkaitan dengan
putusan hakim efektif. Suatu putusan dianggap efektif apabila putusan tersebut memiliki
3 unsur yaitu “akuntabel/dapat dilaksanakan, memberi kepastian hukum dan kesatuan
hukum.
Singkatnya peradilan yang sederhana adalah pemeriksaan dan penyelesaian perkara
dilakukan dengan cara efektif dan efisien. Asas ini menjelaskan bahwa sederhana yang
dimaksudkan tidak rumit, tidak berbelit-belit dan tidak dipersulit. 2
Sudikno Mertokusumo mengatakan, yang dimaksud dengan sederhana adalah acara
yang jelas, mudah difahami, dan tidak berbelit-belit. Makin sedikit formalitas-formalitas
yang diwajibkan atau diperlukan dalam beracara di muka pengadilan makin baik, terlalu
banyak formalitas-formalitas yang sukar difahami atau peraturan-peraturan yang
bermakna ganda (dubius) sehingga memungkinkan timbulnya berbagai penafsiran
kurang menjamin kepastian hukum dan menyebabkan keengganan atau ketakutan untuk
beracara di muka pengadilan. 3
Dapat disimpulkan tujuan dari asas peradilan sederhana ini yaitu agar dalam
keseluruhan proses acara peradilan diterapkan sistem beracara yang jelas,mudah
difahami, dan tidak berbelit-belit dengan tujuan agar tercapai efisiensi dalam peradilan
itu sendiri serta memberikan kemudahan bagi masyarakat dan instansi peradilan dalam
beracara.
2. Peradilan dilaksanakan Cepat
Asas peradilan cepat adalah asas yang dimaksudkan agar dalam penanganan perkara
dapat diselesaikan dalam waktu yang singkat, sehingga tidak perlu memakan waktu
yang lama, tidak bertele-tele, artinya proses peradilan tidak banyak ditunda atau

2
Maya Hildawati Ilham, Kajian Atas Asas Peradilan Cepat, Sederhana, Dan Biaya Ringan Terhadap Pemenuhan
Hak Pencari Keadilan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 246 K/Pid/2017), hlm 213
3
Prianter Jaya Hairi, Antara Prinsip Peradilan Sederhana, Cepat Dan Berbiaya Ringan Dan Gagasan Pembatasan
Perkara, hlm 154
diundur sehingga diharapkan mengurangi kemungkinan perkara yang belum ada
kepastian.
Asas cepat, asas yang bersifat universal, berkaitan dengan waktu penyelesaian
yang tidak berlarut-larut. Asas cepat ini terkenal dengan adagium justice delayed
justice denied, bermaknaproses peradilan yang lambat tidak akan memberi keadilan
kepada para pihak.Asas biaya ringan mengandung arti biaya perkara dapat dijangkau
oleh masyarakat.
Asas cepat berkaitan dengan waktu penyelesaian suatu perkara. Ini juga berkaitan
dengan upaya hukum yang ditempuh para pihak. Jika salah satu pihak menempuh
upaya hukum biasa (banding dan kasasi) atau luar biasa (peninjauan kembali) berarti
waktu yang dibutuhkan menyelesaikan perkara semakin panjang. Berkaitan dengan
waktu, dalam peradilan khusus seperti kepailitan dan kekayaan intelektual telah
ditentukan Undang-Undang batas waktu penyelesaiannya. Demikian pula batas waktu
menyatakan upaya hukum dan menyerahkan memori upaya hukum terkait. Melewati
batas waktu yang telah ditentukan bisa menimbulkan konsekuensi hukum.4
Jadi kesimpulannya asas peradilan cepat tujuannya adalah untuk menyelesaikan
sebuah penanganan perkara yang dapat diselesaikan dengan waktu yang singkat, untuk
meminimalisir waktu yang lama dalam menangani sebuah perkara.
3. Peradilan dilaksanakan dengan biaya ringan
Biaya artinya uang yang dikeluarkan untuk biaya perkara seperti pemanggilan para
pihak, saksi dan materai. Sedangkan ringan disini mengacu pada banyak atau sedikitnya
biaya yang harus dikeluarkan oleh pencari keadilan dalam menyelesaikan sengketanya
di depan pengadilan. Biaya ringan dalam hal ini berarti tidak dibutuhkan biaya lain
kecuali benar-benar diperlukan secara riil untuk penyelesaian perkara.
Biaya harus ada tarif yang jelas dan seringan-ringannya. Segala pembayaran di
pengadilan harus jelas kegunaanya dan diberi tanda terima uang. Pengadilan harus
mempertanggung jawabkan uang tersebut kepada yang bersangkutan dengan
mencatatkannya dalam jurnal keuangan perkara sehingga yang bersangkutan dapat
melihatnya sewaktu-waktu. Menurut pasal 121 HIR (1) penetapan biaya perkara

4
https://www.hukumonline.com, peradilan yang sederhana cepat dan biaya ringan. (Diakses pada 26 februari
2022)
dilakukan sesudah surat gugatan dibuat itu telah didaftarkan oleh panitera di dalam
daftar yang disediakan untuk itu, maka ketua menentukan hari dan jam, waktu perkara
itu akan diperikasa di muka pengadilan.
Pembayaran panjar biaya perkara bagi calon penggugat atau pemohon dilakukan
dikasir dengan menyerahkan surat gugat atau permohonan dan ditulis di SKUM (Surat
Kuasa Untuk Membayar). Dalam kaitannya dengan biaya perkara di Pengadilan bagi
orang yang tidak mampu diberikan pelayanan untuk memperoleh perlindungan hukum
dan keadilan secara cuma-cuma ( Prodeo). ( Pasal 237-245 HIR/ Pasal 273-277
R.Bg).Mengenai peradilan secara cuma-cuma atau prodeo diatur dalam pasal 237 HIR.
Ketentuan bahwa peradilan dilakukan dengan asas sederhana, cepat dan biaya ringan
tetap harus dipegang teguh dengan cerminan undang-undang tentang hukum acara
perdata yang memuat peraturan tentang pemeriksaan dan pembuktian yang jauh lebih
sederhana.Dalam penerapan asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan
mempunyai nilai keadilan yang hakiki, tidak terlepas kaitannya dengan fungsi
pelayanan, hakim harus benar-benar menyadari dirinya sebagai pejabat yang mengabdi
bagi kepentingan penegakan hukum.

C. Implementasi Peradilan dilakukan dengan sederhana, cepat, dan biaya ringan


Hukum adalah sebagai perlindungan kepentingan dari berbagai kegiatan manusia,
dimana hukum harus dilaksanakan. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal,
damai tetapi dapat juga terjadi berbagai pelanggaran terhadap hukum. Dalam hal ini hukum
harus ditegakkan. Penegakan hukum atau yang dikenal dengan istilah law enforcement
merupakan suatu keharusan untuk mewujudkan suatu perlindungan dan kepastian hukum.
Melalui penegakan hukum inilah hukum itu menjadi suatu kenyataan yang hidup didalam
masyarakat. Penegakan hukum di negara manapun tentu haruslah sesuai dengan cita-cita
hukum negara bersangkutan. Artinya, penegakan hukum tersebut haruslah sesuai dengan
falsafah, pandangan hidup, kaidah dan prinsip yang dianut oleh masyarakat yang
bersangkutan, sehingga akan sesuai dengan kesadaran hukum yang mereka miliki.
Penegakan hukum adalah ukuran untuk suatu kemajuan dan kesejahteraan suatu negara.
Negara negara maju di dunia biasanya dinilai tidak sekedar perekonomiannya yang maju,
namun juga penegakan hukum dan perlindungan hak asasi manusianya berjalan dengan
baik.5
Peradilan pidana sebagai tempat pengujian dan penegakkan hak-hak asasi manusia
memiliki ciri khusus, yaitu terdiri dari sub-sub sistem yang merupakan kelembagaan yang
berdiri sendiri-sendiri, tetapi harus bekerja secara terpadu agar dapat menegakkan hukum
sesuai harapan masyarakat pencari keadilan. Dalam sistem peradilan pidana pelaksanaan
dan penyelenggaan penegakan hukum pidana melibatkan badan-badan yang masing-
masing memiliki fungsi sendiri-sendiri dimana yang menjadi ujung tombak segaligus pintu
terakhir dalam pencarian keadilan bagi masyarakat yaitu terletak pada pengadilan.
Pengadilan dalam melakukan penegakan dan penerapan hukum dalam menangani kasus-
kasus yang datang kepadanya diharapkan agar dapat bekerja secara maksimal untuk
menciptakan peradilan yang efektif dan efisien sebagaimana yang telah diamanatkan dalam
pasal 2 ayat (4) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman. Agar
memberikan rasa keadilan menurut hukum tanpa membeda-bedakan orang, namun banyak
kalangan yang beranggapan bahwa apa yang diharapkan dalam ketentuan pasal tersebut
diatas masih jauh dari kata terwujud.
Sebagai suatu sistem, peradilan mempunyai mekanisme yang bergerak menuju
kearah pencapaian dari hakikat keberadaan peradilan. Sistem peradilan Pidana menuntut
adanya visi yang jelas agar aktifitas pelaksanaan peran peradilan berproses secara efektif
dan efisien.6
Pada dasarnya setiap pengadilan yang berada dibawah kekuasaan Mahkamah
Agung telah berupaya untuk mewujudkan apa yang dicita-citakan oleh ketentuan Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009 untuk dapat mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan dengan melakukan berbagai macam strategi untuk meningkatkan pelayanan
bagi pencari keadilan yang dimana selain dituntut untuk dapat melaksanakan peradilan
yang sederhana, cepat dan biaya ringan, pengadilan melalui hakim juga dituntut untuk
dapat memeriksa dan memutus suatu kasus dengan ketelitian sehingga tidak merugikan
pihak yang seharusnya mendapatkan keadilan, sehingga apa yang menjadi visi Mahkamah

5
Kelik Pramudya dan Ananto Widiatmoko, Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum, Pustaka Yustisia, Yogyakarta,
2010, hlm.113.
6
M. Hatta Ali, Peradilan Sederhana, Cepat, & Biaya Ringan Menuju Keadilan Restoratf, PT Alumni, Bandung,
2012, hlm. 229
Agung untuk mewujudkan badan peradilan yang agung dapat terpenuhi. Demikian halnya
dengan Pengadilan Negeri yang berada dibawah kekuasaan Mahkamah Agung juga
berupaya muwujudkan cita-cita dari Mahkamah Agung dengan misinya . Mewujudkan
peradilan yang sederhana, cepat, biaya ringan dan transparasi, meningkatkan kualitas
Sumber Daya Aparatur Peradilan dalam rangka peningkatan pelayanan pada masyarakat,
melaksanakan pengawasan dan pembinaan yang efektif dan efisien, melaksanakan tertib
administrasi dan manajemen peradilan yang efektif dan efisien, mengupayakan tersedianya
sarana dan prasarana peradilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Asas peradilan sederhana, cepat dan biaya ringan memang menjadi salah satu hal
yang ingin diwujudkan oleh Pengadilan Negeri disamping Pengadilan Negeri juga harus
cermat dalam memeriksa dan memutus perkara yang datang kepadanya, sehingga
pengadilan tidak boleh memberikan putusan maupun melakukan persidangan dengan asal-
asalan karena semata mata ingin mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan biaya
ringan karena ini merupakan keadilan yang menyangkut keadilan bagi para pencari
keadilan dengan kata lain pengadilan melalui para hakim juga harus menggali, mengikuti,
dan memahami nilai-nilai hukum dan rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat dan
nilai-nilai yang dimaksud, adalah:
a. Kemandirian Kekuasaan Kehakiman (Pasal 24 ayat (1) UUD 1945)
b. Kemandirian Institusional (Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman)
Badan Peradilan adalah lembaga mandiri dan harus bebas dari intervensi oleh pihak
lain di luar kekuasaan kehakiman.
c. Kemandirian Fungsional (Pasal 3 ayat (2) Undang-Undang No. 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman) Setiap hakim wajib menjaga kemandirian dalam
menjalankan tugas dan fungsinya. Artinya, seorang Hakim dalam memutus perkara
harus didasarkan pada fakta dan dasar hukum yang diketahuinya, serta bebas dari
pengaruh, tekanan, atau ancaman, baik langsung ataupun tak langsung, dari
manapun dan dengan alasan apapun juga.
d. Integritas dan Kejujuran (Pasal 24A ayat (2) UUD 1945; Pasal 5 ayat (2) Undang-
Undang No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman)
e. Perilaku hakim harus dapat menjadi teladan bagi masyarakatnya. Perilaku hakim
yang jujur dan adil dalam menjalankan tugasnya, akan menumbuhkan kepercayaan
masyarakat akan kredibilitas putusan yang kemudian dibuatnya. Integritas dan
kejujuran harus menjiwai pelaksanaan tugas aparatur peradilan.
f. Akuntabilitas (Pasal 52 dan Pasal 53 Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman)
Hakim harus mampu melaksanakan tugasnya menjalankan kekuasaan kehakiman
dengan profesional dan penuh tanggung jawab. Hal ini antara lain diwujudkan dengan
memperlakukan pihakpihak yang berperkara secara profesional, membuat putusan yang
didasari dengan dasar alasan yang memadai, serta usaha untuk selalu mengikuti
perkembangan masalah-masalah hukum aktual. Begitu pula halnya dengan aparatur
peradilan, tugas-tugas yang diemban juga harus dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab dan profesional.
Implementasi penerapan asas sederhana cepat dan biaya ringan di Pengadilan Negeri
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
masih belum berjalan sesuai dengan apa yang Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009
Tentang Kekuasaan Kehakiman meskipun berbagai strategi dan upaya telah diterapkan
oleh Pengadilan Negeri dalam rangka mewujudkan peradilan yang sederhana, cepat dan
biaya ringan, namun pelaksanaan asas sederhana, cepat dan biaya ringan tersebut masih
belum dapat terwujudkan yang dapat dilihat dari banyaknya penyelesaian perkara yang
membutuhkan waktu yang lama yang pada ujungnya berimbas pada kesederhanaan dan
biaya pelaksanaan peradilan.
Faktor yang mempengaruhi penerapan asas cepat sederhana dan biaya ringan di
Pengadilan Negeri Berdasarkan Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman antara lain adalah faktor jumlah sumber daya manusia, faktor
sarana dan prasarana, faktor jumlah perkara, faktor rumitnya perkara, faktor kesiapan
alatalat bukti, faktor komunikasi dalam persidangan, faktor aparat hukum yang
menjalankan persidangan, faktor manajemen perkara, faktor Undang-Undang.
III. KESIMPULAN

Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman yang merupakan
lanjutan dari dasar hukum UUD 1945 yang mengatur tentang penyelenggaraan kekuasaan
kehakiman, terdapat pasal yang sangat tegas menyebutkan peradilan dilakukan dengan cepat,
sederhana, dan biaya ringan, pasal tersebut terdapat di dalam pasal 2 ayat (4).

Asas peradilan cepat dimaksudkan agar dalam penanganan perkara dapat diselesaikan dalam
waktu yang singkat, sehingga tidak perlu memakan waktu yang lama, tidak bertele-tele, artinya
proses peradilan tidak banyak ditunda atau diundur sehingga diharapkan mengurangi
kemungkinan perkara yang belum ada kepastian. Peradilan sederhana adalah pemeriksaan dan
penyelesaian perkara dilakukan dengan cara efektif dan efisien. Asas ini menjelaskan bahwa
sederhana yang dimaksudkan tidak rumit, tidak berbelit-belit dan tidak dipersulit. Dan yang
dimaksud dengan biaya ringan adalah biaya perkara yang dapat dijangkau oleh masyarakat, dengan
tetap tidak mengesampingkan ketelitian dan kecermatan dalam mencari kebenaran dan keadilan.
Asas ini menjelaskan bahwa proses peradilan tidak memakan biaya yang banyak sehingga tidak
membebani orang yang menjalani proses peradilan.

Di dalam penerapan nya ini, ternyata masih belum sesuai dengan Undang-Undang Nomor 48
Tahun 2009 tentang kekuasaan kehakiman tersebut, banyak sekali faktor yang menyebabkan
penerapan tersebut belum sepenuhnya terealisasikan seperti yang sudah di sebutkan dan di jelaskan
di atas tadi. Semoga penerapan tentang kekuasaan kehakiman ini terlebih tentang peradilan
dilakukan dengan cepat, sederhana, dan biaya ringan ini lebih di tekankan dan diperbaiki, agar
terciptanya peradilan yang sangat berkualitas kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Kelik Pramudya dan Ananto Widiatmoko, Pedoman Etika Profesi Aparat Hukum, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta, 2010

M. Hatta Ali, Peradilan Sederhana, Cepat, & Biaya Ringan Menuju Keadilan Restoratf,
PT Alumni, Bandung, 2012

Maya Hildawati Ilham, Kajian Atas Asas Peradilan Cepat, Sederhana, Dan Biaya Ringan
Terhadap Pemenuhan Hak Pencari Keadilan (Studi Putusan Mahkamah Agung Nomor 246
K/Pid/2017)

Prianter Jaya Hairi, Antara Prinsip Peradilan Sederhana, Cepat Dan Berbiaya Ringan
Dan Gagasan Pembatasan Perkara

Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman

https://www.hukumonline.com, peradilan yang sederhana cepat dan biaya ringan.


(Diakses pada 26 februari 2022)

Anda mungkin juga menyukai