NIM : 20220610027 KELAS :C DOSEN : Dr. Reni Anggriani S.H., M.Kn.
PENERAPAN ASAS-ASAS PERADILAN AGAMA
Asas peradilan agama adalah kumpulan prinsip dan konsept yang menjadi dasar bagi pengadilan agama dalam menyelesaikan masalah yang terjadi antara orang-orang yang beragama Islam. Berikut adalah beberapa asas peradilan agama dan bagaimana penerapan nya:
1. ASAS PERSONALITAS KEISLAMAN
Penerapan asas personalitas keislaman di pengadilan agama adalah asas utama yang melekat pada Undang-Undang Peradilan Agama. Asas personalitas keislaman memberikan makna bahwa pihak yang tunduk dan dapat ditundukkan kepada kekuasaan di lingkungan Peradilan Agama adalah hanya mereka yang beragama Islam. Seorang penganut agama non-Islam tidak tunduk dan tidak dapat dipaksakan tunduk kepada kekuasaan Peradilan Agama. Asas personalitas keislaman penerapannya menjadi sempurna dan mutlak apabila didiukung dan tidak dipisahkan dengan unsur hubungan hukum. Terdapat dua strategi untuk menerapkan asas personalitas keislaman, yaitu patokan umum dan patokan saat terjadi hubungan hukum. 2. ASAS KEBEBASAN Penerapan asas kebebasan dalam peradilan agama adalah asas yang paling sentral dalam melaksanakan wewenang judicial (peradilan) yang berada di dasar undang-undang dan prinsip- prinsip Pancasila. Asas kebebasan merupakan asas yang melakukan eksekusi putusan hukum dan menekankan pada pernyataan kehendak bebas dalam kontrak-kontrak yang dibuat. Pembatasan asas kebebasan berkontrak dibatasi oleh prinsip-prinsip proporsionalitas, kepatutan, dan keadilan bagi para pihak dalam suatu kontrak. Asas kebebasan dalam peradilan agama disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama dan merupakan asas yang mengemban tugasnya karena dengan tugas tersebut dapat dikatakan sebagai sifat dan karakter yang melekat pada keseluruhan rumusan dalam pasal-pasal dan Undang-Undang. Setiap pasal dalam undang-undang tidak boleh bertentangan dengan asas-asas yang menjadi karakternya. 3. ASAS WAJIB MENDAMAIKAN Penerapan asas wajib mendamaikan dalam peradilan agama bersifat "imperatif" atau memaksa. Upaya mendamaikan merupakan perwujudan asas upaya perdamaian (Islah), yang merupakan salah satu asas khusus pada peradilan agama. Asas wajib mendamaikan dalam peradilan agama sejalan dengan konsep Islam yang dinamakan Ishlah, yang menyadari dan mengemban fungsi "mendamaikan" karena seaduil-adilnya putusan jauh lebih baik dan lebih adil jika perkara diselesaikan dengan perdamaian. Hakim wajib mendamaikan pada setiap kali sidang, sewaktu-waktu hakim hendak memutuskan perkara, hakim akan membuka peluang sebelum putusan agar para pihak yang bersengketa bersetuju untuk berdamai. 4. ASAS SEDERHANA, CEPAT, DAN BIAYA RINGAN Asas sederhana, cepat, dan biaya ringan diatur dalam pasal 57 ayat (3) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama. Meskipun proses beracara dan pemeriksaan perkara di Pengadilan Agama harus berjalan secara sederhana, cepat, dan biaya ringan, proses beracara tidak boleh mengurangi ketepatan pemeriksaan dan penilaian terhadap hukum dan keadilan. Penerapan asas sederhana, cepat, dan biaya ringan diperlukan untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi dalam penyelesaian perkara agama, sehingga para pencari keadilan dapat menerima keadilan dalam waktu yang lebih cepat dan biaya yang lebih rendah. Jika asas ini benar-benar diterapkan, akan memberikan kenyamanan bagi masyarakat. 5. ASAS PERSIDANGAN TERBUKA UNTUK UMUM Penerapan asas persidangan terbuka untuk umum dalam peradilan agama berpengaruh terhadap transparansi dan ketertiban proses peradilan. Semua persidangan pengadilan adalah terbuka untuk umum, kecuali yang ditentukan oleh undang-undang lain. Pada saat majelis hakim hendak membuka sidang, harus menyatakan "sidang terbuka untuk umum". Setiap orang yang hendak mengikuti jalannya persidangan dapat hadir memasuki ruangan sidang, dan pintu dan jendela ruangan sidang pun terbuka. Asas persidangan terbuka untuk umum ini bertujuan sebagai bentuk pengawasan umum terhadap proses persidangan, agar hakim tidak menerapkan hukum secara sewenang-wenang ataupun membeda-bedakan orang. Tetapi di dalam persidangan perceraian biasanya tidak terbuka untuk umum, di karenakan perceraian merupakan hal yang sangat privasi bagi para pihak, sehingga dalam pemeriksaan nya tertutup dan dalam putusannya harus terbuka untuk umum. 6. ASAS LEGALITAS DAN EQUALITY Asas legalitas dalam peradilan agama merupakan prinsip dimana suatu perbuatan baru dapat dianggap melanggar hukum jika waktu peristiwa itu terjadi sudah ada peraturan yang melarangnya. Hal ini disebut juga sebagai asas legalitas, yang merupakan prinsip yang dijelaskan dalam ajaran Al-Qur’an. Asas equality before the law mengandung makna semua manusia sama dan setara di hadapan hukum. Hal ini dimaksudkan untuk melarang diskriminasi apapun dan menjamin perlindungan yang sama dan efektif bagi semua orang terhadap diskriminasi. 7. ASAS AKTIF MEMBERI BANTUAN Penerapan asas aktif memberi bantuan dalam peradilan agama berfungsi untuk meningkatkan efisiensi dan keadilan dalam proses peradilan. Asas aktif memberi bantuan yang disebutkan dalam undang-undang menerangkan bahwa hakim harus dapat memberi bantuan secara aktif, yang diarahkan untuk mengembalikan praktek peradilan yang sederhana, cepat, dan biaya ringan. Asas aktif memberi bantuan ini berisi berbagai masalah formal yang tercakup, seperti membuat gugatan bagi yang buta huruf, memberi pengarahan tata cara izin "prodeo", menyarankan penyempurnaan surat kuasa, menganjurkan perbaikan surat gugatan, memberi penjelasan alat bukti yang sah, memberi penjelasan cara mengajukan bantahan dan jawaban, bantuan memanggil saksi secara resmi, memberi bantuan upaya hukum, memberi penjelasan tata cara verzet dan rekonvensi, mengarahkan dan membantu memformulasi perdamaian, dan memberikan kesempatan pihak berperkara mengajukan alat bukti