Anda di halaman 1dari 3

NAMA : PUTRI RISMEYWATI

NIM : 171010250317

KELAS : V-327

LATIHAN SOAL

1. Jelaskan tentang hukum perikatan Islam !


2. Jelaskan sumber-sumber hukum perikatan Islam !
3. Jelaskan alasan hukum perikatan Islam diajarkan di Fakutas Hukum !
4. Jelaskan dasar filosofis hukum perikatan Islam Di Indonesia !
5. Jelaskan asas-asas dari hukum perikatan Islam !

JAWABAN

1. Hukum Perikatan Islam adalah bagian dari hukum islam bidang muamalah yang
mengatur perilaku manusia di dalam menjalankan hubungan ekonominya.
2. Al-quran, Sebagai salah satu sumber hukum islam utama yang pertama, dalam hukum
perikatan islam ini, sebagian besar al-qur’an hanya mengatur mengenai kaidah-kaidah
umum.
Hadist, Dalam hadist, ketentuan-ketentuan mengenai muamalat lebih terperinci daripada
al-qur‟an. Namun, perincian ini tidak terlalu mengatur hal-hal yang sangat mendetail,
tetap dalam jalur kaidah-kaidah umum
Ijtihad, Sumber hukum islam yang ketiga adalah ijtihad yang dilakukan dengan
menggunakan akal atau ar-ro’yu. Posisi akal dalam ajaran islam memiliki kedudukan
yang sangat penting. Allah swt menciptakan akal untuk manusia agar dipergunakan untuk
memahami, mengembangkan dan menyempurnakan sesuatu, dalam hal ini adalah
ketentuan-ketentuan dalam islam.
3. a. Alasan Sosiologis, Mayoritas penduduk Indonesia mengaku beragama Islam. Untuk
melayani kebutuhan umat Islam Indonesia dalam menjalankan muamalah mereka di
bidang perikatan, khususnya dalam perniagaan dan kegiatan usaha. Untuk itu, diperlukan
wawasan yang luas bagi para calon ahli hukum yang kelak akan bertugas dalam
penyusunan kontrak, penyelesaian perkara yang berhubungan dengan kebendaan,
maupun pelaksanaan pendirian kegiatan usaha agar tidak menyimpang dari ketentuan
ajaran Islam yang mereka yakini.
b. Alasan Yuridis, Dalam tata urutan peraturan perundang-undangan nasional sudah
tampak pasal-pasal undang-undang yang mengatur tentang berlakunya Hukum Perikatan
Islam, seperti Pasal 1 butir 13 UU No. 10 Tahun 1998 tentang Perubahan UU No. 7
Tahun 1992 tentang Perbankan. Sehingga dalam produk legislasi nasional pun Hukum
Perikatan Islam sudah diakui dan dapat dipraktikan. Di samping itu, karena perikatan
Islam juga muncul di masyarakat dalam praktik kehidupan sehari-hari, maka secara
normatif Hukum Perikatan Islam juga telah berlaku di tanah air kita. Untuk pemenuhan
pembentukan tatanan Hukum Nasional kita, maka Hukum Perikatan Islam pun perlu
dipelajari dan dikembangkan secara ilmiah pada Fakultas Hukum
c. Alasan Praktis, Dengan telah banyak berdirinya bank-bank atau lembaga-lembaga
ekonomi dan keuangan yang menggunakan sistem Islam dalam bentuk-bentuk transaksi
mereka dengan para nasabahnya serta majunya perdagangan dengan negaranegara Timur
Tengah yang menggunakan sistem Islam dalam bertransaksi, maka telah pula menjadi
kebutuhan praktis bagi para mahasiswa di Fakultas Hukum untuk mempelajari salah satu
sistem transaksi yang kini berkembang dalam praktik perniagaan di tanah air dan dunia
internasional.
4. Menurut Prof. Dr. H. Abdul Gani Abdullah,SH., ada dua hal besar mendasari berlakunya
hukum perikatan islam. Dasar pertama adalah akidah, yaitu keyakinan yang memaksa
pelaksanaannya dalam bertransaksi, dan dasar kedua adalah syariah, sepanjang mengenai
norma atau aturan-aturan hukum yang mempunyai dua dimensi, yaitu dimensi
“transendental” atau vertikal.
5. a. Asas Ilahiyah ( Ketauhidan ), Kegiatan Muamalah tidak akan luput dariketentuan Allah
dan nilai-nilai ketauhidan. Sehingga, manusia tidak bisa berbuat sekehendak hatinya dan
penuh tanggung jawab. “Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. Dan Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan” (Q.S. Al-Hadid/57: 4)
b. Asas Kebebasan (Al-Hurriyah), Syariat Islam memberikan kebebasan untuk
melakukan akad dengan bentuk & isi yang disepakati sepanjang tidak bertentangan
dengan Syariat. Akibat hokum tiap akad ditentukan oleh ajaran agama. Kebebasan
tersebut tidak absolut, artinya bahwa segala sesuatu di bidang mu‟amalah boleh
dilakukan (mubah) sampai ada dasar hukum yang melarangnya. Dasar Hukum: Q.S. Al-
Maidah:1, Q.S. AlHij/15:29
c. Asas Kesetaraan (Al-Musawah), Bahw tiap manusia memiliki kesempatan yang sama
untuk melakukan perikatan, sehingga penentuan atas hak dan kewajiban masing-masing
para pihak harus didasarkan pada asas persamaan dan kesetaraan, meskipun tiap manusia
memiliki kelebihan dan kekurangan. (Q.S. An-Nah (16) : 71. Dasar dari asas ini adalah
QS. Al-Hujurat (49) ayat 13.
d. Asas Keadilan (Al-Adalah), Sikap adil ditekankan Allah SWT dalam banyak ayat
Qur‟an: QS. 52:25: Telah diturunkan Rasul membawa kitab dan neraca agar manusia
melaksanakan keadilan. QS. 7:29: “ Tuhanku menyuruh supaya berlaku adil” QS. 5: 8:
agar menjadi saksi dengan adil, jangan kebencian membuat tidak adil, karena adil itu
lebih dekat pada taqwa.
e. Asas Kerelaan, Dalam perikatan haurs didasari oleh suka sama suka, tidak boleh ada
tekanan dan paksaan, penipuan dan mis-statement. Bila hal itu dilanggar maka dapat
dibatalkan,karena merupukankebatilan. Q.S. an-Nisa (4) : 29.
f. Iktiyati (kehati-hatian), Setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang dan
dilaksanakan secara tepat dan cermat.
g. Kemampuan, Setiap akad dilakukan dengan kemampuan para pihak sehingga tidak
menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan.
h. Transparasi, Setiap akad dilakukan dengan pertanggung jawaban para pihak secara
terbuka.
i. Taisir/Kemudahan, Setiap akad dilakukan dengan cara saling memberi kemudahan
kepada masing-masing pihak untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan kesepakatan.
j. Iktikad baik. Akad dilakukan dalam rangka menegakkan kemaslahatan, tidak
mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya.
k. Sebab yang Halal; Tidak bertentangan dengan hukum, tidak di larang oleh hukum dan
tidak haram

Anda mungkin juga menyukai