DOKUMEN PENAWARAN
PEKERJAAN :
PERENCANAAN PEMBANGUNAN
GEDUNG ASRAMA BERLANTAI 5
LPMP SUMATERA BARAT
LOKASI :
KOMPLEK LPMP SUMATERA BARAT
i
Daftar Isi
ii
Daftar Gambar
iii
Daftar Tabel
1
Data Organisasi Perusahaan
menunjukkan keahlian teknik dalam bidang yang sangat luas, baik disektor
Pemerintah maupun Swasta, serta siap terjun ke pasar bebas (Globalisasi).
Atas dasar tersebut, maka PT. Natural Sumatera Consultant bersiap
diri membantu program Pembangunan Pemerintah di segala bidang, untuk
menunjang kegiatan ini perusahaan dilengkapi oleh para tenaga ahli dari disiplin
ilmu yang telah berpengalaman dibidangnya masing- masing serta dilengkapi
ruang kantor, studio dan kearsipan yang memadai, hal ini diharapkan dapat
menyuguhkan serta menyelesaikan pekerjaan secara profesional.
a. Dewan Komisarsi
- Komisaris : Rama Chandra
b. Dewan Direksi
- Direktur : Ir. Chandra Surya
2. Supervisi
Pembangunan Jalandan Jembatan
Dermaga
2. Pengawasan / Supervisi
Pengembangan irigasi dan drainase
Pengembangan bendungan, waduk dan embung
1. Pelatihan / Training
Pelatihan pengembangan kemampuan karyawan.
STRUKTUR
ORGANISASI
PT. NATURAL SUMATERA
CONSULTANT
Komisaris
Divisi Pengembangan
Sumber Daya Manusia
TIM TEKNIS
` TEAM LEADER
HUBUNGAN KOORDINATIF/ AGUS, MSc. HUBUNGAN KOORDINATIF/
KONSULTATIF
KONSULTATIF
ADM. / KEUANGAN
VERA MONITA, SE.
AHLI PLUMBING AHLI ELEKTRIKAL AHLI ARSITEKTUR AHLI STRUKTUR AHLI GEOTEKNIK AHLI ESTIMASI BIAYA
GUSRI AKHYAR IBRAHIM, MT. ANTONOV, MT. ELDIN, ST. MUHAMMAD RIDWAN,MT. Ir. H. INDRA FARNI, MT. ISMAYANTO, ST.
Ass. AHLI M&E Ass. AHLI STRUKTUR Ass. AHLI ESTIMASI BIAYA
Ir. MAHYESSIE KAMIL Ass. AHLI ARSITEKTUR
HARPITO, MT ERI MUNANDAR, ST.
M. FAUZI UMAR, ST.
I -1 - 6
USULAN TEKNIS
Alat dan peralatan yang digunakan dapat digolongkan menjadi (1) peralatan
kantor yaitu peralatan yang ditempatkan di kantor tim, dan (2) peralatan survey
yaitu peralatan yang digunakan untuk aktivitas di luar kantor.
A. Peralatan Kantor
1 MejaDirektur 1 Bh 1Orang Import 609 2010 Baik Padang MilikSendiri
2 KursiDirektur 1 Bh 1Orang Fantoni F400 (SF) 2010 Baik Padang MilikSendiri
3 Sofa TamuDirektur 1 Bh 3Orang SS-03 Modis 2010 Baik Padang MilikSendiri
4 KursiTunggu 1 Bh 3Orang Import 3P SH 303 2010 Baik Padang MilikSendiri
5 MejaKomputer 6 Bh - Olimpic 2001 Baik Padang MilikSendiri
6 MejaKerja 3 Bh - Olimpic 2001 Baik Padang MilikSendiri
7 Lemari File 3 Bh - Lokal,Rotan 2009 Baik Padang MilikSendiri
8 KursiTamu 1 Set - Olimpic 2001 Baik Padang MilikSendiri
9 Komputer 7 Bh - Pentium IV 2007 s/d 2010 Baik Padang MilikSendiri
10 Laptop 9Bh - NEC, ACER 2009, 2010, 2011 Baik Padang MilikSendiri
11 Scanner 1 Bh A4 Canonscan 300ex 2005 Baik Padang MilikSendiri
12 UPS 6 Unit 600 VA ERSYS 2010 Baik Padang MilikSendiri
13 Genset 1 Unit 2000 KVA Honda 2010 Baik Padang MilikSendiri
14 Printer A4 4 Unit A4 Canon IP1880&IP2770, HP 2007, 2010, 2012 Baik Padang MilikSendiri
LaserJetP1102, Epson L110
15 Printer A3 3 Unit A3 Canon IX5000 & Epson Stylus 2010 Baik Padang MilikSendiri
Photo 1390 (2bh)
16 MesinKetik 1 Unit - Remington 1990 Baik Padang MilikSendiri
17 Letering Set 1 Unit - Kent 1991 Baik Padang MilikSendiri
18 MesinGambar 1 Unit - Bofa 1990 Baik Padang MilikSendiri
19 Mistar Baja 2 Bh - Standar 1990 Baik Padang MilikSendiri
20 Rapido 2 Bh - Stedler 1990 Baik Padang MilikSendiri
21 Kalkulator 2 Bh - Casio 2001 Baik Padang MilikSendiri
B PeralatanLapangan
1 Theodolite 1 Unit - T2 Wild 2000 Baik Padang MilikSendiri
2 Theodolite Kompas 1 Unit - To Wild 2003 Baik Padang MilikSendiri
3 GPS Geodetic 1 Unit - Trimble 2004 Baik Padang Sewa
4 GPS Navigasi 1 Unit - Garmin 2003 Baik Padang Sewa
5 Water Pass 1 Set - Wild Nak 1990 Baik Padang MilikSendiri
6 Mid Band 2 Bh - Elson 2001 Baik Padang MilikSendiri
7 Kompas 1 Bh - Suto 1994 Bai Padang MilikSendiri
8 Camera Digital` 2 Unit 10 Mp Nikon, Sony 2008/2010
I -1 - 20
USULAN TEKNIS
C Kendaraan
1 KendaraanRoda 4 1 Unit 2000cc Suzuki / Escudo 2008 Baik Bukittinggi MilikSendiri
2 KendaraanRoda 4 1 Unit 2500 cc Toyota Fortuner 2014 Baik Bukittinggi MilikSendiri
3 KendaraanRoda 2 4 Unit 110 cc Suzuki / Honda 2010 Baik Padang/Bukittinggi Milik Sendiri
I -1 - 21
USULAN TEKNIS
2
Pengalaman Kerja Sejenis 10 Tahun Terakhir
I–2-1
1. Judul Pekerjaan
Judul pekerjaan ini adalah ” Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama
Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat”, sudah cukup dimengerti. Adapun untuk
pelaksanaan pekerjaan, tetap akan mengacu kepada gambar, Kerangka Acuan Kerja
serta referensi – referensi yang mengenai tentang tata ruang dan kebutuhan gedung itu
sendiri, mempelajari hasil survey lapangan dan literature pustaka akan menjadi modal
dan tolak ukur untuk memulai sebuah konsep rancangan, serta perhitungan –
perhitungan terhadap biaya pembangunannya dan perhitungan terhadap struktur bangunan
yang akan direncanakan tersebut.
3. Lokasi Pekerjaan
Lokasi pekerjaan adalahdi Komplek LPMP Sumatera Barat sudah sangat jelas
bahkan sudah sering dilakukan survei lokasi maupung existing gedung oleh konsultan.
5. Lingkup Kegiatan
Adapun lingkup kegiatan ini antara lain;
a. Lingkup Kegiatan adalah : “Perencanaan Pembangunan Gedung
Asrama Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat”.
b. Lokasi fisik bangunan berada di Komplek LPMP Sumatera Barat.
c. Dalam Kegiatan Perencanaan, konsultan perencana akan
mempedomani struktur organisasi Kegiatan.
d. Konsultan perencana akan mengadakan diskusi dan presentasi yangterkait
dengan subtansi pelaksanaan pekerjaan dalam rangka tercapainya tujuan dan
sasaran serta alih pengetahuan kepada pengelola kegiatan.
3. Tenaga Pendukung
a. Juru Gambar
Tenaga juru gambar CAD (drafter) minimal lulusan Sarjana Muda (D3) Teknik
Arsitektur/Sipil dengan pengalaman 3 (tiga) Tahun dalam menangani
gambar-gambar dibidang struktur / arsitektur / MEP / Bangunan Gedung.
b. Surveyor/Juru Ukur
Tenaga Surveyor minimal lulusan Sarjana Muda (D3) Teknik
Arsitektur/Sipil dengan pengalaman 3 (tiga) tahun posisi sejenis.
1.7. Kesimpulan
Kerangka Acuan Keraja (KAK) merupakan acuan mengenai segala sesuatu
ketentuan yang akan di pedomani oleh konsultan untuk melaksanakan Jasa Konsultan
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMPSumatera Barat.
Materi Kerangka Acuan Kerja (KAK) dapat dikatakan cukup baik dankomunikatif.
Ditinjau dari segi materi yang disampaikan dalam KAK untuk Jasa
Konsultan Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP
Sumatera Barat sudah dengan sangat jelas.
2
Pendekatan, Metodologi,
& Program Kerja
2.1. Pendekatan dan Metodologi
2.1.1. UMUM
Setiap bangunan negara harus diwujudkan dengan sebaik-baiknya, sehingga mampu
memenuhi fungsi bangunan secara optimal, handal, ramah lingkungan dan dapat sebagai teladan
bagi lingkungannya, serta berkontribusi positif bagi perkembangan arsitektur di Indonesia.
Setiap bangunan negara harus direncanakan, dirancang dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat
memenuhi kriteria teknis bangunan yang layak dari segi mutu, biaya dan kriteria administrasi
bagi bangunan gedung negara.
Pemberi jasa perencanaan untuk bangunan gedung negara perlu diarahkan secara baik
dan menyeluruh, sehingga mampu menghasilkan karya perencanaan teknis bangunan yang
memadai dan layak diterima menurut kaidah, norma serta tata laku profesional. Kerangka Acuan
Kerja (KAK) untuk pekerjaan perencanaan telah disiapkan secara matang sehingga mampu
mendorong terwujudnya karya perencanaan yang sesuai dengan kepentingan kegiatan.
II-2 - 1
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Bertitik tolak dari hal diatas pelaksanaan pembangunan bidang Prasarana Pendidikan
juga melalui tahapan Perencanaan yang disebutkan di atas, baik perencanaan tingkat makro
seperti telah disusunnya rencana induk pengembangan prasarana pendidikan dengan perencanaan
yang lebih detail seperti Perencanaan Teknis dari prasarana pendukung lainnya yaitu
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat beserta
pendukungnya di Komplek LPMP Sumatera Barat sebagai acuan untuk pelaksanakan dilapangan
yang hasilnya diharapkan untuk menjamin kinerja dalam rangka peningkatan pendidikan
masyarakat.
Gedung Bangunan LPMP merupakan salah satu bangunan Gedung Negara, oleh karena
itu dalam merencanakan pembangunannya harus memenuhi azas dan prinsip suatu bangunan
Gedung Negara agar dapat dimanfaatkan sesuai fungsinya.
Azas dan prinsip yang harus diperhatikan dalam merencanakan pembangunan gedung
ini antara lain : manfaat, keselamatan, keselarasan Bangunan dengan lingkungan, efektif,
efisien, terarah dan terkendali sesuai dengan program dan fungsi.
Pembangunan Gedung ini menjadi prioritas karena Pemerintah dalam
hal ini Dinas Pendidikan Republik Indonesia telah merumuskan kebijakan pembangunan yang
disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah agar penyelenggaraan pemerintah dapat
berjalan efektif dan efisien. Untuk itu perlu membuat Perencanaan Pembangunan Gedung
Asrama Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat dengan ketentuan sebagaimana diuraikan dalam
KAK.
Kota Padang berada di antara pertemuan dua lempeng benua besar
(lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia) dan patahan (sesar) Semangko. Di dekat
pertemuan lempeng terdapat patahan Mentawai. Ketiganya merupakan daerahseismik
aktif. Menurut catatan ahli gempa wilayah Sumatera Barat memiliki siklus 200 tahunan gempa
besar yang pada awal abad ke-21 telah memasuki masa berulangnya siklus.
Gempa bumi Sumatera Barat 2009 terjadi dengan kekuatan 7,6 Skala
Richter di lepas pantaiSumatera Barat pada pukul 17:16:10 WIB tanggal 30
II-2 - 2
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
September 2009. Gempa ini terjadi di lepas pantai Sumatera, sekitar 50 km barat laut Kota
Padang. Gempa menyebabkan kerusakan parah di beberapa wilayah di Sumatera Barat
seperti Kabupaten Padang Pariaman, Kota Padang, Kabupaten Pesisir Selatan, Kota
Pariaman, Kota Bukittinggi, Kota Padang Panjang, Kabupaten Agam,Kota/Kab. Solok, dan
juga terasa sampai Tanjung Pati.
II-2 - 3
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Perwujudan bangunan gedung juga tidak terlepas dari peran penyedia jasa konstruksi
berdasarkan peraturan perundang-undangan di bidang jasa konstruksi baik sebagai perencana,
pengawas atau manajemen konstruksi maupun jasa-jasa pengembangannya, termasukpenyedia
jasa pengkaji teknis bangunan gedung. Oleh karena itu,pengaturan bangunan gedung ini
juga harus berjalan seiring dengan pengaturan jasa konstruksi sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Dengan diberlakukannya undang-undang ini, maka semua penyelenggaraan bangunan
gedung baik pembangunan maupun pemanfaatan, yang dilakukan di wilayah negara Republik
Indonesia yang dilakukan oleh pemerintah, swasta, masyarakat, serta oleh pihak asing, wajib
mematuhi seluruh ketentuan yang tercantum dalam undang-undang tentang Bangunan Gedung.
Dalam menghadapi dan menyikapi kemajuan teknologi, baik informasi maupun
arsitektur dan rekayasa, perlu adanya penerapan yang seimbang dengan tetap
mempertimbangkan nilai-nilai sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik
arsitektur dan lingkungan yang telah ada, khususnya nilai-nilai kontekstual, tradisional, spesifik
dan bersejarah.
Pengaturan dalam undang-undang ini juga memberikan ketentuan
pertimbangan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat Indonesia yang sangat beragam.
Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah terus mendorong, memberdayakan dan meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk dapat memenuhi ketentuan dalam undang-undang ini secara
bertahap sehingga jaminan keamanan, keselamatan, dan kesehatan masyarakat dalam
menyelenggarakan bangunan gedung dan lingkungannya dapat dinikmati oleh semua pihak
secara adil dan dijiwai semangat kemanusiaan, kenersamaan, dan saling membantu, serta
dijiwai dengan pelaksanaan tata pemerintahan yang baik.
Dalam bab ini akan dijelaskan pendekatan dan metodologi yang akan
diajarkan oleh Konsultan dalam menangani Perencanaan Pembangunan
Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat, yang secara garis besar
II-2 - 4
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 5
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Selanjutnya dalam bab ini akan menjabarkan metodologi yang akan digunakan konsultan
dalam setiap rangkaian tahapan pekerjaan sehingga dalam waktu yang relatif cukup yaitu 90
(Sembilan puluh Hari) Hari Kalender, seluruh rangkaian pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
hasil yang sesuai dengan tujuan Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat tentunya dengan tetap berpegang pada dasar hukum, adapun dasar
hukum melakukan kegiatan ini adalah :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang
Bangunan Gedung;
2. Undang Undang Nomor 12 Tahun 1956 Tentang Pembentukan Daerah
Otonom Dalam Lingkungan Provinsi Sumatera Barat;
3. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2002 Tentang Bangunan Gedung;
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 Tahun 2006 Tentang
Persyaratan Teknis Bangunan;
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M Tahun 2007 Tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Gedung Negara;
6. SNI 03-1726-2002 Tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan;
7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan
Ruang;
8. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2005;
9. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2008 tentang Amdal
dan Lingkungan Hidup;
10. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2000Tentang Kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonomi;
11. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 tentang
Penyelenggaraan Jasa Konstruksi;
II-2 - 6
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2005 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung;
13. Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah;
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 29 tahun 2006 tentang
Persyaratan Teknis Bangunan;
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 30 tahun 2006 tentang Pedoman
Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas Pada Bangunan Gedungdan Lingkungan;
16. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 06 tahun 2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
17. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45 tahun 2007 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
18. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 468 /KPTS
/1998 Tentang Persyaratan Teknis Bangunan Gedung;
19. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Republik Indonesia Nomor 10 /KPTS /
2000 Tentang Ketentuan Teknis Pengamanan terhadap Bahaya Kebakaran pada Bangunan
Gedung dan Lingkungan;
20. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/KPTS/2000 tentang Ketentuan
Teknis Manajemen Penanggulangan Kebakaran diPerkotaan;
21. Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 332/KPTS/M/
2002 Tentang pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara;
22. SNI 03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Bangunan;
II-2 - 7
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 8
Perencanaan an Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP Sumatera
Pembangun Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 9
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Keluaran pada tahap ini adalah konsep perancangan Site Plan, Denah, Tampak,
Potongan dan Perspektif. Dalam tahap ini dapat diperoleh penjelasan yang lebih rinci mengenai
disainnya.Konsep dasar rancang bangun adalah suatu hasil kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu
yang dirangkum dalam bentuk rancangan. Gagasan dasar muncul kreatifitas arsitek, baik dalam
bentuk institusi maupun dalam bentuk pemograman.
USULAN
TEKNIS
INPUT
ASPEK MANAJEMEN
ALOKASI KEBUTUHAN
KESEHATAN DAN
FUNGSI BANGUNAN
LINGKUNGAN
ANALISA TEKNO-
EKONOMI (Biaya
daur Hidup)
Selain pertimbangan yang sudah disebutkan diatas batasan biaya juga perlu diperhatikan
dan didiskusikan dengan penguna jasa, sehingga produk desain yang dihasilkan benar-benar
dapat terbangun sesuai dengan keinginan penguna anggaran, memenuhi kriteria perencanaan ,
fleksibel secara ekonomi dan mudah dalam pelaksanaanya.
Dalam perancangan Arsitektur bangunan yang melibatkan aplikasi
teknologi tinggi dan sistem bangunan secara terpadu, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan
untuk menghasilkan bangunan yang sesuai dengan fungsinya namun tetap ramah dan peduli akan
lingkungan.
USULAN
TEKNIS
Citra bangunan yang modern: Mengunakan beberapa unsur bahan bangunan moderen,
yaitu kaca, dan alumunium, dengan finishing bernuansa alam.
Terutama sinar matahari dan angin. Bangunan yang terbentuk dapat berupa bangunan tropis
atau bangunan bioklimatik.
USULAN
TEKNIS
Pendekatan lainya dilakukan karna manusia sadar untuk melakukan penghematan atas
pengunaan sumber daya alam yang ada dibumi. Ini khususnya ditujukan pada pengunaan tenaga
listrik yang dihasilkan dari pembakaran minyak dan batu barayang merupakan penyebab utama
menipisnya lapisan ozon. Strategi rancangan ini erat dengan strategi sebelumya.
Rancangan dengan pertimbangan iklim, sekaligus menjaga potensi lingkungan setempat agar
tidak tercemar atau rusak dengan keberadaan bangunan. Rancangan ini juga terintegrasi dengan
sistem pengendalian lingkungan dimana bangunan tersebut didirikan.
USULAN
TEKNIS
Dalam sistem perancangan bangunan, ketiga sistem tersebut merupakan dasar bagi
tercapainya integritas sistem bangunan yang ditunjukan demi tercapainya kebutuhan fungsi
bangunan tanpa mengabaikan kekuatan
struktur dan kenyamanan dalam bangunan.
Sistem
Sistem Bangunan
Sistem
Tata Udara Struktural
Sistem RANCANGAN
Pencahayaa BANGUNAN Sistem
n Akustik
Sistem Sistem
Elektrikal Transportasi
Sistem vertikal
Pemipaan
Luas lantai untuk kegiatan penghuni/ penguna bangunan (luas netto) harus
memperhatikan luas lantai yang dibutuhkan untuk sirkulasi (horizontal/vertikal), penempatan
perlengkapan bangunan baik berupa peralatan mekanikal maupun elektrikal dan luas lantai yang
ditempati oleh struktur bangunan, baim berupa kolom maupun dinding geser/inti bangunan.
USULAN
TEKNIS
Disain interior merupakan proses kerja kreatif yang memberikan analisa kebutuhan
ruang, merumuskan konsep perancangan, proses perancangan, menyajikannya dalam bentuk
gambar yang komunikatif dan membuat dokumen kerja/konstruksi . Sehingga desain tersebut
dapat terwujud sesuai dengan keinginan Anda.
USULAN
TEKNIS
MASUKAN
ALOKASI KEBUTUHAN
FUNGSI BANGUNAN
ANALISA
TEKNO-
EKONOMI
HASI
L
Gambar 2-24. Bagan Alir Integrasi Perancangan Bangunan
Besaran ruang satuan ditentukan berdasarkan standar kebutuhan ruang fasilitas public.
Perencanaan bangunan perlu memperhatikan beberapa ketentuan umum yang meliputi
kepadatan bangunan, bentuk dan ukuran dasar satuan, persyaratan teknis ruang, tata letak
bangunan dan jarak antar bangunan dan
ketinggian baru.
Konsep disain yang diusulkan mencoba mengkombinasikan antara aspek lokal dan
modern sehingga akan tampil modern namun tetap mengakomodir simbol-simbol lokal dan
tidak mengesampingkan pula fungsi dan standar peraturan yang berlaku, aspek workability dan
serviceability dan tentunya harus tetap fleksible secara ekonomi. Hal tersebut secara lebih jelas
diberikan pada bagan dalam gambar 2-28.
USULAN
TEKNIS
b) Luas tanah untuk bangunan terhadap luas tanah bersama seluas- luasnya adalah
50%.
c) Luas tanah untuk fasilitas ruang terbuka sekurang-kurangnya 20%.
d) Luas tanah untuk fasilitas lingkungan terhadap tanah bersama seluas- luasnya 30%.
e) Fasilitas lingkungan yang ditempatkan pada lantai bangunan maksimal
30% dari jumlah luas lantai.
2.1.2.8. PERSYARATAN TEKNIS
BANGUNAN
Semua ruang yang dipergunakan untuk kegiatan sehari-hari harus mempunyai hubungan
langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan dalam jumlah yang
cukup.
Apabila hubungan langsung maupun tidak langsung dengan udara luar dan pencahayaan
langsung maupun tidak langsung dengan pencahayaan alami tidak dapat dipenuhi maka harus
diusahakan adanya pertukaran udara dan cahaya buatan yang dapat bekerja terus menerus
selama ruangan tersebut digunakan.
USULAN
TEKNIS
3. Jarak pertukaran udara harus dihitung terhadap pengaruh arah dan kecepatan angin pada
ketinggian ruang dan luas bidang yang terbentuk sehingga dapat menjamin terwujudnya
sistem penghawaan alami yang cukup bagi setiap ruang dari satuan rusuna dan bangunan
lainnya.
USULAN
TEKNIS
sebuah fungsi tertentu. Lebih lanjut ia menambahkan bahwa kata kantor (office dalam bahasa
Inggris) berasal dari kata Jerman Kuno, ein amt, yang artinya sebuah ruang yang berisi tata
masyarakat. Artinya, asrama merupakan sebuah lembaga jejaring kekuasaan, dari pucuk
pimpinan sampai garda depan pengabdi masyarakat. Oleh karena itu, konsep asrama tidak
terpaku pada sebuah wujud arsitektural tertentu, tetapi lebih menekankan pada jejaring
kekuasaan dari pimpinan sampai tingkatan terbawah.
Konsep asrama itu sendiri bukan mengenai manusia maupun benda secara fisik,
namun lebih pada pengaturan serta pergerakan manusia dan benda-benda di dalamnya pada
jarak-jarak tertentu yang berkaitan dengan peraturan dan kontrol, dari definisi diatas dapat
diartikan bahwa asrama adalah suatu lingkungan fisik buatan berupa bangunan yang
didalamnnya terdapat satu atau beberapa ruangan dengan berbagai peraturan dan kontrol,
tempat sekelompok manusia dengan hirarki yang teratur melakukan kegiatan bisnis atau
pelayanan jasa tertentu.
Organisasi adalah suatu struktur sosial / sistim yang terdiri dari dua orang atau lebih
yang saling tergantung dan bekerja sama dalam suatu koordinasi untuk mencapai tujuan
tertentu. Organisasi dalam sebuah asrama menunjukkan tugas dan tanggung jawab, jalur
komunikasi, serta kekuasaan atau wewenang yang dimiliki setiap individu / kelompok. Jenis
organisasi inilah yang kelak menentukan rencana dan desain gedung tersebut. Menurut de Chiara
(1986) dalam bukunya Time Savers Standart: Building Types, terdapat kategori organisasi
asrama yaitu;
a) Kelompok Manajemen, Kelompok Keuangan, Kelompok Penjualan, Kelompok
asrama Pelayanan, Kelompok Jasa Teknis dan Kelompok Produksi.
b) Kelompok Manajemen memiliki ciri khas, dimana para pimpinan manajemen
memiliki ruang terpusat dan berdekatan. Lokasi mereka tidak terganggu oleh
gangguan suara dari ruang pekerja dengan ruang pimpinan yang berukuran lebih
besar dari ruang para staf.
USULAN
TEKNIS
c) Kelompok Keuangan memiliki cirri khas perletakan perabot kerja yang berbaris
sesuai dengan alur pekerjaan. Hal ini memudahkan para staf untuk melakukan
pekerjaan melalui perpindahan dokumen yang teratur. Sementara itu, bagian
pengadaan barang yang memiliki hubungan kerja dengan pihak rekanan berada didekat
ruang penerimaan tamu sehingga memudahkan sirkulasi pekerjaan tampa mengganggu
pekerjaan pada bagian lain. Demikian pula pada bagian kepegawaian, karena
seringkali mengadakan wawancara dengan calon karyawan sehingga kegiatan tersebut
tidak mengganggu pada kegiatan lainnya.
d) Kelompok Penjualan memiliki cirri khas alokasi ruang katalog dan arsip
yang besar sehingga memudahkan para staf untuk memperoleh data mengenai
pelanggan. Ruang kerja staf tidak perlu besar, karena mereka memiliki mobilitas yang
tinggi diluar asrama dalam mencari konsumen.
e) Kelompok asrama Pelayanan merupakan kelompok yang menyediakan
jasa kepada kelompok lainnya seperti pusat data, perpustakaan, kantor pos, dan lain
sebagainya. Ciri khas kelompok ini adalah besarnya ruang penerimaan tamu, ruang
pelayanan tamu, dan ruang arsip, karena ketiga ruang inilah yang menentukan kinerja
kelompok ini.
f) Kelompok Jasa Teknis seperti konstruksi, desain, penggambaran biasanya
berada dilokasi yang dekat dengan kegiatan utama berlangsung. Sementara Kelompok
Produksi berada dipabrik utama, guna memeperlancar dan memudahkan alur pekerjaan
dan pemeriksaan, ruang diatur berbaris linier sesuai alur produksi.
Menurut Coffey (1999) dalam bukunya, Behavior in Organization, umumnya dapat
diamati ada tiga bentuk struktur dasar dalam organisasi asrama , yaitu:
a) Bentuk Hirarki Penuh [pure hierarchical]
USULAN
TEKNIS
Terdapat hirarki yang jelas dengan kekuasaan tertinggi ada pada orang yang paling atas
sesuai garis vertical. Kamunikasi maupun aliran informasi biasanya hanya dari atas
kebawah mengikuti hirarki kekuasaan, hubungan atasan dan bawahan bersifat formal
hubungan individu, kelompok bersifat independent.
b) Bentuk non hirarki [non hierarchical / participative groups]
Bentuk ini terdiri dari kelompok-kelompok kerja yang masing-masing memiliki seorang
pemimpin dan hamper tidak terdapat hirarki antara anggotanya. Komunikasi terjalin
dengan baik antara setiap anggota kelompok.
c) Bentuk Kompleks [complex / mixed structure]
Bentuk ini merupakan gabungan dari kedua bentuk sebelumnya, masih terlihat adanya
hirarki aanggotanya, namun didalamnya terdapat kelompok yang memerlukan koordinasi
kerja satu sama lainnya.
Jika kami hubungkan panduan dari Timer Saver Standarts : Building Typesoleh de
Chiara dan pendapat Coffey diatas dengan pola kerja Pemerintah berdasarkan kategori di
atas, maka asrama Tergolong kategori kelompok manajemen dan kelompok pelayanan
umum dengan tipe mixed-structure. Dengan demikian, perlu kiranya proses
perencanaan dan perancanangan mempertimbangkan ciri khas/karakter dua kelompok
tersebut. Pola kerja ini akan menentukan pengaturan ruang kerja dan perabot yang ideal.
Salah satu elemen yang penting dalam desain pengaturan ruang kerja
adalah scenery, yaitu benda-benda pengisi ruang berupa perabot, partisi dan sebagainya.
Pengaturan elemen tersebut akan menghasilkan bentuk-bentuk ruang asrama yang berbeda,
antara lain:
a) Bentuk Selular dan Ruang Kelompok
Bentuk ini merupakan ruang yang bersifat tertutup, dimana antara satu ruangan dengan
ruang lain dibatasi oleh pembatas permanen atau paritisi dengan ketinggian tertentu.
Bentuk selular lebih bersifat individual
USULAN
TEKNIS
karena kapasitasnya yang kecil, sedangkan bentuk ruang kelompok dapat berisi satu
kelompok kecil yang berisi 5 sampai 15 orang.
b) Bentuk Open Plan
Sifatnya terbuka tidak memerlukan pembatas berupa dinding atau partisi, pengaturan
perabot sangat kaku karena biasanya disesuaikan dengan grid bangunan.
c) Bentuk Landscape
Merupakan ruan terbuka dimana pengaturan ruangnya lebih mengutamakan hubungan
interpersonal maupun kelompok, dengan menggunakan partisi, tanaman, serta perabot
untuk manandai jalur sirkulasi sekaligus menciptakan teritori bagi individu maupun
kelompok dan konsep lebih mempertimbangkan hubungan timbal balik dari seluruh
element, seperti kebutuhan komunikasi lancar, fleksibilitas optimal dalam mengatur dan
menata ulang tempat kerja bagi individu dan kelompok, serta menciptakan kondisi
lingkungan yang lebih baik.
Menurut konsultan masalah yang muncul pada struktur organisasi jajaran lini adalah
struktur organisasi jajaran lini memiliki perangkat operasional dan bahkan pada dinas-dinas
tertentu perangkat operasional yang lebih berperan menjalankan fungsi struktur jajaran lini
tersebut.
Oleh karena itu perlu disusun suatu sistim agar penyusunan pola organisasi untuk
jajaran lini dapat tetap dibuat secara tipikal tetapi tidak mengabaikan kekhususan dari masing-
masing anggota jajaran. Menurut Lembaga Administrasi Negara penyempurnaan ketatalaksanaan
pemerintah terutama dalam bidang administrasi umum ditujukan untuk lebih memperlancar
pelaksanaan pembangunan. Inti utama pendayagunaan administarsi umum adalah peningkatan
efisiensi kegiatan usaha pemerintah pada umumnya.
Untuk jajaran lini pola-pola struktur organisasi tidak hanya menunjukkan dari tipe
pekerjaan administrasi saja tetapi juga operasional dan pelayanan masyarakat.Perangkat
operasional serta pelayanan masyarakat ini tentunya menentukan modul standar ruang usulan
konsultan bagi masing-masing personil dalam jajaran lini.
USULAN
TEKNIS
Berdasarkan studi pustaka dan studi banding di atas, konsultan berpendapat bahwa
sistim open-plan lebih baik dari pada sistim lainnya karena sesuai dengan modul ruang kerja
yang kecil serta pengawasan dan alur kerja yang cepat, efisien dan efektif. Dengan demikian,
konsultan mengusulkan penggunaan sistim ini dalam pola ruang pendidikan Pemerintah Provinsi
Sumatera Barat.
4. Ketentuan-ketentuan Mengenai Luas Ruang Berdasarkan Anthropometric
Luas suatu ruang fungsional (sub-bagian, yang merupakan unit terkecil pada suatu
instansi) dipengaruhi oleh:
a) Jenis kegiatannya secara umum konsultan mengelompokkan jenis kegiatan menjadi
dua. Kegiatan uang bersifat admministratif dan yang bersifat teknis. Perbedaan yang
mendasar pada kedua jenis kegiatan ini adalah kebutuhan perabot. Pada jenis kegiatan
teknis secara prinsip akan dibutuhkan perabot berhubungan dengan kegiatan-kegiatan
perencanaan dan perancangan.
b) Standar ruang untiuk kegiatan tersebut, adalah standar ruang yang menjadi acuan
konsultan pada standar data arsitek, palnning office space and time server standarts,
disimpulkan bahwa ruang perkantoran terbagi atas kelompok ruang ditambah service.
Ruang-ruang tersebut adalah ruang kerja sebagai ruang setiap personil Pemerintah
Sumatera Barat untuk melakukan tugasnya. Ruang kerja dapat bermacam-macam
ukurannya sesuai dengan jabatan personil dan kebutuhannya. Dalam menentukan
ukurannya, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun
2006 tentang Standarisasi Sarana dan Prasarana Kerja Pemerintah, berikut adalah
penjelasan beberapa ruangan:
c) Ruang arsip, sebagai ruang yang diperuntukkan menyimpan berkas- berkas pekerjaan
yang sudah dikerjakan namun masih dibutuhkan sebagai data pekerjaan berikutnya.
Dalam menentukan ukuran ruang arsip yang dibutuhkan, konsultan mengacu pada
standar internasional seperti Time Saver Standarts.
USULAN
TEKNIS
d) Ruang alat khusus, seperti alat fotokopi dan fax atau alat elektronik lainnya yang
menunjang pekerjaan utama instansi, konsultan berpendapat bahwa ruang alat khusus
setiap instansi tidak sama karena tergantung pada bidang pekerjaan masing-masing
instansi.
e) Gudang, sebagai ruang yang diperuntukkan untuk menyimpan alat-alat
kantor yang sudah tidak terpakai atau persediaan alat-alat kantor. f) Ruang
khusus, seseuai dengan peruntukkan fungsi.
g) Servis, sebagai ruang penunjang personil dalam bekerja seperti kamar mandi, pantry
atau ruang lain yang sejenis.
Tiap-tiap kelompok ruang tersebut terbagi atas ruang-ruang tertentu, tidak semua
ruang-ruang tertentu tersebut dimiliki oleh sebuah asrama Pemerintah Sumatera Barat,
sehingga Konsultan melakukan penyesuaian untuk mendapatkan luas minimum untuk
asrama.
h) Jumlah orang yang berada pada ruangan tersebut. Banyakknya orang (staf) pada tiap
sub-bagian akan sangat bergantung kepada instansi yang bersangkutan. Dalam
analisis ini konsultan menghitung jumlah orang minimal berdasarkan rata-rata orang
pada tiap kelompok instansi. Dengan diketahuinya luas ruangan fungsional dan
jumlah ruang fungsional tersebut, maka akan diketahui luas keseluruhan bangunan
asrama.
Pada asrama publik seperti pemerintahan, hubungan antara pemakai pada posisi duduk
dan meja tulis merupakan hal yang penting. Kualitas antara hubungan pemakai dan lingkungan
kerja akan menentukan kenyamanan dan kesehatan pegawai asrama pada umumnya, serta
efisiensi produksi dalam ruang asrama tersebut. Zona kebutuhan kerja haruslah cukup besar
untuk mengakomodasi kertas-kertas kerja, peralatan dan aksesori-aksesori lainnya. Jarak ini
haruslah tidak boleh kurang dari 30 inci atau 76,20 cm, yang dibutuhkan untuk pengadaan
ruang zona jarak bersih kursi. Sementara zona tempat duduk tamu, dengan rentang lebar dari 30
sampai 42 inci atau 76,20 sampai 106,70 cm mengharsukan perancang mangakomodasi dimensi-
dimensi
USULAN
TEKNIS
pemakai bertubuh lebih besar atas jarak pinggul-lutut dan jarak pinggul-ibu jari
kaki.
Dalam banyak asrama, penyimpanan arsip seringkali ditempatkan membatasi tepi zona
sirkulasi. Kombinasi zona kerja/sirkulasi seperti ini membutuhkan jarak bersih yang besar.
Dua penyimpanan arsip yang diletakkan jauh berseberangan akan membentuk sirkulasi yang
terganggu. Namun, jika rak penyimpanan arsip yang diletakkan jauh berseberangan akan
membentuk sirkulasi yang tak terganggu. Namun , jika rak penyimpanan arsip diletakkan
beberapa kaki jaraknya dari jalan sirkulasi tersebut dan pencapaian ke laci dilakukan dari arah
samping, masih memungkinkan disediakannya sirkulasi untuk 2 (dua) orang.
Lebar bebas koridor minimal untuk 2 (dua) orang berjalan paralel (sekitar
1,20 m) dan maksimal cukup untuk keadaan darurat (sekitar 1,50 m). Hal ini menyatakan bahwa
ukuran koridor/selasar sebagai akses horizontal antar ruang dipertimbangkan berdasarkan fungsi
koridor, fungsi ruang, dan jumlah pengguna, minimal 1,2 m. Sementara tinggi dinding masif
batas koridor minimal
1,10m dengan tinggi ralling 0,85 m.
USULAN
TEKNIS
Sambungan Bangunan
Bagian paling atas dari bangunan, kita kenal dengan sebutan “ atap “ Atap untuk
bangunan dengan ketinggian minimal 4 lantai blok dengan bentuk dasar empat persegi panjang.
Selayaknya fungsional dan mudah dalam perawatan. Selain itu, atap bangunan gedung harus
dibuat dari konstruksi dan bahan yang ringan untuk mengurangi intensitas kerusakan akibat
gempa.
Berdasarkan kajian Value Engineering, penutup atap dapat diefisiensi
dengan mengganti jenis material genteng atau mengganti jenis material kuda- kuda.
Komponen atap dengan jenis unit berbidang lebar seperti spandeck, seng dengan
konstruksi yang tahan dan anti rayap. Seperti besi atau baja ringan dengansudut
kemiringan yang cukup landai lebih cocok untuk bangunan gedung dewasa ini.
Terdapat dua jenis penutup atas dimana masing-masing mempunyai kelebihan dan
kekurangannya. Pemakaian penutup atas dengan atap genteng lebih memungkinkan
pengembangan arsitektur, namun mempunyai kelemahan dalam pemeliharaannya. Namun
demikian dengan suatu teknik perencanaan hal ini masih bisa diatasi. Sedangkan pemakaian
penutup atas dak biaya yang dikeluarkan akan lebih mahal ,namun dapat dipergunakan untuk
keperluan sebagai shelter tentunya dengan analisis struktur yang tepat sesuai dengan fungsinya.
Penutup atas dengan dak beton harus dibantu dengan proteksi kedap air/waterproofing.
Bidang atap ini sebaiknya duduk dan dikelilingi oleh plat beton datar
untuk memudahkan instalasi pemasangan dan kemudahan perawatan atap. Tangga ini sebaiknya
menerus sampai level atap. Ini merupakan fasilitas untuk pencapaian ke atap untuk memeriksa /
merawat penutup atap dan instalasi
MEP di atap.
Canopy
Canopy merupakan salah satu komponen bangunan. Fungsi canopy sebagai area
penerima masuk pertama secara struktur, canopy merupakan
USULAN
TEKNIS
tonjolan dari bidang fasade depan bangunan. Bentuk yang paling sederhana dan fungsional
adalah berupa plat datar yang menonjol lebih panjang dari garis teras entrance (sekitar 3,00
m). Dapat juga lebih panjang lagi hingga menutupi area drop-off kendaraan (sekitar ²,000-9,00
m). Posisi canopy secara visual masih dapat terlihat dan dilihat dengan jelas dari arah luar atau
datangnya tamu.
Akses atau ciri dari bangunan akan lebih terlihat jelas jika diletakkan pada canopy.
Untuk tampilan Arsitektur lokal atau yang dikenal sebagai wujud kearifan lokal, baik dan
strategis jiak diletakkan pada kenopy. Hal ini lebih baik jika diletakkan pada jenis canopy yang
lebih panjang (sekitar 6,00-9,00 m) dan
tidak melekat langsung pada bidang fasade bangunan.
Dalam tiap bagian dari bangunan (selain banguna kelas 1,2 dan 3) perkerasan harus
ditempatkan sedemikian rupa agar dapat langsung mencapai bukaan akses pemadam
kebakaran pada bangunan. Perkerasan tersebut harus dapat mengakomodasi jalan masuk
dan manuvere mobil pemadam, snorkel, mobil pompa, dan mobil tangga dan plaffon
hidrolik serta mempunyai spesifikasi sebagai berikut: Lebar minimum lapis perkerasan b.m
dan panjang minimum 15m. Bagian-bagian lain dari jalur masuk yang digunakan untuk
lewat mobil pemadam kebakaran lebarnya tidak boleh kurang dari 4 m. Lapis Perkerasan
harus ditempatkan sedemikian agar tepi terdekat tidak boleh kurang dari 2 m atau lebih
dari
10 m dari pusat posisi akses pemadam kebakaran diukur secara horizontal.
USULAN
TEKNIS
Gambar 2-44. Contoh Fasilitas belokan untuk mobil pemadam kebakaran. Radius terluar
dari belokan pada jalur masuk tidak boleh kurang dari 10,5 m
dan harus memenuhi persyaratan seperti terlihat pada gambar.
Tinggi ruang bebas di atas lapis perkerasan atau jalur masuk mobil pemadam minimum
4,5 m untuk dapat dilalui peralatan pemadam tersebut.
Jalan umum boleh digunakan sebagai lapisan perkerasan (hard- standing) asalkan lokasi
jalan tersebut sesuai dengan persyaratan jarak dari bukaan akses pemadam kebakaran (access
openings).
Lapis perkerasan harus selalu dalam keadaan bebas rintangan dari
bagian lain bangunan gedung, pepohonan, tanaman atau lain tidak boleh menghambat jalur
antara perkerasan dengan bukaan akses pemadam kebakaran.
Pada pembangunan bangunan gedung bukan hunian seperti pabrik dan gudang, harus
disediakan jalur akses dan ruang lapis perkerasan yang berdekatan dengan bangunan gedung
untuk peralatan pemadam kebakaran. Jalur akses tersebut harus mempunyai lebar minimal 6 m
dan posisinya minimal 2 m dari bangunan gedung dan dibuat minimal pada 2 sisi bangunan
gedung. Ketentuan jalur masuk harus diperhitungkan berdasarkan volume kubikasi bangunan
gedung sebagai berikut :
Penandaan jalur.
Pada ke-4 sudut area lapis perkerasan untuk mobil pemadam harus diberi tanda.
Penandaan sudut-sudut pada permukaan lapis perkerasan harus dari
warna yang kontras dengan warna permukaan tanah atau lapisan penutup permukaan tanah.
USULAN
TEKNIS
Area jalur masuk pada kedua sisinya harus ditandai dengan bahan yang kontras dan
bersifat reflektif sehingga jalur masuk dan lapis perkerasan dapat terlihat pada malam hari.
Penandaan tersebut diberi jarak antara tidak melebihi 3 m satu sama lain dan harus
diberikan pada kedua sisi jalur. Tulisan
Hidran Halaman.
Rencana dan spesifikasi sistem hidran halaman harus disampaikan ke instansi
pemadam kebakaran untuk dikaji dan diberi persetujuan sebelum dilakukan konstruksinya.
Tiap bagian dari jalur untuk akses mobil pemadam di lahan
bangunan gedung harus dalam jarak bebas hambatan 50 m dari hidran kota. Bila hidran kota
tidak tersedia, maka harus disediakan hidran halaman (lihat gambar (2-46).
Dalam situasi di mana diperlukan lebih dari satu hidran halaman, maka hidran-
hidran tersebut harus diletakkan sepanjang jalur akses mobil pemadam sedemikian hingga tiap
bagian dari jalur tersebut berada dealam jarak radius 50 m dari hidran.
Pasokan air untuk hidran halaman harus sekurang-kurangnya 38 liter/detik
pada tekanan 3,5 bar, serta mampu mengalirkan air minimmal selama 30 menit.
Gambar 2-46. Posisi akses bebas mobil pemadam terhadap hidran kota.
USULAN
TEKNIS
Gambar 2-47. Letak hidran halaman terhadap jalur akses mobil pemadam.
Pasokan Air.
Suatu pasokan air yang disetujui dan mampu memasok aliran air yang diperlukan
untuk roteksi kebakaran harus disediakan guna menjangkau seluruh lingkungan dimana fasilitas,
bangunan gedung atau bagian bangunan gedung di konstruksi atau akan disahkan secara formal.
Apabila tidak ada sistem distribusi air yang handal, maka
diperbolehkan untuk memasang atau menyediakan reservoir, tangki bertekanan, tangki elevasi,
atau berlangganan air dari pemadam kebakaran atau sistem lainnya yang disetujui.
Jumlah dan jenis hidran halaman dan sambungannya ke sumber air lainnya yang
disetujui harus mampu memasok air untuk pemadaman kebakaran dan harus disediakan
di lokasi-lokasi yang disetujui.
Hidran halaman dan sambungannya ke pasokan air lainnya yang
disetujui harus dapat dijangkau oleh pemadam kebakaran.
Sistem pasokan air individu, harus diuji dan dipelihara sesuai ketentuan baku atau
standar yang berlaku.
USULAN
TEKNIS
Gambar 2-48. Tanda Bukaan (gambar dan tulisan berwarna merah) ditempel disisi sebelah
dalam.
Catatan :
Outlet pipa tegak dan atau riser harus diletakkan di lobi pemadaman kebakaran
kecuali di level akses atau lantai dasar.
Lif kebakaran diperlukan bila bangunan gedung memiliki lantai 20 m
atau lebih di atas atau 10 m atau lebih di bawah level akses.
Gambar ini hanya menggambarkan komponen dasar untuk suatu saf pemadam
kebakaran.
Semua saf untuk petugas pemadam kebakaran, harus dilengkapi dengan sumber
air utama untuk pemadaman yang memiliki sambungan outlet dan katup-katup di tiap lobi
pemadaman kebakaran kecuali pada level akses.
Saf untuk pemadaman kebakaran harus dirancang, dikonstruksi dan
dipasang sesuai ketentuan yang berlaku.
SARANA
PENYELAMATAN AKSES
EKSIT KORIDOR.
Koridor yang digunakan sebagai akses eksit dan melayani suatu daerah yang
memiliki suatu beban hunian lebih dari 30 harus dipisahkan dari bagian lain bangunan gedung
dengan dinding yang mempunyai tingkat ketahanan api 1 jam dan sesuai ketentuan tentang
“penghalang kebakaran”,
1) kecuali cara lain yang diizinkan sebagai berikut:
(1) Persyaratan ini tidak diterapkan untuk bangunan gedung yang sudah ada, asalkan
klasifikasi huniannya tidak berubah.
(2) Persyaratan ini tidak diterapkan pada seluruh klasifikasi hunian bangunan
gedung bila bangunan gedung tersebut sudah mempunyai
persyaratan sendiri.
(1) Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api sekurang-kurangnya 1 jam apabila eksit
menghubungkan tiga lantai atau kurang.
USULAN
TEKNIS
(2) Pemisah harus mempunyai tingkat ketahanan api 2 jam, apabila eksit menghubungkan
empat lantai atau lebih, kecuali ada satu dari kondisi berikut:
(a) Dalam bangunan gedung yang sudah ada dan bukan bertingkat tinggi, tangga eksit
terlindung yang sudah ada harus mempunyai tingkat ketahanan api sekurang-kurangnya 1 jam.
Gambar 2-52. Pintu yang diizinkan dari lantai bawah ke dalam eksit terlindung.
sesuai butir diatas, tangga eksit terlindung yang sudah ada harus mempunyai
TKA sekurang kurangnya 1 jam.
Untuk pelabuhan, garasi dan bengkel perbaikan diizinkan tangga eksit terlindung
mempunyai TKA 1 jam sebagai alternatif.
Pemisah dengan TKA 2 jam harus dibangun dengan pasangan konstruksi
yang tidak mudah terbakar atau bahan yang mudah terbakarnya terbatas dan harus ditunjang
dengan konstruksi yang mempunyai tingkat ketahanan api sekurang-kurangnya 2 jam. Dalam
konstruksi tipe III, IV dan V, kayu yang diolah agar terbakarnya lambat terlindung dalam bahan
tidak mudah terbakar atau bahan mudah terbakarnya terbatas diizinkan.
Bukaan dalam pemisah harus dilindungi oleh pasangan konstruksi pintu
kebakaran yang dipasang dengan penutup pintu.
Bukaan pada eksit terlindung harus terbatas untuk pintu dari tempat yang biasa dihuni
dan koridor dan pintu untuk jalan ke luar dari tempat terlindung, kecuali satu dari kondisi berikut
ada :
Bukaan pada jalur terusan eksit dalam bangunan gedung mal seperti dijelaskan pada
persyaratan untuk bangunan gedung mal, diizinkan.
Gambar 2-54. Lantai antara yang tidak dihuni dengan bukaan ke tangga eksit
terlindung
Dalam bangunan gedung konstruksi tipe I dan tipe II, pintu yang
sudah ada yang mempunyai tingkat proteksi kebakaran untuk lantai antara, diizinkan, asalkan
ruang tersebut memenuhi kriteria berikut ini :
USULAN
TEKNIS
1). Ruangan semata-mata digunakan untuk pipa distribusi, saluran udara, dan konduit
listrik.
2). Isi ruangan bukan untuk gudang.
1). Ruangan hanya digunakan untuk peralatan mekanikal yang tidak menggunakan
pembakaran bahan bakar.
2). Isi ruangan bukan untuk penyimpanan bahan mudah terbakar.
Gambar 2-55. Susunan tangga terlindung yang tidak bisa diterima untuk yang melayani
eksit yang disyaratkan.
USULAN
TEKNIS
Suatu ruangan eksit terlindung bila dirancang sebagai daerah tempat berlindung, tidak
boleh digunakan untuk setiap penggunaan yang berpotensi mengganggu kegunaannya sebagai
sebuah eksit.
Selanjutnya, kabel diberi warna untuk membedakan bagi penggunaannya dalam instalasi
jaringan listrik
USULAN
TEKNIS
Daya listrik umumnya dipasok dari pembangkit tenaga listrik melalui jaringan kabel
tegangan tinggi (TT, diatas 20.000 Volt), yang kemudian diturunkan menjadi tegangan
menengah (TM, antara 1.000-20.000 Volt) dan tegangan rendah JR dibawah 1.000 Volt oleh
transformator yang ditempatkan pada gardu-gardu listrik (Gambar 2-58).
Dengan menggunakan table Erlang, maka dapat diperoleh jumlah sambungan telephone
yang diperlukan, dan dengan demikian dapat pula ditentukan kapasitas dan jenis PABX yang
akan digunakan.
Jaringan Kabel Komputer/Data/Multimedia
Adanya server computer memungkinkan disajikan pelayanan yang beragam dalam
suatu bangunan, antara lain untuk keperluan ruang kerja (woek station) dengan penggunaan
computer personal (PC-Personal Computer), untuk pelayanan jaringan lokal (LAN-Local Area
Network) dengan beberpap terminal dan printer, untuk telecopier dan facsimile, untuk
dihubungkan dengan pesawat telephone ataupun untuk pengendalian lingkungan dan
keselamatan (Gambar 2-62). Selanjutnya dengan bantuan modem, V-sat atau antenna microwave,
sistim computer / data / multimedia pada bangunan dihubungkan dengan jaringan eksternal
melalui provider atau fasilitas satelit.
Sistem Listrik
Terdiri dari 2 sumber : ( PLN & Genset ). Sumber utama PLN, genset sebagai
cadangan, secara otomatis membackup jika PLN mengalami
USULAN
TEKNIS
II-2 - 76
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Selain dari pada itu air juga merupakan tempat hidup binatang– binatang air, mulai
dari ikan sampai mikroorganisme. Mikroorganisme– mikroorganisme yang hidup di dalam air
sangat bermacam–macam, ada yang pathogen (membahayakan bagi kesehatan manusia) dan
ada yang tidak pathogen. Oleh karena itu, air disamping sebagai kebutuhan hidup juga
sebagai media/sarana penularan penyakit. Sejumlah penyakit menular, terutama penyakit–
penyakit perut yang tergolong dalam “ Water borne deseases” , seperti typus, cholera, dan
gastrolenteritis ( common diarhea ), adalah penyakit–penyakit yang dapat berkembang dan
ditularkan melalui air. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut : “Bila sumur tidak
hygienis dan letaknya dekat sekali dengan kakus, dimana pada kakus itu ada faeses
(kotoran manusia) yang mengandung kuman-kuman cholera, maka kuman- kuman cholera tadi
akan ikut dengan air yang merembes masuk kedalam sumur. Bila air sumur yang telah
terkontaminasi oleh kuman-kuman cholera digunakan oleh manusia tanpa pengolahan
terlebih dahulu, maka kuman- kuman cholera itu akan masuk kedalam perut manusia dan akan
berkembang biak, maka manusianya akan sakit”.
Disamping air sebagai media penularan penyakit perut, air pun
merupakan pelarut yang sangat baik. Oleh karena itu di dalam air banyak dijumpai zat-zat
kimia atau mineral-mineral. Zat kimia dan mineral-mineral itu kadar di dalam air tergantung
dari daerah yang di laluinya.
Agar supaya air itu bisa digunakan oleh manusia secara aman (tidak
mengganggu/membahayakan kesehatan), maka organisme-organisme, bahan-bahan kimia dan
mineral-mineral tadi keberadaannya harus pada batas-batas tertentu, dengan kata lain air
tersebut harus memenuhi syarat- syarat tertentu. Syarat ini dinamakan syarat kualitas air
minum.
Air minum bisa didefinisikan sebagai berikut : “Air minum adalah air yang telah
memenuhi syarat kualitas air minum (syarat fisik, kimiawi dan bakteriologi)”, yang
dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
II-2 - 77
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 78
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Karena terbatasnya tekanan air di pipa distribusi PDAM, maka sistem ini hanya
bisa untuk bangunan kecil atau bangunan rumah sampai dengan 2 (dua) lantai.
Pada umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal dari
pipa cabang sistem penyediaan air minum secara kolektif (dalam hal ini pipa cabang distribusi
PDAM).
b) Sistem tangki tekan
Biasanya sistem ini digunakan bila air yang akan masuk kedalam bangunan,
pengalirannya menggunakan pompa. Prinsip kerja sistem ini dapat dijelaskan sebagai berikut :
Air dari sumur atau yang telah ditampung dalam tangki bawah dipompakan ke dalam suatu
bejana (tangki) tertutup, sehingga air yang ada didalam tangki tertutup tersebut dalam keadaan
terkompresi. Air
dari tangki tertutup tersebut dialirkan ke dalam sistem distribusi bangunan.
2 2
fluktuasi tekanan biasanya ditetapkan antara 1,00 kg/cm sampai 1,50 kg/cm . Pada
umumnya sumber air yang digunakan pada sistem ini adalah, air yang berasal
II-2 - 79
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau dari sumur atau dari PDAM
dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih jelasnya sistem ini dapat dilihat
pada Gambar 2-65.
c) Sistem tangki atap
Apabila sistem sambungan langsung oleh berbagai hal tidak dapat diterapkan, maka
dapat diterapkan sistem tangki atap.
Dalam sistem ini, air ditampung terlebih dahulu pada tangki bawah, lalu dipompakan ke
tangki atas. Tangki atas dapat berupa tangki yang disimpan diatas atap atau dibangunan yang
tertinggi, dan bisa juga berupa menara air. Pada umumnya sumber air yang digunakan pada
sistem ini adalah, air yang berasal dari reservoir bawah (yang sumbernya bisa dari PDAM atau
dari sumur atau dari PDAM dan sumur) atau langsung dari sumur (air tanah). Untuk lebih
jelasnya sistem ini dapat dilihat pada Gambar 2-66.
II-2 - 80
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 81
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
a) Syarat kualitas :
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plambing
air minum, harus memenuhi syarat kualitan air minum, yaitu syarat fisik, syarat kimiawi,
dan syarat bakteriologi, yang sesuai dengan peraturan pemerintah, dalam hal ini Departmen
Kesehatan.
b) Syarat kuantitas :
Air minum yang masuk kedalam bangunan atau masuk kedalam sistem plambing
air minum, harus memenuhi syarat kuantitas air minum, yaitu kapasitas air minum harus
mencukupi berbagai kebutuhan air minum bangunan gedung tersebut. Untuk menghitung
besarnya kebutuhan air minum dalam bangunan gedung didasarkan pada pendekatan sebagai
berikut :
Jumlah penghuni gedung, baik yang permanen maupun yang tidak
permanen.
Unit beban alat plambing
Luas lantai bangunan
Perhitungan kebutuhan air berdasarkan luas lantai banguan hanya digunakan untuk
menentukan kebutuhan air pada waktu pra rancangan, tidak untuk bangunan gedung
yang sudah selesai rancangannya. Perhitungan berdasarkan jumlah penghuni, dipakai untuk
bangunan gedung rumah tinggal.
Contoh perhitungan :
a) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal sederhana
dengan jumlah penghuni sebanyak 5 jiwa.
- Asumsikan kebutuhan air sebesar 100 l/jiwa/hari.
- Kebutuhan air sebesar : 5 jiwa X 100 l/jiwa/hari = 500 l/hari.
b) Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk rumah tinggal mewah dengan
jumlah penghuni sebanyak 8 jiwa.
- Asumsikan kebutuhan air sebesar 250 l/jiwa/hari.
- Kebutuhan air sebesar : 8 jiwa X 250 l/jiwa/hari = 2.000 l/hari.
II-2 - 82
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing, dipakai untuk bangunan gedung
berlantai banyak. Contoh perhitungan berdasarkan Unit Beban Alat Plambing (UBAP).
Menentukan banyaknya kebutuhan air minum untuk bangunan hotel dengan jumlah
lantai sebanyak 8 lantai.
Asumsikan dalam hotel tersebut terdapat peralatan plambing sebagai berikut :
- Kakus dengan tangki gelontor sebanyak 50 unit
- Peturasan sebanyak 10 unit
- Bak cuci tangan sebanya 50 unit
- Bak mandi sebanyak 50 unit
- Dus sebanyak 10 unit
Untuk menghitung besarnya kebutuhan air didapat jumlah Unit Beban Alat
Plambing (UBAP) sebagai berikut :
- Kakus dengan tangki gelontor 50 unit X 5 = 250 UBAP
- Peturasan sebanyak 10 unit X 10 = 100 UBAP
- Bak cuci tangan sebanyak 50 unit X 2 = 100 UBAP
- Bak mandi sebanyak 50 unit X 4 = 200 UBAP
- Dus sebanyak 10 unit X 4 = 40 UBAP Jumlah
total unit beban alat plambing 690 UBAP
Didapat besarnya kebutuhan air minum, sebesar 680 l/menit.
TABEL 2-2. BEBAN KEBUTUHAN ALAT PLAMBING
No Alat Plambing Hunian Unit Beban Alat
II-2 - 83
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Beban alat plambing yang tidak tercantum dalam Tabel 2-2 harus diperkirakan dengan
membandingkan alat plambing tersebut dengan alat plambing yang memakai air dalam debit
yang sama. Beban yang tercantum dalam Tabel 2-2 adalah untuk seluruh kebutuhan.
Alat plambing yang dilengkapi dengan air panas dan air dingin mempunyai beban
masing-masing sebesar ¾ dari beban yang tercantum
dalam Tabel 2-2.
II-2 - 84
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Gambar 2-69. Grafik Hubungan Air Minum Dengan Alat Unit Plumbing
c) Syarat tekanan
Tekanan air yang kurang mencukupi akan menimbulkan kesulitan dalam
pemakaian air. Tekanan yang berlebihan dapat menimbulkan rasa sakit terkena pancaran air
serta mempercepat kerusakan peralatan plambing, dan menambah kemungkinan timbulnya
pukulan air. Besarnya tekanan air yang baik berkisar dalam suatu daerah yang agak lebar
dan bergantung pada
persyaratan pemakaian atau alat yang harus dilayani Tekana air yang berada
II-2 - 85
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
pada sistem plambing (pada pipa) tekanannya harus sesuai dengan ketentuan
yang berlaku, diantaranya yaitu :
2
- Untuk Perumahan dan hotel antara 2,5 kg/c m atau 25 meter kolom
2
air (mka) sampai 3,5 kg/cm atau 35 meter kolom air (mka).
2
- Untuk Perkantoran 4,0 kg/cm atau 40 meter kolom air (mka)
Catatan :
- 1&2 Tekanan Minimum yang dibutuhkan katup gelontor untuk kloset dan urinal yang
dimuat dalam Tabel 2 ini adalah tekanan statik pada waktu air mengalir, dan tekanan
II-2 - 86
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Untuk bangunan yang berlantai banyak, misalnya 64 tingkat, maka tekanan air dilantai
bawah (untuk sistem pengaliran air dengan menggunakan tangki atap) akan sangat besar, yaitu
sebasar 64 X 3,50 m = 224 meter kolom air (mka). Oleh karena itu, agar tekana air tidak
melampoi batas yang ditentukan, maka bangunan tersebut harus dibagi menjadi beberapa bagian
atau zona, dimana setiap zona tekanan airnya tidak melampoi tekanan yang terlah ditentukan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2-70.
II-2 - 87
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 88
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 89
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 90
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
d) Tangki air
Tangki air biasa disebut juga reservoir, berfungsi sebagai tempat menyimpan air
minum sementara. Tangki air bisa diletakan dibawah atau diatas tanah (ground reservoir),
pada atap bangunan atau bangunan yang tertinggi, dan pada menara air. Sebaiknya tangki
bawah untuk bangunan gedung tidak diletakan didalam tanah (ditanam), tetapi diletakan
diatas tanah dengan ketinggian sekitar 45 cm sampai 60 cm diatas tanah, agar tidak mudah
terkotori, dan mudah untuk pemeliharaan. Untuk lebih jelasnya
perletakan tangki diatas tanah dapat dilihat pada Gambar 2-74.
Tangki-tangki yang digunakan untuk menyimpan air minum harus dibersihkan secara
teratur, agar kualitas air minum tetap terjaga. Disamping itu sinar matahari tidak boleh masuk
atau menembus kedalam tangki, agar lumut (ganggang) tidak tumbuh. Disyaratkan juga agar
tangki air tidak merupakan
bagian struktural dari bangunan, serta lokasinya tidak berdekatan dengan
II-2 - 91
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
tempat pembuangan air kotor atau kotoran lainnya. Serta lokasi tangki juga tidak boleh di
tempat yang sering didatangi orang, kecuali petugas yang akan
melakukan perawatan dan pembersihan.
II-2 - 92
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Riol (riool) : adalah pipa yang digunakan untuk menyalurkan air limbah. Sistem yang digunakan
di indonesia adalah sistem terpisah, oleh karena itu riol (riool) hanya digunakan untuk
mengalirkan air kotor.
Riol Gedung : adalah bagian dari sistem pembuangan air kotor yang membentang dari ujung
saluran pembuangan gedung dan menyalurkan buangannya ke saluran pembuangan kota, pribadi,
atau tempat pembuangan lainnya yang dibenarkan.
Riol (riool) kota : adalah jaringan saluran pembuangan air kotor di kota, yang menghubungkan
saluran riol gedung dengan unit pengolahan air kotor kota. Karena di Indonesia sistem
pengaliran air kotor dengan sistem pengaliran air hujan terpisah.
Oleh karena itu fungsi dari riol kota hanya untuk mengalirkan air kotor,
lebih spesifik lagi air kotor rumah tangga atau limbah cair rumah tangga.
Air kotor dari bangunan gedung disebut juga air limbah domestik atau air limbah rumah
tangga.
Seperti telah dijelaskan diatas, air kotor adalah air bekas atau air buangan yang
berasal dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, yaitu semua jenis air buangan rumah
tangga yang berasal dari : mandi, dapur, mencuci, kakus, dan lain sebagainya. Jadi air
kotor juga mengandung kotoran manusia (excreta, faeces).
Faeses mengandung zat organik, anorganik, bakteri (baik yang pathogen,
maupun yang tidak pathogen, seperti bakteri coli) dan kadang- kadang juga cacing atau telur
cacing. Disamping itu, proses pembusukan faeses, terutama didalam air terus
berlangsung, sehingga akan menimbulkan bau yang kurang baik. Oleh karena itu faeses,
perlu dikelola dengan baik dan benar, agar tidak menimbulkan bau yang kurang baik, dan
penyebaran penyakit. Karena air kotor mengandung faeses, maka air kotor pun perlu dikelola
secara baik dan benar.
Sistem pembuangan air kotor pada bangunan gedung ada 2 (dua) cara
yaitu :
Sistem individu (on site)
II-2 - 93
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 94
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 95
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 96
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
pipa tersebut terisi dengan air, hal ini akan menyebabkan masuknya gas yang berbau atau
beracun dari septic tank atau dari riol, disamping gas juga ada kemungkinan serangga bisa
masuk.
Untuk mencegah hal tersebut diatas, maka pada sistem pembuangna air kotor didalam
bangunan gedung perlu dipasang suatu alat yang disebut “perangkap”atau “trap”,
biasanya berbentuk leher angsa atau “U”, yang akan menahan bagian terakhir dari air
penggelontor, sehingga merupakan suatu “penyekat” atau penutup air yang mencegah masuknya
gas.
Fungsi perangkap adalah, untuk mencegah bau busuk (gas) dari septic- tank atau riol
masuk ke dalam ruangan dimana alat-alat plambing air kotor (alat-alat saniter) berada.
Agar perangkap dapat berfungsi dengan baik, maka perangkap
tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya adalah sebagi berikut :
- Kedalaman air penutup. Kedalaman air penutup ini biasanya berkisar antara 50 mm
sampai 100 mm.
- Konstruksinya harus sedemikian rupa agar dapat selalu bersih dan tidak
menyebabkan kotoran tertahan atau mengendap. Aliran air buangan harus menimbulkan
efek “membersihkan diri”, jadi perangkap tersebut dan permukaan dalamnya harus
cukup licin agar kotoran tidak tersangkut atau menempel pada permukaannya.
- Konstruksi perangkap harus sedemikian rupa sehingga fungsi air sebagai
“penutup” tetap dapat dipenuhi.
- Konstruksi perangkap harus cukup sederhana agar mudah
membersihkannya karena endapan kotoran lama kelamaan tetap akan terjadi.
3. Bak penampung dan pompa
Air kotor yang letaknya lebih rendah dari pada riol gedung atau riol kota dimasukan
terlebih dahulu ke dalam penampungan (bak penampung) dan kemudian dialirlan ke luar dengan
pompa atau alat lainnya.
II-2 - 97
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Bak penampung ini harus dibuat dengan konstruksi kedap air, tidak membocorkan gas
dan bau, serta harus dilengkapi dengan pipa ven. Bak penampung ini tidak boleh dibuat
sehingga salah satu dindingnya merupakan dinding pemisah dengan bak penampung air minum.
4. SEPTIC-TANK DAN
RESAPAN
Septic-tank atau tangki septic disebut juga tangki pembusuk, karena pada tangki
ini timbul proses pembusukan faeses oleh bakteri pembusuk dengan bantuan oxygen
menjadi lumpur dan gas (H2S dan NH4).
Disebagian besar negara-negara diluar negri, seperti di Amerika, Inggris, dan
lain- lain, septic-tank berfungsi untuk menampung semua air kotor dari rumah tangga kecuali air
hujan (dari kamar mandi, kakus, dapur, bak cuci tangan, dan alat-alat pembuangan rumah tangga
lainnya). Penyaluran semua air kotor rumah tangga kedalam septic-tank juga dianjurkan oleh
W.H.O.
Air sabun tidak akan mengganggu bekerjanya septic-tank dalam hal
pengendapan maupun pembusukan, demikian juga halnya dengan detergents synthetic (syndet)
tidak semuanya mengganggu, yang mengganggu hanya persenyawaan-persenyawaan
ammonium kwarterne (quaternary ammonium compounds), yang terkenal mempunyai
daya bactericide. Akan tetapi persenyawaan-persenyawaan ammonium kwarterner pun ternyata
hanya menghentikan sebagian saja dari proses pembusukan, oleh karena itu proses pembusukan
masih dapat berlangsung dengan baik, karena didalam septic-tank, persenyawaan tersebut telah
diencerkan lagi dengan air kotor rumah tangga lainnya yang tidak mengandung detergent.
Dari pengalaman dilapangan, ternyata bahwa pemakaian air yang
sedikit sekali menyebabkan terdapatnya zat-zat padat yang banyak sekali pada air kotor dan
ini akan menyebabkan tersumbatnya pipa saluran air kotor, dengan mengalirkannya semua air
kotor rumahtanga kedalam septic-tank bahaya tersebut akan sangat diperkecil, juga dapat
diharapkan, bahwa dengan lebih banyaknya lagi kotor yang dapat melarut kedalam air, sehingga
jumlah lumpur yang harus ditampung didalam septic-tank akan dapat
diperkecil. Oleh karena itu, sebaiknya semua air kotor yang berada dalam
II-2 - 98
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
rumah tangga, baik dari kamar mandi dan kakus, maupun dari dapur, bak cuci tangan,
dan lainnya seluruhnya dibuang atau dialirkan ke septic-tank.
Septik-tank terbuat dari bahan yang rapat air, kuat, dan tahan terhadap asam, pada
umumnya terbuat dari konstruksi beton atau pasangan batu bata.
Agar fungsi septic-tank dan bidang resapan atau sumur resapan bisa
optimal, maka septic-tank harus diletakan pada lokasi dimana ketinggian muka air
tanah lebih besar dari 2.00 meter.
Dasar-dasar perencanaan septic-tank adalah sebagai berikut :
- Waktu tinggal (detention time) air kotor didalam septic-tank ditetapkan selama 24 jam
(satu hari penuh).
- Pemakaian air setiap orang setiap hari sebesar 100 liter. (pada seminar
on sewage disposal W.H.O di kandy-ceylon telah ditetapkan, bahwa agar septic-
tank dapat bekerja dengan baik, diperlukan suatu persediaan air sedikit-dikitnya
20 imperial gallons atau 91 liter untuk setiap orang seharinya).
- Volume septic-tank yang paling kecil ditetapkan untuk pemakaian oleh
10 orang sesuai dengan anjuran W.H.O.
- Untuk ruang penyimpanan Lumpur disediakan 30 liter untuk setiap pemakai
setiap tahunnya. (menurut W.H.O besar ruang lumpur sekurang-kurangnya 1 cb ft
atau sebesar 28,8 liter per capita per tahun).
- Frekwensi pembuangan lumpur menurut W.H.O antara 1 tahun sampai
4 tahun.
- Untuk ruang gas dan busa disediakan tempat yang tinginya sekurang- kurangnya 30
cm diatas permukaan air (menurut W.H.O, seminar di Ceylon ruang antara permukaan
air di septic-tank dan tutupnya harus antara 6 inch sampai 1 ft atau antar 15 cm sampai
30 cm).
- Kedalaman air pada septic-tank sekurang-kurangnya 1,00 meter.
- Panjang septic-tank sekurang-kurangnya 1,25 meter. Untuk septic-tank yang
berbentuk bulat, diameter (garis tengah) septic-tank sekurang- kurangnya 1,25 meter.
- Lebar septic-tank sekurang-kurangnya 0,80 meter.
II-2 - 99
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
: 1,25 m
Lebar : 1,00 m
Tinggi : 1,90 m
II-2 - 100
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Air yang keluar dari septic-tank kandungan BOD nya masih cukup tinggi, dan ada
kemungkinan masih mengandung bakteri-bakteri pathogen atau telur cacing, dan masih berbau.
Oleh karena itu bila air yang keluar dari septic-tank dibuang keperairan terbuka (badan air
terbuka) maka akan menyebabkan pencemaran terhadap perairan terbuka tersebut. Melihat
hal-hal seperti tersebut diatas, maka air yang keluar dari septic-tank (efluen) tidak boleh dibuang
langsung ke badan-badan air, tanpa pengolahan terlebih dahulu.
Untuk mencegah pencemaran badan air terbuka , maka air yang keluar dari septic-
tank perlu diolah terlebih dahulu sampai memenuhi persyaratan kualitas air kotor yang diizinkan
oleh peraturan setempat sebelum dibuang ke perairan terbuka. Pengolahan ini sangat sulit
untuk dilakukan, karena kapasitas air yang keluar dari septic-tank sangat sedikit dan tidak
terus menerus.
Oleh karena itu cara yang paling mudah untuk mengolah air yang keluar dari septic-
tank, yaitu dengan cara, air yang keluar dari septick-tank diresapkan kedalam tanah dengan
cara meresapkan melalui sumur resapan atau bidang resapan.
Agar supaya baik sumur resapan, bidang resapan, maupun septic-tank
tidak mengganggu lingkungan sekitarnya maka lokasi dari sumur resapan, bidang resapan, dan
septic-tank ada persyaratan jarak tertentu. Persyaratan jarak minimum dari septic-tank,
dan peresapan untuk kondisi tanah biasa dapat dibaca pada Tabel 2-5.
II-2 - 101
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 102
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 103
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
dalam suatu bangunan yang disebut septic tank atau melalui sistem pengurai yang memanfaatkan
bakteri yang disebut dengan Biotech. Sedangkan sistem terpusat adalah pembuangan air limbah
melalui saluran yang berfungsi menampung dan mengalirkan air limbah tersebut ke satu tempat
pengolahan yang jauh jaraknya dari sumber penghasil limbah.
4. Pengembangan Jaringan Drainase Luar
Dalam sistim drainase konvensional, saluran air hujan yang jatuh pada suatu kawasan
harus secepatnya dibaung kesungai. Drainase konvensional dibuat dengan cara membuat saluran-
saluran lurus terpendek menuju sungai. Saluran air hujan diupayakan sesegera mungkin
mengalir ke sungai tersebut.
Konsep pengembangan jaringan drainase pada menggunakan konsep
drainase ramah lingkungan atau biasa disebut : Ekodrainase. Konsep ini didefinisikan sebagai
upaya mengelola air. Kelebihannya dengan cara sebesar- besarnya diserapkan ke dalam tanah
secara alamiah atau mengalirkan ke sungai dengan tanpa melampaui kapasitas sungai/danau
bautan.
Ada 4 (empat) metode drainase ramah lingkungan, yaitu :
a) Kolom konservasi (resapan)
b) Sumur resapan
c) Riversaide polder
d) Pengembangan perlindungan air tanah (ground water protection water area)
5. Pengembangan Air Bersih/ Air Minum
Air bersih diperlukan untuk berbagai kegiatan dan kepentingan. Jika ditinjau dari
beberapa kegiatan diatas, amak sistem penyediaan air bersih dalam bangunan gedung kantor
merupakan salah satu instruktur yang penting keberadaannya, sehingga konsep desainnya
memerlukan kajian lebih lanjut. Konsep pengembangan air bersih didasarkan atas luasan tapak
peruntukan, jumlah orang yang berkegiatan di dalam kantor. Saat ini alternatif sumber air bersih
diasumsi dari jaringan PDAM setempat. Jika memungkinkan, berasal dari
sumur air dalam (deep well).
II-2 - 104
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 105
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 106
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 107
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
(seperti kebakaran), dan yang terkait pada keamanan penghuni / pengguna bangunan dan harta
benda yang ada dalam bangunan yang ditujukan untuk manangkal kejahatan (seperti
perampokan, pencurian, aksi terror dan bentuk kejahatan lainnya).
Sebagai alat pemberi tanda jika terjadi kebakaran, banugnan dilengkapi
dengan sistim tanda bahaya (alarm system) yang panel induknya berada dalam ruang
pengandali kebakaran, sedang sub panelnya dapat dipasang disetiap lantai berdekatan dengan
kotak hidran. Pengoperasian tanda bahaya dapat dilakukan secara manual dengan memecahkan
kaca tombol sakelar tanda kebakaran atau bekerja secara otomatis, dimana tanda bahaya
kebakaran dihubungkan dengan sistim detector (detector asap atau panas) atau sistim sprinkler
(Gambar 2-79).
II-2 - 108
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Perbedaan sistim tanda bahaya pada pencegahan kebakaran dan pencegahan bahaya
kejahatan terletak pada peralatan detektornya. Pada tanda bahaya sistim keamanan (securyti
system) digunakan berbagai jenis detector/sensor, yaitu sensor ultrasonic, sensor gelombang
mikro (microwave), sensor infra merah (infra red) atau sensor suara (sound discriminating).
Sederhananya, sensor dapat berupa sakelar yang ditempatkan pada
lokasi tertentu dan dapat difungsikan secara manual untuk membuat tanda bahaya berfungsi.
Pada benda-benda yang diam, panjang pantulan gelombangnya tetap sama, tetapi jika ada
objek yang bergerak maka terjadi perubahan panjang pantulan gelombang, dan hal ini akan
mengaktifkan tanda bahaya. Prinsip ini digunakan pada sensor ultrasonic dan sensor
gelombang mikro. Sensor ultrasonic dapat dikacaukan jika terjadi turbelensi udara akibat
sistim tata udara atau adanya bunyi.
4. Sistim Penagkal Petir
Petir merupakan kejadian alam dimana terjadi loncatan muatan listrik ke bumi yang
tidak dapat dikendalikan dan mengakibatkan kerusakan. Untuk menghindari atau
meminimalkan kerugian akibat petir diperlukan sistim perlindungan yang tepat, sehingga
kerugian yang disebabkan oleh petir, baik berupa kebakaran, kehancuran ataupun kerusakan
jaringan listrik dan peralatan elektronik dapat dihindari atau dibatasi (Gambar 2-23, Gambar
b-18 dan Gambar 2.80) menunjukkan beberapa sistim penangkal petir yang biasa
digunakan.
II-2 - 109
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 110
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 111
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 112
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 113
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
yang tertutup agar tidak terkontaminasi denga udara yang sudah tercemar, dan dilengkapi
dengan penghawaan dan pencahaayaan bautan serta diperindah dengan penutup lantai, dinding,
dan plafon yang terbuat dari bahan-bahan sintetik. Tanpa disadari, bangunan modern seperti ini
memberi peluang menurunnya mutu udara didalam bangunan, akibat pertukaran udara yang
kurang baik.
Mutu Udara di dalam bangunan bertambah buruk dengan digunakannya obat
pembasmi serangga (nyamuk, Kecoa, dan serangga lainnya), tanaman hias didalam ruangan,
asap rokok dan debu, serta gas baracun lainnya yang berasal dari dapur dan garasi. Penurunan
mutu udara di dalam ruangan menyebabkan meningkatnya jumlah anak yang terkena asma dan
alergi. Hal ini disebabkan sebagian besar aktivitas manusia dilakuakn didalam ruangan (manusia
menggunakan sekitar 90% waktunya di dalam ruangan, baik dirumah maupun ditempat
kerja/kantor).
Penyebab menurunnya mutu udara didalam bangunan yang dapat dikatagorikan sebagai
penyebab polusi udara dalam ruangan adalah
:Campuran Bahan Organik yang mudah menguap, ini terdiri atas bahan
alamiah dan sintetik yang mengandung karbon hidrogen pada tingkat molekuler, baik berupa
benda padat, cair maupun gas.
Campuran ini mungkin menguap pada temperatur kamar, seperti gas methan, gas
hidrokarbon, kapur barus, parafin, formadehida, aseton, karbit, lilin, minuman keras, deterjen, cat
dan seratsintetik. Campuran ini banyak ditemukan dalam bentuk kayu lapis, papan partikel
(particle board), perekat, cat, fuberglass, cairan pembersih, karpet dan plastik.
1. Pestisida
Secara teknis, ada pestisida yang dapat dikatagorikan sebagai bahan campuran organik
yang mudah menguap, tetapi penggunaanya dapat membawa dampak yang lebih luas pada
kesehatan manusia dan lingkungan.
Meskipun bahan-bahan beracun juga banyak digunakan untuk
perbaiakn tanah, sebelum dilakuakn proses ppelaksanaan pembangunan, perlindungan terhadap
kayu, cat dan karpet.
II-2 - 114
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Beberapa hal yang sering kali dapat mendatangkan masalah bagi pengguna banggunan,
yang menyebabkan diperlukannya pestisida, di antaranya adalah :
a) Bekas pohon yang ditebang dan kemudian menjadi sarang rayap
b) Kayu yang ditumbuhi jamur atau sarang serangga (lebah, rayap danb semut)
c) Bukaan yang tidak tertutup secara baik atau tidak diberikan kawat kasa. d) Dinding atau
atap yang mengalami kebocoran atau meresdapnya air.
2. Bahan yang Mudah Terbakar/ Meletus
Bahan-bahan seperti gas, minyak, orang, kayu dan tembakau yang terbakar didalam
ruangan akan menghasilkan asap atau gas (emisi). Emisi yang dapat mendatangkan bahaya,
diantaranya adalah emisi dari :
a) Nitrogen Dioksida b)
Nitrouen Oksida c)
Sulfur Oksida
d) Hidrogen Sianida
e) Karbon Mono-oksida f)
Karbon Dioksida
g) Formaldehida h)
Hidrokarbon
Bahan-bahan ini dapat ditemukan jika dilakukan hal-hal tertentu, di antaranya :
a) Penerangan dengan menggunakan bahan bakar minyak/gas
b) Alat masak yang diletakkan dalam ruangan yang kurang ventilasinya c) Garasi yang
tidak terisolasi secara baik dengan ruang tinggal
d) Tungkun Pembakaran yang terbuka e) Asap
Rokok
f) Bahan Alamiah yang Polutan
Gas Radon terkumpul dalam jumlah yang cukup tinggi di dalam bangunan dapat
menyebabkan dampak buruk akibat kandungan radioaktif yang terkandung didalamnya.
II-2 - 115
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Logam tertentu, seperti alumanium, temabag, dan tambal yang terakumulasi dalam
jaringan tubuh manusia dapat menyebabkan panyakit hati, kerusakan otak dan gagal ginjal. Oleh
sebab itu, air yang ingin dikonsumsikan, terutama yang berasal dari sumur, perlu diuji mutu.
Airnya, apakah layak untuk digunakan bagi keperluan sehari-hari. Air yang digunakan dapat pula
tercemar oleh bakteri clan residu pestisida.
Palutan yang berasal dari unsur biologis, diantaranya yang berasal dari tepung sari
bunga, debu rumah tangga, serangga/kutu dan jamur, dapat di kurangi denagna melakukan
penyaringan (filtralisasi) udara dan air.
3. Medan Eletromagnet
Medan Eletromagnet mungkin merupaka palutan yang paling kontrovesial.Penelitian
dalam dua dekade terakhir menunjukan bahwa meda elektromagnet dapat menyebabkan
timbulnya penyakit kanker tertentu atau meningkatkan jumlah bayi yang lahir cacat.
Medan Elektromagnet dapat timbul akibat pemasanagn jaringan kabel listrik yang tidak
sempurna, peralatan yang menggunakan motor, lintasan kabel teganggan tinggi, atau tidak
tersedianya sistem pembumian (grounding system) pada panel listrik.
4. Kelembaban Udara
Sebagian besar gangguan kesehatan , baik yang berdampak pada kondisi fisik
maupun psikis, umumnya diakibatkan oleh redahnya mutu udara. Di dalam bangunan, akibat
adanya pencemaran. Disamping itu, kelembaban udara juga dapat membawa pengaruh pada
mutu udara yang dikaitkan denga kemungkinan adanya bakteri, virus, jamur, serangga, dan
gangguan
kesehatan lainnya, sebagaimana terlihat dalam
II-2 - 116
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 117
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 118
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 119
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 120
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
atau leher angsa. Perangkap udara ini dapat mencegah masuknya binatang kecil
(kecoak,tikus,dll) ke dalam ruangan melalui pipa.
Selanjutnya untuk air buangan atau air kotor yang mengandung lemak (air buangan
dari dapur), perlu digunakan perangkap minyak (grease trap). Dan untuk memdahkan
perbaikan atau pembersihan saluran pipa. Jika terjadi penyumbatan oleh benda-benda atau
kotoran, pada saluran pembuangan disediakan lubang kontrol pembersihan (clean out), yang
dapat ditempatkan pada lantai atau berupa sumbat pada ujung pipa.
3. Peralatan Pengolahan Limbah
Pada bangunan rumah tinggal, air buangan.air kotor dibuang melalui septik tank dan
selanjutnya dialirkan kembali kedalam tanah melalui rembesan. Namun, pada bangunan publik,
penggunaan septik tank dirasa kurang memadai, oleh karenanya umumnya digunakan sistem
pengolahan air limbah (SPT-Sewage Treatment Plant).
Pada dasarnya sistem pengolah limbah terdiri dari dua proses utama, yaitu proses
mekanik, berupa penyaringan, pemisahan dan pengendapan, serta proses biologi/kimia,
berupa proses aktivitas bakteri yang memamfaatkan dari udara (acrob) dan proses
netralisasi cairan dengan asam atau memasukkan bahan kimia untuk oksidasi, seperti aerasi
dengan menggunakan molekul, proses pengolahan endapan aktif (activate sludge process), dan
pemusnahan kuman (desinfection) denagn menggunakan kaporit (chlorine.
Secara skematik, proses pengolahan limbah dapat dilihat pada gambar
2-84.
II-2 - 121
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 122
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
4. Integrasi Pemipaan
Gambar 2-85 berikut ini menunjukan integrasi pemipaan yang digunakan untuk air
dingin, air es, air hangat, air panas, pipa pembuanagn dan pemasok bahan bakar.
II-2 - 123
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
RUANG
1. Esensi
Ukuran dasar ruang tiga dimensi (panjang, lebar, tinggi) yang mengacu kepada ukuran
tubuh manusia dewasa, peralatan yang digunakan, dan ruang yang dibutuhkan untuk mewadahi
pergerakannya.
3. Persyaratan
a. Ukuran dasar ruang diterapkan dengan mempertimbangkan fungsi bangunan,
bangunan dengan fungsi yang memungkinkan digunakan oleh orang banyak secara
sekaligus, seperti balai pertemuan, bioskop, dsb. harus menggunakan ukuran dasar
maksimum.
b. Ukuran dasar minimum dan maksimum yang digunakan dalam pedoman
ini dapat ditambah atau dikurangi sepanjang asas-asas aksesibilitas dapat tercapai.
c. Ukuran Dan Detail Penerapan Standar.
II-2 - 124
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 125
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Duduk Jangkauan
Duduk Jangkauan
Kesamping
Kedepan
II-2 - 126
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 127
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
USULAN
TEKNIS
B. JALUR PEDESTRIAN
1. Esensi
Jalur yang digunakan untuk berjalan kaki atau berkursi roda bagi penyandang cacat,
yang dirancang berdasarkan kebutuhan orang untuk bergerak aman, nyaman dan tak terhalang.
2. Persyaratan
a. Permukaan
Permukaan jalan harus stabil, kuat, tahan cuaca, bertekstur halus tetapi tidak
licin. Hindari sambungan atau gundukan pada permukaan, kalaupun terpaksa ada,
tingginya harus tidak lebih dari
1,25 cm. Apabia menggunakan karpet, maka ujungnya harus kencang
dan mempunyai trim yang permanen. b.
Kemiringan
c. Area istirahat
Lebar minimum jelur pedestrian adalah 120 cm untuk jalur searah dan
160 cm untuk dua arah. Jalur pedestrian harus bebas dari pohon, tiang rambu-rambu
dan benda-benda pelengkap jalan yang menghalang.
h. Tepi pengaman
Penting bagi penghentian roda kendaraan dan tongkat tuna netra ke arah area yang
berbahaya. Tepi pengaman dibuat setinggi minimum
10 cm dan lebar 15 cm sepanjang jalur pedestrian.
C. AREA PARKIR
1. Esensi
Area parkir adalah tempat parkir kendaraan yang dikendarai oleh penyandang cacat,
sehingga diperlukan tempat yang lebih luas untuk naik turun kursi roda, daripada tempat
parkir yang biasa. Sedangkan daerah untuk menaik-turunkan penumpang (Passenger Loading
Zones) adalah tempat bagi semua penumpang, termasuk penyandang cacat, untuk naik atau turun
dari kendaraan.
2. Persyaratan
Fasilitas parkir kendaraan:
- Tempat parkir penyandang cacat terletak pada rute terdekat menuju
bangunan/ fasilitas yang dituju, dengan jarak maksimum 60 meter.
- Jika tempat parkir tidak berhubungan langsung dengan bangunan, misalnya pada
parkir taman dan tempat terbuka lainnya, maka tempat parkir harus diletakkan
sedekat mungkin dengan pintu gerbang masuk dan jalur pedestrian.
- Area parkir harus cukup mempunyei ruang bebas di sekitarnya
sehingga pengguna berkursi roda dapat dengan mudah masuk dan keluar dari
kendaraannya.
- Area parkir khusus penyandang cacat ditandai dengan simbol tanda
parkir penyandang cacat yang berlaku.
II-2 - 130
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
- Pada lot parkir penyandang cacat disediakan ramp trotoir di kedua sisi
kendaraan.
- Ruang parkir mempunyai lebar 370 cm untuk parkir tunggal atau
620 cm untuk parkir ganda dan sudah dihubungkan dengan ramp dan jalan
menuju fasilitas-fasilitas lainnya.
- Daerah menaik-turunkan penumpang:
- Kedalaman minimal dari daerah naik turun penumpang dari jalan atau jalur lalu-
lintas sibuk adalah 360 cm dan dengan panjang minimal 600 cm.
- Dilengkapi dengan fasilitas ramp, jalur pedestrian dan rambu penyandang
cacat.
- Kemiringan maksimal 5° dengan permukaan yang rata di semua bagian.
- Diberi rambu penyandang cacat yang biasa digunakan untuk
mempermudah dan membedakan dengan fasilitas serupa bagi umum.
- Tabel jumlah tempat parkir yang aksesibel yang harus disediakan
pada setiap pelataran parkir umum. Tabel 2-
7. Kebutuhan tempat parkir.
JUMLAH TEMPAT PARKIR YANG JUMLAH TEMPAT PARKIR YANG
1-25 1
26-50 2
51-75 3
76-100 4
101-150 5
6
151-200
7
201-300
8
301-400
9
401-500
II-2 - 131
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
D. RAMP
1. Esensi
2. Persyaratan-persyaratan
a. Kemiringan suatu ramp di dalam bangunan tidak boleh melebihi 7°,
perhitungan kemiringan tersebut tidak termasuk awalan atau akhiran ramp (curb
ramps/landing) Sedangkan kemiringan suatu ramp yang ada di luar bangunan maksimum
6°.
b. Panjang mendatar dari satu ramp (dengan kemiringan 7°) tidak boleh lebih dari 900 cm.
Panjang ramp dengan kemiringan yang lebih rendah dapat lebih panjang.
c. Lebar minimum dari ramp adalah 95 cm tanpa tepi pengaman, dan
120 cm dengan tepi pengaman. Untuk ramp yang juga digunakan sekaligus untuk
pejalan kaki dan pelayanan angkutan barang harus dipertimbangkan secara seksama
lebarnya, sedemikian sehingga bisa dipakai untuk kedua fungsi tersebut, atau dilakukan
pemisahan ramp dengan fungsi sendiri-sendiri.
d. Muka datar (bordes) pada awalan atau akhiran dari suatu ramp harus
bebas dan datar sehingga memungkinkan sekurang-kurangnya untuk memutar kursi
roda dengan ukuran minimum 160 cm.
e. Permukaan datar awalan atau akhiran suatu ramp harus memiliki tekstur sehingga
tidak licin baik diwaktu hujan.
f. Lebar tepi pengaman ramp (low curb) 10 cm, dirancang untok
menghalangi roda kursi roda agal tidak terperosok atau keluar dari jalur ramp. Apabila
berbatasan langsung dengan lalu-lintas jalan umum atau persimpangan harus
dibuat sedemikian rupa agar tidak mengganggu jalan umum.
II-2 - 132
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
g. Ramp harus diterangi dengan pencahayean yang cukup sehingga membantu penggunaan
ramp saat malam hari. Pencahayaan disediakan pada bagian- bagian ramp yang
memiliki ketinggian terhadap muka tanah sekitarnya dan bagian- bagian yang
membahayakan.
h. Ramp harus dilengkapi dengan pegangan rambatan (handrail) yang
dijamin kekuatannya dengan ketinggian yang sesuai.
II-2 - 133
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 134
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
E. TANGGA
1. Esensl
Fasilitas bagi pergerakan vertikal yang dirancang dengan mempertimbangkan ukuran
dan kemiringan pijakan dan tanjakan dengan lebar yang memadai.
2. Persyaratan
a. Harus memiliki dimensi pijakan dan tanjakan yang berukuran seragam.
Harus memiliki kemiringan tangga kurang dari 60°
b. Tidak terdapat tanjakan yang berlubang yang dapat membahayakan
pengguna tangga.
c. Harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail) minimum pada
salah satu sisi tangga.
d. Pegangan rambat harus mudah dipegang dengan ketinggian 65 80 cm dari lantai, bebas
dari elemen konstruksi yang mengganggu, dan bagian ujungnya harus bulat atau
dibelokkan dengan baik ke arah lantai, dinding atau tiang.
e. Pegangan rambat harus ditambah panjangnya pada bagian ujung-
ujungnya (puncak dan bagian bawah) dengan 30 cm.
f. Untuk tangga yang terletak di luar bangunan, harus dirancang sehingga tidak ada air
hujan yang menggenang pada lantainya.
3. Ukuran dan Detail Penerapan Standar
II-2 - 135
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP
Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 136
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
F.
LIFT
1. Esensi
Lift adalah alat mekanis elektris untuk membantu pergerakan vertikal di dalam bangunan, baik
yang digunakan khusus bagi penyandang cacat maupun yang merangkap sebagai lift barang.
2. Persyaratan-persyaratan
a. Untuk bangunan lebih dari 5 lantai paling tidak satu buah lift yang aksesibel
harus terdapat pada jalur aksesibel den memenuhi standar teknis yang berlaku.
b. Toleransi perbedasn muka lantai bangunan dengan muka lantai ruang lift maksimurn 1,25
mm.
c. Koridor/lobby lift
- Ruang perantara yang digunakan untuk menunggu kedatangan lift, sekaligus
mewadahi penumpang yang baru keluar dari lift, harus disediakan. Lebar ruangan ini
minimal 185 cm, den tergantung pada konfigurasi ruang yang ada.
- Perletakan tombol dan layar tampilan yang mudah dilihat den
dijangkau.
- Panel luar yang berisikan tombol lift harus dipasang di tengah- tengah ruang
lobby atau hall lift dengan ketinggian 90-110 cm dari muka lantai bangunan.
- Panel dalam dari tombol lift dipasang dengan ketinggian 90-120 cm dari muka
lantai ruang lift.
- Semua tombol pada panel harus dilengkapi dengan panel huruf
Braille, yang dipasang dengan tanpa mengganggu panel biasa.
- Selain terdapat indikator suara, layar/tampilan yang secara visual menunjukkan
posisi lift harus dipasang di atas panel kontrol dan di atas pintu lift, baik di dalam
maupun di luar lift (hall/koridor).
d. Ruang Lift
- Ukuran ruang lift harus dapat memuat pengguna kursi roda, mulai dari
masuk melewati pintu lift, gerakan memutar, menjangkau
II-2 - 137
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
panel tombol dan keluar melewati pintu lift. Ukuran bersih minimal ruang lift
adalah 140cm x 140cm.
- Ruang lift harus dilengkapi dengan pegangan rambat (handrail)
menerus pada ketiga sisinya. e.
Pintu lift
- Waktu minimum bagi pintu lift untuk tetap terbuka karena menjawab
panggilan adalah 3 detik.
- Mekanisme pembukaan dan penutupan pintu harus sedemikian rupa sehingga
memberikan waktu yang cukup bagi penyandang cacat terutama untuk masuk dan
keluar dengan mudah. Untuk itu lift harus dilengkapi dengan sensor photo-electric
yang dipasang pada ketinggian yang sesuai.
3. Ukuran dan Detail Penerapan Standar
II-2 - 138
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP
Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
USULAN
TEKNIS
USULAN
TEKNIS
G. KAMAR KECIL
1. Esensi
Fasilitas sanitasi yang aksesibel untuk semua orang (tanpa terkecuali penyandang cacat,
orang tua dan ibu-ibu hamil) pada bangunan atau fasilitas umum lainnya.
2. Persyaratan
a. Toilet atau kamar kecil umum yang aksesibel harus dilengkapi dengan tampilan
rambu "penyandang cacat" pada bagian luarnya.
b. Toilet atau kamar kecil umum harus memiliki ruang gerak yang cukup
untuk masuk dan keluar pengguna kursi roda.
c. Ketinggian tempat duduk kloset harus sesuai dengan ketinggian pengguna kursi
roda. (45-50 cm)
d. Toilet atau kamar kecil umum harus dilengkapi dengan pegangan
rambat (handrail) yang memiliki posisi dan ketinggian disesuaikan dengan
pengguna kursi roda dan penyandang cacat yang lain. Pegangan disarankan memiliki
bentuk siku-siku mengarah ke atas untuk membantu pergerakan pengguna kursi roda.
e. Letak kertas tissu, air, kran air atau pancuran (shower)
dan perlengkapan-perlengkapan seperti tempat sabun dan pengering tangan harus
dipasang sedemikian hingga mudah digunakan oleh orang yang memiliki
keterbatasanketerbatasan fisik dan bisa dijangkau pengguna kursi roda.
f. Kran pengungkit sebaiknya dipasang pada wastafel.
g. Bahan dan penyelesaian lantai harus tidak licin.
h. Pintu harus mudah dibuka untuk memudahkan pengguna kursi roda untuk membuka
dan menutup.
i. Kunci-kunci toilet atau grendel dipilih sedemikian sehingga bisa dibuka
dari luar jika terjadi kondisi darurat.
j. Pada tempat-tempat yang mudah dicapai, seperti pada daerah pintu masuk, dianjurkan
untuk menyediakan tombol pencahayaan darurat (emergency light button) bila sewaktu-
waktu terjadi listrik padam.
II-2 - 142
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 143
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP
Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
USULAN
TEKNIS
H. Pancuran
1. Esensi
Merupakan fasilitas mandi dengan pancuran (shower) yang bisa digunakan oleh semua
orang, khususnya bagi pengguna kursi roda
2. Persyaratan
a. Bilik pancuran (shower cubicles) harus memiliki tempat duduk yang lebar dan tinggi
disesuaikan dengan cara-cara memindahkan badan pengguna kursi roda.
b. Bilik pancuran harus memiliki pegangan rambat (handrail) pada posisi
yang memudahkan pengguna kursi roda bertumpu.
c. Bilik pancuran dilengkapi dengan tombol alarm atau alat pemberi tanda lain yang
bisa dijangkau pada waktu keadaan darurat.
d. Kunci bilik pancuran dirancang dengan menggunakan tipe yang~bisa
dibuka dari luar pada kondisi darurat (emergency).
e. Pintu bilik pancuran sebaiknya menggunakan pintu geser atau tipe bukaan keluar.
f. Pegangan rambat dan setiap permukaan atau dinding yang
berdekatan dengannya harus bebas dari elemen-elemen
USULAN
TEKNIS
II-2 - 146
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
USULAN
TEKNIS
I. TELEPON
1. Esensi
Peralatan komunikasi yang disediakan untuk semua orang yang sedang
mengunjungi suatu bangunan atau fasilitas umum.
2. Persyaratan
a. Telepon umum disarankan yang menggunakan tombol tekan, harus terletak pada
lantai yang aksesibel bagi semua orang termasuk penyandang cacat, orang tua dan ibu-ibu
hamil.
b. Ruang gerak yang cukup harus disediakan di depan telpon umum
sehingga memudahkan penyandang cacat untuk mendekati dan menggunakan
telpon.
c. Ketinggian telpon dipertimbangkan terhadap keterjangkauan gagang
telpon (120-125 cm).
d. Bagi pengguna yang memiliki pendengaran kurang, perlu disediakan alat kontrol
volume suara yang terlihat dan mudah terjangkau.
e. Bagi tuna rungu sebaiknya disediakan "telpon text", khususnya untuk di kantor pos,
bangunan komersial, dan fasilitas publilc lainnya.
f. Bagi tuna netra sebaiknya disediakan petunjuk telpon dalam huruf Braille
dan dilengkapi juga dengan isyarat bersuara (talking sign) yang terpasang di
dekat telpon umum.
g. Panjang kabel gagang telpon harus memungkinkan pengguna kursi roda
untuk menggunakan telpon dengan posisi yang nyaman. (+ 75cm).
h. Bilik telepon dapat dilengkapi dengan kursi yang disesuaikan dengan gerak pengguna.
USULAN
TEKNIS
II-2 - 149
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
K. PERABOT
1. Esensi
Perletakan barang-barang perabot bangunan dan furniture harus menyisakan ruang
gerak dan sirkulasi yang cukup bagi penyandang cacat.
2. Persyaratan
a. Sebagian dari perabot yang tersedia dalam bangunan umum harus dapat digunakan
oleh penyandang cacat, termasuk dalam keadaan darurat.
b. Dalam suatu bangunan yang digunakan oleh masyarakat banyak,
seperti bangunan pertemuan, konperensi pertunjukan dan kegiatan yang sejenis maka
jumlah tempat duduk aksesibel yang harus disediakan
adalah:
II-2 - 150
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 151
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP
Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
L. RAMBU
1. Esensi
Fasilitas dan elemen bangunan yang digunakan untuk memberikan informasi, arah,
penanda atau petunjuk bagi penyandang cacat.
2. Persyaratan
a. Penggunaan rambu terutama dibutahkan pada:
- Arah dan tujuan jalur pedestrian
- KM/WC umum, telpon umum
- Parkir khusus penyandang cacat iv. Nama fasilitas dan tempat. b.
Persyaratan Rambu yang digunakan:
- Rambu huruf timbul atau huruf Braille yang dapat dibaca oleh tuna
netra dan penyandang cacat lain.
- Rambu yang berupa gambar dan simbol yang mudah dan cepat ditafsirkan
artinya.
- Rambu yang berupa tanda dan simbol internasional.
- Rambu yang menerapkan metode khusus (misal; pembedaan perkerasan
tanah, warna kontras, dll).
- Karakter dan latar belakang rarnbu harus dibuat dari bahan yang tidak silau.
Karakter dan simbul harus kontras dengan latar belakangnya, apakah karakter
terang di atas Kelap, atau sebaliknya.
- Proporsi huruf atau karakter pada rambu harus mempunyai rasio lebar dan tinggi antara
3: 5 dan 1:1, serta ketebalan huruf antara 1: 5 danl:10.
- Tinggi karakter huruf dan angka pada rambu harus diukur sesuai
dengan jarak pandang dari tempat rambu itu dibaca . c. Lokasi
penempatan rambu:
- Penempatan yang sesuai dan tepat serta bebas pandang tanpa penghalang.
- Satu kesatuan sistem dengan lingkungannya.
- Cukup mendapat pencahayaan, termasuk penambahan lampu pada kondisi gelap.
II-2 - 152
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
- Tidak mengganggu arus (pejalan kaki dll) dan sirkulasi (buka/tutup pintu, dll).
II-2 - 153
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 154
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
USULAN
TEKNIS
Bangunan pertunjukan, bioskop, stadion dan Paling sedikit 2(dua) buah area untuk kursi roda untuk
bangunan sejenis dimana susunan tempat duduk setiap 400 tempat duduk yang ada dan kelipatannya yang
permanen tersedia sebanding harus tersedia
Bangunan asrama dan sejenisnya Paling sedikit 1(satu) buah kamar, yang sebaiknya terletak
pada lantai dasar, harus aksesibel
Restoran dan tempat makan diluar Paling sedikit 1(satu) meja untuk setiap 10 meja makan
ruangan yang ada dan kelipatannya, harus aksesibel
Bangunan parkir dan tempat parkir umum lainnya Lot parkir yang aksesibel dapat dihitung sebagai
berikut:
Lot parkir yang ada Lot parkir
Aksesibel
50 lot pertama 1 buah
50 lot berukitnya 1 buah
Setiap 200 lot 1 buah
Parkir yang ada
Bangunan – bangunan lain dimana masyarakat Tempat duduk untuk pengunjung penyandang cacat atau
umum berkumpul dalam jumlah besar seperti orang yang tidak sanggup berdiri dalam waktu lama atau
pusat perdagangan swalayan, departemen area untuk kursi roda harus tersedia secara memadai
II-2 - 157
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
II-2 - 158
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Sesuai dengan fungsinya, LPMP Provinsi Sumatera Barat bertanggung jawab dalam
memetakan mutu pendidikan di provinsi, memberikan supervisi, bimbingan, arahan, saran, dan
bantuan teknis kepada stakeholder pendidikan. Disamping itu LPMP juga punya tanggung jawab
melakukan analisis terhadap hasil ujian nasional untuk merumuskan program peningkatan
mutu sebagai salah satu tahapan dalam siklus sistem penjaminan mutu pendidikan.
Tugas dan fungsi LPMP Sumatera Barat yang terus berkembang dimulai dengan
pendirian Balai Penataran Guru (BPG) di bawah binaan Kanwil Dekdikbud provinsi Sumatera
Barat tahun 1976, dan menjadi LPMP esselon III sebagai UPT pusat tahun 2003 memperlihatkan
peran dan fungsi LPMP yang semakin berat khususnya dalam penjaminan mutu pendidikan.
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 66 Tahun
2008, tentang organisasi dan tata kerja lembaga penjaminan mutu pendidikan, LPMP Provinsi
Sumatera Barat ditunjuk sebagai salah satu LPMP esselon II di samping LPMP Sulawesi Selatan
dan LPMP Jawa Tengah dengan struktur organisasi yang terdiri dari :
1. Kepala (Ess. II)
2. Bag. Umum (Ess. III)
3. Bid. Pemetaan dan Supervisi Mutu Pendidikan (Ess. III)
4. Bid. Fasilitasi Peningkatan Mutu Pendidikan (Ess. III)
5. Subbag. TU dan RT, (Ess.IV)
6. Subbag. Tatalaksana dan Kepegawaian, (Ess.IV)
7. Subbag. Keuangan (Ess.IV)
8. Seksi Pemetaan Mutu Pendidikan (Ess.IV)
9. Seksi Supervisi Mutu Pendidikan (Ess.IV)
10. SeksiPendidikan Dasar (Ess.IV)
11. Seksi Pendidikan Menengah (Ess.IV)
Terakhir struktur organisasi LPMP Provinsi Sumatera Barat berubah sesuai dengan
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 38 Tahun 2012 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
II-2 - 159
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Propinsi Sumatera Barat, Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Jawa Tengah dan
Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Sulawesi Selatan, dengan perubahan Subbag.
Keuangan menjadi Subbag. Perencanaan dan Penganggaran serta penggantian istilah PAUDNI
menjadi fungsi yang lebih luas yaitu pendidikan kesetaraan pendidikan dasar dan menengah.
Perubahan nama lembaga dan perkembangan tuntutan tugas dan
fungsi lembaga tersebut secara langsung juga mempengaruhi penyediaan sarana dan
prasarana fasilitas perkantoran. Gedung-gedung fasilitas perkantoran yang awalnya dibangun
dengan kapasitas dan disain terbatas, secara bertahap dikembangkan sesuai dengan tuntutan
kebutuhan. Terakhir dari sisi sarana dan prasarana LPMP provinsi Sumatera Barat telah
mempunyai fasilitas bangunan kantor, asrama, aula, ruang kelas, perpustakaan, mesjid,
laboratorium, ruang makan, sarana olahraga, dan peralatan seni dan budaya. Ruang kantor masih
dirasa belum mencukupi guna mendukung kinerja prima staf. Asrama yang dimiliki
mempunyai daya tampung 323 orang, dengan kondisi 160 orang pada ruang ber AC dan 163
orang di ruang tidak ber AC namun saat ini secara umum dalam kondisi kurang layak
karena dibangun tahun 1976. Di samping itu LPMP Sumbar juga memiliki 2 (dua) Aula
dengan daya tampung sebanyak masing-masing 250 orang dan 100 orang dengan kondisi cukup
baik.
LPMP Provinsi Sumatera Barat juga memiliki Laboratorium kimia, fisika, biologi,
bahasa dan labor komputer, perpustakaan yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan
peningkatan mutu pembelajaran namun dengan kondisi yang kurang layak karena dibangun saat
pendirian BPG pada tahun 1976. Di samping itu juga dimiliki ruang makan dengan daya
tampung 500 dan masjid dengan daya tampung 200 orang yang dipandang sangat perlu
diremajakan sesuai dengan perkembangan tingkat kebutuhan.
Perubahan tugas pokok dan fungsi dengan tuntutan jumlah dan kualitas yang semakin
tinggi, apalagi dengan keinginan Pemerintah mewujudkan LPMP provinsi Sumatera Barat
sebagai salah satu lembaga yang bertaraf ASEAN,
maka diperlukan penataan ulang dengan pembangunan dan pengembangan
II-2 - 160
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
beberapa fasilitas gedung perkantoran dan asrama yang baru dengan kualitas dan kapasitas yang
lebih baik.
Agar pembangunan sarana dan prasarana yang akan dilakukan dapat berjalan dengan
baik, maka diperlukan revisi atau perubahan Master Plan LPMP Provinsi Sumatera Barat yang
mengarah pada tata letak dan bangunan yang modern dan representative untuk menunjang
optimalisasi fungsi Lembaga dalam melaksanakan penjaminan mutu pendidikan di Provinsi
Sumatera Barat.
Maksud dari penyusunan Master PlanLPMP ini adalah adanya suatu pedoman
perencanaan pembangunan sehingga pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pengembangan
gedung fasilitas perkantoran dapat dilakukan secara terstruktur, menyeluruh dan tuntas, mulai
dari perencanaan, konstruksi, dan pembiayaan sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan
yang profesional kepada pendidik dan tenaga kependidikan dalam rangka melaksanakan
penjaminan mutu pendidikan
a. Menata ulang seluruh sarana gedung di LPMP provinsi Sumatera Barat untuk
menciptakan lingkungan yang yang baik;
b. Mendapatkan arah pengembangan fisik yang menjadi kerangka dasar bagi
pengembangan bangunan dan infrastruktur;
c. Memperoleh dasar bagi pentahapan pengembangan fisik secara keseluruhan.
d. Sebagai dasar bagi penyusunan perencanaan dan penganggaran khususnya bagi
kebutuhan pengembangan sarana dan prasarana
perkantoran
II-2 - 161
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 162
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu oleh satuan
atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan, pemerintah
daerah, pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan kehidupan
bangsa melalui pendidikan. Dengan melakukan penjaminan mutu, diharapkan mutu
pendidikan sekurang-kurangnya memenuhi standar pelayanan minimal (SPM).
Hakikatnya adalah menggiring mutu pendidikan menuju delapan standar nasional
pendidikan (SNP).
Kata handal dalam konteks ini bermakna tangguh, piawai, cerdas, dan adaptif.
Tangguh berarti gigih, tidak kenal menyerah. Piawai berarti penuh ketelatenan dan
kearifan. Cerdas berarti mampu mengoptimalkan potensi yang dimiliki, sedangkan
adaptif adalah kemampuan menyesuaikan diri dalam berbagai suasana kerja.
Penyelenggaraan penjaminan mutu dilakukan dengan handal berarti LPMP
melakukan penjaminan mutu pendidikan di Sumatera Barat dengan tangguh,
piawai, cerdas, dan adaptif. Terpercaya berarti sahih, valid, dan konsisten. Kesahihan,
kevalidan, dan kekonsistenan akan melahirkan kepercayaan. Akhirnya hasil kerja
LPMP Provinsi Sumatera Barat memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi.
LPMP Provinsi Sumatera Barat sebagai unit pelaksana teknis Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan bertugas menyelenggarakan penjaminan mutu pendidikan
sesuai dengan ketentuan dan prosedur kerja yang ditetapkan. Proses penjaminan mutu
diselenggarakan secara handal. Berdasarkan proses kerja tersebut akan diperoleh hasil
berupa data satuan pendidikan, pendidik, dan tenaga kependidikan. Data itu merupakan
representasi kondisi nyata untuk dijadikan sebagai landasan rekomendasi kepada
pengelola pendidikan, selanjutnya dilakukan fasilitasi dan supervisi. Jadi
penyelenggaraan penjaminan mutu pendidikan yang handal mengacu kepada
proses kerjanya dan
penyelenggaraan penjaminan mutu pendidikan yang terpercaya
II-2 - 163
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
mengacu kepada ketepatan dan kesesuaian data dengan fakta serta hasil prosesnya.
2. Misi
a. Memetakan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan
menengah;
b. Melakukan supervisi satuan pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan;
c. Memfasilitasi peningkatan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah dalam penjaminan mutu pendidikan;
d. Mengembangkan model penjaminan mutu pendidikan anak usia dini, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah;
e. Mengembangkan dan mengelola sistem informasi mutu pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah;
f. Mewujudkan tatakelola yang efektif, transparan, dan akuntabel.
II-2 - 164
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Maksud dari penyusunan Master Plan LPMP ini adalah adanya suatu pedoman
perencanaan lingkunganbinaan sehingga pelaksanaan kegiatan pembangunan dapat dilakukan
secara struktur, menyeluruh dan tuntas, mulai dari perencanaan, konstruksi, dan pembiayaan
sebagai upaya untuk meningkatkan pelayanan yang profesional kepada pendidik dan tenaga
kependidikan dalam rangka memberikan penjaminan mutu pendidikan
II-2 - 165
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 166
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Photo Existing
II-2 - 167
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 168
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 169
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Standar minimal ketersediaan sarana gedung berdasarkan kebutuhan LPMP, terdiri dari :
1. Gedung Utama/Gedung Kantor:
a. Ruang Pimpinan/Kepala LPMP meliputi ruang :
- Ruang Kerja Pimpinan
- Ruang Tamu Pimpinan
- Ruang Sekretaris Pimpinan
- Ruang Rapat Pimpinan
- Pantry
- KM/WC
b. Ruang Kasubbag Umum Meliputi Ruang
- Ruang Kerja Kasubag Umum + Ruang Penerima Tamu
- KM/WC
c. Ruang Staf Sub Bag Umum Meliputi ruang dengan ratio min 8 m2/orang :
- Ruangan Urusan Perencanaan
- Ruangan Urusan Keuangan
- Ruangan Urusan Perlengkapan, terdiri dari :
Ruangan Penyimpanan Peralatan dan ATK Sehari2 Perkantoran
- Ruangan Urusan Kepegawaian
- Ruangan Urusan Persuratan, terdiri dari : Ruang
Arsip
- Ruangan Urusan Rumah Tangga, terdiri dari : Ruangan
Penyimpanan Peralatan Rumah Tangga
d. Receptionist/ Ruangan Penerima Tamu/Ruang operator e. Ruang
Teleconfrence
f. Ruang Arsip Lembaga
g. Ruang Rapat Sub Bag Umum
h. Lobby dan Ruang Tunggu Tamu i.
KM/WC untuk staf dan Tamu
II-2 - 170
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 171
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 172
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 173
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
e. Gudang
f. Pemadam Kebakaran gedung g.
Koneksi Internet/Wifi
9. Gedung Perpustakaan:
a. Ruang Baca
b. Ruang Koleksi buku c.
Ruang Receptionist d.
Ruang Komputer
e. Ruang Restorasi Buku
f. Ruang staf Perpustakaan g.
Gudang
h. Pemadam Kebakaran gedung i.
Koneksi Internet/Wifi
II-2 - 174
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
p. Koneksi Internet/Wifi q.
Parkir Mobil Peserta r.
Parkir Motor peserta
II-2 - 175
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
- Tennis Meja
- Tennis Indoor
- Badminton
- Futsal
- KM/WC/ruang ganti lak-laki dan perempuan
- Gudang alat
- Tribune penonton b.
Lapangan Olah Raga
- Basket
- Volley
15. Mess
a. Mess Tamu
b. Mess Sekretariat
c. Rumah Dinas kepala
16. Musholla
17. Green House
a. Green House b.
Gudang
17. Genset
a. Ruang genset b.
Gudang
18. Gudang
a. Ruang Gudang
b. Workshop tempat perbaikan barang/meubel
19. reservoir Air
a. Ground tank
II-2 - 176
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
b. Tower Air
20. Tempat parkir
a. Parkir Staff, terdiri :
Parkir Mobil
Parkir Motor
b. Parkir Tamu, terdiri dari :
Parkir Mobil
Parkir Motor
21. Tempat Upacara
22. Selasar Penghubung
23. Jalan Lingkungan
24. Hidran Pemadam Kebakaran
25. Drainase Lingkungan
26. Side Walk/Trotoarl untuk pejalan kaki
27. Taman
28. Penerangan Lingkungan
29. Tempat Pembuangan Sampah Sementara
30. Kantin
a. Ruang Makan
b. Ruang Persiapan c.
Dapur
d. Ruangan Cuci e.
KM/WC
f. Gudang
g. Loading Dock
1.6 Output/ Keluaran Yang Diharapkan
II-2 - 177
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 178
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 179
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
o Wujud arsitektur
o Tata lingkungan, keselamatan dan kesehatan
Persyaratan bahan bangunan
Persyaratan struktur bangunan
Persyaratan utilitas
o Instalasi air bersih dan kotor, sampah, gas
o Sarana transportasi dan komunikasi
o Disable people (berkebutuhan khusus)
Persyaratan sarana penyelamatan
o Fasilitas untuk penyelematan bahaya
o Sistem peringatan bahaya
2.3. Metode Pelaksanaan
Pemahaman terhadap Acuan Regulasi dan kebijakan
o Pemahaman tentang karakteristik Visi, Misi, tujuan, maksud dan arah
peningkatan/ pengembangan UPT menuju bertaraf ASEAN
o Kajian terhadap acuan regulasi sebagai rambu-rambu perencanaan
Kajian berdasarkan Kondisi Existing dan data Pendukung, Analisis dan
Justifikasi Teknis Kebutuhan
o Kajian terhadap Kondisi Tapak dan bangunan yang diharapkan
berdasarkan Kondisi Existing dan idealnya berdasarkan Acuan
o Kajian terhadap Kondisi Tapak dan bangunan yang diharapkan
berdasarkan data pendukung dan secara ideal sesuai Acuan
o Resume hasil kajian sebagai produk justifikasi kebutuhan teknis
Kajian tehadap contoh Good Practices dan Keselarasan dengan
Arah Master Plan
Perumusan Perencanaan
II-2 - 180
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2.4. Justifikasi KebutuhanTeknis pada Master Plan berbasis kondisi existing, Data
lingkungan, sosial- ekonomi- budaya, layanan pengguna , tapak, dll
Analisis Kebutuhan Ruang berdasarkan Jumlah Peteka Dengan asumsi sebagai berikut :
Asumsi Sepuluh persen ( 10 % ) Jumlah PTK melakukan aktifitas pelatihan
di LPMP
Dalam Satu Tahun Effektif waktu yang terpakai untuk kegiatan pelatihan 10
Bulan
Dilakukan 3 Kali kegiatan dalam 1 bulan.
II-2 - 181
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Data Geografis
Secara geografi LPMP SUMBAR terletak di kota Padang kawasan pesisir pantai
barat pulau Sumatera, dengan garis pantai sepanjang 84 km. Luas keseluruhan Kota
Padangadalah 694,96 km², dan lebih dari 60% dari luas tersebut, sekitar ± 434,63 km²
merupakan daerah perbukitan yang ditutupi hutan lindung, sementara selebihnya merupakan
daerah efektif perkotaan. Sedangkan keadaan topografi kota ini bervariasi, 49,48% luas wilayah
daratan Kota Padang berada pada wilayah kemiringan lebih dari 40% dan 23,57% berada pada
wilayah kemiringan landai.
Iklim
Suhu udara di Kota Padang cukup tinggi, yaitu antara 23 °C–32 °C pada siang hari dan
22 °C–28 °C pada malam hari, dengan kelembabannya berkisar antara 78%–81%. Untuk suhu di
perairan relatif stabil sepanjang tahun berkisar antara 28 °C–29 °C, sedangkan pada kedalaman
laut 7–10 meter suhu berkisar
25 °C. Begitu juga suhu perairan pulau-pulau kecil rata-rata mencapai 28 °C–
30 °C.
Sementara kondisi iklim perairan pesisir Kota Padang juga dipengaruhi oleh Samudera
Hindia yang dicirikan dengan adanya Angin Muson dan curah hujan yang tinggi sekitar 2.816,7–
4.487,9 mm per tahun. Angin yang berembus didominasi oleh angin Barat, Barat Daya, Barat
Laut dengan kecepatan 1,6–5,6 knot bahkan kadang-kadang mencapai 5–40 knot. Sedangkan
arah angin dipengaruhi oleh angin musim maka arus permukaan di wilayah perairan Kota
Padang sepanjang tahun mengalir ke arah Tenggara hingga Barat Daya (Musim Barat)
dengan kekuatan arus antara 1–45 cm/detik. Kecepatan arus
mencapai puncaknya bulan Desember. Sedangkan arus Musim Timur antara
II-2 - 182
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
bulan April hingga Oktober, melemah dengan kekuatan antara 1 cm/detik hingga 36
m/detik. Pada bulan Juli arus mencapai kekuatan minimum antara 1 cm/detik hingga 5 cm/detik.
Selain itu di perairan Kota Padang juga terjadi arus pantai yang diakibatkan oleh gelombang.
Arus ini berpengaruh terhadap abrasi dan sedimentasi pantai, sehingga menjadikan tinggi
gelombang laut yang terjadi berkisar antara 0,5–2,0 meter.
Gempa bumi
Kemungkinan gempa di Kota Padang umumnya berkaitan dengan gempa tektonik dan
sebagian kecil gempa vulkanik. Kondisi ini menyebabkan Kota Padang menjadi kawasan rawan
bencana dengan sumber gempa merusak.
Lokasi pusat-pusat gempa di perairan Kota Padang tersebar cukup
merata, berada pada kawasan sepanjang jalur gempa mengikuti zona subduksi sepanjang
6.500 km di sebelah Barat Pulau Sumatra. Tumbukan Lempeng Samudera Hindia dan Lempeng
Australia yang menyusup di bawah Lempeng Eurasia membentuk Zona Benioff, yang secara
terus menerus aktif bergerak ke arah barat–timur yang merupakan zona bergempa dengan
seismisitas cukup tinggi. Kebanyakan sumber-sumber gempa tersebut berada pada kedalaman 33
hingga 100 Km, dengan magnitude lebih besar dari 5 skala Richter. Gempa berkekuatan lebih
besar dari 6,5 skala Richter di permukaan, berpeluang besar menyebabkan deformasi di daratan
dan di dasar laut.
Zona tektonik aktif yang terbentuk dari penujaman lempeng di sebelah Barat Pulau
Sumatera juga dapat dilihat dari adanya gunung api aktif yang muncul di sepanjang jalur
patahan aktif di bagian sisi Barat Pulau Sumatera yang bergerak geser kanan (dextral strike
slip fault). Jalur patahan Sumatera yang juga biasa disebut dengan Patahan Semangko
sepanjang 1.650 Km, menyebabkan blok sebelah kiri pulau Sumatera bergerak ke Utara
sedangkan yang di sebelah kanan bergerak ke Selatan serta melahirkan kepulauan busur dalam
(inner island arc) seperti Pulau Nias, Mentawai, Enggano, Pisang dan
sebagainya.
II-2 - 183
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Sementara gempa vulkanik di Kota Padang disebabkan posisi Kota Padang yang
berada di dekat 3 gunung api aktif, yaitu Gunung Talang, Marapi dan Tandikek.
Tsunami
Letak Kota Padang yang berada di Pantai Barat Sumatera, yang berbatasan langsung
dengan laut terbuka (Samudera Hindia) dan zona tumbukan aktif dua lempeng menjadikan
Padang salah-satu kota paling rawan bahaya gelombang Tsunami. Gempa tektonik sepanjang
daerah subduksi dan adanya seismik aktif, dapat mengakibatkan gelombang yang luar biasa
dahsyat. Pusat gempa, umumnya menunjukkan tipe sesar naik. Sumber patahan seperti ini
jika mempunyai magnitude lebih besar dari atau sama dengan 7 Skala Richter sangat
berpotensi sebagai pembangkit gelombang tsunami. Dari catatan sejarah bencana, gelombang
tsunami pernah melanda Sumatera Barat pada 1797 dan 1833.
Banjir
Tingkat curah hujan kota Padang mencapai rata-rata 405,58 mm per bulan dengan rata-
rata hari hujan 17 hari per bulan. Tingginya curah hujan membuat kota ini cukup rawan
terhadap banjir, dan pada November 1986 tercatat dalam rekor MURI sebagai kota dengan
tingkat curah hujan yang tinggi yaitu 5.254 mm
Sementara pada tahun 1980 2/3 kawasan kota ini pernah terendam banjir karena
saluran drainase kota yang bermuara terutama ke Batang Arau tidak mampu lagi
menampung limpahan air tersebut.
2.4.3. Analisis Sosial Budaya dan Ekonomi
Kondisi PTK
Pendidikan
D1 : 1,6 %
D2 : 33 %
D3 : 6,6 %
S1 : 45 %
II-2 - 184
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
S2, S3 : 0,9 %
Agama
Mayoritas Islam 95 %, Sisa Kriten, Katolik, Bhuda, Hindu 5 %
Tradisi Masyarakat
Masih Kuat memegang norma norma tradisi, adat bersand sarak sarak bersandi
kitabullah
2.4.4. Analisis Tapak
Lahan rencana terletak pada tapak bangunan existing.
2. Rencana kawasan dan bangunan serasi / optimal terhadap iklim, angin dan matahari
secara optimal
II-2 - 185
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
3. Rencana kawasan dan bangunan memiliki pengelolaan tata bangunan secara optimal,
serta adanya drainase, penghijauan/ landscape, persampahan, infrastruktur jalan, air
bersih, air kotor dan lainnya dengan mengikuti kaidah teknis yang ditetapkan
4. dll
2.5. Pembelajaran yang Baik (God Practices)
Konsep Green Building dan Green Construction
Green building dapat dicirikan sebagai bangunan yang :
Menggunakan energi yang seminimal mungkin.
Memanfaatkan ruang alam
Menggunakan energi yang dapat diperbaharui
Menggunakan bahan yang bersifat ramah lingkungan
Menggunakan bahan atau material yang bersifat reuse, reduce, dan recycle.
Sistem gedung yang menghasilkan limbah yang dalam batas
toleransi berdasarkan aspek lingkungan hidup.
Dll
II-2 - 186
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 187
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 188
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 189
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 190
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 191
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 192
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 193
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
3. RANCANGAN ARSITEKTUR
3.1. Keserasian Tapak dari Aspek Penzoningan
Kawasan LPMP Sumatera Barat Berada pada Tengah tengah Lokasi Lingkungan
Kampus Universitas Negeri Padang (UNP ), dimana akses dan Rancangan Posisi letak
Bangunan bisa dirancang dari berbagai sisi, Penzoningan dilakukan dengan melakukan
pertimbangan keserasian, Sirkulasi, fungsi Bangunan, dan Model Arsitektur dengan
mempertimbangkan zona keselarasan dan ketepatan dalam menempatkan antara zona Publik,
Zona Semi Pulik dan Zona Private.
II-2 - 194
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
pengguna, sebagai contoh aktifitas utama yaitu dari peserta Diklat, alur aktifitas yang mereka
lakukan antara lain sebagai berikut:
Dari gambar di atas dapat, dapat disimpulkan bahwa, zonasi kegiatan diklat, yang di
dominasi dengan kegiatan belajar-mengajar, sangat terkait dengan bangunan-banunan
penunjangnya, antara lain, Asrama, Ruang Kelas, Laboratorium, R. Makan, Ruang Fasilitas
Perkantoran dan lain-lain, sehingga bangunan-bangunan tersebut, di letakkan pada zonasi yang
sama guna menunjang pola aktifitas tersebut. Fungsi perkantoran (gedung utama) dan
widyaswara yang diletakkan dalan satu zona, sedangkan fungsi penunjang kelas seperti
perpustakaan, multimedia, laboratorium, auditorium, maupun ruang belajar sendiri,
digabung dalan satu zona, yang nantinya juga berdekatan dengan bangunan asrama.
Berikut Ilustrasi Zona Penempatan Bangunan berupa Blok Blok Bangunan yang merupkan acuan
untuk pengembangan desain.
II-2 - 195
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 196
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 197
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Bentuk gonjong dan Ukiran bercorak islami merupakan ciri khas etnik Minangkabau,
direkomendaikan untuk dijadikan bahan rujukan dalam pembuatan detail Master Plan
II-2 - 198
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 199
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Sentuhan Islami di kombinasikan dengan budaya adat minang kabau dapat menjadikan
hasil karya arsitektur yang unik, jika di transpormasikan pada zona yang tepat dan peruntukan
bangunan yang sesuai.,
Salah satu Rancangan Konsep Arsitektur Untuk Bangunan Sarana
Pendukung LPMP Sumatera Barat di kembangkan dari konsep berikut.
II-2 - 200
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
4. PEMBABAKAN PENGANGARAN
4.1. Penjadwalan Berdasarkan Skala Prioritas
Jadwal penganggaran berdasarkan skala prioritas diesesuaikan dengan jadwal
pembabakan pembangunan yang telah direncanakansesuai bagan berikut:
II-2 - 201
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 202
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 203
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Tabel 2-13. Analisa Usulan Anggaran Biaya untuk Gedung fasilitas Perkantoran
Tabel 2-14. Analisa Usulan Anggaran Biaya untuk 1 Unit Gedung Asrama
II-2 - 204
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Tabel 2-15. Analisa Usulan Anggaran Biaya untuk 1 Unit Gedung Ruang Kelas
Tabel 2-16. Analisa Usulan Anggaran Biaya untuk Gedung Media dan Labor
II-2 - 205
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Tabel 2-17. Analisa Usulan Anggaran Biaya untuk Gedung Pusat kebugaran
Tabel 2-18. Analisa Persentase Pekerjaan Non Standar untuk semua gedung
II-2 - 206
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
5. PENUTUP
5.1. KESIMPULAN
Rancangan Pembangunan dan Pengembangan LPMP Sumatera Barat yang
telah dituangkan dalam Master Plan berdasarkan kepada data kapasitas dan
kondisi eksisting saat ini, serta tuntutan pengembangan fasilitas Utama dan sarana
Pendukung yang aman, nyaman dan representative berstandar ASEAN tanpa
mengabaikan aspek social budaya.
Implementasi Master Plan menuntut adanya penghapusan bangunan dan
fasilitas perkantoran yang lama disamping tetap mempertahankan beberapa fasilitas
yang masih layak
5.2. SARAN
II-2 - 207
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 210
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 211
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 212
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 213
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 214
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Gambar 2-143. Fungsi & Luas Bangunan Gedung Asrama 5 Lantai LPMP
II-2 - 216
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Gambar 2-144. Fungsi & Luas Bangunan Ruang Kelas 5 Lantai LPMP
II-2 - 217
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 219
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2.1.3. PERENCANAAN
STRUKTUR
Struktur atas suatu gedung adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada diatas
muka tanah, sedangkan struktur bawah adalah seluruh bagian struktur gedung yang berada
dibawah muka tanah, yang terdiri dari struktur besmen kalaudan struktur fondasinya. Seluruh
struktur bawah harus diperhitungkan memikul pengaruh Gempa Rencana.
Apabila tidak dilakukan analisis interaksi tanah-struktur, struktur atas dan
struktur bawah dari suatu struktur gedung dapat dianalisis terhadap pengaruh Gempa Rencana
secara terpisah, dimana struktur atas dianggap terjepit lateral pada taraf lantai dasar. Selanjutnya
struktur bawah dapat dianggap sebagai struktur tersendiri yang berada di dalam tanah yang
dibebani oleh kombinasi beban-beban gempa yang berasal dari gaya inersia sendiri dan beban
gempa yang berasal dari tanah sekelilingnya.
Pada gedung tanpa basemant, taraf penjepitan leteral struktur atas dapat dianggap
terjadi pada bidang telapak pondasi langsung. Bidang telapak fondasi rakit dan bidang atas
kepala (pur) fondasi tiang.
Dalam perencanaan struktur atas dan struktur bawah suatu gedung
terhadap pengaruh Gempa Rencana, struktur bawah tidak boleh gagal lebih dahulu dari struktur
atas. Untuk itu, terhadap Pengaruh Gempa Rencana unsur- unsur struktur bawah harus tetap
berperilaku elastik penuh, tak bergantung pada tingkat daktilitas yang dimiliki struktur atasnya.
Dalam suatu bangunan gedung dibutuhkan suatu komponen konstruksi yang dapat
menyalurkan beban (beban mati, beban hidup, gempa,angin dan lainnya) dari struktur bangunan
atas ke tanah yang disebut pondasi. Dalam perencanaan pondasi Faktor terpenting yang perlu
diperhitungkan yaitu karakterstik tanah.
Pondasi Dangkal berdasarkan daya dukung ujung > 250 kg/cm2 (tanpa
memperhitungkan daya dukung selimut).Pondasi Menengah berdasarkan daya
dukung ujung 150 – 250 kg/cm2 (dengan analisa penurunan struktur bangunan
II-2 - 221
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
atas)Pondasi dalam berdasarkan atas daya dukung ujung dan daya dukung
selimut. Tabel 2-19. Jenis Pondasi
Organisasi ruang harus mempertimbangkan faktor teknis yang baik. (konstruksi kokoh
dan tahan gempa maupun pengaturan unit, interior, sirkulasi baik vertikal atau horizontal).
Bentuk bangunan tipe L atau U kurang tepat didaerah yang sering gempa. Pada daerah yang
sering gempa lebih baik tipe kotak (box) atau kotak persegi panjang (single block) atau twin
blok.Penataan cahaya dan udara perlu diperhatikan agar penghuni sehat dan biaya operasional
tidak tinggi.
Sebagaimana telah disampaikan pada KAK Perencanaan
Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Tanjung Pati Tahap
Finishingini harus memenuhi syarat ketahanan gempa. Untuk itu, kami mengacu
II-2 - 222
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 223
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
ditentukan sebesar momen inersia penampang untuk dikalikan dengan suatu persentase
efektifitas penampang sebagai berikut :
Untuk kolom dan balok rangka beton bertulang terbuka: 75%
Untuk dinding geser beton bertulang kantilever: 60%
Untuk dinding geser beton bertulang berangkai
Komponen dinding yang mengalami tarikan aksial:50%
Komponen dinding yang mengalami tekanan aksial:80%
Komponen balok perangkain dengan tulungan diagonal : 40%
Komponen balok perangkai dengan tulangan memanjang : 20% Pengaruh gempa pada
unsur sekunder, unsur arsitektur dan instalasi
mesin dan listrik.
Unsur sekunder, unsur arsitektur dan instalasi mesin dan listrik harus diamankan
terhadap pengaruh Gempa Rencana, karena unsur-unsur tersebut dapat menimbulkan bahaya
pada manusia jika mengalami kegagalan, sedangkan instalasi mesin dan listrik harus tetap dapat
berfungsi selama dan setalah gempa berlangsung.Adapun Persyaratan Struktur Bangunan, seperti:
Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dapat
mendukungbeban yang timbul akibat perilaku alam dan manusia.
Menjamin keselamatan manusia dari kemungkinan kecelakaanatau luka yang disebabkan
oleh kegagalan struktur bangunan.
Menjamin kepentingan manusia dari kehilangan atau kerusakanbenda yang disebabkan
oleh perilaku struktur.
Menjamin perlindungan properti lainnya dari kerusakan fisikyang
disebabkan oleh kegagalan struktur.
Persyaratan Tahan Gempa
Struktur bangunan gedung arsip ini akan direncanakan mampudan aman menahan
getaran gempa. Penentuan beban gempa yangakan bekerja pada struktur nanti selain mengacu
kepadaperaturan yang berlaku juga harus memperhatikan perkembanganhasil penelitian terbaru
mengenai zona wilayah gempa yang telahdilakukan oleh peneliti-peneliti yang
berkompeten di
bidangnya.Kerusakan bangunan akibat gempa tanggal 30 September 2009
II-2 - 224
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
yang melanda kota Padang akan menjadi masukan didalammerencanakan bangunan gedung arsip
ini. Dari beberapa kejadiangempa, dampak terhadap struktur bangunan menunjukkan bahwa
besarnya skala kekuatan gempa, durasi dan kedekatan dengan lokasi pusat gempa
(episentrum) harus menjadi perhatianutama, apalagi jarak dengan titik-titik duga pusat
gempa relatif sangat dekat. Untuk itu hal-hal yang belum tercantum di dalam peraturan yang
berlaku, harus menjadi perhatian dalam perencanaan ini. Selanjutnya merujuk kepada kerusakan
akibat gempa di atas, maka akan dilakukan perencanaan dengan Persyaratan Aman Beban
Gempa.
Disamping itu konsultan perencana akan memperhitungan kekuatan gedung perkantoran
ini aman terhadap beban-beban yang datang akibat hantaman gelombang tsunami, termasuk
kekakuan struktur secara keseluruhan.
Persyaratan Penyelamatan Akibat Tsunami
Perencanaan bangunan ini akan mengakomodir jalur penyelamatan jika terjadi bencana
tsunami. Hal-hal seperti akses menuju atap, pemilihan material konstruksi yang aman
jika terkena air, early warning system dan sebagainya akan disediakan secara seksama
sehingga korban akibat tsunami dapat diminimalisasi.
Masing-masing tenaga ahli yaitu arsitektur, mekanikal, elektrikal dan
struktur bangunan didalam perencanaannya akan mempertimbangkan aspek
penyelamatan penghuni gedung jika terjadi bencana tsunami. Misalnya pembebanan
pada atap bangunan harus mempertimbangkan massa orang yang berdiri diatasnya.
Persyaratan Ketahanan terhadap Kebakaran
- Menjamin terwujudnya bangunan gedung yang dibangun sedemikian rupa, sehingga
mampu memberi peringatan dini pada penghuni saat awal terjadinya kebakaran.
- Menjamin terwujudnya bangunan Gedung yang dibangun sedemikian rupa sehingga
mampu secara struktural stabil selama kebakaran, sehingga : Cukup waktu bagi
pengguna melakukan evakuasi secara
aman, cukup waktu bagi pasukan pemadam kebakaran memasuki
II-2 - 225
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
lokasi untuk memadamkan api, dapat menghindari kerusakan pada properti lainnya.
Persyaratan Sarana Jalan Masuk dan Keluar :
- Menjamin terwujudnya bangunan Gedung yang mempunyai akses yang layak,
aman dan nyaman ke dalam bangunan dan fasilitas serta layanan didalamnya.
- Menjamin terwujudnya upaya melindungi pengguna bangunan dari kesakitan atau
luka saat evakuasi pada keadaan darurat.
- Menjamin tersedianya aksessibilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial.
Persyaratan Transportasi dalam Gedung
- Menjamin tersedianya sarana transportasi yang layak, aman dan nyaman di dalam
bangunan gedung.
- Menjamin tersedianya aksesibilitas bagi penyandang cacat, khususnya untuk
bangunan fasilitas umum dan sosial.
Persyaratan Pencahayaan Darurat, Tanda Arah Keluar, dan Sistem
Peringatan Bahaya (Alarm).
- Menjamin tersedianya pertandaan dini yang informatif didalam bangunan gedung
apabila terjadi keadaan darurat.
- Menjamin penghuni melakukan evakuasi secara mudah danaman, apabila terjadi
keadaan darurat.
Persyaratan Instalasi Listrik, Penangkal Petir dan Komunikasi
- Menjamin terpasangnya instalasi listrik secara cukup dan aman dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan sesuai dengan fungsinya terutama pada
saatpemadaman listrik.
- Menjamin terwujudnya keamanan bangunan gedung dan pengguna bangunan dari
bahaya petir.
Persyaratan Sanitasi dalam Bangunan
- Menjamin tersedianya sarana sanitasi yang memadai dalam menunjang
terselenggaranya kegiatan di dalam bangunan gedung sesuai dengan fungsinya.
II-2 - 226
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 227
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Konstruksi Baja
Konstruksi Beton Prategang
Konstruksi Komposit
Konstruksi Kayu
Dll
Type Struktur
Struktur elemen Frame
Struktur elemen Truss
Struktur elemen Shell
Struktur elemen Gabungan
Mempelajari Kerangka Acuan Kerja (KAK) dengan melihat tujuan bangunan tersebut
serta untuk kenyamanan dan masyarakat yang akan terlibat di lingkungan bangunan
gedung dan mengingat daerah Sumatera Barat adalah daerah rawan gempa, jenis konstruksi
dan type struktur yang tepat adalah konstruksi beton bertulang dengan system struktur elemen
frame
3D dengan element shell untuk pelat lantai, dan tidak tertutup kemungkinan
penambahan elemen shell untuk shear wall jika diperlukan, hal ini sangat tergantung dari
model dan analisis struktur pada saat proses perancangan dilaksanakan.
2.1.3.1.DASAR PERENCANAAN STRUKTUR BETON
BERTULANG
Untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bangunan selama masa layanannya,
struktur bangunan direncanakan dengan berpedoman kepada kaidah dan peraturan yang berlaku
di Indoensia, seperti,
Peraturan Beton Indonesia (PBI) 1971 N.I. -2.
II-2 - 228
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
1. FAKTOR BEBAN
Agar komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap
bermacam-macam kombinasi beban, maka ditentukan faktor beban sebagai berikut :
U = 1.2D + 1.6L
b) Jika ketahanan struktur terhadap beban angin harus diperhitungkan dalam perencanaan
maka :
U = 0.9D + 1.3W
U = 1.2D + 1.6L
II-2 - 229
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
ф = 0.80
b) Untuk gaya aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur
ф = 0.80
c) Untuk gaya aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur
ф = 0.65
d) Untuk geser dan torsi
ф = 0.60
e) Kolom bertulangan simetris yang dibebani gaya aksial rendah nilai ф
boleh ditingkatkan dari 0.65 menjadi 0.80
3. PERENCANAAN BALOK
Menurut SK-SNI-T-15-1991-03 Tabel 3.2.5 (a), untuk dimensi balok yang terletak
diatas dua tumpuan maka :
Rumus diatas berlaku untuk fy = 400 MPa sedangkan untuk fy selain 400
MPa nilainya harus dikalikan dengan :
0.4 fy
400
b. Lebar balok
1 2
h b
2 3.h
II-2 - 230
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
be = bw + b1
Lentur Balok
a = β1.c
ρ max = 0.75 ρ b
dimana :
0,851fc' 600
b
fy 600 fy
II-2 - 231
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
min 1.4
fy
Agar kondisi tulangan tekan leleh terpenuhi, maka harus memenuhi rumus
berikut:
f c' d ' 600
' 0.85 1
fy d 600 f y
Dalam perencanaan penulangan lentur balok beton bertulang, asumsi- asumsi yang
digunakan adalah :
- Bidang penampang tetap rata sebelum dan sesudah deformasi lentur terjadi
Dari asumsi-asumsi di atas, hubungan tegangan dan regangan pada penampang balok
beton bertulang dapat dimodelkan seperti berikut,
II-2 - 232
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
C adalah resultan gaya tekan dalam yang terletak di atas garis netral yang besarnya dihitung
dengan rumus berikut :
C = 0,85 fc’.a.b.
Sedangkan T adalah resultan gaya tarik dalam yang terletak di bawah garis netral dan harganya :
T = As. Fy.
z merupakan jarak antara C dan T. Arah garis kerja C dan T sejajar dan sama besar tetapi
berlawanan arah dan dipisahkan dengan jarak z sehingga membentuk kopel momen tahanan
dalam, dimana nilai maksimumnya disebut kuat lentur atau momen tahanan penampang
komponen struktur lentur.
Apabila penampang balok tersebut dibebani momen lebih besar dan terus ditambah,
maka regangannya semakin besar sehingga kemampuan regangan beton terlampaui dan akan
terjadi keruntuhan pada beton. Pada keruntuhan ini ada tiga macam pola keruntuhan yang
tergantung pada nilai tegangan baja tulangan ( fs ) yaitu :
Keruntuhan tarik terjadi jika persentase baja tulangannya relatif kecil yang disebut
dengan balok bertulang kurang (underreinforced beam).
II-2 - 233
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Pada kondisi ini tulangan lebih dahulu mencapai regangan lelehnya sebelum
tegangan tekan beton mencapai maksimum
Keruntuhan imbang terjadi bila beton maupun baja tulangan mencapai regangan atau
tegangan maksimumnya secara bersamaan.
Keruntuhan tekan terjadi apabila penampang dengan persentase baja tulangannya cukup
besar (overreinforced beam) sehingga tegangan di serat beton lebih dulu mencapai
kapasitas maksimum sebelum tegangan pada baja tulangan meleleh. Keruntuhan tekan ini
terjadi secara tiba – tiba dan sebelumnya tidak ada tanda – tanda berupa defleksi yang
besar.
Dalam perencanaan beton bertulangan tunggal diusahakan keruntuhan yang terjadi adalah
keruntuhan tarik (under reinforced) karena tanda- tanda keruntuhan akan terlihat dengan
lendutan yang besar akibat baja yang meleleh.
Dalam prakteknya balok dengan tulangan tunggal jarang sekali digunakan, karena jika
hanya dengan satu macam tulangan di daerah tarik saja tanpa adanya tambahan tulangan
di daerah tekan akan menyulitkan dalam pengaitan sengkang. Sesuai dengan mekanisme
diatas, dalam perencanaan penampang balok digunakan tulangan rangkap.
II-2 - 234
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Gambar berikut memperlihatkan sebuah penampang persegi dengan tulangan tekan As’
ditempatkan sejarak d’ dari serat atas dan tulangan tarik As pada jarak d dari serat atas. Dalam
hal ini diasumsikan bahwa kedua tulangan
yaitu As’ dan As leleh yaitu mencapai fy pada saat runtuh.
II-2 - 235
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Bagian pertama, Mn1 adalah kopel yang terdiri dari gaya pada tulangan tekan dan gaya pada
tulangan tarik yang luas tulangannya sama yaitu As’.
Bagian kedua, Mn2 adalah bagian yang bertulangan tunggal, termasuk juga blok segi empat
ekivalen (beton tekan) dengan luas tulangan tariknya adalah (As–As’).
( As - As' ) fy
a
0,85.b.fc'
Dengan ρ= As/bd dan ρ’= As’/bd , maka persamaan di atas dapat dituliskan
sebagai berikut :
(' ) fy d
a
0,85.fc'
Mn1 + Mn2
Persamaan ini hanya berlaku apabila tulangan tekan As’ leleh. Bila belum leleh harus dicari
tegangan aktual fs’ pada tulangan tekan As’ tersebut.
Geser Balok
Keruntuhan geser pada perencanaan balok harus dihindarkan karena keruntuhan ini
bersifat getas dan sangat berbahaya. Oleh karena itu pada daerah sendi plastis sumbangan
kekuatan beton terhadap geser diabaikan, sehingga geser pada daerah ini harus dapat dipikul oleh
tulangan geser seluruhnya (SK-SNI-T-15-1991 pasal 3.14.7.2.1)
II-2 - 236
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
M
ov ,ki Mov ,ka
Vu,b 0,7 1,05Vg
ln
Tetapi dalam segala hal, besarnya gaya geser maksimum balok tidak perlu
lebih besar dari :
4,0
V 1,05.(V V V )
u,b D,b l,b E,b
k
dengan :
II-2 - 237
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Untuk tulangan geser pada daerah sendi plastis digunakan sengkang tertutup yang
dipasang pada sepanjang dua kali tinggi balok (2h) diukur dari muka komponen struktur
pendukung ke arah tengah bentang pada kedua ujung dari komponen struktur tersebut.
Pada lokasi yang berpotensi yang terjadi sendi plastis, spasi maksimum dari sengkang
yang disyaratkan oleh SK-SNI-T-15-1991 pasal 3.14.3.3.2. tidak boleh melebihi dari hal
sebagai berikut :
1. d/4
4. 200 mm
1600.f yl .A st
A sl.f yt
dimana :
Pada daerah diluar sendi plastis, digunakan sengkang dengan spasi maksimum
tidak boleh melebihi hal sebagai berikut (SK-SNI-T-15-1991 Pasal
3.4.5.4.).
1. d/2
2. 600 mm
II-2 - 238
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Rumus persamaan untuk mencari gaya geser Vu,b diatas hanya benar jika sendi
plastis terjadi di muka kolom, dalam hal sendi plastis tidak terjadi di
muka kolom maka persamaan diatas menjadi :
M
ov, ki Mn ,ka
Vu,b 0,7 1,05Vg atau
ln
M
n , ki Mov,ka
Vu,b 0,7 1,05Vg
ln
Perumusan penulangan geser menurut SK-SNI-T-15-1991 pasal 3.4.1 s/d 3.4.5, adalah :
1. Vu ≤Ø Vn
Dimana Vu adalah gaya geser terfaktor pada penampang yang ditinjau dan
Vn adalah Kuat geser nominal yang dihitung dari : Vn = Vc+
Vs
fc'
Vc b.d
6
2
3 fc ' .b.d
II-2 - 239
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Vs.
SA
v
fy.d
1
Jika Vs fc'.b.d ; spasi tulangan geser tidak boleh melebihi d/4 atau 300 mm.
3
4. PERENCANAAN
Pelat
'/
ln(0,8 fy 1500)
hf
36 5m 0,121 1/
ln(0,8 fy / 1500)
hf
36 9
ln(0,8 fy / 1500)
hf
36
maka hf ≥ 90 mm
dengan :
II-2 - 240
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Ln = L – bw
Ibp
λ =
Ip
Inersia pelat
Rasio Tulangan
Rasio luas tulangan susut minimum terhadap luas bruto penampang beton ditetapkan
SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.16.12 seperti yang dicantumkan dalam Tabel 2-20. Tipe Pelat
berikut:
II-2 - 241
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Tetapi dalam segala hal rasio tersebut tidak boleh kurang dari 0,0014. Tulang susut dan
temperatur harus dipasang dengan jarak tidak lebih dari lima kali tebal pelat ataupun 500 mm.
Untuk sistem pelat dua arah, penempatan tulangannya sesuai dengan sifat beban dan
kondisi tumpuannya, serta harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :
2. Jarak antara tulangan pada penampang kritis tidak boleh lebih besar dari tebal
pelat, kecuali untuk konstruksi pelat berusuk.
3. Tulangan momen positif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak
menerus, dari bentang tepi harus dilanjutkan sampai ke tepi pelat dan harus
tertanam ke dalam balok sprandel, kolom atau dinding paling sedikit 150 mm.
4. Tulangan momen negatif yang tegak lurus terhadap suatu tepi yang tidak
menerus harus dibengkokkan, diberi kait atau jangkar ke dalam balok sprandel,
kolom atau dinding agar kemampuan menahan momen dipenuhi.
Geser Pelat
Kuat geser perlu V menurut SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.15.2 butir 1 bahwa faktor
beban untuk perencanaan berdasarkan beban kerja :
V = 1,0 DL + 1,0 LL
Vu = ½.q.L – q.x
II-2 - 242
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Vu ≤ ф Vn
Kuat geser (Vc) yang disumbangkan beton untuk komponen struktur yang dibebani
oleh geser dan lentur menurut SK-SNI-T-15-1991-03 pasal 3.4.3.1
1
adalah:Vc = fc'.bo.d
6
5. PERENCANAAN
Kolom
atau
2. Tetapi dalam segala hal tidak perlu diambil lebih besar dari pada :
M u,k 4,0
1,05.M D.k M L.k .M E.k
k
dimana M u,k merupakan jumlah momen rencana kolom pada pusat join.
M kap,k merupakan jumlah momen kapasitas balok pada pusat join yang
II-2 - 243
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
merupakan kuat lentur nominal balok dihitung terhadap luas tulangan yang terpasang. Ω
merupakan koefisien pembesar dinamis yang memperhitungkan pengaruh dari terjadinya sendi
plastis pada struktur secara keseluruhan yang besarnya adalah 1.3; kecuali untuk kolom lantai
pertama dan yang paling atas yang memungkinkan terjadinya sendi plastis pada kolom, maka
w d = 1. M D,k merupakan momen kolom akibat beban mati. M L,k merupakan momen
kolom akibat beban hidup. M E,k merupakan momen kolom akibat beban
gempa. Α merupakan faktor ditribusi momen kolom portal yang ditinjau sesuai dengan kekakuan
relatif kolom atas dan kolom bawah dan k merupakan faktor jenis struktur, diambil = 1.
Besarnya gaya aksial yang bekerja pada kolom selain berasal dari gaya aksial gravitasi
akibat beban mati dan beban hidup, juga berasal dari momen kapasitas balok yang berada pada
ujung-ujung kolom.
Perumusan gaya aksial yang bekerja pada kolom mengacu pada rumus
SK-SNI-T-15-1991 Pasal. 3.14.4.3. yaitu :
0,7.R.M kap,b
N u,b 1,05.N g,k
lb
4
N u,k 1, 05N g,k .N
k g,k
N u,k = gaya aksial rencana kolom pada pusat joion
II-2 - 244
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
N g,k = Gaya aksial akibat beban gravitasi terfaktor pada pusat join
Besarnya gaya geser kolom ditentukan berdasarkan terjadinya sendi plastis pada ujung
balok yang bertemu pada kolom tersebut, yang dihitung berdasarkan rumus pada SK-SNI-T-15-
1991 pasal.3.14.7.1.2. yaitu :
Mu ,k atas Mu ,k bawah
Vu,k
hn
4
V u,k 1,05. VD,k V L,k V
k E,k
M u,k-ka = momen kolom pada ujung atas kolom pada bidang muka balok
M u,k-kb = momen kolom pada ujung bawah kolom pada bidang muka
balok
Dengan dijinkannya terjadi sendi plastis pada kolom dasar, maka besarnya
gaya geser dihitung adalah berdasarkan momen kapasitas yang ada pada ujung kolom dasar
tersebut :
M
u , ka .M u ,kb
Vu,kltdasar
hn
II-2 - 245
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
A v .fy.d A v .fy.d
Vs S
S Vs
Untuk daerah sendi plastis Vs=Vo/f , sedangkan untuk daerah diluar sendi plastis dipakai
Vo=Vu/f-Vc, dengan Vc adalah gaya geser yang disumbangkan
oleh beton sesuai rumus SK-SNI-T-15-1991 pasal.3.4.3.1.2. yaitu :
Nu fc'
V 1 c . .b.d ( Nu dalam MPa)
14.Ag 6
mm
Pada kolom berpotensi terjadi sendi pastis, Vc tidak diperhitungkan dan tulangan geser
diperhitungkan terjadi sepanjang lo dari muka join yang ditinjau dengan panjang lo tidak boleh
kurang dari :
mm
II-2 - 246
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Dalam SK-SNI-T-15-1991-03 kriteria untuk perencanaan joint balok kolom pada beton
bertulang adalah sebagai berikut:
1. Kekuatan joint tidak boleh lebih kecil dari kekuatan komponen struktur yang
dihubungkannya.
3. Kekuatan kolom tidak boleh diperlemah oleh karena perilaku joint yang
berdekatan dengannya.
II-2 - 247
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2. Pelat lantai dapat diasumsikan sebagai diafragma lantai kaku tak terhingga pada
bidangnya.
II-2 - 248
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 249
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
1. SISTIM PEMBEBANAN
II-2 - 250
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2. Beban Vertikal
Beban vertikal merupakan merupakan beban yang bekerja searah dengan gravitasi bumi,
yakni beban pada pelat lantai serta beban dinding bangunan. Semua beban ditransfer ke balok
dan untuk selanjutnya dipikul oleh kolom. Pola pendistribusian beban dari pelat lantai ke balok
mengikuti keruntuhan pelat lantai dan distribusi beban dinding ke balok mengikuti pola
beban merata seperti diperlihat dalam Gambar 2-156.
L1
Balok
L2L2
L2 Balok
Balok
Balok
Beban vertikal terdiri atas beban mati (Dead Load, DL) dan beban hidup (Live Load,
LL) yang merupakan beban akibat fungsi bangunan. Beban hidup diambil sebesar 250 kg/m2.,
beban vertikal dimodelkan seperti terlihat dalam Gambar 2-156 dan Gambar 2-157 untuk
struktur. Disamping beban tersebut, beban atap dimodelkan sebagai beban terpusat yang
bekerja pada ujung
kolom.
II-2 - 251
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
3. Beban Horizontal
Beban horizontal merupakan beban akibat gempa. Banyak struktur bangunan sipil
menggunakan pendekatan statik ekivalen dalam menganalisis struktur akibat pengaruh gempa.
Analisis gempa statik ekivalen merupakan suatu cara analisis statik struktur, dimana pengaruh
gempa pada struktur dianggap sebagai beban-beban statik horizontal untuk menirukan pengaruh
gempa sesungguhnya akibat pergerakan tanah. Metode statik ekivalen ini hanya disarankan
untuk kondisi sebagai berikut,
II-2 - 252
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Adapun prosedur perhitungan dalam analisis gempa statik ekivalen dapat dilakukan sebagai
berikut:
Wi = ix Vi
Wt = Wi
II-2 - 253
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
3/4 ;
T = 0,06 H dengan H merupakan tinggi gedung.
II-2 - 254
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
V CI R Wt
II-2 - 255
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
4. Kombinasi Pembebanan
Dalam kenyataanya beban mati, beban hidup dan beban gempa kemungkinan besar akan
bekerja pada saat yang bersamaan. Untuk menjamin agar struktur bangunan dapat bekerja, baik
dalam kondisi beban mati, beban hidup maupun beban gempa atau ketiga jenis beban tersebut
bekerja bersamaan, maka beban-beban tersebut harus dikombinasikan sedemikian rupa
kepada struktur bangunan. Adapun kombinasi pembeban tersebut diatur dalam SNI T-15-1991-
03 seperti dijelaskan dalam bagian kedua dokumen ini. Aturan tersebut juga telah diprogram
dalam prangkat lunak seperti diperlihatkan dalam Gambar 2-159. Karena arah beban gempa
bersifat bolak- balok, maka dalam kobinasi pembebanan juga mempertimbangkan sifat ini.
Dengan demikian akan diperoleh 9 kombinasi pembebanan yang mungkin
terjadi.
5. RESPON STRUKTUR
Respons struktur merupakan perilaku struktur akibat pembebanan seperti yang
dijelaskan dalam bagian sebelumnya. Respons struktur disampaikan dalam bentuk deformasi
dan gaya dalam berupa momen, geser dan normal.
II-2 - 256
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Respons struktur dalam bentuk gaya dalam diperlukan dalam kaitannya dengan perencanaan
komponen struktur beton bertulang. Sedang defromasi yang yang terjadi berkenaan dengan
tingkat keamanan struktur yang diatur dalam peraturan untuk gedung. Hasil keluaran analisis
struktur dengan FINITE ELEMENT disampaikan baik dalam bentuk grafik maupun dalam
bentuk numerik. Contoh hasil keluaran berupa gaya dalam diperlihatkan dalam diagram
momen dalam Gambar 2-160 dan 2-161.
II-2 - 257
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Dasar perencanaan komponen struktur beton bertulang telah dijabarkan dalam bagian
kedua dokumen ini. Pada bagian ini, dasar perencanaan komponen struktur beton bertulang
tersebut dijabarkan lebih detail dalam kaintannya dengan perencanaan struktur bangunan
seutuhnya.
1. Balok
Penulangan Lentur
Hal utama yang dialami oleh balok adalah kondisi tekan dan tarik akibat adanya
pengaruh lentur atau gaya lateral. Penulangan balok yang umum dilakukan adalah dengan
penulangan rangkap dimana tulangan dipasang pada daerah tarik dan tekan seperti secara
sekematik diperlihatkan dalam
Gambar 2-162.
II-2 - 258
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Ec = 0,003
Cs
a Cc
As’ Es’
Ts
As Es
diagram tegangan
balok
Analisis balok bertulangan rangkap tergantung pada kondisi baja tulangan tarik dan
tekan apakah telah mencapai kondisi leleh atau tidak. Dalam proses analisis pertama sekali
diasumsikan bahwa semua tulangan telah
mencapai kondisi leleh (fs = fs’ = fy), sehingga :
II-2 - 259
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Cc + Cs = T
0,85 fc’ a.b + As’ fy = As fy
( AsAs ')fy
a
0, 85fc 'b
Penulangan Geser
Tulangan geser balok direncanakan berdasarkan gaya geser maksimum yang dialami
balok. Dalam perencanaan, kekuatan geser yang diberikan oleh baja dan beton harus lebih besar
dari gaya geser yang dialami balok.
Tahap Vu ≤ Vn
perencanaan penulangan geser balok adalah
II-2 - 260
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
sebagai berikut :
Vs = 1/3 fc ' x bw x d
Vs maks = 2/3 fc ' x bw x d
Av = bw x s
3 fy
Av = (Vu - Vc) x s
fy x d
s ≤ 0,5 d
d. Untuk 1/3 fc ' x bw x d ≤ Vu - Vc ≤ 2/3 fc' x bw x d,
s ≤ 0,25 d
II-2 - 261
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2. Kolom
Momen dan gaya aksial merupakan beban yang dominan yang bekerja pada kolom.
Kegagalan yang umum terjadi pada kolom adalah meningkatnya nilai gaya aksial di atas batas
kekuatan kolom. Dalam analisis kapasitas kolom, baja tulangan diasumsikan selalu mengalami
pada kondisi beban maksimum. Dengan demikian besarnya beban aksial dan momen ultimit
dapat ditulis
sebagai berikut:
' '
PU 0.85f ab
c A f S yA f S y
' 1 '
P .e U0.85f ab dc a A fyS d d'
2
dimana e’ merupakan titik eksentrisitas beban ultimit dan beban ultimit bekerja
pada titik sentroid berikut.
' 1 '
0.85f
c bh d h As fy d d'
2
d" ' '
0.85f
c bh A s A sf y
II-2 - 262
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Detail Analisis dan Desain Frame 3D beupa data numerik dan grafik yang merupakan
output program yang digunakan.
3. Pemilihan Pondasi
Sebelum pemilihan pondasi terlebih dahulu dilakukan survey. Lingkup pekerjaan yang
harus dilakukan pada pengukuran lapangan antara lain :
Memeriksa kelayakan dan melengkapi sesuai kebutuhan peta topografi yang
telah ada.
Melakukan pengukuran di lapangan untuk pembuatan peta situasi.
Menyusun titik referensi lapangan yang menandai untuk pemasangan patok koordinat
dan ketinggian yang akurat.
Pematokan rinci (staking out) di lapangan untuk reference pelaksanaan
konstruksi.
II-2 - 263
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
4. Penyelidikan Tanah
Melaksanakan pemboran dalam pada setiap rencana bangunan bawah dengan
mesin dan STP (standar penetration test) dan pengambilan contoh tanah talk tergaggu
(undisturbed soil sampling) untuk pengujian laboraturium.
Untuk mandapatkan informasi yang lebih teliti mengenai jenis tanah, struktur lapis
tanah, index dan structural properties sub sufarce, perlu dilaksanakan pemboran.
Boring akan dikerjakan dengan alat bor yang digerakkan dengan mesin yang mampu
mencapai kedalaman yang ditentukan. Mata bor harus mempunyai diameter cukup besar
sehingga undistrub sample yang diinginkan dapat diambil dengan baik. Untuk tanah clay, slit
atau tanah lainnya yang tidak terlalu padat, dapat dipakai steel bit sebagai mata bor. Untuk
lapisan yang keras atau cemented harus dipakai core barrel sehingga dapat juga diambil
undisturb samplenya dari lapisan yang keras tersebut.
Pada setiap interval kedalaman 1.5 meter harus dilakukan standard penetrometer test
(SPT) dan harus diambil contoh tanahnya (tidak perlu undistrub), kemudian disimpan pada
tempat yang dapat menjaga kadar air aslinya. Contoh tanah tersebut diperlukan untuk
menyusun geological descripton lapisan tanah.
II-2 - 264
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Sebagai hasil boring harus dibuat bor log yang paling sedikit dilengkapi lithologi
(geological description),harga STP, letak muka kedalaman lapisan tanah yang bersangkutan.
Penanaman dari masing-masing tanah harus dilakukan pada saat itu juga, sesuai dengan
kedalaman maupun sifat tanah tersebut yang dapat dilihat secara visual.
Apabila tanah yang dibor dalam hal ini cenderung untuk mudah runtuh,maka persiapan
untuk(casing) harus dilakukan.
Pada setiap interval kedalaman yang ditentukan (bila tidak ditentukan lain maka rata-
rata kedalaman diambil kurang lebih 3 meter), pada tanah lunak akan diambil undistrub
sample untuk test di laboratorium guna mendapatkan harga index dan stuktural properties lapisan
tanah.
Melaksanakan sondir ringan (2.5 ton) sampai kedalaman tanah keras. Kapasitas sondir
yang digunakan adalah mesin sondir ringan ( 2,5 ton ), Sondir dilaksanakan dengan mata sondir
Bikonus. Pembacaan tekanan konus dilaksanakan setiap interval 20 cm sampai nlai tekan konus
lebih besar 150 kg/cm2.Bilamana angka diatas tersebut tidak tercapai, penyondiran diberhetikan
sampai kedalaman 30 meter.Penyondiran masig – masing 2 titik setiap kepala dan pilar
jembatan. Pengambaran hasil penyondiran dibuat pada kertas standar.
Terhadap undistrub sampel harus dikerjakan laboratory test untuk menentukan index dan
etructuralproperties tanah.
Spesifik Grafity
Moisture content
Atteberg limits
II-2 - 265
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Direct Shear Test, test ini dikerjakan untuk tanah tanpa kohesif.Consolidation test.
Dimaksudkan untuk mendapatkan besaran – besaran yang dipergunakan untuk memperhitungkan
settlement.
Pondasi merupakan bagian dari sistem rekayasa konstuksi yang berfungsi sebagai
penerus beban yang ditopang oleh beratnya sendiri (bangunan) pada kedalaman tanah atau
batuan yang terletak dibawahnya.Karena sifat dari tanah dan batuan itu hiterogen,maka
sulit ditemukan dua pondasi bahkan pada tapak konstruksi yang berdampingan akan bersifat
sama. Hal ini disebabkan pondasi sebagai pendukung beban mempunyai bidang antara
(interfacing) terhadap tanah.
Di dunia rancang bangun penurunan pondasi bisa dipastikan terjadi.Persoalannya
bagaimana penurunan tersebut dapat diprediksi sejak awal,sehingga bangunan tidak
terganggu.Masalah yang dihadapi perencana adalah menentukan sistem pondasi untuk bangunan
bertingkat sedang antara
2 sampai 8 lantai,dan berdiri diatas tanah yang mempunyai daya dukung
rendah. Sisi lain persoalan biaya yang tinggi masalah tesendiri, karena kesalahan
dalam perencanaan akan berdampak pada hasil kemudian hari.
Oleh karena itu perlu dilakukan pemilihan pondasi yang tepat untuk bangunan
yang direncanakan, sebagai dasar pemilihan pondasi perlu dilakukan Soil Investigation
untuk mempelajari sifat fisik tanah dan seberapa
jauh lokasi tanah keras yang mampu menahan beban diatasnya.
II-2 - 266
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 267
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Obyek contoh perhitungan ini adalah bangunan tinggi yang terdiri dari
52 lantai dan 5 level basement. Denah dan gambar tampak bangunan dapat dilihat pada gambar
berikut :
II-2 - 268
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2. Spesifikasi Struktur :
: Asrama 52 lantai
Fungsi gedung
5 level basement untuk restoran,
parkir kendaraan, ruang mekanik
Sistem struktur
sistem struktur penahan beban : Sistem Frame Tube dengan :
lateral spandrel beam
core
pelat tebal sebagai lantai
pengaku
pelat pada tiap lantai sebagai lantai
kaku (diafragma)
II-2 - 269
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Secara umum beban–beban yang bekerja pada bagunan tinggi dapat dilihat pada diagram berikut :
GEOPHYSICAL
MAN-MADE
II-2 - 271
Pada kasus ini beban-beban yang diperhitungkan pada analisis struktur disesuaikan
dengan kondisi wilyah Indonesia sebgai berikut :
Beban mati dapat dinyatakan sebagai gaya statis yang disebabkan oleh berat setiap unsur
di dalam struktur. Gaya yang menghasilkan beban mati terdiri dari berat sendiri komponen
struktur dan komponen non struktur yang terdapat
pada bangunan yaitu :
- Beban pelat beton, tebal bervariasi = var kg/m2
- Penutup lantai, ubin semen portland = 24 kg/m2
- Penggantung langit-langit dari kayu = 7 kg/m2
- Langit-langit dari semen asbes = 11 kg/m2
Sesuai dengan kegunaan bangunan yang direncanakan sebagai perkantoran dan hotel
maka besarnya beban hidup berdasarkan Peraturan Pembebanan Bangunan Indonesia adalah :
II-2 - 272
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
3.3 Beban Angin
Standar peraturan di Indonesia belum ada yang mengatur tentang beban angin untuk
bangunan gedung tinggi seperti yang dimiliki negara- negara Eropa dan Amerika. Pengetahuan
atas beban angin hanya terbatas pada nilai tekanan per meter luas penampang dinding dan
nilai gaya hisapnya. Walupun terlihat sangat sederhana, acuan ini masih memungkinkan
digunakan dan tidak menimbulkan masalah mengingat secara umum daerah Indonesia termasuk
daerah yang tidak rawan angin kencang dan gedung- gedung yang ada telah didesain terhadap
beban gempa yang lebih membahayakan. Dengan kata lain, Standar Gempa Indonesia
menunjukkan bahwa untuk bangunan tinggi, beban gempa desain SNI lebih menentukan dari
pada beban angin.
Untuk mengetahui perilaku struktur akibat beban angin dalam pengerjaan tugas
ini, karena Indonesia belum mempunyai Standar Desain Gedung terhadap Beban Angin, maka
diambil rekomendasi beban angin berdasarkan National Building Code of Canada 1995 (NBC-
1995).
NBC-1995 menyatakan bahwa eksternal pressure atau suction akibat angin pada
sebagian atau seluruh permukaan gedung dihitung dari :
p = q . Ce . Cg . Cp
di mana :
p = tekanan eksternal baik tekanan ataupun isapan, bekerja secara statik dalam arah
normal permukaan yang ditinjau
Beban angin NBC-1995 telah menjadi bagian yang terintegrasi dengan program ETABS
Non-Linear 8.00 sehingga dapat secara langsung di-generate
II-2 - 273
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
dengan memberikan parameter masukan (input parameter) yang sesuai. Perhitungan parameter
masukan dapat dilihat pada lampiran.
struktur ditargetkan tidak runtuh akibat gempa desain maksimum sehingga dapat memenuhi
fungsi menyelamatkan jiwa.
Sejalan dengan perkembangan ilmu teknik gempa dan bertambahnya data seismologi
di Indonesia, serta adanya perubahan konsep dasar Code Gempa dunia, para ahli gempa
Indonesia telah menyadari perlunya revisi tentang SNI Gempa 1989 ini. Revisi SNI Gempa
1989 telah dilakukan dan pada saat ini telah menjadi sebuah dokumen yang menunggu untuk
diberlakukan secara resmi.
Pada kasus ini, tim perencana mencoba menerapkan Revisi SNI Gempa
1989 tsb dalam menentukan beban gempa desain. Beban gempa desain diambil berdasarkan
spektrum percepatan gempa untuk lokasi kota Jakarta yang terletak pada zona 3. Analisis gempa
dilakukan secara dinamik tiga dimensi (3D). Spektrum percepatan gempa rencana yang
digunakan dapat dilihat pada grafik berikut :
II-2 - 274
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Spektrum Gem pa Wilayah 3 (Tanah Sedang)
0.60
0.50
0.40
0.30
C
0.20
0.10
0.00
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 9.00
10.00
4. Standar Peraturan
II-2 - 275
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Tata Cara Penghitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung (SK SNI T 15-
1991-03)
Pedoman Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Rumah dan Gedung (SNI
1726-1989-F)
Revisi SNI Gempa 1989
Uniform Building Code 1994 Volume I dan II
Desain Manual of LRFD AISC
II-2 - 276
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
5. Preliminary Desain Basement
KT2
KT2 KT2
KT2 KT2
KT1
KT3 KT4
KT1 KT2
KT2
KT2
KT3 KT4
KT1 KT2
KT5
KT3 KT5 KT1
KT3 KT2
KT2 KT2
KT2
II-2 - 277
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
5.1 Komponen Struktur Basement
5.1.1 Kolom
Sebagai kolom digunakan penampang komposit beton bertulang – profil baja. Tegangan
leleh baja fy adalah 350 Mpa dan f’c beton sebesar 35 Mpa. Selama proses konstruksi dan masa
layan bangunan, kolom akan memiliki penampang yang berbeda.
Sebagai plat lantai digunakan beton bertulang. Tegangan leleh baja tulangan,fy adalah
350 Mpa dan f’c beton sebesar 35 Mpa
Sebagai struktur penahan tanah digunakan dinding diafragma (diaphragm wall). Sistem
diaphragmn yang dipergunakan adalah Continous- lateral reinforcement. Alternatif ini dipilih
karena diinginkan kesatuan dinding secara integral yang meyakinkan agar sekaligus dapat
berfungsi sebagai lapisan kedap air (waterfproof).
II-2 - 278
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Meskipun juga disadari bahwa alternatif ini berdampak pada kecepatan proses penggalian karena
hanya dimungkinkan dengan menggunakan peralatan yang kecil saja sebagai akibat dari
keterbatasan space.
5.3 Pembebanan
5.3.1 Pemilihan Tebal Pelat
Menurut SKSNI T-15-1991-03 tebal pelat minimum dapat dihitung dengan persamaan berkut :
ly
m 2 , maka 0.2 m 2 digunakan persamaan di bawah ini
lx
:
fy
l 0.8
n
1500
h = 20.8 cm
1
36 5 am 0.121
atau
dari tabel 10 SKSNI
fy = 300, tebal minimum = 24.4 cm fy =
400, tebal minimum = 26.6 cm
Interpolasi pada fy = 350, tebal minimum = 25 cm dimana :
ln = bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua arah fy =
tegangan leleh yang disyaratkan
= rasio dari bentang bersih arah memanjang dan arah memendek
m = rasio kekakuan lentur balok dengan kekakuan pelat
a) Beban Mati
berat sendiri pelat lantai = 0.40 x 24 = 9.6 KN/m2
II-2 - 279
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
spesi = 0.05 x 21 = 1.05 KN/m2
Total W D = 10.65 KN/m2
b) Beban Hidup
Basement pada lantai ini digunakan untuk pertokoan dan parking area maka sesuai
SKSNI besar beban hidup (W L ) = 5 KN/m2
Wu = 1.2 W D + 1.6 W L
= 20.78 KN/m2
a) Beban Mati
berat sendiri pelat lantai = 0.25 x 24 = 6 KN/m2
spesi = 0.05 x 21 = 1.05 KN/m2
Total WD = 7.05 KN/m2
b) Beban Hidup :
Sesuai SKSNI beban hidup untuk Basement W L = 5 KN/m2
Wu = 1.2 W D + 1.6 W L
= 16.46 KN/m2
5.3.3 Kolom :
A. Kolom Basement di luar Gedung utama:
Beberapa hal yang penting
Kolom pada daerah ini dibagi menjadi dua tipe seperti terlihat pada gambar …
Digunakan struktur komposit beton bertulang – baja
Baja akan berfungsi sebagai stancion pada saat proses konstruksi
1) Kolom A
II-2 - 280
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Pada saat gedung dipakai
Luas beban lantai = 3 x 4.4 x 4.4 = 58.08 m2
Beban lantai GF dan BS 1 = 2 x 58.08 x 20.78 = 2413.81 KN
Beban lantai BS 2 s/d BS 5 = 3 x 58.08 x 16.46 = 2867.99 KN
Total beban tributary = 5281.8 KN
2) Kolom B
Pada saat gedung dipakai
Luas beban lantai = 4.4 x 4.4 = 19.36 m2
Beban lantai GF dan BS 1 = 2 x 19.36 x 20.78 = 804.61 KN Beban
lantai BS 2 s/d BS 5 = 3 x 19.36 x 16.46 = 955.99 KN Total beban
tributary = 1760.6 KN
II-2 - 281
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Digunakan struktur komposit beton bertulang – baja
Baja akan berfungsi sebagai stancion pada saat proses konstruksi
Stanchion direncanakan untuk mampu memikul 5 lantai basement dan
10 lantai bangunan atas
1) Kolom C
Pada saat gedung dipakai
Luas beban lantai = 4.4 x 6.6 = 29.04 m2
Beban lantai GF dan BS 1 = 2 x 29.04 x 20.78 = 1206.90 KN
Beban lantai BS 2 s/d BS 5 = 3 x 29.04 x 16.46 = 1433.99 KN
Beban Struktur Atas = 24295.30 KN
2) Kolom D
II-2 - 282
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Total beban tributary = 13316.4 KN
3) Kolom E
Pada saat gedung dipakai
Luas beban lantai = 2.2 x 2.2 = 4.4 m2
Beban lantai GF dan BS 1 = 2 x 4.4 x 20.78 = 182.864 KN
Beban lantai BS 2 s/d BS 5 = 3 x4.4 x 16.46 = 217.27 KN
Beban Struktur Atas = 7284.5 KN Total
beban tributary = 7684.64 KN
II-2 - 283
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
5.4 Preliminary Design Kolom Basement
1) KOLOM A
Kebutuhan Stanchion
Digunakan profil baja dengan tegangan leleh fy = 350 Mpa
A perlu =
3507080
= 40081 mm2
350 / 4
A perlu =
1774720 = 202825.14 mm2 = 2028.2514 cm 2
35 / 4
2) KOLOM B
Kebutuhan Stanchion
Digunakan profil baja dengan tegangan leleh Fy = 350 Mpa
A perlu =
1302800 = 14889.14 mm2
350 / 4
Dipakai profil H 350 x 350 x 12 x 19
II-2 - 284
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
A perlu =
457800 = 52320 mm2
35 / 4
Digunakan penampang kolom 50/50 cm seperti terlihat pada gambar
3) KOLOM C
Kebutuhan Stanchion
Digunakan profil baja dengan tegangan leleh Fy = 350 Mpa
6368879
A perlu = = 72787.2 mm2
350 / 4
Berdasarkan pekerjaan kolom dipakai 4 profil W 12x136 dengan luas masing- masing profil
= 25742 mm2
A perlu =
17926490
= 2048741.7 mm2
35 / 4
Digunakan kolom berukuran 1500 x 1500 mm2 seperti terlihat pada gambar
4) KOLOM D
Kebutuhan Stanchion
Digunakan profil baja dengan tegangan leleh Fy = 350 Mpa
3060490
A perlu = = 34977.028 mm2
350 / 4
Berdasarkan pekerjaan kolom dipakai 2 profil W 12x279 dengan luas masing- masing profil
= 52839 mm2
II-2 - 285
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Kebutuhan penampang beton
Digunakan beton dengan Fc’ = 35 MPa
4069575
A perlu = = 465.1 mm2
35 / 4
5) KOLOM E
Kebutuhan Stanchion
Digunakan profil baja dengan tegangan leleh Fy = 350 Mpa
1827580
A perlu = = 20886.6 mm2
350 / 4
Berdasarkan pekerjaan kolom dipakai 1 profil W 12x336 dengan luas masing- masing profil
= 63742 mm2
Kebutuhan penampang beton
Digunakan beton dengan Fc’ = 35 MPa
2107.2
A perlu = = 240.8 mm2
35 / 4
Digunakan kolom L dengan ukuran seperti terlihat pada gambar.
II-2 - 286
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
6. Preliminary Design Kolom dan Core
6.1 Preliminary Design Kolom
B10 K1
K3
K2
II-2 - 287
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN TEKNIS
6.1.1 Perhitungan Beban Tributari Kolom :
Tabel 2-22. Perhitungan Beban Tributari Kolom
Total Beban Plat (ton)
Beban plat Jumlah kolom type I kolom type II kolom type III
(ton) lantai Area beban = 24.2 m2 Area beban = 9.68 m2 Area beban = 4.84 m2
Lantai Typikal
Lantai Typikal
KOLOM TYPE I
#. Beban kolom per-lantai (tanpa basement) 46.72 ton
#. Total Tributari (52+5) 2.66E+03 ton
II-2 - 290
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Lantai Typikal
Level 1 s/d 5 1.396 5 5303.96
Level 6 2.743 1 2084.35
Level 7 s/d 24 1.396 13 13790.30
Level 25 2.743 1 2084.35
Level 26 2.743 1 2084.35
Level 27 s/d 51 1.396 24 25459.02
Level 52 (atap) 2.743 1 2084.35
Tributari Beban Plat (ton) 52890.69
Rata-rata per-lantai 1017.13
Total Tributari Beban Plat (52+Basement) 57976.33055
Asumsi :
Profil Baja Mampu menahan 20 lantai
Luas Penampang Beton = (57-20) x 10171.3 x 0.001 / (35/4)
USULAN
TEKNIS
= 43.01 m2
Total Panjang Core = 68 m
tebal yang dibutuhkan = 0.632500142 m
Jadi :
diambil tebal Core = 0.8 m
P1 P1 P1 P1 P1
P2
B9
B10
P5
B8
P3
B3 B1
B4
B5
P4
B6
B7
B2
dimana:
ln : bentang bersih dalam arah memanjang dari konstruksi dua arah fy :
tegangan leleh yang disyaratkan (Mpa)
β : rasio dari bentang bersih arah memanjang dan arah memendek
α : rasio kekakuan lentur balok dengan kekakuan pelat
αm : nilai rata-rata untuk suatu balik tepi dari suatu panel.
Pelat P 1:
Data : Ln = 4400mm
Fy = 240 Mpa
Dari persamaan (2.3):
4,4 m
P1
fy
ln0.8
1500
h
36
4,4 m
240
44000.8 1500
h
36
h = 117,33 mm h
= 150 mm Pelat
P2
Data : Ln = 8800mm
Fy = 240 Mpa
Dari persamaan (2.3):
fy
ln0.8
1500
h
36 8,8 m
P2
240
44000.8
1500
h
36
h = 234,66 mm h
8,8 m
= 250 mm
Gambar 2-170. Luasan Plat
USULAN
TEKNIS
Disini ukuran balok dan plat dibagi kedalam beberapa tipikal, seperti ditunjukkan
oleh Gambar 2.2
+ P P P P P
P
B9
P B8
B3 B1
B4
B5
P
B6
B7
B2
Karena properties antar level tidak sama, maka beban gravitasi masing-masing lantai
dihitung terpisah:
a. Lantai 1 s/d 5
Beban pada lantai tipikal
Beban mati (q D ) :
Jenis plat P1 (lihat gambar)
USULAN
TEKNIS
Beban hidup (q L ):
Beban hidup pada lantai kantor = 250 kg/m2
b. Lantai 6
Beban pada lantai tipikal
Beban mati (q D ) :
Beban hidup (q L ):
Beban hidup pada lantai kantor = 250 kg/m2
c. Lantai 7 s/d 24
Beban pada lantai tipikal
Beban mati (q D ) :
Jenis plat P1 (lihat gambar)
- Beban pelat beton, tebal = 15 cm = 360
kg/m2
- Penutup lantai, ubin semen portland = 24 kg/m2
- Penggantung langit-langit dari kayu = 7 kg/m2
- Langit-langit dari semen asbes = 11 kg/m2
- Beban mekanikal dan elektrikal = 30
kg/m2
- Plesteran dari adukan semen = 21 kg/m2
total = 453 kg/m2
Beban hidup (q L ):
Beban hidup pada lantai kantor = 250 kg/m2
d. Lantai 25
Beban pada lantai tipikal
Beban mati (q D ) :
- Beban pelat beton, tebal = 100 cm = 2400 kg/m2
- Penutup lantai, ubin semen portland = 24 kg/m2
- Penggantung langit-langit dari kayu = 7 kg/m2
- Langit-langit dari semen asbes = 11 kg/m2
- Beban mekanikal dan elektrikal = 30 kg/m2
- Plesteran dari adukan semen = 21 kg/m2 total
= 2493 kg/m2
Beban hidup (q L ):
Beban hidup pada lantai kantor = 250 kg/m2
e. Lantai 26
Beban pada lantai tipikal
Beban mati (q D ) :
- Beban pelat beton, tebal = 100 cm = 2400 kg/m2
USULAN
TEKNIS
Beban hidup (q L ):
Beban hidup pada lantai kantor = 250 kg/m2
f. Lantai 27 s/d 51
Beban pada lantai tipikal
Beban mati (q D ) :
Jenis plat P1 (lihat gambar)
- Beban pelat beton, tebal = 15 cm = 360
kg/m2
- Penutup lantai, ubin semen portland = 24 kg/m2
- Penggantung langit-langit dari kayu = 7 kg/m2
- Langit-langit dari semen asbes = 11 kg/m2
- Beban mekanikal dan elektrikal = 30
kg/m2
- Plesteran dari adukan semen = 21 kg/m2
total = 453 kg/m2
Beban hidup (q L ):
Beban hidup pada lantai kantor = 250 kg/m2
g. Lantai 52
Beban pada lantai tipikal
Beban mati (q D ) :
- Beban pelat beton, tebal = 100 cm = 2400 kg/m2
- Penutup lantai, ubin semen portland = 24 kg/m2
- Penggantung langit-langit dari kayu = 7 kg/m2
- Langit-langit dari semen asbes = 11 kg/m2
- Beban mekanikal dan elektrikal = 30
kg/m2
- Plesteran dari adukan semen = 21 kg/m2
total = 2493 kg/m2
Beban hidup (q L ):
Beban hidup pada lantai kantor = 250 kg/m2
Berdasarkan SKSNI T-15-1991 –03, perencanaan dimensi awal balok dilakukan
sebagai berikut:
Mu fy
.0,8. fy1 0,588 ………………………. (2.4)
bd
2
f 'c
dimana: min b
min = 1,4/fy
0,75b
USULAN
TEKNIS
1 0,81
Mu : momen ultimate b, d
: dimensi balok
: rasio tulangan
fy : tegangan leleh tulangan baja f’c :
tegangan beton
Perencanaan awal dimensi balok pada bentang terpanjang (diambil B3
sebagai salah satu contoh).
2,2 m
L = 4,4 m
fy = 240 Mpa
f’c = 35 Mp
A B
2,2 m
2,2 m 2,2 m
q eqv
2,2 m 2,2 m
qeqv 2,2
Mu = 1/8. Q. L2
= 1/8 *2,239272 * 4,42
= 5,419038 t.m
Mu fy
.0,8. fy1 0,588
bd
2
f 'c
0,85.0,81.35 600
b
240 600 240
b = 0.0717
Karena perhitungan beban belum termasuk beban gempa maka, persamaan diasumsikan
menjadi:
b=d
7
maka: b
3 8 * 5,419038 *10
0,995854
Dari hasil preliminery masing-masing pelat untuk setiap tingkat, diperoleh dimensi awal
sebagai berikut:
a. Lantai 1 s/d 5
Pelat : P1 = 15 cm
P2 = P3 = P4 = P5 = 25 cm
Ket: Jenis pelat dapat dilihat di gambar
Balok : B1 = B2 = B9 = (0.6 x 1.6) m2
B3 = B5 = B6 = B7 = B8 = B10 = (0.8 x 0.8) m2
B4 = (0.6 x 0.8) m2
Ket: Jenis balok dapat dilihat di gambar
b. Lantai 6
Pelat : P1 = 100 cm
Balok : B1 = (0.6 x 2) m2
c. Lantai 7 s/d 24
Pelat : P1 = 15 cm
P2 = P3 = P4 = P5 = 25 cm
Balok : B1 = B2 = B9 = (0.6 x 1.6) m2
B3 = B5 = B6 = B7 = B8 = B10 = (0.8 x 0.8) m2
B4 = (0.6 x 0.8) m2
d. Lantai 25
Pelat : P1 = 100 cm
Balok : B1 = (0.6 x 2) m2
e. Lantai 26
Pelat : P1 = 100 cm
Balok : B1 = (0.6 x 2) m2
f. Lantai 27 s/d 51
USULAN
TEKNIS
Pelat : P1 = 15 cm
P2 = P3 = P4 = P5 = 25 cm
Balok :B1 = B2 = B9 = (0.6 x 1.6) m2
B3 = B5 = B6 = B7 = B8 = B10 = (0.8 x 0.8) m2
B4 = (0.6 x 0.8) m2
g. Lantai 52
Pelat : P1 = 100 cm
Balok :B1 = (0.6 x 2) m2
7.4 Perhitungan Beban Tributari Pelat
B1
2,2 m
453 250
4,4 m
2,2m
B2
5,4m 1m 453 250
2,2m
2,2m
2,2m
USULAN
TEKNIS
I 2,2 m
B4 453 250
II 2,2 m 693 250
4,4 m
2,2m
1,1
1,1 1,1
USULAN
TEKNIS
2,2
6,6
B 7 = B 10 693 250
4,4 4,4
2,7
B8
2,7
693 250
2,7 2,7
2,7m
8,8m 3,4m
B9 693 250
2,7m
Tributari pelat lantai 1 s/d 5, 6 s/d 24, 27 s/d 51 adalah sama dengan tributari pelat lantai -1
USULAN
TEKNIS
a. Beton tidak dapat menerima gaya tarik karena beton tidak mempunyai kekuatan tarik.
b. Perubahan bentuk berupa pertambahan panjang dan perpendekan (regangan tarik dan
tekan) pada serat-serat penampang, berbanding lurus dengan jarak tiap serat sumbu
netral. Ini merupakan kriteria yang dikenal dengan penampang bidang datar akan tetap
berupa bidang datar.
c. Hubungan antara tegangan dan regangan baja ( s dan s ) dapat
dinyatakan secara skematis.
d. Hubungan antara tegangan dan regangan beton ( ’ c dan ’ c ) dapat dinyatakan secara
skematis.
1.1.1.2 Parameter Penampang Beton
Dua besaran yang berperan penting dalam analisis penampang beton bertulang adalah
tinggi h dan tinggi efektif d. Gambar 4.1 memberikan besaran bagi sebuah pelat dan balok.
d dx dy
h h
p
p
b
Pada Gambar 4.2, disajikan sebuah penampang dengan diagram regangan dan tegangan
pada saat stadium keruntuhan. Dengan persamaan keseimbangan gaya dapat dihitung dan
direncanakan kapasitas tampang
dengan memperhitungkan reduksi kekuatan .
c = 0.003
0.85 f’c
's
a
c Cc
s fs Ts
b
Gambar 2-174. Penampang, diagram regangan dan tegangan pada saat keruntuhan.
II-2 - 309
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
dengan As = . b. d
maka : M u = . b. d. 0.8. fy ( d – 0,425 c )
.b.d . fy fy
c 1,384.. .d
0,72225.b. f 'c f 'c
nilai c diatas dimasukkan dalam rumus Mu akan menghasilkan:
fy
Mu .bd.0,8. fy(d 0,425.1,384 .d ) , maka:
f 'c
Mu fy
.0,8. fy1 0,588 ……………………. (4.6)
bd
2
f 'c
II-2 - 310
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Pertambahan tegangan baja yang tiba-tiba dapat mengakibatkan baja mendadak putus.
Untuk mencegahnya, penampang beton bertulang yang dibebani lentur harus diberi sejumlah
tulangan minimum tertentu. Ini dinyatakan dengan nilai tulangan minimum ”min ”.
Nilai tulangan minimum ini harus dipilih sedemikian rupa sehingga, terdapat perbedaan
yang kecil antara momen lentur yang dapat ditahan oleh penampang yang retak dan momen
lentur yang dapat ditahan oleh penampang yang retak.
fy f'c (Mpa)
(Mpa) 15 20 25 30 35
240 0.0025 0.0029 0.0032 0.0035 0.0038
400 0.0015 0.0017 0.0019 0.0021 0.0023
Untuk menghindari terjadinya keruntuhan struktur tanpa adanya tanda- tanda deformasi
(retakan) di daerah tarik atau terjadinya keruntuhan tanpa peringatan lebih dahulu maka perlu
dijamin bahwa tegangan tulangan mencapai f y. Hal tersebut dijamin dengan rasio tulangan
maksimumsaeperti dalam tabel:
fy f'c (Mpa)
(Mpa) 15 20 25 30 35
240 0.0242 0.0323 0.0404 0.0484 0.0538
II-2 - 311
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Hitung beban-beban
Pilih tulangan
II-2 - 312
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Penyaluran
beban berdasarkan l y /l x
metode amplop’ kali Momen per meter
Skema
W ulantai . l x lebar 1,0 1,2 1,4 1,6 1,8 2,0 2,5
3,0
m lx = 0,001.W u .l x 2.x 25 34 42 49 53 58 62
m ly = 0,001.W u .l x 2.x 68
m tx =-0,001.W u .l x 2.x 25 22 18 15 15 15 14
m tx =-0.001.W u .l x 2.x 14
51 63 72 78 81 82 83
83
51 54 55 54 54 53 51
49
m lx = 0,001.W u .l x 2.x 33 40 47 52 55 58 62
m ly = 0,001.W u .l x 2.x 65
m tx =-0,001.W u .l x 2.x 24 20 18 17 17 17 16
m tix = ½ m ly 16
69 102 108 111 113 114 114
114
Dll
II-2 - 313
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
L2/4 L2/4
L1
Interior Exterior
Kolom
End span Interior span
1 2 3 4 5
(b). Koefisien momen rencana untuk plat plate atau flat slab
II-2 - 314
Perenc
anaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Dimana
Mo = Wu. L 2 . L n 2 /8
Wu = 1,2 W D + 1,6 W L
Vu = 1,2 W D + 1,6 W L
Vu = Vc + Vs
Dimana ; Vc = kuat geser nominal sumbangan beton
Vs = kuat geser nominal sumbangan tulangan
Vc 1/ 6 f 'c.bw.d
II-2 - 315
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Mu fy
.0,8. fy1 0,588
bd
2
f'c
dimana:
min max min =
1,4/fy max = 0,75
b
0,85 1 f ' c 600
b
fy 600 fy
1 0,81
A sl = .b.d.106 mm2
A st = .b.d.106 mm2
dx dy
Tinggi efektif:
d x = tp – p – ½ d x
d y = tp – p – ½ d x - d y
II-2 - 316
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
B 3 = B 5 = B 6 = B 7 = B 8 = B 10
P1 P1 P1 P1 P1
P2
B9
B10
P5
B8
P3
B3 B1
B4
B5
P4
B6
B7
B2
II-2 - 317
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 318
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN TEKNIS
Tabel 2-29. Perhitungan penulangan pelat lantai 1
Pelat Ly Lx L y /L x M X Wu Mu m in A s (mm2) Tulangan
5.4 4.4 1.23 ml x 35 9.44 6396544 0.00199 0.0035 455 10-150
1 5.4 4.4 1.23 ml y 21 9.44 3837926 0.00119 0.0035 455 10-150
5.4 4.4 1.23 mt x 64 9.44 11696538 0.00366 0.0035 437.5 10-150
5.4 4.4 1.23 mt y 54 9.44 9868954 0.00308 0.0035 437.5 10-150
6.6 4.4 1.50 ml x 45.5 12.32 10852442 0.00107 0.0035 805 10-75
2 6.6 4.4 1.50 ml y 16.5 12.32 3935501 0.00039 0.0035 805 10-75
6.6 4.4 1.50 mt x 75 12.32 17888640 0.00177 0.0035 787.5 10-100
6.6 4.4 1.50 mt y 54.5 12.32 12999078 0.00129 0.0035 787.5 10-100
Dimana : Mu : kuat lentur perlu, yaitu nilai momen lentur akibat beban
terfaktor.
Mn : kuat lentur nominal terkecil dari berbagai kondisi batas
yang diperhitungkan.
f : 0,9 untuk lentur
II-2 - 320
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
1.1.2.2 Komponen Balok Memikul Kombinasi Gaya Aksial dan Lentur
Komponen balok komposit memikul gaya aksial dan lentur harus direncanakan
dengan rumus sebagai berikut:
Nu Nu 8 M ux M
uy
Untuk : 0,2 maka: 1,0 …… (4.8)
t c .Nn
/
t / c .N n 9 f mnx f M ny
Nu Nu M ux M
uy
Untuk : 0,2 maka: 1,0 …… (4.9)
t / c .N n t / c .N n f m nx f M ny
Beff
Yc Ds
Dd
tf
h-2tf
tw
tf
b
Berdasarkan gaya-gaya dalam yang diperoleh berikutnya akan dihitung jenis profil yang
digunakan pada beton komposit. Persamaan yang digunakan untuk mencari profil yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:
II-2 - 321
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Jika garis netral berada pada badan profil
Beff
DC Rc.yc/Ds
Yc
Ds
Rt
Dd
Rb
B
II-2 - 322
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Jika garis netral berada pada sayap atas profil, maka kapasitas
Beff
momennya menjadi:
yc Rc.yc/Ds
Rt
Dd
Rb
B
DC Rc.yc/Ds
Yc Ds
Rt
Dd
Rb
B
M c = R b (D + D c – 0.5 T b - y c ) + (R w /2d)(y c – D c – T t )2
(R w /2d)(d - y c + D c + T t )2 + R t (y c – D c – 0.5T t ) + 0.5R c (y c 2/Ds) (4.15)
II-2 - 323
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
( Rb Rw Rt 2( Dc Tt ) Rw / d ) (2Rw / ………………… (4.16)
yc d Rc / D s )
dimana :
Mc = Kapasitas momen (kNm)
Rt = Kapasitas tarik dari sayap atas (kN)
Rb = Kapasitas tarik dari sayap bawah (kN)
yp = Jarak garis netral plastis ke sayap atas profil (mm) D =
Tinggi profil (mm)
Dc = Tebal plat di atas sayap atas profil (mm)
Ds = Tebal plat (mm)
Dd = Tebal steel decking (mm) T t
= Tebal sayap atas (mm)
Tb = Tebal sayap bawah (mm)
Rw = Kapasitas tarik badan profil (kN)
fcu = kekuatan cube beton (Mpa)
fsb = Kekuatan shear-bond rencana (0.6 Mpa)
II-2 - 324
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Tabel 2-30. Kombinasi pembebanan yang digunakan
COMBO CASE SCALE
COMB CASE
TYPE TYPE FACTOR
II-2 - 325
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
COMB1 ADD DEAD Static 1.400
LIVE Static 1.700
COMB2 ADD DEAD Static 0.900
WIND Static 1.300
COMB3 ADD DEAD Static 0.900
WIND Static -1.300
COMB4 ADD DEAD Static 1.050
LIVE Static 1.275
WIND Static 1.275
COMB5 ADD DEAD Static 1.050
LIVE Static 1.275
WIND Static -1.275
COMB6 ADD DEAD Static 0.900
SPEC1 Spectra 1.000
COMB7 ADD DEAD Static 0.900
SPEC1 Spectra -1.000
COMB8 ADD DEAD Static 1.200
LIVE Static 0.500
SPEC1 Spectra 1.000
COMB9 ADD DEAD Static 1.200
LIVE Static 0.500
SPEC1 Spectra -1.000
COMB10 ADD DEAD-SQ StaticNL 1.000
SPEC1 Spectra 1.000
COMB11 ADD DEAD-SQ StaticNL 1.000
0 LIVE Static 1.000
II-2 - 326
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Tabel 2-31. Gaya-gaya dalam lantai 1 s/d 5
Dimensi (B x H) Momen (M) Geser (V)
No. Nama Balok
m2 kNm kN
II-2 - 327
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Dimensi (B x H) Momen (M) Geser (V)
No. Nama Balok
m2 kNm kN
II-2 - 328
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN TEKNIS
B3 -219.2 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 11 7 175 300 286 2E+06 5E+05 5E+05 5E+05 66.2 291.69 233.35 -1.1 1960 425
B4 -235.6 240 30 600 800 150 5E+05 125 90000 13 8 200 400 384 1E+06 7E+05 6E+05 6E+05 106.1 449.03 359.23 -1.5 1470 325
B5 -220.4 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 11 7 175 300 286 2E+06 5E+05 5E+05 5E+05 66.2 291.69 233.35 -1.1 1960 425
B6 -80.9 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 8 5.5 150 300 289 2E+06 4E+05 3E+05 3E+05 54.5 228.43 182.75 -2.3 1960 425
B7 -64.4 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 9 6.5 150 300 287 2E+06 4E+05 3E+05 3E+05 62.2 248.00 198.40 -3.1 1960 425
B8 -203.0 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 8 5.5 175 300 289 2E+06 4E+05 3E+05 3E+05 54.5 241.92 193.54 -1.0 1960 425
B9 -156.2 240 30 600 1200 150 7E+05 125 90000 9 6.5 150 300 287 1E+06 4E+05 3E+05 3E+05 77.2 225.08 180.07 -1.2 2310 525
B3 -450.8 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 16 10 200 500 480 2E+06 1E+06 8E+05 8E+05 117.2 739 592 -1.3 1960 425
B6 -111.9 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 8 5.5 150 300 289 2E+06 4E+05 3E+05 3E+05 54.5 228 183 -1.6 1960 425
B7 -60.0 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 9 6.5 150 300 287 2E+06 4E+05 3E+05 3E+05 62.2 248 198 -3.3 1960 425
B8 -204.7 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 13 8 200 400 384 2E+06 7E+05 6E+05 6E+05 86.6 473 378 -1.8 1960 425
B9 344.7 240 30 600 1600 150 1E+06 125 90000 13 8 200 400 384 1E+06 7E+05 6E+05 6E+05 106.1 449 359 1.0 3150 725
B3 -223.6 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 8 13 200 400 374 2E+06 1E+06 4E+05 4E+05 117.2 454.27 363.42 -1.6 1960 425
B4 -245.1 240 30 600 800 150 5E+05 125 90000 8 13 200 400 374 1E+06 1E+06 4E+05 4E+05 139.2 431.56 345.25 -1.4 1470 325
B5 -229.5 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 7 11 175 350 328 2E+06 9E+05 3E+05 3E+05 97.2 329.46 263.57 -1.1 1960 425
B6 -87.9 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 8 5.5 150 300 289 2E+06 4E+05 3E+05 3E+05 54.5 228.43 182.75 -2.1 1960 425
B7 -69.4 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 9 6.5 150 300 287 2E+06 4E+05 3E+05 3E+05 62.2 248.00 198.40 -2.9 1960 425
B8 -213.5 240 30 800 800 150 6E+05 125 1E+05 13 8 175 300 284 2E+06 5E+05 5E+05 5E+05 73.4 323.85 259.08 -1.2 1960 425
B9 -166.7 240 30 600 1200 150 7E+05 125 90000 13 8 200 400 384 1E+06 7E+05 6E+05 6E+05 106.1 449.03 359.23 -2.2 2310 525
Profil-profil tersebut telah dicek terhadap geser dan sangat aman. Balok- balok tersebut
lebih dominan terhadap lentur, sehingga disain dilakukan berdasarkan kapasitas lentur dari profil.
Pengecekan terhadap geser dilakukan setelah semua profil didapat berdasarkan kapasitas
lenturnya. Beton komposit tersebut digabung dengan menggunakan shear conector minimum.
Berikut diperlihatkan sistim penulangan pada salah satu balok tipikal.
Beff
Yc Ds
Dd
Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Excel. Dari hasil
hitungan ukuran balok beton disesuaikan dengan ukuran profil yang dipilih. Disini telah
dilakukan pengecekan terhadap kemampuan balok komposit untuk menahan momen dan geser
yang terjadi. Hasil yang diperoleh
adalah sebagai berikut:
II-2 - 332
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Momen (M)
Dimensi (B x H) Geser (V) Profile yang
No. Nama Balok
m2 kN dipilih
kNm
1 B1 0.6 x 1.2 341.911 150.776 IWF 400.200.8.13
2 B2 0.6 x 1.2 -172.724 -115.034 IWF 300.150.6,5.9
3 B3 0.8 x 0.8 -219.165 -164.905 IWF 350.175.7.11
4 B4 0.6 x 0.8 -235.613 170.464 IWF 400.200.8.13
5 B5 0.8 x 0.8 -220.406 249.917 IWF 350.175.7.11
6 B6 0.8 x 0.8 -80.948 54.561 IWF 300.150.6,5.9
7 B7 0.8 x 0.8 -64.429 -56.592 IWF 300.150.6,5.9
8 B8 0.8 x 0.8 -203.015 185.764 IWF 350.175.7.11
9 B9 0.6 x 1.2 -156.227 124.017 IWF 300.150.6,5.9
Sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya maka gedung dilengkapi 4 buah lift sebagai
sarana untuk memobilisasi barang dan orang dari lantai yang satu ke lantai yang lain. Desian lift
dalam hal ini tidak dianalisa karena sangat kompleks dan berhubungan dengan Mechanical
Electrical (ME), lift direncanakan diambil dari strandard lift untuk gedung tinggi.
Untuk mendukung lift dan menghindari hal-hal yang tidak diinginkan maka dibuat
tangga sebagai sarana pendukung.
4m
2m
Borders
10
@
30
cm
Beban mati (q D ) :
- Beban pelat beton, tebal = 20 cm = 480 kg/m2
USULAN
TEKNIS
2m
Beban hidup (q L )
Beban hidup pada lantai kantor = 300 kg/ m2
q U = 1,2 q D + 1,6 q L
= 1050 kg/.m2
= 10,5 KN/m 2m
3m 2m
fy f'c Mu b d Mu/(bd2)
Elemen min pakai As Tul
(Mpa) (Mpa) (N.mm) (mm) (mm) N/mm2
Borders 240 30 3E+07 1000 180 0.88863 0.004 0.0046 0.00463 833.4
Tangga 240 30 1E+07 1000 180 0.41976 0.004 0.0022 0.0035 394.2
Untuk kolom komposit simetris mengenai lentur pada bidang, interaksi antara tekan
lentur haruslah dibatasi oleh hubungan sebagai berikut :
Pu 8 M ux M uy
( ) 1.0 untuk P u 0.2c P n
c Pn 9 b M nx b M ny
Pu M ux M uy
( ) 1.0 untuk P u 0.2c P n
2c Pn b M nx b M ny
dimana :
Pu = gaya aksial terfaktor
Mu = momen ultimate
Pn = gaya aksial nominal dengan menganggap batang hanya dibebani gaya tekan
aksial
Mn = momen nominal
c = faktor reduksi untuk lentur
b = faktor reduksi beban aksial tekan
USULAN
TEKNIS
B. Menghitung M u
Struktur didisain dengan dasar analisis elastis, M u dapat dihitung dari orde kedua
analisis elastis menggunakan beban terfaktor. Prosedur untuk menghitung M u :
M u = B 1 M nt + B 2 M lt
dimana :
M nt = momen lentur yang dibutuhkan dengan asumsi tidak terjadi perpindahan
lateral
M lt = momen lentur yang dibutuhkan sebagai hasil dari perpindahan lateral
C
B1 = m
(1 Pu / Pe ) 1
Pe = A g F y /c 2
Kl y F
c
r E
Cm = 0.85 (members whose ends are restrained)
1
B2 =
Pu
1
Pe
Kriteria untuk kolom komposit bagi komponen struktur tekan (LFRD-12.1) :
1. Luas penampang profil baja minimal 4 % dari luas total penampang komposit.
2. Selubung beton untuk penampang komposit yang berintikan baja harus diberi tulangan
baja longitudinal dan tulangan pengekang lateral. Tulangan baja longitudinal harus
menerus pada lantai struktur portal, kecuali untuk tulangan longitudinal yang hanya
berfungsi memberi tegangan pada beton. Jarak antar pengikat lateral tidak boleh
melebihi
2/3 dari dimensi terkecil penampang kolom komposit. Luas minimum
penampang tulangan transversal atau longitudinal tidak boleh kurang dari 0.18 mm2
untuk setiap mm jarak antar tulangan transversal atau
USULAN
TEKNIS
D. Penyaluran Beban
Bagian dari kuat rencana kolom komposit pemikul beban aksial yang diterma beton
harus disalurkan melalui tumpuan langsung pada sambungan. Bila luas beton penmpu lebih
besar daripada luas daerah pembebanan pada satu atau beberapa sisi, sedangkan pada sisi-sisi
lainnya pergerakannya terhadap pengembangan lateral dibatasi, maka kuat rencana
maksimum beton penumpu harus diambil sebesar 1.7B f c ’A B dengan B = 0.6 dan A B adalah
luas daerah pembebanan.
Untuk desain selanjutnya, setelah diperoleh gaya-gaya dalam (P n , M nx dan
M ny ), jenis baja profil yang digunakan diambil dari Composite Column Tables
AISC 1986.
USULAN
TEKNIS
E. Tulangan Longitudinal
1. Dalam desain gempa, bila P u < A g f c ’/10, maka elemen struktur berperilaku
sebagai balok dan jika P u > A g f c ’/10, maka elemen struktur berperilaku sebagai balok-
kolom.
2. Dimensi minimal cross-sectional 300mm.
3. Batas rasio tulangan longitudinal pada elemen balok-kolom adalah
As
0.01 g 0.06 . Persentase praktis yang digunakan adalah 3.5%
Ag
sampai 4.0%.
4. Persentase minimum tulangan longitudinal elemen struktur sebagai balok adalah :
F. Tulangan Transversal
Tulangan transversal yang berbentuk persegi atau spiral sudah mencukupi. Hal ini untuk
memproduksi kapasitas rotasional yang memadai dengan sendi elastis sebagai hasil dari gaya
gempa.
1. Untuk sengkang kolom persegi, luas total dalam jarak s haruslah lebih
besar dari :
fc '
Ash 0.09shc atau
f yh
A f '
g c
Ash 0.3sh c 1
f
dimana : Ach yh
USULAN
TEKNIS
Ash = luas total tulangan tranversal dengan jarak s dan tegak lurus pada h c
h c = jarak kolom center to center.
Ach = luas dari elemen struktur out to out tulangan tranversal
2. Jarak sengkang maksimum haruslah lebih kecil dari :
¼ x tinggi efektif d
8 x diameter tulangan longitudinal
24 x diameter sengkang
300 mm
1.2.2 Core
Core (inti) adalah unsur spasial dari struktur yang berfungsi untuk mengikat
bangunan agar berlaku sebagai suatu kesatuan. Core tidak hanya menahan beban aksial yang ada
pada struktur namun juga mampu menahan torsi. Karena dengan bentuk potongan core yang
tertutup akan menghasilkan tegangan torsi yang kurang lebih seragam.
Pada kasus ini, core didesain sebagaimana kolom koposit, berdasarkan LRFD –
AISC Spesification
P V2 V3 T M2 M3
Type Kolom / Core
(N) (N) (N) (N-mm) (N-mm) (N-mm)
Ma
6.49E+06 1.39E+05 9.73E+04 1.72E+04 2.81E+08 5.02E+08
K-Type I x
Ma
3.63E+06 7.06E+04 1.46E+05 1.75E+04 9.46E+08 4.29E+08
K-Type II x
Level Min -2.74E+07 -1.08E+05 -1.46E+05 -1.63E+04 -9.46E+08 -4.63E+08
1 (Lt
1-19) Ma
3.88E+06 2.23E+05 2.22E+05 2.22E+04 1.31E+09 1.31E+09
K-Type III x
Ma
3.86E+07 5.12E+06 1.88E+06 3.13E+08 2.02E+09 2.91E+10
Core x
Ma
2.30E+06 4.23E+05 2.36E+05 2.60E+04 5.29E+08 8.69E+08
K-Type I x
Ma
2.28E+06 1.63E+05 1.36E+04 3.01E+04 9.91E+07 3.49E+08
K-Type II x
Level Min 2.28E+06 1.63E+05 1.36E+04 3.01E+04 9.91E+07 3.49E+08
2 (Lt
20-39) Ma
2.26E+06 2.27E+05 2.49E+05 3.01E+04 4.71E+08 8.87E+08
K-Type III x
Ma
1.03E+07 4.58E+06 4.41E+05 2.93E+08 4.68E+08 9.63E+09
Core x
Ma
7.62E+05 5.20E+05 3.18E+05 4.19E+04 6.41E+08 1.04E+09
K-Type I x
Ma
7.42E+05 6.19E+04 3.31E+03 4.85E+04 4.40E+07 3.70E+08
K-Type II x
Ma
7.91E+06 2.35E+06 2.50E+05 1.53E+08 2.91E+08 5.23E+09
Core x
Level I K-Type I 5.02E+02 2.69E+04 4 35 350 4-W12x279 4510 8.02E+04 2410 1.31E+04 3.35E-01 3.84E-02 3.69E-01 OKE!!!
(lantai 1-
5.02E+02 2.69E+04 4 35 350 4-W12x136 2660 4.73E+04 1190 6.45E+03 5.68E-01 7.78E-02 6.38E-01 OKE!!!
19)
TIDA
K-Type II 4.63E+02 2.74E+04 4 35 350 W12x279 4510 2.01E+04 2410 3.27E+03 1.37E+00 1.42E-01 1.49E+00
K
4.63E+02 2.74E+04 4 35 350 2-W12x279 4510 4.01E+04 2410 6.54E+03 6.83E-01 7.09E-02 7.46E-01 OKE!!!
OKE!!!
TIDA
K-Type III 1.31E+03 2.62E+04 4 35 350 W12x279 4510 2.01E+04 2410 3.27E+03 1.31E+00 4.01E-01 1.66E+00
K
1.31E+03 2.62E+04 4 35 350 2-W12x336 5150 4.58E+04 2890 7.84E+03 5.72E-01 1.67E-01 7.21E-01 OKE!!!
OKE!!!
Level II K-Type I 8.87E+02 1.53E+04 4 35 350 4-W12x279 4510 8.02E+04 2410 1.31E+04 1.91E-01 6.78E-02 2.51E-01 OKE!!!
(lantai 20-
8.87E+02 1.53E+04 4 35 350 4-W12x136 2660 4.73E+04 1190 6.45E+03 3.23E-01 1.37E-01 4.45E-01 OKE!!!
39)
II-2 - 344
USULAN
TEKNIS
K-Type II 3.49E+02 2.28E+03 4 35 350 W12x279 4510 2.01E+04 2410 3.27E+03 1.14E-01 1.07E-01 2.09E-01 OKE!!!
K-Type III 8.87E+02 1.74E+04 4 35 350 W12x336 5150 2.29E+04 2890 3.92E+03 7.60E-01 2.26E-01 9.62E-01 OKE!!!
Level III K-Type I 1.04E+03 5.74E+03 4 35 350 4-W12x279 4510 8.02E+04 2410 1.31E+04 7.16E-02 7.99E-02 1.43E-01 OKE!!!
(lantai 40-
1.04E+03 5.74E+03 4 35 350 4-W12x136 2660 4.73E+04 1190 6.45E+03 1.21E-01 1.62E-01 2.65E-01 OKE!!!
52)
K-Type II 3.70E+02 7.04E+03 4 35 350 W12x279 4510 2.01E+04 2410 3.27E+03 3.51E-01 1.13E-01 4.52E-01 OKE!!!
K-Type III 3.84E+02 5.04E+03 4 35 350 W12x336 5150 2.29E+04 2890 3.92E+03 2.20E-01 9.80E-02 3.07E-01 OKE!!!
tebal 80 22-
CORE 2.91E+04 1.21E+05 4 35 350 5150 5.27E+05 2890 9.01E+04 2.30E-01 3.23E-01 5.18E-01 OKE!!!
cm W12x336
II-2 - 345
USULAN
TEKNIS
W12x13
25742 340.36 314.96 31.75 20,066 314.96 31.75
6
W12x27
52839 403.86 332.74 62,738 38,862 332.74 62,738
9
W12x33
63742 426.72 340.36 75.184 45.212 340.36 75.184
6
II-2 - 346
USULAN
TEKNIS
- 300 mm
II-2 - 347
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Vc = 2 b d (fc'^0.5) = 4.29E+07 N Vu
= 9.73E+04 N
Cek : Vc > Vu
maka dipakai sengkang minimum diambil Ash = 5250 mm2 OK!!!
Lantai 20 & 40
Direncanakan sengkang dengan diameter = 12 mm
Maka :
- ¼ x tinggi efektif d = 237.5 mm
- 8 x diameter tulangan longitudinal = 256 mm
- 24 x diameter sengkang = 288 mm
- 300 mm
diambil jarak sengkang = 75 mm
Vc = 2 b d (fc'^0.5) = 2.95E+07 N Vu
= -2.50E+05 N
Cek : Vc > Vu
maka dipakai sengkang minimum diambil Ash = 5250 mm2 OK!!! Type
kolom II (kolom T)
Lantai 1
Direncanakan sengkang dengan diameter = 12 mm
Maka :
- ¼ x tinggi efektif d = 287.5 mm
- 8 x diameter tulangan longitudinal = 256 mm
- 24 x diameter sengkang = 288 mm
- 300 mm
diambil jarak sengkang = 75 mm
Vc = 2 b d (fc'^0.5) = 2.86E+07 N Vu
= 1.46E+05 N
Cek : Vc > Vu
maka dipakai sengkang minimum diambil Ash = 5250 mm2 OK!!!
Lantai 20 & 40
USULAN
TEKNIS
Vc = 2 b d (fc'^0.5) = 2.86E+07 N Vu
= 1.36E+04 N
Cek : Vc > Vu
maka dipakai sengkang minimum diambil Ash = 5250 mm2 OK!!!
Maka :
- ¼ x tinggi efektif d = 437.5 mm
- 8 x diameter tulangan longitudinal = 256 mm
- 24 x diameter sengkang = 288 mm
- 300 mm
diambil jarak sengkang = 75 mm
Vc = 2 b d (fc'^0.5) = 4.35E+07 N Vu
= 2.22E+05 N
Cek : Vc > Vu
maka dipakai sengkang minimum diambil Ash = 5250 mm2 OK!!!
Lantai 20
Direncanakan sengkang dengan diameter = 12 mm
Maka :
- ¼ x tinggi efektif d = 287.5 mm
- 8 x diameter tulangan longitudinal = 256 mm
- 24 x diameter sengkang = 288 mm
- 300 mm
diambil jarak sengkang = 75 mm
Untuk luas sengkang yang digunakan, diambil nilai terkecil dari :
Vc = 2 b d (fc'^0.5) = 2.14E+07 N Vu
= 2.49E+05 N
Cek : Vc > Vu
maka dipakai sengkang minimum diambil Ash = 5250 mm2 OK!!!
Lantai 40
USULAN
TEKNIS
Maka :
- ¼ x tinggi efektif d = 287.5 mm
- 8 x diameter tulangan longitudinal = 256 mm
- 24 x diameter sengkang = 288 mm
- 300 mm
diambil jarak sengkang = 75 mm
Vc = 2 b d (fc'^0.5) = 1.16E+07 N Vu
= 1.64E+05 N
Cek : Vc > Vu
maka dipakai sengkang minimum diambil Ash = 5250 mm2 OK!!! CORE
Tebal Core 80 cm, penulangan dihitung persection (@ 3 m)
Direncanakan sengkang dengan diameter = 12 mm
Maka :
- ¼ x tinggi efektif d = 737.5 mm
- 8 x diameter tulangan longitudinal = 256 mm
- 24 x diameter sengkang = 288 mm
- 300 mm
diambil jarak sengkang = 75 mm
Untuk luas sengkang yang digunakan, diambil nilai terkecil dari : Ash = 0.12
s hc (fc' / fyh) = 5250 mm2
USULAN
TEKNIS
Vc = 2 b d (fc'^0.5) = 7.33E+07 N
Vu = 5.12E+06 N
Cek : Vc > Vu
maka dipakai sengkang minimum diambil Ash = 5250 mm2 OK!!!
1.2.4 Detail Penulangan Kolom Komposit dan Core
1200
A. Kolom Type I
1200
1000
B. Kolom Type II
1800
800
400
800
1800
600
400
800
W12x279
USULAN
TEKNIS
800
1800
800
1800
600
1200
600
1200
500
1000
500
1000
D. Core
CORE
W12x336
As = 60D32
Sengkang = 12-75
USULAN
TEKNIS
Dari hasil analisis struktur diperoleh gaya-gaya dalam maksimum pada kolom sebagai berikut
:
Pada saat proses pelaksanaan konstruksi basement seluruh beban elemen vertikal dipikul
oleh stanchion sebagai kolom baja.
Menurut LRFD untuk komponen struktur yang menerima beban lentur dan aksial harus
memenuhi persamaan kombinasi :
USULAN
TEKNIS
Pu 8 M ux Pu
1.0 untuk 0.2
φ c .Pn 9 φ b M nx φ .P
c n
Pu M ux Pu
1.0 untuk 0.2
2φ c .Pn φ b M nx φ .P
c n
dimana :
Pu = Beban aksial
Pn = Kapasitas aksial penampang
Φc = Faktor reduksi aksial
M ux = Momen Luar
Kolom A
400 170
= < λp =
2.25 350
=8 < 9.1 (Ok)
hw 1680
Pelat Badan λ = < λp =
tw fy
400 1680
= < λp =
40 350
= 10 < 89.80 (Ok)
USULAN
TEKNIS
Iy
Ry = = 22,65 cm
A
Lk 260
y 11,5cm
ry 22,65
y Fy
cr = 0,485
E
Mn = Z . Fy
= (80.38+72.18+20.41).3500 = 180,46 tm
Pu 406,34
0.37 0,2
φ c .Pn 0.85.1296,875
Pu 8 M ux 406,34 8 24,46
= 0,503 ≤ 1,0 (ok)
φ .P
9 φ M 0,85.1296,875 9 0,9.180,46
c n b nx
USULAN
TEKNIS
Kolom B
300 170
= < λp =
2.17 350
= 8,8 < 9.1 (Ok)
hw 1680
Pelat Badan λ = < λp =
tw fy
300 1680
= < λp =
10 350
= 30 < 89.80 (Ok)
y Fy
cr = 0,84
E
Fy 3500
σ cr = = 2536,23 kg/cm2
1,38
Mn = Z . Fy
= 2300.3500 = 80,5 tm
Pu 185,16
0.49 0,2
φ c .Pn 0.85.441,05
Pu 8 M ux 185,16 8 26,24
= 0,81 ≤ 1,0 (ok)
φ .P
9 φ M 0,85.441,05 9 0,9.80,5
c n b nx
Kolom C
Mn = Z . Fy
= 9200.3500 = 322 tm
Pu 448.11
0.20 0,2
φ c .Pn 0.85.2574.41
Pu 8 M ux 448.11 8 17.96
= 0,255 ≤ 1,0 (ok)
φ .P
9 φM 0,85.2574.41 9 0,9.322
c n b nx
USULAN
TEKNIS
Kolom D
Mn = Z . Fy
= 4200.3500 = 147 tm
Pu 449.78
0.21 0,2
φ c .Pn 0.85.2589.6
Pu 8 M ux 449.78 8 17.32
= 0,21 ≤ 1,0 (ok)
φ .P
c n
9 φM 0,85.2589.6 9 0,9.147
b nx
Kolom E
Mn = Z . Fy
= 6900.3500 = 241.5 tm
Pu 436.46
0.32 0,2
φ c .Pn 0.85.1561.67
Pu 8 M ux 436.46 8 20.79
= 0,42 ≤ 1,0 (ok)
φ .P
9 φM 0,85.1561.67 9 0,9.241.5
c n b nx
USULAN
TEKNIS
Pada kondisi ini semua beban sudah diperhitungkan dan penampang kolom
diperhitungkan sebagai penampang komposit.
Perhitungan kolom komposit yang memikul beban kombinasi (tekan dan lentur)
mengikuti ketentuan dari kolom baja
P c = 0.85. f c . A c
Ps = fy . As
P n = Nc + N s
M ps = f y . S
0.85fc.b.D 2 2Ps
M s M ps 1 1 2
8 Pc
Hasil persamaan di atas dinyatakan pada tabel di bawah ini : Tabel 2-51. Tabel persamaan pada masa
layan
Ps Pc Pn Mps
NO KOLOM Ms
(KN) (KN) (KN) (KNM)
1 A 145250 107100 252350 0.24< 1.0
60539.5 (OK)
Penulangan :
Dengan memakai persamaan di bawah ini penulangan dapat dilakukan berupa table
Pu
0.1
Agr .0.85. f ' c
Mu et
et ;
Pu h
Pu et
1.0
Agr .0.85. fc' h
d'
h
Ast .Agr
dimana 0.65
6.12282E-
B 148 461.66 250000 320.5822 0.641164 9.54953E-05 4375
05
8.46101E-
C 55.22 3106.95 2250000 17.77306 0.011849 7.14087E-05 32175
07
1.04616E-
D 50.98 3118.5 1400000 16.3476 0.009082 0.000115191 17500
06
1.69454E-
E 144.18 3026.1 550000 47.64548 0.059557 0.000284525 9460
05
USULAN
TEKNIS
Kolom A
Kolom B
USULAN
TEKNIS
Kolom C
= 28
2
C = 5.2 t/m
3
d = 1.68 t/m Lap. 1
n = 32 %
G = 2.70
Rencana M.a.t W = 15 % -12 m
Basement
= 30
2
C = 6.5 t/m Lap. 2
3
sat = 2.08 t/m -16 m
= 33
2
C = 4.0 t/m Lap. 3 -18 m
3
sat = 2.1 t/m
= 35
2
C = 2.5 t/m Lap. 4
3
sat = 1.2 t/m
C= =287.0 t/m
2
Lap. 5
3
sat = 1.2 t/m
-22 m
= 30
2
C = 7.2 t/m Lap. 6 -24 m
3
sat = 1.7 t/m
n 0.32
e 0.47
1 n 1 0.32
sub1 G1 2.7 1
. x1 1.156t / m
3
1e w 1 0.471
3
sub2 sat 1 w 2.08 1 1.08t / m
3
sub3 sat 2 w 2.1 1 1.1t / m
3
sub4 sat 3 w 2.3 1 1.3t / m
3
sub5 sat 4 w 1.9 1 0.9t / m
3
sub6 sat 5 w 1.7 1 0.7t / m
2
K a1 Tan 45 Tan 2 (45 14) 0.360
2
2
Tan 45
K a 2 Tan 2 45 Tan 2 (45 15) 0.333
2
2
Tan 45
Tan 2 (45 16.5) 0.295
K a3 2
2
Tan 45
Tan 2 (45 17.5) 0.271
Ka 4 2
2
K a6 Tan 45 Tan 2 (45 15) 0.333
2
2
Tan 45
K p1 Tan 2 (45 14) 2.769
2
2
Tan 45
Tan 2 (45 15) 3.00
K p2 2
Tabel 2-53. Perhitungan Gaya dan Momen Guling Pada Diaphragma Wall
Tabel 2-54. Perhitungan Gaya dan Momen Tahan Pada Diaphragma Wall
Stabilitas :
Mv 731.394
Fs 3.55 2. ok
Mh 206.119
Geser :
2 2 x30
Pv.tan B.C Pp 205.88x tan 6x7.2 34.77
Fs 3 3 5.99 2 ok
Ph 78.351
USULAN
TEKNIS
28 -------> Nc = 32.36
Nq = 18.58
N
q u = C.Nc + .hi .Nq + ½ B.N
= (7.2x32.36) + (27.6x18.58) + (1/2x1.9x6x15.70)
= 835.29 t/m
q u 835.29
q all 278.43t / m ; dimana Fs diambil = 3
Fs 3
Kekuatan Struktur :
Tegangan Kontak :
Pv e 6 205.88 x6 0.45
q min 1 1 18.87 qall ok
B B 6 6
Pv e 6 205.88 x6 0.45
q max 1 1 49.754 qall ok
B B 6 6
II-2 - 373
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
19.86 tm
M lap = 10.06 tm
Momen Lapangan :
Mu/b.d2 = 7.64
Menurut table, Perencanaan Beton Bertulang :
Tulangan pembagi :
II-2 - 374
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Pemilihan Tulangan :
1. Tulangan Jepit :
A sti = 58.5 cm2 28 – 100 (61 cm2)
2. Tulangan Lapangan :
A sl = 26.4 cm2 19 – 100 (28 cm2)
3. Tulangan Bagi :
A sb = 21.6 cm2 19 – 100 (28 cm2)
1.20
4.00
II-2 - 375
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Tinggi effektif :
d = 400-p-1/2= 400-20-1/2.12 =375 mm
Momen Lapangan : M l =
62.06 tm
Mu/bd2 = 62.06/1x0.3752 = 440.14
Menurut tabel Perencanaan Beton Bertulang :
min
max
min <max
Momen Jepit :
M li = 130 tm
Mu/bd2 = 130/1x0.3752 = 924.44
II-2 - 376
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
dipakai
17 D 12 ( 19.21cm2)
1.3.3.2 Pelat Tebal = 250 mm
Tinggi eff. :
d = 250-p-1/2= 250-20-1/2.12 = 224 mm
Momen Lapangan : M l
= 46.04 tm
Mu/bd2 =46.04/1x0.2242 = 917.57
Menurut tabel Perencanaan Beton Bertulang :
min
max
min <max
Momen Jepit :
M li = 79.29 tm
Mu/bd2 = 79.29/1x0.2242 = 1580.24
II-2 - 377
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
0.40
0.25
II-2 - 378
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
A. Data Struktur
Jarak kolom ke kolom = 440 cm
Q u = [( Q b + Q s ) / 2.5] kN ……………..(4.4.1)
II-2 - 379
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
E. Efisiensi
Karena jarak bore pile pada setiap group tidak memenuhi syarat, maka harus dilakukan
koreksi terhadap kapasitas daya dukung setiap bore pile. Adapun besarnya faktor koreksi
(efisiensi) tersebut adalah sebagai berikut :
Dimana :
2-192.
Rencana penempatan Bore Pile
TYPE A TYPE B
Keterangan :
: Bore pile dibawah kolom
: Bore pile di bawah Core
: Bore pile tambahan
II-2 - 380
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
F Group Piles
E = 0,994
E = 0.996
II-2 - 381
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Distribusi beban pada base slab ke bore pile diasumsikan sebagai berikut
:
a. Seluruh beban terdistribusi secara merata ke seluruh bore pile yang ada.
b. Beban di luar Core didukung oleh setiap group bore pile dan beban di daerah Core
didukung secara merata oleh bore pile di daerah Core.
Dari output analisis struktur diperoleh momen maksimum terjadi pada
joint :
Joint 76 sebesar 9638457 N mm = 0,964 tm
Joint 4 sebesar 22198 N mm = 0,022 tm
Karena relatif kecil bila dibanding beban aksial, maka momen tersebut diabaikan.
Beban-beban yang bekerja pada pondasi yang diperoleh dari output analisis struktur
ditampilkan pada tabel-tabel berikut:
II-2 - 382
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
di luar Core
USULAN TEKNIS
1.4.3 Perhitungan Daya Dukung Tanah
Terdapat data penyelidikan, tanah untuk empat titik yaitu : BH. 01 – BH.02 – BH.03 – BH.10
Perhitungan kapasitas daya dukung tanah pada masing-masing titik tersebut ditampilkan pada tabel
4.4.2 s.d. 4.4.6 berikut :
0 - 22 0 20 0 0 0 0 0 0 0
22 - 25 40 3 4800 4000 5430.85714 452.571429 2353.37143 2353.37143 235.3371429
25 - 30 60 5 7200 10000 8146.28571 1131.42857 3711.08571 6064.45714 606.4457143
30 - 35 42 5 5040 7000 5702.4 792 2597.76 8662.21714 866.2217143
35 - 40 27 5 3240 4500 3665.82857 509.142857 1669.98857 10332.2057 1033.220571
0 - 22 0 20 0 0 0 0 0 0 0
22 - 25 29 3 3480 2900 3937.37143 328.114286 1706.19429 1706.19429 170.6194286
25 - 30 39 5 4680 6500 5295.08571 735.428571 2412.20571 4118.4 411.84
30 - 35 25 5 3000 4166.667 3394.28571 471.428571 1546.28571 5664.68571 566.4685714
35 - 40 24 5 2880 4000 3258.51429 452.571429 1484.43429 7149.12 714.912
40 - 45 19 5 2280 3166.667 2579.65714 358.285714 1175.17714 8324.29714 832.4297143
45 - 50 31 5 3720 5166.667 4208.91429 584.571429 1917.39429 10241.6914 1024.169143
50 - 55 37 5 4440 6166.667 5023.54286 697.714286 2288.50286 12530.1943 1253.019429
55 - 60 33 5 3960 5500 4480.45714 622.285714 2041.09714 14571.2914 1457.129143
60 - 65 30 5 3600 5000 4073.14286 565.714286 1855.54286 16426.8343 1642.683429
65 - 70 41 5 4920 6833.333 5566.62857 773.142857 2535.90857 18962.7429 1896.274286
70 - 75 37 5 4440 6166.667 5023.54286 697.714286 2288.50286 21251.2457 2125.124571
75 - 80 29 5 3480 4833.333 3937.37143 546.857143 1793.69143 23044.9371 2304.493714
80 - 85 31 5 3720 5166.667 4208.91429 584.571429 1917.39429 24962.3314 2496.233143
85 - 90 50 5 6000 8333.333 6788.57143 942.857143 3092.57143 28054.9029 2805.490286
90 - 95 45 5 5400 7500 6109.71429 848.571429 2783.31429 30838.2171 3083.821714
95 - 100 43 5 5160 7166.667 5838.17143 810.857143 2659.61143 33497.8286 3349.782857
0 - 22 0 20 0 0 0 0 0 0 0
22 - 25 20 3 2400 2000 2715.42857 226.285714 1312.45714 1312.45714 131.2457143
25 - 30 20 5 2400 3333.333 2715.42857 377.142857 1463.31429 2775.77143 277.5771429
30 - 35 16 5 1920 2666.667 2172.34286 301.714286 1170.65143 3946.42286 394.6422857
35 - 40 18 5 2160 3000 2443.88571 339.428571 1316.98286 5263.40571 526.3405714
40 - 45 19 5 2280 3166.667 2579.65714 358.285714 1390.14857 6653.55429 665.3554286
45 - 50 21 5 2520 3500 2851.2 396 1536.48 8190.03429 819.0034286
50 - 55 26 5 3120 4333.333 3530.05714 490.285714 1902.30857 10092.3429 1009.234286
55 - 60 28 5 3360 4666.667 3801.6 528 2048.64 12140.9829 1214.098286
60 - 65 21 5 2520 3500 2851.2 396 1536.48 13677.4629 1367.746286
65 - 70 27 5 3240 4500 3665.82857 509.142857 1975.47429 15652.9371 1565.293714
Keseluruhan 193 bh 221410 ton 1150 ton 65 m 1500 ton 1973 ton 2112 ton 1359 ton
Core 81 bh 101684 ton 1255 ton 70 m 1641 ton 2188 ton 2290 ton 1555 ton
Luar Core 112 bh 119726 ton 1068 ton 60 m 1334 ton 1770 ton 1884 ton 1206 ton
Keseluruhan 171 bh 221410 ton 1295 ton 70 m 1641 ton 2188 ton 2290 ton 1555 ton
Core 81 bh 101684 ton 1255 ton 70 m 1641 ton 2188 ton 2290 ton 1555 ton
Luar Core 90 bh 119726 ton 1302 ton 70 m 1641 ton 2188 ton 2290 ton 1555 ton
Dimana :
II-2 - 392
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
fy (tegangan ijin baja tulangan) = 400 Mpa
Ast (luas penampang tulangan total yang diperlukan) = yang
dicari
Maka :
[ 12 800 000 ] = 0.85 * 35 * (1/4 * 22/7 * 1200 * 1200 – Ast ) + ( 400 * Ast )
Dalam SKSNI disyaratkan tulangan minimum yang diperkenankan berkisar antara ( 0,01
sampai dengan 0,08 ) dari luas total penampang melintang kolom ( bore pile ), biasanya dipakai (
0,015 sampai dengan 0,03 ).
Karena sepanjang bore pile diasumsikan terkekang oleh tanah maka terjadinya tekuk
pada bore pile sangat kecil. Untuk itu pemasangan tulangan utama tidak sama sepanjang bore
pile melainkan setiap 1/3 bagian panjang bore pile dibedakan sebagaimana tertera dalam tabel
4.4.8 berikut :
Tabel 2-63.
Proporsi Penulangan Bore pile
Segmen Penulangan
= 1/3 * 48 m = 16 m D 30 = 8 batang
1/3 panjang bore pile (bawah)
Tanpa tulangan
= 1/3 * 48 m = 16 m
II-2 - 393
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
A.3 Jarak Tulangan Utama
Jarak tulangan utama pada 1/3 panjang bore pile (atas) = (3457– 30 *16) /16 =
186 mm
Jarak tulangan utama pada 1/3 panjang bore pile (tengah) = (3457– 30 *8) /8 =
402 mm
Persyaratan SKSNI yang harus dipenuhi dalam perencanaan tulangan spiral yaitu :
II-2 - 394
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
4 sp
Jika Dc mendekati Ds maka s ……………..(4.4.5)
Dc S
1 / 4 22 / 7 1200 1200 35
s min imum0.45 1 didapat
1/ 4 22 / 7 1100 1100 400
2
4 1 / 4 22 / 7 d
0,00358 didapat d = 10,01 mm
1200 10080
II-2 - 395
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
B.2 Jarak Tulangan Sengkang
SKSNI mensyaratkan jarak tulangan sengkang antar (25 s/d 80) mm, maka diambil
jarak tulangan sengkang = 80 mm.
1.4.5 Gambar Penulangan Borepile
125
16 D 30 -
D 12 - 80
A A
1600
16 D 30 -
125
Potongan A-
Tebal selimut beton 50
8 D 30 - 402
B B 1600
80
8 D 30 - 402
Potongan B -
Tanpa
II-2 - 396
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
125
150
120
1600
1600
II-2 - 397
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
C. Sambungan Tulangan Utama
Sambunga
Sambungan tulangan utama ant
antara 1/3 bagian atas dengan 1/3 bagia
bagian tengah
dil
dilakukan dengan cara overlap seperti Gam
Gambar 2-196
196. Karena panjang tulangan lebih
dari 1200
200 cm (panjang tulangan baja yang ada), maka diusulkan sambungan tulangan
utama dilas, hal ini dila
dilakuka
kukan kare
karena :
Bahan las
3 cm 3 cm 3 cm
II-2 - 398
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
D. Sambungan Tulangan Sengkang
Fn = 0,75 * ( 0,6 * fw ) * 0,707 * T W * L W * ( 1+ 0,5 * sin 1,5 )………….(4.4.6.a)
¼ * 22/7 * 1,22 * 4000 = 0,75 * ( 0,6 * 4200 ) * 0,707 * 0,8 * L W * ( 1 + 0,5 sin1,5 0o ) L W =
8,467 cm digunakan L W = 10 cm
Jika dibuat kampuh ganda dengan dua tempat, maka tiap kampuh L W = 2.5 cm
Daerah pengelasan seperti pada pengelasan tulangan utama (gambar 4.4.6 )
Asumsi yang dipakai adalah bahwa base slab sebagai pelat yang ditumpu seperti
terlihat dalam gambar 4.4.7 berikut.
311
311 cm
311 cm 311 cm
II-2 - 399
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Jika diambil dua bentang seperti gambar 4.4.8 berikut :
A B A B
YL positif
YL positif
TAMPAK ATAS
L
YL negatif
m 75 mm
2000 mm
1850 mm
TAMPAK SAMPING
m m 75 mm
311 cm 311 cm
0,5 1
(1 L) L L
Virtual Work :
1 …………………..(4.4.7)
Kerja dalam KD A = m * L =m*
(1 L) (1 )
1 1
KD B = m * L + m’ * L =2 * * m……..(4.4.7a)
(L) (L)
2
Kerja dalam total = KD A + KD B = m ………………………….(4.4.7b)
(1 )
Kerja luar KL A = W * (1 )L L 0,5 = 0,5 W L2 (1 ) ……...(4.4.8) Kerja luar
KL B = 0,5 W L2 ………………………………..(4.4.8b)
II-2 - 400
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Kerja dalam total = Kerja luar total …………………(4.4.9)
m = 0,5 W L2
2
(1 )
(1 ) m =
0,5 W L2 ………………….(4.4.10)
(2 )
dm
0 ………………….(4.4.11)
d
2
dari persamaan 4.4.10 didapat persamaan 4 2 0 …………..(4.4.11a)
dari persamaan (4.4.11a) didapat harga 0,586 dan 3,414
1 2
(1 )
persamaan (4.4.10) m = 0,5 W L2
(2 )
m = 5 571 669,5 kg m
2 2
1 1 4(1/1,7)( fy / fc')(mu / b d fy
2 (1/1,7)( fy / fc')
II-2 - 401
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Dipakai diameter 30 mm, maka diperlukan 15 D 30 – 71 As = 10607 mm2
75 mm
1850 mm
15 D 30 - 71
75 mm
71 mm
71 mm
105 mm
1790 mm
14 D 30 - 76
105 mm
76 mm
76 mm
GAMBAR 2-202.
DETAIL PENAMPANG MELINANG
PADA HUBUNGAN KOLOM PERSEGI DENGAN BORE
PILE SKALA 1 : 30
II-2 - 402
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
GAMBAR 2-203.
DETAIL PENAMPANG MELINANG
PADA HUBUNGAN KOLOM T DENGAN BORE PILE SKALA 1 : 30
GAMBAR 2-204.
DETAIL PENAMPANG MELINANG
PADA HUBUNGAN KOLOM L DENGAN BORE PILE
SKALA 1 : 30
Keterangan :
Panjang penyaluran profil I dari kolom ke bore pile sepanjang 3000 mm
Pada gambar (2-203 dan 2-204) profil I terpaksa digeser sehingga bisa masuk kedalam bore
pile. Karena pertemuan profil I dari bore pile dengan profil I dari kolom tidak simetris
maka harus dilakukan penyambungan dengan sambungan las
Karena tulangan baja base slab ada yang terpotong oleh profil I dari kolom maka harus
dilakukan pengelasan antara tulangan baja yang terpotong dengan profil I tersebut.
II-2 - 403
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Kesimpulan
Kelayakan suatu model struktur bangunan tinggi harus memperhatikan banyak hal terutama
yang berkaitan dengan nilai estetika, ketersediaan material yang digunakan, keamanan
struktur, kenyamanan, dan dapat dilaksanakan di lapangan.
Dalam pemilihan model perlu dilakukan koordinasi semua ahli yang terkait dengan
desain/perencanaan agar model yang dibuat memenuhi keriteria, dapat
dilaksanakan, dan memenuhi persyaratan.
Ketepatan dalam memasukan input seperti: data geometri, data property, dan data beban
dalam analisis struktur, serta kemampuan menganalisis output program perlu didukung oleh
pengetahuan mengenai keterbatasan dan kemampuan software, peraturan/code yang
berkaitan dengan desain serta pengalaman lapangan. Pengetahuan ini berguna dalam
memverifikasi output sehingga kewajaran output program dapat diketahui.
Desain bangunan tinggi perlu disertai pemahaman tentang semua disiplin ilmu yang
berkaitan dengan bangunan tersebut. Desain juga memerlukan engineering judgment dan
engineering logic dari praktisi yang berpengalaman, meskipun desain bangunan tinggi
didukung oleh software canggih belum tentu permasalahan yang muncul telah dapat diatasi
dengan baik.
II-2 - 404
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
Saran
Penyederhanaan dari model struktur untuk dianalisis harus dapat mewakili kondisi
aktualnya dan mempunyai system penyaluran beban (flow of force) yang baik.
Keyakinan pada output dari software harus diiringi dengan pengetahuan tentang dasar teori
pembuatan program, perilaku struktur, dan kemampuan dalam menganalisis struktur.
II-2 - 405
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
II-2 - 406
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
- Memerhatikan ketentuan dan kaidah2 bangunan gedung ramah gempa
- Mengikuti standar kebutuhan sarana dan prasarana.
2.2.2. Persiapan Perencanaan
Semua ini terolah dalam rencana design yang merupakan suatu konsep rancangan (walaupun
tidak digambar lengkap) sehingga bila tiba waktu untuk
II-2 - 407
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
digambar tidak ada persoalan yang timbul lagi dan sehingga memungkinkan pula penggarapan
perencanaan yang lebih terperinci dari setiap unsur rencana tersebut.
Dengan pengembangan rencana ini dihasilkan perencanaan yang optimal, efisien dalam
pembangunan dan pemeliharaan bangunan.
II-2 - 408
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2. Rencana Kerja dan Syarat–syarat.
3. Rencana Anggaran Biaya.
4. Rencana Pelaksanaan Pekerjaan (Time Schedule).
5. Video Animasi 3D
6. Maket Bangunan (uk. Meja Min. 120 cm x120 cm)
7. Laporan
Jenis laporan dan gambar yang akan diserahkan oleh Penyedia Jasa kepadaPengguna
Jasa adalah :
a) Laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK). Laporan Rencana Mutu Kontrak
(RMK) merupakan laporan yang berisi tentang rencana kegiatan (action planning)
yang akan dilakukan selama pelaksanaan pekerjaan. Laporan RMK disampaikan pada
saat rapat Pra- Construction Meeting (PCM) dengan Direksi Pekerjaan. Laporan akan
diserahkan kepada Direksi Pekerjaan paling lambat 2 minggu setelah pembahasan
sesuai dengan perbaikan (masukan) pada saat dilaksanakan pembahasan.
b) Laporan Pendahuluan. Laporan Pendahuluan (Inception Report)
merupakan laporan hasil survey awal dilapangan berisi gambaran kondisi awal
serta tindak lanjut yang akan dilaksanakan. Laporan diserahkan kepada Direksi
Pekerjaanpaling lambat 1 minggu setelah pembahasan sesuai dengan perbaikan
(masukan) pada saat dilaksanakan pembahasan.
c) Laporan Antara. Laporan antara yang disiapkan oleh penyedia jasa/
konsultan merupakan laporan lanjutan dari laporan sebelumnya yang berisi data yang
didapat dilapangan seperti data tanah (sondir, bor) Gambar site plan, Gambar-gambar
pra-rencana bangunan, Perkiraan biaya pembangunan, Garis besar rencana kerja
dan syarat-syarat (RKS), Gambar perspektif.dan lain-lainnya.
d) Draft Laporan Akhir
Akan disampaikan tentang:
- Gambar pengembangan tata lahan (site plan), sistem utilitas dan drainase
kawasan, rencana tata hijau/landscape.
II-2 - 409
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
- Gambar pengembangan rencana arsitektur, struktur.
- mekanikal, elektrikal dan lansekap.
- Gambar sistem telekomunikasi dan sistem transportasi.
- SOP Mitigasi Bencana.
- Uraian konsep rencana dan perhitungan-perhitungan
yangdiperlukan.
- Draft rencana anggaran biaya.
- Draft rencana kerja dan syarat-syarat (RKS).
- Draft rencana kegiatan dan volume pekerjaan (BoQ).
- Dokumen Perencanaan dengan Gambar A3.
e) Laporan Akhir. Laporan ini merupakan seluruh hasil perencanaan, termasuk
didalamnya Laporan RAB dan BOQ berisi perhitungan kuantitas pekerjaan
sesuaidengan hasil perencanaan serta biaya pelaksanaannya. RAB dihitungmengacu
harga pada lokasi kegiatan dan asumsi kenaikan harga(eskalasi harga). Laporan akan
diserahkan kepada pengguna jasa paling lambat pada waktu habis masa kontrak.
Laporan akhir sebelumdifinalkan akan diseminarkan dengan menampung masukan
daripengguna jasa dan peserta seminar, akan diserahkan paling lambat padawaktu
habis masa kontrak setelah dilakukan perbaikan sesuai denganmasukan pengguna
jasa/ peserta seminar.
f) Laporan Nota Disain. Laporan Nota Disain berisi perhitungan setiap bagian
pekerjaan.Laporan akan diserahkan kepada pengguna jasa paling lambat pada
waktuhabis masa kontrak.
g) Laporan RAB dan BOQ beserta video animasi 3D dan maket.
h) Laporan Spesifikasi Teknik. Laporan Spesifikasi Teknik berisi spesifikasi bahan
dan mutu (kualitas)hasil pekerjaan. Laporan akan diserahkan kepada pengguna jasa
palinglambat pada waktu habis masa kontrak.
8. Soft Copy Perencanaan. Semua hasil perencanaan akan disatukan
dalam compact disk (CD) dan akan diserahkan kepada pengguna sebagai back-up
hasil perencanaan. CD hasil perencanaan akan
II-2 - 410
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
diserahkan kepada pengguna jasa paling lambat pada waktu habis masa kontrak.
9. Dan Dokumen Lain yang mendukung hasil perencanaan.
2.2.6. Dokumen Pelelangan dan Dokumen Pelaksanaan
Merupakan uraian dari rencana akhir dan menjadi bagian setiap unsur rencana dengan
jelas serta terperinci yang merupakan dasar dan pedoman untuk membuat perhitungan dalam
pelelangan dan penyelenggaraan pelaksanaan fisiknya.
II-2 - 411
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2.2.7. Mekanisme Pelaksanaan Pekerjaan
II-2 - 412
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS
2.3.1. Diagram Organisasi Kerja
Administrasi
Proyek
Masukan/ Arahan
KONSULTAN TIM TEKNIS
II-2 - 413
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN
TEKNIS STRUKTUR ORGANISASI PELAKSANAAN
PEKERJAAN
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat
HUBUNGAN KOORDINATIF
TIM TEKNIS
` TEAM LEADER
HUBUNGAN KOORDINATIF/ AGUS, MSc. HUBUNGAN KOORDINATIF/
KONSULTATIF KONSULTATIF
ADM. / KEUANGAN
VERA MONITA, SE.
AHLI PLUMBING AHLI ELEKTRIKAL AHLI ARSITEKTUR AHLI STRUKTUR AHLI GEOTEKNIK AHLI ESTIMASI BIAYA
GUSRI AKHYAR IBRAHIM, MT. ANTONOV, MT. ELDIN, ST. MUHAMMAD RIDWAN,MT. Ir. H. INDRA FARNI, MT. ISMAYANTO, ST.
Ass. AHLI M&E Ass. AHLI STRUKTUR Ass. AHLI ESTIMASI BIAYA
Ass. AHLI ARSITEKTUR
Ir. MAHYESSIE KAMIL M. FAUZI UMAR, ST. HARPITO, MT ERI MUNANDAR, ST.
II-2 - 414
2.3.2. Susunan Tenaga Ahli / Personil
Personil konsultan yang akan ditempatkan pada pekerjaan Perencanaan
Pembangunan Gedung Kantor Pengadilan Agama Tanjung Pati Tahap Finishingini
sebagai beikut :
II-2 - 415
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
2.3.3. Tugas dan Tanggung Jawab Personil Konsultan
A. Tenaga Ahli (Profesional)
1. Team Leader
Adalah minimal seorang Sarjana (S1) Tek. Arsitektur yang
berpengalaman sebagai Team Leader sesuai dengan KAK dengan tugas
sebagai berikut;
Mengkoordinir semua personil yang terlibat dalam pekerjaanini
sehingga bisa menghasilkan pekerjaan
yang maksimal.
Mempersiapkan petunjuk teknik dari setiap kegiatan pekerjaanbaik
pengambilan data, pengolahan maupun penyajian akhirseluruh
hasil pekerjaan.
Mengendalikan semua personil yang terlibat dalam
pekerjaansurvey/pengukuran dilapangan maupun
penyusunan detaildisain serta menyusun rencana kerjanya.
Memeriksa hasil pengukuran lapangan, hasil perhitungannyadan
membuat laporan analisisnya.
Bertanggung jawab atas semua hasil pengukuran lapangan,
danperhitungannya, serta hasil perhitungan
detail disain.
Bertanggungjawab terhadap semua hasil
perhitunganpembiayaan yang diusulkan dalam penyusunan
perencanaanini.
Bertanggung jawab atas semua pemakaian formulasi, standart,norma
dan aturan teknis yang dipakai dalam
penyusunan detaildasain.
Bertanggung jawab atas semua harga satuan upah, barang
danperalatan serta pekerjaan yang telah ditetap dalam
perencanaanini.
II-2 - 416
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Bertanggung jawab terhadap laporan-laporan dan
dokumendokumenhasil pelaksanaan kegiatan
perencanaan.
II-2 - 417
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Merekomendasikan metode pekerjaan sipil dan landscape yang telah
lolos uji kepada team leader.
Membuat kerangka umum / konsep rencana sipil/struktur, dan
pengembangan desainnya.
Melakukan analisa yang berkenaan dengan perencanaan teknis
gedung.
Melakukan tahapan konsultasi dengan owner atau instansi terkait
dengan proyek.
Memecahkan masalah yang muncul dalam tahap pekerjaan.
Pengembangan rancangan.
Menyiapkan dokumen pelaksanaan dan proses pengadaan pelaksana
konstruksi serta pengawasan berkala.
4. Ahli Geoteknik
Adalah ahli geoteknik yang dipersyaratkan dalam KAK
II-2 - 418
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
5. Tenaga Ahli Elektrikal
Adalah minimal seorang Sarjana Teknik (S1) Teknik Elektro yang
berpengalaman sesuai dengan KAK, dibidangnya dengan tugas sebagai
berikut;
Melakukan tahapan perencanaan yang dimulai
dariidentifikasi, analisis serta menyusun konsep-
konsepperencanaan yang berkaitan dengan Konstruksi.
Melakukan perhitungan Elektrikal Gedung.
Bertanggung jawab atas semua hasil perhitungan tekniskonstruksi
sesuai dengan disainnya.
Melaksanakan tugas dan arahan lain yang diberikan oleh ketua tim
yang berkaitan dengan kegiatan ini.
6. Ahli Plumbing
Adalah Ahli plumbing yang dipersyaratkan dalam KAK, dengan
tanggung jawab serta wewenangnya sebagai berikut:
Melakukan perencanaan sistim mekanikal/plumbing yang
berdasarkan pada perhitungan kebutuhan.
Melakukan analisa perhitungan kebutuhan.
Melakukan koordinasi dengan team leader, tenaga ahli yang lain dan
tenaga pendukung yang ada.
Mampu dalam memberikan pemecahan terhadap permasalahan yang
muncul dalam tahap perencanaan
Melakukan control kualitas.
7. Tenaga Ahli Estimasi Biaya
Adalah seorang ahli sipil, minimal pendidikan Sarjana (S1) Teknik Sipil
dari perguruan tinggi negeri atau swasta, berpengalaman sesuai dengan
KAK, adapun tanggung jawab dan wewenang ahli estimasi biaya adalah:
II-2 - 419
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
Bertanggung jawab langsung pada leader yang berhubungan dengan
desain gedung ini.
Bertanggung jawab atas perhitungan biaya dari desain.
Bertanggung jawab terhadap analisa-analisa volume pekerjaan serta
analisa-analisa harga satuan pekerjaan yang mengacu pada Standar
Nasional Indonesia (SNI)
Berwewenang mengarahkan estimator dalam bidang ini.
Mengusulkan jadwal pekerjaan dibidang ini.
Bertanggung jawab dalam menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.
B. Assisten Tenaga Ahli
1. Assisten Ahli Arsitektur
Bertanggung Jawab Kepada Ahli Arsitektur
Membantu Ahli Arsitektur
Menerima arahan/Perintah Dari ahli arsitektur
2. Assisten Ahli Struktur
Bertanggung Jawab Kepada Ahli Struktur
Membantu Ahli Struktur
Menerima arahan/Perintah Dari ahli Struktur
3. Assisten Ahli M&E
Bertanggung Jawab Kepada Ahli Elektrikal
Bertanggung Jawab Kepada Ahli Plumbing/Mekanikal
Membantu Ahli Elektrikal
Membantu Ahli Plumbing/Mekanikal
Menerima arahan/Perintah Dari ahli M&E
4. Assisten Ahli Estimasi Biaya
Bertanggung Jawab Kepada Ahli Estimasi Biaya
Membantu Ahli Estimasi Biaya
Menerima arahan/Perintah Dari ahli Estimasi Biaya
II-2 - 420
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
C. Tenaga Pendukung
1. Juru Gambar
Bertugasmembantu tenaga ahli dalam menggambarkan hasil pengukuran
berupa gambar eksisting bangunan rencana serta membantu Tim
Perencana Bangunan dalam menggambarkan rancangan bangunan dan
struktur bangunan hasil perencanaan berikut potongan dan detail-
detailnya.
2. Juru Ukur/Surveyor
Bertugas membantu tenaga ahli dalam pelaporan survey lokasi, maupun
kondisi eksisting bangunan sekarang, serta survey data-data yang
diperlukan agar pekerjaan perencanaan berjalan dan selesai sesuai
jadwal.
3. Aministrasi/Keuangan
Mengurus segala keadministrasian beserta keuangan guna kelancaran
pekerjaan, bertanggung jawab kepada leader.
4. Operator Komputer
Membantu mendukung terlaksananya pekerjaan dengan lancar terutama
dibidangnya sebagai operator computer dan bertanggung jawab pada
atasannya.
5. Sopir
Bertugas Membantu team dalam transportasi agar
pekerjaan selesai tepat waktu.
6. Office Boy
Membantu team dalam intern.
II-2 - 421
Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama Berlantai 5
LPMP Sumatera Barat
USULAN TEKNIS
3
Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan
Sesuai dengan Jadwal Penyelesaian dan jadwal penugasan personil yang sudah
ditetapkan dalam KAK, penyusunan Perencanaan Pembangunan Gedung Asrama
Berlantai 5 LPMP Sumatera Barat dengan waktu 90 (Sembilan Puluh) hari kalender
yang dimulai sejak diterbitkannya Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK), bila dirinci sesuai
dengan tahapan kegiatannya, maka masing-masing tahapan akan membutuhkan waktu
sebagai berikut :
4
Komposisi Tim
Penugasan Personil
II-4 - 1
Tenaga Pendukung
No Nama Personil Perusahaan Tenaga Ahli Lingkup Posisi Diusulkan Uraian Pekerjaan Jumlah Orang
Lokal/Asing Keahlian / Bulan
1 Hendri Mardianto, A.Md. PT. Natural Sumatera Cons. Lokal Teknik Juru Ukur/Surveyor Lihat Sub Bab. 2.3.3.C 2/ 1.00
Mukhtadi Ikhbal, A.Md. Sipil/Arsitek
2 Budi Rahman, ST. PT. Natural Sumatera Cons. Lokal Teknik Juru Gambar Lihat Sub Bab. 2.3.3.C 3 / 3.00
Afdal, A.Md. Sipil/Arsitek
Riki Wahana K., A.Md.
3 Vera Monita, SE. PT. Natural Sumatera Cons. Lokal Ekonomi Adm/Keuangan Lihat Sub Bab. 2.3.3.C 1 / 3.00
4 Dayu Maifandri, A.Md. PT. Natural Sumatera Cons. Lokal Komputer Operator Lihat Sub Bab. 2.3.3.C 1 /3.00
Komputer
5 Zaiful PT. Natural Sumatera Cons. Lokal SLTA Office Boy Lihat Sub Bab. 2.3.3.C 1 /3.00
6 Ilham Ade Putra PT. Natural Sumatera Cons. Lokal SLTA Sopir Lihat Sub Bab. 2.3.3.C 1 /3.00
5
Jadwal Penugasan Tenaga Ahli