Anda di halaman 1dari 70

STUDI KASUS PENYUSUNAN SATUAN BIAYA GALIAN TAMBANG

BATUBARA DALAM RANGKA PENILAIAN


TUBUH BUMI OPERASI PRODUKSI

Disusun Oleh :

Nama Peneliti/Pengkaji I : Listiyarko Wijito


NIP : 196904161995031001
Pangkat/Golongan : Pembina / IV/a
Jabatan : Widyaiswara Madya

BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEUANGAN


PUSDIKLAT PAJAK
JAKARTA
2020

i
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL vi
ABSTRAK vii

BAB I. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian 6
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian 7

BAB II. LANDASAN TEORI 8


2.1. Landasan Teori
2.1.1. Komponen Biaya Produksi Galian Tambang dan Pengupasan Overburden 8
2.1.1.1. Perhitungan Biaya Equipment Cost (Own – Operating Cost) 9
Pada Kegiatan Penggalian Dan Pengangkutan Batubar
2.1.1.1.1. Komponen Perhitungan Equipment Cost 9
2.1.1.1.2. Perhitungan Owning Cost 10

2.1.1.1.3. Perhitungan Operating Cost 11

2.1.1.1.4. Perhitungan Biaya Penambangan Menggunakan 11


Parameter Equipment Cost dan Jam Kerja Alat
(Working Hour
2.1.1.1.5. Perhitungan Jam Kerja Alat (Working Our) 12

2.1.1.1.6. Perhitungan Produktivitas Alat 12

2.1.1.1.7. Perhitungan Biaya Overburden Removal dan 13


Pengangkutan ke Tempat Pembuangan (Penimbunan
Disposal)
2.1.2 Perhitungan Biaya Pengolahan Batubara 15

2.1.2.1. Pemindahan Batubara Yang Dijalankan Oieh Peralatan Transportasi 15


Dari Satu Lokasi ke Lokasi Lain
2.1.2.1.1. Proses Coal Handling 15
2.1.2.1.2. Pengangkutan Dari ROM Stockpile ke Tempat 16
Pemgolahan
2.1.2.1.3. Pemindahan Batubara Hasil Grizzly Screen ke Unit 16
Primary Crusher

| ii
2.1.2.1.4. Pemindahan Batubara Hasil Primary Crusher ke Unit 16
Secondary Crusher

2.1.2.1.5. Pemindahan Batubara 50 mm Ice Twin Boom 16


Stacker

2.1.2.1.6. Pemindahan Batubara Cleaned Coal ke Loadaing 17


Bin

2.1.2.2 Proses Washing and Crshing 17


2.1.2.2.1. Tahapan Pengolahan 17

2.1.2.2.2. Bagan Alir 18

2.1. 2.3. Peralatan Pengolahan (Jenis, Jumlah dan Kapasitas) 20

2.1..2.4 Perhitungan Jam Kerja Efektif 20

2.1.2.5. Blending (Pencampuran Batubara) 22

2.1.2.6. Elemen Perhitungan Biaya Tidak Langsung Pada Biaya 24


Pengolahan Tambang
2.1.3. Biaya Pengangkutan (Hauling) Sampai ke Titik Serah Penjualan 25

2.2. Literatur Dan Penelitian Terdahulu Mengenai Total Biaya Per Ton 27
Penambangan Batubara

2.2.1. Literatur Mengenai Total Biaya Per Ton Penambangan Batubara 27

2.2.2. Penelitian Terdahulu Mengenai Biaya Pengambilan Batubara dan 30


Pengupasan Overburden
2.2.3. Penelitian Terdahulu Mengenai Aktivitas Biaya Inloading dan Ootloading 33
Pada Pengolahan batubara
2.2.4. Penelitian Terdahulu Mengenai Rincian Biaya Pengangkutan Batuara 34

2.3. Kerangka Pikir Penelitian 34

BAB III. METODE DAN KAJIAN AKADEMIS 37


3.1. Jenis Penelitian 37
3.2 Aspek, Variabel dan Indikator Penelitian 37
3.3. Instrumen Penelitian 40
3.4. Teknik Perhitungan dan Analisa 41
3.4.1. Perhitungan Owning Cost 41
3.4.2. Perhitungan Operating Cost 42
3.4.3. Perhitungan Total Equipment Cost 42
3.4.4. Menghitung Produktifitas Alat 44

|
3.4.4.1. Menghitung Produktivitas Alat Gali-Muat 45
3.4.4.2. Menghitung Produktivitas Alat Angkut 46
3.4.4.3. Menghitung Keserasian Alat Gali Dengan Alat Angkut 47

3.4.4.4. Menghitung Jam Kerja Alat 48


3.4.5. Perhitungan Biaya Penambangan Menggunakan Parameter 48
Equipment Cost dan Jam Kerja Alat (Working Hour

Daftar Pustaka 51

Lampiran 1. Kertas Kerja Tabulasi Data Penelitian


Lampiran 2. Kertas Kerja Perhitungan Biaya Langsung Penambangan di Lokasi
Penambangan
Lampiran 3. Kertas Kerja Perhitungan Biaya Tidak Langsung Pengolahan Batubara
Lampiran 4. Kertas Kerja Perhitungan Biaya Tidak Langsung Pengangkutan Batubara

| iv
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Komponen Equipment Cost 9


Gambar 2.2. Material Balance Proses Pengolahan 21
Gambar 2.3. Proses Pemindahan Batubara Pada Coal Preparation 23
Plant
Gambar 2.4. Kerangka Pikir Penelitian 35

|
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Perhitungan Kapasitas Alat Untuk Memproduksi Bahan 14


Galian Batubara Serta Mengupas Overburden
Tabel 2.2. Perhitungan Jan Kerja Efektif 22
Tabel 2.3. Perhitungan Biaya Produksi Batubara Per Ton Batubara 28
(Prawoto, 2017)
Tabel 2.4. Perhitungan Biaya Produksi Batubara Per Ton Batubara 29
(Rudeno, 2007)
Tabel 2.5. Total Biaya Per Ton Pproduksi Galian Tambang 36
Batubara Pada Beberapa Tambang di Indonesia
Tabel 3.1. Aspek, Variabel dan Indikator 38
Tabel 3.2. Contoh Perhitungan Owning Cost Alat Gali Komatsu PC 38
400

Tabel 3.3. Contoh Perhitungan Owning Cost Alat Angkut Komatsu 42


HD 255-5
Tabel 3.4. Contoh Perhitungan Operating Cost Alat Gali Komatsu 43
PC 400
Tabel 3.5. Contoh Perhitungan Operating Cost Alat Angkut 44
Komatsu HD 255-5
Tabel 3.6. Total Coal Coal Getting and Hauling 49

| vi
Abstract

Fiskus sering mengalami kendala ketika mengkonfirmasi isian biaya produksi galian
tambang batubara per ton. Penelitian ini ditujukan untuk melakukan studi secara mendalam
mengenai bagaimana menyusun biaya satuan galian tambang barubara yang ditujukan
untuk tujuan penilaian NJOP tubuh bumi operasi produksi tahun pajak 2020. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatip dengan menggunakan metode studi kasus. Teknik
pengumpulan data dilakukan melalui penelusuran dokumen, survey harga pasar,
wawancara serta Forum Group Discussion. Teknik perhitungan biaya satuan tambang
dilakukan dengan menghitung biaya langsung serta biaya tidak langsung dengan komponen
own cost, operating cost serta working hour (jam kerja). Penelitian ini diharapkan dapat
menghasilkan tabel biaya satuan galian tambang, yang dapat digunakan oleh fiskus untuk
mengkofirmasi isian biaya produksi galian tambang batubara. Dengan asumsi
menggunakan alat gali Komatsu PC 400 dan alat angkut truk komatsu HD-255-3, dengan
jarak 3 km, maka biaya coal getting sebesar Rp…/ton, dan biaya waste overburden sebesar
Rp…/ton. Penambahan jarak 1 km akan menambah biaya coal getting sebesar Rp…/ton,
serta waste overburden sebesar Rp……/ton. Dalam penelitian ini juga disimulasikan
perbedaan penggunaan alat gali-muat dengan, alat angku,t dan jarak angkut yang akan
mempengaruhi variansi harga. Biaya pengolahan batubara sebesar Rp ../ton, yang terdiri
dari biaya coal handling sebesar Rp…/ton, biaya coal washing and crushing sebesar
Rp…/ton. serta biaya loading sebesar Rp.../ton. Dalam penelitian ini juga disimulasikan
perbedaan peralatan stockpiling, inloading, kapasitas mesin pengolaan, serta peralatan
unloading yang akan mempengaruhi variansi harg. Biaya pengangkutan darat
menggunakan truk kapasitas 10 ton, membutuhkan biaya sebesar Rp.../ton/km, apabila
menggunakan container sebagai gerbong yang ditarik kereta api sebesar Rp../ton/km. Serta
menggunakan conveyor sebesar Rp.../ton. Biaya stockpiling dan pemuatan ke tongkang
sebesar Rp../m2. Angkutan menggunakan kapal tongkang membutuhkan biaya sewa
sebesar Rp…../ton/jarak.

|
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Mineral dan Batubara (PBB Minerba)

diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 47 Tahun 2015 tentang Tata

Cara Pengenaan PBB Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Mineral dan

Batubara. Objek PBB Minerba adalah bumi dan/atau bangunan yang berada di

dalam kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha pertambangan mineral dan

batubara.Bumi sebagai objek PBB Minerba terdiri dari permukaan bumi dan tubuh

bumi. Permukaan bumi meliputi tanah dan/atau perairan darat (onshore) dan

perairan lepas pantai (offshore). Tubuh bumi merupakan sumber daya/cadangan

yang berada di bawah permukaan bumi.

Dalam rangka penetapan Pajak Bumi dan Bangunan, nilai bumi untuk tubuh

bumi operasi produksi ditentukan sebesar hasil bersih produksi galian tambang

dalam satu tahun sebelum tahun pajak, dikalikan dengan angka kapitalisasi. Nilai

bersih tersebut diperoleh dari pendapatan yang dihasilkan dari produksi/penjualan

batubara dikurangi dengan biaya produksi. Hasil bersih produksi galigan tambang

ditentukans sebesar pendapatan kotor dikurangi degan biaya produksi galian atas

objek pajak tersebut.

Pendapatan kotor merupakan hasil perkalian antara harga jual hasil galian

tambang dengan hasil produksi tertambang dalam satu tahun sebelum tahun pajak.

Harga jual galian tambang merupakan harga jual rata-rata batubara setahun

sebelum tahun pajak. Dalam hal harga harga jual rata-rata batubara tersebut lebih

1
rendah daripada Harga Patokan Barubara, maka menggunakan Harga Pokok

Batubara (HPB) rata-rata dalam satu tahun sebelum tahun pajak. Dalam hal titik

serah penjualan (at sale point) di luar titik Free on Board Vessel, mempertimbangka

besarnya penyesuaian HPB yang ditetapkan Kementerian Energi dan Sumber Daya

Mieral.1 Perhitungan biaya produksi diatur dalam Pasal 11 Peraturan Direktur

Jenderal Pajak Nomor 47 Tahun 2015. Komponen biaya yang boleh diperhitungkan

sebagai biaya produksi adalah : (1) Biaya pengupasan lapisan penutup batubara

(overburden); (2) biaya pengambilan hasil produksi galian tambang (coal getting),

dalam kontek penambangan batubara; (3) biaya pengolahan dan atau pemurnian

batubara hasil produksi galian tambang; dan (4) biaya pengangkutan hasil produksi

galian tambang dari lokasi penambangan ke stasiun pengumpul/pelabuhan

khusus/kapal pengangkut/pengguna akhir.

Mengenai perhitungan biaya produksi, dalam praktek di lapangan, selama ini

fiskus kesulitan ketika akan melakukan konfirmasi mengenai kebenaran isian Surat

Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sebagaimana disampaikan oleh Wajib Pajak.

Beberapa faktor yang menyebabkan adanya kondisi tersebut adalah pemahaman

teknis yang terbatas oleh fiskus mengenai bagaimana menghitung biaya satuan

produksi galian tambang batubara. Indikasi permasalahan ini peneliti peroleh

secara langsung dari para fiskus pada saat penulis melaksanakan kegiatan belajar-

mengajar pada diklat penilaian.

Disamping itu, sejauh ini memang belum ada petunjuk teknis atau modul

penghitungan biaya produksi galian dalam rangka menentukan nilai bumi untuk

tubuh bumi operasi produksi. Satu-satunya referensi yang dapat menjadi rujukan

1
Lampiran IV Keputusan Menteri Energi dan Sumber Dayan Minerak Republik Indonesia
Nomor : 1823 K/30/MEM/2018221.K Tanggal : 7 Mei 2018 Tentang Pedoman Besaran dan
Formula Biaya Penyesuaian
adalah Keputusan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor

579.K/32/DJB/2015 tentang Biaya Produksi Untuk Penentuan Harga Dasar

Batubara. Harga dasar tersebut digunakan untuk menghitung harga dasar batubara

untuk menghitung harga batubara untuk pembangkit di mulut tambang. Disamping

sudah lama, peraturan tersebut sifatnya generik, serta tidak diuraikan dasar

perhitunganya. Oleh karena itu, tidak mudah bagi fiskus untuk menggunakanya

sebagai referensi, serta menyesuaikan cara perhitungan yang disesuaikan dengan

kondisi sebenarnya objek pajak pertambangan.

Secara teoritis, dalam perhitungan biaya satuan galian tambang tersebut

memperhitungkan biaya langsung serta biaya tidak langsung. Biaya langsung

penambangan pada setiap tahapan penambangan mempertimbangakan (1) capital

cost (2) operating cost (3) working hour (jam kerja alat). Sedangkan biaya tidak

langsung penambangan pada tahapan pengolahan batubara mempertimbangakan

(1) operating cost (2) working hour (jam kerja alat). Komponen biaya tersebut

diperhitungkan pada saat menghitung biaya penambangan selama proses

penambangan yang terdiri tahapan penggalian dan pengangkutan batubara sampai

ke lokasi pengolahan, biaya pengupasan overburden biaya pengolahan batubara,

serta biaya pengangkutan batubara sampai ke titik serah penjualan.

Beberapa literatur dan penelitian terkait yang dapat dijadikan sebagai

referensi awal dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut. Keputusan Direktur

Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 579.K/32/DJB/2015 tentang Biaya Produksi

Untuk Penentuan Harga Dasar Batubara menentukan harga dasar batubara

sebesar USD 8.11/Ton2. Biaya tersebut terdiri dari biaya langsung dan biaya

2
Apabila diasumsikan stripping ratio 1 : 1

3
langsung. Biaya Biaya langsung terdiri dari (a) Biaya pengupasan overburden

sebesar 2,41 USD/bcm (39,3%3 dari Harga Pokok Penjualan4) (b) Biaya

pengangkutan overburden sebesar 1,74 USD/ton/km (29,4%) (c) Biaya penggalian

batubara sebesar 1,7 USD/ton (21,5%) (d) Biaya pengangkutan batubara dari lokasi

tambang sampai ke lokasi pengolahan sebesar USD 0,28/ton/km (3,6%) (e) Biaya

produksi tidak langsung terdiri dari biaya pengolahan batubara sebesar 1,98

USD/ton (24,4%). Pengangkutan batubara dari lokasi pengolahan ke stockpile PLTU

sesuai kesepakatan perusahaan tambang dengan pemegang IUPTL.

Rudeno (2009) menguraikan bahwa proporsi harga produksi batubara adalah

sebagai berikut:5 Komponen biaya penambangan terhadap harga jual batubara

terdiri dari biaya penggalian barubara dan pengangkutan batubara (penjumlahan

dari penggalian batubara di tambang, pengangkutan ke pengolahan, dan

pengangkutan menuju pelabuhan) sebesar USD 5,8/Ton – USD 7.1/Ton (13% dari

harga jual), biaya pengupasan overburden sebesar USD 2/Ton – USD 2.5 /Ton

(38%), biaya pengolahan batubara (trmasuk pemuatanya ke alat pengangkutan)

sebesar USD 1.98/Ton – USD 2.22 /Ton (13%), biaya overhead untuk

penambangan di lokasi tambang, pengolahan dan transportasi sebesar

USD 1.2 /Ton – USD 1.4/Ton (8%). Biaya transportasi pengangkutan lewat

tongkang sebesar USD 2,5 /Ton – USD 3/Ton (16%), serta biaya admiistrasi dan

umum dan overhead sebesar USD 2.5/Ton – USD 3 (6%)/Ton .

3
Semakin tinggi rasio stripiing ratio, maka persentase biaya pengupasan
overburden akan semakin besar
4
Margin keutungan dihitung sebesar 25%, Harga jual diestimasi Harga Pokok
Penjualan ditambah dengan nargin keuntungan sebesar 25%.
5
Harga jual batubara memperhitungkan marketing cost sebesar 4%.
Howard (2002) dalam Prawoto (2017) membagi biaya penambangan

batubara yang dapat diklasifikasin menjadi biaya variabel (variabel cost) dan biaya

tetap (fixed cost). Biaya varaibel tediri dari Coal Getting sebesar USD 1,35/Ton

(5,91% dari harga jual), biaya overburden removal sebesar USD 10.75/Ton (47,5%),

biaya pengolahan batubara sebesar USD 1/Ton (4,3%) ditambah dengan maintence

fasilitas sebesar (0,22%), biaya transportasi ke titik serah di jetty stockpile sebesar

USD 1.15/Ton , biaya administrsi dan umum sebesar USD 0,2/Ton (4,38%), serta

margin sebesar 11,5%.

Alasan pentingnya melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Pertama, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya karena

menggunakan data saat ini (update). Kedua, referensi tentang biaya produksi galian

tambang mempertimbangkan biaya administrasi umum, biaya pemasaran, serta

biaya manajemen, dimana biaya tersebut tidak diperhitungkan pada perhitungan

biaya untuk kepentingan perhitungan tubuh bumi produks. Ketiga, penelitian

terdahulu hanya meneliti topik-topik tertentu pada tahapan penambangan.

Penelitian ini akan mencoba menghitung satuan biaya produksi galian tambang

batubara mulai dari tahapan penambangan di lokasi tambang, kegiatan pengolahan,

sampai dengan penjualan ke Mother Vesssel. Keempat, penelitin ini akan mencoba

menghitung berbagai variansi perhitungan biaya produksi seperti : varainsi jarak

tempuh coal hauling dari lokasi tambang ke CPP Stocpile, variansi jarak tempuh

pembuangan overburden dari lokasi tambang ke pembuangan disposal, variansi alat

gali/ alat angkut, fasillitas pengolahan batubara, serta variansi barging dari stockpile

CPP sampai ke Mother Vessel. Kelima, hasil penelitian ini juga dapat dijadikan

referensi untuk menyusun petunjuk teknis atau modul penentuan biaya produksi

galian tambang dalam rangka penetapan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor

5
Pertambangan. Keenam, hasil penelitian ini juga akan berkontribusi bagi dunia

akademik, yaitu mengkonfirmasi teori-teori penambangan yang diaplikasikan dalam

penilaian property untuk tujuan perpajakan.

1.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian

Referensi mengenai satuan biaya per ton batubara yang tersedia saat ini

sangat langka, sudah out of date, serta bersifat sangat umum, sehigga tidak dapat

dijabarkan oleh fiskus ketika akan melakukan konfirmasi mengenai kebenaran

isian Surat Pemberitahuan Objek Pajak (SPOP) sebagaimana disampaikan

oleh Wajib Pajak. Demikian pula penelitian yang ada selama ini pada

umumnya hanya meneliti topik-topik tertentu pada tahapan penambangan.

Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan harga produksi galian tambang

batubara yang mencakup keseluruhan tahap produksi penambangan serta

variansinya dalam hal jarak tempuh coal hauling dari lokasi tambang ke CPP

Stocpile, variansi jarak tempuh pembuangan overburden dari lokasi tambang

ke pembuangan disposal, variansi alat gali/ alat angkut, fasillitas pengolahan

batubara, serta variansi pengangkutan dari CPP menuju pelabuhan (port),

serta variansi pengangkutan lewat tongkang (barging) dari pelabuhan sampai

ke Mother Vessel.

Rumusan masalah tersebut dijabarkan dalam pertanyaan masalah

penelitian sebagai berikut.

1. Berapa standard biaya produksi per Ton Batubara (biaya langsung)

pengambilan batubara di lokasi tambang dan pengangkutanya ke tempat


pengolahan tahun 2019, serta variansinya, berdasarkan perhitungan capital

cost, , operating cost, serta working hour?

2. Berapa standard biaya satuan (biaya langsung) pengupasan overburden

dan pengangkutanya ke tempat pengolahan tahun 2019, serta variansinya,

berdasarkan perhitungan capital cost, , operating cost, serta working hour?

3. Berapa standard biaya satuan (biaya tidak langsung) pengolahan batubara

tahun 2019, serta variansinya, berdasarkan perhitungan operating cost,

serta working hour?

4. Berapa standard biaya satuan (biaya langsung) pengupasan pengangkutan

batubara tahun 2019, serta variansinya, berdasarkan perhitungan capital

cost, operating cost, serta working hour?

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelititan

Tujuan utama penelitian adalah menghitung standar biaya satuan galian

tambang batubara tahun 2019, serta variansinya, sebagai dasar perhitungan NJOP

tubuh bumi operasi produksi pada tahun yang sama. Penelitian ini juga bertujuan

untuk menjelaskan bagaimana cara memperhitungkan elemen biaya produksi

berupa (a) equipment cost, (b) operating cost, serta (c) jam operasional penggunaan

pada perhitungan harga satuan galian tambang batubara tersebut.

Standar biaya satuan galian tambang yang dihasilkan pada penelitian ini

dapat bermanfaat untuk dijadikan acuan (benchmark) bagi fiskus ketika melakukan

pengujian atas biaya satuan penambangan yang dilaporkan oleh Wajib Pajak

sebagaimana isian SPOP. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan referensi untuk

menyusun petunjuk teknis atau modul penentuan biaya produksi galian tambang

dalam rangka penetapan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Pertambangan.

7
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Komponen Biaya Produksi Galian Tambang dan Pengupasan

Overburden

Hatman and Mutmansky (2002) menyebutkan bahwa Komponen biaya

penambangan batubara terdiri dari biaya pembelian barang modal (capital cost)

serta biaya operasi penambangan (operating cost). Capital cost terdiri dari:

a. Biaya modal pada saat pertama kali akan dilakukan penambangan, atau biaya

pengembangan site tambang, disebut juga dengan start up capital cost.

b. Biaya modal pada saat selama melakukan kegiatan penambangan (stay in

bussines capital cost).

c. Capital cost tersebut terdiri dari biaya untuk pembelian alat (equipment cost)

serta biaya pembangunan infrastruktur (seperti pembangunan fasilitas

pengolahan coal preparation plant, mess, kantor, jalan tambang, jalan

pengangkutan, dan lain-lain).

Sedangkan operating cost terdiri dari biaya operasional yang tetap dan biaya

variabel. Biaya oprasional tetap yaitu tenaga kerja dan biaya operasional

equipment. Biaya variabel terdiri dari utilits, bensin (fuel), peledakan (apabila ada),

serta biaya spare part.

Selanjutnya Prawoto (2009)6 menyebutkan bahwa dua komponen biaya

penambangan tersebut diaplikasikan pada setiap tahapan produksi penggalian

6
Bahan ajar Dr.-Ing. Aryo P. Wibowo, M.Eng. Mineral Economist Program Studi Teknik Pertambangan
Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan, Institut Teknologi Bandung pada diklat Penilaian Sumber
Daya Alam Batubara yang dilaksanakan Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan.
tambang. Peralatan tersebut digunakan untuk melakukan penggupasan overburden,

penggaruan batubara, pengangkutan overburder ke tempat penimbunan disposal

serta pengangkutan batubara ke ROM Stockpile (stockpile di mulut tambang).

Formulasi perhitungan biaya penambangan berdasarkan kompomem biaya satuan

kepemilikan/owning cost serta biaya operasional (operating cost) untuk menghitung

rincian masing-masing item satuan biaya produksi pada setiap tahapan produksi

galian tambang.

2.1.1.1. Perhitungan Biaya Equipment Cost (Own – Operating Cost) Pada

Kegiatan Penggalian Dan Pengangkutan Batubara

2.1.1.1.1. Komponen Perhitungan Equipment Cost

Biaya equipment cost adalah biaya yang dikeluarkan untuk operasionalisasi

peralatan. Equipmetn cost tersebut terdiri dari : owning cost (biaya kepemilikan alat)

dan operating cost (biaya operasi alat). Equipment cost sebagaimana pada Gambar

2 berikut.

 Depreciation Cost
Owning Cost  Interest, Insurance,
Taxes
Equipment Cost

 Fuel
Operating Cost  Lubricant (oik and greaset(, Filters
 Tires
 Repair
 Special items
 Operator Wage

Gambar 2.1. Komponen Equipment Cost

9
2.1.1.1.2. Perhitungan Owning Cost

Perhitungan owning dilakukan dengan cara :

1. Harus diketahui dulu asumsi mengenai :

a. Model Peralatan

b. Perangakat

c. Harga (Termasuk Perangkat)

d. Nilai Sisa (Salvage Value) atau resale value

e. Depresiasi harga

f. Periode penggunaan alat

g. Penggunaan dalam setahun (ukuran jam kerja)

h. Tingkat suku bunga, tariff pajak, asuransi

2. Cara perhitungan dilakukan sebagai berikut:

a. Dihitung Depresiasi atau penurunan nilai alat per jam kerja, yang dihitung

menggunakan formula perhitungan = nilai depresiasi : periode penggunaan

alat dalam jam kerja.

b. Dihitung pengeluaran untuk suku Bunga, asuransi dan pajak setiap jam kerja

penggunaan alat. Perhitungan dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:

 Dihitung trade in value rate (r) dengan formula perhitungan = resale

value/harga pembelian alat.

 Dicari suat nilai faktor dengan formula perhitungan = 1- (n-1) (1-r) dibagi

n dimana n adalah umur penggunan alat dan r adalah trade in value.

 Dihitung annual rate, atau total dari Tingkat suku bunga, tariff pajak,

asuransi

 Perhitungan pengeluaran untuk suku Bunga, asuransi dan pajak

menggunakan formula = (Faktor x harga pembelian alat x tingkat tahunan


dari total dari tingkat suku bunga, tariff pajak, asuransi) dibagi dengan

jam kerja penggunaan dalam setahun

Perhitungan owning cost per jam kerja penggunaan alat tersebut menggunakan

suatu formulir perhitungan.

2.1.1.1.3. Perhitungan Operating Cost

Perhitungan operating cost adalah dengan cara menghitung kebutuhan: (1)

bensin, (2) lubricant dan perawatan periodic (crank case, transmisim final drivers,

hydraulic control, grease, filters and meriodic maintenance) (3) Ban (4) Biaya

Service (5)Underarmage and special items (6) Gaji per jam operator.

2.1.1.1.4. Perhitungan Biaya Penambangan Menggunakan Parameter

Equipment Cost dan Jam Kerja Alat (Working Hour)

Agar dapat menghitung total biaya penambangan batubara serta

pengangkutan di lokasi pengolahan tanmbang, maka beberapa parameter yang

harus diketahui adalah :

a. Target produksi, serta jarak dari pit tambang dengan run of mine Stokcpile.

b. Spesifikasi alat gali, jumlah alat gali, spesifikasi alat angkut, jumlah alat

angkut, jarak angkut dari pit ke run of mine (ROM) stockpile – atau CPP

Stockpile.

c. Parameter pada point b tersebut untuk menghitung perkiraan jam kerja alat

agar dapat melakukan penambangan seluruh target produksi – perhitungan

produktifitas alat.

d. Estimasi Equipment cost (own – operating cost) per jam kerja

11
e. Biaya penggalian batubara dihitung berdasarkan equipment cost (own –

operating cos) dikalikan total jam kerja yang dibutuhkan berdasarkan

produktifitas alat gali.

f. Biaya pengangkutan batubara dihitung berdasarkan equipment cost (own –

operating cos) dikalikan total jam kerja yang dibutuhkan berdasarkan

produktifitas alat angkut.

g. Harga satuan adalah biaya penggalian tambang ditambah dengan biaya

pengangkutan tambang, dibagi dengan volume target produksi.

2.1.1.1.5. Perhitungan Jam Kerja Alat (Working Hour)

Perhitungan jam kerja merupakan salah satu kunci dalam menghitung biaya

operasional. Perhitungan jam kerja alat dipengaruhi oleh parameter seperti : (a)

produktivitas alat, jumlah alat gali, jarak angkut serta faktor keserasian (match

factor). Pada perhitungan jam kerja alat tersebut, produktivitas alat merupakan faktor

tepenting untuk menghitung berapa jam kerja yang dibutuhkan untuk melakukan

volume penambangan. Untuk meningkatkan produktivtas alat, spesifikasi dan

jumlah alat angkut seharusnya disesuaikan dengan spesifikasi alat gali-muat.

Tujuanya adalah agar tidak ada waktu tunggu alat gali-muat , sehingga dapat

dicapai jam kerja yang optmal (match factor > 1).

2.1.1.1.6. Perhitungan Produktivitas Alat

Perhitungan yang dilakukan untuk menghitung produktivitas alat adalah

sebagai berijkut:

1. Menghitung kapasitas bucket, dengan menggunakan formula Q = q1 x K.

dimana Q = produktifitas alat gali-muat , q1 = kapasitas bucket dalam dalam

satuan m3 dan LCM = kapasitas bucket dalam satuan BCM


2. Menghitung waktu siklus alat angkut (truck). Waktu siklus excavator terdiri dari

waktu tempuh + waktu muat + waktu tumpah + waktu tinggu.

3. Produktivitas alat kerja per jam dihitung sebesar = (kapasitas bucket (BCM) x

3600 (detik) x angla koefisien) : waktu siklus.

4. Pertanyaan selanjutnya adalah : apakah level match factor pada kasus

tersebut dapat ditingkatkan?

2.1.1.1.7. Perhitungan Biaya Overburden Removal dan Pengangkutan ke

Tempat Pembuangan (Penimbunan Disposal)

Volume overburden tergantung dari nilai Stripping ratio. Sebagai contoh,

Stripping ratio sebesar 4,2 menunjukkan bahwa untuk menambang 1 tonne batubara

diperlukan pengupasan overburden sebesar 4,2 tonne batubara.7 Tahapan

perhitunganya biaya overburden removal serupa dengan dengan perhitungan coal

getting dan pengangkutan ke CPP Stocpile. Perhitungannya menggunakan

equipment cost (own –operting cost) dikalikan dengan jam kerja .

Pada suatu proyek penggalian tambang,terlebih dahulu dibuat identifikasi

alat gali, alat angkut, produktifitas alat, match faktor, serta estimasi kapasitas

pruduksi tahunan yang dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan yang ada.

Identifikasi tersebut dihitung pada suatu table, yang meliputi perhitungan coal

getting, maupun perhitungan biaya pengupasan overburden sebagaimana pada

Tabel 2.1.

7
Untuk kepentingan perhitungan penambangan, satuan tersebut mengunakan volume,
bukan satuan berat. Berat jenis batubara rata-rata 1,2 gr/cm3 atau 1,2 ton/BCM. Sehingga 1
ton batubara mempunyai volume sebesar 0,8333 BCM. Oleh karena itu ketika akan melakukan
penggalian 1 ton batubara, maka yang diperhatikan untuk satuan coal getting and hauling
sebesar 0,8333 BCM. Demikian pula pada SR 1 : 4, maka volume overnburden yang digali
sebanyak 0,8333 x 4 = 3,333 BCM.

13
Tabel 2.1. Perhitungan Kapasitas Alat Untuk Memproduksi Bahan Galian Batubara Serta Mengupas Overburden
2.1.2. Perhitungan Biaya Pengolahan Batubara

2.1.2.1. Pemindahan Batubara Yang Dijalankan Oieh Peralatan Transportasi Dari

Satu Lokasi ke Lokasi Lain

2.1.2.1.1. Proses Coal Handling

Batubara yang diangkut dari lokasi penambangan dan dilaporkan ke coal

preparation plan (CPP) disebut dengan run of mine coal (ROM coal). ROM coal

merupakan bahan mentah untuk CPP, yang masih bercampur dengan mineral-

mineral lainya dan kontaminasi lainya. Batubara memerlukan tempat

penyimpanan sementara yang merupakan lingkungan fasilitas CPP. Coal

handling merupakan tempat yang luas yang merupakan lapangan dari sejumlah

besar material handling, yang merupakan suatu bagaian yang vital dari CPP.

Kompleks Coal handling ini disebut juga dengan ROM Stockpile. Fungsi dari

ROM stockpile ini adalah untuk memfasilitasi agar mesin pencuci batubara dapat

bekerja secara lebih perlahan serta konstan. Simple stockpile dapat disusun

oleh mesin dumping menuju tumpukan (pile), atau dengan dump truck, yang

kemudian didorong dengan menggunakan bulldozer ke tumpukan tersebut.

Pemuatan batubara ke pengolahan batubara (hoper) menggunakan alat muat

wheel loader.

Stocpile yang lebih terkontrol menggunakan instalasi stacker untuk

menyusun tumpukan (piles) sepanjang lintasan conveyor, serta instalasi

reclaimer8 untuk ―mengisi‖ batubara ketika dibutuhkan untuk proses produksi

batubara. Gambar konstruksi stacker sebagaimana pada Gambar 3. Tunnel

conveyor dapat dikembangkan menuju hopper diantara stockpile untuk masukan

8
Fungsi reclaimer adalah untuk mengisi kembali tumpukan sejumlah besar
material batubara, sedangakan stacker adalah alat yang digunakan untuk
menumpuk (to pile)
batubara akan diolah. Atau dapat juga menggunakan loader (wheel loader) untuk

―reclaiming‖ batu bara dari stockpile. Penggunaan loader ini mungkin akan

ringan biaya di muka, namun akan membutuhkan biaya operasional yang lebih

besar.

2.1. 2.1.2. Pengangkutan Dari ROM Stockpile ke Tempat Pengolahan

Pemindahan batubara dari ROM ke unit pengolahan diangkut dump truck

langsung dimasukkan ke dalam hopper atau ke dalam grizzly screen. Fraksi +460 mm

sebagai oversize dipecah secara manual supaya lolos, sedangkan fraksi —460 mm

sebagai undersize dimasukan ke primary crusher.

2.1.2.1.3. Pemindahan Batubara Hasil Grizzly Screen ke Unit Primary

Crusher

Pemindahan fraksi batubara ukuran maksimal 460 mm hasil dari grizzly

screen ke unit primary crusher, dilakukan dengan menggunakan feed conveyor.

Conveyor ini digunakan untuk memuat, mengangkut batubara sejauh kurang lebih

15 meter, dan mencurahkan batubara tersebut sebagai umpan (feed) ke primary

crusher.

2.1.2.1.4. Pemindahan Batubara Hasil Primary Crusher ke Unit Secondary

Crusher

Pemindahan fraksi batubara ukuran maksimal 150 mm hasil dari primary

crusher ke unit secondary crusher, dilakukan dengan menggunakan feed conveyor.

Conveyor ini digunakan untuk memuat, mengangkut batubara sejauh kurang lebih 15

meter, dan mencurahkan batubara tersebut sebagai umpan (feed) ke secondary

crusher.

2.1.2.1.5. Pemindahan Batubara 50 mm Ice Twin Boom Stacker


Pemindahan batubara berukuran maksimal 50 mm, baik hasil dari inclined

vibrating screen maupun dad secondary crusher ke Twin Boom Stacker

kemudian batubara tersebut dicurahkan sebagai cleaned coal product di

stockpile.

2.1.2.1.6. Pemindahan Batubara Cleaned Coal ke Loading Bin

Pemindahan batubara hasil proses pengolahan sebagai cleaned coal

product stockpile dilakukan dengan mendorong batubara tersebut ke dalam

Reclaim Feeder, kemudian dengan conveyor masuk ke dalam loading bin untuk

selanjutnya batubara tersebut diangkut menggunakan dump truk ke lokasi

penumpukan batubara di Port Stock Yard.

2.1.2.2. Proses Washing and Crushing

2.1.2.2.1.Tahapan Pengolahan

Mempertimbangkan kualitas cadangan batubara yang akan diolah dan

kualitas permintaan pasar batubara, maka ruang lingkup proses pengolahan

batubara yang direncanakan PT. Tanjung Alam Jaya, terdiri dari kegiatan

sebagai berikut :

 Penggerusan (crushing) untuk mereduksi ukuran butir

 Pengayakan (screening) untuk pemisahan ukuran butir

 Pencampuran (blending) untuk mendapatkan kualitas batubara

 Penumpukan batubara (stockpiling)

 Penanganan air permukaan (run of water) di area pengolahan

Faktor penting yang dipertimbangkan dalam perencanaan proses

pengolahan batubara diantaranya adalah karakteristik umpan batubara. Produk

penambangan batubara dari daerah studi mempunyai kadar abu 10% - 14%,

17
kandungan sulphur total pada umumnya di bawah 1% dengan nilai kalor

berkisar 6.500 kkal/kg. Sementara kualitas produk yang dikehendaki oleh

pasar didasarkan pada kandungan abu, sulphur total dan nilai kalor, yaitu

kadar abu 10% - 19%, kadar sulphur total 0,7% — 1,7% dan nilai kalor >

6.300 kkal/kg. Untuk itu diperlukan blending selain untuk melindungi

konservasi mutu tinggi juga kualitas batubara dapat sesuai dengan pasar.

Apabila kapasitas produksi maksimal yang direncanakan adalah sebesar

500.000 ton, maka untuk itu akan dibutuhkan 1 unit Coal Processing Plant

(CPP) dengan kapasitas sebesar 200 yang bekerja dalam sehari 8 jam/shift, 2

shift/hari, 300 hari/tahun atau 4.800 jam/tahun. Tempat penumpukan batubara

hasil penambangan (raw coal stockpile) sebagai persediaan apabila terjadi

kelambatan pengangkutan batubara dari tambang, sangat diperlukan untuk

menjaga kontinuitas proses pengolahan. Selain itu, diperlukan juga tempat

penumpukan batubara bersih (cleaned coal) sebagai cadangan apabila

kegiatan produksi mengalami keterlambatan. Kedua stockpile tersebut

ditempatkan di sekitar unit pengolahan.

2.1.2.2.2. Bagan Alir

Bagan alir atau prosedur pengolahan batubara di unit pengolahan

batubara PT Tanjung Alam Jaya, ditunjukkan dengan model diagram alir

pengolahan batubara seperti terlihat pada Gambar 2.2. Dalam diagram alir

tersebut digambarkan urutan dari proses-proses yang berlangsung. Proses

penggolahan adalah proses yang bertujuan untuk mereduksi ukuran fraksi

batubara menjadi ukuran yang diharapkan. Proses ini dilakukan pada beberapa

unit operasi, yaitu :

a. Primary crusher
Mereduksi umpan yang memiliki ukuran maksimal 460 mm menjadi fraksi

dengan ukuran maksimal 150 mm. Peralatan yang digunakan adalah feeder

breaker yang diletakkan setelah grizzly screen. Fraksi batubara yang

dihasilkan kemudian diangkut ke unit screen crushing untuk proses reduksi

tahap kedua.

b. Secondary crusher

Mereduksi umpan yang memiliki ukuran maksimal 150 mm menjadi fraksi

dengan ukuran yang memenuhi persyaratan ukuran pasar batubara yaitu

berukuran maksimal 50 mm. Umpan secondary crusher adalah sekitar 150

mm direduksi menjadi 50 mm, sehingga alat ini mempunyai Reduction

Ratio=3,0. Peralatan yang digunakan Roll Crusher yang berkapasitas 200

ton/jam. Proses pemisahan ukuran adalah proses yang bertujuan

memisahkan fraksi-fraksi batubara atas dasar ukuran yang diinginkan

(Classification). Proses pemisahan ukuran ini dilakukan pada dua unit

operasi, yaitu tahap pertama menggunakan grizzly screen dan tahap kedua

dengan incline vibrating screen.

 Tahap pertama, batubara hasil dari tambang atau dari ROM coal stockpile

ditumpahkan ke dalam hopper yang dipasang saringan pendahuluan

(grizzly-screen). Fraksi batubara yang tertahan (+460 mm) dikecilkan

dahulu secara manual, kemudian disaring kembali sampai lobs dari grizzly-

screen. Batubara yang telah lolos dari grizzly screen kemudian dikirim

dengan belt conveyor ke primary crusher.

 Tahap kedua, batubara hasil dari primary crusher diangkut dan disaring dengan

incline vibrating screen, untuk memisahkan fraksi ukuran +150 mm dengan

fraksi —150 mm. Unit ini berupa saringan ayakan bergetar yang diletakkan

19
sebelum secondary-crusher dengan tujuan agar umpan yang masuk ke

secondary-crusher selalu -150 mm. Fraksi —50 mm sebagai undersize dikirim

ke secondary-crusher, sedangkan fraksi +50 mm sebagai oversize diumpankan

kembali ke primary crusher.

 Tahap ketiqa, batubara hasil dari secondary-crusher diangkut dan disaring

dengan incline vibrating screen, untuk memisahkan fraksi ukuran +50 mm

dengan fraksi --50 mm.

2.1.2.3. Peralatan Pengolahan (Jenis, Jumlah dan Kapasitas)

Dalam Kegiatan Pengolahan contoh peralatan adalah sebagai berikut :

Chasis : HB 200 x 200 x 8 x 12; Hopper & Support : 3 m x 3 m, buka 4 m;

Conveyor-1 & Support : 14,4 m ; Screen & support : 1500 x 1500 # 50 x 50;

Conveyor-2 & support : 11 m; Unit crusher & support : roller drum Diameter

600 x 950 dan kuku crusher square 40 x 40 ; Conveyor-3 & support : 26 m;

Roda & Stecker : roda forklift 4 ea (standart); Electrical : Genzet kapasitas 200

KVA.

2.1.2.4. Perhitungan Jam Kerja

Perhitungan jam kerja alat harus diperhitungkan untuk menentukan waktu

efektif kerja alat, sebagaimana perhitungan jam kerja efektif pada Tabel 2.2.
Pengayakan tahap-1
Opening : 460 mm

Peremukan Tahap 1

Pengayakan tahap-2
Opening : 150 mm

Peremukan tahap-2
Reduction ratio = 3

Pengayakan tahap- 3 Opening

Gambar 2.2

Material Balance Proses Pengolahan

21
Tabel 2.2. Perhitungan Jam Kerja Efektif

JUMLAH HARI/TAHUN Satuan 365 hari


Jumlah hari libur nasional 11
Jumlah hari kerja/Tahun 354
Shift/Hari 2
Jam/Shift 11
Total Jam Kalender/Tahun 7.788
Kehilangan Jam Kerja Direncanakan
Istirahat Makan Jam/Hari 1,0
Pertukaran Shift Jam/Hari 0,5
Persiapan Kerja Jam/Hari 0,5
Sholat Jum’at Jam/Tahun 78
Total Kehilangan Jam/Tahun 786
Total Jam Kerja yang direncanakan/Tahun 7.002
Kehilangan Jam Kerja tidak direncanakan
Hujan/Tahun (58 hari/Tahun) 20% 1.398
Jam Kerja Efektif/Tahun 5.604
Kesediaan Mekanis (MA) 95%
Kesediaan Fisik 96%
Kombinasi Faktor 0,91 %
Jam Kerja Alat/Tahun 5.124

2.1.2.5. Blending (Pencampuran Batubara)

Spesifikasi untuk sulfur, ash, moisture, dan nilai kalori ditentukan

berdasarkan permintaan pasar. Apabila didesain untuk memproduksi 1 jenis

produk batubara dengan kualitas ekspor . Blending batubara9 dilakukan langsung

pada hopper sesuai prosentase atau distribusi batubara dari masing-masing pit

dan atau dari ROM stockpile, blending atau adjustment kualitas juga dapat

dilakukan pada belt conveyor yang mengangkut batubara menuju truck loading

station. Metode ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu :

 Dozer mendorong tumpukan batubara sesuai dengan kualitas yang ingin


9
Distribusi jumlah batubara dengan kualitas-kualitas tertentu, dalam pelaksanaan blending,
dilakukan dengan mengatur kecepatan pengumpanan (speed feeders). Monitoring berat masing-
masing batubara yang di blending dilakukan dengan menggunakan alat belt weigher yang dipasang
pada conveyor.
dicampur menuju ke chain feeder.

 Chain feeder dapat diatur kecepatan pemuatannya. Operator dapat

mengatur kecepatan pemuatan meterial dari chain feeder menuju ke belt

conveyor secara bervariasi hingga 200 ton/jam.

 Dengan mengontrol rata-rata pengumpanan dari 2 atau lebih kualitas

batubara menuju ke reclaim belt maka akan diperoleh kualitas dari

campuran batubara yang diinginkan.

 Batubara yang sudah dicampur tersebut diangkut menuju truck loading

station untuk dimuat ke truk yang mengangkut batubara menuju

pelabuhan.

Gambaran proses pemindahan batubara dari run of mine ke stockpile,

handling di stockpile, inloading ke hopper, pengolahan pada hopper dan vibrating

grizzi, handling di CPP Stockpile, outloading ke conveyor, atau disertai blending

melalui static hoper, serta outloading dar coveyor ke pengangkutan (barge)

dapat dilihat pada Gambar 2.3.

dump truck

ROM

hammering di atas static grizzly 300 mm opening


static grizzly
hopper

temporary
stock pile 1

vibrating
grizzly
feeder + 50 mm
50 mm
temporary
double tooth roll crusher
stock pile 2

wheel loader - 50 mm trippler belt conveyor

or 1
vey
t con
b el
temporary
stock pile 3
stock pile
wheel loader
static hopper
5 m3 5 m3

belt conveyor 4

belt conveyor 2/3


barge
main conveyor 5

Gambar 2.3. Proses Pemindahan Batubara Pada Coal Preparation Plant

23
2.1.2.6. Elemen Perhitungan Biaya Tidak Langsung Pada Biaya

Pengolahan Tambang

Biaya tetap (fixed cost) merupakan biaya yang tidak secara langsung

dipengaruhi besarnya volume batubara yang diproduksi. Peralatan serta instalasi

pengolahan yang dibangun harus selalu dioperasikan sesuai dengan kapasitas

terpasang, meskipun volume batubara yang diolah berfluktuasi. Untuk dapat

memperoleh perhitungan biaya satuan pengolahan, maka total biaya tidak

langsung tersebut dibagi dengan volume produksi batubara. Jam kerja (working

hour) yang digunakan sebagai dasar pengeluaran biaya, tidak dihitung

berdasarkan volume produksi, namun berdasarkan pengoperasian peralatan.

Biaya tidak langsung tersebut meliputi :

1. Biaya operasional pada area coal handling untuk mengoperasikan wheel

loader, bulldozer, atau instalasi stacker/instalasi reclaimer.10 Biaya

operasional tersebut dikeluarkan untuk membayar: (a) pembelian bahan

bakar (b) pembelian lubricant, filter, perawatan secara berkala (c)

perbaikan dan pembelian suku cadang (d) gaji operator.

2. Biaya operasional untuk melakukan mengoperasikan pengolahan

batubara, seperti : mesin washing, mesin crusher, conveyor belt, mesin

genset/ electricity, serta instalasi conveyor belt menuju stockpile pile .

Termasuk biaya yang diperhitungkan juga meliputi biaya pemuatan

(loading) ke dump truck atau sarana pengangkutan lainya, dengan

menggunakan whell loader, atau peralatan lainya. Biaya operasional

10
Tidak semua stockpile mempunyai instalasi stacker dan reclamer. Menagemen
stockpile dapat saja cukup menggunakan peralatan wheel loader dan bulldozer.
Bulldozer digunakan untuk mendorong batubara menuju tumpukan (pile),
sedangkan wheel loader digunakan untuk memuat batubara ke instalasi pengolahan
batubara.
tersebut dikeluarkan untuk membayar: (a) pembelian bahan bakar (b)

pembelian lubricant, filter, perawatan secara berkala (c) perbaikan dan

pembelian suku cadang..d) gaji operator.

2.1.3. Biaya Pengangkutan (Hauling) Sampai ke Titik Serah Penjualan

Batubara hasil produksi dapat diangkut ke titik serah penjualan di: (a)

PLTU; (b) stasiun pengumpul; (c) pelabuhan khusus; (d) pengguna akhir.

Pengangkutan tersebut sesuai dengan kontrak terhadap konsumen. Harga

Batubara Standard pada umumnya menggunakan perhitungan bahwa batubara

diangkut sampai dengan ke vessel (kapal).

Dalam hal pengangkutan batubara sampa ke vessel, maka batubara

tersebut harus diangkut terlebih dahulu ke stasiun pengumpul, atau pelabuhan

khusus yang dimiliki perusahaan batubara. Transporasi darat untuk

mengangkut batubara dari stockpile produk ke titik serah penjualan tersebut

dapat menggunakan lori kereta atau truk, melewati instalasi rel atau jalan yang

dibangun oleh perusahaan batubara. Pengangkutan tersebut dapat juga melalui

instalasi conveyor belt menuju ke stasiun pengumpul/pelabuhan khusus yang

dibangun perusahaan. Apabila tidak mengembangkan instalsi sendiri, maka

pengangkutan tersebut menggunakan truk melalui fasilitas jalan umum. Setelah

sampai di terminal pengumpul/pelabuhan khusus, batubara tersebut diturunkan,

dan dinaikkan ke tongkang (barging). Pengangkutan batubara dari stasiun

pengumpul/pelabuhan khusus untuk dicurahkan ke tongkang dapat

menggunakan fasilitas barge loading conveyor atau dengan menggunakan

peralatan (loader). Setelah dimuat pada kapal tongkang, selanjutnya diangkut ke

vessel.

25
Variansi biaya pengangkutan dapat dibedakan menjadi: (a) pengangkutan

menggunakan peralatan sewa; (b) dioperasikan perusahaan sendiri; (c) kontrak

operasional dengan pihak ketiga. Untuk dapat menghitung biaya pengangkutan

batubara tersebut , maka terlebih dahulu harus diketahui parameter sebagai

berikut:

a. Asumsi pengangkutan menggunakan peralatan sewa (harian/jam) dan

menggunakan fasilitas jalan umum.

- Sewa truck (pengangkutan menggunakan sarana jalam umum)

- Sewa tempat batubara di stasiun pengumpul

- Sewa pemuatan peralatan batubara batubara ke tongkang

 Sewa barge loading conveyor

 Sewa mesin loader

- Sewa kapal tongkang

b. Dioperasikan perusahaan sendiri pada sarana yang dibangun sendiri oleh

perusahaan

- Angkutan Darat dari stockpile produk ke pelabuhan khusus

 Owning Cost Peralatan Pengangkutan (truk/lori kereta/conveyor belt)

 Operating Cost untuk mengoperasikan peralatan pengangkutan

(operating cost)

 Biaya overhead

- Pemuatan batubara ke tongkang (bargage loader atau barge loading

conveyor).

 Owning Cost peralatan barging

 Operating Cost untuk mengoperasikan peralatan barging (operating

cost)
 Biaya overhead

- Sewa kapal tongkang

c. Kontrak operasional dengan pihak ketiga

– Owning Cost Peralatan Pengangkutan

– Operating Cost Alat Peralatan Pengangkutan

– Owning Cost Peralatan Loader bargage loader atau barge loading

conveyor).

– Owning Cost Peralatan Loader bargage loader atau barge loading

conveyor)

– Overhead Cost

– Profit

2.2. Literatur dan Penelitian Terdahulu Mengenai Total Biaya Per Ton

Penambangan Batubara

2.2.1. Literatur Mengenai Total Biaya Per Ton Penambangan Batubara

Prawoto (2017) membagi biaya penambangan batubara menjadi biaya

variabel (variabel cost) dan biaya tetap (fixed cost). Berikut in pada Tabel 2.2.

disajikan contoh biaya satuan operasional penambangan batubara berdasarkan

variabel cost dan fixed cost.11

Perhitungan sebagaimana pada Tabel 2.2. tersebut dengan asumsi :

- Moda transportasi menggunakan jalan darat (trucking) dengan dengan

jarak 10 Km.

- Stripping Ratio sebesar 5 BCM/ton

- Jarak dumping ke penampungan disposal 5 km

11
Tabel tersebut berdasarkan biaya rata-rata penambangan pada beberapa
tambang di dunia.

27
- Tidak ada pengolahan batubara, hanya dilakukan crushing dan washing

- Royalti (DHPB) sebesar 13,5% dari penjualan

- Laba ditetapkan sebesar 15%

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan asumsi sebagaimana

pada Tabel 2.3, tersebut, maka berdasarkan analisis vertikal, komponen biaya

penambangan terhadap harga jual batubara adalah sebagai berikut:

a. Coal getting (5,91%) dan overburden removal (47.07%) total biaya

penggalian di lokasi penambangan sebesar 53%.

b. Biaya transportasi ke titik serah di jetty stockpile (5,04%)

c. Biaya pengolahan batubara 4,3% ditambah dengan maintenance fasilitas

(0,22%)

d. Biaya administrasi dan umum 4,38%, Margin sebesar 11,5%

Tabel 2.3. Perhitungan Biaya Produksi Batubara Per Ton Batubara

(Prawoto, 2017)

COST COMPONENT VALUE UNIT


A VARIABLE COST
Hauling distance Max 5 Km
1 Coal getting and hauling 1.35 USD/ton
Increment: USD 0.115 per ton km
Dumping distance Max 1.2 Km
2 Overburdern removal and dumping 10.75 USD/ton
Increment: USD 0.05 per 100 m
3 Blasting of OB 0.00 USD/ton Add USD 0.5 per BCM with blast
4 Coal Transportation to Jetty stockpile 1.15 USD/ton Unit: USD 0.115 per ton km
5 Barging (river transport) 0.00 USD/ton Unit: USD 0.13 per ton hm
Total Variable Cost 13.25 USD/ton
B FIXED COST
1 Crushing and Washing 1.00 USD/ton Add USD 1.0 per ton with washing
2 Loading to Barge 0.00 USD/ton Unit: USD 1.0 per ton
3 Cost of Transhipment (or unloading) 0.00 USD/ton Unit: USD 1.0 per ton
4 Road maintenance 0.05 USD/ton Unit: USD 0.005 per ton km
5 Environment (Reclamation) 0.20 USD/ton
6 Other fixed costs (Comdev, wage, depreciation, etc) 2.00 USD/ton
7 General & Administration 1.00 USD/ton
Price less Marketing Fee. Royalty, Profit Margin 17.50 USD/ton
8 Cost of marketing 0.35 USD/ton 2% price less market fee. royalty
C Profit Margin 2.63 USD/ton
D DHPB 2.36 USD/ton
Coal Price Estimation 22.84 USD/ton

Sumber : Prawoto (2017) ,


Sebagai catatan, biya overburden removal and dumping sebesar $ 10,75

dihitung dengan asumsi sebagai berikut.

 Berat jenis batubara rata-rata 1,2 gr/cm3 atau 1,2 ton/BCM


 1 ton = 0,833 BCM
 SR 1 : 5 , volume overburden 5 x 0,833 BCM = 4,165 BCM
 Asumsi biaya Overburden $ 2,57/BCM
Maka biaya penambangan pada SR 1:6 sebesar $ 2,57/BCM x 4,165 = $ 10,7

Selanjutnya Rudeno (2009) menguraikan bahwa proporsi harga produksi

batubara adalah sebagai berikut:12

Tabel 2.4. Perhitungan Biaya Produksi Per Ton Batubara (Rudeno,2007)

Komponen Satuan Nilai Batas bawah Batas atas

OB Removal USD/bcm 2 - 2.5


2 13% 2.5 13%
Coal Getting and
USD/ton
Hauling to CCP 5.8 38% 7.1 38%
Coal Hauling to Port USD/ton 5.8 -7.1

Road Maintenance USD/ton

Rehabilitation USD/ton 0.22 -0.27


0.22 1% 0.27 1%
Crushing and
USD/ton
Processing 1.98 -2.42 1.98 13% 2.42 13%
Loading to Barge USD/ton
Overhead Cost USD/ton 1.2 -1.4 1.2 8% 1.4 8%
Barging Cost USD/ton 2.5 -3 2.5 16% 3 16%
Fixed Cost USD/ton 1.08-1.32

Overhead and 0.99 –


USD/ton
Adminitration Cost 1.21
0.9 6% 1.21 6%

14.60 96% 17.90 96%


4% dari harga jual
Marketing Cost
batubara 4% 4%

Sumber : Rudeno (2007)

12
Tabel tersebut hanya menghitung Harga Pokok Penjulaanm sehingga tidak
memperhitungkan royalty, profit margin, dan harga jual

29
Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan asumsi sebagaimana

pada tabel 2.4, tersebut, maka berdasarkan analisis vertikal, komponen biaya

penambangan terhadap harga jual batubara adalah sebagai berikut:

a. Caol getting (13%) dan overburden removal (38%), total biaya

penambangan di lokasi penambangan sebesar 51%

b. Biaya overhead untuk penambangan di lokasi tambang, pengolahan dan

transpaorasi sebesar 8%

c. Biaya transportasi ke titik serah vessel (16%)

d. Biaya pengolahan batubara sebesar 13%

e. Biaya admiistrasi dan umum dan overhead sebesar 6%

Hasil penelitian terdahulu tersebut dapat digunakan sebagai pembanding

untuk menguji hasil penelitian mengenai besarnya total biaya satuan (per ton)

produksi galian tambang batubara., dengan menggunakan referensi trend biaya.

Penelitian Safie, Topal dan Nehring (2009), merangkum perkembangan kenaikan

biaya penambangan dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2008 dengan

menggunakan sumber data costMine (2009). Hasil penelitianya menunjukkan

bahwa di Kanada, pada periode tahun 1991 sampai dengan tahun 2008, rata-

rata kenaikan capital cost sebesar 1,29% per tahun. Untuk Kasus di Indonesia,

total biaya satuan (per ton) produksi galian tambang batubara pada beberapa

tambang dapat dilihat Tabel 2.5. Total biaya satuan (per ton) produksi galian

tambang batubara pada beberapa Tambang di Indonesia (Tahun 2014 s/d

2015).

2.2.2. Penelitian Terdahulu Mengenai Biaya Pengambilan Batubara dan

Pengupasan Overburden
Pada penelitian ini akan dilakukan perhitungan biaya produksi galian

tambang yang teridiri dari biaya pengambilan batubara dan pengupasan

overburden, biaya pengolahan batubara serta biaya pengangkutan batubara.

Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai referensi mengenai

standar biaya setiap jenis pekerjaan pada tahapan pengambilan batubara dn

pengupasan overburden adalah sebagai berikut.

Fuadi Shiddiqi dan Kasim (2018), melakukan penelitian mengenai

evaluasi kinerja biaya pegangkutan batubara menggunakan Dump Truck dan

Belt Conveor dari ―mining front‖ ke ―temporaty stockpile‖. Hasil penelitianya

menunjukkan bahwa produktifitas dump truck pada fleet 1 dapat dioptimalkan

menjadi 50.72 Ton/jam, sert produktifitas conveyor belt dapat ditingkatkan

menjadi 1879,41 ton/jam . Berdasarkan kalkulasi harga, biaya transportasi

batubara dari ―mining front‖ ke ―temporaty stockpile‖ dapat dilakukan efisiensi

menjadi sebesar Rp14.576/ton menggunakan truk dan Rp17.705/ton

menggunakan dump truk dan conveyor. Hasil penelitian terdahulu tersebut dapat

digunakan sebagai pembanding untuk menguji hasil penelitian mengenai

besarnya produktivitas dump truck serta produktifitas conveyor belt, perhitungan

match factor, serta biaya per ton pengangkutan batubara..

Apriano (2018) melakukan penelitian mengenai analisis biaya terhadap

skema pengupasan overburden. Hasil dari analisis biaya yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa skema pengupasan overburden utama dan penunjang

aktual yang dikerjakan oleh PT SEM atau owner adalah 1,61 US$/bcm, skema

pengupasan overburden utama dan penunjang rencana yang dikerjakan oleh

owner adalah 1,41 US$/bcm, dan skemapengupasan overburden utama yang

dikerjakan oleh kontraktor dan penunjang dikerjakan oleh owner adalah 1,18

31
US$/bcm. Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa skema pengupasan

overburden utama yang dikerjakan oleh kontraktor dan penunjang dikerjakan

oleh owner adalah yang paling menguntungkan. Hasil penelitian terdahulu

tersebut dapat digunakan sebagai pembanding untuk menguji hasil penelitian

mengenai besarnya biaya per ton pengupasan over burden.

Alloysius dan Sawarni (2018) melakkukan penelitian mengenai

optimalisasi kemampuan produksi alat berat. Kesimpulam peneltianya adalah

Produksi yang optimal untuk pemindahan material overburden berdasarkan

metode match factor adalah 1.166 BCM/Jam, dengan metode antrian adalah

1.208 BCM/Jam, dan berdasarkan metode linear programming adalah 1.208

BCM/Jam. Dengan demikian produksi optimal dengan metode antrian dan

metode linear programming dengan 1.208 BCM/Jam yang paling sesuai dengan

target produksi yaitu 1.200 BCM/Jam. Biaya produksi yang efisien untuk

pemindahan material overburden berdasarkan metode match factor adalah 0.919

USD/BCM, berdasarkan metode antrian adalah 0.909 USD/BCM, dan metode

linear programming adalah 0.909 USD/BCM. Hasil penelitian terdahulu tersebut

dapat digunakan sebagai pembanding untuk menguji hasil penelitian mengenai

besarnya biaya per ton pengupasan over burden. Hasil penelitian terdahulu

tersebut dapat digunakan sebagai pembanding untuk menguji hasil penelitian

mengenai besarnya produktivitas dump truck, perhitungan match factor, serta

biaya per ton pengupasan overburden..

Pohan, Nata dan Floren (2017) mengadakan penelitian mengenai

efisiensi alat angkut untuk pengupasan overburden pada site di PT Samantaka

Batubara. Data penelitian yang dipergunakan adalah data primer, yaitu cycle

time alat angkut, data cycle time alat muat, data lebar jalan, data elevasi tertinggi
dan terendah, data spesifikasi alat, serta data perawatan alat. Hasil penelitianya

menunjukkan bahwa produksifitas alat muat Excavator Komatsu sebelum

dioptimalkan sebesar 211.57 BCM/Jam. dan produktivitas Dump Truck Nissan

CWB untuk 4 unit sebelum dioptimalkan sebesar 210.28 BCM/jam, sedangkan

faktor keserasiannya sebelum dioptimalkan adalah 0,87. Produktifitas alat muat

Excavator Komatsu setelah dioptimalkan sebesar 264.47 BCM/Jam. dan

produksifitas Dump Truck Nissan CWB untuk 5 unit sebesar 262.85 BCM/jam,

sedangkan faktor keserasiannya (MF) setelah dioptimalkan adalah 1,09 = 1.

Hasil penelitian terdahulu tersebut dapat digunakan sebagai pembanding untuk

menguji hasil penelitian mengenai besarnya produktivitas peralatan alat gali

muat, perhitungan match factor dengan alat pengangkut.

2.2.3. Penelitian Terdahulu Mengenai Aktivitas Biaya Inloading dan

Ootloading Pada Pengolahan Batubara

Ariani, Nugroho dan Trides (2018) melakukan penelitian yang bertujuan

untuk membandingkan biaya pengoperasian pemuatan batubara ketongkang

menggunakan dua unit peremuk batubara yang berbeda kapasitas produksinya.

Mempertimbangkan jumlah biaya terkecil yang dikeluarkan oleh coal crushing

plant terhadap aktivitas outloading dan outloading, penelitianya menunjukan

bahwa biaya outloding yang dikeluarkan untuk pemuatan batubara ke conveyor

menggunakan peralatan wheel loader dan bolduzer bervariasi pada planning (a)

sebesar US$ 0,59 /Ton (Rp.8.352,04), pada planning (b) sebesar US$ 0,49 / Ton

(Rp.6.936,44), sedangkan pada planning (c) sebesar US$ 0,74/ Ton

(Rp.10.475,44). Penelitiannya juga menunjukkan bahwa kemampuan

produktivitas alat support melebihi target perusahaan untuk wheel loader sebesar

768,96 Ton / Jam, bulldozer 867,85 Ton/ jam, belt conveyor 04 1.533,785

33
Ton/jam, conveyor 05 1.502,483 Ton/jam, conveyor 06 1.548,013 Ton/jam. Hasil

penelitian terdahulu tersebut dapat digunakan sebagai pembanding untuk

menguji hasil penelitian mengenai besarnya biaya inloading dan outloading hasil

produk pengolahan batubara..

2.2.4. Penelitian Terdahulu Mengenai Rincian Biaya Pengangkutan

Batubara

Berdasarkan dokumen studi kelayakan suatu wilayah pertambangan,

biaya pengangkutan batubara diperinci sebagai berikut:

a. Batubara produk diangkut ke Stasiun kereta api dengan jarak 13 Km dari

CPP, menggunakan truk 10 ton dengan biaya sebesar USD 2,52/Ton.

b. Container diletakkan di atas gerbong. Satu gerbong terdiri dari 2 container

@ 25 ton, dan satu rangkaian KA mempunyai 38 gerbong dengan total

kapasitas 1900 ton.Gerbong KA akan ditarik ke Stasiun Pengumpul yang

berjarak 178 Km dengan biaya US$ 8,55/ton.

c. Di Stasiun pengumpul, container diangkat dengan crane dan diletakan di

truk untuk unloading di stockpile. Biaya stockpiling (unloading dari kereta

dan caol stockpiling) serta pemuatan ke tongkang adalah US$ 1,11/ton.

d. Biaya pengangkutan batubara dengan tongkang dari Stasiun pengumpul

sampai Anchorage Point sebesar US$ 3,63/ton, sedangkan biaya untuk

transhipment ke MV yaitu sebesar US$ 0,89/ton.

2.3. Kerangka Pikir Penelitian

Berdasarkan uraian tersebut di atas, kerangka pikir penelitian ini adalah

sebagaimana pada Gambar 2.4.


1.Biaya Pengambilan Batubara di Lokasi Tambang (Biaya langsung)
Owning
Cost
Proudktifitas Alat Spesifikasi Alat
Gali & Agkut
Operating
Volume verburden Produksi Batubara Cost

Jam
Jarak dari pit ke operasional x
Jarak dari pit ke Equipment Cost
ROM stockpile
Tempat Pembuangan
disposal
1. Biaya penggalian batubara Overhead
2. Biaya Pengangkutan ke CPP +

Jam Operasional gali


x Equipment Cost
overburden

3. Biaya penggalian overburden


+ Overhead
4. Biaya Pengangkutan overburden

2. Biaya Pengolahan Batubara (Biaya Tidak Langsung)

2.a. Handling Coal (inloading) dan Loading to Bargage (Outloading)


Jam operasional x Operating Cost 5. Biaya Coal Handling
a. Wheel Loader
b. Buldozer
(a)pembelian bahan bakar (b) pembelian lubricant,
filter, perawatan secara berkala (c) perbaikan dan
2.a. Coal Washer & pembelian suku cadang (d) gaji operator
Chrusing
x Operating Cost 6. Biaya Coal Processing
Jam operasional
a. Mesin Washer
b. Mesin Crusher (a)pembelian bahan bakar (b) pembelian lubricant,
c. Coveyor Belt filter, perawatan secara berkala (c) perbaikan dan
d. Genset/electricity pembelian suku cadang (d) gaji operator

Owning
3. Biaya Coal Barging
Spesifikasi Alat Cost
Proudktifitas Alat Angkut
Operating
Cost
Penjualan Batubara
Jam
operasional x Equipment Cost
Jarak dari pit ke
ROM stockpile

+ Overhead
+ Penyesuaian
7. Biaya coal hauling

Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran Penelitian

35
Tabel 2.5. Total Biaya Per Ton Pproduksi Galian Tambang Batubara Pada Beberapa Tambang di Indonesia

Coal Coal Coal Coal Hauling & OB OB


Price Getting Hauling Prcessing Baraging removal Overhaul Striipping Removal
Biaya % HPP
No Pit to Porth (USD/Tom) > 1,5 Km Ratio Satuan thd
harga
(USD/ton) (USD/ton) (USD/ton) Hauling Barging (USD/bcm) (bcm/ton) (USD/ton) jual

1 Pit A 68.15 6.28 1.36 3.69 4.11 0.06 7.15 29.3865 40.7165 60%
15.42% 3.34% 9.06% 72.17%
2 Pit B 70.09 7.12 0.65 3.67 4.45 0.06 9.3 41.385 52.825 75%
17.49% 1.60% 9.01% 78.34%
3 Pit C 62.01 7.12 0.65 3.67 2.79 0.06 14.11 39.3669 50.8069 82%
17.49% 1.60% 9.01% 77.48%
4 Pit D 33.17 1.84 2.67 3.37 2.91 0.06 4.23 12.3093 20.1893 61%
4.52% 6.56% 8.28% 60.97%
5 Pit E 33.17 3.65 2.67 7.11 2.79 0.06 3.62 10.0998 23.5298 71%
8.96% 6.56% 17.46% 42.92%
6 Pit F 1.44 1.28 2.85 3.22 2.51 0.06 4.23 10.6173 18.1273 -
3.54% 7.00% 7.91% 72.17%

Sumber : Kutipan Feasibility Studi Perusahaan Tambang


BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini dapat dimasukkan kedalam kategori penelitian terapan

(applied research) dengan mengambil studi kasus (case study) di bidang

kebijakan menggunakan pendekatan Studi kasus difokuskan pada perhitungan

dan analisis biaya satuan penambangan yang dilakukan secara cermat sampai

tuntas.

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. mengumpulkan dokumen-dokumen feasibility study penambangan beberapa

perusahaan tambang.

b. konfirmasi ke Direktorat Batubara Kementerian ESDM, serta survey harga.

Survey harga yang dilakukan meliputi survey harga harga alat gali, truk, sewa

peralatan, survey harga kontraktor penambangan, upah tenaga kerja, serta

survey pengapalan menggunakan kapal tongkang pada tahun 2019.

c. Triangulasi, yaitu teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari

berbagai teknik pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Dengan

menggunakan teknik ini, maka peneliti telah melakukan pengumpulan data

sekaligus menguji kredabilitas data, yaitu mengecek kredabilitas data dengan

berbagai teknik pengumpulan data (wawancara, penelusuran dokumen, serta

forum grup discussion).

3.2. Aspek, Variabel dan Indikator Penelitian

Dalam penelitian terdapat 4 (empat) asepek penelitian, yang dijabarkan

dalam dimensi dan norma sebagaimana pada table 3.1.


Tabel 3.1.

Aspek, Variabel dan Indikator

No Aspek Variabel Indikator

1. Biaya Coal Owning Cost Peralatan  Jenis peraltan gali, spesifikasi, dan harga
Getting dan Gali pembelian.
pengangkut  Nilai sisa (salvage value)
an sampai  Net Depreciation
ke CPP -  Depreciation period
Stockpile  Annual use
 Depreciation/value recover
 through work
 Interest, insurance, taxes
 Total owning ciost
Operating Cost Peraltan  Fuel.
Gali  Lubricant, Filters, Periodic maintenace
 Repair/maintenance cost
 Undercamage and special items
 Operating hourly wage
 Toal Operating Cost

Owning Cost Peralatan  Jenis peralatan gali, spesifikasi, dan harga


Angkut pembelian.
 Nilai sisa (salvage value)
 Net Depreciation
 Depreciation period
 Annual use
 Depreciation/value recover
through work
 Interest, insurance, taxes
 Total owning ciost
Operating Cost Peralatan  Fuel.
angkut  Lubricant, Filters, Periodic maintenace
 Repair/maintenance cost
 Undercamage and special items
 Operating hourly wage
 Toal Operating Cost
Perhitungan jam operasi  Jumlah produksi batubara
coal getting  Kapasitas alat gali sesuai spesifikasi
Perhitungan jam operasi  Jumlah produksi batubara
pengangkutan  Kapasitas alat angkut sesuai spesifikasi
 Jarak dari pit ke CPP Stocpile /ROM
Stockpile
Biaya overhead dan  Biaya overhead
kontraktor  Biaya kontraktor
2. Biaya Owning Cost Peralatan  Jenis peraltan gali, spesifikasi, dan harga
Pengupasa Gali pembelian.
n Batubara  Nilai sisa (salvage value)
(Overburde  Net Depreciation
n Removal)  Depreciation period
 Annual use
 Depreciation/value recover
 through work
 Interest, insurance, taxes
 Total owning ciost
Operating Cost Peraltan  Fuel.
Gali  Lubricant, Filters, Periodic maintenace
 Repair/maintenance cost
 Undercamage and special items
 Operating hourly wage
 Toal Operating Cost

Owning Cost Peralatan  Jenis peraltan gali, spesifikasi, dan harga


Angkut pembelian.
 Nilai sisa (salvage value)
 Net Depreciation
 Depreciation period
 Annual use
 Depreciation/value recover
 through work
 Interest, insurance, taxes
 Total owning ciost
Operating Cost Peralatan  Fuel.
angkut  Lubricant, Filters, Periodic maintenace
 Repair/maintenance cost
 Undercamage and special items
 Operating hourly wage
 Toal Operating Cost
Perhitungan jam operasi  Volume overburden
overburden removal  Kapasitas alat gali sesuai spesifikasi
Perhitungan jam operasi  Jumlah overburden
pengangkutan dari pit ke  Kapasitas alat angkut sesuai spesifikasi
CPP Stocpile/ROM  Jarak dari pit ke waste disposal
Stockpile
Biaya overhead dan  Biaya overhead
kontraktor  Biaya kontraktor
3. Biaya Biaya Perawatan Sarana  CPP Stockpile
Pengolahan dan Prasaran di Coal  Jalan di lingkungan CPP
Batubara Preparation Plant  Bangunan di lingkingan CPP
 Pembuangan air pencucian batubara (pond)
Biaya Perawatan  Wheel Loader
Peralatan di Coal  Instalasi Crusher
Preparation Plant  Instalasi Pengayakan
 Instalsi Purferizer
 Belt Convetor
 dll

39
Biaya Fuel dan Minyak  Biaya fuel
Pelumas  Biaya minyakpelumas

Biaya tenaga kerja  Jam operasional operator


oeprator  Standar biaya operator
4. Biaya Biaya pengangkutan  Biaya pengangkutan apabila menggunakan
Pengangkut dari CPP Stokpile ke sewa.
an stasiun pengumpul/  Biaya pengangkutan apabila perusahaan
Batubara pelabuhan mempunyai fasilitas jalan/lori/conveyor belt
ke khusus/pengguna akhir dan dioperasikan sendiri perusahaan
Konsumen batubara.
 Biaya pengangkutan apabila perusahaan
mempunyai fasilitas jalan/lori dan
dioperasikan oleh kontraktor
Biaya Pemuatan ke  Biaya pemutan ke kapal tongkang apabila
Kapal Tongkang menggunakan sewa (sewa tempat/sewa
loader, sewa conveyor belt, dll)
 Biaya pengangkutan apabila perusahaan
mempunyai fasilitas pelabuhan sendiri dan
diopera-sikan sendiri oleh perusahaan
batubara.
 Biaya pengangkutan apabila perusahaan
mempunyai fasilitas pelabuhan sendiri dan
diopera-sikan sendiri oleh kontraktor.
Biaya pengapalan  Kapasitas tongkang
batubara melalui kapal  Harga sewa
tongkang

3.3. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan instrument penelitian sebagai berikut:

1. Tabulasi survey harga, Survey harga. Meliputi survey harga harga alat gali,

truk, sewa peralatan, survey harga kontraktor penambangan, upah tenaga

kerja, serta survey pengapalan menggunakan kapal tongkang pada tahun

2019.

2. Disamping mengumpulkan data documenter, serta survey harga yang

dipergunakan untuk mengisi kertas kerja tabulasi data penelitin, pada

penelitian ini juga dilakukan wawancara secara mendalam. Wawancara ini

dilakukan melalaui tanya jawab langsung kepada pihak-pihak di

Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral, untuk memvalidasi survey

harga, serta formula perhitungan yang dilakukan peneliti ketika melakukan


analisis data.

3. Kertas kerja perhitungan own cost – operating cost ( o-o cost) serta

perhitungan total cost dengan menggunakan spredsheet.

4. Forum Group Discussin. Forum Group Discussion dilakukan dengan

Direkrotat Ekstensifiaksi dan Penilaian untuk memvalidasi hasil penelitian.

3.4. Teknik Perhitungan dan Analisa

3.4.1. Perhitungan Owning Cost

Perhitungan owning cost per jam kerja penggunaan alat tersebut

menggunakan formulir perhitungan dalam format excel. Contoh Perhitungan

Owning Cost Alat Gali Komatsu PC 400 Pada Tabel 3.2.. Contoh Perhitungan

Owning Cost Alat Angkut Truck Komatsu HD 255-5. 400 Pada Tabel 3.3

Tabel 3.2. Contoh Perhitungan Owning Cost Alat Gali Komatsu PC 400

Owning and Operating Cost Estimation


1 Machine and Model Komatsi PC 400
2 Attachments
3 Delicerd Price 400,000 USD
4 Less Tire Prices -
5 Delivered Price Less Tire 400,000 USD
6 Salvage balue (%salvage value x deivered price)
10% x 400,000 40,000 USD
7 Net Derpreciation Value/Value recover through work 360,000 USD
Owning Cost
8 Depreciation period 5 years
9 Annual Use 4,052 hours
10 Depreciation/value recover through work 17.77 USD/hour
Net depreciation value 360,000
Depreciation period in hour 20,260
11 Interest, Insurance, Taxes 5.53 USD/Hour
Factor x Delivered Price x Annual Rates = 0.28 400,000 20%
Annual Use in Hours 4.052

Trade in value (r ) = 10%


Factor = 1 - (n-1) (1-r) 1 - (4 x 0,9) = 0,28
n 5

Annual rates = (% interest + % Tax + % Insurance)


5% 10% 5% 20%
12 Total Owning 23.30 USD/Ton

Sumber : Prawoto (2017) , Bahan Ajar Penilaian Sumber Daya Alam Batubara,
Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan

41
Tabel 3.3. Contoh Perhitungan Owning Cost Alat Angkut Komatsu HD 255-5

Owning and Operating Cost Estimation


1 Machine and Model Komatsi HD 255-6
2 Attachments
3 Delicerd Price 150.000 USD
4 Less Tire Prices 4.000
5 Delivered Price Less Tire 146.000 USD
6 Salvage balue (%salvage value x deivered price)
5% x 150,000 7.500 USD
7 Net Derpreciation Value/Value recover through work 138.500 USD
Owning Cost
8 Depreciation period 5 years
9 Annual Use 3.886 hours
10 Depreciation/value recover through work 7,13 USD/hour
Net depreciation value 138.3500
Depreciation period in hour 19.430
11 Interest, Insurance, Taxes 1.81 USD/Hour

Factor x Delivered Price x Annual Rates = 0.2412096 146,000 20%


Annual Use in Hours 3.886

Trade in value (r ) = 5,137%


1 - (4 x =
Factor = 1 - (n-1) (1-r) 0,94863) 0,2412096
n 5

Annual rates = (% interest + % Tax + % Insurance)


5% 10% 5% 20%
12 Total Owning 8.94 USD/Ton

Sumber : Prawoto (2017) , Bahan Ajar Penilaian Sumber Daya Alam Batubara,
Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan

3.4.2. Perhitungan Operating Cost

Perhitungan operating cost alat gaIi Komatsu PC 400 dilakukan

menggunakan spreadsheet sebagamana pada tabel 3.4. Sedangkan

perhitungan operating cost alat angkut HD 255-5) dilakukan menggunakan

spreadsheet sebagamana pada tabel 3.5.

3.4.3. Perhitungan Total Equipment Cost

Berdasarkan contoh perhitungan owning cost serta operating cost

sebagaimana telah diuraikan di atas, maka perhitungan total equipment cost

adalah total dari owning cost serta operating cost. Perhitungan tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Perhitungan Equipment Cost Alat Gali Komatsu PC 400.


- Total owning cost = 23,3 USD/hour

- Total operating ost = 35,38 USD/hour

- Totang Owning and Operating Cost (O – O) Cost = 58,68 USD/hour

b. Perhitungan Equipment Cost Angkut Truk Komatsu HD 255-5

- Total owning cost = 8,94 USD/hour

- Total operating ost = 22,7 USD/hour

Totang Owinng and Operating Cost (O – O) Cost = 31,34 USD/hour.

Tabel 3.4. Contoh Perhitungan Operating Cost Alat Gali Komatsu PC 400

Operating Cost
Machine and Model Komatsi PC 400
Cons Unit Cost
1 Fuel 25.00 x 0.92 23.00 USD/hour
2 Lubricant, Filters and Periodic Maintenance
Crank case 0.08 2.80 0.22 USD/hour
Transmission 0.27 2.80 0.76 USD/hour
Final Drivers 0.12 2.80 0.34 USD/hour
Hydraulic Control 0.05 2.40 0.12 USD/hour

Grease 0.12 7.70 0.92 USD/hour

Filters and Periodic maintenance 60% 2.36 1.42 USD/hour


3 Tires
4 Repair/matenance Cost 4.44 USD/hour
5 Undercarriage and Special Items 3.00 USD/hour
6 Operaring Hourly Wage 1.25 USD/hour

7 Total Operating Cost - 35.47 USD/hour

Sumber : Prawoto (2017) , Bahan Ajar Penilaian Sumber Daya Alam Batubara,
Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan

43
Tabel 3.5. Contoh Perhitungan Operating Cost Alat Angkut Komatsu HD 255-5

Operating Cost
Machine and Model Komatsi PC 400
Cons Unit Cost
1 Fuel 19.00 x 0.92 17.42 USD/hour
2 Lubricant, Filters and Periodic Maintenance
Crank case 0.11 2.80 0.31 USD/hour
Transmission 0.06 2.80 0,17 USD/hour
Final Drivers 0.02 2.80 0.06 USD/hour
Hydraulic Control 0.04 2.40 0.10 USD/hour
Grease 0.02 7.70 0.15 USD/hour
Filters and Periodic maintenance 60% 0,782 0.47 USD/hour

3 Tires 1.00 USD/hour


Tire Price 4000
Estimated Life 4000
4 Repair/matenance Cost 1.78 USD/hour
5 Special Items (i.e ripper point) USD/hour
6 Operaring Hourly Wage 1.25 USD/hour

7 Total Operating Cost - 22,7 USD/hour

Sumber : Prawoto (2017) , Bahan Ajar Penilaian Sumber Daya Alam Batubara,
Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan

3.4.4. Menghitung Produktifitas Alat

Produktifitas alat merupakan parameter yang dipergunakan untuk

menghitung berapa jam jam kerja yang dibutuhkan untuk menggali volume

batubara atau volume overburden, serta pengangkutanya. Pohan, Nata dan

Floren (2017) mengadakan penelitian mengenai efisiensi alat angkut untuk

pengupasan overburden pada site di PT Samantaka Batubara. Data penelitian

menggunakan data primer, yaitu cycle time alat angkut, data cycle time alat

muat, data lebar jalan, data elevasi tertinggi dan terendah, data spesifikasi alat,

serta data perawatan alat. Hasil penelitianya menunjukkan bahwa produksifitas

alat muat Excavator Komatsu sebelum dioptimalkan sebesar 211.57 BCM/Jam.

dan produktivitas Dump Truck Nissan CWB untuk 4 unit sebelum dioptimalkan
sebesar 210.28 BCM/jam, sedangkan faktor keserasiannya sebelum

dioptimalkan adalah 0,87. Produktifitas alat muat Excavator Komatsu setelah

dioptimalkan sebesar 264.47 BCM/Jam. dan produksifitas Dump Truck Nissan

CWB untuk 5 unit sebesar 262.85 BCM/jam, sedangkan faktor keserasiannya

(MF) setelah dioptimalkan adalah 1,09 = 1

3.4.4.1. Menghitung Produktivitas Alat Gali-Muat

Untuk mengetahui produktivitas alat gali-muat, maka perlu dihitung

kapasitas bucket, yaitu dengan persamaan yang disebutkan oleh Rochmanhadi

(1992). Asumsi alat gali menggunakan excavator PC 400 LC.

Q = q1 x K ............ (1)

q = 2,2 m3 x 0,9 BCM/m3

= 1,98 BCM

Dimana:

Q = produktifitas alat gali-muat

q1 = kapasitas bucket dalam dalam satuan m3

LCM = kapasitas bucket dalam satuan BCM

Efisiensi Kerja alat gali-muat diasumsikan sebesar 80%13. Selanjutnya

dihitung waktu siklus excavator. Waktu siklus excavator terdiri dari waktu gali +

waktu swing + waktu tumpah + waktu swing kosong. Berdasarkan pengamatan,

waktu siklus excavator rata-rata selama 22,1 detik. Produktivitas alat kerja per

13
Hasil Pengamatan Pohan, Nata dan Floren (2017). Didapatkan dengan rumus waktu
kerja efektif dibagi dengan waktu kerja dalam satu jam (3600 menit).

45
jam dihitung sebesar (1,98 BCM x 60 detik x 60 x 80%) : 22,1 detik = 211,57

BCM/jam.

3.4.4.2.Menghitung Produktivitas Alat Angkut

Selanjutnya dihitung produktifitas alat angkut. Dalam perhitungan

produktifitas alat angkut, perlu dihitung kapasitas vessel dump truk, dengan

menggunakan persamaan Rochmanhadi (1992). Asumsi alat angkut

menggunakan dump truck Nissan CWB no 40.

C = q2 x K (2)

q = 7,92 m3 x 0,9 BCM/m3

= 7.182 BCM

Dimana:

C = produktifitas alat angkut

Q2 = kapasitas vessel dump truck dalam satuan m3

LCM = kapasitas vessel dump truk dalam satuan BCM

Efisiensi Kerja alat angkut diasumsikan sebesar 91%14. Selanjutnya

dihitung waktu siklus alat angkut (truck). Waktu siklus excavator terdiri dari waktu

tempuh + waktu muat + waktu tumpah + waktu tinggi.. Berdasarkan pengamatan,


15
waktu siklus alat angkut rata-rata selama 404,64 detik atau 6,77 menit. .

Produktivitas alat kerja per jam dihitung sebesar (7,82 BCM x 60 detik x 60 x

91%) : 404,681 detik = 52,57 BCM/jam. Berdasarkan perhitungan produktifaitas

alat gali-muat 211,57 BCM/jam serta produktifitas alat angkut adalah 52,57

BCM/jam, maka dibutuhkan 4 alat angkut dump truck Nissan CWB 40 untuk

14
idem
15
idem
melayani satu buah excavator PC 400 LC. Produktifitas 4 unit Nissan CWB 40

sebesar 52,57 BCM/jam x 4 = 210,28 BCM/jam.

3.4.4.3.Menghitung Keserasian Antara Alat Gali Dengan Alat Angkut

Pertanyaan selanjutnya adalah : apakah komposisi alat gali-muat serta

alat angkut tersebut sudah optimal? Ukuran yang dipergunakan untuk

menghitung optimalisasi penggunaan alat gali-muat dengan alat angkut adalah

match factor. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut:

FK (Match factor) = (Na x n x Ctm) : (Mn x Cta)

Dimana

Na = Jumlah alat angkut – (4)

n = banyaknya swing yang dilakukan untuk memenuhi vessel dump

Contoh : volume bucket 1,98 , volume vessel dum 7,18

Maka n = 7,18 : 1,98 = 3,6 pembulatan 4

Ctm = siklus excavator untuk 1 kali swing – (22,1 detik)

Cta = siklus alat angkut truck untuk 1 kali pengangkutan – (404,68 dtk)

Mn = jumah alat gali – muat – (2)

Perhitungan match factor = (4 x 4 x 22,1) : (1 x 404,68) = 0,87. Match factor

kurang dari 1 (MF< 1) . Kesimpulan : Kapasitas alat angkut lebih kecil dari

kapasitas alat muat artinya alat muat akan sering menunggu.

Pertanyaan selanjutnya adalah : apakah level match factor pada kasus

tersebut dapat ditingkatkan? Tahapan yang dapat ditempuh untuk menguji

apakah dapat meningkatkan match factor adalah sebagai berikut:

1. Diasumsikan efisiensi alat gali-muat sebesar 100%. Oleh karena itu,

perhitungan produktivitas alat gali-muat adalah = 1,98 BCM x 60 detik x

60 x 100%) : 22,1 detik = 322,53 BCM/jam.

47
2. Dihitung produktivitas 5 dump truck = 52,57 BCM/jam x 5 =

262,5 BCM/jam.

3. Dihitung match factor 4 dengan asumsi untuk pengisian vessel rata-rata

sebanyak 3 kali swing. Sehingga perhitungan match factor = (5 x 3 x

22,1) : (1 x 404,68) = 1,09. MF> 1 . Kesimpulan : Kapasitas alat angkut

lebih besar dari kapasitas alat muat, artinya dengan lapasitas 5 alat

angkut, maka alat angkut lebih sering menunggu.

4. Kesimpulan : produktivitas alat gali angkut diperhitungkan sebesar 322,53

BCM/jam, dan produktivitas alat angkut akan optimal apabila didukung

dengan 5 alat angkut dengan produktivitas alat angkut sebesar 262,5

BCM/jam.

3.4.4.4. Menghitung Jam Kerja Alat

Perhitungan jam kerja alat sesuai dengan rencana produksi. Jam kerja

alat dapat dihitung dengan memperhatikan jumlah volume batubara yang digali

(diproduksi) dan produktivitas alat. Contoh, batubara yang akan digali sebesar

1.280.407 ton. Produktifitas alat gali (Komatsu PC 400)sebesar 144,29 ton/jam,

sedangkan kapasitas alat angkut (Komatsu HD 255-5ck) sebesar 38 Tom per

jam. Berdasarkan asumsi produksi batubara sebesar 1.280.407 Ton, .. maka

kebutuhan jam kerja alat gali-muat sebsar 8.874 jam. Sedangkan kebutuhan jam

kerja alat angkut sebesar 34.041 jam.

3.4.5. Perhitungan Biaya Penambangan Menggunakan Parameter

Equipment Cost dan Jam Kerja Alat (Working Hour)

Agar dapat menghitung total biaya overburden removal dan dumping,

maka beberapa parameter yang harus diketahui adalah :


a. Target produksi, serta jarak dari pit tambang dengan run of mine

Stokcpile.

b. Spesifikasi alat gali, jumlah alat gali, spesifikasi alat angkut, jumlah alat

angkut, jarak angkut dari pit ke run of mine (ROM) stockpile – atau CPP

Stockpile. Berdasarkan spesifikasi alat, serta parameter-parameter

tersebut akan dapat diukur produktifitas alat, serta jam kerja alat.

c. Parameter pada point b tersebut untuk menghitung perkiraan jam kerja

alat agar dapat melakukan penambangan seluruh target produksi.

d. Estimasi Equipment cost sebagaimana telah dicontohkan di atas.

e. Perkiraan overhead cost.

f. Perkiraan profit kontraktor.

Berdasarkan parameter tersebut, contoh perhitungan total biaya coal getting and

hauling sebagaimana pada Tabel 3.6.

Tabel 3.6. Total Biaya Coal Getting and Hauling

Sumber : Prawoto (2017) , Bahan Ajar Penilaian Sumber Daya Alam Batubara,
Pusdiklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan.

49
Berdasarkan tabel 5, maka total perhitungan biaya coal getting dilakukan

melalui tahapan :

1. Perhitungan jam kerja alat

2. Perhitungan equipment cost (own and operating cost)

3. Biaya total coal getting dihitung berdasarkan perhitungan jumlah jam

kerja dikalikan dengan biaya equipment cost.


DAFTAR PUSTAKA

Apriano (2018). Analisis Biaya Terhdap Skema Pengupasan Overburder Yang

Dikerjakan Oleh Perusahaan dan Kontraktor PT. Senamas Energindo

Mineral, Kalimatan Tengah, Thesism Universitas Trisakti.

Ariani, Nugroho dan Trides (2018). Analisis Perbandingan Biaya Unit

Pengolahan Batubara Terhadap Aktivitas Inloading dan Outloading Di

Area Strocpile Muara Bengalun PT Baradinamika Muda Sukses Malinau

Kalimantan Utara

Arif, 2002, Batubara Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

ASTM D 388-1999, 1999, Standard Classfication of Coal by Tank, ASTM

Internasional, Amerika Serikat

Bungin, B., 2007, Penelitian Kualitatif, Kencana Pernada Media Group, Jakarta

Fuadi Shiddiqi dan Kasim (2018). Evaluasi Kinerja dan Biaya Pengangkutan

Batubara Menggunakan Dump Truck dan Belt Coveyor Pada

Penambangan Muara Tiga Besar Utara PT Bukit Asam

Moleong, 1989. Methode Penelitian Kualitatif, Remadja Karya.

Joint Ore Reserves Committee (JORC), 2012, JORC Code, Australia

Howard K. Hatman and Jan. M. Mulmansky,2002, Intruduction Mining

Engineering, John Wiley & Sons

Mohutsiwa and Musingwin, 2015. Parametric estimation of capital costs for

establishing a coal mine: South Africa case study. The Journal of The

Southern African Institute of Mining and Metallurgy Volume -115 August.

O’Hara, T A, 1980. Quick guide to the evaluation of orebodies, CIM Bulletin,

February, pp 87-89.

51
Pohan, Nata dan Floren ,2017. Efisiensu Alat Muat Dan Alat Angkut Untuk

Pengupasan Overburden Pada Site A di PT. Samantaka Batubara Desa

Pauh Ranap Kecamatan Peranap Kabupaten Indragiri Hulu Provinsi

Riau, Jurnal Sains dan Telnologi Volume 17 No 1, Juni 2017

Prawoto, Wibowo (2017). Analisa Biaya dan Pendapatan Pertambangan

Batubara. Bahan Ajar Pelatihan Penilaian Sumber Daya Alam Minerba,

Pusduklat Kekayaan Negara dan Perimbangan Keuangan.

Rudeno, 2009, Miing Valuation Hand Book, Wrightbook.

Shafiee, Topal, and Nehring, 2009. Estimating Average Total Cost of Open Pit

Coal Mines in Australia. Researche Gate.

Shah, K.P. (2019). Construction, Working and Maintenace pf Stacker and

Recalimers for Bulk Materials

Sugiyono, 2004, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung

Wijito, L. 2017. Studi Penilaian Sumber Daya Alam Batubara Dalam Rangka

PPenyusunan Neraca Moneter Menggunakan Metode Harga Netto (Net

Price Per Unit) Dibandingkan Dengan Metode Net Present Value, Kajian

Akademik Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan.

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Per-47/PJ/2015 tentang Tata Cara

Pengenaan PBB Sektor Pertambangan untuk Pertambangan Mineral

dan Ba tubara.

Peraturan Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 479.K/32/DJB/2015

tentang tentang Biaya Produksi Untuk Penentuan Harga Dasar Batubara


Lampiran 1 : Kertas Kerja Tabulasi
Data Penelitian

KERTAS KERJA TABULASI DATA PENELITIAN


A. Peralatan Gali
Item Harga
A.1 Data Owning Cost
1 Jenis Peralatan gali, spesifiksi dan harga
a. Jenis Peralatan Gali
b. Kapasitas bucket
c. Harga
2 Nilai Sisa
3 Net depreciation
4 Annual use
5 Depreciation/ value recover trough work
A.2 Data Operating Cost
1 Fuel
2 Lubticant, Filter, periodic maintenance
3 Repair/maintenace cost
4 Undercamage and special items
5 Operating hourly wage

B. Peralatan Angkut

Item Harga
B.1 Data Owning Cost
1 Jenis Peralatan gali, spesifiksi dan harga
a. Jenis Peralatan Gali
b. Kapasitas dump
c. Harga
2 Nilai Sisa
3 Net depreciation
4 Annual use
5 Depreciation/ value recover trough work
B.2 Data Operating Cost
1 Fuel
2 Lubticant, Filter, periodic maintenance
3 Repair/maintenace cost
4 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

53
C. Wheel Loader

Item Harga
C.1 Data Owning Cost
1 Jenis Peralatan gali, spesifiksi dan harga
a. Jenis Peralatan Gali
b. Kapasitas loader
c. Harga
2 Nilai Sisa
3 Net depreciation
4 Annual use
5 Depreciation/ value recover trough work
C.2 Data Operating Cost
1 Fuel
2 Lubticant, Filter, periodic maintenance
3 Repair/maintenace cost
4 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

D. Bulldozer

Item Harga
D.1 Data Owning Cost
1 Jenis Peralatan gali, spesifiksi dan harga
a. Jenis Peralatan Gali
b. Daya Bersih
c. Bobot Kerja
d. Harga
2 Nilai Sisa
3 Net depreciation
4 Annual use
5 Depreciation/ value recover trough work
B.2 Data Operating Cost
1 Fuel
2 Lubticant, Filter, periodic maintenance
3 Repair/maintenace cost
4 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage
E. Biaya Operasional Pengolahan Batubara
E.1. Mesin Crusher dan Washing

Item Biaya/jam operasional


Vibrating Feede Model GZD900K3000 (11 Kw)
1 Lubticant, Filter, periodic maintenance
2 Repair/maintenace cost
3 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

Item Biaya/jam operasional


Jaw Crsher PE500x750 (55 Kw)
1 Lubticant, Filter, periodic maintenance
2 Repair/maintenace cost
3 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

Item Biaya/jam operasional


Cone Crusher CSD75 (55 Kw)
1 Lubticant, Filter, periodic maintenance
2 Repair/maintenace cost
3 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

Item Biaya/jam operasional


Vibrating Screen 2YZS2160 (22 Kw)
1 Lubticant, Filter, periodic maintenance
2 Repair/maintenace cost
3 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

Item Biaya/jam operasional


Coal Making Machine VS19526 (264-329 Kw)
1 Lubticant, Filter, periodic maintenance
2 Repair/maintenace cost
3 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

55
Item Biaya/jam operasional
Coal Washing Machine XSD2816 (11 Kw)
1 Lubticant, Filter, periodic maintenance
2 Repair/maintenace cost
3 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

E.2. Conveyor Belt

Item Biaya/jam operasional


Conveyor belt
1 Lubticant, Filter, periodic maintenance
2 Repair/maintenace cost
3 Undercamage and special items
4 Operating hourly wage

E.3. Mesin Genset

Item Biaya/jam operasional


Mesin Genset FDG20YD – 20KVA/400 V
1 Fuel
2 Lubticant, Filter, periodic maintenance
3 Repair/maintenace cost
4 Undercamage and special items
5 Operating hourly wage
Lampiran 2 : Kertas Kerja Perhitungan
Biaya Langsung Penambangan
di Lokasi Penambangan

KERTAS KERJA PERHITUNGAN

 Kerta Kerja Perhitungan Owning Cost Alat Gali Komatsu PC 400

 Kertas Kerja Perhitungan Owning Cost Alat Angkut Komatsu HD 255-5

57
 Kertas Kerja Perhitungan Operating Cost Alat Gali Komatsu PC 400

 Kertas Kerja Perhitungan Operating Cost Alat Angkut Komatsu HD 255-5


 Kertas Kerja Perhitungan Unit Cost (Harga Satuan)

59
Lampiran 3 : Kertas Kerja Perhitungan Biaya
Tidak Langsung Pengolahan Batubara

1. Kapasitas Produksi
a. Harian =…………………. MT
b. Bulanan = ………………… MT
2. Jam Kerja
a. Harian
b. Bulanan

3. Jenis Biaya

No Jenis Biaya Rp/jam kerja


1 Coal Handling
2 Inloading *)
3 Pengolahan
a. Mesin Crusher
b. Vibrating Feede Model GZD900K3000 (11 Kw)
c. Cone Crusher CSD75 (55 Kw)
d. Vibrating Screen 2YZS2160 (22 Kw)
e. Coal Making Machine VS19526 (264-329 Kw
f. Coal Washing Machine XSD2816 (11 Kw)
g. Conveyor belt
h. Mesin Genset
4 Outloading *)

*) inloading dan outloading menggunakan loader dan mesin bolduzer dapat


diperhitungkan sebagai biaya langsung.
Lampiran 3 : Kertas Kerja Perhitungan Biaya
Langsung Pengkutan Batubara

1. Asumsi menggunakan dump truck dan fasilitas jalan milik perusahaan


tambang

 Kertas Kerja Perhitungan Owning Cost Alat Angkut Komatsu HD 255-5

 Kertas Kerja Perhitungan Operating Cost Alat Angkut Komatsu HD 255-5


2. Asumsi sewa/kontrak dan menggunakan jalan umum

Asumsi sewa truk


Harga sewa per hari truk :
Kapasitas truk :
Produktivitas Truck :
Harga Angkut per Ton :

Asumsi harga kontrak


Berdasarkan biaya langsung :
Profit :
Total biaya :

3. Asumsi menggunakan conveyor belt


Produktivitas conveyor belt :
Owning & operating cost/jan :

63

Anda mungkin juga menyukai