Anda di halaman 1dari 22

Bab 1

Komunikasi Organisasi: Suatu


Pengantar
Deskripsi
Melalui sessi ini mahasiswa akan diperkenalkan kepada hal – hal sebagai berikut:

1. Organisasi dan pengelolaan organisasi


2. Komunikasi sebagai kontrol aktifitas organisasi
3. Dimensi Komunikasi Organisasi
4. Komunikasi Organisasi dan PR
5. Ulasan awal implikasi metodolgis

Tujuan Pembelajaran
Diharapkan mahasiswa mampu memahami konsep dan kaitan antar konsep komunikasi,
organisasi, komunikasi organisasi dan Public Relations (C2)

Manfaat Pembelajaran
Setelah selesai sessi ini mahasiswa diharapkan dapat mengenal dinamika komunikasi
yang terjadi di organisasi dan mengenali fenomena komunikasi yang terjadi di
organisasi masing-masing. Selain itu diharapkan mahasiswa dapat mengkaitkan
antara komunikasi organisasi dan PR serta mampu memahami bahwa pada mata
kuliah ini terdapat implikasi metodologis yang mungkin akan mampu diangkat
sebagai bahan pembuatan penelitian akhir (skripsi)
Komunikasi Organisasi: Suatu
Pengantar
Mengapa Komunikasi Organisasi
Kata organisasi mungkin sudah tidak asing lagi bagi hidup kita. Kita hidup dekat sekali
dengan organisasi baik itu organisasi sosial, kegamaan, organisasi profesi, dll. Keluarga
dapat dikatakan organisasi. Pergi keluar rumah, di sepanjang jalan di kiri dan kanan kita
melihat kantor, pertokoan, bengkel, rumah sakit, sekolah, berbagai tempat ibadah, yayasan,
dan lain-lain, di dalamnya dan mereka dalah organisasi. Meskipun demikian kadang-kadang
organisasi terasa abstrak bagi kita. Kita akan merasakan keberadaan organisasi biasanya
jika kita merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan mereka. Misalnya kita dilayani dengan
tidak beraturan di depan kasir sebuah supermarket, menunggu panggilan terlalu lama di
Rumah sakit atau terkena macet karena ramai dan semrawutnya mahasiswa keluar dari
kampus semenetara pihak kampus tidak dapat menertibkannya, barulah kita dapat
mengatakan…Organisasi Macam apa ini……

Organisasi tidak mungkin terdiri dari satu orang Dalam organisasi tentu ada yang akan
dikerjakan karena organisasi didirikan tentu bertujuan. Jika demikian apakah mungkin tidak
ada komunikasi di antara orang-orang dalam organisasi?

Terbayang bagaimana jadinya jika kita datang pada sebuah organisasi dan kita
menginginkan informasi tertentu lalu jawaban mereka..Wah tidak tahu ya..saya hanya
bekerja di tempat ini. Jawaban itu menjadikan kita berpikir apa yang salah dengan orang itu.
Apakah benar dia tidak tahu tentang informasi tersebut? Yang lebih parah lagi jika jawaban
tersebut merupakan cerminan dari ketidakperdulian orang tersebut terhadap organisasi. Ia
bekerja hanya sekedarnya. Bayangkan apa jadinya jika kontribusi dari masing-masing
anggota dalam organisasi tidak optimal, apa yang akan terjadi pada organisasi ini.

Berdasarkan jawaban dari orang di atas kita dapat lihat lebih dalam lagi mengapa dia
berbuat demikian. Ada apa dengan orang-orang “di dalam sana”, apa yang membuat orang
itu tidak nyaman? Apakah karena gajinya kecil? Mungkin ya tapi mungkin juga tidak.
Mungkin masalah yang lebih penting dari gaji yaitu ketidaknyamanan iklim di dalam
organisasi karena komunikasi yang tidak “menyenangkan” atau semuanya serba tidak jelas.

Mungkin juga ia menjawab demikian karena memang ia hanya diperintah oleh atasan untuk
menyampaikan informasi sebatas yang ia harus kerjakan. Ia pun bekerja didasari oleh
petunjuk pelaksanaan tentang pekerjaannya. Ia tidak pernah dilibatkan untuk memberikan
masukan kepada atasan, dan lain – lain.

Meskipun kita tahu prinsip komunikasi bahwa Komunikasi bukan obat yang dapat
menyelesaikan segala macam penyakit tetapi komunikasi yang efektif banyak untungnya.
Juga dalam organisasi. Misalnya hubungan dengan orang sekitar baik, konflik menjadi
minimal, kinerja menjadi tinggi, produktifitas tinggi, dan akhirnya kinerja yang baik akan
membawa kita kepada hasil yang lebih tinggi. Implikasi kemampuan komunikasi yang baik
tersebut mungkin membuat kita dipromosikan ke jenjang yang lebih tinggi lagi.

Perkembangan keilmuan mengenai komunikasi organisasi tidak hanya berhenti hingga


ketrampilan komunikasi yang ada dalam organisasi saja. Sekarang ini jika dilihat dari
perkembangan penelitian yang ada, konsep dan teori dalam komunikasi organisasi
membantu orang-orang dalam organisasi mengenali, mendiagnosa dan menyelesaikan
masalah-masalah komunikasi yang ada dalam organisasinya. Misalnya seorang dosen harus
mampu memberikan informasi yang akurat dan mutakhir tentang sebuah disiplin ilmu
tertentu. Pemasaran harus mampu memberikan informasi yang menarik kepada konsumen
sehingga mereka tertarik bekerja sama dan membeli produk atau jasa, bagian sumber daya
manusia harus mampu mengkomunikasikan masalah dan informasi yang tepat sehingga
mengurangi ketidakpastian. Public Relations harus mampu mengkomunikasikan apa yang
diinginkan perusahaan terhadap lingkungan dan sebaliknya untuk bersama-sama
menjadikan kedua belah pihak berkembnag, dll

Perkembangan jaman dan dunia yang tanpa batas membuat organisasi tidak dapat lepas
dari komunikasi. Apa yang harus mereka lakukan untuk berkomunikasi dengan orang di luar
budaya mereka. Pesan dan Media apa yang harus dipilih untuk itu, dan lain sebagainya.

Sejalan dengan perubahan jaman, hal lain yang dihadapi dalam organisasi dan memerlukan
komunikasi adalah trend “Bad things happen to good people”. Ya di jaman yang serba
berubah ini, termasuk di Indonesia dimana keterbukaan dan tuntutan demokrasi yang
kadang berlebihan, kadang-kadang prinsip komunikais dua arah dan dialog mulai
dipertanyakan. Dialog atau komunikasi dua arah mungkinkah? Tidak jarang di organisasi,
orang yang baik tertindas dan terlupakan. Pimpinan selalu benar atau tuntutan bawahan
harus selalu benar. Karena itu manusia perlu tahu pandangan kritis terhadap masalah-
masalah dan kejadian-kejadian yang ada di sekitarnya, dan strategi komunikasi yang seperti
apa yang harus digunakannya.
Manusia atau anggota organisasi dapat belajar jika mereka mengalaminya atau belajar dari
orang yang pernah mengalaminya dan dibakukan dalam sebuah teori. Di sinilah perlunya
kita mempelajari berbagai teori dan konsep tentang komunikasi organisasi.

Organisasi
Mempelajari dan memahami sesuatu tidak dapat dilepaskan dari konsep dan definisi konsep
apa yang kita pelajari. Maka sebelum kita membuat definisi yang komprehensif dan
mengenal lebih jauh konsep komunikasi organisasi maka kita harus terlebih dahulu tahu apa
itu organisasi dan juga komunikasi terutamanya komunikasi yang diterpkan bagi organisasi.

Pertama mengenai organisasi, kita harus kembali lagi membuka literatur kita di luar literatur
komunikasi. Kita harus sebentar menyebrang disiplin ilmu lain yaitu manajemen. Bagi para
mahasiswa yang pernah mendapatkan materi tentang organisasi dan manajemen akan lebih
baik lagi. Bagi yang belum pernah mengenal atau lupa tentang konsep organisasi dan
manajemen, di sinilah perlunya kita mengingat kembali.

Sama halnya dengan kerumitannya, organisasi tidak mudah didefinisikan. Setiap ahli
memiliki definisi yang berbeda – beda. Begitu banyak definisi tentang organisasi, di bawah
ini akan kita ambil definisi yang paling sering digunakan yaitu

1. Organisasi adalah suatu kesatuan sosial dari sekelompok manusia, yang saling
berinteraksi menurut suatu pola tertentu sehinga setiap orang atau
anggota memiliki fungsi dan tugasnya masing – masing, yang sebagai
suatu kesatuan mempunyai batas – batas yang jelas, sehingga dapat
dipisahkan secara tegas dari lingkungannya (Lubis 1987, p.1)
2. Gareth R Jones mendefinisikan organisasi sebagai alat yang digunakan
manusia atau orang untuk mengkoordinasikan kegiatannya untuk
mencapai sesuatu yang mereka inginkan atau harapkan (Jones 1998, p.4)
3. Definisi Stephen P.Robbins tentang oganisasi adalah kesatuan sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif
dapat diidentifikasi, yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus
untuk mencapai suatu tujuan bersama atau sekelompok tujuan (Robbins
1994, p.4)
4. Barnard, memiliki definisi mengenai organisasi sebagai sistem
koordinasi aktifitas atau kekuasaan dua orang atau lebih. (Hall 1999,
p.27). Aktifitas diselesaikan melalui kesadaran, pertimbangan dan
koordinasi yang bertujuan. Organisasi memerlukan komunikasi, adanya
willingness anggota untuk memberikan kontribusi dan adanya kesamaan tujuan yang
sama diantara mereka.
5. Etzioni dikutip oleh Hall mendefinisikan organisasi adalah unit – unit sosial
(atau sekelempok manusia) yang secara sengaja dibangun dan
direkonstruksi untuk mencapai tujuan tertentu (Hall 1999, p.28)
6. Scoot mendefinisikan organisasi sebagai kolektifitas yang didirikan untuk mengejar
tujuan yang relatif spesifik dan berkelanjutan. Organisasi terdiri dari
batas yang relatif pasti, jenjang otoritas, sistem komunikasi, dan
sistem penggajian yang memungkinkan berbagai macam
partisipan bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. (Hall
1999, p.28)

Tentusaja definisi tersebut bukan seluruh dari definisi yang ada. Tetapi dari definisi definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa : Organisasi ini didirikan dengan sengaja dan ada tujuan
tertentu. Pada organisasi formal ada koordinasi kegiatan dan adanya rangsangan bagi
anggota untuk membantu terwujudnya tujuan organisasi.

Mengelola organisasi untuk tidak menjadi mati tidak mudah sebab setiap organisasi adalah
berbeda dan kompleks. dalam sebuah organisasi mulai dari yang paling sederhana hingga
yang kompleks memiliki elemen – elemen penting. Berikut ini sebelum dibahas mengenai
organisasi itu sendiri perlu dipahami elemen organisasi. Pemahaman mengenai elemen
organisasi diharapkan dapat menghantar kita untuk memahai apa saja yang ada di dalam
organisasi. Adapun elemen- elemen tersebut adalah (Pace 2000; Scott 2003)

1. Struktur Sosial: Adalah pola atau aspek aturan hubungan yang ada antar partisipan
di dalam organisasi. Struktur terbagi menjadi dua yaitu struktur normatif dan struktur
tingkah laku. Struktur normatif mencakup nilai, norma, peranan yang diharapkan.
Nilai di sini adalah kriteria yang digunakan dalam memilih tujuan tingkah laku. Norma
adalah aturan umum mengenai tingkah laku yang dapat digunakan untuk mencapai
tujuan sedangkan peranan yang diharapkan digunakan sebagai standar penilaian
tingkah laku karyawan sesuai dengan fungsinya. Komponen yang kedua adalah
struktur tingkah laku. Komponen ini memfokuskan pada tingkah laku yang dilakukan,
meliputi aktifitas dan interaksi dan perasaan yang menunjukkan tingkat keteraturan.
Sebagai contoh, jika kita amati suatu kelompok dalam peiode tertentu, dimana setiap
orang berusaha mempengaruhi yang lainnya dengan tingkat keberhasilan yang
sudah ditetapkan. Dengan cara ini kita dapat menentukan gambaran dari struktur
kekuasaan dalam suatu kelompok.
Pace dalam Komunikasi Organisasi menyatakan elemen ini dengan istilah unsur –
unsur organisasi. Unsur ini disebut oleh Pace sebagai struktur organisasi.

Struktur organisasi menurut Pace merujuk pada hubungan antara tugas-tugas yang
dilaksanakan oleh anggota organisasi dengan tiga variabel kunci yaitu kompleksitas,
formalisasi dan sentralisasi.

Selain struktur organisasi, dalam hal ini Pace menyatakan salah satu unsur organisasi
adalah pedoman organisasi. Pedoman organisasi merupakan serangkaian pernyataan
yang mempengaruhi, mengendalikan dan memberikan arahan bagi anggota organisasi
dalam mengambil keputusan atau tindakan. Pedoman organisasi terdiri atas pernyatan
seperti cita-cita, misi, tujuan,strategi,kebijakan, prosedur dan aturan. Pedoman ini
menyediakan informasi untuk para anggota mengenai kemana tujuan organisasi, apa
yang harus dilakukan, bagaimana seharusnya mereka berpikir tentang masalah
organisasi dan solusinya dan tindakan apa yang harus mereka lakukan untuk
keberhasilan organisasi tersebut.

Selain struktur dan pedoman, elemen berikutnya adalah partisipan dalam organisasi.

2. Partisipan: adalah individu – individu yang memberikan kontribusi kepada


organisasi. Pace menjelaskan mengenai hal ini secara lebih lanjut yaitu orang-orang
yang melaksanakan pekerjaan organisasi,
a. Mereka terlibat dalam dalam kegiatan-kegiatan pemikiran yang meliputi
konsep,penggunaan bahasa, pemecahan masalah, dan pembentukan gagasan.
b. Mereka terlibat dalam kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan
aspek-aspek perilaku manusia (yang bukan merupakan aspek intelektual).
c. Mereka melakukan kegiatan self moving yang meliputi kegiatan fisik (keras/besar
ataupun terbatas)
d. Mereka terlibat dalam kegiatan elektrokimia yang mencakup brain synaps (daerah
kontak otak tempat simpuls saraf ditransmisikan ke satu arah), kegiatan jantung
dan metabolisme.
Melalui keempat kegiatan ini manusia mampu melakukan ketrampilannya,
memahami simbol, memperhatikan dunia dan menjalaninya. Gabungan keempat
kegiatan tersebut memberikan kesempatan kepada mereka untuk menjalankan
pekerjaan dalam organisasi.

3. Elemen selanjutnya adalah tujuan. Seperti telah disebutkan di atas, tipologi


organisasi ditentukan oleh tujuan sebuah organisasi. Tujuan juga menjadikan ukuran
efektifitas organisasi tercapai atau tidak. Oleh karena itu tujuan yang jelas
menjadikan upaya anggota/partisipan untuk bergerak menjadi jelas.

Tujuan merupakan konsep penting dalam organisasi bahkan beberapa displin ilmu
lain diluar komunikasi seperti misalnya ekonomi menjadikan ini menjadi bahasan
utama dalam ilmu mereka. Tujuan merupakan titik sentral, merupakan konsepsi akhir
yang diinginkan oleh organisasi dan ini berusaha dipenuhi oleh partisipan/pekerja
melalui performa aktifitas mereka

Selanjutnya, elemen organisasi yang ke empat adalah teknologi/Sumber Daya Alam. Dalam
mencapai tujuannya, para partisipan dalam organisasi dipandu oleh struktur dan pedoman
mengelola sumber daya alam dengan menggunakan teknologi tertentu.

4. Teknologi/Sumber Daya Alam: Merupakan penggunaan mesin, pengetahuan teknik


dan ketrampilan dari partisipan/karyawan. Tiap organisasi memiliki teknologi dalam
melakukan pekerjaannya tetapi bervariasi dalam teknik atau aplikasinya. Ini sangat
dipengaruhi oleh apa yang diproduksinya. Organsisasi yang memproduksi barang
tentu berbeda dengan organisasi yang memproduksi jasa. Pace menamakan unsur
ini sebagai pekerjaan dalam organisasi. Terdiri dari tugas formal dan informal dan
tugas-tugas ini menghasilkan produk dan layanan/jasa organisasi. Gibson, dkk
menandai pekerjaan ini dengan 3 dimensi universal yaitu:
a. Isi: Yang dilakukan anggota organisasi dalam hubungannya dengan bahan,
orang-orang dan tugas lainnya dengan mempertimbangkan metode dan teknik
yang digunakan. Mesin, alat, bahan, barang, informasi dan pelayanan yang
diciptakan.
b. Keperluan: Pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang dianggap sesuai bagi
seseorang agar mampu melakukan pekerjaan tertentu. Meliputi pendidikan,
pengalaman, lisensi dan sifat-sifat pribadi.
c. Konteks: Berkaitan dengan kebutuhan fisik dan kondisi lokasi pekerjaan, jenis
pertanggungjawaban dan tanggungjawab dalam kaitannya dengan
pekerjaan,jumlah pengawasan yang diperlukan dan lingkungan umum tempat
pekerjaan diselesaikan.

Elemen lainnya dari organsiasi adalah lingkungan. Setiap organisasi pasti berdiri dengan
bentuk yang jelas, ia ada di wilayah mana. Inilah pemahaman yang sangat sederhana untuk
menjelaskan apa itu lingkungan. Lingkungan ini pula yang menjelaskan batas wilayah dalam
dan luar organisasi. Siapa yang menjadi anggota organisasi dan siapa yang bukan.
Mengenai lingkungan ini, nantinya juga akan menjelaskan lebih lanjut konsekuensi adanya
publik/stakeholders atau konstituen bagi sebuah organisasi.

5. Lingkungan: Setiap organisasi berada pada keadaan fisik tertentu, teknologi dan
kebudayaan dan lingkungan sosial dan organisasi tersebut harus menyesuaikan
dengannya.
Dari definisi dan elemn tersebut tampak bahwa organisasi terdiri dari dua orang atau lebih.
Bahkan jika dilihat dari besaran organisasi, organisasi dianggap kecil hingga menegnah jika
banyaknya anggota adalah sekitar 25-500 karyawan (Hendry 2005; pp.7). Terbayang
bagaimana elemen organisasi yang kedua yaitu partisipan akan dikelola. Bagaimana mereka
yang bermacam-macam karakter dan keinginan serta tujuan bersama-sama dikelola dan
disinergikan dengan elemen yang lain untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi
merupakan pola jaringan sinergis antara energi dan interaksi. Di dalam organisasi bukan
hanya informasi yang mengalir melalui memo, juklak, juknis, dan petunjuk lain, tetapi juga
relasi orang-orang yang menyampaikan informasi tersebut.

Setelah kita tahu bahwa kehidupan organisasi tidak dapat dilepaskan dari komunikasi maka
selanjutnya perlu diketahui konsep tentang komunikasi dan selanjutnya strategi komunikasi
dalam kehidupan organisasi. Cheney (2004) dan Hal (1999) menyatakan bahwa hal ini
sejalan dengan definisi Barnardyang mendefinisikan organisasi sebagai orgaisasi sebagai
sistem koordinasi aktifitas atau kekuasaan dua orang atau lebih. Organisasi merupakan
sistem kompleks dari simbol, pesan, upaya dan aktifitas, merupakan jaringan kontribusi dari
anggotanya bahkan dari orang-orang atau kelompok di luar batas organisasinya (Cheney
2004;pp.8).

Komunikasi
Berdasarkan pengalaman selama ini dalam diskusi di kelas atau membimbing mahasiswa,
jika ditanya mengenai apa itu komunikasi, mereka atau bahkan kita akan dengan cepat
menjawabnya dengan menyebutkan proses komunikasi. Proses komunikasi yang diadopsi
dari Laswell, S-M-C-R-E. Siapa berbicara apa dengan siapa, dengan saluran apa dan
dengan efek apa. Menyatakan definisi komunikasi seperti ini sah-sah saja dan tidak salah.
Hanya saja pengertian ini mungkin akan tepat jika kita membahas komunikasi sebagai
“mengirimkan informasi kepada mereka” atau memberikan pesan kepada ….
Menyederhanakan pengertian komunikasi seperti pada proses komunikasi menjadi kurang
tepat apabila komunikasi yang kita maksudkan adalah bukan hanya sekedar mengirim
memo atau pesan kepada orang lain tetapi komunikasi dengan tujuan yang lebih kompleks
misalnya mempengaruhi seseorang, mendidik, membina budaya, dll. Jika komunikasi seperti
itu yang kita inginkan tentu prosesnya menjadi lebih kompleks.
Komunikasi manusia memang sangat kompleks dan multi dimensi. Komunikasi organisasi
juga memiliki keunikan tersendiri, dan dengan memahami dimenis komunikasi organisasi
maka kita akan memahami apa itu komunikasi organisasi. dalam hal ini kita akan membahas
dimensi komunikasi organisasi mulai dari struktur, hubungan antar persona, konteks dan
sistem.

Dimensi Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi dan kaitannya dengan struktur.


Fakta pertama mengenai struktur adalah sebagai berikut. Setiap organisasi pasti memiliki
struktur dan inilah yang mebedakannya dengan yang bukan organisasi, Meskipun tidak
selamanya organisasi dipandangs sebagai struktur tetapi dengan adanya struktur membuat
kehidupan dalam organisasi lebih mudah diprediksi. Struktur memperjelas area setiap
anggota, siapa bertanggung jawab apa, memiliki kewenangan apa dan memiliki tugas apa.

Melalui struktur yang mungkin muncul dalam kepala kita adalah charta berbentuk segitigita,
yang terpenting melalui struktur kita dapat melihat bagaimana kompleksitas sebuah
organisasi. Melalui struktur pula kita dapat melihat pembagian tugas di antara anggota, siapa
ada di bagian apa dan diasumsikan mereka memang ahli dalam pekerjaan tersebut. Seperti
misalnya seseorang yang berada dalam posisi marketing maka tugas mereka adalah
menyusun strategi bagaimana caranya menjual jasa atau produk perusahaan, bukannya
melakukan pekerjaan mengurusi gaji karyawan. Diasumsikan mereka yang ada dalam posisi
marketing adalah mereka yang memang memiliki kemahiran di bidang itu bukan karena tidak
ada lain untuk mereka.

Melalui struktur juga akan dapat diprediksi bagaimana pengambilan keputusan dilakukan.
Siapa yang berhak mengambil keputusan adan apa resikonya jika dalam hirakhi struktur ia
dekat dengan manajemen puncak. Semakin dekat dengan manajemen puncak amak
pengambilan keputusan akan semakin cepat karena ia memiliki akses komunikasi yang tidak
berjenjang.Keputusan akan dibuat terpusat atau disebarkan kebawah sangat tergantung
bagaimana struktur didesain.

Masih berhubungan dengan di atas, rantai komando juga akan tampak pada struktur.
Karyawan diharapkan hanya berkomunikasi langsung (mengenai tugas) hanya dengan
orang-orang di atas atau di bawahnya. Karyawan dalam level terbawah di organisasi tidak
mungkin berkomunikasi seacra langsung dengan atasan atau karyawan lain dalam divisi
lain.
Begitu banyak bentuk desain dan struktur organisasi, tidak ada yang dikatakan paling baik..
Struktur adalah pilihan, apakah organisasi akan dibuat berjenjang, terpesialisasi atau sentral,
sangat tergantung dari keperluan masing-masing struktur dan kemana rencana organisasi
akan direncanakan. Pada kenyataannya tidak menutup kemungkinan sebuah organisasi
yang tadinya terdesentralisir, dengan alasan tertentu di ubah menjadi sentralisir. Untuk
mengetahui alasan pada kondisi apa sebuah organisasi perlu menjadi snetrla atau desentral
hendaknya dicek kembali dengan mata kuliah manajemen yang telah diberikan sebelumnya.
Atau sekedar pengingat dalam Robbins (1994) dijelaskan bahwa sentralisasi yang pada
umumnya tidak disukai oleh anggota organisasi tetap dipelrukan pada saat penghematan
misalnya maka sentralisasi menjadi pilihan. Biasanya keputusan hukum dan keuangan
cenderung untuk dibuat sentral.

Fakta kedua mengenai struktur organisasi adalah organisasi dipengaruhi dan mempengaruhi
komunikasi. Misalnya seorang PR yang divisinya diletakkan dekat dengan pimpinan maka ia
memiliki kesempatan berkomunikasi langsung dengan atasan lebih cepat daripada jika ia
diletakkan di posisi bawah, di bawah marketing misalnya. Komunikasi langsung dan tatap
muka juga akan memungkinkan terjadi sehingga ketidak pastian akan lebih mudah direduksi.
Komunikasi dalam hal ini juga dipengaruhji oleh struktur karena dengan adanya struktur
maka anggota organisasi tidak akan berkomunikasi secara acak. Masing-masing tahu
sampai di mana batas kewenangan ia dapat berkomunikasi dengan siapa secara formal
dalam organisasi.

Keperluan tugas akan membuat orang membagi dan mencari informais engan orang-orang
yang sama kepentingan dalam pekerjaan tersebut. Akhirnya jaringan relasi antara orang-
orang yang memilki kepentingan tugas yang sama akan terbentuk.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pada intinya komunikasi dalam organisasi berfungsi sebagai
produksi atau regulasi, Inovasi serta sosial atau perbaikan. (Myers& Myers, 1998). Untuk
fungsi produksi, komunikasi dalam organisasi dapat digunakan untuk menentukan tujuan
yang ingin dicapai, menentukan permasalahan, menilai kinerja, mengkkordinasikan tugas,
menentukan standar atau performa keluaran, komando , mengatakan pada orang lain apa
yang harus dilakukan atau memberi perintah. Instruksi, mengatakan kepada orang lain
bagaimana cara melakukan pekerjaan, mengembangkan prosedur atau kebijakan.
Memimpin dan mempengaruhi.

Untuk fungsi inovasi, jelas tampak sebuah inovasi tidak dapat sekejap jadi. Bahkan jika
membahas inovasi yang mempengaruhi perilaku organisasi akan tampak jelas bahwa
sebuah inovasi tidak akan semudah yang kita bayangkan. Sebagai contoh misalnya
mebiasakan anggota organisasi untuk melakukan dokumentasi berbasis cyber tidaklah
mudah. Menerapkan ISO juga tidak mudah, membuat keputusan untuk mengubah segala
sesuatu yang selama ini terdesentralsiir menjadi sentralisir juga tidak mudah. Inovasi lainnya
misalnya dalam hal produk, mengubah pabrik senjata menjadi pabrik panci, tentu para
anggota tidak serta menrta menerima keputusan itu. Ingin melakukan inovasi dalam
pembelajaran dengan mengadiopsi sistem baru yang sama sekali tida ada dalam kerangka
berpikir pendidikan nasional kita, juga tidak mudah. Tentu untuk melakukan itu semua
memerlukan komunikasi. Komunikasi di awal untuk mempersuasi orang lain untuk
mendukung inovasi hingga memelihara inovasi yang sudah berjalan memerlukan strategi
tertentu.

Komunikasi organisasi berfungsi sosial dan pemeliharaan meliputi komunikasi yang dapat
membuat anggota dihargai, membangun hubungan antarpersona serta memotivasi orang
lain dengan menyatukan tujuan individu dan tujuan organisasi.

Functions of Communication In Organization

1. Production and Regulation

a. Determine goals and objectives

b. Define problem areas

c. Assess performance

d. Coordinate functionally interdependent tasks

e. Determine standards of performance outputs

f. Command, tell people what to do, give orders

g. Instruct, tell people how to carry out an order, dvelop procedures and policies

h. Lead and influence

2. Innovation

3. Social or maintanance

a. Whatever affects member self esteem

b. Interpersonal relationships in the organization

c. Motivation to integrate individual goals and organizational objectives

Myers & Myers 1992, pp.17


Komunikasi Organisasi dalam Kajian Interpersonal
Ada hal unik mengenai trend bekerja dalam dunia modern. Di satu sisi kemajuan teknologi
diasumsikan membuat orang semakin individual, tetapi pada kenyataannya tidak dalam hal
pengerjaan sebuah pekerjaan. Dalam dunia modern justru akan semakin sulit orang
mengerjakan segala sesuatu sendiri atau terasing dari lingkungannya. Pada saat ia ingin
mengerjakan sesuatu maka ia memerlukan pihak lain. Sebagai contoh misalnya pekerjaan
yang sangat individual sekalipun seperti penulis, ia memerlukan pihak lain untuk
menerbitkan karyanya, ia memerlukan distributor untuk mengedarkan karyanya, ia
memerlukan orang lain untuk membeli karyanya, ia memerlukan orang lain untuk mengelola
event dan publikasi bagi karyanya,dst

Dalam konteks organisasi yang lebih luas lagi, mau tidak mau seseorang harus
berhubungan dengan orang lain untuk menyelesaikan pekerjaannya. Jika nanti melihat
perkembangan paradigma dalam organisasi dan komunikasi organisasi, yang akan dibahas
pada bab selajutnya, akan tampak bahwa hubungan antar orang di dalam organisasi tidak
dapat lagi diabaikan

Dalam lingkungan kerja, hubungan antar persona berfungsi sebagai saling berbagi informasi,
pengambilan keputusan, berbagi pengaruh dan sebagai alat dan sistem salng dukung
secara emosional (Knapp & Dally, 2002 Bahkan Knapp & Dally mengutip beberapa bukti
bahwa hubungan yang sehat dalam lingkungan kerja akan meningkatkan kepuasan
karyawan, meningkatkan komitmen pada organisasi dan juga memperkecil turn over dari
karyawan (Knapp&Dally 2002,pp.615). Sehingga tentunya erat kaitannya itu semua dengan
efektifitas organisasi.

Hubungan dalam organisasi memang tidak tampak dalam struktur organisasi bahkan dalam
job description sekalipun tidak akan disebutkan bagaimana kita harus berhubungan dengan
orang lain. Hubungan dalam pekerjaan mau tidak mau harus diciptakan. Hubungan dalam
pekerjaan dapat dikatakan unik dan berbeda dengan hubungan lainnya karena tampaknya
tidak ada pilihan dalam hal hubungan dalam pekerjaa. Kita tidak mungkin selalu berpindah
tempat kerja hanya karena “tidak cocok” dengan orang-orang disekitar lingkungan kerja kita.
Mungkin dalam hal membina hubungan intim dengan orang lain, kita masih dapat memilih
tetapi tidak di lingkungan kerja. Hubungan dalam lingkungan kerja harus diciptakan.
Hubungan dapat diciptakan, dipelihara dan dikuatkan melalui komunikasi.

Dalam lingkungan kerja kita akan bertemu banyak orang dengan latar belakang yang
berbeda-beda. Kita memerlukan mereka untuk mengerjakan tugas-tugas kita. Mungkin kita
akan menemukan orang yang tidak menarik, emosi yang tidak stabil, pencuriga dan lain-lain.
Masing-masing memiliki persepsi yang berbeda tentang sesuatu. Mereka memiliki
pengalaman masa lalu tentang interaksi dengan orang lain yang berbeda – beda. Maisng-
masing akan berkomunikasi dengan pola interaksi berdasarkan pola pengalamnya tersebut.
Tetapi pertanyaan selanjutnya apakah itu akan “terbawa sampai mati” dan tidak dapat
diubah..tentu jawabannya TIDAK. Pola interaksi tersebut dapat diubah meskipun tidak
mudah. Mengubahnya dengan komunikasi yang intens antar pribadi tentunya.

Menurut Conrad & Poole (2002) dinyatakan bahwa dalam lingkungan kerja kita
berkomunikasi dengan berbagai status, dengan situasi (situation) kedekatan yang berbeda
(intimacy) dan dengan pilihan (choice) komunikasi yang berbeda juga.

Mengenai status, kita berkomunikasi denga berbagai level dan status dalam organisasi. Kita
akan berbeda jika berkomunikasi dengan atasan-bawahan atau orang antar divisi dengan
jabatan yang beda ataupun sama. Ada yang disebut sebagai equivalent status untuk
menggambarkan komunikasi dan hubungan antar sesama (peer relationship) dan different
status (atasan-bawahan, vice versa) (Knapp & Dally, 2002). Pada saat kita berkomunikasi
dengan mereka, baik dalam status sama maupun berbeda tentu kita memiliki cara yang
berbeda dan mengharapkan umpan balik serta perlakuan yang berbeda juga. Hubungan
antar kawan biasanya diwarnai dengan saling dukung dan nyaman sementara dengan status
yang berbeda, dengan atasan misalnya biasanya bernuansa evaluasi (meskipun tidak
selalunya demikian). Tetapi dengan sesama pun tidak selalunya saling dukung. Kedekatan
yang berbeda memunculkan pola komunikasi yang berbeda juga. Misalnya dalam rapat
sebuah divisi sering diwarnai dengan gosip, saling cela meskipun dalam konteks bercanda,
atau menceritakan sesuatu yang “agak di luar batas”, tentunya tidak semua anggota rapat
dapat menerima hal tersebut. Misalnya jika bahan pembicaraan tersebut bersinggungan
dengan nilai seseorang bisa jadi ia akan marah, meskipun dalam konteks ini dia adalah
kawan atau sesama kita.

Kaitannya dengan status, kedekatan juga mejadi dimensi sebuah hubungan. Dalam sebuah
rapat (momen di atas), sesama kita menggunakan bahasa non verbal misalnya saling
berbisik, berkedip, dll, bahasa seperti ini dapat menyinggung orang yang tidak terlalu dekat
kita (mereka yang tentunya memiliki standra nilai hubungan yang berbeda dari orang-orang
yang saling dekat.

Mengikuti prinsip perkembangan sebuah hubungan (Devito, 1997), bahwa tahapan


hubungan antara manusia dimulai dari tahapan sosiologis, kultural dan psikologikal. Pada
tahapan intim/interpersonal, sebuah hubungan dapat saling mengevaluasi atau bahkan
dikatakan mereka punya “standar nilai” yang tidak dimiliki orang dalam hubungan yang lain.
Kedekatan dan ketidakdekatan dapat memunculkan konflik di antara orang-orang yang
saling berhubungan.
Pertemanan dalam mengerjakan tugas dapat memunculkan kedekatan yang lebih dalam
daripada hubungan dengan teman “ di luar tim” Hubungan yang saling dekat/intim akan
memunculkan keterbukaan, kejujuran dan saling percaya (Conrad&Poole 2002;p..13).

Seperti telah disebutkan di atas bahwa kita tidak dapat memilih hubungan dalam sebuah
organisasi atau tempat kerja, meskipun demikian kita dapat memilh dengan siapa kita akan
berteman. Atasan juga demikian. Ia tidak memilih siapa bawahannya tetapi ia dapat memilih
siapa yang akan dianggap “in grup: atau bukan. Dimensi hubungan yang ketiga atau pilihan,
menunjukkan hal ini.

Mengenai ketiga dimensi hubungan sebagai dimensi komunikasi organisasi yang kedua
dapat disimpulkan bahwa organisasi terdiri dari manusia. Mereka menyediakan anggota
mereka segala sesuatu untuk berhubungan. Kesempatan untuk bertemu dan berinteraksi,
emosi yang intense, harapan yang saling dibagikan tetapi organisasi juga menuntun,
menghalangi dan membuat kompleks sebuah hubungan.

Communication Function In Relational Contexts

1. Manager/Subordinate

a. Specific task directives: job instructions

b. Information design to produce understanding of the task in relation to other


organizational task: job rationale

c. Information about:organization procedures and practices

d. Feedback to the subordinates about performance

e. Information of an ideological character to influence a sense of


mission:indoctrination of goals

2. Peer or Horizontal Communication

a. Provide socioemotional supports among peers

b. Coordinate between peers and work process

c. Diffuse locus of control in organization

3. Subordinate/Manager

a. Communication about itself, performance and problems

b. Communication about others and their problems

c. Organizational practices and policies

d. What needs to be done and how to do it

Myers&Myers 1998,pp.17
Komunikasi Organisasi dan Kajian mengenai Konteks
Dimensi komunikasi yang selanjutnya adalah konteks. Dalam hal ini dipahami bahwa dalam
berkomunikasi, manusia melibatkan puhak lain dan melibatkan hubungannya dengan orang
tersebut. Melibatkan pihak lain dan supaya komunikasi seseorang dapat efektif maka antara
satu dan lainnya harus saling memahami. Memahami komunikasi dengan banyak pihak
maka tentu saja bukan hanya memahami teks yang diucapkannya tetapi juga konteks yang
melatarbelakanginya. Konteks yang melatarbelakangi seseorang dalam berkomunikasi akan
sangat banyak sekali dimensinya. Nilai dan keprcayaan seseorang hanyalah salah satunya.
Tekanan dan perbedaan kepercayaan atau nilai yang dianut menjadi penting untuk dilihat
dan dikelola. Hal ini pasti akan terjadi pada saat seseorang berkomunikasi dengan pihak
lain, baik satu lawan satu atau satu lawan banyak. Ini terjadi karena pada dasarnya masing-
masing individu yang terlibat dalam komunikasi pasti sudah memliki kerangka berpikir yang
terbina dari kepercayaan dan nilai yang dianutnya selama ini.

Anggaplah kita mulai memasuki dunia kerja pada usia 20 tahun. Dapat dibayangkan selama
20 tahun tentu saja kita terbentuk menjadi seseorang dengan konsep diri tertentu.
Bagaimana diri kita terbentuk dipengaruhi oleh pengalaman pribadi, status sosial ekonomi,
lokasi,ras, etnis, gender, kemampuan, umur, bahasa, dll. Boleh dikatakan di sini manusia
adalah produk budayanya. Budaya tidak selalu adalah dari daerah mana dia berasal tetapi
budaya dalam artian yang lebih luas. Mengenai identitas diri Okun (1999) mengutip Teori
perkembangan Rutter bahwa identitas diri akan mengalir mengikuti rentang kehidupan dan
pengaruh dengan pihak lain . Perubahan identitas diri ini ada yang konstan, ada beberapa
yang hilang dan muncul. Presentasi identitas diri berubah bukan hanya berdasarkan waktu
tetapi juga konteks. Perubahan tersebut dipengaruhi oleh orang lain dengan siapa kita
berinteraksi dalam sistem yang berbeda Seseorang juga harus dapat merepresentasikan
dirinya sebagai anggota keluarga, dengan kolega, dengan publik, dll. Jika seseorang tidak
mau berdaptasi maka akan banyak masalah menghadang dirinya.

Dalam konteks organisasi, mengenal diri menjadi penting. Seorang individu memiliki nilai
dan kepercayaan yang berbeda-beda pada saat ia memasuki organisasi. Seperti telah
disebut di atas, kepercayaan dan nilai yang ia bawa adalah hasil dari interaksi sebelumnya
dengan orang-orang dan sistem di dekatnya. Dalam hal motivasi misalnya, satu orang
dengan yang lainnya berbeda. Mulai dari harapan akan uang hingga aktualisasi diri.
Meninjau mengenai dimensi konteks komunikasi dalam organisasi, kita dapat melihat siapa
akan berkomunikasi dengan siapa dalam organisasi. tidak selamanya komunikasi terjadi
satu lawan satu (diadik). Melihat bagaimana karakter personal dan personal sebagai
kelompok maka perlu juga dipahami strategi komunikasi apa yang tepa untuk berkomunikasi
dalam konteks yang berbeda. Berikut ini adalah tabel yang menayangkan gambaran siapa
berkomunikasi dengan siapa saja dalam organisasi dan dengan saluran apa.

Konteks Organisasi dan Aktifitas Komunikasi

Myers & Myers 1998,pp.11


Komunikasi Organisasi sebagai kajian sistemik
Sebetulnya mengenai sistem akan dibahas lebih dalam pada bagian lain dari modul ini.
Sistem adalah jaringan ketergantungan antar komponen. Organisasi adalah sistem dari
individu-individu yang ingin mencapai tujuan – tujuannya melalui penciptaan dan
penginterpretasian pesan diantara jaringan antarpersona dan tugas yang sangat kompleks.
Komunikasi organisasi dikatakan sistemik karena secara simultan dipengaruhi oleh segala
hal yang membentuk sistem organisasi dan dan itulah proses kunci dimana hal dan sistem
itu dipelihara (Conrad & Poole 2002,pp.24).

Mengenai dimensi ini diharapkan bahwa organisasi harus mampu mencari jalan untuk dapat
sukses menghadapi masalah-masalah yang ada. Untuk dapat bertahan mereka perlu
melakukan kontrol dan mengkoordinasikan kegiatannya bersama dan kepada para
anggotanya. Strategi untuk mengontrol dan mengkoordinasikan bergantung pada
komunikasi karena melalui komunikasi organisasi dipelihara dan berubah.

Komunikasi Organisasi dan Public Relations


Kita tidak akan membahas terlalu jauh mengenai Public Relations. Pada bagian ini hanya
akan ditunjukkan dan dibukakan wacana apa kaitan antara Komunikasi Organisasi dan
Public Relations. Seperti tertera dalam Tujuan Instruksional mata kuliah ini, salah satunya
adalah, anda mahasiswa PR harus tahu dimana posisi Komunikasi Organisasi dan Public
Relations. Anda pun harus paham mengapa mata kuliah ini adalah mata kuliah jurusan

Sebetulnya jika dilihat dari paparan di atas sudah tampak jelas kaitan antara Komunikasi
Organisasi dan Public Relations, tetapi ada baiknya jika kita merangkum kembali dan
menujukkan apa kaitan antara Komunikasi Organisasi dan Public Relations.

Memang jika kita lihat dari berbagai literatur Komunikasi Organisasi, tidak banyak bahkan
hanya atau dua literatur yang secara eksplisit menyatakan kaitan antara Komunikasi
Organisasi dan Public Relations. Salah satu diantaranya adalah Jablin & Putnam (2001), ia
menyatakan bahwa pakar komunikasi organisasi lebih senang membahas aliran informasi
dari organisasi keluar organisasi (lingkungan). Biasanya mereka membahas masalah
mengenai komunikasi masaa, manajemen isu, risk communication. Tetapi ada juga yang
masih menumpukan perhatian mengenai aliran informasi di dalam organisasi dan
komunikasi atau hubungan interpersonal anatar anggota organisasi. Beberapa penelitian di
antaranya meneliti tentang bagaimana organisasi mengelola aliran informasi yang dilakukan
oleh Public Relations
Mengenai kaitan antara komunikasi organisasi dan PR, literatur komunikasi organisai seperti
dari Papa et al (1997) dan Goldhaber (1990) hampi sama menyatakan bahwa internal
relations dan employee relations adalah tugas PR dala komunikasi organisasi. Jika
disimpulkan intinya dari keduanya bahwa dengan pengelolaan komunikasi organisasi
(internal) oleh PR amka efisiensi operasional organisasi akan tercapai. Lebih lanjut lagi dan
melengkapi dari kedua literatur tersebut Heath (2001), menyatakan implikasinya komunikasi
yang baik dalam organisasi. Yang pertama adalah dampaknya pada organisasi, adalah jika
komunikasi yang buruk dalam organisasi akan menyebabkan produktifitas lambat, kualitas
menurun, turnover tinggi, dan kontribusi negatif pada iklim serta budaya.

Dampak kedua adanya komunikasi pada karyawan, adalah jika sistem komunikasi
organisasi buruk maka yang terjadi adalah munculnya frustrasi, ketakutan, ketidakpastian,
ketidakpuasan dan rasa putus asa. Tidak dapat diingkari, karyawan memerlukan informasi
untuk mengerjakan tugasnya dan untuk mengurangi ketidakpastian. Tidak mengherankan
apabila karyawan tidak memperoleh akses kepada informasi yang mereka perlukan maka
mereka akan frustrasi.

Fungsi PR sebagai manajemen komunikasi adalah bertugas mengelola komunikasi anggota


organisasi sehingga mereka bersama – sama dapat memberikan sokongan pada organissai
untuk mencapai tujuannya.

Implikasi Metodologis
Pada sessi ini tidak akan dibahas secara detail implikasi metodologis apa yang dapat dipetik
dari materi ini. Pada sessi hanya diingatkan kembali bahwa dengan menemukan masalah-
masalah yang ada pada komunikasi organisasi maka mahasiswa diharapkan mampu
mengangkatnya menjadi topik penelitian nantinya.

Jika dikaji perkembangan penelitian komunikasi organisasi telah berkembang dari masa ke
masa. Seperti halnya perkembangan aktifitas komunikasi maka perkembangan penelitian
komunikasi organisasipun sudah tidak lagi menumpukan pada ketrampilan komunikasi PR
dalam mengelola komunikasi internal atau ketrampilan komunikasi anggota organsiasi saja
tetapi meluas kepada masalah-masalah makro yang ada pada komunikasi dalam organisasi.
penelitian tersebut juga dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.

Miller dalam Jablin (2001) menyatakan bahwa trend perkembangan penelitian kuantitatif
yang ada pada komunikasi organisasi berkembang dari tahun 1970 an yang menekenkan
pada aliran informasi dalam organisasi dengan metode eksperimen dan survey, tahun 1980
an membahas mengenai budaya, tahun berikutnya berankan kepada penelitian interpretif
serta kritis, dengan berbagai level analisis. Level analisa yang dapat dilakukan pada
penelitian komunikasi organisasi misalnya melibatkan proses psikologi komunikasi pada
level individu seperti misalnya persepsi, kognisi, dll, level diadik atau interaksi grup misalnya
dalam jaringan, budaya serta iklim, pengambilan keputusan grup tentu berbeda dengan
pengambilan keputusan individu

Taylor & Trujillo dalam jablin (2001) menyatakan bahwa selama dua dekade terakhir
penelitian kualitatif. Perkembangan ini tampaknya seiring dengan perkembangan paradigma
interpretif dan kritis yang beberapa peneluti masih mergaukan “keabsahannya” apabila
masalah-masalah yang berkaitan dengan hal tersebut diteliliti dengan pendekatan kualitatif.
Perkembangan penelitian kualitatif ini juga menunjukkan perkembangan ilmu sosial lain
seperti antropologi, sosiologi, manajemen, dll, yang turut serta mempengaruhi
perkembangan ilmu komunikasi. Herndon & Kreps (2001) mendukung hal ini dengan
menyatkan bahwa biasanya penelitian kualitatif yang dilakukan dalam komunikais organisasi
adalah mengenai budaya organisasi dan simbol atau ritual yang terjadi dalam kehidupan
organisasi. Taylor & trujillo menyebutkan bahwa kajian mengenai hubungan antarpersona
dalam organisasi, ketrampilan komunikasi dan strategi, dll juga mulai diteliti secara kualitatif.
Kesemuanya itu dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan menggunakan berbagai
metode misalnya etnografi. Kajian mengenai gender, budaya dan kritis juga mulai dilakukan.
Penutup
Ringkasan
Pada dasarnya mempelajari komunikasi organisasi adalah berarti memahami tentang
organisasi dan komunikasi yang berada di dalamnya. Komunikasi dalam organisasi dapat
dilihat dari berbagai dimensi, diantaranya adalah dari dimensi struktur, relasi atau hubungan
an konteks/kontekstual serta sistem.

Komunikasi organisasi sendiri erat kaitannya dengan PR. Jika PR dipandang sebagai fungsi
manajemen komunikasi maka komunikasi organisasi dalam hal ini adalah komunikasi dalam
organisasi dan kaitannya dengan lingkungan luar organisasi menjadi tugas utama PR dalam
mengelolanya.

Pada mata kuliah komunikasi organisasi, mahasiswa akan diperkenalkan dengan berbagai
macam gejala serta masalah komunikasi yang terjadi dalam organisasi. Selain diharapkan
mahasiswa dapat memanfaatkan pemahaman dalam mata kuliah ini untuk mengidentifikasi
dan menyelesaikannya, mahasiswa dapat pula mengangkat masalah-masalah tersebut
sebagai bahan penelitian.

Tugas – Identifikasi Konteks Komunikasi dalam Organisasi

Tujuan dan Manfaat dari Tugas


Melalui tugas ini diharapkan anda mampu mengenali keragaman konteks komunikasi yang
ada dalam lingkungan pekerjaan anda. Identifikasi tersebut dapat dijadikan sebagai kasus
yang dapat dibagikan kepada peserta lain dalam mata kuliah.

Identifikasilah konteks komunikasi dalam organisasi anda, lihat tabel Organisasi dan Aktifitas
Komunikasi. Untuk mengawalinya gambarkan secara singkat perusahaan anda beserta
strukturnya. Jelaskan apakah dalam organisasi anda ada PR. Jika ya gambarkan job
descriptionya. Jika tidak biasanya fungsi komunikasi dilakukan oleh siapa. Pengamatan
dilakukan cukup dalam divisi anda saja
Kaitkan dengan yang sesungguhnya terjadi dalam pekerjaan anda.
 Diadik, Small, Large dan Kolektif
 Siapa berbicara dengan siapa
 Dalam Aktifitas apa dan bagaimana atau media apa yang digunakan.
Maksimal 3 halaman. Dengan font Arial 11, 1,5 spasi, ukuran A4. Diattach dalam bentuk
PDF file.
SUMBER BACAAN

Cheney, George et al 2004, Organizational Communication in an Age of


Globalization:Issues, Reflections, Practices, Waveland, USA

Conrad, Charles & Marshall Scott Poole 2002, Strategic Organizational Communication in a
Global Economy, Harcourt College, USA

Devito, Joseph A, Agus Maulana (alih bahasa) 1997, Komunikasi Antarmanusia,


Professional books, Jakarta

Farell, Warren 2005, Why Men Earn More, AMACOM, USA

Hall, Richard H 1999, Organizations. Structures, Process, and Outcomes, Prentice Hall,
USA

Hendry, Chris et al 1995, Strategy through people: Adaptation and learning in the small-
medium Enterprise, Routledge, London

Hofstede, Geert & Gert Jan Hofstede 2005, Cultures and organizations Software of the Mind.
Intercultural Cooperation and Its Importance for Survival, Mc.Graw Hill, USA

Herndon, Sandra L & Gary L.Kreps 2001, Qualitative Research: Applications in


Organizational Life, Hampton Press, USA

Goldhaber, Gerald M 1990, Organizational Communication, Wm.C.Brown, USA

Kazoleas, Dean 2001, Improving Corporate and Organizational Communications: A New


Look at Developing and Implementing the Communication Audit, in Heath, Robert L &
Gabriel Vasquez (eds) Handbook of Public Relations, sage publication, London

Jones, Gareth R 1993, Organizational Theory Text and Cases, Addison Wesley, Minnesota,

Knapp, Mark L & John A Dally 2002, Handbook of Interpersonal Communication,Sage


Publications, USA

Lubis, Hari & Martani Huseini 1987, Teori Organisasi:suatu pendekatan makro, PAU Ilmu-
Ilmu Sosial Universitas Indonesia, Jakarta

Myers, Michele Tolela & Gail E. Myers 1982, Managing By Communication An


Organizational Approach, Mc.Graw Hill, Japan

Okun, Barbara F, et al 1999, Understanding Diversity. A Learning as Practice primer,


Brooks/Cole, UK

Pace, R.Wayne, Deddy Mulyana (alih bahasa) 2000, Komunikasi Organisasi Strategi
Meningkatkan Kinerja Perusahaan, Rosdakarya, Bandung

Robbins, Stephen P , Jusuf Udaya (alih bahasa) 1994, Teori Organisasi. Struktur, Desain
dan Aplikasinya, Arcan, Bandung
Sutcliffe, Kathleen M 2001, Organizational Environments and Organizational Information
Processing, in Jablin, Frederic M & Linda L.Putnam ,The New Handbook of
Organizational Communication: Advances in Theory, Research and Methods, Sage
Publications, London

Taylor, Bryan C & Nick trujillo 2001, Qualitative Research Methods, in Jablin, Frederic M &
Linda L.Putnam ,The New Handbook of Organizational Communication: Advances in
Theory, Research and Methods, Sage Publications, London

--------------------------- End of This Session------------------------------

Anda mungkin juga menyukai