Anda di halaman 1dari 4

Nama : Chaerany Thalia

Prodi : PJKR
Tingkat 1 Semester 2
NPM : 8520120048
Pembelajaran Olahraga Tradisional

Sejarah Permainan Tradisional Kelereng (Gundu)

Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca, tanah liat, atau agate.
Ukuran kelereng sangat bermacam-macam, umumnya ½ inci (1.25 cm) dari ujung ke ujung.
Hampir seluruh anak di Indonesia menyukai permainan kelereng. Di setiap daerah di Negeri
ini kelereng memiliki nama yang berbeda-beda. Orang Betawi menyebut kelereng dengan
nama gundu. Orang Jawa, neker. Di Sunda, kaleci. Palembang, ekar, di Banjar, kleker dan
masih banyak lagi.
Sejak abad ke-12, di Prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di
Belanda, para Sinyo-Sinyo itu menyebutnya dengan knikkers. Lantas, adakah pengaruh
Belanda, khususnya di Jawa, knikkers diserap menjadi nekker? Mengingat, Belanda pernah
‘numpang hidup’ di Indonesia.
Tahun, 1694. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri
digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman.
Namun, jauh sebelumnya, anak-anak di Inggris telah akrab menyebutnya dengan bowls atau
knikkers.
Kelereng populer di Inggris dan negara Eropa lain sejak abad ke-16 hingga 19. Setelah itu
baru menyebar ke Amerika. Bahan pembuatnya adalah tanah liat dan diproduksi besar-
besaran.
Awalnya dari Prancis lalu menyebar ke negara Mesir, tidak hanya Mesir, Yunani pun
menjadi bagian penyebaran awal permainan ini, permainan kelereng dikenal kan oleh orang-
orang Romawi. Di Perancis mereka menyebutnya dengan sebutan Pentaque. Bedanya, jika
permainan kelereng menggunakan gundu yang berukuran kecil, Pentaque memerlukan dua
jenis bola yang mempunyai ukuran yang cukup besar yang terbuat dari kayu jati dan baja.
Pentaque ini pertama kali diperkenalkan oleh Suku Gaule (Perancis Kuno).
Jauh pada peradaban Mesir kuno, tahun 3000 SM, kelereng terbuat dari batu atau tanah liat.
Kelereng tertua koleksi The British Museum di London berasal dari tahun 2000-1700 SM.
Kelereng tersebut ditemukan di Kreta pada situs Minoan of Petsofa.
Pada masa Rowami, permainan Kelereng juga sudah dimainkan secara luas. Bahkan, menjadi
salah satu bagian dari festival Saturnalia, yang diadakan saat menjelang perayaaan Natal. Saat
itu semua orang saling memberikan sekantung biji-bijian yang berfungsi sebagai kelereng
tanda persahabatan.
Salah seorang penggemar kelereng adalah Octavian, kelak menjadi Kaisar Agustus.
Layaknya permainan, di Romawi saat itu juga mempunyai aturan-aturan resmi. Peraturan
tersebut menjadi dasar permainan sekarang.
Teknologi pembuatan kelereng kaca ditemukan pada 1864 di Jerman. Kelereng yang semula
satu warna, menjadi berwarna-warni mirip permen. Teknologi ini segera menyebar ke seluruh
Eropa dan Amerika. Namun, akibat Perang Dunia II, pengiriman mesin pembuat kelereng itu
sempat terhenti dan akhirnya masing-masing negara mengembangkannya sendiri.
Manfaat yang di dapat anak dari bermain kelereng adalah :
1. Mengatur Emosi (Relaks), Bermain kelereng sangat menyenangkan bagi anak.
Kesenangan inilah yang memunculkan unsur relaks yang membantu anak keluar
sebentar dari rutinitasnya sehari-hari untuk “me-recharge” kembali baterai energinya.
Bila energinya sudah kembali penuh, tentu baik sebagai persiapan menghadapi hal-hal
yang serius, seperti belajar.
2. Melatih Kemampuan Motorik Kegiatan-kegiatan dalam permainan ini, seperti
melempar dan menyentil kelereng, dapat melatih keterampilan motorik halus dan
kasar di usia sekolah. Makin baik kemampuan motorik, koordinasi visual dan
konsentrasinya maka anak pun semakin mahir untuk menembakkan kelereng-
kelerengnya.
3. Melatih Kemampuan Berfikir (kognitif) Kemampuan berpikir anak ikut dirangsang
dalam permainan ini. Misalnya, jika ia ingin memenangkan permainan maka harus
memecahkan masalah dan menggunakan strategi dengan menggunakan teknik-teknik
tertentu.
4. Kemampuan Berkompetensi Keberhasilan anak menjalani suatu teknik yang lantas
memperoleh tanggapan dari para lawan nya merupakan hadiah tersendiri bagi anak.
Adanya perasaan bersaing di usia sekolah sangat penting untuk membentuk perasaan
harga diri.
5. Kemampuan Sosial (Menjalin Pertemanan) Yang paling penting dari kegiatan
bermain adalah bagaimana anak mampu menjalin pertemanan dengan kawan
mainnya. Jangan lupa, hubungan pertemanan akan memberi kesempatan pada anak
untuk mempelajari konteks sosial yang lebih luas. Misal, ia jadi belajar bekerja sama,
belajar mengatasi konflik ketika terjadi pertengkaran pada saat bermain dengan
temannya, serta belajar mengomunikasikan keinginan dan pikirannya.
6. Bersikap Jujur Anak juga punya kesempatan mengembangkan karakter dan
kepribadian yang positif ketika bermain, seperti pentingnya kejujuran dan fairness.
Kecintaannya pada nilai-nilai yang benar merupakan landasan dalam menjalin
hubungan dengan orang lain di masa yang akan datang.
Alat yang Diperlukan

1. Kelereng sesuai kebutuhan pemain


2. Lapangan kosong sebagai arena kelereng
3. Kapur atau tongkat untuk membuat garis permainan

Peraturan Permainan

1. Untuk memilih sebagai penembak yang bermain di awal maka bisa dilakukkan
dengan hopimpa untuk mendapatkan giliran bermain.
2. Para pemain mengumpulkan kelerengnya ditengah lingkaran arena kelereng, bisa
3 – 7 kelereng.
3. Untuk penembak pertama diam digaris yang tidak terlalu jauh dari lingkaran arena
kelereng, kemudian menggulirkan kelerengnya ke arah kumpulan kelereng sampai
kumpulan kelereng itu berantakan, kemudian bisa langsung dimulai untuk
mengarahkan ke target kelereng terdekat
4. Penembak yang mampu mengarahkan kelereng menuju target kelereng maka
kelereng itu menjadi hak milik sang penembak
5. Jika penembak kehilangan posisinya atau tidak kena pada target maka gilirannya
dianggap selesai, dan diganti gilirannya dengan penembak yang lain.
6. Siapa yang paling banyak mendapatkan kelereng dari hasil mengarahkan kelereng
menuju kelereng target, maka dialah pemenangnya.

Cara Bermain

Cara yang paling dasar untuk memainkan permainan kelereng, sebagai berikut :

1. Pertama lapangan/lingkaran bermain yang harus dibentuk. Lebih cocok dibuat di


taman bermain berpasir.
2. Semua pemain perlu memberikan kontribusi sejumlah kelereng kecil ke tengah
ring. Kelereng ini disusun dalam bentuk gambar +, dengan masing-masing
marmer spasi beberapa inci terpisah.
3. Kelereng di ring dianggap sasaran buat setiap penembak. Para pemenang dari
setiap permainan akan menyimpan semua kelereng yang dimainkan sebagai denda
dan imbalan dari permainan yang dimainkan bersama itu.
4. Penembak pertama bisa memposisikan kelerengnya sesuai tempat terakhir ketika
kelereng itu digulirkan/dilempar. Tujuan dari permainan dasar kelereng ialah buat
menjatuhkan kelereng sasaran atau penembak pemain lain benar-benar keluar dari
ring tanpa mengirim penembak Anda sendiri di luar batas.
5. Penembak pertama umumnya bertujuan ke susunan pusat kelereng dan
menempatkan penembak di sebuah celah yang dibentuk oleh menyelipkan ibu jari
di belakang buku jari keduanya atau jari telunjuknya. Jari telunjuk memegang
jempol dalam ketegangan sampai pemain buat mengambil ancang ancang buat
menembak.
6. Menggunakan teknik itu harus cukup kuat buat menggerakkan ketukan penembak
yang lebih besar ke dalam lingkaran dan memaksa setidaknya satu kelereng keluar
dari lingkaran.
7. Selama penembak terus mengirim kelereng keluar dari ring tanpa kehilangan
posisinya atau selalu kena, maka akan bisa giliran terus. Jika penembak gagal buat
melumpuhkan kelereng lawan, gilirannya dianggap selesai.
8. Sebuah permainan kelereng berakhir ketika semua kelereng telah tersingkir dari
ring. Pemain layak menghitung jumlah kelereng yang telah mereka kumpulkan
dan satu dengan kelereng yang paling banyak dinyatakan sebagai pemenang dari
permainan itu.
9. Putaran selanjutnya bisa dimainkan buat menentukan kampiun utama, atau
mungkin hanya bermain terus sampai pemain kehabisan kelereng buat membuat
putaran selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai