Anda di halaman 1dari 2

Berharap yang Terbaik di Paralimpiade Tokyo 2020

Setelah Olimpiade, perhatian publik beralih ke Paralimpiade Tokyo 2020 mulai Selasa (24/8/2021) ini.
Indonesia menanti aksi terbaik para atlet.

Oleh

REDAKSI

24 Agustus 2021 07:00 WIB

Pebalap sepeda Paralimpiade Indonesia, Muhammad Fadli Imammuddin, menjajal lintasan Izu
Velodrome, Shizuoka, Jepang, Jumat (20/8/2021). Fadli berkompetisi di Paralimpiade sejak ia
memutuskan menjadi pebalap sepeda Paralimpiade pada 2017.

Bermula dari Paralimpiade Roma 1960, tahun ini kalender Paralimpiade memasuki edisi ke-16, dengan
Paralimpiade Tokyo 2020 akan mulai digelar. Sebanyak 163 negara dan total 4.537 atlet akan
berpartisipasi dalam 22 cabang olahraga.

Para atlet difabel telah tiba di Athlete Village (Perkampungan Atlet). Di tengah pandemi Covid-19,
suasana di Tokyo saat Paralimpiade tak akan jauh beda dengan Olimpiade. Semua arena terlarang bagi
penonton asing, dan para atlet juga hanya beraktivitas dari Perkampungan Atlet menuju gelanggang.
Akses penonton lokal ke arena juga dibatasi.

Dalam upacara pembukaan, Selasa (27/8/2021) ini, direncanakan hanya 900 orang akan hadir secara
fisik di Stadion Olimpiade. Berbagai aturan terkait dengan protokol kesehatan itu membuat suasana
jelang Paralimpiade, juga Olimpiade yang belum lama berakhir, terasa aneh bagi warga Jepang.
Terutama, bagi mereka yang pernah merasakan kemeriahan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo 1964.

Petenis meja Paralimpiade Indonesia, David Jacobs, dalam penampilannya di Asian Paragames Jakarta
2018. David menjadi salah satu andalan Indonesia di cabang tenis meja Paralimpiade Tokyo 2020.

Publik Indonesia berharap aksi terbaik dari 23 atlet Paralimpiade ”Merah Putih” yang akan berlaga. Dari
penampilan sebelumnya di Paralimpiade Rio de Janeiro 2016, kontingen Indonesia meraih satu medali
perunggu melalui lifter angkat berat putri Ni Nengah Widiasih. Satu perunggu juga diraih pada
Paralimpiade London 2012 melalui petenis meja tunggal putra David Jacobs.

Meski hanya meraih masing-masing satu perunggu pada dua Paralimpiade sebelumnya, Indonesia punya
modal optimisme dari prestasi di Asian Paragames Jakarta 2018. Ketika itu, RI bertengger di peringkat
kelima klasemen medali, dengan 37 emas, 47 perak, 51 perunggu. Empat kontingen di atas Indonesia
meliputi China di puncak klasemen, disusul Korea Selatan, Iran, dan Jepang.

Persaingan di Asian Paragames tentu jauh berbeda dengan Paralimpiade. Namun, bermodal pencapaian
tersebut, sepatutnya Indonesia menetapkan target melebihi hanya satu perunggu, seperti dua event
sebelumnya.

Atlet angkat berat Paralimpiade, Ni Nengah Widiasih, saat bertanding di final kelas di atas 86 kilogram
Asian Paragames 2018 di Balai Sudirman, Jakarta, 11 Oktober 2018.
Seiring dengan harapan itu, kita layak mendukung target medali Komite Paralimpiade Nasional, yakni
satu emas dan satu perak dari bulu tangkis, satu perunggu dari angkat berat, satu perunggu tenis meja,
dan satu perunggu di atletik.

Para atlet Paralimpiade sedari awal adalah pribadi-pribadi tangguh karena mayoritas sosok-sosok yang
pernah terpuruk, tetapi bisa bangkit. Pebalap sepeda difabel, M Fadli Imammuddin, misalnya,
mengalami cedera parah saat berkarier sebagai pebalap sepeda motor. Ia lantas bangkit dan kini
menjadi andalan Indonesia di balap sepeda Paralimpiade.

Atlet-atlet Paralimpiade lainnya juga difabel sejak lahir, atau akibat kecelakaan seperti Fadli. Mereka
kemudian bangkit, menemukan kepercayaan diri, berlatih keras sebagai atlet, dan berjuang
mengharumkan nama negara. Doa dan dukungan kita mengiringi atlet-atlet Indonesia di Paralimpiade
Tokyo 2020.

Anda mungkin juga menyukai