Anda di halaman 1dari 28

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/346563401

ANALISIS POTENSI WISATA DESA DENGAN KERANGKA 6A STUDI KASUS


DESA NGAJUM, MALANG

Article · November 2020


DOI: 10.36276/mws.v18i2.362

CITATION READS

1 624

3 authors, including:

Agung Yoga Asmoro Alditia Detmuliati


Akademi Pariwisata Nasional, Banjarmasin; Sekolah Tinggi Pariwisata Satya Widy… Sriwijaya State Polytechnic
50 PUBLICATIONS   15 CITATIONS    4 PUBLICATIONS   2 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Lampung Tourism Promotion Board View project

Airlines Carbon Footprints (an Indonesian case) View project

All content following this page was uploaded by Agung Yoga Asmoro on 02 December 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

ANALISIS POTENSI WISATA DESA DENGAN KERANGKA 6A


STUDI KASUS DESA NGAJUM, MALANG

Agung Yoga Asmoro1, Thamrin B. Bachri2, Alditia Detmuliati3


1
Akademi Pariwisata Nasional, Banjarmasin, Indonesia, agungyoga@gmail.com
2
Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, Bandung, Indonesia, thamrinbachri@gmail.com
3
Politeknik Negeri Sriwijaya, Palembang, Indonesia, alditiadetmuliati@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi wisata baik dari sisi
Histori Artikel produk maupun pasar wisata sebagai langkah awal dari pengembangan
kepariwisataan di Desa Ngajum. Penelitian ini merupakan community-
Submitted: based research yang diimplementasikan dengan pendekatan
25 September2020 Participatory Action Research. Analisis dilakukan melalui pendekatan
Reviewed:
1 Oktober 2020
komponen produk wisata 6A’s tanpa mengabaikan analisis pasar wisata.
Accepted: Temuan penelitian ini adalah bahwa Desa Ngajum memiliki potensi
14 Oktober 2020 wisata yang belum tergali. Kekurangan pada sisi komponen attractions
Published: dan available packages akan dapat teratasi dengan dikembangkannya
15 November 2020 atraksi wisata buatan pada lahan A, terdapat potensi aktivitas ekowisata
pada lahan B, agrowisata pada perkebunan kopi rakyat, wisata spiritual
di Padepokan Soerjo Alam, serta potensi kolaborasi factory tour dengan Pabrik Susu
Greenfield. Potensi ini harus dirancang bertahap agar mendapatkan hasil yang optimal bagi
masyarakat dengan melibatkan peranan Bumdes dan Pokdarwis sebagai aktor utama. Pada
akhirnya komponen amenities sudah cukup baik, sedangkan activities akan selaras dengan
pengembangan attractions. Adapun komponen accessibilities dan ancillary services
merupakan komponen produk wisata yang sudah dapat dikategorikan dalam kondisi baik.
Kata Kunci: Produk Wisata; Analisis Pasar Wisata; Wisata Desa; Ngajum
ANALYSIS OF RURAL TOURISM POTENTIALS USING 6A FRAMEWORK
A CASE STUDY IN NGAJUM VILLAGE, MALANG

ABSTRACT
This study aims to map tourism potential both in terms of tourism products and markets as an
initial step in developing tourism in Ngajum Village. This research is community-based
research implemented using the Participatory Action Research approach. The analysis was
carried out through 6A's tourism product component approach without disregarding the
tourism market analysis. The findings of this study are that Ngajum Village had untapped
tourism potentials. Weaknesses in the components of attractions and available packages will
be resolved by developing artificial attraction on land A, the potential for ecotourism
activities on land B, agro-tourism on people's coffee plantations, spiritual tourism in
Padepokan Soerjo Alam, as well as the potential for factory tour collaborations with
Greenfield Dairy Factory. These potentials must be designed in stages to obtain optimal
outcomes for the community by involving the roles of BUMDES and Pokdarwis as the main
actors. In the end, the amenities component is considerably good, while the activities will
align with the development of the attraction. The accessibilities and ancillary services are in
good condition.
Keywords : Tourism Product; Tourism Market Analysis; Rural Tourism; Ngajum

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
Doi: 10.36275/mws
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

PENDAHULUAN pengembangan kepariwisataan dalam ruang


Undang-Undang RI No 6 Tahun 2014 lingkup desa melalui pengelolaan 3 (tiga)
Tentang Desa yang diundangkan tanggal 15 lembaga yang berbentuk (1) Kelompok Sadar
Januari 2014 lalu menjadi tonggak awal Wisata (Pokdarwis), (2) Koperasi, dan (3)
perubahan terhadap nasib puluhan ribu desa Bumdes (Kementerian Pariwisata, 2019, pp.
di Indonesia. Jumlah dana desa berlipat 14–15), dimana praktik pengelolaan desa wisata
ganda dari yang semula tidak signifikan yang dilakukan oleh Pokdarwis diantaranya
menjadi sekitar satu miliar rupiah bagi seluruh dilakukan oleh Desa Ambengan di Kabupaten
Indonesia (Cahyono et al., 2020). Undang- Buleleng (Arcana & Wiweka, 2015), Desa
Undang ini memberikan payung hukum terkait Wisata Nglanggeran (Hermawan, 2017), atau
otonomi langsung yang diberikan kepada desa- Desa Wisata Kebonagung di Yogyakarta
desa dalam mengurus rumah tangganya sendiri (Haryanto, 2014). Sementara pengelolaan dalam
melalui aliran dana desa yang dikirimkan bentuk Koperasi dapat ditemukan pada Desa
langsung dari APBN ke daerah/kabupaten dan Kasongan (Daher, 2016), Desa Candirejo
selanjutnya ke rekening desa dengan jumlah (Farhan, 2018; Pradhana, 2012), maupun Desa
yang signifikan jika dibandingkan dengan Wisata Gubugklakah (Febriana & Pangestuti,
anggaran dana desa pada periode tahun-tahun 2018). Sedangkan pengelolaan desa wisata yang
sebelumnya (Wardani & Utami, 2020). dilakukan oleh Bumdes kita dapatkan di Desa
Sekapuk (Asmoro & Aziz, 2020), Desa Belik
Tentu saja turunnya dana desa diharapkan dapat (Rini & Tarigan, 2020), dan Desa Ponggok di
mendorong desa untuk dapat melakukan Klaten (Subehi et al., 2020).
perubahan agar meraih kemajuan lebih baik.
Walau pada kenyataannya, dana desa ini bukan Desa Ngajum adalah salah satu desa di
tanpa permasalahan. Penggelapan Dana Desa Kabupaten Malang yang berlokasi di perlintasan
sebesar Rp400 juta yang dilakukan oleh seorang jalur wisata Malang – kawasan wisata religi
oknum bendahara desa (Wardani & Utami, Gunung Kawi. Saat ini upaya pengembangan
2020), adalah satu potret permasalahan ini. pariwisata di Desa Ngajum masih dalam tahap
Secara nasional tercatat sedikitnya terjaring 184 wacana. Berdasarkan wawancara awal dengan
tersangka dari 181 kasus korupsi dana desa pihak pemerintah Desa Ngajum ditemukan
dengan nilai kerugian sebesar Rp 40,6 miliar informasi bahwa pada tahun 2020 pihak
(Fauzanto, 2020). Terlepas dari berbagai pemerintah desa sudah mengalokasikan
permasalahan yang ada, banyak pula contoh anggaran untuk pengembangan wisata kolam
kesuksesan pemanfaatan dana desa yang bisa renang di Desa Ngajum, namun sehubungan
kita amati, diantaranya seperti yang terjadi dengan pandemi covid, maka anggaran tersebut
dalam pelaksanaan pengelolaan dana desa yang harus dialokasikan untuk penangangan
memberikan pengaruh terhadap efektivitas pandemi.
program desa sejahtera mandiri (Sunardi & Namun demikian, pengembangan pariwisata
Lesmana, 2020), peningkatan taraf hidup dan tentu haruslah membutuhkan tahapan
keterampilan masyarakat (Ashar & Agustang, perencanaan yang komprehensif (Rahmafitria et
2020), dan tentunya pemanfaatan untuk al., 2020; Tosun & Timothy, 2001). Dalam
pengembangan wisata desa/desa wisata (Fikri & konteks desa, hal ini untuk mencegah potensi
Septiawan, 2020). permasalahan di masa yang akan datang terkait
Fenomena makin maraknya pengembangan dengan ketidaksesuaian sumberdaya, serta
desa wisata/wisata desa ini memang berjalan pertanggungjawaban alokasi dana desa
selaras dengan diberlakukannya UU Desa (Aly, sebagaimana yang juga telah terjadi pada desa-
2019) dalam (Asmoro, Aly, et al., 2020). desa lainnya (Fauzanto, 2020), sehingga dalam
Bahkan di Jawa Timur saja terdapat 479 desa penyelenggaraan pemerintahan, pemerintah
yang sudah mengembangkan pariwisata di desa haruslah mematuhi azas-azas penting, yaitu
ruang lingkup wilayahnya (CNN Indonesia, (1) kepastian hukum, (2) tertib dalam
2020). Dalam praktiknya, desa melakukan menyelenggarakan pemerintahan, (3) tertib

232 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

dalam kepentingan untuk umum (4) pada TN Ujung Kulon pernah dilakukan oleh
keterbukaan, (5) proporsionalitas, (6) (Komarani et al., 2015); juga (Tyas &
profesionalitas, (7) akuntabilitas, (8) efektivitas, Damayanti, 2018) yang mengeksplorasi potensi
(9) kearifan lokal, (10) keberagaman, dan (11) pengembangan desa wisata batik; dan
partisipatif (Undang-Undang RI No 6 Tahun pengidentifikasian potensi wisata untuk
2014 Tentang Desa, 2014). Azas-azas ini lah dimanfaatkan sebagai modal pengembangan
yang seharusnya menjadi landasan di dalam pariwisata berbasiskan masyarakat (Sutedjo,
menyelenggarakan pemerintahan desa (Fikri & 2019).
Septiawan, 2020). Sejauh ini tidak ditemukan satu studi yang
Di sisi lain perencanaan pariwisata juga telah pernah dilakukan terkait identifikasi potensi
berevolusi dan bermigrasi dari hanya sekedar wisata di Desa Ngajum. Adapun beberapa
perencanaan ke suatu kawasan liburan yang penelitian yang pernah dilakukan di Desa
dilakukan saat waktu senggang, ke model Ngajum (Fatima et al., 2019; Khasanah &
perencanaan yang lebih kompleks. Sebut saja Susilowati, 2017; Sita Dewi & Yulaika,
realitas fenomena “over tourism” (Butler, 2019; 2019),kesemua studi tidak berkaitan dengan
Wall, 2020), pergeseran dari konsep waktu pariwisata sama sekali. Berdasarkan fakta-fakta
bebas dan tidak bekerja menjadi konsep di atas, maka diperlukan satu studi terkait
pariwisata holistik (C. Costa, 2019) karena para dengan pengidentifikasian potensi wisata yang
wisatawan senantiasa terhubung secara digital bertujuan untuk memetakan potensi wisata baik
ke pekerjaan mereka sepanjang waktu bahkan di dari sisi pasar, maupun produk sebagai langkah
saat mereka berwisata (Tanti & Buhalis, 2017), awal dari pengembangan kepariwisataan di
serta iklim kompetisi pariwisata yang semakin Desa Ngajum, Kecamatan Ngajung, Kabupaten
tinggi dimana keberhasilan destinasi semakin Malang.
bergantung pada kesan mendalam di benak
pengunjung (potensial dan aktual) untuk
mendapatkan posisi kompetitif (C. Costa, 2019, LITERATUR REVIEW
2020). Namun satu hal yang tetap sama adalah, Dalam setiap pembahasan pariwisata maka
bahwa proses identifikasi adalah merupakan kita tidak akan terlepas dari perspektif sistem
salah satu tahapan awal dari sebuah pariwisata yang di dalamnya membahas
perencanaan (Pontoh & Kustiwan, 2009) untuk tentang asal wisatawan dan tujuan wisata
“mencari, menemukan, mengumpulkan, (Leiper, 1990), sisi pasar (Phillip Kotler et al.,
meneliti, melakukan pendaftaran/pendataan, dan 2017; Morrison, 2013; Swarbrooke &
mencatat informasi dari lapangan” (Pusat Horner, 2007) dan destinasi (produk)
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional & (Hodgson, 1990; Jeffries, 1971; Smith,
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994), sisi penawaran dan permintaan (Law et
2007). al., 2019; Song et al., 2019), dimana diantara
Studi identifikasi wisata bukanlah barang baru, kedua kutub ini terdapat pihak-pihak yang
sudah ratusan atau bahkan ribuan studi memainkan peran sebagai perantara,
identifikasi wisata yang telah dilakukan dengan kesemuanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
berbagai peruntukan kepentingan, diantaranya lingkungan pemberi pengaruh. Jika sistem
(Maulany et al., 2018; Sriwi & Hulfa, 2019) pariwisata ini diturunkan hingga tingkat desa,
yang melakukan studi untuk mengetahui potensi tetap saja tidak mengubah kompleksitas dari
obyek ekowisata, berupa data biofisik dan sistem kepariwisataan ini. Tingkat interaksi dan
budaya masyarakat; atau (Atmoko, 2014; kompleksitas pengembangan pariwisata
Priyanto, 2016; Susyanti & Latianingsih, 2013) pedesaan tetap multi-actors. Dari perspektif
yang melakukan studi untuk mengidentifikasi penawaran dan permintaan pariwisata,
potensi suatu desa untuk menjadi desa wisata. pengembangan pariwisata pedesaan
Pengidentifikasian potensi wisata alam dan memerlukan integrasi berbagai faktor, termasuk
memberikan penilaian terhadap DTW alam kerjasama dari unit pemerintah, masyarakat
warga, wisatawan, operator pariwisata, unit

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 233
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

akademisi profesional, industri lokal, LSM, dan layanan wisata lainnya, (4) fasilitas dan
sumber daya pariwisata setempat (Ho & Lee, layanan transportasi, (5) infrastruktur lain,
2020). dan (6) elemen institusi (Inskeep, 1991, pp.
38–39). Sementara Cooper mempopulerkan
konsep 3A’s, yaitu Attractions, Amenities,
Accessibilities (Cooper, 1998, pp. 105–107)
yang kemudian ditambahkan satu komponen
A lainnya, yaitu Ancillary pada kemudian
hari. Penggunaan terminologi A dalam
komponen produk pariwisata ini cukup
populer, ini bisa dilihat dari penggunaan
istilah yang serupa 5A’s diangkat oleh
Truong, yaitu attractions, access,
accommodation, amenities, awareness
Gambar 1. Sistem Pariwisata Leiper (Truong & King, 2009), Buhalis yang
Sumber: (Leiper, 1990) mempopulerkan 6A’s attractions, amenities,
accessibility, activities, available packages,
Produk Wisata dan ancillary services (Buhalis, 2000), dan
Proses perencanaan pada dasarnya terdiri Morrison dengan 10A’s (Morrison, 2013,
dari satu rangkaian proses yang umumnya pp. 19–21).Kajian ini mencoba
terdiri dari (1) studi persiapan, (2) penetapan mengidentifikasi potensi wisata di Desa
tujuan dan sasaran, (3) survei lapangan, (4) Ngajum dari perspektif 6A.
analisis dan sintesis, (5) formulasi rencana, Attractions atau daya tarik wisata adalah
(6) rekomendasi, (7) implementasi, dan (8) elemen yang paling signifikan dalam sistem
pengawasan (Inskeep, 1991, p. 28). Suatu pariwisata yang menjadi motivasi utama
perencanaan pariwisata bisa dikaji dari wisatawan di dalam melakukan suatu
banyak pendekatan, beberapa perencana ada perjalanan (Swarbrooke, 2002, p. 3).Atraksi
yang menggunakan pendekatan sistem dapat berupa (1) fitur dalam lingkungan
(Carlsen, 1999), pendekatan komprehensif alam (2) struktur bangunan dan arsitektur
(Tosun & Timothy, 2001), atau pendekatan buatan manusia yang dirancang untuk tujuan
terintegrasi (Schiefelbusch et al., 2007; selain menarik minat wisatawan, tetapi
Scuttari et al., 2013). Sementara perencana mampu menarik sejumlah besar pengunjung
lain melihat dari perspektif lingkungan dan yang menggunakannya sebagai sarana
pengembangan yang berkelanjutan rekreasi. (3) bangunan dan struktur buatan
(Rasoolimanesh et al., 2020; Väänänen & yang khusus dibangun untuk menarik
Komppula, 2020); pendekatan komunitas wisatawan dan pemenuhan kebutuhan serta
(Asmoro, Yusrizal, et al., 2020; Maldonado- keinginan pengunjung, seperti theme park,
Erazo et al., 2020), serta pendekatan realistis dan (4) acara spesial yang mampu menarik
(Gordon & Champion, 2020). Namun dari minat pengunjung untuk melakukan
berbagai pendekatan tersebut tetap akan perjalanan menuju acara spesial tersebut
merujuk pada komponen perencanaan (Swarbrooke, 2002, p. 5).
pariwisata yang kurang lebih sama.
Faktor kenyamanan wisatawan tergantung
Desa wisata bisa dilihat sebagai sebuah dari ketersediaan fasilitas di tempat tujuan
destinasi yang terdiri dari berbagai wisata (Parthasarathy et al., 2020).Amenities
komponen (Hall et al., 2005).Pengkategorian mencakup seluruh komponen fasilitas yang
terhadap komponen pengembangan tidak hanya memfasilitasi pengalaman
pariwisata ini cukup bervariasi. Inskeep wisatawan di tempat tujuan tetapi juga
mengelompokkan komponen pengembangan menambah pengalaman positifnya.Amenities
pariwisata ke dalam: (1) atraksi dan secara umum meliputi fasilitas akomodasi
aktivitas, (2) akomodasi, (3) fasilitas dan

234 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

dan makan minum, fasilitas ritel, dan ragam Activities adalah semua aktivitas dan
layanan wisata lainnya (Buhalis, 2000). kegiatan wisata yang tersedia di tempat
Beberapa contoh lain dari amenities tujuan dan apa saja yang dilakukan oleh
termasuk fasilitas pemenuhan kebutuhan pengunjung atau wisatawan selama
wisatawan seperti makanan dan minuman kunjungan (Buhalis, 2000). Aktivitas
(restoran, kafe, bar); transaksi keuangan rekreasi atau wisata berkisar dari bentuk
(bank, ATM, penukaran valuta asing, yang sangat pasif, seperti duduk santai atau
pembayaran digital); akomodasi (hotel, menikmati pemandangan hingga jenis
motel, tenda); komunikasi (telepon, kualitas aktivitas yang sangat aktif (Bell et al.,
sinyal yang baik untuk ponsel, jaringan 2007).Namun aktivitas wisata sendiri dapat
internet). Dalam perspektif tertentu, dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori,
transportasi juga dapat dilihat sebagai bagian yaitu “something to see, something to do,
dari fasilitas pemberi faktor kenyamanan something to buy, something to learn” (Ayu
kepada wisatawan yang beririsan dengan et al., 2014).
parameter aksesibilitas serta amenitas lokal Pernyataan ini memiliki pemaknaan bahwa
untuk transportasi intra tujuan (Parthasarathy aktivitas wisata amat berkaitan erat dengan
et al., 2020). daya tarik wisata atau destinasi wisata yang
Accessibility meliputi keseluruhan dari suatu dikunjungi.Menurut Richards (2011) dalam
sistem dan moda transportasi yang meliputi (Remoaldo et al., 2020), kreativitas amat
unsur-unsur terminal, rute dan jenis berperan dalam mengimplementasikan
kendaraan (Buhalis, 2000), dimana pariwisata kreatif sebagai aktivitas wisata.
transportasi merupakan salah satu prasyarat Hal ini melibatkan keterlibatan aktif
mendasar bagi keberadaan pariwisata yang wisatawan dalam berbagai kegiatan kreatif di
merupakan elemen kunci yang tempat yang mereka kunjungi, atau sebagai
menghubungkan wisatawan ke tujuan yang latar belakang aktivitas di mana wisatawan
akan diakses (Tóth & Dávid, 2010). Medlik menempatkan diri di lingkungan kreatif yang
(2003) dalam (Tomej & Liburd, 2020) dipilih.Masyarakat Indonesia, terlebih
berpendapat bahwa aksesibilitas adalah satu masyarakat desa di Jawa umumnya memiliki
dari tiga hal yang paling menentukan karakter hubungan kekeluargaan yang erat
pentingnya sebuah tujuan wisata. Dimana dan rukun (Yusrizal & Asmoro, 2020).Tidak
aksesibilitas didefinisikan sebagai fungsi jarang ditemukan bahwa suatu perjalanan
jarak dari pusat-pusat populasi, yang wisata dilakukan bersama-sama anggota
merupakan pasar wisata, dan transportasi keluarga.Kegiatan rekreasi bersama ini
eksternal, yang memungkinkan tujuan yang berperan dalam membangun dan memelihara
akan dicapai. Kemudahan elemen batasan dalam keluarga, menciptakan
transportasi/aksesibilitas tidak hanya perasaan terhubung dan mempromosikan
memudahkan pencapaian tujuan namun juga kepentingan kolektif di antara anggota
menjadi bagian dari aktivitas wisata itu keluarga (Lehto et al., 2012).
sendiri.Biaya yang rendah dan jarak
perjalanan relatif secara dramatis Ketersediaan paket-paket wisata (available
meningkatkan permintaan untuk perjalanan packages) yang telah diatur sebelumnya oleh
wisata (Halsall, 1992).Namun demikian, perantara dan pengelola destinasi adalah
karakter masyarakat di Jawa Timur salah satu komponen yang mempengaruhi
mengindikasikan bahwa perjalanan kesuksesan destinasi wisata (Buhalis,
didominasi oleh perjalanan dalam 2000).Salah satu karakter dari destinasi
kabupaten.Ini menandakan bahwa mayoritas wisata adalah entitas yang paling sulit untuk
pengunjung berkendara dalam radius dekat dikelola dan dipasarkan.Hal ini karena
dan tidak keluar dari wilayah tempat kompleksitas hubungan antar pemangku
tinggalnya (Asmoro & Yusrizal, 2020). kepentingan (Sautter & Leisen, 1999).Dalam
sebuah destinasi, peran dari perantara ini

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 235
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

amat signifikan karena seringkali desa wisata negatif (Truong & King, 2009).Selanjutnya
menghadapi masalah dalam memasarkan Harman (2007) dalam (Chahal & Devi,
produk wisata mereka.Mereka umumnya 2015) menegaskan bahwa aspek layanan
bergantung pada perantara, seperti tambahan dan atribut kesadaran adalah hal
perusahaan swasta (biro perjalanan utama yang secara signifikan mempengaruhi
wisata/agen perjalanan), organisasi citra destinasi dan mempengaruhi wisatawan
keanggotaan (grup/komunitas), institusi untuk melakukan kunjungan ulang ke suatu
publik (pemerintah) dan organisasi non- destinasi.Berdasarkan kenyataan ini, dalam
pemerintah, untuk mendapatkan akses pasar pengembangan desa wisata komponen
(Forstner, 2004; Shikida et al., layanan tambahan haruslah menempati skala
2010).Namun, hubungan ini harus prioritas, sejajar dengan komponen-
mempertimbangkan aspek pengetahuan komponen produk wisata lainnya.
lokal ketika merencanakan dan merancang
Pasar Wisata
paket-paket program wisata (Wearing & Mc
Donald, 2002).Selayaknya suatu hubungan Dalam perspektif destinasi, maka pihak
apapun, dalam konteks hubungan antara pengelola Wisata Desa/Desa Wisata adalah
desa wisata sebagai destinasi dengan memainkan peran sebagai DMO
perantara, intensitas dan kedekatan antara (Destination Management Organisations).
keduanya memiliki peran penting dalam Pemasaran destinasi adalah salah satu peran
membangun kepercayaan yang berujung DMO terpenting (Morrison, 2013, p. 69).
kepada kesuksesan pengintegrasian Perencanaan pemasaran pada destinasi
informasi dan pengetahuan masyarakat desa seharusnya menempati prioritas bagi DMO,
ke dalam paket-paket wisata yang dan perencanaan pemasaran ini harus
dipasarkan (Panyik et al., 2011).Dalam dilakukan secara profesional dan
konteks penyediaan paket-paket wisata, tidak menyeluruh (Rahman, 2016). Pemasaran dan
menutup pula peluang pengembangan model promosi itu membutuhkan biaya yang
bisnis community-based intermediaries seringkali tidak murah, sehingga membuat
(CBI) yang berfungsi sebagai kepanjangan pilihan yang tepat tentang pasar mana yang
tangan dari destinasi dalam memasarkan akan ditargetkan dan bagaimana
produk desa wisatanya (Shikida et al., 2010). mengkomunikasikannya dengan paling
CBI ini selanjutnya bisa memainkan peran efektif adalah yang salah satu faktor
aktif dengan melakukan upaya pemasaran terpenting, termasuk di sini adalah
langsung kepada target pasar, ataupun tidak memikirkan tentang target pasar wisatawan
langsung dengan melalui perantara lain di digital (Goenadhi & Rahadi, 2020).
daerah asal wisatawan potensial, atau dengan Persaingan antar destinasi sangat ketat
memanfaatkan ketersediaan kanal pemasaran (Alghizzawi, 2019; Ghatnekar, 2017), jadi
modern (Andreopoulou et al., 2014; ada kebutuhan konstan untuk selalu eksis
Bethapudi, 2015; Peña & Jamilena, 2009). agar mampu memikat calon wisatawan.
Layanan tambahan (Ancillary services) Pemasaran dan promosi pada destinasi ini
adalah layanan yang digunakan oleh memiliki sifat dinamis dan membutuhkan
wisatawan seperti bank, telekomunikasi, pos, kreativitas dan inovasi tingkat tinggi
agen berita, rumah sakit, dan lain-lain (Richards & Raymond, 2000; Tan et al.,
(Buhalis, 2000).Pengembangan layanan 2013). Meskipun situasi lapangan berubah
tambahan merupakan salah satu penentu dengan cepat, hal itu harus didasarkan pada
dalam mengamankan usaha wisata di daerah pendekatan ilmiah dengan menggunakan
pedesaan yang kurang berkembang penelitian yang solid dan prosedur sistematis
(Briedenhann & Wickens, 2004).Jenis dan yang terbukti menghasilkan hasil yang
ketersediaan layanan tambahan di dalam paling efektif. Keberhasilan pemasaran
destinasi wisata ini mempengaruhi persepsi terjadi jika pemasaran ditetapkan dengan
wisatawan, baik secara positif maupun membidik kelompok wisatawan tertentu

236 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

(pasar sasaran) daripada mencoba menarik riset tertentu, yang tujuannya untuk
pasar massal (Morrison, 2013, p. 71). menciptakan transformasi dalam masyarakat,
Pengelola Desa Wisata selaku DMO perlu dimana masyarakat memerankan peran aktif
memutuskan bagaimana membagi segmen di dalam penelitian itu sendiri (Given, 2008,
wisatawan leisure, wisatawan bisnis, atau pp. 601–603). Tahapan penelitian ini terbagi
pengunjung rekreasi dari warga sekitar ke menjadi 4 (empat), yaitu: meletakkan fondasi
dalam segmentasi pasar dan membuat (laying foundation), merencanakan penelitian
pilihan pasar sasaran dari kelompok yang (planning), mengumpulkan dan menganalisis
tersedia ini. data (information gathering and analysis) dan
Semua pemasar tujuan memiliki berbagai tindakan atas hasil penelitian (acting on
cara dan metoda untuk digunakan menarik finding) (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015,
pengunjung. Cara/metoda ini kemudian p. 47).
dikenal sebagai 'Marketing 4Ps’ (Goi, 2009; Tujuan Penelitian
Pomering et al., 2008) yang pertama kali Tujuan dari metodologi kualitatif adalah
diusung oleh McCarthy pada tahun 1960 untuk mendeskripsikan dan memahami,
sebagai '4P pemasaran' termasuk produk, bukan untuk memprediksi dan mengontrol
harga, tempat, dan promosi dan kemudian (Streubert et al., 1995) dalam (MacDonald,
dipopulerkan oleh Kotler (Philip Kotler & 2012). Selanjutnya penulis memposisikan
Franke, 1990). Beberapa penulis temuan penelitian sebagai informasi awal
berpendapat bahwa 4 P tradisional tidak bagi masyarakat dalam mengidentifikasi
cocok untuk pariwisata seperti yang mereka potensi wisata di Desa Ngajum. Hasil
lakukan untuk produk fisik. Morrison penelitian ini selanjutnya akan
(Morrison, 2013, pp. 94–98) menambahkan didistribusikan kepada tokoh masyarakat
empat Ps lainnya (packaging, programming, Desa Ngajum, untuk selanjutnya dijadikan
partnership, people) untuk menangani aspek salah satu bahan rekomendasi dalam forum
unik dari pemasaran pariwisata. diskusi Musyawarah Desa sebagai landasan
awal pengembangan kepariwisataan di Desa
Ngajum.
METODE
Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian

Kajian ini merupakan community-based Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada


research (CBR) yang diimplementasikan rentang waktu 1 September 2020 sampai
dengan pendekatan Participatory Action dengan 7 Oktober 2020, dan bertempat di
Research (PAR). Ini merupakan salah satu Desa Ngajum, Kecamatan Ngajung,
pilihan dalam metodologi penelitian Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur.
kualitatif deskriptif dengan integrasi metode Subjek Penelitian
dan observasi, dokumentasi, analisis, dan Subjek dalam kajian ini adalah masyarakat
penafsiran terhadap pola, atribut, dan Desa Ngajum. Hal ini diwakili oleh Bapak
fenomena yang diteliti (Buckles, 2019; Setyo Budi selaku Kepala Desa Ngajum,
MacDonald, 2012). PAR merupakan bagian Bapak Yacho Nardi dan Supramono selaku
dari penelitian tindakan, dimana Pengurus Bumdes Ngajum, dan Bapak
pengumpulan dan analisis data dilakukan Taofiq, selaku perwakilan tokoh pemuda
secara sistematis dengan tujuan mengambil yang peduli dengan pariwisata di Desa
tindakan dan membuat perubahan, sekaligus Ngajum, serta beberapa narasumber
mampu menghasilkan pengetahuan praktis perwakilan masyarakat yang tidak berkenan
(Gillis & Jackson, 2002, p. 264). Dimana tiga dicantumkan namanya.
pilar utama PAR, yaitu metodologi riset,
dimensi aksi, dan dimensi partisipasi,
dilaksanakan dengan mengacu metodologi

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 237
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Data, Instrumen, dan Teknik apa yang digunakan dalam analisis akhir.
Pengumpulan Data Menampilkan data mencakup berbagai jenis
Sumber informasi penelitian di dapat dari gambar, skema, grafik, dan bagan. Tujuannya
hasil diskusi semi kasual yang terjalin antara adalah untuk membuat informasi yang
penulis dan perwakilan masyarakat. Dalam terorganisir, tersedia, dapat diakses, dan
penelitian PAR, perwakilan masyarakat sederhana sehingga peneliti dapat
warga Desa Ngajum turut berpartisipasi menangkap fenomena yang terjadi dan
dalam desain penelitian, pengumpulan data, kemudian melakukan penarikan kesimpulan.
dan analisis-interpretasi data. Dalam Tahap akhir dari analisis data adalah
penelitian sosial kualitatif, peneliti kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal,
merupakan instrumen penelitian utama dalam peneliti mencatat keteraturan, pola dan
pengumpulan, analisis data, dan menafsirkan penjelasan. Peneliti memegang kesimpulan
data (A. P. Costa, 2020, p. 34; Merriam & dengan ringan, mempertahankan skeptisisme
Grenier, 2019). Untuk mengumpulkan data sampai lebih eksplisit dan beralasan.
peneliti menggunakan beberapa instrumen Kesimpulan akhir muncul setelah proses
bantuan berupa daftar pertanyaan, daftar analisis selesai (Valsa, 2005, p. 114).
tema/topik pembahasan diskusi, serta daftar Keabsahan Data
periksa observasi yang digunakan untuk Validitas berarti kejujuran. Dalam studi
membantu peneliti di dalam mendapatkan kualitatif, mencapai keotentikan lebih utama
data-data relevan di lapangan. Instrumen daripada mewujudkan satu versi
tersebut selanjutnya digunakan untuk "kebenaran". Keaslian berarti memberikan
mengumpulkan data, yang dilakukan dengan informasi sosial yang adil, jujur, dan
beberapa metode, diantaranya: non-formal berimbang dari berbagai sudut pandang
focus group discussion, observasi lapangan, (Neuman, 2014, p. 218). Sehubungan dengan
wawancara semi terstruktur, dan studi model penelitian ini adalah merupakan
dokumentasi terhadap arsip atau dokumen Community-Based Research, dimana
terkait Desa Ngajum. menempatkan perwakilan masyarakat
Analisis Data sebagai pelaku bagi penelitian tersebut, maka
Analisis data merupakan suatu proses hal ini menghasilkan sebuah input data yang
pendeteksian dan pengorganisasian data valid, yang ketika dianalisis secara
secara sistematis dengan cara partisipatoris, hasilnya benar-benar
pengelompokan data ke dalam kategori, menggambarkan apa yang sesungguhnya
selanjutnya menjabarkannya ke dalam terjadi (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015,
kelompok-kelompok yang lebih kecil, proses p. 78).
sintesis, dan selanjutnya disusun ke dalam
bentuk yang memiliki makna tertentu (UIN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sunan Ampel Surabaya, 2015). Untuk
menganalisis dan menafsirkan data kualitatif, Profil Desa Ngajum
Miles dan Huberman (1994) dalam (Valsa, Desa Ngajum, merupakan sebuah desa yang
2005, p. 113) mendefinisikan analisis data berlokasi di dalam wilayah administratif
terdiri atas tiga unsur, yaitu: reduksi data, Kecamatan Ngajung, Kabupaten Malang,
menampilkan data, dan verifikasi. Reduksi Provinsi Jawa Timur, dengan kode desa
data di sini mengacu pada proses 3507202001, dan kode pos 65164. Desa
penyederhanaan, pengabstrakan dan yang terbentuk sejak tahun 1900 ini memiliki
transformasi data yang muncul dalam catatan luas wilayah 1.056,97 hektar, dan terletak di
lapangan. Peneliti secara terus-menerus titik koordinat 112.534331 Bujur Timur / -
terlibat dalam reduksi data selama 8.085102 Lintang Selatan. Tipologi Desa
penyelidikan sampai kesimpulan disajikan. Ngajum adalah persawahan, dengan
Data yang muncul setelah proses ini adalah klasifikasi desa swadaya. Adapun Desa

238 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Ngajum memiliki batas-batas wilayah 38,03 Ha, sehingga total luas wilayahnya
administratif: sebelah utara berbatasan adalah 1.056,97 Ha. Adapun lebih detailnya,
dengan: Desa Maguan dan Desa Balesari rincian peruntukan tanah sawah terdiri dari
(Kecamatan Wagir); sebelah Selatan dengan jenis tanah sawah irigasi teknis seluas 151,00
Desa Jatikerto dan Desa Palaan (Kecamatan Ha, dan sawah irigasi 1⁄2 teknis 380,00 Ha.
Kromengan); sebelah Timur berbatasan Tanah kering terdiri dari tanah tegal/ladang
dengan Desa Palaan dan Desa Ngasem seluas 275,84 Ha, area pemukiman dengan
(Kecamatan Kepanjen), serta sebelah Barat luas 202,00 Ha, dan area pekarangan seluas
berbatasan dengan Desa Kebobang, Desa 10,10 Ha. Selanjutnya, tanah fasilitas umum
Plaosan, dan Desa Plandi (Kecamatan di Desa Ngajum terdiri atas tanah kas desa
Wonosari). Saat ini Desa Ngajum dipimpin 10,88 Ha, tanah bengkok 11,85 Ha, lapangan
oleh seorang Kepala Desa yang bernama sepakbola (untuk berolahraga) 1,00 Ha, area
Bapak Setyo Budi. kantor pemerintah 0,50 Ha, kawasan
Menilik dari penggunaan wilayah, maka pemakaman umum 5,52 Ha, area bangunan
Desa Ngajum mayoritas merupakan area gedung sekolah 2,00 Ha, area pertokoan
persawahan, yang rinciannya terdiri dari seluas 0,50 Ha, fasilitas pasar 0,50 Ha, dan
tanah sawah seluas 531,00 Ha, tanah kering area yang digunakan sebagai jalan 16,16 Ha.
487,94 Ha, dan area fasilitas umum seluas

Gambar 2 Peta Wilayah Desa Ngajum


(Sumber: Pemerintah Desa Ngajum, 2017)

Desa Ngajum terletak di lahan dengan Desa Ngajum dapat dikatakan rendah.
ketinggian 384 meter dpl, dengan mayoritas Orbitasi Desa Ngajum terhadap Ibukota
lahan berupa persawahan menyebabkan suhu Kecamatan Ngajung adalah sejauh 0,50 Km,
rata-rata relatif rendah, yaitu 25°C, dengan jarak dari Desa Ngajum menuju Ibu Kota
curah hujan 21,80 mm. Dengan jenis tanah Kabupaten Malang adalah sejauh 8 Km, yang
yang relatif subur, dan sebagian besar menempuh waktu kendara selama 30 menit
berwarna hitam, maka tingkat erosi tanah di dengan kendaraan bermotor. Surabaya,

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 239
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

sebagai ibukota Provinsi berjarak 135,00 Komoditas tanaman pangan yang dihasilkan
Km, yang membutuhkan waktu pencapaian oleh Desa Ngajum adalah jenis tanaman
sekitar 2-3 jam perjalanan dengan kendaraan jagung yang ditanam di lahan seluas 51,00
bermotor. Ha dengan jumlah produksi mencapai 51,00
Desa Ngajum berpenduduk sebesar 12.337 Ton/ha, cabe yang ditanam di lahan seluas
yang terdiri dari 6.145 warga berjenis 3,00 Ha dengan produksi 0,04 Ton/ha,
kelamin laki-laki, dan 6.192 warga kacang tanah yang ditanam di lahan seluas
perempuan, terdiri atas 3.474 keluarga, yang 3,00 Ha dengan hasil 1,00 Ton/ha, padi
menyebabkan angka kepadatan penduduk di sawah yang ditanam di lahan seluas 394,00
Desa Ngajum berada pada angka 1.168 Ha dengan panen 17,00 Ton/ha, dan tanaman
jiwa/km2. Jika ditinjau dari perspektif ubi kayu yang ditanam di lahan seluas 15,00
kesejahteraan, keluarga yang ada di Ngajum Ha dan menghasilkan produksi 50,00 Ton/ha.
terkategorikan ke dalam Keluarga Untuk mencukupi pengairan tanaman pangan
Prasejahtera sejumlah 809 KK, Keluarga ini, Desa Ngajum dikaruniai aset sumber air
Sejahtera tingkat 1 sejumlah 257 KK, bersih yang berlimpah. Tercatat ada 1.941
Keluarga Sejahtera tingkat 2 sejumlah 788 sumber mata air, 348 sumur gali, 18 sumur
KK, Keluarga Sejahtera tingkat 3 sejumlah pompa, 271 depot isi ulang dan 896 yang
1.046 KK, dan Keluarga Sejahtera tingkat 3+ berasal dari sumber lainnya. Kualitas air
sejumlah 580 KK. umumnya baik, dimana air tidak berbau,
berwarna dan tidak berasa.

Gambar 3. Komposisi Usia Penduduk Desa Ngajum


(Sumber: Pemerintah Desa Ngajum, 2020)

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 233
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Tabel 1. Hasil Analisis Potensi Wisata Desa Ngajum


Kondisi Aktual Kondisi Potensial
Kriteria Indikator Keterangan
1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Atraksi Wisata Ketersediaan dan Tersedia 1 lahan desa
kualitas daya tarik (6000m2) untuk
wisata alam, budaya, dikembangkan sebagai
buatan kolam renang bertema, 1
√ lahan desa (1,7ha) untuk √
dikembangkan sebagai
areaoutbound, 1 area
perkebunan kopi rakyat di
Dusun Sumberrejo
Aksesibilitas Kondisi aksesibilitas,
Jalur wisata religi Malang –
ketersediaan sarana √ √
Gunung Kawi
transportasi
Fasilitas Wisata Kondisi fasilitas
wisata, ketersediaan √ Cukup baik dan bervariasi √
fasilitas
Ketersediaan Ragam paket wisata
√ Belum tersedia √
Paket
Aktivitas Aktivitas wisata yang
√ Tidak terorganisir √
Wisata dapat dilakukan
Layanan tambah Layanan/sarana Lengkap. Tersedia berbagai
penunjang yang layanan tambah: bank,
√ √
memperkuat kantor polisi, ATM,
kepariwisataan koneksi internet
Pasar wisata Geografis, Jumlah penduduk desa
lokal Demografis, √ yang besar, warga se- √
Psikografis kecamatan Ngajung
Pasar wisata Segmentasi, Target, Asal Malang dan Kepanjen,
Kabupaten Posisi √ segmen keluarga, Gen Z, √
menyukai destinasi alternatif
Pasar wisata Segmentasi, Target, Wisatawan religi ke
√ √
Provinsi Posisi Gunung Kawi
Pasar wisata Segmentasi, Target, Wisatawan religi ke
√ √
Nasional Posisi Gunung Kawi
Sumber: Data Olahan, 2020

Daya Tarik Wisata (attractions) dikelola, dan dioperasikan dengan baik dan
Ketersediaan daya tarik wisata aktual di Desa profesional.
Ngajum dapat dikatakan minimal. Setidaknya Beberapa potensi daya tarik wisata yang
elemen yang paling signifikan dalam sistem teridentifikasi di Desa Ngajum adalah
pariwisata yang menjadi motivasi utama sebagai berikut: (1) Lahan desa A (Koordinat
wisatawan di dalam melakukan perjalanan 8°05'55.4"LS 112°32'38.0"BT) seluas 6000
menuju Ngajum bisa dikatakan tidak eksis, m2 merupakan satu lahan yang sudah
selain tentunya untuk mengunjungi kawan dipersiapkan oleh pemerintah desa Ngajum
dan keluarga (VFR). Tidak ada fitur untuk dikembangkan sebagai daya tarik
lingkungan alam yang unik, yang tidak wisata buatan berupa kolam renang pada
dimiliki oleh destinasi atau desa wisata tahun 2021. Pemilihan jenis daya tarik wisata
lainnya. Namun terlepas dari kekurangan buatan ini bukan tanpa pertimbangan.
daya tarik wisata baik alami, budaya, Terdapat beberapa pertimbangan mendasar
maupun buatan, Desa Ngajum tetap memiliki terkait dengan penetapan jenis daya tarik
sejumlah potensi yang berpeluang untuk wisata ini, diantaranya adalah karena
menjadi daya tarik wisata jika dirancang, ketersediaan sarana olahraga bagi masyarakat

234 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Ngajum yang terbatas. Dengan jumlah kolam renang biasa dimana pengunjung
penduduk sebesar 12,337 jiwa harus diakui melakukan aktivitas wisata berenang saja,
bahwa sarana olahraga yang dimiliki oleh melainkan juga menjadi satu showcase bagi
Desa Ngajum amatlah terbatas. Selain alasan Desa Ngajum di dalam memasarkan produk-
ini, ketiadaan sarana rekreasi masyarakat produk unggulan desa seperti hasil pertanian
Desa Ngajum juga merupakan salah satu dan hasil perkebunan, sekaligus juga menjadi
pertimbangan. Hal ini selaras dengan hasil pusat informasi wisata yang terintegrasi
dari kesepakatan deklarasi Manila (The dengan berbagai paket-paket aktivitas wisata
World Tourism Conference, 1980) yang yang tersedia di Desa Ngajum. Ini memiliki
menyatakan bahwa pariwisata adalah arti bahwa pengelolaan daya tarik wisata ini
kegiatan yang penting bagi kehidupan bangsa diarahkan untuk dapat dikelola oleh Bumdes
karena dampak langsungnya pada sektor dengan melibatkan peran Pokdarwis Ngajum
sosial budaya, pendidikan dan ekonomi dan diawasi pengelolaannya oleh
masyarakat nasional dan hubungan Pemerintahan Desa Ngajum sebagai
internasionalnya, juga bahwa akses terhadap pemangku kepentingan utama masyarakat
hari libur dan perjalanan wisata adalah Desa Ngajum. Selain itu, desain daya tarik
konsekuensi logis dan alami yang merupakan wisata ini patut pula mengakomodasi
hak bagi semua manusia sebagaimana diakui karakter wisatawan dan pengunjung milenial
sebagai aspek pemenuhan manusia oleh yang senantiasa terhubung dengan gawai dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. media sosial, sehingga ketersediaan jaringan
Selama ini masyarakat Desa Ngajum internet, serta penyediaan spot-spot swafoto
berekreasi ke luar wilayah Desa Ngajum, hal adalah mutlak dibutuhkan untuk dapat
ini semata-mata karena ketiadaan sarana mengakomodir kebutuhan pasar ini.
rekreasi yang dimiliki oleh Desa Ngajum. (2) Lahan desa B (Koordinat 8°06'43.3"LS
Dengan dikembangkannya lahan desa yang 112°32'21.5"BT). Lahan desa B dengan
tidak produktif ini menjadi sebuah daya tarik luas 1,7 hektar berpotensi untuk
wisata, maka tentu akan memberikan pilihan dikembangkan sebagai daya tarik wisata
kepada warga masyarakat untuk dapat agrowisata dengan aktivitas ekowisata yang
berekreasi tanpa harus keluar dari wilayah erat terkait dengan budaya pertanian dan
domisili mereka. Namun demikian, terdapat perkebunan masyarakat. Dengan setting
hal-hal penting yang patut dijadikan bahan perbukitan rendah dan dikelilingi oleh
pertimbangan bagi pemerintah desa di dalam suasana alami persawahan, lahan ini
mengembangkan lahan desa ini, yaitu (a) berpotensi untuk dikembangkan sebagai area
Pengembangan lahan desa sebagai kolam aktivitas ekowisata tanpa mengubah
renang harus mengadopsi prinsip-prinsip peruntukan awal dari lahan ini, yaitu sebagai
wisata yang berkelanjutan sebagaimana yang area pertanian dan perkebunan. Aktivitas
sudah tertuang pada UU Nomor 10 Tahun penjelajahan alam, berkemah, observasi
2009 Tentang Kepariwisataan, (b) alam, trekking, fotografi, pembelajaran
pengelolaan daya tarik wisata ini selaras pula tentang pertanian, pembelajaran tentang
dengan peraturan Peraturan Menteri berkebun, dan pembelajaran tentang
Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor peternakan masyarakat adalah beberapa
KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang aktivitas wisata yang cocok dikembangkan di
Pedoman Program Nasional Pemberdayaan area ini. Pengembangan terhadap fasilitas
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata, makan minum yang memadupadankan
serta tentunya (c) jiwa dari pembangunan lansekap alam persawahan juga layak
daya tarik wisata dilandasi oleh Undang- dipertimbangkan untuk pengembangan di
Undang RI No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. masa yang akan datang.
Ke depannya, pengembangan daya tarik (3) Perkebunan Kopi Masyarakat di Dusun
wisata ini tidak semata-mata hanya sebagai Sumberrejo (Koordinat 8°03'01.9"LS

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 235
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

112°31'09.0"BT). Desa Ngajum memiliki aktivitas wisata berpotensi dapat dilakukan di


area perkebunan kopi dan nangka yang Pabrik Susu Greenfield adalah jenis aktivitas
dimiliki dan dikelola oleh masyarakat. Factory Tour. Berwisata dan mengunjungi
Tanaman kopi yang tumbuh di perkebunan pabrik telah menjadi salah satu kegiatan
kopi masyarakat ini adalah berjenis robusta rekreasi utama dan favorit wisatawan
(80%) dan liberika (20%). Pada area ini domestik (Lee, 2015; Lin, 2020). Dimana
berpotensi untuk dikembangkan daya tarik menurut Lee, terdapat 7 (tujuh) dimensi
wisata perkebunan kopi masyarakat dengan kegiatan kunjungan pabrik yang berpotensi
pengembangan pada aktivitas wisata yang dapat ditawarkan, yaitu: (a) fasilitas
terkait dengan proses budidaya kopi, mulai penginapan dan makanan; (b) aksesibilitas
dari pembelajaran tentang varietas jenis biji internal; (c) atraksi yang dekat dengan
kopi, pembibitan, pemilihan lahan, proses pabrik; (d) aksesibilitas eksternal; (e)
penanaman, perawatan yang didalamnya penyediaan sistem keselamatan/darurat; (f)
meliputi: penyulaman, pemupukan, daya tarik di pabrik; dan (g) layanan
pemangkasan, dan penyiangan gulma, juga informasi. Untuk tahapan awal kolaborasi
tentang pengantisipasian hama, serta antara Pabrik Greenfield dengan
pemanenan/pemetikan. Selanjutnya Bumdes/Pokdarwis Desa Ngajum, jenis
wisatawan diarahkan untuk juga mempelajari aktivitas wisata yang menawarkan atraksi di
proses penyiapan hidangan kopi mulai dari pabrik, penyediaan informasi, dan
fase pemanggangan biji kopi hingga ke dikombinasikan dengan penyediaan
penyajian ke dalam secangkir kopi. Namun minuman dari produk susu dapat dilakukan.
demikian, dikarenakan lokasi perkebunan Sementara jenis-jenis dimensi lain dari
kopi ini tidak cukup strategis, maka wisata pabrik dapat menyusul seiring dengan
diperlukan pengembangan dan pemasaran berjalannya waktu dan kesiapan SDM dari
dengan sinergitas daya tarik wisata pada kedua belah pihak.
lahan desa A, yang memiliki nilai lokasi (5) Padepokan/Petilasan Soerjo Alam
strategis. Jenis agrowisata yang terkait (Koordinat 8°03'43.7"LS 112°31'15.9"BT).
dengan perkebunan kopi sudah cukup banyak Padepokan Soerjo Alam yang
diterapkan, diantaranya dapat dijumpai di berlatarbelakangkan sejarah kerajaan
area perkebunan kopi yang dikelola oleh mataram memiliki karakter tersendiri sebagai
PTPN (Dwi Ginanti, 2020), dikelola oleh daya tarik wisata minat khusus. Padepokan
masyarakat setempat (Indrasari, 2020), ini jika ditinjau dari perspektif pariwisata
maupun beberapa contoh wisata perkebunan merupakan satu daya tarik yang mampu
kopi di luar negeri yang dikaji oleh peneliti mendatangkan wisatawan spiritual/religi
asing (Candelo et al., 2019; Wang et al., yang merupakan salah satu jenis niche
2019). market, dalam tinjauan pasar wisata.
(4) Pabrik Susu Greenfield (Koordinat Beberapa contoh dari pengembangan wisata
8°05'57.1"LS 112°32'59.2"BT). Pabrik spiritual telah coba digali oleh para ahli
pengolahan susu Greenfield adalah salah satu (Hodge, 2006; Parsons et al., 2020;
potensi yang dapat dikembangkan sebagai Wulandari & Adikampana, 2018). Figur
daya tarik wisata factory tour. Walau secara sentral dari padepokan Soerjo Alam adalah
administratif tidak terletak langsung di Eyang Soerjo Alam, seorang tokoh
wilayah Desa Ngajum, namun Pabrik Susu masyarakat yang telah meninggal ratusan
Greenfield tetap berpeluang untuk dijadikan tahun silam, yang diyakini merupakan tokoh
potensi wisata yang pengelolaannya di bawah utama yang membuka lahan Desa Ngajum
Bumdes dan Pokdarwis Desa Ngajum. Hal untuk pertama kalinya. Tokoh ini sekaligus
ini tentunya membutuhkan kolaborasi lebih juga mewartakan ajaran Islam dalam bentuk
lanjut antara pihak Greenfield dengan intisari Islam, pada periode pelarian yang
perwakilan dari Desa Ngajum yang dalam bersangkutan di masa Perang Diponegoro
hal ini Bumdes dan Pokdarwis. Jenis (1825-1830). Eyang Soerjo Alam ini juga

236 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

dikenal dengan sebutan Pangeran pemandian keris dan pusaka yang dimiliki
Diponegoro, dikarenakan selain dari yang oleh tetua masyarakat, dan dilanjutkan
dipahami oleh masyarakat umum – bagi dengan pelaksanaan upacara adat pada hari
praktisi spiritualis Jawa, Diponegoro adalah berikutnya, yang menyerupai upacara Grebek
sebuah gelar kehormatan, yang dimiliki oleh Suro yang dapat ditemukan di Jogja dan
orang-orang tertentu saja dimasa peperangan Solo.
Jawa, dan Eyang Soerjo Alam ini adalah
Aksesibilitas (accessibilities)
salah satu dari Diponegoro, layaknya seperti
Pangeran Diponegoro yang dikenal oleh Kondisi aksesibilitas di Desa Ngajum dapat
masyarakat pada umumnya. dikatakan dalam keadaan yang baik. Ruas
jalan utama di Desa Ngajum yang
(6) Suasana alami pedesaan tradisional menghubungkan antara Kota Kepanjen dan
dengan lansekap sawah. Desa Ngajum Kota Malang menuju kawasan wisata religi
dikelilingi oleh lansekap alami persawahan Gunung Kawi yang terletak 14km dari pusat
(lebih dari 50% area desa) dengan suasana Desa Ngajum beraspal hotmix yang mulus.
desa tradisional yang menarik. Suasana Hal ini tentunya menjadi kekuatan dari
persawahan ini terbukti berpotensi menjadi potensi wisata Desa Ngajum. Letak Desa
daya tarik wisata sebagaimana lokasi Ngajum yang berada pada perlintasan jalur
persawahan di Tegalalang (Sulistyawati, wisata religi Gunung Kawi juga menjadi
2010), Jatiluwih (Diyah & Widari, 2015; sebuah potensi bagi aktivitas wisata di Desa
Prasiasa & Damanik, 2010), Pujonkidul (Ira Ngajum sebagai transit point dari para
& Muhamad, 2020) yang kesemua tempat ini pilgrimage Gunung Kawi. Transit point atau
memiliki daya tarik wisata utama berupa titik perhentian sementara dalam satu
setting alam persawahan. Terdapat beberapa rangkaian perjalanan wisata adalah penting,
titik yang berpeluang untuk dikembangkan sebagaimana hal ini juga menjadi topik yang
sebagai titik-titik lokasi swafoto yang dapat menarik minat para peneliti (Hwang et al.,
menunjang daya tarik lainnya yang dimiliki 2006; Lohmann et al., 2009; Tang et al.,
oleh Desa Ngajum. Yang juga patut 2017). Selain kondisi jalan yang baik dan
diperhatikan di dalam pembangunan spot kelas jalan yang memadai, transportasi
swafoto ini adalah penggunaan bahan-bahan umum berwarna biru laut dari Kepanjen
yang ramah lingkungan dan mudah menuju Gunung Kawi juga melintasi Desa
ditemukan di daerah sekitar, yang dipadukan Ngajum setiap harinya. Ketersediaan lahan
dengan kreativitas sehingga mampu parkir yang luas di Lahan Desa A, juga
menghasilkan spot foto yang menarik dan merupakan satu aset bagi pengembangan
instagrammable. wisata Desa Ngajum. Untuk mengunjungi
(7) Kegiatan ritual kebudayaan masyarakat. Desa Ngajum dari Terminal Talang Agung
Tradisi 1 Suro, berawal dari tradisi Kepanjen, wisatawan cukup mengarah ke
lingkungan Keraton Jawa (Yogyakarta dan Jalan Molek I sejauh 300 meter, dan
Surakarta) yang pada dasarnya memiliki selanjutnya belok kanan ke Jalan Raya
makna perayaan malam suci dan awal dari Gunung Kawi untuk kemudian mengikuti
bulan yang penuh rahmat (Giri, 2010; jalur utama sejauh 4,6 kilometer dan sampai
Sholikhin, 2010). Dimana pada malam ini ke Kantor Desa Ngajum.
masyarakat setempat akan mendekatkan diri
kepada Tuhan YME dengan perilaku
membersihkan diri melawan segala godaan
hawa nafsu, dengan menjalankan tirakat dan
lelaku atau perenungan diri. Dalam konteks
masyarakat Desa Ngajum, perayaan ini
berlangsung selama 2 (dua) hari, dimana
pada hari pertama dilakukan upacara

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 237
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

penginapan lebih terkonsentrasi di desa tetangga


Wonosari, yang memang terletak di lokasi yang
sama dengan destinasi wisata religi Gunung
Kawi. Namun demikian, fasilitas makan minum
dan fasilitas layanan serta perdagangan ritel
tersedia dalam jumlah yang cukup memadai di
Desa Ngajum. Fenomena kurangnya fasilitas
penginapan ini juga memberikan peluang bagi
Bumdes/Pokdarwis Ngajum untuk
menyediakan fasilitas penginapan sederhana
yang menjadi satu lokasi dengan pengembangan
daya tarik wisata wahana tirta yang sudah
direncanakan di lahan desa A.
Ketersediaan Paket (available packages)
Saat ini belum tersedia paket-paket wisata yang
menunjang kepariwisataan di Ngajum. Namun
demikian, bukan berarti tidak terdapat potensi
pada komponen ini. Seiring dengan
berkembangnya daya tarik wisata dan aktivitas
wisata di Desa Ngajum, maka turut dan akan
berkembang pula berbagai paket wisata di Desa
Ngajum. Beberapa paket-paket wisata yang
Gambar 4. Potensi Daya Tarik Wisata Desa Ngajum
Sumber: Pemerintah Desa Ngajum, 2017 dan Data
berpotensi dipasarkan kepada wisatawan baik
Olahan, 2020 secara langsung (direct) maupun tidak langsung
(indirect) melalui kanal pemasaran biro
Aktivitas Wisata (activities) perjalanan wisata ataupun OTA (online travel
agencies) diantaranya adalah: paket wisata tiket
Saat ini harus diakui bahwa keberadaan
masuk wahana renang yang terintegrasi dengan
aktivitas wisata di Desa Ngajum masih
produk unggulan Desa Ngajum seperti hasil
minimal. Tidak ditemukan wisatawan yang
pertanian, hasil perkebunan, hasil peternakan,
melakukan kunjungan ke Desa Ngajum
ataupun produk kreatif masyarakat setempat
dengan motivasi berwisata. Namun, seiring
seperti jajan pasar, minuman kopi, dan lain
dengan pengembangan daya tarik wisata
sebagainya. Paket wisata lain yang
yang sedang direncanakan oleh Pemerintah
memungkinkan dipasarkan pula adalah paket-
Desa Ngajum, maka secara logis aktivitas
paket agrowisata, paket-paket ekowisata, paket
wisata akan bermunculan. Terlebih lagi
factory tour, dan juga paket wisata spiritual.
pemasaran paket-paket wisata yang
Bahkan tidak menutup kemungkinan bagi
terintegrasi, maka potensi pemerataan
Bumdes/Pokdarwis memasarkan paket-paket
aktivitas wisata di Desa Ngajum akan
wisata yang terkait dengan destinasi wisata yang
berpeluang lebih merata dan tidak
tidak terdapat di Desa Ngajum, seperti Paket
terkonsentrasi pada satu titik daya tarik
Wisata Religi ke Gunung Kawi. Sebaiknya
wisata.
upaya pemasaran paket-paket wisata ini ke
Fasilitas Wisata (amenities) depannya perlu dikelola dalam satu pintu di
Fasilitas wisata di Desa Ngajum umumnya bawah kendali dan pengelolaan dari
didominasi oleh jenis fasilitas yang Bumdes/Pokdarwis Desa Ngajum. Hal ini untuk
diperuntukkan bagi masyarakat sekitar. memaksimalkan kepuasan pelanggan dan
Namun demikian sudah terdapat sejumlah pengawasan operasional dari paket-paket wisata
fasilitas akomodasi di Desa Ngajum, walau yang dipasarkan.
tidak dapat dipungkiri bahwa mayoritas fasilitas

238 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Layanan tambah (ancillary services) kantor pos, rumah sakit, jaringan


Layanan tambah adalah komponen produk telekomunikasi yang baik, kantor polisi (Polsek
wisata yang memiliki nilai tinggi yang dimiliki Ngajum), sarana peribadatan, dan ketersediaan
oleh Desa Ngajum. Lokasi Desa Ngajum yang jaringan perdagangan waralaba ritel. Kekuatan
berdekatan dengan Ibukota Kecamatan, layanan tambah ini diharapkan dapat menjadi
membuat ketersediaan layanan tambah ini elemen penguat bagi keseluruhan nilai Desa
signifikan. Hal ini bisa terlihat dari ketersediaan Ngajum ditinjau dari perspektif produk wisata.
berbagai pilihan layanan tambah seperti; bank,
Tabel 2. Analisis Potensi Pasar Wisata Desa Ngajum
Segmentasi
Produk Wisata Target Posisi
Geografis Demografis Psikografis/Behaviour
Wahana Tirta (Lahan Warga Desa Semua usia, pria Keluarga, milenials Umum Satu-satunya
Desa A) Ngajum, &wanita, &wisatawan wahana tirta di
Warga se- incomemenengah transit (ke Gunung Kecamatan
Kecamatan ke bawah, tingkat Kawi) Ngajum
Ngajum pendidikan
menengah
Ekowisata/Agrowisata Kota Usia pelajar, pria Menyukai aktivitas di Ecotourists, siswa Pengalaman
(Lahan Desa B) Malang, &wanita, alam, terkait dengan sekolah (SD- pembelajaran
Kepanjen, incomemenengah, pembelajaran (wisata SMA) alam di setting
Blitar, tingkat pendidikan edukasi) alami
Surabaya dasar-menengah
Perkebunan Kopi Kota Usia produktif- Pemerhati, penikmat, Niche Pengalaman
Malang, lansia, pria dan loyalis kopi Market(Penggemar asli kopi dari
Kepanjen, &wanita, Kopi) awal hingga
Blitar, incomemenengah kopi terhidang
Surabaya ke atas, tingkat di cangkir
pendidikan
menengah – tinggi
Factory Tourdi Pabrik Kota Usia pelajar, pria Wisatawan Siswa Sekolah Satu-satunya
Susu Greenfield Malang, &wanita, berkelompok (group), (TK-Universitas), tour ke pabrik
Kepanjen, incomemenengah, terkait dengan Perkumpulan susu di Jawa
Blitar, tingkat pendidikan pembelajaran(wisata Komunitas Timur
Surabaya dasar-tinggi edukasi)
Padepokan Soerjo Nasional, Usia produktif- Milenial &Gen X, Niche Market Nilai sejarah
Alam Internasional lansia, pria pemerhati dan praktisi (Wisata Spiritual / dan budaya
&wanita, spiritual Spiritual Journey) yang tinggi
incomemenengah bagi pemerhati
ke atas, tingkat aliran spiritual
pendidikan
menengah
Swafoto di lansekap Kota Semua usia, pria Milenial, Gen Z Umum dan Side
persawahan Malang, &wanita, wisatawan transit attractionsbagi
Kepanjen, incomemenengah ke/dari Gunung daya tarik
Blitar, ke bawah, tingkat Kawi wisata lainnya
Surabaya pendidikan
menengah
Ritual Kebudayaan Nasional, Usia produktif, Menggemari ritual Niche Market Event
Masyarakat Internasional pria &wanita, budaya asli/otentik (Kebudayaan dan kebudayaan
incomemenengah Tradisi tahunan yang
- atas, pendidikan: Masyarakat) potensial
SMA – Tinggi
Sumber: Data Olahan, 2020

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 239
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

SIMPULAN Pada sisi permintaan wisata, Desa Ngajum


Kesimpulan yang dapat ditarik adalah bahwa memiliki potensi besar bonus demografi jumlah
secara umum Desa Ngajum memiliki potensi penduduk. Jumlah penduduk sebesar 12.337
wisata yang masih belum tergali dan yang terdiri atas 3.474 keluarga selama ini
teroptimalkan dengan baik. Potensi wisata yang melakukan aktivitas rekreasi di luar wilayah
terdapat di Desa Ngajum terdapat pada kedua Desa Ngajum. Ke depannya, masyarakat ini
sisi, baik penawaran maupun dari sisi yang diharapkan menjadi pasar utama bagi
permintaan pariwisata. Kekurangan yang atraksi wisata yang dimiliki oleh Desa Ngajum.
terdapat pada sisi penawaran, khususnya pada Potensi lainnya adalah jumlah warga
komponen daya tarik wisata (attractions) dan Kecamatan Ngajung yang besar, yaitu 49.504
komponen ketersediaan paket wisata (available jiwa, artinya terdapat 37.167 warga se-
packages) akan dapat teratasi dengan kecamatan di luar Desa Ngajum yang
dikembangkannya atraksi wisata buatan berupa berpotensi menjadi pengunjung (excursionists)
kolam renang pada lahan desa di titik koordinat ke Desa Ngajum. Letak Desa Ngajum yang
8°05'55.4"LS 112°32'38.0"BT seluas 6000m2 cukup strategis pada perlintasan jalur wisata
yang memang sudah direncanakan bahkan religi Gunung Kawi juga merupakan potensi
sebelum studi ini dilakukan. Dengan catatan yang tidak bisa dikesampingkan. Jalur wisata
bahwa pembangunan fisik wahana tirta religi yang mampu mendatangkan ratusan ribu
dilakukan dengan mengoptimalkan pandangan pengunjung per tahun ini tentu juga berpotensi
memberikan kontribusi wisatawan yang transit
ke lansekap persawahan yang mengelilingi area
lahan sebagai daya tarik penunjang, dan pada saat mereka sedang menuju ke atau dari
dikembangkan dengan prinsip ramah destinasi utama mereka Gunung Kawi.
lingkungan sekaligus mengangkat nilai budaya Sehubungan dengan kesimpulan ini, maka
dan manfaat masyarakat setempat. Selanjutnya, penelitian lanjutan yang perlu dilakukan
lahan desa pada koordinat 8°06'43.3"LS adalah pengkajian strategi pengembangan
112°32'21.5"BT seluas 1,7 hektar dapat produk wisata di Desa Ngajum dengan
dimanfaatkan sebagai area aktivitas ekowisata mengidentifikasi aspek kekuatan, kelemahan,
dan agrowisata, sementara perkebunan kopi peluang dan ancaman yang dimiliki oleh Desa
yang dimiliki oleh masyarakat desa pada Ngajum dan berbagai aspek terkait lainnya.
koordinat 8°03'01.9"LS 112°31'09.0"BT dapat Kajian lanjutan terkait dengan pasar wisata juga
pula dimanfaatkan sebagai lokasi aktivitas dibutuhkan. Pada akhirnya perlu pula dilakukan
ekowisata/agrowisata. Potensi atraksi wisata suatu kajian rencana tapak terhadap tiga daya
yang juga perlu dikembangkan adalah Pabrik tarik wisata potensial tersebut, yang diawali
Susu Greenfield yang berpotensi menjadi lokasi dengan studi kelayakan tiap-tiap daya tarik
factory tour. Semua potensi ini tentu harus wisata yang hendak dikembangkan.
dirancang dan dikembangkan secara bertahap
agar mendapatkan hasil yang optimal bagi
masyarakat desa Ngajum. Oleh karenanya UCAPAN TERIMA KASIH
pengelolaan atraksi potensial ini perlu Ucapan terima kasih atas partisipasi masyarakat
memanfaatkan peranan daripada Bumdes dan Desa Ngajum, khususnya Bapak Kades Setyo
Pokdarwis Desa Ngajum sebagai aktor utama Budi dan Bapak Taofiq Hidayah yang turut serta
dari kepariwisataan di Desa Ngajum. berkontribusi atas selesainya kajian ini.
Komponen fasilitas wisata (amenities) sudah
cukup baik, sedangkan aktivitas wisata
(activities) tentunya akan selaras dengan REFERENSI
pengembangan atraksi wisata. Komponen Alghizzawi, M. (2019). A survey of the role
aksesibilitas (accessibilities) dan layanan of social media platforms in viral
tambah (ancillary services) merupakan marketing: The influence of eWOM.
komponen produk wisata yang sudah dapat International Journal of Information
dikategorikan dalam kondisi baik. Technology, 3(2), 54–60.

240 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Andreopoulou, Z., Tsekouropoulos, G., Atmoko, T. P. H. (2014). Strategi


Koliouska, C., & Koutroumanidis, T. Pengembangan Potensi Desa Wisata
(2014). Internet marketing for Brajan Kabupaten Sleman. Jurnal
sustainable development and rural Media Wisata, 12(2), 146–154.
tourism. International Journal of https://amptajurnal.ac.id/index.php/MW
Business Information Systems, 16(4), S/article/view/87
446.
https://doi.org/10.1504/IJBIS.2014.0639 Ayu, I. G., Suryawardani, O., Wiranatha, A.
31 S., & Petr, C. (2014). Destination
Marketing Strategy in Bali Through
Arcana, K. T. P., & Wiweka, K. (2015). The Optimizing the Potential of Local
Potential Development of Community Products. Journal of Tourism, 1(1), 35–
Based Tourism at Ambengan Village, 49.
Buleleng Regency, Bali. Journal of https://doi.org/10.24922/eot.v1i1.19302
Business on Hospitality and Tourism,
1(1), 11. Bell, S., Tyrv Äinen, L., Siev Änen, T., Pr
https://doi.org/10.22334/jbhost.v1i1.14 Öbstl, U., & Simpson, M. (2007).
Outdoor Recreation and Nature
Ashar, A., & Agustang, A. (2020). Dampak Tourism: A European Perspective.
Sosial Dana Desa Dalam Kesejahteraan Living Reviews in Landscape Research,
Masyarakat Di Desa Kalola, Kecamatan 1(2), 2. https://doi.org/10.12942/lrlr-
Maniangpajo, Kabupaten Wajo. Jurnal 2007-2
Sosialisasi, 7(2), 19–25.
Bethapudi, A. (2015). Role of ICT in
Asmoro, A. Y., Aly, M. N., & Pratama, H. F. promoting a rural tourism product.
(2020). Identifikasi Service Blueprint di Journal of Tourism and Hospitality,
Desa Wisata Kebontunggul (Lembah 4(3), 154.
Mbencirang), Kecamatan Gondang, http://www.omicsgroup.org/journals/rol
Kabupaten Mojokerto. Inovbiz: Jurnal e-of-ict-in-promoting-a-rural-tourism-
Inovasi Bisnis, 8(2), 1–13. product-2167-0269-
1000154.php?aid=57960
Asmoro, A. Y., & Aziz, M. (2020). Potensi
Pengembangan Setigi sebagai Destinasi Briedenhann, J., & Wickens, E. (2004).
Wisata. JMK (Jurnal Manajemen Dan Tourism routes as a tool for the
Kewirausahaan), 5(3), 228. economic development of rural areas—
https://doi.org/10.32503/jmk.v5i3.1136 vibrant hope or impossible dream?
Tourism Management, 25(1), 71–79.
Asmoro, A. Y., & Yusrizal, F. (2020). https://doi.org/10.1016/S0261-
Potensi Pola Perjalanan Ekowisata Jawa 5177(03)00063-3
Timur Pasca Pandemi Covid-19. Jurnal
IPTA (Industri Perjalanan Wisata), Buckles, D. (2019). Participatory action
8(2), 1–22. research: Theory and methods for
engaged inquiry.
Asmoro, A. Y., Yusrizal, F., & Saputra, I. Journals.Sagepub.Com.
(2020). Pariwisata Berbasis Masyarakat https://doi.org/10.4324/9781351033268
di Desa Sekapuk – sebuah Participatory
Action Research. Jurnal Pendidikan Buhalis, D. (2000). Marketing the
Dan Pemberdayaan Masyarakat, 7(2), competitive destination of the future.
1–19. Tourism Management, 21(1), 97–116.

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 241
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

https://doi.org/10.1016/S0261-
5177(99)00095-3 Costa, A. P. (2020). Computer Supported
Qualitative Research (A. P. Costa, L. P.
Butler, R. W. (2019). Tourism carrying Reis, & A. Moreira (eds.); Vol. 1068,
capacity research: a perspective article. Issue September 2019). Springer
Tourism Review, 75(1), 207–211. International Publishing.
https://doi.org/10.1108/TR-05-2019- https://doi.org/10.1007/978-3-030-
0194 31787-4

Cahyono, H., Aziz, N. L. L., Nurhasim, M., Costa, C. (2019). Tourism planning: a
Rahman, A. R., & Zuhro, R. Si. (2020). perspective paper. Tourism Review,
Pengelolaan Dana Desa Studi dari Sisi 75(1), 198–202.
Demokratis dan Kapasitas Pemerintahan https://doi.org/10.1108/TR-09-2019-
Desa. In Proposal SIMLITAMAS. 0394
https://www.kemenkeu.go.id/media/674
9/buku-pintar-dana-desa.pdf Costa, C. (2020). A Model for the
Development of Innovative Tourism
Candelo, E., Casalegno, C., Civera, C., & Products : From Service to A Model for
Büchi, G. (2019). A ticket to coffee: the Development of Innovative Tourism
Stakeholder view and theoretical Products : from Service to
framework of coffee tourism benefits. Transformation. May.
Tourism Analysis, 24(3), 329–340. https://doi.org/10.3390/su12114362

Carlsen, J. (1999). A systems approach to Daher, I. S. (2016). Pemberdayaan


island tourism destination management. masyarakat melalui koperasi kasongan
Systems Research and Behavioral usaha bersama (kub) di desa wisata
Science, 16(4), 321–327. kasongan bantul yogyakarta. Jurnal
https://doi.org/10.1002/(SICI)1099- Elektronik Mahasiswa Pend. Luar
1743(199907/08)16:4<321::AID- Sekolah - S1, 5(4), 1–12.
SRES255>3.0.CO;2-5
Diyah, D. A., & Widari, S. (2015).
Chahal, H., & Devi, A. (2015). Destination Perkembangan desa wisata jatiluwih
Attributes and Destination Image setelah unesco menetapkan subaknya
Relationship in Volatile Tourist sebagai bagian dari warisan budaya
Destination: Role of Perceived Risk. dunia. In jumpa (Vol. 2).
Metamorphosis: A Journal of https://ojs.unud.ac.id/index.php/JAT/arti
Management Research, 14(2), 1–19. cle/download/6078/4572
https://doi.org/10.1177/0972622520150
203 Dwi Ginanti, L. (2020). Perkembangan
PTPN IX Agrowisata Kampoeng Kopi
CNN Indonesia. (2020). 479 Desa Wisata Banaran di Kabupaten Semarang Tahun
Jatim Dibuka, Protokol Kesehatan 2002-2017. In ejournal3.undip.ac.id
Diperketat. (Vol. 1, Issue 1).
https://www.cnnindonesia.com/nasional https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/h
/20200706064403-20-521181/479-desa- istoriografi/article/view/27808
wisata-jatim-dibuka-protokol-
kesehatan-diperketat Farhan, A. (2018). Analisis Pemberdayaan
Masyarakat Desa Wisata Candirejo
Cooper, C. (1998). Tourism : principles and Kecamatan Borobudur Kabupaten
practice (2nd ed.). Magelang. Journal of Politic and

242 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Government Studies, 7(2), 1–28. Gillis, A., & Jackson, W. (2002). Research
https://www.m- for nurses : methods and interpretation.
culture.go.th/mculture_th/download/kin F.A. Davis Co.
g9/Glossary_about_HM_King_Bhumib http://search.ebscohost.com/login.aspx?
ol_Adulyadej’s_Funeral.pdf direct=true&scope=site&db=nlebk&db
=nlabk&AN=82216
Fatima, W. Q., Khairunisa, L., Priatna, D. C.,
& Prihatminingtyas, B. (2019). Giri, W. (2010). Sajen dan Ritual Orang
Pembelajaran Bahasa Inggris Melalui Jawa. Penerbit Narasi.
Media Game Pada Panti Asuhan Al
Maun Di Desa Ngajum. Seminar Given, L. M. (2008). The Sage encyclopedia
Nasional Sistem Informasi, September, of qualitative research methods. Sage
1728. https://doi.org/2598-0076 Publications.

Fauzanto, A. (2020). Problematika korupsi Goenadhi, F., & Rahadi, D. R. (2020). Who
dana desa pada pelaporan dan Is The Target Market Of Digital
pertanggungjawaban keuangan desa Tourism 4.0? FIRM Journal of
berdasarkan prinsip transparansi, Management Studies, 5(1), 50–61.
akuntabilitas, dan partisipatif. Widya
Yuridika: Jurnal Hukum, 3(1), 43–52. Goi, C. L. (2009). A review of marketing
mix: 4Ps or more? International Journal
Febriana, Y. E., & Pangestuti, E. (2018). of Marketing Studies, 1(1), 2.
Analisis dampak pengembangan
kepariwisataan dalam menunjang Gordon, I., & Champion, T. (2020). Towards
keberlanjutan ekonomi dan sosial a sustainable, negotiated mode of
budaya lokal masyarakat (Studi pada strategic regional planning: a political
Desa Wisata Gubugklakah, Kecamatan economy perspective. Regional Studies,
Poncokusumo, Kabupaten Malang). 53, 1–12.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 61(4), https://doi.org/10.1080/00343404.2020.
143–150. 1759795

Fikri, Z., & Septiawan, Y. (2020). Hall, D., Kirkpatrick, I., & Mitchell, M.
Pemanfaatan dana desa dalam (2005). Rural Tourism and Sustainable
pengembangan desa wisata di desa Business.
kurau barat 1.Zakiyudin. Ilmiah Politik,
Kebijakan Dan Sosial, 2(1), 24–32. Halsall, D. (1992). Transport for tourism and
recreation. Modern Transport
Forstner, K. (2004). Community ventures Geography., 155–177.
and access to markets: The role of https://www.cabdirect.org/cabdirect/abst
intermediaries in marketing rural ract/19921850346
tourism products. Development Policy
Review, 22(5), 497–514. Harman, S. (2007). Importance of
https://doi.org/10.1111/j.1467- Destination Attributes Affecting
7679.2004.00262.x Destination Choice of. Journal of
Commerce & Tourism Education
Ghatnekar, P. (2017). Persuasive technology Faculty, 1, 131–145.
in tourism online experiences and
implications on tourist buying Haryanto, J. T. (2014). Model
behaviour. University of Plymouth. Pengembangan Ekowisata Dalam
Mendukung Kemandirian Ekonomi

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 243
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Daerah Studi Kasus Provinsi Diy. (Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul,
Jurnal Kawistara, 4(3). Kabupaten Magelang). Jurnal
https://doi.org/10.22146/kawistara.6383 Pariwisata Terapan, 3(2), 124.
https://doi.org/10.22146/jpt.43802
Hermawan, H. (2017). Dampak
Pengembangan Desa Wisata Jeffries, D. J. (1971). Defining the tourist
Nglanggeran Terhadap Ekonomi product — and its importance in tourism
Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata, marketing. The Tourist Review, 26(1),
III(2), 105–117. 2–5. https://doi.org/10.1108/eb057631
https://doi.org/10.31219/osf.io/xhkwv
Kementerian Pariwisata. (2019). Buku
Ho, P.-T., & Lee, C.-T. (2020). Constructing Pedoman Desa Wisata. Kementerian
integrated rural tourism innovation Pariwisata.
development indicators. International
Journal of Organizational Innovation, Khasanah, S. A., & Susilowati, E. (2017).
12(4), 300–320. http://www.ijoi- Evaluasi pengetahuan tentang antibiotik
online.org/http://www.ijoi-online.org/ sirup kering pada ibu di RW III Desa
Ngajum, Kecamatan Ngajum,
Hodge, B. (2006). The goddess tour: Kabupaten Malang. Farm-Klin, 2(1),
Spiritual tourism/post-modern 12.
pilgrimage in search of atlantis. Popular
Spiritualities: The Politics of Komarani, U., Satjapradja, O., &
Contemporary Enchantment, 27. Salampessy, M. L. (2015). Identifikasi
dan Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata
Hodgson, P. (1990). New tourism product Alam (Studi Kasus di Taman Nasional
development. Tourism Management, Ujung Kulon). Jurnal Nusa Sylva,
11(1), 2–5. 15(2), 35–41.
https://doi.org/10.1016/0261-
5177(90)90002-q Kotler, Philip, & Franke, G. (1990).
Marketing: an introduction. Prentice-
Hwang, Y.-H., Gretzel, U., & Fesenmaier, D. Hall.
R. (2006). Multicity trip patterns:
Tourists to the United States. Annals of Kotler, Phillip, Bowen, J. T., Makens, J., &
Tourism Research, 33(4), 1057–1078. Baloglu, S. (2017). Marketing for
hospitality and tourism. Pearson
Indrasari, Y. (2020). Efesiensi Saluran Education.
Distribusi Pemasaran Kopi Rakyat Di Law, R., Li, G., Fong, D. K. C., & Han, X.
Desa Gending Waluh Kecamatansempol (2019). Tourism demand forecasting: A
(Ijen) Bondowoso. Jurnal Manajemen deep learning approach. Annals of
Pemasaran, 14(1), 44–50. Tourism Research, 75, 410–423.
https://doi.org/10.9744/pemasaran.14.1.
44-50 Lee, C.-F. (2015). Tourist satisfaction with
factory tour experience. International
Inskeep, E. (1991). Tourism planning: an Journal of Culture, Tourism and
integrated and sustainable development Hospitality Research, 9(3), 261–277.
approach. Van Nostrand Reinhold. https://doi.org/10.1108/IJCTHR-02-
2015-0005
Ira, W. S., & Muhamad, M. (2020).
Partisipasi Masyarakat pada Penerapan Lehto, X. Y., Lin, Y. C., Chen, Y., & Choi,
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan S. (2012). Family Vacation Activities

244 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

and Family Cohesion. Journal of Travel Maulany, R. I., Putri, A. U. B., & Achmad,
and Tourism Marketing, 29(8), 835– A. (2018). Identifikasi potensi obyek
850. ekowisata desa bonto masunggu,
https://doi.org/10.1080/10548408.2012. kecamatan tellu limpoe, kabupaten
730950 bone. Perennial, 14(1), 1.
https://doi.org/10.24259/perennial.v14i1
Leiper, N. (1990). Tourism Systems: An .4997
Interdisciplinary Perspective.
Department of Management Systems, Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Business Studies Faculty, Massey Pariwisata Nomor
University. KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang
https://books.google.co.id/books?id=f5 Pedoman Program Nasional
XHAAAACAAJ Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Pariwisata, Pub. L. No. Nomor
Lin, C.-H. (2020). Industrial tourism: KM.18/HM.001/MKP/2011, 1 (2011).
moderating effects of commitment and
readiness on the relationship between Merriam, S. B., & Grenier, R. S. (2019).
tourist experiences and perceived Qualitative Research in Practice:
souvenir value. International Journal of Examples for Discussion and Analysis.
Culture, Tourism and Hospitality Wiley.
Research, ahead-of-p(ahead-of-print).
https://doi.org/10.1108/IJCTHR-02- Morrison, A. M. (2013). Marketing and
2019-0027 managing tourism destinations. In
Marketing and Managing Tourism
Lohmann, G., Albers, S., Koch, B., & Destinations.
Pavlovich, K. (2009). From hub to https://doi.org/10.4324/9780203081976
tourist destination–An explorative study
of Singapore and Dubai’s aviation- Neuman, W. L. (2014). Social Research
based transformation. Journal of Air Methods; Qualitative and Quantitative
Transport Management, 15(5), 205– Approaches Seventh Edition. In
211. Pearson.
http://arxiv.org/abs/1210.1833%0Ahttp:
MacDonald, C. (2012). Understanding PAR: //www.jstor.org/stable/3211488?origin=
A Qualitative Research Methodology. crossref%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.g
Canadian Journal of Action Research, ov/pubmed/12655928
13(2), 34–50.
file:///C:/Users/Christelle/Downloads/37 Panyik, E., Costa, C., & Rátz, T. (2011).
-Article Text-89-1-10- Implementing integrated rural tourism:
20120913.pdf%0Ahttps://pdfs.semantic An event-based approach. Tourism
scholar.org/3b78/ecfe0b4a0a7591d2ea0 Management, 32(6), 1352–1363.
68c71e8ea320ff451.pdf https://doi.org/10.1016/j.tourman.2011.
01.009
Maldonado-Erazo, C. P., del Río-Rama, M.
de la C., Noboa-Viñan, P., & Álvarez- Parsons, H., Mackenzie, S. H., & Filep, S.
García, J. (2020). Community-Based (2020). New perspectives on tour
Tourism in Ecuador: Community guiding: Mediating spiritual tourist
Ventures of the Provincial and Cantonal experiences. CAUTHE 2020: 20: 20
Networks. Sustainability, 12(15), 6256. Vision: New Perspectives on the
https://doi.org/10.3390/su12156256 Diversity of Hospitality, Tourism and
Events, 470.

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 245
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Priyanto, P. (2016). Pengembangan Potensi


Parthasarathy, A., G, S., Bhanu, T., & Desa Wisata Berbasis Budaya Tinjauan
Unnikrishnan, H. (2020). Destinational Terhadap Desa Wisata Di Jawa Tengah.
Sustainability Analysis Through Jurnal Vokasi Indonesia, 4(1).
Netnography: Review on Hampi’s https://doi.org/10.7454/jvi.v4i1.53
Attraction, Accessibility and Amenities.
SSRN Electronic Journal. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
https://doi.org/10.2139/ssrn.3678468 Nasional, & Tim Redaksi Kamus Besar
Bahasa Indonesia. (2007). Kamus Besar
Peña, A. I. P., & Jamilena, D. M. F. (2009). Bahasa Indonesia. Balai Pustaka.
The relationship between business https://opac.perpusnas.go.id/DetailOpac.
characteristics and ICT deployment in aspx?id=345332
the rural tourism sector. The case of
Spain. International Journal of Tourism Rahmafitria, F., Pearce, P. L., Oktadiana, H.,
Research, 12(1), n/a-n/a. & Putro, H. P. H. (2020). Tourism
https://doi.org/10.1002/jtr.735 planning and planning theory: Historical
roots and contemporary alignment.
Pomering, A., Noble, G., & Johnson, L. Tourism Management Perspectives, 35,
(2008). A sustainability roadmap for 100703.
contemporary marketing education: https://doi.org/10.1016/j.tmp.2020.1007
thinking beyond the 4Ps. Academy of 03
Marketing Conference, Aberdeen,
Scotland. Rahman, K. M. (2016). Strategic Planning
and Marketing Models’. Strategic
Pontoh, N. K., & Kustiwan, I. (2009). Marketing Management in Asia.
Pengantar Perencanaan Perkotaan. In Emerald Group Publishing Limited, 59–
Bandung: Penerbit ITB. ITB PRESS. 110.
https://doi.org/10.1212/wnl.0000000000
000212 Rasoolimanesh, S. M., Ramakrishna, S.,
Hall, C. M., Esfandiar, K., & Seyfi, S.
Pradhana, A. O. (2012). Strategi (2020). A systematic scoping review of
pengembangan desa wisata Candirejo sustainable tourism indicators in relation
oleh koperasi desa wisata Candirejo to the sustainable development goals.
kabupaten Magelang [UNS (Sebelas Journal of Sustainable Tourism.
Maret University)]. https://doi.org/10.1080/09669582.2020.
https://digilib.uns.ac.id/dokumen/30719/ 1775621
Strategi-pengembangan-desa-wisata-
Candirejo-oleh-koperasi-desa-wisata- Remoaldo, P., Serra, J., Marujo, N., Alves, J.,
Candirejo-kabupaten-Magelang Gonçalves, A., Cabeça, S., & Duxbury,
N. (2020). Profiling the participants in
Prasiasa, D., & Damanik, D. (2010). creative tourism activities: Case studies
Terasering Sawah Desa Wisata from small and medium sized cities and
Jatiluwih Sebagai Daya Tarik Wisata: rural areas from Continental Portugal.
Kajian Estetika Post Modern. Tourism Management Perspectives,
http://portal.kopertis3.or.id/handle/1234 36(September), 100746.
56789/1638 https://doi.org/10.1016/j.tmp.2020.1007
46
Undang-Undang RI No 6 Tahun 2014
Tentang Desa, Pub. L. No. UU RI No 6
Tahun 2014 Tentang Desa (2014).

246 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Richards, G., & Raymond, C. (2000). halus pada anak usia prasekolah di tk ra
Creative tourism. ATLAS News, 23(8), diponegoro desa ngajum kabupaten
16–20. malang. Jurnal Kesehatan
Mesencephalon, 5(2).
Rini, W. S. D., & Tarigan, M. I. (2020). https://doi.org/10.36053/mesencephalon
Pemanfaatan Wisata Mata Air yang .v5i2.181
Dikelola oleh BUMDES di Desa Belik.
Jurnal Pengabdian Dan Peningkatan Smith, S. L. J. (1994). The tourism product.
Mutu Masyarakat, 1(1), 75–81. Annals of Tourism Research, 21(3),
https://doi.org/10.22219/janayu.v1i1.11 582–595. https://doi.org/10.1016/0160-
481 7383(94)90121-X

Sautter, E. T., & Leisen, B. (1999). Song, H., Qiu, R. T. R., & Park, J. (2019). A
MANAGING STAKEHOLDERS A review of research on tourism demand
Tourism Planning Model. In Annals of forecasting: Launching the Annals of
Tourism Research (Vol. 26, Issue 2). Tourism Research Curated Collection
on tourism demand forecasting. Annals
Schiefelbusch, M., Jain, A., Schäfer, T., & of Tourism Research, 75, 338–362.
Müller, D. (2007). Transport and
tourism: roadmap to integrated planning Sriwi, A., & Hulfa, I. (2019). Identifikasi
developing and assessing integrated potensi wisata desa selong belanak
travel chains. Journal of Transport kabupaten lombok tengah. Hospitality,
Geography, 15(2), 94–103. 8(2).
https://doi.org/10.1016/j.jtrangeo.2006.1
2.009 Streubert, H. J., Speziale, H. S., & Carpenter,
D. R. (1995). Qualitative Research in
Scuttari, A., Lucia, M. Della, & Martini, U. Nursing: Advancing the Humanistic
(2013). Integrated planning for Imperative. Lippincott.
sustainable tourism and mobility. A https://books.google.co.id/books?id=_R
tourism traffic analysis in Italy’s South 1tAAAAMAAJ
Tyrol region. Journal of Sustainable
Tourism, 21(4), 614–637. Subehi, F., Luthfi, A., Mustofa, M. S., &
https://doi.org/10.1080/09669582.2013. Gunawan, G. (2020). Peran Badan
786083 Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Shikida, A., Yoda, M., Kino, A., & Di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten.
Morishige, M. (2010). Tourism Umbara: Indonesian Journal of
Relationship Model and Intermediary Anthropology, 5(1), 34–43.
for Sustainable Tourism Management: https://doi.org/10.24198/umbara.v3i1.25
Case Study of the Kiritappu Wetland 670
Trust in Hamanaka, Hokkaido. Tourism
and Hospitality Research, 10(2), 105– Sulistyawati, A. S. (2010). Pengembangan
115. https://doi.org/10.1057/thr.2009.29 Desa Wisata Kendran sebagai Daya
Tarik Wisata di Kecamatan Tegalalang.
Sholikhin, M. (2010). Misteri bulan Suro: Jurnal Ilmiah Hospitality Management,
perspektif Islam Jawa. Penerbit Narasi. 1(1).

Sita Dewi, N. L. D. A., & Yulaika, A. Sunardi, N., & Lesmana, R. (2020).
(2019). Analisis faktor yang Pelaksanaan alokasi dana desa
mempengaruhi perkembangan motorik terhadapmanajemen keuangan desa

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 247
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

dalam meningkatkan efektivitas Tomej, K., & Liburd, J. J. (2020).


program desa sejahtera. Jurnal Sustainable accessibility in rural
Sekuritas, 3(1), 277–288. destinations: a public transport network
approach. Journal of Sustainable
Susyanti, D. W., & Latianingsih, N. (2013). Tourism, 28(2), 222–239.
Potensi Desa melalui Pariwisata https://doi.org/10.1080/09669582.2019.
Pedesaan. Ekonomi Dan Bisnis, 12(1), 1607359
33–36.
Tosun, C., & Timothy, D. J. (2001).
Sutedjo, A. (2019). Identifikasi potensi desa Shortcomings in planning approaches to
mojo kecamatan kalitidu kabupaten tourism development in developing
bojonegoro sebagai desa wisata countries: the case of Turkey.
berdasarkan community based tourism. International Journal of Contemporary
Jurnal Geografi, XVII(2), 65–78. Hospitality Management, 13(7), 352–
359.
Swarbrooke, J. (2002). The Development and https://doi.org/10.1108/0959611011040
Management of Visitor Attractions (2nd 3910
ed.). Butterworth-Heinemann.
Tóth, G., & Dávid, L. (2010). Tourism and
Swarbrooke, J., & Horner, S. (2007). accessibility: An integrated approach.
Consumer behaviour in tourism. Applied Geography, 30(4), 666–677.
Routledge. https://doi.org/10.1016/j.apgeog.2010.0
1.008
Tan, S.-K., Kung, S.-F., & Luh, D.-B.
(2013). A model of ‘creative Truong, T.-H., & King, B. (2009). An
experience’in creative tourism. Annals evaluation of satisfaction levels among
of Tourism Research, 41, 153–174. Chinese tourists in Vietnam.
International Journal of Tourism
Tang, C., Weaver, D., & Lawton, L. (2017). Research, 11(6), 521–535.
Can stopovers be induced to revisit https://doi.org/10.1002/jtr.726
transit hubs as stayovers? A new
perspective on the relationship between Tyas, N. W., & Damayanti, M. (2018).
air transportation and tourism. Journal Potensi Pengembangan Desa Kliwonan
of Air Transport Management, 62, 54– sebagai Desa Wisata Batik di Kabupaten
64. Sragen. Journal of Regional and Rural
Development Planning, 2(1), 74.
Tanti, A., & Buhalis, D. (2017). The https://doi.org/10.29244/jp2wd.2018.2.1
influences and consequences of being .74-89
digitally connected and/or disconnected
to travellers. Information Technology & UIN Sunan Ampel Surabaya. (2015).
Tourism, 17(1), 121–141. Community based Research - Panduan
https://doi.org/10.1007/s40558-017- Merancang dan Melaksanakan
0081-8 Penelitian Bersama Komunitas.
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
The World Tourism Conference. (1980). Kepada Masyarakat Uin Sunan Ampel
Manila Declaration on World Tourism. Surabaya.
The World Tourism Conference,
October, 1–4. UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan, (2009) (testimony of
UU Nomor 10 Tahun 2009 tentang

248 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Kepariwisataan). Wulandari, A., & Adikampana, I. M. (2018).


https://doi.org/10.TAHUN Pengelolaan Taman Mumbul Sebagai
Daya Tarik Wisata Spiritual Di Desa
Väänänen, E., & Komppula, R. (2020). Sangeh, Kecamatan Abiansemal,
SUSTAINABLE TOURISM Kabupaten Badung. Jurnal Destinasi
DESTINATION MANAGEMENT Pariwisata, 5(2), 369.
Multiple case study from Lapland https://doi.org/10.24843/jdepar.2017.v0
Sustainable tourism destination 5.i02.p30
management [UNIVERSITY OF
EASTERN FINLAND]. Yusrizal, F., & Asmoro, A. Y. (2020).
https://epublications.uef.fi/pub/urn_nbn Dampak sosial budaya pariwisata:
_fi_uef-20200894/urn_nbn_fi_uef- masyarakat majemuk, konflik dan
20200894.pdf integrasi sosial di yogyakarta. Jurnal
Pariwisata, 7(2), 92–105.
Valsa, K. (2005). Action research for https://doi.org/https://dx.doi.org/10.313
improving practice - A Practical Guide. 11/par.v7i2.8559
In A SAGE Publication Campany (Vol.
36, Issue 6). Paul Chapman Publishing.
BIODATA PENULIS
Wall, G. (2020). From carrying capacity to Agung Yoga Asmoro, memperoleh gelar
overtourism: a perspective article. Sarjana Sains Terapan Pariwisata dan
https://doi.org/10.1108/TR-08-2019- Magister Manajemen Pariwisata dari Sekolah
0356 Tinggi Pariwisata Bandung. Saat ini aktif
sebagai dosen Akademi Pariwisata Nasional
Wang, M., Chen, L.-H., Su, P., & Morrison, Banjarmasin dengan NIDN 1130017901,
A. M. (2019). The right brew? An dosen LB di STP Satya Widya Surabaya.
analysis of the tourism experiences in pengelola biro perjalanan wisata
rural Taiwan’s coffee estates. Tourism https://lintangbuanatours.com dan tenaga ahli
Management Perspectives, 30, 147–158. pariwisata pada beberapa konsultan
pariwisata.
Wardani, D. K., & Utami, R. R. P. (2020).
Pengaruh Transparansi Pengelolaan Thamrin B. Bachri, merupakan Direktur
Keuangan Dana Desa Dan Jenderal Pemasaran Pariwisata dan
Pemberdayaan Masyarakat Terhadap Kerjasama Luar Negeri, DEPBUDPAR RI
Kesejahteraan Masyarakat Desa (2003-2008) menamatkan Pendidikan di
Sidoharjo. Kajian Bisnis STIE Widya Postgrad School of Hospitality and Tourism
Wiwaha, 28(1), 35–50. University of Wisconsin-Stout, USA (1990)
https://doi.org/10.32477/jkb.v28i1.376 dan alumni LEMHANAS KSA Angkatan X
Tahun 2002. Karir panjang dan luasnya sejak
Wearing, S., & Mc Donald, M. (2002). The 1980, kini mengajar di Sekolah Tinggi
development of community-based Pariwisata Bandung.
tourism: Re-thinking the relationship
between tour operators and development Alditia Detmuliati, menamatkan D4 dari
agents as intermediaries in rural and Universitas Riau pada tahun 2014, dan
isolated area communities. Journal of melanjutkan studi di Program Pascasarjana
Sustainable Tourism, 10(3), 191–206. Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung dan lulus
https://doi.org/10.1080/0966958020866 pada tahun 2016. Sempat menjadi tenaga
7162 pengajar di Akademi Pariwisata NHI Bandung pada
tahun 2017. Saat ini terdaftar sebagai dosen tetap di

https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 249
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436

Politeknik Negeri Sriwijaya dengan NIDN


0408069202.

250 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai