net/publication/346563401
CITATION READS
1 624
3 authors, including:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Agung Yoga Asmoro on 02 December 2020.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memetakan potensi wisata baik dari sisi
Histori Artikel produk maupun pasar wisata sebagai langkah awal dari pengembangan
kepariwisataan di Desa Ngajum. Penelitian ini merupakan community-
Submitted: based research yang diimplementasikan dengan pendekatan
25 September2020 Participatory Action Research. Analisis dilakukan melalui pendekatan
Reviewed:
1 Oktober 2020
komponen produk wisata 6A’s tanpa mengabaikan analisis pasar wisata.
Accepted: Temuan penelitian ini adalah bahwa Desa Ngajum memiliki potensi
14 Oktober 2020 wisata yang belum tergali. Kekurangan pada sisi komponen attractions
Published: dan available packages akan dapat teratasi dengan dikembangkannya
15 November 2020 atraksi wisata buatan pada lahan A, terdapat potensi aktivitas ekowisata
pada lahan B, agrowisata pada perkebunan kopi rakyat, wisata spiritual
di Padepokan Soerjo Alam, serta potensi kolaborasi factory tour dengan Pabrik Susu
Greenfield. Potensi ini harus dirancang bertahap agar mendapatkan hasil yang optimal bagi
masyarakat dengan melibatkan peranan Bumdes dan Pokdarwis sebagai aktor utama. Pada
akhirnya komponen amenities sudah cukup baik, sedangkan activities akan selaras dengan
pengembangan attractions. Adapun komponen accessibilities dan ancillary services
merupakan komponen produk wisata yang sudah dapat dikategorikan dalam kondisi baik.
Kata Kunci: Produk Wisata; Analisis Pasar Wisata; Wisata Desa; Ngajum
ANALYSIS OF RURAL TOURISM POTENTIALS USING 6A FRAMEWORK
A CASE STUDY IN NGAJUM VILLAGE, MALANG
ABSTRACT
This study aims to map tourism potential both in terms of tourism products and markets as an
initial step in developing tourism in Ngajum Village. This research is community-based
research implemented using the Participatory Action Research approach. The analysis was
carried out through 6A's tourism product component approach without disregarding the
tourism market analysis. The findings of this study are that Ngajum Village had untapped
tourism potentials. Weaknesses in the components of attractions and available packages will
be resolved by developing artificial attraction on land A, the potential for ecotourism
activities on land B, agro-tourism on people's coffee plantations, spiritual tourism in
Padepokan Soerjo Alam, as well as the potential for factory tour collaborations with
Greenfield Dairy Factory. These potentials must be designed in stages to obtain optimal
outcomes for the community by involving the roles of BUMDES and Pokdarwis as the main
actors. In the end, the amenities component is considerably good, while the activities will
align with the development of the attraction. The accessibilities and ancillary services are in
good condition.
Keywords : Tourism Product; Tourism Market Analysis; Rural Tourism; Ngajum
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
Doi: 10.36275/mws
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
232 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
dalam kepentingan untuk umum (4) pada TN Ujung Kulon pernah dilakukan oleh
keterbukaan, (5) proporsionalitas, (6) (Komarani et al., 2015); juga (Tyas &
profesionalitas, (7) akuntabilitas, (8) efektivitas, Damayanti, 2018) yang mengeksplorasi potensi
(9) kearifan lokal, (10) keberagaman, dan (11) pengembangan desa wisata batik; dan
partisipatif (Undang-Undang RI No 6 Tahun pengidentifikasian potensi wisata untuk
2014 Tentang Desa, 2014). Azas-azas ini lah dimanfaatkan sebagai modal pengembangan
yang seharusnya menjadi landasan di dalam pariwisata berbasiskan masyarakat (Sutedjo,
menyelenggarakan pemerintahan desa (Fikri & 2019).
Septiawan, 2020). Sejauh ini tidak ditemukan satu studi yang
Di sisi lain perencanaan pariwisata juga telah pernah dilakukan terkait identifikasi potensi
berevolusi dan bermigrasi dari hanya sekedar wisata di Desa Ngajum. Adapun beberapa
perencanaan ke suatu kawasan liburan yang penelitian yang pernah dilakukan di Desa
dilakukan saat waktu senggang, ke model Ngajum (Fatima et al., 2019; Khasanah &
perencanaan yang lebih kompleks. Sebut saja Susilowati, 2017; Sita Dewi & Yulaika,
realitas fenomena “over tourism” (Butler, 2019; 2019),kesemua studi tidak berkaitan dengan
Wall, 2020), pergeseran dari konsep waktu pariwisata sama sekali. Berdasarkan fakta-fakta
bebas dan tidak bekerja menjadi konsep di atas, maka diperlukan satu studi terkait
pariwisata holistik (C. Costa, 2019) karena para dengan pengidentifikasian potensi wisata yang
wisatawan senantiasa terhubung secara digital bertujuan untuk memetakan potensi wisata baik
ke pekerjaan mereka sepanjang waktu bahkan di dari sisi pasar, maupun produk sebagai langkah
saat mereka berwisata (Tanti & Buhalis, 2017), awal dari pengembangan kepariwisataan di
serta iklim kompetisi pariwisata yang semakin Desa Ngajum, Kecamatan Ngajung, Kabupaten
tinggi dimana keberhasilan destinasi semakin Malang.
bergantung pada kesan mendalam di benak
pengunjung (potensial dan aktual) untuk
mendapatkan posisi kompetitif (C. Costa, 2019, LITERATUR REVIEW
2020). Namun satu hal yang tetap sama adalah, Dalam setiap pembahasan pariwisata maka
bahwa proses identifikasi adalah merupakan kita tidak akan terlepas dari perspektif sistem
salah satu tahapan awal dari sebuah pariwisata yang di dalamnya membahas
perencanaan (Pontoh & Kustiwan, 2009) untuk tentang asal wisatawan dan tujuan wisata
“mencari, menemukan, mengumpulkan, (Leiper, 1990), sisi pasar (Phillip Kotler et al.,
meneliti, melakukan pendaftaran/pendataan, dan 2017; Morrison, 2013; Swarbrooke &
mencatat informasi dari lapangan” (Pusat Horner, 2007) dan destinasi (produk)
Bahasa Departemen Pendidikan Nasional & (Hodgson, 1990; Jeffries, 1971; Smith,
Tim Redaksi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1994), sisi penawaran dan permintaan (Law et
2007). al., 2019; Song et al., 2019), dimana diantara
Studi identifikasi wisata bukanlah barang baru, kedua kutub ini terdapat pihak-pihak yang
sudah ratusan atau bahkan ribuan studi memainkan peran sebagai perantara,
identifikasi wisata yang telah dilakukan dengan kesemuanya dipengaruhi oleh faktor-faktor
berbagai peruntukan kepentingan, diantaranya lingkungan pemberi pengaruh. Jika sistem
(Maulany et al., 2018; Sriwi & Hulfa, 2019) pariwisata ini diturunkan hingga tingkat desa,
yang melakukan studi untuk mengetahui potensi tetap saja tidak mengubah kompleksitas dari
obyek ekowisata, berupa data biofisik dan sistem kepariwisataan ini. Tingkat interaksi dan
budaya masyarakat; atau (Atmoko, 2014; kompleksitas pengembangan pariwisata
Priyanto, 2016; Susyanti & Latianingsih, 2013) pedesaan tetap multi-actors. Dari perspektif
yang melakukan studi untuk mengidentifikasi penawaran dan permintaan pariwisata,
potensi suatu desa untuk menjadi desa wisata. pengembangan pariwisata pedesaan
Pengidentifikasian potensi wisata alam dan memerlukan integrasi berbagai faktor, termasuk
memberikan penilaian terhadap DTW alam kerjasama dari unit pemerintah, masyarakat
warga, wisatawan, operator pariwisata, unit
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 233
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
akademisi profesional, industri lokal, LSM, dan layanan wisata lainnya, (4) fasilitas dan
sumber daya pariwisata setempat (Ho & Lee, layanan transportasi, (5) infrastruktur lain,
2020). dan (6) elemen institusi (Inskeep, 1991, pp.
38–39). Sementara Cooper mempopulerkan
konsep 3A’s, yaitu Attractions, Amenities,
Accessibilities (Cooper, 1998, pp. 105–107)
yang kemudian ditambahkan satu komponen
A lainnya, yaitu Ancillary pada kemudian
hari. Penggunaan terminologi A dalam
komponen produk pariwisata ini cukup
populer, ini bisa dilihat dari penggunaan
istilah yang serupa 5A’s diangkat oleh
Truong, yaitu attractions, access,
accommodation, amenities, awareness
Gambar 1. Sistem Pariwisata Leiper (Truong & King, 2009), Buhalis yang
Sumber: (Leiper, 1990) mempopulerkan 6A’s attractions, amenities,
accessibility, activities, available packages,
Produk Wisata dan ancillary services (Buhalis, 2000), dan
Proses perencanaan pada dasarnya terdiri Morrison dengan 10A’s (Morrison, 2013,
dari satu rangkaian proses yang umumnya pp. 19–21).Kajian ini mencoba
terdiri dari (1) studi persiapan, (2) penetapan mengidentifikasi potensi wisata di Desa
tujuan dan sasaran, (3) survei lapangan, (4) Ngajum dari perspektif 6A.
analisis dan sintesis, (5) formulasi rencana, Attractions atau daya tarik wisata adalah
(6) rekomendasi, (7) implementasi, dan (8) elemen yang paling signifikan dalam sistem
pengawasan (Inskeep, 1991, p. 28). Suatu pariwisata yang menjadi motivasi utama
perencanaan pariwisata bisa dikaji dari wisatawan di dalam melakukan suatu
banyak pendekatan, beberapa perencana ada perjalanan (Swarbrooke, 2002, p. 3).Atraksi
yang menggunakan pendekatan sistem dapat berupa (1) fitur dalam lingkungan
(Carlsen, 1999), pendekatan komprehensif alam (2) struktur bangunan dan arsitektur
(Tosun & Timothy, 2001), atau pendekatan buatan manusia yang dirancang untuk tujuan
terintegrasi (Schiefelbusch et al., 2007; selain menarik minat wisatawan, tetapi
Scuttari et al., 2013). Sementara perencana mampu menarik sejumlah besar pengunjung
lain melihat dari perspektif lingkungan dan yang menggunakannya sebagai sarana
pengembangan yang berkelanjutan rekreasi. (3) bangunan dan struktur buatan
(Rasoolimanesh et al., 2020; Väänänen & yang khusus dibangun untuk menarik
Komppula, 2020); pendekatan komunitas wisatawan dan pemenuhan kebutuhan serta
(Asmoro, Yusrizal, et al., 2020; Maldonado- keinginan pengunjung, seperti theme park,
Erazo et al., 2020), serta pendekatan realistis dan (4) acara spesial yang mampu menarik
(Gordon & Champion, 2020). Namun dari minat pengunjung untuk melakukan
berbagai pendekatan tersebut tetap akan perjalanan menuju acara spesial tersebut
merujuk pada komponen perencanaan (Swarbrooke, 2002, p. 5).
pariwisata yang kurang lebih sama.
Faktor kenyamanan wisatawan tergantung
Desa wisata bisa dilihat sebagai sebuah dari ketersediaan fasilitas di tempat tujuan
destinasi yang terdiri dari berbagai wisata (Parthasarathy et al., 2020).Amenities
komponen (Hall et al., 2005).Pengkategorian mencakup seluruh komponen fasilitas yang
terhadap komponen pengembangan tidak hanya memfasilitasi pengalaman
pariwisata ini cukup bervariasi. Inskeep wisatawan di tempat tujuan tetapi juga
mengelompokkan komponen pengembangan menambah pengalaman positifnya.Amenities
pariwisata ke dalam: (1) atraksi dan secara umum meliputi fasilitas akomodasi
aktivitas, (2) akomodasi, (3) fasilitas dan
234 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
dan makan minum, fasilitas ritel, dan ragam Activities adalah semua aktivitas dan
layanan wisata lainnya (Buhalis, 2000). kegiatan wisata yang tersedia di tempat
Beberapa contoh lain dari amenities tujuan dan apa saja yang dilakukan oleh
termasuk fasilitas pemenuhan kebutuhan pengunjung atau wisatawan selama
wisatawan seperti makanan dan minuman kunjungan (Buhalis, 2000). Aktivitas
(restoran, kafe, bar); transaksi keuangan rekreasi atau wisata berkisar dari bentuk
(bank, ATM, penukaran valuta asing, yang sangat pasif, seperti duduk santai atau
pembayaran digital); akomodasi (hotel, menikmati pemandangan hingga jenis
motel, tenda); komunikasi (telepon, kualitas aktivitas yang sangat aktif (Bell et al.,
sinyal yang baik untuk ponsel, jaringan 2007).Namun aktivitas wisata sendiri dapat
internet). Dalam perspektif tertentu, dikelompokkan ke dalam 4 (empat) kategori,
transportasi juga dapat dilihat sebagai bagian yaitu “something to see, something to do,
dari fasilitas pemberi faktor kenyamanan something to buy, something to learn” (Ayu
kepada wisatawan yang beririsan dengan et al., 2014).
parameter aksesibilitas serta amenitas lokal Pernyataan ini memiliki pemaknaan bahwa
untuk transportasi intra tujuan (Parthasarathy aktivitas wisata amat berkaitan erat dengan
et al., 2020). daya tarik wisata atau destinasi wisata yang
Accessibility meliputi keseluruhan dari suatu dikunjungi.Menurut Richards (2011) dalam
sistem dan moda transportasi yang meliputi (Remoaldo et al., 2020), kreativitas amat
unsur-unsur terminal, rute dan jenis berperan dalam mengimplementasikan
kendaraan (Buhalis, 2000), dimana pariwisata kreatif sebagai aktivitas wisata.
transportasi merupakan salah satu prasyarat Hal ini melibatkan keterlibatan aktif
mendasar bagi keberadaan pariwisata yang wisatawan dalam berbagai kegiatan kreatif di
merupakan elemen kunci yang tempat yang mereka kunjungi, atau sebagai
menghubungkan wisatawan ke tujuan yang latar belakang aktivitas di mana wisatawan
akan diakses (Tóth & Dávid, 2010). Medlik menempatkan diri di lingkungan kreatif yang
(2003) dalam (Tomej & Liburd, 2020) dipilih.Masyarakat Indonesia, terlebih
berpendapat bahwa aksesibilitas adalah satu masyarakat desa di Jawa umumnya memiliki
dari tiga hal yang paling menentukan karakter hubungan kekeluargaan yang erat
pentingnya sebuah tujuan wisata. Dimana dan rukun (Yusrizal & Asmoro, 2020).Tidak
aksesibilitas didefinisikan sebagai fungsi jarang ditemukan bahwa suatu perjalanan
jarak dari pusat-pusat populasi, yang wisata dilakukan bersama-sama anggota
merupakan pasar wisata, dan transportasi keluarga.Kegiatan rekreasi bersama ini
eksternal, yang memungkinkan tujuan yang berperan dalam membangun dan memelihara
akan dicapai. Kemudahan elemen batasan dalam keluarga, menciptakan
transportasi/aksesibilitas tidak hanya perasaan terhubung dan mempromosikan
memudahkan pencapaian tujuan namun juga kepentingan kolektif di antara anggota
menjadi bagian dari aktivitas wisata itu keluarga (Lehto et al., 2012).
sendiri.Biaya yang rendah dan jarak
perjalanan relatif secara dramatis Ketersediaan paket-paket wisata (available
meningkatkan permintaan untuk perjalanan packages) yang telah diatur sebelumnya oleh
wisata (Halsall, 1992).Namun demikian, perantara dan pengelola destinasi adalah
karakter masyarakat di Jawa Timur salah satu komponen yang mempengaruhi
mengindikasikan bahwa perjalanan kesuksesan destinasi wisata (Buhalis,
didominasi oleh perjalanan dalam 2000).Salah satu karakter dari destinasi
kabupaten.Ini menandakan bahwa mayoritas wisata adalah entitas yang paling sulit untuk
pengunjung berkendara dalam radius dekat dikelola dan dipasarkan.Hal ini karena
dan tidak keluar dari wilayah tempat kompleksitas hubungan antar pemangku
tinggalnya (Asmoro & Yusrizal, 2020). kepentingan (Sautter & Leisen, 1999).Dalam
sebuah destinasi, peran dari perantara ini
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 235
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
amat signifikan karena seringkali desa wisata negatif (Truong & King, 2009).Selanjutnya
menghadapi masalah dalam memasarkan Harman (2007) dalam (Chahal & Devi,
produk wisata mereka.Mereka umumnya 2015) menegaskan bahwa aspek layanan
bergantung pada perantara, seperti tambahan dan atribut kesadaran adalah hal
perusahaan swasta (biro perjalanan utama yang secara signifikan mempengaruhi
wisata/agen perjalanan), organisasi citra destinasi dan mempengaruhi wisatawan
keanggotaan (grup/komunitas), institusi untuk melakukan kunjungan ulang ke suatu
publik (pemerintah) dan organisasi non- destinasi.Berdasarkan kenyataan ini, dalam
pemerintah, untuk mendapatkan akses pasar pengembangan desa wisata komponen
(Forstner, 2004; Shikida et al., layanan tambahan haruslah menempati skala
2010).Namun, hubungan ini harus prioritas, sejajar dengan komponen-
mempertimbangkan aspek pengetahuan komponen produk wisata lainnya.
lokal ketika merencanakan dan merancang
Pasar Wisata
paket-paket program wisata (Wearing & Mc
Donald, 2002).Selayaknya suatu hubungan Dalam perspektif destinasi, maka pihak
apapun, dalam konteks hubungan antara pengelola Wisata Desa/Desa Wisata adalah
desa wisata sebagai destinasi dengan memainkan peran sebagai DMO
perantara, intensitas dan kedekatan antara (Destination Management Organisations).
keduanya memiliki peran penting dalam Pemasaran destinasi adalah salah satu peran
membangun kepercayaan yang berujung DMO terpenting (Morrison, 2013, p. 69).
kepada kesuksesan pengintegrasian Perencanaan pemasaran pada destinasi
informasi dan pengetahuan masyarakat desa seharusnya menempati prioritas bagi DMO,
ke dalam paket-paket wisata yang dan perencanaan pemasaran ini harus
dipasarkan (Panyik et al., 2011).Dalam dilakukan secara profesional dan
konteks penyediaan paket-paket wisata, tidak menyeluruh (Rahman, 2016). Pemasaran dan
menutup pula peluang pengembangan model promosi itu membutuhkan biaya yang
bisnis community-based intermediaries seringkali tidak murah, sehingga membuat
(CBI) yang berfungsi sebagai kepanjangan pilihan yang tepat tentang pasar mana yang
tangan dari destinasi dalam memasarkan akan ditargetkan dan bagaimana
produk desa wisatanya (Shikida et al., 2010). mengkomunikasikannya dengan paling
CBI ini selanjutnya bisa memainkan peran efektif adalah yang salah satu faktor
aktif dengan melakukan upaya pemasaran terpenting, termasuk di sini adalah
langsung kepada target pasar, ataupun tidak memikirkan tentang target pasar wisatawan
langsung dengan melalui perantara lain di digital (Goenadhi & Rahadi, 2020).
daerah asal wisatawan potensial, atau dengan Persaingan antar destinasi sangat ketat
memanfaatkan ketersediaan kanal pemasaran (Alghizzawi, 2019; Ghatnekar, 2017), jadi
modern (Andreopoulou et al., 2014; ada kebutuhan konstan untuk selalu eksis
Bethapudi, 2015; Peña & Jamilena, 2009). agar mampu memikat calon wisatawan.
Layanan tambahan (Ancillary services) Pemasaran dan promosi pada destinasi ini
adalah layanan yang digunakan oleh memiliki sifat dinamis dan membutuhkan
wisatawan seperti bank, telekomunikasi, pos, kreativitas dan inovasi tingkat tinggi
agen berita, rumah sakit, dan lain-lain (Richards & Raymond, 2000; Tan et al.,
(Buhalis, 2000).Pengembangan layanan 2013). Meskipun situasi lapangan berubah
tambahan merupakan salah satu penentu dengan cepat, hal itu harus didasarkan pada
dalam mengamankan usaha wisata di daerah pendekatan ilmiah dengan menggunakan
pedesaan yang kurang berkembang penelitian yang solid dan prosedur sistematis
(Briedenhann & Wickens, 2004).Jenis dan yang terbukti menghasilkan hasil yang
ketersediaan layanan tambahan di dalam paling efektif. Keberhasilan pemasaran
destinasi wisata ini mempengaruhi persepsi terjadi jika pemasaran ditetapkan dengan
wisatawan, baik secara positif maupun membidik kelompok wisatawan tertentu
236 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
(pasar sasaran) daripada mencoba menarik riset tertentu, yang tujuannya untuk
pasar massal (Morrison, 2013, p. 71). menciptakan transformasi dalam masyarakat,
Pengelola Desa Wisata selaku DMO perlu dimana masyarakat memerankan peran aktif
memutuskan bagaimana membagi segmen di dalam penelitian itu sendiri (Given, 2008,
wisatawan leisure, wisatawan bisnis, atau pp. 601–603). Tahapan penelitian ini terbagi
pengunjung rekreasi dari warga sekitar ke menjadi 4 (empat), yaitu: meletakkan fondasi
dalam segmentasi pasar dan membuat (laying foundation), merencanakan penelitian
pilihan pasar sasaran dari kelompok yang (planning), mengumpulkan dan menganalisis
tersedia ini. data (information gathering and analysis) dan
Semua pemasar tujuan memiliki berbagai tindakan atas hasil penelitian (acting on
cara dan metoda untuk digunakan menarik finding) (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015,
pengunjung. Cara/metoda ini kemudian p. 47).
dikenal sebagai 'Marketing 4Ps’ (Goi, 2009; Tujuan Penelitian
Pomering et al., 2008) yang pertama kali Tujuan dari metodologi kualitatif adalah
diusung oleh McCarthy pada tahun 1960 untuk mendeskripsikan dan memahami,
sebagai '4P pemasaran' termasuk produk, bukan untuk memprediksi dan mengontrol
harga, tempat, dan promosi dan kemudian (Streubert et al., 1995) dalam (MacDonald,
dipopulerkan oleh Kotler (Philip Kotler & 2012). Selanjutnya penulis memposisikan
Franke, 1990). Beberapa penulis temuan penelitian sebagai informasi awal
berpendapat bahwa 4 P tradisional tidak bagi masyarakat dalam mengidentifikasi
cocok untuk pariwisata seperti yang mereka potensi wisata di Desa Ngajum. Hasil
lakukan untuk produk fisik. Morrison penelitian ini selanjutnya akan
(Morrison, 2013, pp. 94–98) menambahkan didistribusikan kepada tokoh masyarakat
empat Ps lainnya (packaging, programming, Desa Ngajum, untuk selanjutnya dijadikan
partnership, people) untuk menangani aspek salah satu bahan rekomendasi dalam forum
unik dari pemasaran pariwisata. diskusi Musyawarah Desa sebagai landasan
awal pengembangan kepariwisataan di Desa
Ngajum.
METODE
Jenis Penelitian Waktu dan Tempat Penelitian
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 237
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
Data, Instrumen, dan Teknik apa yang digunakan dalam analisis akhir.
Pengumpulan Data Menampilkan data mencakup berbagai jenis
Sumber informasi penelitian di dapat dari gambar, skema, grafik, dan bagan. Tujuannya
hasil diskusi semi kasual yang terjalin antara adalah untuk membuat informasi yang
penulis dan perwakilan masyarakat. Dalam terorganisir, tersedia, dapat diakses, dan
penelitian PAR, perwakilan masyarakat sederhana sehingga peneliti dapat
warga Desa Ngajum turut berpartisipasi menangkap fenomena yang terjadi dan
dalam desain penelitian, pengumpulan data, kemudian melakukan penarikan kesimpulan.
dan analisis-interpretasi data. Dalam Tahap akhir dari analisis data adalah
penelitian sosial kualitatif, peneliti kesimpulan dan verifikasi. Sejak awal,
merupakan instrumen penelitian utama dalam peneliti mencatat keteraturan, pola dan
pengumpulan, analisis data, dan menafsirkan penjelasan. Peneliti memegang kesimpulan
data (A. P. Costa, 2020, p. 34; Merriam & dengan ringan, mempertahankan skeptisisme
Grenier, 2019). Untuk mengumpulkan data sampai lebih eksplisit dan beralasan.
peneliti menggunakan beberapa instrumen Kesimpulan akhir muncul setelah proses
bantuan berupa daftar pertanyaan, daftar analisis selesai (Valsa, 2005, p. 114).
tema/topik pembahasan diskusi, serta daftar Keabsahan Data
periksa observasi yang digunakan untuk Validitas berarti kejujuran. Dalam studi
membantu peneliti di dalam mendapatkan kualitatif, mencapai keotentikan lebih utama
data-data relevan di lapangan. Instrumen daripada mewujudkan satu versi
tersebut selanjutnya digunakan untuk "kebenaran". Keaslian berarti memberikan
mengumpulkan data, yang dilakukan dengan informasi sosial yang adil, jujur, dan
beberapa metode, diantaranya: non-formal berimbang dari berbagai sudut pandang
focus group discussion, observasi lapangan, (Neuman, 2014, p. 218). Sehubungan dengan
wawancara semi terstruktur, dan studi model penelitian ini adalah merupakan
dokumentasi terhadap arsip atau dokumen Community-Based Research, dimana
terkait Desa Ngajum. menempatkan perwakilan masyarakat
Analisis Data sebagai pelaku bagi penelitian tersebut, maka
Analisis data merupakan suatu proses hal ini menghasilkan sebuah input data yang
pendeteksian dan pengorganisasian data valid, yang ketika dianalisis secara
secara sistematis dengan cara partisipatoris, hasilnya benar-benar
pengelompokan data ke dalam kategori, menggambarkan apa yang sesungguhnya
selanjutnya menjabarkannya ke dalam terjadi (UIN Sunan Ampel Surabaya, 2015,
kelompok-kelompok yang lebih kecil, proses p. 78).
sintesis, dan selanjutnya disusun ke dalam
bentuk yang memiliki makna tertentu (UIN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sunan Ampel Surabaya, 2015). Untuk
menganalisis dan menafsirkan data kualitatif, Profil Desa Ngajum
Miles dan Huberman (1994) dalam (Valsa, Desa Ngajum, merupakan sebuah desa yang
2005, p. 113) mendefinisikan analisis data berlokasi di dalam wilayah administratif
terdiri atas tiga unsur, yaitu: reduksi data, Kecamatan Ngajung, Kabupaten Malang,
menampilkan data, dan verifikasi. Reduksi Provinsi Jawa Timur, dengan kode desa
data di sini mengacu pada proses 3507202001, dan kode pos 65164. Desa
penyederhanaan, pengabstrakan dan yang terbentuk sejak tahun 1900 ini memiliki
transformasi data yang muncul dalam catatan luas wilayah 1.056,97 hektar, dan terletak di
lapangan. Peneliti secara terus-menerus titik koordinat 112.534331 Bujur Timur / -
terlibat dalam reduksi data selama 8.085102 Lintang Selatan. Tipologi Desa
penyelidikan sampai kesimpulan disajikan. Ngajum adalah persawahan, dengan
Data yang muncul setelah proses ini adalah klasifikasi desa swadaya. Adapun Desa
238 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
Ngajum memiliki batas-batas wilayah 38,03 Ha, sehingga total luas wilayahnya
administratif: sebelah utara berbatasan adalah 1.056,97 Ha. Adapun lebih detailnya,
dengan: Desa Maguan dan Desa Balesari rincian peruntukan tanah sawah terdiri dari
(Kecamatan Wagir); sebelah Selatan dengan jenis tanah sawah irigasi teknis seluas 151,00
Desa Jatikerto dan Desa Palaan (Kecamatan Ha, dan sawah irigasi 1⁄2 teknis 380,00 Ha.
Kromengan); sebelah Timur berbatasan Tanah kering terdiri dari tanah tegal/ladang
dengan Desa Palaan dan Desa Ngasem seluas 275,84 Ha, area pemukiman dengan
(Kecamatan Kepanjen), serta sebelah Barat luas 202,00 Ha, dan area pekarangan seluas
berbatasan dengan Desa Kebobang, Desa 10,10 Ha. Selanjutnya, tanah fasilitas umum
Plaosan, dan Desa Plandi (Kecamatan di Desa Ngajum terdiri atas tanah kas desa
Wonosari). Saat ini Desa Ngajum dipimpin 10,88 Ha, tanah bengkok 11,85 Ha, lapangan
oleh seorang Kepala Desa yang bernama sepakbola (untuk berolahraga) 1,00 Ha, area
Bapak Setyo Budi. kantor pemerintah 0,50 Ha, kawasan
Menilik dari penggunaan wilayah, maka pemakaman umum 5,52 Ha, area bangunan
Desa Ngajum mayoritas merupakan area gedung sekolah 2,00 Ha, area pertokoan
persawahan, yang rinciannya terdiri dari seluas 0,50 Ha, fasilitas pasar 0,50 Ha, dan
tanah sawah seluas 531,00 Ha, tanah kering area yang digunakan sebagai jalan 16,16 Ha.
487,94 Ha, dan area fasilitas umum seluas
Desa Ngajum terletak di lahan dengan Desa Ngajum dapat dikatakan rendah.
ketinggian 384 meter dpl, dengan mayoritas Orbitasi Desa Ngajum terhadap Ibukota
lahan berupa persawahan menyebabkan suhu Kecamatan Ngajung adalah sejauh 0,50 Km,
rata-rata relatif rendah, yaitu 25°C, dengan jarak dari Desa Ngajum menuju Ibu Kota
curah hujan 21,80 mm. Dengan jenis tanah Kabupaten Malang adalah sejauh 8 Km, yang
yang relatif subur, dan sebagian besar menempuh waktu kendara selama 30 menit
berwarna hitam, maka tingkat erosi tanah di dengan kendaraan bermotor. Surabaya,
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 239
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
sebagai ibukota Provinsi berjarak 135,00 Komoditas tanaman pangan yang dihasilkan
Km, yang membutuhkan waktu pencapaian oleh Desa Ngajum adalah jenis tanaman
sekitar 2-3 jam perjalanan dengan kendaraan jagung yang ditanam di lahan seluas 51,00
bermotor. Ha dengan jumlah produksi mencapai 51,00
Desa Ngajum berpenduduk sebesar 12.337 Ton/ha, cabe yang ditanam di lahan seluas
yang terdiri dari 6.145 warga berjenis 3,00 Ha dengan produksi 0,04 Ton/ha,
kelamin laki-laki, dan 6.192 warga kacang tanah yang ditanam di lahan seluas
perempuan, terdiri atas 3.474 keluarga, yang 3,00 Ha dengan hasil 1,00 Ton/ha, padi
menyebabkan angka kepadatan penduduk di sawah yang ditanam di lahan seluas 394,00
Desa Ngajum berada pada angka 1.168 Ha dengan panen 17,00 Ton/ha, dan tanaman
jiwa/km2. Jika ditinjau dari perspektif ubi kayu yang ditanam di lahan seluas 15,00
kesejahteraan, keluarga yang ada di Ngajum Ha dan menghasilkan produksi 50,00 Ton/ha.
terkategorikan ke dalam Keluarga Untuk mencukupi pengairan tanaman pangan
Prasejahtera sejumlah 809 KK, Keluarga ini, Desa Ngajum dikaruniai aset sumber air
Sejahtera tingkat 1 sejumlah 257 KK, bersih yang berlimpah. Tercatat ada 1.941
Keluarga Sejahtera tingkat 2 sejumlah 788 sumber mata air, 348 sumur gali, 18 sumur
KK, Keluarga Sejahtera tingkat 3 sejumlah pompa, 271 depot isi ulang dan 896 yang
1.046 KK, dan Keluarga Sejahtera tingkat 3+ berasal dari sumber lainnya. Kualitas air
sejumlah 580 KK. umumnya baik, dimana air tidak berbau,
berwarna dan tidak berasa.
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 233
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
Daya Tarik Wisata (attractions) dikelola, dan dioperasikan dengan baik dan
Ketersediaan daya tarik wisata aktual di Desa profesional.
Ngajum dapat dikatakan minimal. Setidaknya Beberapa potensi daya tarik wisata yang
elemen yang paling signifikan dalam sistem teridentifikasi di Desa Ngajum adalah
pariwisata yang menjadi motivasi utama sebagai berikut: (1) Lahan desa A (Koordinat
wisatawan di dalam melakukan perjalanan 8°05'55.4"LS 112°32'38.0"BT) seluas 6000
menuju Ngajum bisa dikatakan tidak eksis, m2 merupakan satu lahan yang sudah
selain tentunya untuk mengunjungi kawan dipersiapkan oleh pemerintah desa Ngajum
dan keluarga (VFR). Tidak ada fitur untuk dikembangkan sebagai daya tarik
lingkungan alam yang unik, yang tidak wisata buatan berupa kolam renang pada
dimiliki oleh destinasi atau desa wisata tahun 2021. Pemilihan jenis daya tarik wisata
lainnya. Namun terlepas dari kekurangan buatan ini bukan tanpa pertimbangan.
daya tarik wisata baik alami, budaya, Terdapat beberapa pertimbangan mendasar
maupun buatan, Desa Ngajum tetap memiliki terkait dengan penetapan jenis daya tarik
sejumlah potensi yang berpeluang untuk wisata ini, diantaranya adalah karena
menjadi daya tarik wisata jika dirancang, ketersediaan sarana olahraga bagi masyarakat
234 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
Ngajum yang terbatas. Dengan jumlah kolam renang biasa dimana pengunjung
penduduk sebesar 12,337 jiwa harus diakui melakukan aktivitas wisata berenang saja,
bahwa sarana olahraga yang dimiliki oleh melainkan juga menjadi satu showcase bagi
Desa Ngajum amatlah terbatas. Selain alasan Desa Ngajum di dalam memasarkan produk-
ini, ketiadaan sarana rekreasi masyarakat produk unggulan desa seperti hasil pertanian
Desa Ngajum juga merupakan salah satu dan hasil perkebunan, sekaligus juga menjadi
pertimbangan. Hal ini selaras dengan hasil pusat informasi wisata yang terintegrasi
dari kesepakatan deklarasi Manila (The dengan berbagai paket-paket aktivitas wisata
World Tourism Conference, 1980) yang yang tersedia di Desa Ngajum. Ini memiliki
menyatakan bahwa pariwisata adalah arti bahwa pengelolaan daya tarik wisata ini
kegiatan yang penting bagi kehidupan bangsa diarahkan untuk dapat dikelola oleh Bumdes
karena dampak langsungnya pada sektor dengan melibatkan peran Pokdarwis Ngajum
sosial budaya, pendidikan dan ekonomi dan diawasi pengelolaannya oleh
masyarakat nasional dan hubungan Pemerintahan Desa Ngajum sebagai
internasionalnya, juga bahwa akses terhadap pemangku kepentingan utama masyarakat
hari libur dan perjalanan wisata adalah Desa Ngajum. Selain itu, desain daya tarik
konsekuensi logis dan alami yang merupakan wisata ini patut pula mengakomodasi
hak bagi semua manusia sebagaimana diakui karakter wisatawan dan pengunjung milenial
sebagai aspek pemenuhan manusia oleh yang senantiasa terhubung dengan gawai dan
Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia. media sosial, sehingga ketersediaan jaringan
Selama ini masyarakat Desa Ngajum internet, serta penyediaan spot-spot swafoto
berekreasi ke luar wilayah Desa Ngajum, hal adalah mutlak dibutuhkan untuk dapat
ini semata-mata karena ketiadaan sarana mengakomodir kebutuhan pasar ini.
rekreasi yang dimiliki oleh Desa Ngajum. (2) Lahan desa B (Koordinat 8°06'43.3"LS
Dengan dikembangkannya lahan desa yang 112°32'21.5"BT). Lahan desa B dengan
tidak produktif ini menjadi sebuah daya tarik luas 1,7 hektar berpotensi untuk
wisata, maka tentu akan memberikan pilihan dikembangkan sebagai daya tarik wisata
kepada warga masyarakat untuk dapat agrowisata dengan aktivitas ekowisata yang
berekreasi tanpa harus keluar dari wilayah erat terkait dengan budaya pertanian dan
domisili mereka. Namun demikian, terdapat perkebunan masyarakat. Dengan setting
hal-hal penting yang patut dijadikan bahan perbukitan rendah dan dikelilingi oleh
pertimbangan bagi pemerintah desa di dalam suasana alami persawahan, lahan ini
mengembangkan lahan desa ini, yaitu (a) berpotensi untuk dikembangkan sebagai area
Pengembangan lahan desa sebagai kolam aktivitas ekowisata tanpa mengubah
renang harus mengadopsi prinsip-prinsip peruntukan awal dari lahan ini, yaitu sebagai
wisata yang berkelanjutan sebagaimana yang area pertanian dan perkebunan. Aktivitas
sudah tertuang pada UU Nomor 10 Tahun penjelajahan alam, berkemah, observasi
2009 Tentang Kepariwisataan, (b) alam, trekking, fotografi, pembelajaran
pengelolaan daya tarik wisata ini selaras pula tentang pertanian, pembelajaran tentang
dengan peraturan Peraturan Menteri berkebun, dan pembelajaran tentang
Kebudayaan Dan Pariwisata Nomor peternakan masyarakat adalah beberapa
KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang aktivitas wisata yang cocok dikembangkan di
Pedoman Program Nasional Pemberdayaan area ini. Pengembangan terhadap fasilitas
Masyarakat (PNPM) Mandiri Pariwisata, makan minum yang memadupadankan
serta tentunya (c) jiwa dari pembangunan lansekap alam persawahan juga layak
daya tarik wisata dilandasi oleh Undang- dipertimbangkan untuk pengembangan di
Undang RI No 6 Tahun 2014 Tentang Desa. masa yang akan datang.
Ke depannya, pengembangan daya tarik (3) Perkebunan Kopi Masyarakat di Dusun
wisata ini tidak semata-mata hanya sebagai Sumberrejo (Koordinat 8°03'01.9"LS
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 235
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
236 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
dikenal dengan sebutan Pangeran pemandian keris dan pusaka yang dimiliki
Diponegoro, dikarenakan selain dari yang oleh tetua masyarakat, dan dilanjutkan
dipahami oleh masyarakat umum – bagi dengan pelaksanaan upacara adat pada hari
praktisi spiritualis Jawa, Diponegoro adalah berikutnya, yang menyerupai upacara Grebek
sebuah gelar kehormatan, yang dimiliki oleh Suro yang dapat ditemukan di Jogja dan
orang-orang tertentu saja dimasa peperangan Solo.
Jawa, dan Eyang Soerjo Alam ini adalah
Aksesibilitas (accessibilities)
salah satu dari Diponegoro, layaknya seperti
Pangeran Diponegoro yang dikenal oleh Kondisi aksesibilitas di Desa Ngajum dapat
masyarakat pada umumnya. dikatakan dalam keadaan yang baik. Ruas
jalan utama di Desa Ngajum yang
(6) Suasana alami pedesaan tradisional menghubungkan antara Kota Kepanjen dan
dengan lansekap sawah. Desa Ngajum Kota Malang menuju kawasan wisata religi
dikelilingi oleh lansekap alami persawahan Gunung Kawi yang terletak 14km dari pusat
(lebih dari 50% area desa) dengan suasana Desa Ngajum beraspal hotmix yang mulus.
desa tradisional yang menarik. Suasana Hal ini tentunya menjadi kekuatan dari
persawahan ini terbukti berpotensi menjadi potensi wisata Desa Ngajum. Letak Desa
daya tarik wisata sebagaimana lokasi Ngajum yang berada pada perlintasan jalur
persawahan di Tegalalang (Sulistyawati, wisata religi Gunung Kawi juga menjadi
2010), Jatiluwih (Diyah & Widari, 2015; sebuah potensi bagi aktivitas wisata di Desa
Prasiasa & Damanik, 2010), Pujonkidul (Ira Ngajum sebagai transit point dari para
& Muhamad, 2020) yang kesemua tempat ini pilgrimage Gunung Kawi. Transit point atau
memiliki daya tarik wisata utama berupa titik perhentian sementara dalam satu
setting alam persawahan. Terdapat beberapa rangkaian perjalanan wisata adalah penting,
titik yang berpeluang untuk dikembangkan sebagaimana hal ini juga menjadi topik yang
sebagai titik-titik lokasi swafoto yang dapat menarik minat para peneliti (Hwang et al.,
menunjang daya tarik lainnya yang dimiliki 2006; Lohmann et al., 2009; Tang et al.,
oleh Desa Ngajum. Yang juga patut 2017). Selain kondisi jalan yang baik dan
diperhatikan di dalam pembangunan spot kelas jalan yang memadai, transportasi
swafoto ini adalah penggunaan bahan-bahan umum berwarna biru laut dari Kepanjen
yang ramah lingkungan dan mudah menuju Gunung Kawi juga melintasi Desa
ditemukan di daerah sekitar, yang dipadukan Ngajum setiap harinya. Ketersediaan lahan
dengan kreativitas sehingga mampu parkir yang luas di Lahan Desa A, juga
menghasilkan spot foto yang menarik dan merupakan satu aset bagi pengembangan
instagrammable. wisata Desa Ngajum. Untuk mengunjungi
(7) Kegiatan ritual kebudayaan masyarakat. Desa Ngajum dari Terminal Talang Agung
Tradisi 1 Suro, berawal dari tradisi Kepanjen, wisatawan cukup mengarah ke
lingkungan Keraton Jawa (Yogyakarta dan Jalan Molek I sejauh 300 meter, dan
Surakarta) yang pada dasarnya memiliki selanjutnya belok kanan ke Jalan Raya
makna perayaan malam suci dan awal dari Gunung Kawi untuk kemudian mengikuti
bulan yang penuh rahmat (Giri, 2010; jalur utama sejauh 4,6 kilometer dan sampai
Sholikhin, 2010). Dimana pada malam ini ke Kantor Desa Ngajum.
masyarakat setempat akan mendekatkan diri
kepada Tuhan YME dengan perilaku
membersihkan diri melawan segala godaan
hawa nafsu, dengan menjalankan tirakat dan
lelaku atau perenungan diri. Dalam konteks
masyarakat Desa Ngajum, perayaan ini
berlangsung selama 2 (dua) hari, dimana
pada hari pertama dilakukan upacara
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 237
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
238 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 239
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
240 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 241
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
https://doi.org/10.1016/S0261-
5177(99)00095-3 Costa, A. P. (2020). Computer Supported
Qualitative Research (A. P. Costa, L. P.
Butler, R. W. (2019). Tourism carrying Reis, & A. Moreira (eds.); Vol. 1068,
capacity research: a perspective article. Issue September 2019). Springer
Tourism Review, 75(1), 207–211. International Publishing.
https://doi.org/10.1108/TR-05-2019- https://doi.org/10.1007/978-3-030-
0194 31787-4
Cahyono, H., Aziz, N. L. L., Nurhasim, M., Costa, C. (2019). Tourism planning: a
Rahman, A. R., & Zuhro, R. Si. (2020). perspective paper. Tourism Review,
Pengelolaan Dana Desa Studi dari Sisi 75(1), 198–202.
Demokratis dan Kapasitas Pemerintahan https://doi.org/10.1108/TR-09-2019-
Desa. In Proposal SIMLITAMAS. 0394
https://www.kemenkeu.go.id/media/674
9/buku-pintar-dana-desa.pdf Costa, C. (2020). A Model for the
Development of Innovative Tourism
Candelo, E., Casalegno, C., Civera, C., & Products : From Service to A Model for
Büchi, G. (2019). A ticket to coffee: the Development of Innovative Tourism
Stakeholder view and theoretical Products : from Service to
framework of coffee tourism benefits. Transformation. May.
Tourism Analysis, 24(3), 329–340. https://doi.org/10.3390/su12114362
242 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
Government Studies, 7(2), 1–28. Gillis, A., & Jackson, W. (2002). Research
https://www.m- for nurses : methods and interpretation.
culture.go.th/mculture_th/download/kin F.A. Davis Co.
g9/Glossary_about_HM_King_Bhumib http://search.ebscohost.com/login.aspx?
ol_Adulyadej’s_Funeral.pdf direct=true&scope=site&db=nlebk&db
=nlabk&AN=82216
Fatima, W. Q., Khairunisa, L., Priatna, D. C.,
& Prihatminingtyas, B. (2019). Giri, W. (2010). Sajen dan Ritual Orang
Pembelajaran Bahasa Inggris Melalui Jawa. Penerbit Narasi.
Media Game Pada Panti Asuhan Al
Maun Di Desa Ngajum. Seminar Given, L. M. (2008). The Sage encyclopedia
Nasional Sistem Informasi, September, of qualitative research methods. Sage
1728. https://doi.org/2598-0076 Publications.
Fauzanto, A. (2020). Problematika korupsi Goenadhi, F., & Rahadi, D. R. (2020). Who
dana desa pada pelaporan dan Is The Target Market Of Digital
pertanggungjawaban keuangan desa Tourism 4.0? FIRM Journal of
berdasarkan prinsip transparansi, Management Studies, 5(1), 50–61.
akuntabilitas, dan partisipatif. Widya
Yuridika: Jurnal Hukum, 3(1), 43–52. Goi, C. L. (2009). A review of marketing
mix: 4Ps or more? International Journal
Febriana, Y. E., & Pangestuti, E. (2018). of Marketing Studies, 1(1), 2.
Analisis dampak pengembangan
kepariwisataan dalam menunjang Gordon, I., & Champion, T. (2020). Towards
keberlanjutan ekonomi dan sosial a sustainable, negotiated mode of
budaya lokal masyarakat (Studi pada strategic regional planning: a political
Desa Wisata Gubugklakah, Kecamatan economy perspective. Regional Studies,
Poncokusumo, Kabupaten Malang). 53, 1–12.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 61(4), https://doi.org/10.1080/00343404.2020.
143–150. 1759795
Fikri, Z., & Septiawan, Y. (2020). Hall, D., Kirkpatrick, I., & Mitchell, M.
Pemanfaatan dana desa dalam (2005). Rural Tourism and Sustainable
pengembangan desa wisata di desa Business.
kurau barat 1.Zakiyudin. Ilmiah Politik,
Kebijakan Dan Sosial, 2(1), 24–32. Halsall, D. (1992). Transport for tourism and
recreation. Modern Transport
Forstner, K. (2004). Community ventures Geography., 155–177.
and access to markets: The role of https://www.cabdirect.org/cabdirect/abst
intermediaries in marketing rural ract/19921850346
tourism products. Development Policy
Review, 22(5), 497–514. Harman, S. (2007). Importance of
https://doi.org/10.1111/j.1467- Destination Attributes Affecting
7679.2004.00262.x Destination Choice of. Journal of
Commerce & Tourism Education
Ghatnekar, P. (2017). Persuasive technology Faculty, 1, 131–145.
in tourism online experiences and
implications on tourist buying Haryanto, J. T. (2014). Model
behaviour. University of Plymouth. Pengembangan Ekowisata Dalam
Mendukung Kemandirian Ekonomi
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 243
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
Daerah Studi Kasus Provinsi Diy. (Studi Kasus Desa Wisata Pujon Kidul,
Jurnal Kawistara, 4(3). Kabupaten Magelang). Jurnal
https://doi.org/10.22146/kawistara.6383 Pariwisata Terapan, 3(2), 124.
https://doi.org/10.22146/jpt.43802
Hermawan, H. (2017). Dampak
Pengembangan Desa Wisata Jeffries, D. J. (1971). Defining the tourist
Nglanggeran Terhadap Ekonomi product — and its importance in tourism
Masyarakat Lokal. Jurnal Pariwisata, marketing. The Tourist Review, 26(1),
III(2), 105–117. 2–5. https://doi.org/10.1108/eb057631
https://doi.org/10.31219/osf.io/xhkwv
Kementerian Pariwisata. (2019). Buku
Ho, P.-T., & Lee, C.-T. (2020). Constructing Pedoman Desa Wisata. Kementerian
integrated rural tourism innovation Pariwisata.
development indicators. International
Journal of Organizational Innovation, Khasanah, S. A., & Susilowati, E. (2017).
12(4), 300–320. http://www.ijoi- Evaluasi pengetahuan tentang antibiotik
online.org/http://www.ijoi-online.org/ sirup kering pada ibu di RW III Desa
Ngajum, Kecamatan Ngajum,
Hodge, B. (2006). The goddess tour: Kabupaten Malang. Farm-Klin, 2(1),
Spiritual tourism/post-modern 12.
pilgrimage in search of atlantis. Popular
Spiritualities: The Politics of Komarani, U., Satjapradja, O., &
Contemporary Enchantment, 27. Salampessy, M. L. (2015). Identifikasi
dan Penilaian Obyek Daya Tarik Wisata
Hodgson, P. (1990). New tourism product Alam (Studi Kasus di Taman Nasional
development. Tourism Management, Ujung Kulon). Jurnal Nusa Sylva,
11(1), 2–5. 15(2), 35–41.
https://doi.org/10.1016/0261-
5177(90)90002-q Kotler, Philip, & Franke, G. (1990).
Marketing: an introduction. Prentice-
Hwang, Y.-H., Gretzel, U., & Fesenmaier, D. Hall.
R. (2006). Multicity trip patterns:
Tourists to the United States. Annals of Kotler, Phillip, Bowen, J. T., Makens, J., &
Tourism Research, 33(4), 1057–1078. Baloglu, S. (2017). Marketing for
hospitality and tourism. Pearson
Indrasari, Y. (2020). Efesiensi Saluran Education.
Distribusi Pemasaran Kopi Rakyat Di Law, R., Li, G., Fong, D. K. C., & Han, X.
Desa Gending Waluh Kecamatansempol (2019). Tourism demand forecasting: A
(Ijen) Bondowoso. Jurnal Manajemen deep learning approach. Annals of
Pemasaran, 14(1), 44–50. Tourism Research, 75, 410–423.
https://doi.org/10.9744/pemasaran.14.1.
44-50 Lee, C.-F. (2015). Tourist satisfaction with
factory tour experience. International
Inskeep, E. (1991). Tourism planning: an Journal of Culture, Tourism and
integrated and sustainable development Hospitality Research, 9(3), 261–277.
approach. Van Nostrand Reinhold. https://doi.org/10.1108/IJCTHR-02-
2015-0005
Ira, W. S., & Muhamad, M. (2020).
Partisipasi Masyarakat pada Penerapan Lehto, X. Y., Lin, Y. C., Chen, Y., & Choi,
Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan S. (2012). Family Vacation Activities
244 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
and Family Cohesion. Journal of Travel Maulany, R. I., Putri, A. U. B., & Achmad,
and Tourism Marketing, 29(8), 835– A. (2018). Identifikasi potensi obyek
850. ekowisata desa bonto masunggu,
https://doi.org/10.1080/10548408.2012. kecamatan tellu limpoe, kabupaten
730950 bone. Perennial, 14(1), 1.
https://doi.org/10.24259/perennial.v14i1
Leiper, N. (1990). Tourism Systems: An .4997
Interdisciplinary Perspective.
Department of Management Systems, Peraturan Menteri Kebudayaan dan
Business Studies Faculty, Massey Pariwisata Nomor
University. KM.18/HM.001/MKP/2011 Tentang
https://books.google.co.id/books?id=f5 Pedoman Program Nasional
XHAAAACAAJ Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)
Mandiri Pariwisata, Pub. L. No. Nomor
Lin, C.-H. (2020). Industrial tourism: KM.18/HM.001/MKP/2011, 1 (2011).
moderating effects of commitment and
readiness on the relationship between Merriam, S. B., & Grenier, R. S. (2019).
tourist experiences and perceived Qualitative Research in Practice:
souvenir value. International Journal of Examples for Discussion and Analysis.
Culture, Tourism and Hospitality Wiley.
Research, ahead-of-p(ahead-of-print).
https://doi.org/10.1108/IJCTHR-02- Morrison, A. M. (2013). Marketing and
2019-0027 managing tourism destinations. In
Marketing and Managing Tourism
Lohmann, G., Albers, S., Koch, B., & Destinations.
Pavlovich, K. (2009). From hub to https://doi.org/10.4324/9780203081976
tourist destination–An explorative study
of Singapore and Dubai’s aviation- Neuman, W. L. (2014). Social Research
based transformation. Journal of Air Methods; Qualitative and Quantitative
Transport Management, 15(5), 205– Approaches Seventh Edition. In
211. Pearson.
http://arxiv.org/abs/1210.1833%0Ahttp:
MacDonald, C. (2012). Understanding PAR: //www.jstor.org/stable/3211488?origin=
A Qualitative Research Methodology. crossref%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.g
Canadian Journal of Action Research, ov/pubmed/12655928
13(2), 34–50.
file:///C:/Users/Christelle/Downloads/37 Panyik, E., Costa, C., & Rátz, T. (2011).
-Article Text-89-1-10- Implementing integrated rural tourism:
20120913.pdf%0Ahttps://pdfs.semantic An event-based approach. Tourism
scholar.org/3b78/ecfe0b4a0a7591d2ea0 Management, 32(6), 1352–1363.
68c71e8ea320ff451.pdf https://doi.org/10.1016/j.tourman.2011.
01.009
Maldonado-Erazo, C. P., del Río-Rama, M.
de la C., Noboa-Viñan, P., & Álvarez- Parsons, H., Mackenzie, S. H., & Filep, S.
García, J. (2020). Community-Based (2020). New perspectives on tour
Tourism in Ecuador: Community guiding: Mediating spiritual tourist
Ventures of the Provincial and Cantonal experiences. CAUTHE 2020: 20: 20
Networks. Sustainability, 12(15), 6256. Vision: New Perspectives on the
https://doi.org/10.3390/su12156256 Diversity of Hospitality, Tourism and
Events, 470.
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 245
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
246 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
Richards, G., & Raymond, C. (2000). halus pada anak usia prasekolah di tk ra
Creative tourism. ATLAS News, 23(8), diponegoro desa ngajum kabupaten
16–20. malang. Jurnal Kesehatan
Mesencephalon, 5(2).
Rini, W. S. D., & Tarigan, M. I. (2020). https://doi.org/10.36053/mesencephalon
Pemanfaatan Wisata Mata Air yang .v5i2.181
Dikelola oleh BUMDES di Desa Belik.
Jurnal Pengabdian Dan Peningkatan Smith, S. L. J. (1994). The tourism product.
Mutu Masyarakat, 1(1), 75–81. Annals of Tourism Research, 21(3),
https://doi.org/10.22219/janayu.v1i1.11 582–595. https://doi.org/10.1016/0160-
481 7383(94)90121-X
Sautter, E. T., & Leisen, B. (1999). Song, H., Qiu, R. T. R., & Park, J. (2019). A
MANAGING STAKEHOLDERS A review of research on tourism demand
Tourism Planning Model. In Annals of forecasting: Launching the Annals of
Tourism Research (Vol. 26, Issue 2). Tourism Research Curated Collection
on tourism demand forecasting. Annals
Schiefelbusch, M., Jain, A., Schäfer, T., & of Tourism Research, 75, 338–362.
Müller, D. (2007). Transport and
tourism: roadmap to integrated planning Sriwi, A., & Hulfa, I. (2019). Identifikasi
developing and assessing integrated potensi wisata desa selong belanak
travel chains. Journal of Transport kabupaten lombok tengah. Hospitality,
Geography, 15(2), 94–103. 8(2).
https://doi.org/10.1016/j.jtrangeo.2006.1
2.009 Streubert, H. J., Speziale, H. S., & Carpenter,
D. R. (1995). Qualitative Research in
Scuttari, A., Lucia, M. Della, & Martini, U. Nursing: Advancing the Humanistic
(2013). Integrated planning for Imperative. Lippincott.
sustainable tourism and mobility. A https://books.google.co.id/books?id=_R
tourism traffic analysis in Italy’s South 1tAAAAMAAJ
Tyrol region. Journal of Sustainable
Tourism, 21(4), 614–637. Subehi, F., Luthfi, A., Mustofa, M. S., &
https://doi.org/10.1080/09669582.2013. Gunawan, G. (2020). Peran Badan
786083 Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat
Shikida, A., Yoda, M., Kino, A., & Di Desa Ponggok, Kabupaten Klaten.
Morishige, M. (2010). Tourism Umbara: Indonesian Journal of
Relationship Model and Intermediary Anthropology, 5(1), 34–43.
for Sustainable Tourism Management: https://doi.org/10.24198/umbara.v3i1.25
Case Study of the Kiritappu Wetland 670
Trust in Hamanaka, Hokkaido. Tourism
and Hospitality Research, 10(2), 105– Sulistyawati, A. S. (2010). Pengembangan
115. https://doi.org/10.1057/thr.2009.29 Desa Wisata Kendran sebagai Daya
Tarik Wisata di Kecamatan Tegalalang.
Sholikhin, M. (2010). Misteri bulan Suro: Jurnal Ilmiah Hospitality Management,
perspektif Islam Jawa. Penerbit Narasi. 1(1).
Sita Dewi, N. L. D. A., & Yulaika, A. Sunardi, N., & Lesmana, R. (2020).
(2019). Analisis faktor yang Pelaksanaan alokasi dana desa
mempengaruhi perkembangan motorik terhadapmanajemen keuangan desa
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 247
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
248 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS 249
ISSN 16935969 Media Wisata, Volume 18, Nomor 2, November 2020 EISSN 26858436
250 https://amptajurnal.ac.id/index.php/MWS