Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

CFHC-IPE Tahun III

Judul Pengabdian Masyarakat

Kelompok : 92

Anggota:

Nurul Ainun Nuha (19/440766/KU/21459)


Muhammad Arindra Saka P (19/445324/KU/21751)
Tammim Lana Bil Khoir (19/441957/KU/21503)
Tarisya A. Amaldina (19/440764/KU/21457)
Vaniya Safira (19/445284/KU/21711)
Lokasi: Dusun Blendengan, Tegaltirto

Dosen Pembimbing Lapangan:

dr. Nandyan Nurlaksana Wilastonegoro, MSc.IH


Instruktur Lapangan:

Rahmi Fitriana, S. Tr. Gz.


FAKULTAS KEDOKTERAN, KESEHATAN MASYARAKAT DAN KEPERAWATAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN

a. Judul : Cegah Keluarga dari Demam Berdarah


b. Lokasi
1. Kabupaten dan Provinsi : Sleman, DI Yogyakarta
2. Kecamatan : Berbah
3. Desa : Tegaltirto
4. Dusun : Blendangan
c. Dosen Pengusul
1. Nama : dr. Nandyan Nurlaksana Wilastonegoro, MSc.IH
2. Jabatan/Pangkat/Gol : Ketua II CFHC-IPE
3. Alamat : Perumahan The Paradise Kav R6, Jatirejo,
Sendangadi, Mlati, Sleman DIY
4. Telepon/ HP : +6281328843888
5. Fax :
6. Email : nandy_wilasto@ugm.ac.id
7. Jurusan Pengusul : Pendidikan Dokter
8. Kelompok : 92
9. Anggota :

No Nama Mahasiswa NIM Program Studi

1 Nurul Ainun Nuha 19/440766/ Kedokteran Reguler


KU/21459 2019

2 Muhammad Arindra Saka P 19/445324/ Kedokteran Reguler


KU/21751 2019

3 Tammim Lana Bil Khoir 19/441957/ Gizi Kesehatan 2019


KU/21503

4 Tarisya A. Amaldina 19/440764/ Gizi Kesehatan 2019


KU/21457

5 Vaniya Safira 19/445284/ Keperawatan 2019


KU/21711

10. Periode Pelaksanaan : 19 April 2022 - 22 April 2022

i
Yogyakarta, 31 Desember 2021

Mengetahui,

Ketua I CFHC-IPE Dosen Pembimbing Lapangan,

dr. Widyandana, MHPE., PhD., Sp.M. (K) dr. Nandyan N. Wilastonegoro, MSc.IH
NIP. 197903262012121001 NIK KU 0011006

Disetujui Oleh,

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan

dr. Ahmad Hamim Sadewa., PhD.


NIP. 197006231977021001

ii
Identitas dan Uraian Umum
1. Judul Program : Cegah Keluarga dari Demam Berdarah
2. DPL
Nama (lengkap dengan gelar) : dr. Nandyan Nurlaksana Wilastonegoro, MSc.IH
Jabatan : Ketua II
Bagian : CFHC-IPE
Alamat Surat : Perumahan The Paradise Kav R6, Jatirejo,
Sendangadi, Mlati, Sleman DIY
Telepon/HP. : +6281328843888
Faksimil :
E-mail (jika ada) : nandy_wilasto@ugm.ac.id
3. Tim Program

No Nama Mahasiswa NIM Program Studi

1 Nurul Ainun Nuha 19/440766/KU/21459 Kedokteran Reguler


2019

2 Muhammad Arindra 19/445324/KU/21751 Kedokteran Reguler


Saka P 2019

3 Tammim Lana Bil 19/441957/KU/21503 Gizi Kesehatan 2019


Khoir

4 Tarisya A. Amaldina 19/440764/KU/21457 Gizi Kesehatan 2019

5 Vaniya Safira 19/445284/KU/21711 Keperawatan 2019

4. Sasaran Program : Keluarga Mitra


5. Pelaksanaan program
Mulai – Berakhir : 19 April 2022 - 22 April 2022
6. Usulan Biaya : Rp 500.000
7. Lokasi Program : Blendangan, Tegaltirto

iii
Daftar Isi

Lembar Pengesahan ……………………………………………………………………… i


Daftar Isi ………….……………………………………………………………………… iv
Abstrak …………………………………………………………………………………… v

Bab 1. Pendahuluan
a. Latar Belakang ………………………………………………………………….. 1
b. Identifikasi masalah kesehatan melalui data dalam kunjungan lapangan ………. 2
c. Penitipan prioritas masalah ……………………………………………………… 2
d. Rumusan masalah ………………….……………………………………………. 2
e. Tujuan program ……………….…………………………………………………. 2
f. Luaran yang diharapkan ………………………………………………………… 2
1.1 Gambaran Wilayah Dasawisma Mitra ………………………………………………. 3
1.2 Gambaran Demografi Dasawisma Mitra …………………………………….……… 3
1.3 Gambaran Kondisi Kesehatan Dasawisma Mitra …………………………………… 3
1.4 Gambaran Masalah Kesehatan Prioritas …………………..………………………… 4

Bab 2. Tinjauan Pustaka ……………………….……………………………………… 5

Bab 3. Metode Pelaksanaan …………………………………………………………… 9


3.1 Penentuan Masalah Utama ………………………………………………...………… 9
3.2 Metode Pelaksanaan Program ……………………………………..………………… 9
3.3 Jadwal Kegiatan ……………………………………………………………………... 9
3.4 Rencana Penggunaan Anggaran ………………………………………...…………… 10
3.5 Rencana Evaluasi Program …………………………...……………………………… 10

Daftar Pustaka …………………………………………………………………………… 11

iv
Abstrak

Latar Belakang : Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah.


Perilaku masyarakat masih tidak higienis serta tidak adanya sarana dan prasarana lingkungan
yang mendukung berdampak pada kesehatan masyarakat yang tinggal pada permukiman kumuh.
Musim hujan di Yogyakarta dimulai pada bulan November. Salah satu penyakit yang dihimbau
pemerintah kepada masyarakat ialah demam berdarah. Untuk menilai masalah kesehatan di
komunitas, data tentang kejadian penyakit tersebut perlu dikumpulkan. Data yang telah
dikumpulkan kemudian dapat dianalisis untuk menentukan prioritas masalah kesehatan pada
komunitas.

Tujuan : Memberi edukasi serta meningkatkan pengetahuan masyarakat


tentang demam berdarah agar mampu mencegahnya serta menghilangkan kekhawatiran untuk
mengunjungi fasilitas kesehatan.

Metode kegiatan : Kegiatan penyuluhan dilakukan dengan cara mengedukasi peserta


dengan video edukasi tentang DBD yang diakhiri dengan kuis untuk mengetahui batas
pemahaman peserta, serta akan diberikan hadiah kepada peserta dengan nilai tertinggi.

Rencana Pelaksanaan : Kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan pada tanggal 22 April


2022 secara online dimana tanggal 19 April 2022 akan dibagikan video edukasi terlebih dahulu
kepada keluarga mitra serta pada tanggal 15 April 2022 kelompok akan mempromosikan tentang
kegiatan penyuluhan tersebut. Penyuluhan akan dilaksanakan di Blendangan, Tegaltirto.

Kata kunci : penyuluhan, DBD

v
Bab 1. Pendahuluan

a. Latar Belakang
Masalah kesehatan masyarakat sampai saat ini masih menjadi perhatian bagi
pemerintah. Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan masih rendah. Perilaku
masyarakat yang masih tidak higienis ditambah lagi dengan tidak adanya sarana dan
prasarana lingkungan yang mendukung berdampak pada kesehatan masyarakat yang
tinggal pada permukiman kumuh tersebut. Banyak masalah kesehatan masyarakat yang
mungkin akan timbul akibat perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan yang tidak
memperhatikan kesehatan. Faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan berdasarkan 
teori klasik H. L. Bloom secara berturut-turut, yaitu: gaya hidup (life style), lingkungan
(sosial, ekonomi, politik, budaya),pelayanan kesehatan; dan faktor genetik (keturunan).
Keempat determinan tersebut saling berinteraksi dan mempengaruhi status kesehatan
seseorang. 
Berdasarkan artikel yang dipublikasikan oleh Dinas Kesehatan DIY, musim hujan
di yogyakarta dimulai pada bulan November. Pemerintah menghimbau masyarakat 
khususnya warga DIY untuk waspada terhadap risiko penyakit yamg sering terjadi
selama musim penghujan seperti diare, influenza, demam berdarah, malaria, tipes,
leptospirosis, dan penyakit kulit. Penyakit-penyakit tersebut memiliki insidensi yang
berbeda di setiap daerah, sehingga untuk menentukan prioritas masalah utamanya perlu
dilakukan pengukuran. 
Untuk menilai keberadaan masalah kesehatan di komunitas, data tentang kejadian
penyakit tersebut perlu dikumpulkan. Data tersebut dapat diperoleh secara primer
(misalnya dengan survei pendahuluan atau rapid assessment) maupun secara sekunder
(dengan memanfaatkan data yang sudah ada di puskesmas, posyandu, kelurahan,
kecamatan, desa, rumah sakit, dan sebagainya), ataupun kombinasi data sekunder dan
data primer. Data yang telah dikumpulkan kemudian dapat dianalisis untuk menentukan
prioritas masalah kesehatan pada komunitas.

1
b. Identifikasi masalah kesehatan melalui data dalam kunjungan lapangan
Identifikasi masalah kesehatan didapatkan melalui metode wawancara yang
kemudian diterjemahkan ke dalam tabel multivoting. Dari hasil multivoting tersebut,
kemudian dijumlah total skor dari masalah kesehatan di dasawisma tersebut.   

c. Penitipan prioritas masalah


Prioritas masalah kesehatan yang terjadi di masyarakat berdasarkan hasil
wawancara yang diterjemahkan dalam tabel multivoting adalah adalah demam berdarah.
Demam berdarah pada lingkungan dasawisma berkaitan dengan lingkungan masyarakat
yang dekat dengan area perkebunan serta curah hujan yang secara konsisten mulai
meningkat.   

d. Rumusan masalah
1. Bagaimana tingkat pengetahuan masyarakat dalam mengenali penyebab, faktor
risiko, dan gejala demam berdarah?
2. Bagaimana tingkat kesiapan masyarakat dalam mencegah dan menangani kasus
demam berdarah pada lingkungan sekitar?

e. Tujuan program
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang tanda-tanda demam berdarah dan
pertolongan yang dibutuhkan.
2. Masyarakat mampu melakukan Tindakan pencegahan demam berdarah
berdasarkan faktor risiko yang tampah di lingkungan.
3. Memberikan edukasi dan menghilangkan kekhawatiran masyarakat untuk
mengunjungi fasilitas pelayanan kesehatan dalam masa pandemi.

f. Luaran yang diharapkan


Masyarakat mengetahui penyebab, faktor risiko, dan gejala timbulnya demam
berdarah serta dapat melakukan Tindakan pencegahan sederhana secara mandiri.
Masyarakat juga diharapkan tidak enggan untuk mencari pertolongan dan melaporkan
kasus demam berdarah pada fasilitas layanan kesehatan.

2
1.1 Gambaran Wilayah Dasawisma Mitra
Pedukuhan Blendangan merupakan salah satu dari 26 pedukuhan yang dibagi
dalam 15 wilayah administratif yang terletak pada Desa Tegaltirto, Kecamatan Berbah,
Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyarakta. Wilayah Desa Tegalrejo sendiri
memiliki luas 524 hektar yang terdiri dari persawahan, perkebunan, dan rumah penduduk.
Terdapat pula sungai dengan mata air yang terletak pada wilayah wisata dusun
Blendangan, kedua objek ini memiliki nilai tradisi yang signifikan bagi masyarakat.

1.2 Gambaran Demografi Dasawisma Mitra


Menurut sensus penduduk pada tahun 2013, Desa Tegalrejo memiliki populasi
sebesar 10.880 jiwa dengan kepadatan dua orang dalam tiap kilometer persegi. Hal ini
sesuai dengan narasi keluarga mitra yang menyebutkan terdapat ruang yang cukup
sehingga rumah warga tidak terlalu berdempetan serta memungkinkan lokasi
pembuangan sampah yang jauh dari rumah.

1.3 Gambaran Kondisi Kesehatan Dasawisma Mitra


Faktor risiko terbesar yang dimiliki keluarga mitra dalam tingkat masyarakat
adalah SARS-CoV2 dan demam berdarah. Masyarakat pada lingkungan keluarga mitra
mayoritas telah mendapatkan vaksin COVID-19, sehingga faktor risiko untuk terjangkit
telah turun. Walaupun demikian masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan
pandemic seperti mencuci tangan dan menggunakan masker.
Bertambahnya jumlah nyamuk pada musim penghujan meningkatkan keresahan
masyarakat terhadap demam berdarah, ditambah lagi karena wilayah pemukiman yang
dekat dengan perkebunan yang menjadi sarang nyamuk. Salah satu keluarga juga
mengakui memiliki kebiasaan menimbun sampah sehingga memungkinkan timbulnya
genangan air jernih. Usaha yang telah dilakukan oleh petugas kesehatan setempat untuk
meminimalisir kemungkinan terjadinya demam berdarah adalah pengecekan jentik
nyamuk pada rumah-rumah warga.

3
1.4 Penetapan Masalah Kesehatan Prioritas
Penetapan masalah berupa demam berdarah diperoleh dari informasi yang
didapatkan dari wawancara dengan keluarga mitra serta diskusi mengenai
kegawatdaruratan dan keperluan masyarakat terutama pada musim penghujan ini bersama
dosen pembimbing.

4
Bab 2. Tinjauan Pustaka

Menurut Utama et al., 2019 pada jurnal yang berjudul Dengue viral infection in
Indonesia: Epidemiology, diagnostic challenges, and mutations from an observational cohort
study, Demam Berdarah (DB) merupakan penyakit yang diakibatkan oleh virus yang
ditularkan oleh nyamuk dan dapat menyebar dengan cepat. Kemudian menurut Sasmono et al.,
2019 pada jurnal yang berjudul Multiple introductions of dengue virus strains contribute to
dengue outbreaks in East Kalimantan, Indonesia, in 2015–2016, Dengue adalah infeksi virus
sistemik yang disebabkan oleh virus dengue (DENV), anggota famili Flaviviridae. Demam
berdarah menyebabkan masalah kesehatan masyarakat yang signifikan di daerah tropis dan
subtropis di dunia, termasuk Indonesia (Sasmono et al., 2019). Demam Berdarah menjadi salah
satu dari penyakit yang terabaikan (neglected tropical disease) di dunia dan insidensinya
meningkat kembali (re-emerging) (Maulana, Fuad, and Utarini, 2018).

Demam berdarah tersebar luas di seluruh daerah tropis, dengan variasi risiko lokal
yang dipengaruhi oleh curah hujan, suhu, dan urbanisasi. Kejadian demam berdarah telah
meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir. Sebagian
besar kasus tidak menunjukkan gejala dan karenanya jumlah aktual kasus Demam berdarah
dengue dilaporkan (WHO, 2011). Infeksi oleh salah satu dari 4 serotipe virus Dengue (DEN-1,
DEN-2, DEN-3, dan DEN-4) dapat menyebabkan kondisi subklinis hingga penyakit yang
mengancam jiwa. Indonesia menjadi salah satu negara yang hiper-endemik sehingga semakin
tinggi risiko untuk terkena penyakit DB. Infeksi Dengue menjadi sebab utama dari penyakit
febril akut yang harus dirawat di rumah sakit di Indonesia (Utama et al., 2019). Ada empat
serotipe DENV (DENV-1, 2, 3, dan − 4) yang beredar dan ditularkan oleh vektor nyamuk Aedes
[8, 12]. Manifestasi klinis dengue bervariasi; dapat berupa penyakit demam akut, demam dengue
klasik (DD) atau demam berdarah dengue (DBD). DBD kemudian dapat berkembang menjadi
dengue shock syndrome (DSS) (Sasmono et al., 2019).

Jumlah infeksi dengue diestimasikan mencapai 390 juta kasus yang tersebar di 128
negara, meskiupun secara global hanya 3,2 juta kasus yang dilaporkan pada WHO di tahun 2015.
Regio Asia-Pasifik memiliki beban penyakit demam berdarah tertinggi dibandingkan daerah

5
lainnya di dunia. Pola infeksi virus dengue sudah meningkat pada daerah semi-urban. Masalah
pengendalian

5
vektor penyakit seperti perkembangan urban yang tidak direncanakan, penyimpanan air yang
kurang baik, dan sanitasi yang buruk dapat menjadi faktor penyebabnya. Asia Tenggara menjadi
salah satu daerah endemic dengue, dimana pada tahun 2015 terdapat sekitar 415.422 kasus
dengue (sekitar 14,11% dari total kasus di dunia). Kasus dengue di Indonesia pertama kali
dilaporkan pada tahun 1968 dan sejak saat itu dikategorikan sebagai daerah hiperendemik. Pada
tahun 2004 hingga 2010, Indonesia menjadi negara dengan kasus dengue tertinggi kedua setelah
Brazil. Pada tahun 2015, jumlah kasus dengue di Indonesia sebanyak 129.650 kasus. Indonesia
menderita beban ekonomi tertinggi akibat dengue di antara negara-negara lain yang terdapat di
Asia Tenggara (Maulana, Fuad, and Utarini, 2018).

Infeksi DENV memiliki manifestasi klinis yang luas, dari subklinis hingga yang
berpotensi mengancam jiwa. Presentasi atipikal dikategorikan sebagai sindrom dengue yang
diperluas. Diagnosis infeksi DENV di Indonesia biasanya didasarkan pada presentasi klinis,
evaluasi laboratorium umum, dan tes diagnostik cepat. Konfirmasi laboratorium DENV spesifik
biasanya tidak dilakukan. Karena perawatan untuk infeksi DENV bersifat suportif,
ketidaktepatan diagnostik dapat mengakibatkan pengobatan yang tidak tepat, termasuk
pemberian antibiotik yang tidak perlu untuk kasus-kasus yang dikaitkan dengan infeksi lain dan
penghentian antibiotik yang diperlukan ketika infeksi lain dianggap sebagai demam berdarah.
Manajemen klinis yang tidak tepat dan penggunaan antimikroba yang tidak tepat dapat
berkontribusi pada peningkatan morbiditas, mortalitas dan biaya pengobatan, serta meningkatkan
resistensi antibiotic (Utama et al., 2019).

Program pengendalian vektor dengue di kawasan Asia Tenggara secara umum mencatat
keberhasilan yang rendah. Upaya sebelumnya bergantung hampir secara eksklusif pada
penyemprotan insektisida di ruang angkasa untuk pengendalian nyamuk dewasa. Namun,
penyemprotan ruang membutuhkan operasi khusus yang sering tidak dipatuhi, dan sebagian
besar negara juga menganggap biayanya mahal. Selanjutnya, pengurangan sumber dengan
kampanye pembersihan dan/atau larvasida dengan insektisida telah dipromosikan secara luas.
Namun, keberhasilan mereka terbatas karena variabel tingkat kepatuhan oleh masyarakat dan
tidak dapat diterimanya pengobatan larvasida baik karena bau busuk dari larvasida yang
digunakan atau kekhawatiran yang melekat tentang hal itu yang lazim di beberapa komunitas.

6
Untuk mencapai keberlanjutan program pengendalian vektor DF/DHF yang sukses, penting
untuk fokus pada

6
pengurangan sumber larva sambil bekerja sama erat dengan sektor non-kesehatan—seperti
lembaga swadaya masyarakat, organisasi sipil, dan kelompok masyarakat—untuk memastikan
pemahaman dan keterlibatan masyarakat dalam implementasi. Oleh karena itu, ada kebutuhan
untuk mengadopsi pendekatan terpadu untuk pengendalian nyamuk dengan memasukkan semua
metode yang tepat (lingkungan, biologi dan kimia) yang aman, hemat biaya dan dapat diterima
lingkungan. Ae. Program pengendalian aegypti harus melibatkan kemitraan antara instansi
pemerintah dan masyarakat. Pendekatan yang dijelaskan di bawah ini dianggap perlu untuk
mencapai pengendalian Ae. Aegypti (Utama et al., 2019).

Program pencegahan dan pengendalian DBD telah ditempatkan secara nasional oleh
Departemen Kesehatan RI melalui Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit Menular sejak
tahun 1968 dengan tujuan utama untuk mencegah dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian DBD di tingkat keluarga dan masyarakat. Pada tahun 1970-an, Indonesia mulai
menerapkan strategi penyemprotan peri-fokal dan pendidikan kesehatan di wilayah yang terbatas
dan pada tahun 1980, selain penyemprotan peri-fokal, diadopsi larvasida massal. Pada tahun
1992, upaya masyarakat yang terorganisir dilakukan di tingkat desa melalui Pokja Demam
Berdarah Dengue. Kelompok ini termasuk salah satu anggota dari Kelompok Kesejahteraan
Pemberdayaan Perempuan. Pada tahun yang sama, serangkaian undang-undang dan undang-
undang tentang Program Pencegahan dan Pengendalian Dengue diterbitkan. Sejak tahun 2000,
strategi program pengendalian DBD difokuskan pada partisipasi masyarakat dalam pengurangan
sumber tempat perkembangbiakan (Harapan et al., 2018).

Space Sprays mengaplikasikan tetesan kecil insektisida ke udara dalam upaya untuk
membunuh nyamuk dewasa. Space Sprays telah menjadi metode utama pengendalian DF/DHF
yang digunakan oleh sebagian besar negara di kawasan Asia Tenggara selama 25 tahun. Studi
terbaru menunjukkan bahwa metode tersebut memiliki sedikit efek pada populasi nyamuk dan
penularan demam berdarah. Selain itu, ketika penyemprotan dilakukan di suatu komunitas, hal
ini akan menciptakan rasa aman yang salah di antara penduduk, yang memiliki efek merugikan
pada program pengurangan sumber berbasis komunitas. Penyemprotan insektisida (fogging) di
ruang angkasa tidak boleh digunakan kecuali dalam situasi epidemi. Namun, operasi harus
dilakukan pada waktu yang tepat, di tempat yang tepat, dan sesuai dengan instruksi yang

7
ditentukan dengan cakupan maksimum sehingga efek penetrasi fogging cukup lengkap untuk
mencapai hasil yang

7
diinginkan. Secara umum, ada dua bentuk semprotan ruang yang telah digunakan untuk Ae.
aegypti, yaitu “kabut termal” dan “kabut dingin”. Keduanya dapat dikeluarkan oleh mesin yang
dipasang di kendaraan atau dioperasikan dengan tangan (WHO, 2011).

8
Bab 3. Metode Pelaksanaan

3.1 Penentuan Masalah Utama


Keluarga mitra tinggal di daerah yang cukup padat. Sekitar area rumah keluarga mitra
juga terdapat banyak kebun, ditambah lagi dengan adanya musim hujan yang sedang
berlangsung membuat risiko Demam Berdarah Dengue (DBD) menjadi tinggi. Selain itu, pada
lingkungan sekitar rumah keluarga mitra juga terdapat riwayat DBD. Meskipun sudah ada
program pemeriksaan jumantik tiap bulan oleh petugas dawis serta dilakukan fogging ketika ada
kasus, keluarga mitra harus tetap waspada dan memiliki pengetahuan mengenai risiko DBD yang
ada.

3.2 Metode Pelaksanaan Program


Program yang akan dilaksanakan yaitu penyuluhan kepada keluarga mitra. Program ini
diawali dengan pembuatan video edukasi mengenai bahaya, cara mencegah, penanganan, serta
tanda dan gejala demam berdarah yang akan dikirim kepada peserta sekitar 3 hari sebelum
penyuluhan berlangsung. Dengan adanya video edukasi tersebut diharapkan peserta dapat
memahami materi yang akan disampaikan sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam sesi diskusi
saat penyuluhan. Bila memungkinkan, kelompok akan mengundang pemateri yang akan
menyampaikan materi mengenai DBD tersebut. Di akhir sesi akan diadakan kuis untuk
mengetahui batas pemahaman peserta. Peserta dengan nilai kuis tertinggi akan mendapatkan
hadiah dari kelompok.

3.3 Jadwal Kegiatan


Kelompok berencana untuk mengadakan penyuluhan mengenai DBD pada tanggal 22
April 2022 bertepatan dengan hari DBD nasional. Seminggu sebelumnya, yaitu tanggal 15 April
2022 kelompok akan memberitahu sekaligus promosi kegiatan penyuluhan kepada keluarga
mitra dan lingkungan sekitar. Sebelum kegiatan penyuluhan berlangsung, kelompok akan
memberikan video edukasi 3 hari sebelumnya, yaitu pada tanggal 19 April 2022.

9
9
3.4 Rencana Penggunaan Anggaran

No Jenis Barang Jumlah Harga

1. Hadiah Juara 1 Rp 60.000

2. Hadiah Juara 2 Rp 50.000

3. Hadiah Juara 3 Rp 40.000

4. zoom meeting premium Rp 100.000

5. Alkohol 70% 5 Liter 2 pcs Rp 250.000

Total Rp 500.000

3.5 Rencana Evaluasi Program


Peserta dapat memahami tentang bahaya, cara mencegah, penanganan, serta tanda dan
gejala demam berdarah.

10
10
Daftar Pustaka

Harapan, H., Rajamoorthy, Y., Anwar, S., Bustamam, A., Radiansyah, A., Angraini, P., Fasli, R.,
Salwiyadi, S., Bastian, R., Oktiviyari, A., Akmal, I., Iqbalamin, M., Adil, J., Henrizal, F.,
Darmayanti, D., Pratama, R., Setiawan, A., Mudatsir, M., Hadisoemarto, P., Dhimal, M., Kuch,
U., Groneberg, D., Imrie, A., Dhimal, M. and Müller, R., 2018. Knowledge, attitude, and
practice regarding dengue virus infection among inhabitants of Aceh, Indonesia: a cross-
sectional study. BMC Infectious Diseases, 18(1).

Maula, A., Fuad, A. and Utarini, A., 2018. Ten-years trend of dengue research in Indonesia and
South-east Asian countries: a bibliometric analysis. Global Health Action, 11(1), p.1504398.

Sasmono, R., Kalalo, L., Trismiasih, S., Denis, D., Yohan, B., Hayati, R. and Haryanto, S., 2019.
Multiple introductions of dengue virus strains contribute to dengue outbreaks in East
Kalimantan, Indonesia, in 2015–2016. Virology Journal, 16(1).

Utama, I., Lukman, N., Sukmawati, D., Alisjahbana, B., Alam, A., Murniati, D., Utama, I.,
Puspitasari, D., Kosasih, H., Laksono, I., Karyana, M., Karyanti, M., Hapsari, M., Meutia, N.,
Liang, C., Wulan, W., Lau, C. and Parwati, K., 2019. Dengue viral infection in Indonesia:
Epidemiology, diagnostic challenges, and mutations from an observational cohort study. PLOS
Neglected Tropical Diseases, 13(10), p.e0007785.

WHO, 2011. Comprehensive Guidelines for Prevention and Control of Dengue and Dengue
Haemorrhagic Fever. New Delhi, pp. 27-132

Wikipedia, 2021. Tegaltirto, Berbah, Sleman. Diakses 30 Desember 2021 dari:

https://id.wikipedia.org/wiki/Tegaltirto,_Berbah,_Sleman

11

Anda mungkin juga menyukai