Anda di halaman 1dari 69

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pengalaman Kerja Lapangan


Pengalaman kerja Lapangan adalah salah satu tugas
wajib bagi seluruh mahasiswa Teknik Industri Stara Satu (S1)
di Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Gresik. Selain
itu juga merupakan proses aplikasi dari teori yang telah
didapatkan oleh mahasiswa di bangku kuliah. Pengalaman
Kerja Lapangan merupakan penjabaran dari Realistic
Education Concept yang dilakukan oleh Universitas
Muhammadiyah Gresik yang mempunyai tujuan untuk
menyiapkan sarjana-sarjana yang mempunyai daya saing
tinggi dan siap terjun di dunia industri.
Adapun pelaksanaan PKL ini dilaksanakan di PT Semen
Indonesia Logistik dengan kurun waktu selama satu bulan
terhitung tanggal 04 Februari 2019 – 28 Februari 2019.
Kegiatan PKL ini dilakukan di Unit Fabrikasi PT Semen
Indonesia Logsitik yang membuat berbagai produk yang
dibutuhkan PT Semen Indonesia Logistik seperti Bulk, Office
Countainer, dan juga berbagai Tender yang masuk seperti
Transfer Tower, Conveyor, gallery, dump hoper dan masih
banyak lagi dengan dibimbing oleh Bpk. Hanafi selaku bagian
PPIC fabrikasi PT Semen Indonesia Logistik.
1.2 Tujuan Pengalaman Kerja Lapangan
Pengalaman Kerja Lapangan bertujuan untuk
menerapkan pengetahuan praktis yang diperoleh pada
perkuliahan untuk diterapkan di perusahaan, baik perusahaan
yang menghasilkan barang maupun jasa.
Adapun pelaksanaan praktek kerja lapangan dilakukan
dengan beberapa aktivitas dari identifikasi permasalahan, dan
mengumpulkan dan mencatat data – data dan dari
pengumpulan data tersebut dapat dilakukan suatu bentuk
analisis dengan pengetahuan teori dan diharapkan dari analisis
tersebut dapat dilakukan suatu bentuk tindakan untuk
melakukan pemecahan suatu permasalahan dan pada akhirnya
dengan ditemukannya problem solving tersebut maka hasil
yang dinginkan dapat dicapai.
Dengan demikian, maka mahasiswa yang melakukan
atau melaksanakan praktek kerja lapangan akan lebih jelas
terhadap kegunanaan materi kuliah yang diperoleh selama ini
dalam penerapannya pada perusahaan.
Disamping tujuan umum diatas kerja praktek secara
khusus mempunyai sasaran sebagai berikut.
1. Memperluas wawasan mahasiswa untuk menghadapi
berbagai permasalahan yang ada di lapangan.
2. Menerapkan pengetahuan dan teori yang telah ditempuh
dan pernah dibelajari mahasiswa selama perkuliahan
kedalam dunia industri yang sebenarnya, serta melakukan
uji banding di dalam memperoleh pengetahuan.
3. Memberi dasar sistem kerja yang berlaku, baik itu di
industri manufaktur ataupun industri jasa sehingga dapat
memberi bekal dan dorongan terhadap mahasiswa untuk
mengembangkan sistem kerja tersebut berdasarkan
pengetahuan yang mereka milik
4. Mengenalkan secara nyata mesin – mesin produksi dan
cara kerjanya pada industri manufaktur atau sistem
pelayan yang ada dan diaplikasikan di industri jasa.

1.3 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan Kerja Pengalaman
Lapangan ini adalah sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang pengalaman kerja
lapangan, tujuan pengalaman kerja lapangan dan sistematika
penyusunan laporan
BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Bab ini berisi tentang sejarah singkat perusahaan,
struktur organisasi perusahaan.
BAB III TOPIK BAHASAN
Bab ini berisi tentang latar belakang permasalahan dan
skenario penyelesaian masalah.
BAB IV TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi studi pustaka yang digunakan sebagai
acuan teori dan dasar dari pemecahan masalah yang dilakukan.
BAB V PEMBAHASAN
Dalama bab ini penulis mencoba menyelesaikan
permasalahan dalam perusahaan dengan memakai alternatif-
alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan landasan
teori yang telah didapat sebelumnya.
BAB VI PENUTUP
Dalam bab ini berisi kesimpulan dari semua laporan
kerja praktek dan saran-saran yang mungkin bermanfaat untuk
pembaca dan penulis.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Profil Perusahaan

Gambar 2.1 Logo Semen Indonesia Logistik

Nama : PT. Semen Indonesia Logistik


Alamat Kantor Pusat : Jl. Veteran 129 Gresik 61122
Jawa Timur - Indonesia
Faximile : (62-31) 3982304
Telepone : (62-31) 3981463
Email : contact@silog.co.id
Website : www.silog.co.id
2.2 Sejarah Singkat Semen Indonesia Logistik
Berangkat dari sebuah Yayasan Sejahtera Semen
Gresik. yang didirikan guna mendukung induk perusahaan
untuk memperlancar pengangkutan dan distribusi semen ke
seluruh pelosok daerah pemasaran PT Semen Indonesia
(Persero) Tbk. Pada Tahun 1969 merupakan pijakan sukses
pertama dengan adanya keberhasilan yang dicapai oleh
Yayasan Sejahtera dalam mengelola manajemen dan
mengembangkan usaha jasa transportasi dan distribusi semen.
Setelah dipandang perlu dan mampu menjalankan
bisnisnya, Yayasan Sejahtera Semen Gresik bersama dengan
D.A. Karim pada tanggal 13 Februari 1974 mendirikan PT.
Varia Usaha sesuai akta pendirian nomor 121 yang dibuat
dihadapan Goesti Djohan, Notaris Surabaya dan berdasarkan
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor:
Y.A.5/323/11 tanggal 31 Agustus 1974 serta diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 105.
tambahan nomor 866/1974 tanggal 31 Desember 1974.
Selanjutnya berdasarkan Surat Penyerahan Nomor:
839/PT.VU/S.P./8/’74 tanggal 5 Agustus 1974 dimana D.A.
Karim menyerahkan kepemilikan sahamnya kepada PT Semen
Gresik (Persero).
Keberhasilan PT Varia Usaha diraih secara bertahap
dengan prinsip bersaing dan berprestasi demi kemajuan,
terlihat jelas dengan ditandai oleh pengembangan usaha ke
bidang-bidang usaha yang lain, baik secara langsung maupun
tidak langsung berkaitan dengan produksi dan distribusi
semen. PT Varia Usaha yang semula hanya memiliki tiga
bidang usaha yaitu usaha jasa angkutan , perdagangan dan
perindustrian dimana pada tahun 1977 menambah 1 bidang
usaha yaitu bidang usaha pertambangan untuk memanfaatkan
peluang bisnis yang masih terbuka disertai dengan
peningkatan aset dan peningkatan kemampuan manajemennya.
Sebagai upaya peningkatan sinergisitas serta
pengembangan usaha maka berdasarkan akta Nomor 70
tanggal 17 November 1981 dilakukan pengalihan kepemilikan
saham dari Yayasan Sejahtera Semen Gresik kepada Koperasi
Warga Semen Gresik dan pada tanggal 9 Juli 1986 Yayasan
Dana Pensiun Karyawan PT Semen Gresik turut bergabung
menjadi Pemegang Saham PT Varia Usaha dengan melakukan
pembelian saham yang dikeluarkan oleh PT Varia Usaha
untuk memperbesar modal guna meningkatkan daya saing
perusahaan.
Dengan memperhatikan kinerja PT Varia Usaha yang
terus tumbuh dari tahun ke tahun maka pada tahun 2016 PT
Semen Indonesia (Persero) Tbk. melakukan pembelian saham
dari Dana Pensiun Semen Gresik untuk meningkatkan kinerja
grup serta mendorong percepatan pertumbuhan PT Varia
Usaha. Salah satu langkah besar yang dilakukan adalah
transformasi parusahaan dari PT Varia Usaha menjadi PT
Semen Indonesia Logistik.

2.3 Visi dan Misi Perusahaan


2.3.1 Visi
Menjadi perusahaan distribusi dan jasa logistik
terintegrasi terbaik di industri bahan bangunan nasional

2.3.2 Misi
1. Menyiapkan jasa transportasi dan distribusi terintegrasi
serta kedistributoran bahan bangunan secara mayoritas
minimal 60% dari kapasitas sMi grup.
2. Menyediakan jasa logistik, perdagangan bahan
bangunan dan barang tambang, serta memproduksi
barang industri yang berorientasi pada kepuasan
pelanggan.
3. Menerapkan supply chain management untuk
menciptakan keunggulan daya saing.
4. Mensinergikan seluruh aktifitas perseroan, anak
perusahaan dan afiliasi untuk meningkatkan nilai
tambah secara berkesinambungan.
5. Memiliki komitmen terhadap peningkatan kesejahteraan
para pemangku kepentingan terutama pemegang saham,
karyawan dan masyarakat sekitar.
2.4 Badan Usaha dan Bidang Usaha
2.4.1 Transportasi Darat
Transportasi Darat merupakan divisi andalan PT Semen
Indonesia Logistik, karena sebagian besar produk PT Semen
Indonesia (Persero) Tbk. termasuk produk-produk industri
lainnya telah dipercayakan dan mampu dikirim ke seluruh
pelanggan yang tersebar di seluruh wilayah Pulau Jawa &
Luar Jawa.
Untuk tercapainya kepuasan pelanggan yang
memanfaatkan jasa ini dan menyesuaikan dengan bermacam-
macam jenis barang yang dapat dilayani, Divisi Transportasi
telah memiliki lebih dari 2000 armada truk dengan berbagai
jenis. Secara terencana terus dilakukan pengadaan unit-unit
armada truk baru, baik untuk mengganti unit-unit lama juga
untuk menambah dan meningkatkan kapasitas angkut.
Dukungan sumber daya manusia yang profesional dan
kompeten, sistem administrasi dan teknologi informasi
berbasis ERP menjadikan Divisi Transportasi mampu
memberikan kontribusi maksimal terhadap distribusi produk
Semen Gresik, Semen Tonasa & Semen Padang dan berbagai
produk industri, antara lain:
1. Semen Bag, Semen Jumbo Bag, Semen Curah
2. Gypsum, Batu Trass, Batubara, Pasir, Feldspare
3. Barang-barang Fabrikasi
4. Angkutan Limbah B3 (Barang Beracun dan Berbahaya)
5. Kertas, Besi, Cement Board
PT Semen Indonesia Logistik juga bekerja sama dengan
PT Kereta Api Indonesia (Persero), untuk angkutan multi
komuditi meliputi distribusi semen dan barang lainnya dengan
menggunakan sistem block train.

2.4.2 Perdagangan Barang Industri dan Fabrikasi


Divisi ini bergerak di bidang perdagangan barang-
barang industri, Jasa pemasangan Listrik & Instrumen dan
produk Fabrikasi. Dengan memiliki 3 (tiga) unit bisnis terdiri
dari:
1. Perdagangan Barang Industri
Unit ini bergerak di bidang perdagangan barang barang
industri, barang keagenan dan barang umum. Beberapa barang
yang diageni oleh PT Semen Indonesia Logistik adalah:
 Bucket Elevator REXNORD, dari Rexnord Inc, USA
 Rubber Belt Conveyor SEMPERITRANS, dari
Semperit France
 Power Transmission FLENDER, dari Siemens
Jerman
 Pneumatic Pruduct NORGREN, dari Norgen USA
 Weight Feeder MERRIKS, dari Merrick Industries
USA
 Mechanical & Electrical Scales and Belt Feeders,
Volumetric Screw Feeders, Lime Slakers, Water
Treatment & Silo Systems
2. Kontraktor Listrik & Instrumen
Unit ini adalah pemasok barang dan jasa pemasangan
Listrik dan Instrumen yang sudah mendapatkan kepercayaan
dalam berbagai proyek kelistrikan dan Instrumentasi di
Indonesia untuk Industri Semen, Pupuk, Kertas, Tambang,
Eternit, Makanan, Power Plant, Oil & Gas. Didukung Surat
Ijin Kelistrikan (SIKA) di mana dalam pelaksanaannya dapat
mengerjakan instalasi Listrik & Instrumen, jaringan tegangan
tinggi dan gardu induk. Dengan didukung tenaga dan peralatan
yang lengkap
3. Perdagangan Produk Fabrikasi (Mechanical & Civil
Structure)
Unit ini adalah unit yang memproduksi barang-barang
mesin diantaranya: Belt Conveyor System, Screw Conveyor,
Bucket Elevator, Batching Plant, Coal Crusher, Cement
Tanker & Bulk, Silo Cement, Storage Tank, Steel Stucture,
Pump House, Piping Instalation dan lain-lain
Kegiatan produksi ini didukung Workshop yang dimilik
PT Semen Indonesia Logistik, bertempat di Jl. Indro Gresik,
dengan luas area 75 x 125 M², serta tersedianya alat-alat
produksi seperti Cutting Machine, Bending Machin, Rolling
Machine, Lathe Machine, dengan kemampuan Produksi 200
Ton/Bulan untuk Plate Work dan 300 Ton/Bulan untuk
Structure.
Implementasi K3 di Workshop dengan menggunakan
SMK3 (Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan).
Bidang Usaha ini telah meraih sertifikat ISO 9001:2015 yang
menjadi bukti kualitas produk dan mutu layanan agar dapat
menjamin kepuasan pelanggan.

2.4.3 Stuktur Organisasi PT Semen Indonesia Logistik


Organisasi merupakan sekumpulan orang yang bekerja
untuk mencapai suatu tujuan yang sama dan diantara mereka
diberikan pembagian tugas untuk pencapaian tujuan tersebut.
Struktur organisasi merupakan gambaran skematis tentang
hubungan hubungan dan kerjasama diantara fungsi fungsi,
bagian bagian yang mengerakan organisasi untuk mencapai
tujuan. Berikut gambaran gambaran stuktur organisasi di
Perusahaan PT Semen Indonesia Logistik.
Gambar 2.2 Struktur Kepemilikan Saham 2019
Gambar 2.3 Struktur Organisasi BUBI PT. Semen Indonesia
Logistik
BAB 3
TOPIK PEMBAHASAN

3.1 Latar Belakang Masalah


Perkembangan ilmu dan teknologi semakin hari
semakin pesat dan biasanya akan diikuti oleh aktivitas-
aktivitas yang semakin besar dan semakin padat, dan tentunya
secara langsung maupun tidak langsung akan diikuti pula oleh
permasalahan permasalahan yang semakin hari semakin
kompleks. Di negara yang sedang berkembang, dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyatnya tuntutan pembangunan
disegala bidang semakin dapat dirasakan. Pembangunan
tersebut berupa pembangunan fisik proyek serta pembangunan
gedung, fasilitas perusahaan, mendirikan industri ringan dan
berat, jaringan telekomunikasi dan lain-lain. Menghadapi
keadaan demikian, langkah yang umumnya ditempuh
disamping mempertajam prioritas adalah mengusahakan
meningkatkan efesiensi dan efektifitas pengelolaan agar
dicapai hasil guna yang maksimal dari sumber daya yang
tersedia.
Dalam melaksanakan pembangunan suatu proyek maka
perusahaan melakukan pelelangan proyek kepada kontraktor
yang memenuhi syarat, dan kontraktor yang terpilih akan
melaksanakan pembangunan tersebut sebagai mitra dari
perusahaan. Kemudian perusahaan melakukan peninjauan-
peninjauan dan pengawasan terhadap kerja kontraktor, dengan
tujuan perusahaan dapat mengetahui dan mengikuti
perkembangan yang terjadi dilapangan. Hal ini diperlukan
karena dalam pemberian biaya proyek sesuai dengan yang ada
dikontrak harus diketahui bagaimana prestasi kerja atau berapa
persen pembangunan telah berjalan.
Menurut Santosa (2009:7) menjelaskan bahwa
manajemen proyek dianggap sukses apabila bisa mencapai
tujuan yang diinginkan bila selesai dalam waktu yang
dialokasikan, sesuai dengan biaya yang dianggarkan, sesuai
pada performansi atau spesifikasi yang dibutuhkan, diterima
customer, tidak mengganggu aliran pekerjaan utama
organisasi, tanpa merubah budaya positif perusahaan, dan
dengan ruang lingkup pekerjaan minimum yang disetujui.
Kegiatan konstruksi atau fabrikasi sangat dibutuhkan
bagi perusahaan – perusahaan yang memiliki skala besar untuk
menjaga kondisi fasilitas mereka tetap baik agar bisa terus
digunakan, salah satunya fasilitas penyimpanan barang seperti
gudang, fasilitas pendukung sangat berperan untuk tetap bisa
menjalankan aktifitas perusahaan. PT. Semen Indonesia
Logistik merupakan salah satu perusahaan yang menjalankan
kegiatan konstruksi dan fabrikasi. Salah satunya yaitu proyek
pembangunan gudang PDS & BB cabang Lamongan. Terdapat
dua gudang yang dibuat yaitu gudang semen dan gudang non-
semen. Proyek ini dimulai dari pembuatan struktur baja dalam
proses fabrikasi hingga pemasangan sruktur baja tersebut
dilokasi pembangunan gudang. Proyek pembangunan gudang
ini dijadwalkan selesai dalam 100 hari. Akan tetapi proyek
tersebut tidak sesuai jadwal dan mundur selama 67 hari
menjadi 167 hari. Hal ini dapat dilihat pada data yang
terlampir. Dari data yang terlampir dapat dilihat bahwa
kurva yang berwarna biru menunjukan target jadwal
penyelesaian proyek, sedangkan kurva merah
menunjukkan progres proyek yang sedang berjalan.
Proyek mengalami keterlambatan pada minggu ke-10
dimana progres yang sedang berjalan tidak sesuai dengan
target awal. Penelitian ini akan mengkaji bagaimana
penjadwalan proyek dapat dibuat pada pembangunan gudang
PDS & BB cabang Lamongan dengan menggunakan metode
Critical Path Method (CPM) dan PERT.
3.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat
diketahui permasalahan yang akan di kaji adalah sebagai
berkut:
1. Bagaimana bentuk jaringan kerja yang ada di proyek
pembangunan gudang PDS & BB cabang Lamongan?
2. Bagaimana lintasan kritis yang ada di proyek
pembangunan gudang PDS & BB cabang Lamongan?
3. Berapa durasi penyelesaian proyek pembangunan
gudang PDS & BB cabang Lamongan dengan metode
CPM?

3.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui jaringan kerja proyek pembangunan
gudang PDS & BB cabang Lamongan
2. Untuk mengetahui lintasan kritis yang ada di proyek
pembangunan gudang PDS & BB cabang Lamongan
3. Untuk mengetahui durasi penyelesaian yang ada di
proyek pembangunan gudang PDS & BB cabang
Lamongan dengan metode CPM
3.4 Skenario Penyelesaian
Flowchart berikut akan menggambarkan skenario
penyelesaian masalah dalam proyek pembangunan gudang
PDS & BB cabang Lamongan.

Gambar 3.1 Flowchart Penyelesaian Masalah


BAB IV
TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Definisi Proyek


Proyek merupakan rangkaian aktivitas unik yang saling
terkait untuk mencapai suatu hasil tertentu yang dilakukan
dalam periode waktu tertentu pula (Santosa, 2013).
Gray, dkk (2007) menyatakan bahwa Proyek adalah
kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan
dalam satu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-
sumber daya untuk mendapatkan benefit (manfaat).
Menurut Tarore (2002), Proyek adalah suatu kegiatan
yang berlangsung dalam waktu tertentu dengan alokasi sumber
daya terbatas untuk melaksanakan tugas yang telah ditetapkan.
Dari definisi-definisi tersebut, maka pengertian proyek
dalam hal ini merupakan:
1. Rangkaian aktivitas
2. Penggunaan sumber-sumber daya
3. Sesuatu kegiatan untuk mendapatkan manfaat (benefit)
4. Ada saat mulai (starting point) dan ada saat berakhir
(ending point)
Didalam proses mencapai tujuan telah ditentukan
batasan yaitu besar biaya (anggaran) yang dialokasikan, dan
jadwal serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga batasan diatas
disebut tiga kendala (triple constrain). Ini merupakan
parameter penting bagi penyelenggara proyek yang sering
diasosiasikan sebagai sasaran proyek.

4.1.1 Jenis-jenis Proyek


Proyek dapat dikelompokkan dalam beberapa jenis di
antaranya yaitu (Malik, 2010):
1. Proyek rekayasa konstruksi, meliputi perencanaan,
pengawasan, pelaksanaan, pemeliharaan, renovasi,
rehabilitasi dan restorasi bangunan konstruksi dan wujud
fisik lainnya, beserta kelengkapan dan asesorisnya.
2. Proyek pengadaan barang, meliputi pengadaan benda dan
peranti, baik bergerak maupun tidak bergerak, dalam
berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku,
barang setengah jadi, barang jadi, lahan, dan peralatan
beserta kelengkapan dan asesorisnya.
3. Proyek teknologi informasi dan komunikasi, meliputi
pengadaan jaringan dan instalasi sarana dan prasarana
informasi dan telekomunikasi baik cetak, audio, vidio dan
cyber.
4. Proyek sumber daya alam dan energi, meliputi eksplorasi,
eksploitasi, penyediaan, pengelolaan, pemanfaatan dan
distribusi sumber daya alam dan energi.
5. Proyek pendidikan dan pelatihan, meliputi pelaksanaan
kegiatan pendidikan, pelatihan, dan kegiatan-kegiatan
peningkatan kemampuan keahlian, kecakapan dan
keterampilan lainnya dalam berbagai bidang.
6. Proyek penelitian dan pengembangan, meliputi kegiatan
studi dalam berbagai aspek ilmu pengetahuan, sosial,
ekonomi, budaya, politik, manajemen, lingkungan hidup,
dan aspek kemasyarakatan lainnya.

4.2 Definisi Manajemen Proyek


Menurut Schwalbe (2004) manajemen proyek adalah
aplikasi pengetahuan, keahlian, peralatan dan teknik untuk
kegiatan proyek yang sesuai dengan kebutuhan proyek.
Menurut Hughes dan Mike (2002) manajemen proyek
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan masalah yang
harus dipaparkan oleh user, kebutuhan user harus terlihat jelas
dan harus terjadi komunikasi yang baik agar kebutuhan user
bisa diketahui.
Manajemen proyek adalah ilmu dan seni yang
berhubungan dengan memimpin dan mengkoordinir sumber
daya yang terdiri dari manusia dan material dengan
menggunakan teknik pengelolaan modern untuk mencapai
sasaran yang telah ditentukan, yaitu lingkup, mutu, jadwal,
dan biaya, serta memenuhi keinginan para stakeholder (PMI
dalam Soeharto, 1999).
Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa manajemen proyek adalah kegiatan mengkoordinir
sumber daya (manusia, material, teknik, pengetahuan, dan
keahlian) guna pencapaian hasil suatu proyek.
Manajemen proyek dilakukan dalam tiga fase (Prasetya
dan Fitri, 2009), yaitu:
1. Perencanaan, fase ini mencakup penetapan sasaran,
mendefinisikan proyek dan organisasi timnya.
2. Penjadwalan, fase ini menghubungkan orang, uang dan
bahan untuk kegiatan khusus, dan menghubungkan
masing-masing kegiatan satu dengan yang lainnya.
3. Pengendalian, pada fase ini mengawasi sumber daya,
biaya, kualitas dan anggaran.

4.3 Metode CPM (Critical Path Method)


Metode jalur kritis critical path method (CPM) menurut
Levin dan Kirkpatrick (1972) yaitu metode untuk
merencanakan dan mengawasi proyek-proyek merupakan
sistem yang paling banyak dipergunakan di antara semua
sistem lain yang memakai prinsip pembentukan jaringan.
Sedangkan Siswanto (2007) mendefinisikan CPM
sebagai model manajemen proyek yang mengutamakan biaya
sebagai objek yang dianalisis. CPM merupakan analisa
jaringan kerja yang berupaya mengoptimalkan biaya total
proyek melalui pengurangan waktu penyelesaian total proyek.

4.3.1 Jaringan Kerja


Jaringan kerja merupakan jaringan yang terdiri dari
serangkaian kegiatan untuk menyelesaikan suatu proyek
berdasarkan urutan dan ketergantungan kegiatan satu dengan
kegiatan lainnya. Sehingga suatu pekerjaan belum dapat
dimulai apabila aktifitas sebelumnya belum selesai dikerjakan.
Menurut Hayun (2005) simbolsimbol yang digunakan
dalam menggambarkan suatu jaringan adalah sebagai berikut:
1. Anak panah/busur, menyatakan sebuah aktifitas yang
dibutuhkan oleh proyek. Aktifitas ini didefinisikan
sebagai hal yang memerlukan duration (jangka waktu
tertentu). Tidak ada skala waktu, anak panah hanya
menunjukkan awal dan akhir suatu aktifitas.

Gambar 4.1 Anak Panah


2. Lingkaran kecil/simpul/node menyatakan suatu kejadian
atau peristiwa. Kejadian (event) didefinisikan sebagai
ujung atau pertemuan dari satu atau beberapa
kegiatan. Sebuah kejadian mewakili satu titik dalam
waktu yang menyatakan penyelesaian beberapa
kegiatan dan awal beberapa kegiatan baru.

Gambar 4.2 Lingkaran Kegiatan


3. Anak panah terputus-putus menyatakan aktifitas semu
(dummy activity). Dummy ini tidak mempunyai durasi
waktu, karena tidak menghabiskan resource (hanya
membatasi mulainya aktifitas). Bedanya dengan aktifitas
biasa adalah aktifitas dummy tidak memakan waktu dan
sumber daya, jadi waktu aktifitas dan biaya sama dengan
nol.

Gambar 4.3 Anak Panah Putus - Putus


4. Anak panah tebal menyatakan aktifitas pada lintasan
kritis.

Gambar 4.4 Anak Panah Tebal

Simbol-simbol tersebut digunakan dengan mengikuti


aturan-aturan sebagai berikut (Hayun, 2005):
1. Di antara dua kejadian (event) yang sama, hanay boleh
digambarkan satu anak panah.
2. Nama suatu aktivitas dinyatakan dengan huruf atau
dengan nomor kejadian.
3. Aktivitas harus mengalir dari kejadian bernomor rendah
ke kejadian bernomor tinggi.
4. Diagram hanya memiliki sebuah saat paling cepat
dimulainya kejadian (initial event) dan sebuah saat paling
cepat diselesaikannya kejadian (terminal event).
4.3.2 Hubungan Antar Simbol dan Kegiatan
Menurut Heizer dan Render (2005) menyatakan bahwa
terdapat 2 pendekatan untuk menggambarkan hubungan antara
jaringan kerja, yaitu pendekatan AOA (Activity on Arrow) dan
AON (Activity on Node). Dalam pendekatan AOA, anak panah
menunjukkan kegiatan, sedangkan AON menunjukkan bahwa
Node (Lingkaran) adalah kegiatan. Tabel berikut akan
memberikan ilustrasi terhadap kedua pendekatan tersebut:

Tabel 4.1 Perbedaan Pendekatan AOA dan AON


Menurut Render dan Jay (2006) hubungan antar simbol
dan kegiatan dapat dinyatakan sebagai berikut:
1. Jika kegiatan A harus diselesaikan dahulu sebelum
kegiatan B dapat dimulai dan kegiatan C dapat dimulai
setelah kegiatan B selesai.

Gambar 4.5 Kegiatan A Pendahulu Kegiatan B & Kegiatan B


Pendahulu Kegiatan C
Sumber: Ekanugraha (2016)

2. Kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C dapat


dimulai.

A
C
B

Gambar 4.6 Kegiatan A dan B merupakan pendahulu kegiatan


C
Sumber: Ekanugraha (2016)
3. Jika kegiatan A dan B harus dimulai sebelum kegiatan C
dan D.

A C

B D

Gambar 4.7 Kegiatan A Dan B Merupakan Pendahulu


Kegiatan C
Sumber: Ekanugraha (2016)

4. Jika kegiatan A dan B harus selesai sebelum kegiatan C


dapat dimulai, tetapi D sudah dapat dimulai bila kegiatan
B sudah selesai.

A C

B D
Gambar 4.8 Kegiatan B Merupakan Pendahulu Kegiatan C
Dan D
Sumber: Ekanugraha (2016)
Fungsi dummy di atas adalah untuk memindahkan
seketika itu juga (sesuai dengan arah panah) keterangan
tentang selesainya kegiatan B.
5. Jika Kegiatan A, B dan C dimulai dan selesai pada
lingkaran kegiatan yang sama, maka tidak boleh
menggambarkannya seperti pada gambar 4.9 berikut :

A
B
C
Gambar 4.9 Relasi Antar Simbol yang Salah
Sumber: Ekanugraha (2016)

Maka untuk menggambarkan ketiga kegiatan itu secara


benar, harus ditambahkan dummy dan dapat dilihat pada
gambar 4.10 berikut :

A
B
C

Gambar 4.10 Kegiatan A, B, Dan C Mulai dan Selesai Pada


Kejadian Yang Sama
Sumber: Ekanugraha (2016)
4.3.3 Jadwal Aktivitas
Heizer dan Render (2005) menjelaskan bahwa dalam
dalam melakukan analisis jalur kritis, digunakan dua proses
two-pass, terdiri atas forward pass dan backward pass. ES dan
EF ditentukan selama forward pass, LS dan LF ditentukan
selama backward pass. ES (earliest start) adalah waktu
terdahulu suatu kegiatan dapat dimulai, dengan asumsi semua
pendahulu sudah selesai. EF (earliest finish) merupakan waktu
terdahulu suatu kegiatan dapat selesai. LS (latest start) adalah
waktu terakhir suatu kegiatan dapat dimulai sehingga tidak
menunda waktu penyelesaian keseluruhan proyek. LF (latest
finish) adalah waktu terakhir suatu kegiatan dapat selesai
sehingga tidak menunda waktu penyelesaian keseluruhan
proyek.
Setelah waktu terdahulu dan waktu terakhir dari semua
kegiatan dihitung, kemudian jumlah waktu slack (slack time)
dapat ditentukan. Slack adalah waktu yang dimiliki oleh
sebuah kegiatan untuk bisa diundur, tanpa menyebabkan
keterlambatan proyek keseluruhan (Heizer dan Render, 2005).
Gambar 4.11 Notasi yang digunakan Pada Node

4.3.4 Analisis Skala Waktu Optimal Network Planning


Salah satu hal penting didalam analisa proyek adalah
mengetahui kapan proyek tersebut dapat diselesaikan. Untuk
menjawab hal tersebut, perlu diketahui terlebih dahulu waktu
yang diperlukan untuk masing-masing kegiatan, hubungannya
dengan kegiatan lain dan kapan kegiatan tersebut dimulai dan
berakhir.
Setelah hal-hal tersebut diketahui, langkah selanjutnya
adalah melakukan perhitungan-perhitungan, adapun cara
perhitungan yang harus dilakukan terdiri atas dua cara yaitu
perhitungan maju (forward computation) dan perhitungan
mundur (backward computation). Sehingga dengan
dilakukannya kedua perhitungan tadi dapat diketahui jalur
kritis dan juga kapan proyek atau produksi tersebut dapat
diselesaikan.

4.3.4.1 Perhitungan Maju (Forward Computation)


Perhitungan maju merupakan perhitungan bergerak
mulai dari initial event menuju terminal event. Maksudnya
ialah menghitung saat yang paling cepat terjadinya event dan
saat paling cepat dimulainya serta diselesaikannya
aktivitasaktivitas.
Menurut Dimyati (2006), terdapat tiga langkah yang
dilakukan di dalam perhitungan maju, yaitu:
1. Saat tercepat terjadinya initial event ditentukan pada hari
ke-nol sehingga untuk initial event berlaku TE = 0.
2. Jika initial event terjadi pada hari yang ke-nol maka

Gambar 4.12 Initial event pada hari ke-nol


ES(ij) = TE(j) = 0
EF(ij) = ES(Ij) + t(ij) = TE(i) + t(Ij)
3. Event yang menggambarkan beberapa aktivitas (merge
event)
Gambar 4.13 Merge Event
Sebuah event hanya dapat terjadi jika aktivitas-
aktivitas yang mendahuluinya telah diselesaikan. Maka
saat paling cepat terjadi sebuah event sama dengan nilai
terbesar dari saat tercepat untuk menyelesaikan aktivitas-
aktivitas yang berakhir pada event tersebut.
TE(j) = maks(EF(i1,j), EF(i2,j),…,EF(in,j)
Rumus:
ES(i,j) = TE(j) =0
EF(i,j) = ES(i,j)+ t(i,j)
=TE(i) + t(i,j)
Dimana:
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas
TE = Saat tercepat terjadinya event
EF = Saat tercepat diselesaikannya aktivitas
t = Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas

4.3.4.2 Perhitungan Mundur (Backward Computation)


Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak dari
terminal event menuju initial event. Tujuannya adalah untuk
menghitung saat paling lambat terjadinya events dan saat
paling lambat dimulainya dan diselesaikannya aktivitas-
aktivitas (TL, LS dan LF). Seperti halnya pada perhitungan
maju, menurut Dimyati (2006), terdapat tiga langkah yang
dilakukan di dalam perhitungan mundur (backward
computation), yaitu:
1. Pada terminal event berlaku TL = TE
2. Saat paling lambat untuk memulai suatu aktivitas sama
dengan saat paling lambat untuk menyelesaikan aktivitas
itu dikurangi dengan durasi atau waktu aktivitas tersebut.

Gambar 4.14 Saat Paling Lambat Memulai Aktivitas


LS = LF – t
LF(ij) = TL dimana TL = TE
Maka : LS(ij) = TL(j) – t(ij)
3. Event yang “mengeluarkan” beberapa aktivitas (burst
event)

Gambar 4.15 Burst Event


Setiap aktivitas hanya dapat dimulai apabila event
yang mendahuluinya telah terjadi. Oleh karena itu saat
paling lambat terjadinya sebuah event sama dengan nilai
terkecil dari saat-saat paling lambat untuk memulai
aktivitas-aktivitas yang berpangkal pada event tersebut.
TL(i) = min (LS(i,j1),LS(i,j2),...LS(i,jn).
Rumus:
LS = LF-t
LF(i,j) = TL dimana TL=TE
Maka:
LS(i,j) = TL(j)-t(i,j)
Dimana:
LS = Saat paling lambat dimulainya aktivitas
LF = Saat paling lambat diselesaikannya aktivitas
TL = Saat paling lambat terjadinya event
t = Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas

4.3.4.3 Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float atau


Slack)
Salah satu manfaat dari metode network planning
adalah dapat membantu perusahaan dalam membuat jadwal
penyelesaian suatu proyek atau produksi. Untuk dapat
membuat jadwal yang sesuai dengan rencana, maka harus
diketahui kegiatan – kegiatan mana saja yang perlu
diselesaikan terlebih dahulu dan kegiatan mana yang dapat
dilakukan penundaan pada pengerjaannya.
Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan penundaan atau
mempunyai kelonggaran waktu dalam proses pengerjaannya,
dapat diketahui setelah melakukan perhitungan maju dan
perhitungan mundur. Kelonggaran waktu (slack/float) tersebut
dapat digunakan pada penjadwalan tanpa menyebabkan
keterlambatan pada keseluruhan penyelesaian proyek atau
produksi.
Menurut Dimyati (2006), “Total Float adalah jumlah
waktu dimana waktu penyelesaian suatu aktivitas dapat
diundur tanpa mempengaruhi saat paling cepat dari
penyelesaian proyek secara keseluruhan”.
Total Float dihitung dengan cara mencari selisih antara
saat paling lambat dimulainya aktivitas dengan saat paling
cepat dimulainya aktivitas (S = LS – ES), atau dapat dihitung
dengan mencari selisih antara saat paling lambat
diselesaikannya aktivitas dengan saat paling cepat
diselesaikannya aktivitas (S = LF – EF).
Rumus:
S = LS – ES
Dimana:
S = Total float
LS = Saat paling lambat dimulainya aktivitas
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas
“Free Float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian
suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling
cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat
terjadinya event lain pada network”.
Sedangkan untuk free slack dihitung dengan cara
mencari selisih antara saat tercepat terjadinya event diujung
aktivitas dengan saat tercepat diselesaikannya aktivitas
tersebut (SF = TE – ES - t).
Rumus:
SF = EF – ES – t
Dimana:
SF = Free Float
EF = Saat tercepat diselesaikannya aktivitas
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas
t = Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas
Suatu aktivitas yang tidak mempunyai kelonggaran
(Float) disebut aktivitas kritis, dengan kata lain aktivitas kritis
mempunyai S = SF = 0.
4.4 Durasi Proyek
Menurut Maharani dan Fajarwaty (2006) menjelaskan
bahwa durasi proyek adalah durasi waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan seluruh kegiatan proyek. Faktor yang
mempengaruhi dalam menentukan durasi pekerjaan adalah
volume pekerjaan, metode kerja, keadaan lapangan, serta
keterampilan tenaga kerja yang melaksanakan pekerjaan
proyek.
BAB V
PEMBAHASAN

5.1 Pengumpulan Data


Pada Proyek Pembangunan Gudang PDS & BB Cabang
Lamongan ada berbagai macam kegiatan. Pada penelitian ini
akan ditentukan kegiatan kritis atau kegiatan pekerjaan poyek
yang waktu pekerjaannya tidak boleh ditunda pelaksanaanya.
Kegiatan yang menyangkut Proyek ini meliputi:
A. Preparation Work
1. Engineering
a. IFA
b. IFC
2. Procurement
3. Mobilisasi
B. Fabrication Work
1. Gudang Semen (Steel Structure)
a. Pekerjaan Struktur
b. Pekerjaan Pintu Baja Pipa (1X 2 X 4200 X 2300)
2. Gudang Non – Semen (Steel Structure)
a. Pekerjaan Konstruksi Baja
b. Pekerjaan Atap
3. Painting
a. Pekerjaan Struktur
b. Pekerjaan Pintu Baja Pipa (1 x 2 x 4200 x 2300)
c. Pekerjaan Konstruksi Baja
d. Pekerjaan Atap
4. Packing & Delivery
C. Erection Work
1. Gudang Semen (Steel Structure)
a. Pekerjaan Structure
b. Pekerjaan Pintu Baja Pipa (1x 2 X 4200 X 2300)
2. Gudang Non Semen (Steel Structure)
a. Pekerjaan Konstruksi Baja
b. Pekerjaan Atap
3. Electrical Work
a. Gudang Semen
b. Gudang Non Semen
c. Lampu PJU
4. Finishing / Pembersihan Area
5. Demobilisasi

5.2 Hubungan Antar Pekerjaan


Hubungan keterkaitan pekerjaan diperoleh dari logika
ketergantungan yang disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri,
dengan memperhatikan kegiatan apa yang dimulai terlebih
dahulu (predecessor), kegiatan apa yang mengikuti
(successor) dan adakah kegiatan yang bisa dilakukan secara
besamaan / sejajar untuk menghemat waktu. Disamping itu
juga hubungan antar pekerjaan memiliki ketergantungan yang
disebabkan oleh sifat kegiatan itu sendiri dikarenakan
pekerjaan tersebut tidak dapat dimulai tanpa adanya input
berupa hasil pengerjaan pekerjaan sebelumnya.
Secara garis besar pada proyek ini merupakan pekerjaan
tipikal dan saling tumpang tindih (overlapping). Dalam
pelaksanaannya suatu kegiatan dapat dikerjakan tanpa harus
menunggu kegiatan sebelumnya diselesaikan, beberapa
diantaranya terdapat kegiatan saling ketergantungan antar
pekerjaan yang satu dengan yang lain.

5.3 Menyusun Jaringan Kerja (Diagram Network)


Berikut ini adalah tabel daftar rencana kegiatan,
pengerjaan proyek Pembangunan Gudang PDS & BB Cabang
Lamongan.

Tabel 5.1 Kegiatan Proyek Pembangunan Gudang PDS & BB


Cabang Lamongan
NO. Jenis Pekerjaan Kode Kegiatan
1. IFA A
2. IFC B
3. Procurement C
4. Mobilisasi D
5. Pekerjaan Struktur (Fabrication E
Work)
6. Pekerjaan Pintu Baja Pipa (1X 2 F
X 4200 X 2300) (Fabrication
Work)
7. Pekerjaan Konstruksi Baja G
(Fabrication Work)
8. Pekerjaan Atap (Fabrication H
Work)
9. Pekerjaan Struktur (Painting) I
10. Pekerjaan Pintu Baja Pipa (1X 2 J
X 4200 X 2300) (Painting)
11. Pekerjaan Konstruksi Baja K
(Painting)
12. Pekerjaan Atap (Painting) L
13. Packing & Delivery M
14. N
Pekerjaan Struktur (Erection
Work)
15. Pekerjaan Pintu Baja Pipa (1X 2 O
X 4200 X 2300) (Erection
Work)
16. Pekerjaan Konstruksi Baja P
(Erection Work)
17. Pekerjaan Atap (Erection Work) Q
18. Gudang Semen R
19. Gudang Non-Semen S
20. Lampu PJU T
21. Pembersihan Area U
22. Demobilisasi V

5.4 Tahapan Analisis Penjadwalan Dengan Menggunkan


Metode CPM (Critical Path Method)
Untuk menyelesaikan kendala ketidakefisienan waktu
proyek pembangunan gudang PDS & BB cabang Lamongan,
maka perusahaan perlu membuat suatu perencanaan dan
penjadwalan dengan cara menggambarkan sebuah jaringan
untuk mencari lintasan kritis.
Lintasan kritis tersebut guna memberikan informasi
mengenai jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan
proyek pembangunan gudang PDS & BB cabang Lamongan.
Dalam membuat suatu perencanaan dan penjadwalan dengan
menggunakan network planning, ada beberapa tahapan dalam
menyusun network planning dengan metode critical path
method (CPM):
1. Menginventarisasi kegiatan – kegiatan proyek
2. Menyusun hubungan antar kegiatan proyek
3. Menyusun network diagram yang menghubungkan semua
kegiatan proyek
4. Menetapkan waktu untuk setiap kegiatan dan
menyusunya kedalam network diagram
5. Mengidentifikasi jalur kritis (critical path) pada network
diagram
5.4.1 Menginventarisasi Kegiatan-Kegiatan Proyek
Pada tahap ini, dilakukan pengkajian dan
pengidentifikasian dalam lingkup proyek, menguraikan dan
memecahkannya menjadi kegiatan – kegiatan atau kelompok
kegiatan yang merupakan komponen proyek. Penyusunan ini
dilakukan berdasarkan pengalaman atau data dalam proyek
dimasa lalu.

5.4.2 Menyusun Hubungan Antar Kegiatan Proyek


Pada langkah kedua ini adalah menyusun kembali
kegiatan menjadi mata rantai, urutan sesuai dengan logika
ketergantungan dalam network planning, sehingga diketahui
urutan kegiatan dari awal di mulainya proyek sampai dengan
selesainya kegiatan proyek secara keseluruhan.
Dalam network planning ada beberapa kemungkinan
yang dapat terjadi dari hubungan antar kegiatan yang disusun
menjadi mata rantai, urutan kegiatan yang sesuai dengan
logika ketergantungan yaitu:
1. Susunan kegiatan dapat dikerjakan secara bersamaan
dengan kegiatan lain.
2. Susunan kegiatan hanya dapat dikerjakan apabila
kegiatan sebelumnya sudah selesai dikerjakan.
3. Susunan kegiatan dapat dikerjakan secara tersendiri tanpa
harus menunggu kegiatan sebelumnya.
Urutan kegiatan – kegiatan yang sesuai dengan logika
ketergantungan pada proyek pembangunan gudang PDS & BB
cabang Lamongan, seperti terlihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5.2 Daftar Uraian Kegiatan Terdahulu dan Mengikuti


NO. Jenis Kode Predecessor Successor
Pekerjaan Kegiatan
1. IFA A - B,D
2. IFC B A C
3. Procurement C B E,F,G,H
4. Mobilisasi D A M
5. Pekerjaan E C I
Struktur
(Fabrication
Work)
6. Pekerjaan F C J
Pintu Baja
Pipa (1X 2
X 4200 X
2300)
(Fabrication
Work)
7. Pekerjaan G C K
Konstruksi
Baja
(Fabrication
Work)
8. Pekerjaan H C L
Atap
(Fabrication
Work)
9. Pekerjaan I E M
Struktur
(Painting)
10. Pekerjaan J F M
Pintu Baja
Pipa (1X 2
X 4200 X
2300)
(Painting)
11. Pekerjaan K G M
Konstruksi
Baja
(Painting)
12. Pekerjaan L H M
Atap
(Painting)
13. Packing & M D,I,J,K,L N,P
Delivery
14. N M O,R
Pekerjaan
Struktur
(Erection
Work)
15. Pekerjaan O N T
Pintu Baja
Pipa (1X 2
X 4200 X
2300)
(Erection
Work)
16. Pekerjaan P M Q,S
Konstruksi
Baja
(Erection
Work)
17. Pekerjaan Q P T
Atap
(Erection
Work)
18. Gudang R N T
Semen
19. Gudang S P T
Non-Semen
20. Lampu PJU T O,Q,R,S U,V
21. Pembersihan U T -
Area
22. Demobilisasi V T -

5.4.3 Menyusun Network Diagram Yang Menghubungkan


Semua Kegiatan Proyek
Pada tahap ini, hubungan kegiatan yang telah disusun
pada butir kedua, disusun menjadi mata rantai dengan urutan
yang sesuai dengan logika ketergantungan. Berikut ini gambar
jaringan awal yang menghubungkan seluruh kegiatan proyek.
Gambar 5.1 Jaringan Awal Untuk Menunjukkan Hubungan Antar Kegiatan
5.4.4 Menetapkan Waktu Untuk Setiap Kegiatan Dan
Menyusun Kedalam Network Diagram
Pada tahap ini yakni menentukan perkiraan kurun waktu
bagi setiap kegiatan yang diperoleh dari data perusahaan yang
sudah dianalisis oleh peneliti sehingga memperoleh waktu
pekerjaan yang tepat dan menggambarkanya dalam network
diagram, seperti terlihat pada table dibawah ini:

Tabel 5.3 Kegiatan – Kegiatan Yang Disertakan Kurun Waktu


NO. Jenis Pekerjaan Kode Waktu
Kegiatan (Hari)
1. IFA A 7
2. IFC B 0
3. Procurement C 7
4. Mobilisasi D 14
5. Pekerjaan Struktur E 42
(Fabrication Work)
6. Pekerjaan Pintu Baja F 21
Pipa (1X 2 X 4200 X
2300) (Fabrication
Work)
7. Pekerjaan Konstruksi G 35
Baja (Fabrication
Work)
8. Pekerjaan Atap H 14
(Fabrication Work)
9. Pekerjaan Struktur I 21
(Painting)
10. Pekerjaan Pintu Baja J 14
Pipa (1X 2 X 4200 X
2300) (Painting)
11. Pekerjaan Konstruksi K 21
Baja (Painting)
12. Pekerjaan Atap L 7
(Painting)
13. Packing & Delivery M 7
14. N 21
Pekerjaan Struktur
(Erection Work)
15. Pekerjaan Pintu Baja O 14
Pipa (1X 2 X 4200 X
2300) (Erection Work)
16. Pekerjaan Konstruksi P 21
Baja (Erection Work)
17. Pekerjaan Atap Q 10
(Erection Work)
18. Gudang Semen R 10
19. Gudang Non-Semen S 7
20. Lampu PJU T 7
21. Pembersihan Area U 7
22. Demobilisasi V 7

Setelah penyusunan perkiraan kurun waktu untuk


masing – masing kegiatan selesai, maka tahap selanjutnya
adalah menggambarkan jaringan yang dapat menghubungkan
keseluruhan kegiatan yang akan dilaksanakan. Hubungan
tersebut digambarkan dalam sebuah network diagram. Bisa
dilihat pada gambar 5.2.
Gambar 5.2 Network Diagram Disertai Kurun Waktu
5.4.5 Mengidentifikasi Jalur Kritis (Critical Path) Pada
Network Diagram
Yang dimaksud jalur kritis pada langkah ini adalah jalur
yang terdiri dari rangkaian kegiatan dalam lingkup relokasi
pipa, dan apabila terjadi keterlambatan maka akan
mengakibatkan keterlambatan secara keseluruhan.
Dari network diagram yang disusun pada langkah
ketiga, dilakukan perhitungan maju dan perhitungan mundur.
Dari kedua perhitungan tersebut dihitung float/slack dan
diidentifikasi jalur kritisnya.

5.4.5.1 Cara Perhitungan Maju (Forward Computation)


Pada perhitungan maju, perhitungan bergerak mulai dari
initial event menuju ke terminal event. Maksudnya ialah
menghitung saat paling cepat terjadinya event (kejadian) dan
saat paling cepat dimulainya serta diselesaikanya aktivitas –
aktivitas (TE, ES, dan EF).
Rumus:
TE(j) = ES(i,j) = 0
EF(i,j) = ES(i,j) + t(i,j)
Dimana :
TE = earliest event occurrence time, yaitu saat tercepat
terjadinya event
ES = earliest activity start time, yaitu saat tercepat
dimulainya aktivitas
EF = earliest activity finish time, yaitu saat tercepat
diselesaikannya aktivitas
t = activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan
untuk suatu aktivitas (biasa dinyatakan dalam hari)
Berikut ini merupakan perhitungan maju dalam
penyelesaian proyek pembangunan gudang pds & bb cabang
lamongan.
TE(0) = karena TE(0) merupakan initial event, maka TE(0) =
0
EF(1,2) = ES(0) + t(1,2)
=0+7
= 7, maka TE (1) adalah 7
EF(2,3) = ES(7) + t(2,3)
=7+0
= 7, maka TE (2) adalah 7
Hasil perhitungan diatas dapat dilihat pada tabel 5.4 dan
gambar 5.3 dibawah ini:

Tabel 5.4 Daftar Waktu Mulai Dan Waktu Selesai Kegiatan


Proyek Dengan Perhitungan Maju (Forward Computation)
i-j Kode Waktu Perhitungan Awal
Kegiatan (Hari) (Eartliest)
Mulai Selesai
(ES) (EF)
1-2 A 7 0 7
2-3 B 0 7 7
3–4 C 7 7 14
2 – 13 D 14 7 21
4–5 E 42 14 56
4–6 F 21 14 35
4–7 G 35 14 49
4–8 H 14 14 28
5–9 I 21 56 77
6 - 10 J 14 35 49
7 - 11 K 21 49 70
8 - 12 L 7 28 35
9 – 14 M 7 77 84
14 – 15 N 21 84 105
15 – 17 O 14 105 119
14 - 16 P 21 84 105
16 – 19 Q 10 105 115
15 – 18 R 10 105 115
16 – 20 S 7 105 112
17 – 21 T 7 119 126
21 – 22 U 7 126 133
21 - 23 V 7 126 133
Gambar 5.3 Network Diagram dengan Perhitungan Maju
5.4.5.2 Cara Perhitungan Mundur(Backward
Computation)
Pada perhitungan mundur, perhitungan bergerak mulai
dari terminal event menuju ke initial event. Maksudnya ialah
menghitung saat paling lambat terjadinya event (kejadian) dan
saat paling lambat dimulainya serta diselesaikanya aktivitas –
aktivitas (TL, LS, dan LF)
Rumus:
TL = LS(i,j) = LF(i) – t(i,j)
LF(i,j) = TL dimana TL = TE
Dimana:
TL = latest event occurrence time, yaitu saat paling lambat
terjadinya event
LS = latest activity start time, yaitu saat paling lambat
dimulainya aktivitas
LF = latest activity finish time, yaitu saat paling lambat
diselesaikannya aktivitas
t = activity duration time, yaitu waktu yang diperlukan
untuk suatu aktivitas (biasa dinyatakan dalam hari)
Berikut ini merupakan perhitungan mundur dalam
penyelesaian proyek pembangunan gudang pds & bb cabang
Lamongan.
Karena TL (23) merupakan terminal event, maka TL(23) =
135 Hari
LS (21,23) = LF(23) – t(22,23)
= 135 – 7
= 126 Hari
LS(21,22) = LF(22) – t(21,22)
= 135 – 7
= 126 Hari
Hasil perhitungan diatas dapat dilihat pada tabel 5.5 dan
gambar 5.4 dibawah ini:

Tabel 5.5 Daftar Waktu Mulai Dan Waktu Selesai Kegiatan


Proyek Dengan Perhitungan Mundur (Backward
Computation)
i-j Kode Waktu Perhitungan Akhir
Kegiata (Hari) (Latest)
n Mulai (LS) Selesai (LF)
21 - 23 V 7 126 133
21 – 22 U 7 126 133
17 - 21 T 7 119 126
16 - 20 S 7 108 119
16 – 19 Q 10 105 119
15 - 18 R 10 105 119
15 - 17 O 14 105 119
14 - 16 P 21 84 108
14 - 15 N 21 84 105
9 - 14 M 7 77 84
8 - 12 L 7 70 77
7 - 11 K 21 56 77
6 – 10 J 14 63 77
5-9 I 21 56 77
4-8 H 14 14 70
4-7 G 35 14 56
4–6 F 21 14 63
4-5 E 42 14 56
2 - 13 D 14 7 77
3-4 C 7 7 14
2–3 B 0 7 7
1-2 A 7 0 7
Gambar 5.4 Network Diagram dengan Perhitungan Mundur
5.4.5.3 Perhitungan Kelonggaran Waktu (Float/Slack)
Total Float adalah jumlah waktu dimana waktu
penyelesaian suatu aktivitas dapat diundur tanpa
mempengaruhi saat paling cepat dari penyelesaian proyek
secara keseluruhan.
Total Float dihitung dengan cara mencari selisih antara
saat paling lambat dimulainya aktivitas dengan saat paling
cepat dimulainya aktivitas (S = LS – ES), atau dapat dihitung
dengan mencari selisih antara saat paling lambat
diselesaikannya aktivitas dengan saat paling cepat
diselesaikannya aktivitas (S = LF – EF).
Rumus:
S = LS – ES
Dimana:
S = Total float
LS = Saat paling lambat dimulainya aktivitas
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas
Free Float adalah jumlah waktu dimana penyelesaian
suatu aktivitas dapat diukur tanpa mempengaruhi saat paling
cepat dari dimulainya aktivitas yang lain atau saat paling cepat
terjadinya event lain pada network.
Sedangkan untuk free slack dihitung dengan cara
mencari selisih antara saat tercepat terjadinya event diujung
aktivitas dengan saat tercepat diselesaikannya aktivitas
tersebut
(SF = EF – ES - t).
Rumus:
SF = EF – ES – t
Dimana:
SF = Free Float
EF = Saat tercepat diselesaikannya aktivitas
ES = Saat tercepat dimulainya aktivitas
t = Waktu yang diperlukan untuk suatu aktivitas
Suatu aktivitas yang tidak mempunyai kelonggaran
(Float) disebut aktivitas kritis, dengan kata lain aktivitas kritis
mempunyai S = SF = 0
Peranan total float dan free float dalam penjadwalan
aktivitas proyek yang tidak kritis mengikuti dua aturan umum
yaitu, sebagai berikut:
1. Jika total float = free float, maka aktivitas – aktivitas
yang tidak kritis dapat dijadwalkan dimana saja, diantara
ES dan LF nya masing – masing.
2. Jika free float lebih kecil dari total float, maka saat
dimulainya aktivitas yang tidak kritis dapat diundur
terhadap saat tercepat dimulainya aktivitas tersebut.
Lamanya waktu pengunduran tidak boleh lebih dari
besarnya free float, sehingga penjadwalan dari aktivitas –
aktivitas berikutnya tidak terganggu.
Berdasarkan rumus diatas, maka perhitungan total float
(S) dan free float (SF) dalam penyelesaian proyek
pembangunan gudang pds dan bb cabang lamongan adalah
sebagai berikut:
Aktivitas A: S=0–0=0
SF = 7 – 0 – 7 = 0
Aktivitas B: S=7–7=0
SF = 7 – 7 – 0 = 0
Aktivitas C: S=7–7=0
SF = 14 – 7 – 7 = 0
Sehingga hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut ini:

Tabel 5.6 Informasi Network Planning


Kode Waktu Perhitungan Perhitungan
Keg. (Hari) Awal (Eartliest) Akhir (Latest)
S SF
t Mulai Selesai Mulai Selesai
(ES) (EF) (LS) (LF)
A 7 0 7 0 7 0 0
B 0 7 7 7 7 0 0
C 7 7 14 7 14 0 0
D 14 7 21 7 77 56 0
E 42 14 56 14 56 0 0
F 21 14 35 14 63 28 0
G 35 14 49 14 56 7 0
H 14 14 28 14 70 56 0
I 21 56 77 56 77 0 0
J 14 35 49 63 77 28 0
K 21 49 70 56 77 7 0
L 7 28 35 70 77 42 0
M 7 77 84 77 84 0 0
N 21 84 105 84 105 0 0
O 14 105 119 84 108 0 0
P 21 84 105 105 119 21 0
Q 10 105 115 105 119 4 0
R 10 105 115 105 119 4 0
S 7 105 112 108 119 7 0
T 7 119 126 119 126 0 0
U 7 126 133 126 133 0 0
V 7 126 133 126 133 0 0

Semua perhitungan yang telah dilakukan mulai dari


perhitungan maju, perhitungan mundur, total float, dan free
float dapat dirangkai menjadi satu dalam bentuk tabel. Tabel
tersebut memuat seluruh informasi yang diperlukan untuk
proyek pembangunan gudang pds & bb cabang Lamongan.

5.4.5.4 Lintasan Kritis


Lintasan kritis adalah lintasan yang paling
menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan,
digambar dengan anak panah tebal, lintasan kritis juga
memiliki rangkaian komponen-komponen kegiatan dengan
total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian
kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada
kegiatan terakhir proyek.

Oleh karena itu, cara lain yang juga dapat digunakan


untuk mencari lintasan kritis ialah dengan cara menghitung
panjang dari masing – masing lintasan yang ada. Lintasan
kritis yang memiliki waktu terpanjang merupakan lintasan
kritisnya. Dari diagram jaringan kerja proyek pembangunan
gudang pds & bb cabang Lamongan, terdapat dua lintasan
kritis yaitu: A – B – C – E – I – M – N – O – T – U dengan
waktu proyek selama 133 hari dan A – B – C – E – I – M – N
– O – T – V dengan waktu proyek selama 133 hari. Berikut
gambar diagram jaringan kritis dengan indicator anak panah
berwarna merah:
Gambar 5.5 Network Perhitungan Maju dan Mundur Serta Penentuan Lintasan Kritis
BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Dari hasil pembahasan penelitian ini, kesimpulan yang
dapat diambil dari rumusan masalah adalah sebagai berikut:
1. Alur jaringan kerja proyek pembangunan gudang pds &
bb cabang Lamongan didapat 2 jalur lintasan kerja
sebagai berikut : A – B – C – E – I – M – N – O – T – U
dengan waktu proyek selama 133 hari dan A – B – C – E
– I – M – N – O – T – V dengan waktu proyek selama
133 hari..
2. Kegiatan kritis pada proyek pembangunan gudang pds &
bb cabang Lamongan selesai dengan 2 kegiatan kritis
yaitu A – B – C – E – I – M – N – O – T – U yang
meliputi :
 A yaitu IFA
 B yaitu IFC
 C yaitu Procurement
 E yaitu Pekerjaan Struktur (Fabrication Work)
 I yaitu Pekerjaan Struktur (Painting)
 M yaitu Packing & Delivery
 N yaitu Pekerjaan Struktur (Erection Work)
 O yaitu Pekerjaan Pintu Baja Pipa (1X 2 X 4200 X
2300) (Erection Work)
 T yaitu Lampu PJU
 U yaitu Pembersihan Area

dan A – B – C – E – I – M – N – O – T – V yang
meliputi:
 A yaitu IFA
 B yaitu IFC
 C yaitu Procurement
 E yaitu Pekerjaan Struktur (Fabrication Work)
 I yaitu Pekerjaan Struktur (Painting)
 M yaitu Packing & Delivery
 N yaitu Pekerjaan Struktur (Erection Work)
 O yaitu Pekerjaan Pintu Baja Pipa (1X 2 X 4200 X
2300) (Erection Work)
 T yaitu Lampu PJU
 V yaitu Demobilisasi
3. Dengan menggunakan metode CPM (critical path
method) diperoleh waktu proyek selama 133 hari / 19
minggu.
.
6.2 Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan penelitian, maka
dapat dikemukakan beberapa saran yang dapat
dipertimbangkan:
1. Dalam pembuatan network planning untuk daftar
kegiatan dibuat sejelas mungkin sehingga tidak terjadi
kesalahan jadwal proyek, harus teliti dan lengkap agar
semua syarat yang diinginkan dapat tercapai. Semakin
rinci suatu kegiatan maka hasil dari pemakaian metode ini
akan menjadi lebih akurat.

2. Untuk peneliti berikutnya sebaiknya diperluas lagi


dengan metode penjadwalan proyek yang lain yang belum
dipergunakan dalam penelitian ini dan ditambah dengan
metode PERT untuk mengetahui probabilitas proyek itu
sesuai target. Serta menambahkan data biaya dan
produktivitas pekerja untuk mengetahui besarnya dana
yang dikeluarkan proyek dalam pemakaian metode ini.

Anda mungkin juga menyukai