ANALISA
LAPORAN
KEUANGAN
03
Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi Iwan Firdaus, SKom.MM
Abstract Kompetensi
Memahami analisis perubahan dari Analisis perubahan dai tahun ke tahuan
tahun ke tahun, analisis trend angka (time series), analisis trend angka
indeks dan analisis common-size dari indeks, analisis common-size dan
laporan keuangan beberapa teorinya
Analisa perubahan dari tahun ke tahun,
analisa tren angka indeks
dan
analisa common-size
Menurut Sofyan Syafri Harahap (2013), anlisis perubahan dari tahun ke tahun
merupakan analisis perbandingan yang dilakukan dengan cara menyajikan laporan
keuangan secara horizontal dan membandingkannya antara satu dengan yang lain, dengan
menunjukan informasi keuangan atau data lainnya baik dalam rupiah atau pun dalan unit.
Teknik perbandingan ini dapat juga menunjukan kenaikan dan penurunan dalam rupiah atau
unit dan juga dalam persentase atau perbandingan dalam bentuk angka perbandingan atau
rasio.
Tujuan analisis perbandingan adalah untuk mengetahui perubahan-perubahan
berupa kenaikan atau penurunan pos-pos laporan keuangan atau data lainnya dalam dua
atau lebih periode yang dibandingkan. Perbandingan antar pos laporan keuangan dapat
dilakukan melalui:
1) Perbandingan dalam dua atau beberapa tahun (horizontal) misalnya laporan
keuangan tahun 2009, dibandingkan dengan laporan keuangan tahun 2010.
Perbandingan antara tahun 2009, 2010, 2011, 2012, 2013 dan seterusnya.
2) Perbandingan dengan perusahaan yang dianggap terbaik
3) Perbandingan dengan angka-angka standar industri yang berlaku (industrial
norm).
4) Perbandingan dengan anggaran
5) Perbandingan dengan bagian, divisi, atau seksi yang ada dalam suatu
perusahaan.
Dalam upaya perbandingan ini kita harus memiliki standar sebagai ukuran lain yang
dijadikan untuk membandingkan laporan yang kita miliki. Tanpa standar pembanding itu kita
tidak akan dapat menilai keadaan atau posisi perusahaan yang dinilai. Dalam melakukan
perbandingan ini perlu diyakinkan bahwa:
Dengan cara memperbandingkan laporan laba rugi tahun 2009 dan 2010 kita bisa
secara cepat melihat kondisi perusahaan PT ABC. Dari contoh perbandingan di atas dapat
kita simpulkan bahwa kondisi perusahaan menurun. Penurunan ini dapat dilihat dari angka
turun, persentase turun dan juga dari rasio 2009/2010.
Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012), dalam analisis perubahan
dari tahun ke tahun disebut dengan istilah time series. Dalam analisis time series
perubahan-perubahan structural dapat berpengaruh terhadap angka-angka keuangan hal
tersebut harus diperhatikan. Berikut adalah beberapa contoh perubahan structural yag akan
mempengaruhi tren keuangan suatu perusahaan:
1) Peraturan pemerintah
2) Perubahan kompetisi
Dengan melihat data-data penjualan PT ABC saja nampak bahwa ada perubahan
struktural yang terjadi, karena tahun 2007 penjualan PT ABC mengalami peningkatan yang
tajam dari 2.100 menjadi 3.200. ada beberapa alternatif analisis yang bisa di pakai:
1) Analis bisa menggunakan data penjualan gabungan untuk menganalisis proyeksi
perusahaan pada masa yang akan datang. Penggunaan analisis semacam ini
mempunyai asumsi implisit bahwa perusahaan gabungan merupakan fungsi
Analisis tren angka indeks atas laporan keuangan menurut K.R Subramanyam dan
John J. Wild (2010) merupakan sebuah alat yang digunakan untuk perbandingan tren
jangka panjang. Analisis ini memerlukan pemilihan tahun dasar untuk seluruh pos, yang
biasanya diberi angka indeks 100%. Karena tahun dasar menjadi tahun rujukan untuk
semua perbandingan, pilihan terbaik adalah tahun dengan kondisi bisnis yang normal.
Sebagaimana halnya persentase perubahan tahun ke tahun, perubahan-perubahan tertentu
seperti perubahan dari angka negatif ke angka positif tidak dapat dinyatakan dalam angka
indeks.
Untuk analisis tren angka indeks, kita tidak perlu menganalisis tiap pos dalam
laporan keuangan, karena kita ingin berfokus pada pos yang signifikan. Kita juga harus
berhati-hati dalam menggunakan perbandingan tren angka indeks di mana perubahan
mungkin disebabkan oleh faktor ekonomi dan industri. Terlebih lagi, interpretasi persentase
perubahan, termasuk yang menggunakan serial tren angka indeks, harus dilakukan dengan
hati-hati terhadap potensi penerapan prinsip akuntansi yang tidak konsisten sepanjang
waktu. Jika memungkinkan kita sesuaikan ketidakkonsistenan tersebut. Demikian pula
makin panjang periode perbandingan, makin terdistorsi dampak perubahan tingkat harga.
Salah satu hasil analisis tren adalah kekuatannya untuk menyampaikan pandangan dalam
filosofi manajer, kebijakan dan motivasi. Makin beragam lingkungan yang membentuk
periode analisis, makin baik pula gambaran kita tentang bagaimana manajer menangani
kesulitan dan memanfaatkan kesempatan.
Analisis tren angka indeks dari laporan laba rugi di atas adalah sebagai berikut:
tahun 1 tahun 2 tahun 3 tahun 4 tahun 5
Penjualan 100% 97.14% 104.18% 109.54% 116.53%
Harga pokok penjualan 100% 95.72% 103.35% 108.35% 113.28%
Laba Kotor 100% 99.71% 105.68% 111.71% 122.43%
Biaya umum dan administrasi 100% 101.92% 110.31% 112.21% 114.88%
Laba operasional 100% 95.25% 96.33% 110.69% 137.69%
Biaya keuangan 100% 46.25% 54.28% 57.59% 61.08%
Beban bunga 100% 102.33% 101.00% 103.33% 105.00%
Laba sebelum pajak 100% 121.76% 119.51% 144.02% 192.54%
Pajak pendapatan 100% 121.76% 119.51% 144.02% 192.54%
Laba bersih 100% 121.76% 119.51% 144.02% 192.54%
Menurut K.R Subramanyam dan John J. Wild (2010) pengetahuan atas proporsi
kelompok atau subkelompok yang membentuk suatu pos tertentu bermanfaat bagi analisis
laporan keuangan. Secara khusus, dalam analisis neraca, total asset biasa dinyatakan
sebagai 100%. Kemudian, pos-pos dalam kelompok ini dinyatakan sebagai persentase
terhadap total bersangkutan. Dalam analisis laporan laba rugi, persentase penjualan
dinyatakan sebagai 100% dan pos-pos lainnya dalam laporan laba rugi yang lain dinyatakan
sebagai persentase terhadap penjualan. Karena total pos-pos dalam kelompok adalah
100%, analisis ini menghasilkan laporan keuangan common-size (common-size financial
statement). Prosedur ini juga disebut analisis vertical karena evaluasi pos-pos dari atas ke
bawah atau sebaliknya dalam laporan common-size. Analisis laporan keuangan common-
size berguna dalam memahami pembentuk internal laporan keuangan. Sebagai contoh,
dalam analisis neraca, analisis common-size menekankan pada dua faktor:
1) Sumber pendanaan, termasuk distribusi pendanaan antara kewajiban lancar,
kewajiban tidak lancar, dan ekuitas.
2) Komposisi asset, termasuk jumlah untuk masing-masing asset lancar dan asset tidak
lancar.
Analisis commom-size sering diteruskan untuk meneliti pos-pos yang membentuk
subkelompok tertentu. Sebagai contoh, dalam menilai likuiditas asset lancar, penting untuk
diketahui berapa proporsi asset lancar yang terdiri atas persediaan, bukan proporsi
persediaan terhadap total asset. Analisis laporan laba rugi common-size tidak kalah
pentingnya. Sebuah laporan laba rugi siap untuk analisis common-size karena setiap pos
terkait dengan angka kunci seperti penjualan. Dalam beberapa tingkatan, penjualan hampir
mempengaruhi seluruh beban dan berguna untuk mengetahui berapa persen dari penjualan
yang diwakili oleh tiap-tiap pos beban. Pengecualian berlaku untuk pajak penghasilan yang
terkait dengan laba sebelum pajak, bukan penjualan.
Perbandingan waktu atas laporan common-size perusahaan, bermanfaat untuk
mengungkapkan perubahan proporsional pos dalam kelompok asset, kewajiban, beban, dan
katagori lainnya. Bagaimanapun kita harus berhati-hati dalam menginterpretasikan
perubahan dan tren.
Laporan common-size terutama berguna untuk perbandingan antar perusahaan
karena laporan keuangan perusahaan yang berbeda dibuat dalam format common-size.
Perbandingan laporan common-size perusahaan dengan laporan common-size pesaing
atau rata-rata industry dapat menekankan perbedaan komposisi dan distribusi pos. alasan
perbedaan tersebut harus diteliti dan dipahami. Keterbatasan utama dari laporan common-
size untuk analisis antar perusahaan adalah kegagalan untuk mencerminkan ukuran relative