Anda di halaman 1dari 14

MANAJEMEN INVESTASI

Evaluasi Kinerja Portofolio

Disusun oleh:

Roro Hartinah Isyani 14080694056


Bella Rosalina Afriani 14080694084
Mochamad Risky Apriliyanto 14080694092
Athira Yasmin Haladi 14080694096
Hendra Singgih Permana 14080694102

Program Studi S1 Akuntansi


Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi
Universitas Negeri Surabaya
2016
Evaluasi Kinerja Portofolio

Proses keputusan investasi merupakan suatu proses keputusan yang berkesinambungan


(going process), yang meliputi lima tahap keputusan yang berjalan terus menerus sampai
tercapai keputusan investasi yang terbaik, yang terdiri dari lima tahap keputusan, yaitu :
penentuan tujuan investasi, penentuan kebijakan investasi, pemilihan strategi portofolio,
pemilihan aset, serta pengukuran dan evaluasi kinerja portofolio. Dengan demikian, tahap kelima
dalam proses keputusan investasi tersebut merupakan tahap yang penting untuk mengetahui
apakah kinerja portofolio yang telah dibentuk sudah mampu memenuhi tujuan investasi yang
ingin dicapai investor. Jika tahap pengukuran dan evaluasi kinerja telah dilewati dan ternyata
hasilnya kurang baik, maka proses keputusan investasi harus dimulai lagi dari tahap pertama,
demikian seterusnya sampai dicapai keputusan investasi yang paling optimal. Tahap pengukuran
dan evaluasi kinerja ini meliputi pengukuran kinerja portofolio dan pembandingan hasil
pengukuran tersebut dengan kinerja portofolio lainnya melalui proses benchmarking.

Disamping itu, evaluasi kinerja portofolio akan memungkinkan kita mengidentifikasi


apakah portofolio yang telah terbentuk mampu memberikan tingkat return yang relatif lebih
tinggi dibanding return portofolio lainnya dan apakah return tersebut juga sesuai dengan tingkat
risiko yang ditanggung. Dengan demikian, dalam melakukan evaluasi kinerja portofolio kita
tidak hanya perlu memperhatikan tingkat returnya saja, tetapi juga ada beberapa faktor lain,
seperti tingkat risiko portofolio dan tujuan investasi.

Kerangka Pikir Untuk Evaluasi Kinerja Portofolio

Seperti layaknya evaluasi terhadap kinerja suatu perusahaan, portofolio yang telah
dibentuk juga perlu dievaluasi kinerjanya. Evaluasi kinerja portofolio akan terkait dengan dua isu
utama, yaitu :

a. Mengevaluasi apakah return portofolio yang telah dibentuk mampu memberikan return
yang melebihi (di atas) return portofolio lainnya yang dijadikan patok duga (benchmark)
b. Mengevaluasi apakah return yang diperoleh sudah sesuai dengan tingkat risiko yang harus
ditanggung
Dalam mengevaluasi kinerja suatu portofolio ada beberapa faktor yang perlu kita perhatikan,
yaitu :

1. Tingkat Risiko
Seperti telah dijelaskan pada bab – bab sebelumnya tentang adanya trade – off antara
risiko dan return, dimana semakin tinggi tingkat risiko maka semakin tinggi pula tingkat
return yang diharapkan. Dengan demikian, dalam mengevaluasi kinerja portofolio kita
juga harus memperhatikan apakah tingkat return portofolio yang diperoleh sudah cukup
memadai untuk menutup risiko yang harus ditanggung. Dengan kata lain, evaluasi kinerja
portofolio harus didasarkan pada ukuran yang bersifat risk – adjusted.
2. Periode Waktu
Seperti halnya tingkat risiko, faktor waktu juga akan mempengaruhi tingkat return
portofolio. Oleh karena itu, pada saat mengevaluasi kinerja suatu portofolio kita juga
perlu memperhatikan faktor periode waktu yang digunakan.
Misalnya, dalam penilaian kinerja dari dua jenis portofolio A dan B yang menawarkan
tingkat return yang sama (misalnya masing – masing 15%), kita juga perlu
memperhatikan berapa lama periode waktu untuk masing – masing portofolio tersebut
(misalkan portofolio A selama 10 tahun, sedangkan portofolio B ternyata hanya 5 tahun).
3. Penggunaan Patok Duga (benchmark) yang Sesuai
Dalam melakukan evaluasi kinerja suatu portofolio, kita perlu membandingkan return
portofolio tersebut dengan return yang bisa dihasilkan oleh alternatif portofolio lain yang
sebanding. Dengan demikian, proses evaluasi kinerja investasi juga harus melibatkan
perbandingan kinerja portofolio dengan suatu alternatif portofolio lain yang relevan.
Portofolio yang terpilih sebagai patok duga (benchmark) tersebut harus bisa secara akurat
mencerminkan tujuan yang di inginkan oleh investor.
4. Tujuan Investasi
Evaluasi kinerja suatu portofolio juga perlu memperhatikan tujuan yang ditetpakan oleh
investor atau manajer investasi. Tujuan investasi yang berbeda akan mempengaruhi
kinerja portofolio yang dikelolanya. Misalnya, jika tujuan investasi seorang investor
adalah pertumbuhan jangka panjang, maka kinerja portofolio yang dibentuknya akan
relatif lebih kecil dari kinerja portofolio yang dibentuk dengan tujuan mendapatkan
keuntungan jangka pendek. Oleh karena itu, dalam mengevaluasi kinerja portofolio kita
juga perlu mempertimbangkan tujuan dari investasi yang ingin dicapai.

Beberapa faktor penting diatas tentu saja sangat perlu diperhatikan dalam melakukan
evaluasi kinerja portofolio. Pengabaian terhadap beberapa faktor tersebut akan bisa
mengakibatkan hasil evalausi terhadap kinerja portofolio yang kurang tepat. Hasil evaluasi
kinerja portofolio yang kurang tepat tersebut selanjutnya akan bisa menyebabkan pengambilan
keputusan yang merugikan investor.

Pertimbangan Return dan Risiko


Penilaian kinerja suatu portofolio umumnya dimulai dengan mengukur tingkat return dari
portofolio tersebut. Salah satu cara untuk menghitung tingkat return suatu portofolio adalah
dengan cara menjumlahkan semua aliran kas yang diterima (penjumlahan dividen atau
pendapatan bunga selama periode investasi dengan selisih perubahan nilai pasar portofolio
(capital gain /loss)), dan kemudian dibagi dengan nilai pasar portofolio pada awal periode.
Metode penghitungan tingkat return portofolio tersebut memang terlihat cukup sederhana
dan mudah untuk menghitungnya. Akan tetapi, metode yang sederhana tersebut sebenarnya tetap
mengandung kelemahan, karena hanya sesuai untuk menghitung tingkat return portofolio yang
bersifat "statis", yaitu portofolio yang tidak mempunyai aliran kas keluar maupun masuk dari
investor.
Besarnya tingkat return yang ditawarkan oleh portofolio yang dimiliki investor bisa
diukur dengan metode time-weighted rate of return (TWR). Besarnya TWR ini tidak dipengaruhi
oleh penambahan atau penarikan dana yang dilakukan oleh investor selama periode perhitungan
return portofolio.
TWR bisa dihitung dengan membagi periode perhitungan return portofolio ke dalam
beberapa sub periode perhitungan. Setiap subperiode dihitung terlebih dahulu masing-masing
returnnya, dan selanjutnya return dari keseluruhan periode perhitungan portofolio bisa dihitung
dengan menggunakan rumus berikut ini:

TWR = (1,0 + S1) (1,0 + S2)...........(1,0 + SN) -1,0


di mana, S dalam persamaan di atas melambangkan return yang diperoleh dalam setiap
subperiode perhitungan.
Sebagai contoh, misalnya suatu portofolio yang diamati selama 5 tahun terdiri dari 3
subperiode aliran kas yang masing-masing memberikan return berturut-turut sebesar 5%; 8%;
dan 10%. Dari data tersebut maka kita bisa menghitung return portofolio berdasarkan metode
TWR, sebagai berikut:
TWR = (1,0 + 0,05) (1,0 + 0,08) (1,0 + 0,1) -1,0
= (1,05) (1,08) (1,1) -1,0
= 0,247 atau 24,7%.
Metode perhitungan yang lainnya, yaitu DWR (dollar-weighted rate of return) bisa
dihitung dengan mencari tingkat suku bunga yang bisa menyamakan nilai awal portofolio dengan
semua aliran kas yang terjadi ditambah nilai akhir portofolio. Perhitungan dengan metode ini
sudah memperhatikan aliran kas yang masuk dan keluar selama periode perhitungan return
portofolio. Dengan demikian, setiap terjadi aliran kas masuk dan keluar selama periode
pengukuran akan dihitung tingkat return portofolionya dan kemudian perhitungan tersebut
digunakan untuk menentukan compound rate of return untuk keseluruhan pengukuran. Rumus
untuk menghitung DWR adalah sebagai berikut :

Dimana :
Dt = penambahan dana pada saat t
Wt = penarikan dana pada saat t
n = jumlah penambahan dana selama periode perhitungan
m = jumlah penarikan dana selama periode perhitungan.
r = tingkat bunga yang menyamakan nilai awal portofolio dengan semua aliran kas (masuk
dan atau keluar) ditambah nilai akhir portofolio.
Persamaan TWR dan DWR :
Kedua metode tersebut sama-sama bisa digunakan untuk menghitung return portofolio dan sama-
sama merupakan metode perhitungan yang valid

Perbedaan TWR dan DWR :


1. DWR lebih sesuai digunakan oleh para investor, karena metode ini akan bisa
menjawab pertanyaan “berapa besarkah return yang akan diterima investor?”
2. TWR, lebih cocok untuk digunakan oleh manajer investasi, karena bisa menjawab
pertanyaan “berapa besarkan return yang ditawarkan portofolio?”

Ukuran Kinerja yang telah Disesuaikan dengan Risiko (Risk Adjusted Performance)

Untuk melihat kinerja sebuah portofolio tidak bisa hanya melihat tingkat return yang
dihasilkan portofolio tersebut, tetapi juga harus memperhatikan faktor-faktor lain seperti tingkat
risiko portofolio tersebut. Dengan berdasarkan pada teori pasar modal, beberapa ukuran kinerja
portofolio sudah memasukkan faktor return dan risiko dalam perhitungannya. Beberapa ukuran
kinerja portofolio yang sudah memasukkan faktor risiko adalah indeks Sharpe, indeks Treynor,
dan indeks Jensen.

1. Indeks Sharpe

Indeks Sharpe dikembangkan oleh William Sharpe dan sering juga disebut dengan
reward-to-variability ratio. Indeks Sharpe mendasarkan perhitungannya pada konsep garis pasar
modal (capital market line) sebagai patok duga, yaitu dengan cara membagi premi risiko
portofolio dengan standar deviasinya. Dengan demikian, indeks sharpe akan bisa dipakai untuk
mengukur premi risiko untuk setiap unit risiko pada portofolio tersebut. Untuk menghitung
indeks Sharpe,dapat menggunakan persamaan berikut ini:

̅𝑅̅̅𝑝̅ − 𝑅𝐹
Ŝp =
𝜎𝑇𝑅

Di mana:

Ŝp = Indeks Sharpe portofolio.


̅̅̅
𝑅𝑝̅ = Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan.

𝑅𝐹 = Rata-rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan.

𝜎𝑇𝑅 =Standar deviasi return portofolio p selama periode pengamatan.

Indeks Sharpe dapat digunakan untuk membuat peringkat dari beberapa portofolio
berdasarkan kinerjanya. Semakin tinggi indeks Sharpe suatu portofolio dibanding portofolio
lainnya, maka semakin baik kinerja portofolio tersebut. Indeks Sharpe mengevaluasi portofolio
manajer berdasarkan tingkat imbal hasil (rate of return) dan diversifikasi (seperti
mempertimbangkan risiko portofolio total sebagaimana diukur dengan standar devisiasi pada
denominatornya). Oleh karena itu, indeks Sharpe lebih sesuai untuk portofolio yang
terdiversifikasi dengan baik, karena lebih akurat memperhitungkan risiko portofolio.

Sebagai ilustrasi penggunaan indeks Sharpe, berikut adalah contohnya dengan


menggunakan kinerja 4 jenis portofolio (A, B, C, D) selama periode 1995-1999.
Tabel Return dan Risiko Empat (4) Jenis Portofolio Selama periode 1995-1999

Portofolio Rata – rata return Standar deviasi Beta


(%) (%)
A 10,0 15,00 0,50
Bi 12,3 9,50 1,50
C 12,5 13,75 0,75
D 15,0 11,50 0,60
Pasar 13,0 12,00 -
RF 8,0 - -

Dengan menggunakan informasi pada tabel diatas, dapat ditentukan peringkat kinerja ke-
4 portofolio tersebut berdasarkan indeks Sharpe dengan menggunakan rumus berikut :

̅𝑅̅̅𝑝̅ − 𝑅𝐹
Ŝp =
𝜎𝑇𝑅
Dan akan menghasilkan seperti yang terlihat pada tabel dibawah ini.
Tabel Kinerja ke-4 Portofolio tersebut Berdasarkan indeks Sharpe

Portofolio Indeks Sharpe


D 0,61
B 0,47
C 0,33
A 0,13
Pasar 0,42

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dua jenis portofolio yaitu portofolio B dan D
mempunyai indeks Sharpe yang lebih besar dari indeks Sharpe Pasar pada periode tersebut yang
hanya sebesar 0,42.Sedangkan untuk portofolio B dan C yang mempunyai return yang hampir
sama yaitu 12,3% dan 12,5%, namun mempunyai kinerja yang berbeda. Hal ini dikarenakan
kedua portofolio tersebut mempunyai standar deviasi yang jauh berbeda yaitu 9,50 % dan
13,75%.
Data tersebut menunjukkan bahwa portofolio C relatif lebih berisiko dibanding portofolio
B, karena dengan rata-rata return yang hampir sama dengan B, ternyata C mempunyai risiko
(dilihat dari standar deviasi) yang lebih besar.Cara lain untuk melihat perbandingan kinerja di
antara sejumlah portofolio adalah dengan menempatkan masing-masing indeks Sharpe portofolio
ke dalam titik-titik dalam grafik garis pasar modal.

Kinerja keempat portofolio menurut indeks Sharpe


(A = A,B + B,C = C dan D = D)
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa indeks Sharpe besarnya sama dengan slope garis
yang menghubungkan titik return bebas risiko (RF) dengan posisi portofolio yang dievaluasi
(tanda panah). Semakin besar slope (semakin tegak) garis maka semakin baik kinerja portofolio
tersebut. Seperti diketahui sebelumnya bahwa dua portofolio yaitu C dan A mempunyai indeks
sharpe yang lebih kecil dibanding pasar, sehingga kedua portofolio tersebut berada dibawah garis
pasar modal. Ketiga portofolio lainnya berada diatas garis pasar modal dengan potofolio D
sebagai portofolio dengan kinerjanya paling baik.
2. Indeks Treynor
Indeks Treynor merupakan ukuran kinerja portofolio yang dikembangkan oleh Jack
Treynor, dan indeks ini sering disebut juga dengan reward to volatility ratio. Sama halnya seperti
indeks Sharpe, pada indeks Treynor, kinerja portofolio dilihat dengan cara menghubungkan
tingkat return portofolio dengan besarnya risiko dari portofolio tersebut. Perbedaannya dengan
indeks Sharpe adalah penggunaan garis pasar sekuritas (security market line) sebagai patok duga,
dan bukan garis pasar modal seperti pada indeks Sharpe. Asumsi yang digunakan oleh Treynor
adalah bahwa portofolio sudah terdiversifikasi dengan baik sehingga risiko yang dianggap
relevan adalah risiko sistematis (diukur dengan beta).

Cara mengukur indeks Treynor pada dasarnya sama dengan cara meng-hitung indeks
Sharpe, hanya saja risiko yang diukur dengan standar deviasi pada indeks Sharpe diganti dengan
beta portofolio. Dengan demikian, indeks Treynor suatu portofolio dalam periode tertentu dapat
dihitung dengan seperti berikut ini:

̅𝑅̅̅𝑝̅ − 𝑅𝐹
𝑇̀𝑝 =
𝛽́𝑝

Di mana:

𝑇𝑝 = Indeks Treynor portofolio.

𝑅𝑝 = Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan.

𝑅𝐹 = Rata -rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan.

𝛽́𝑝 = Beta portofolio p.


Sebagai contoh, membuat peringkat kinerja keempat portofolio tersebut berdasarkan
indeks Treynor adalah sebagai berikut:

Kinerja Ke-4 Portofolio Berdasarkan Indeks Treynor

Portofolio Indeks Treynor


D 11,67
C 6,00
A 4,00
B 2,87
Pasar 5,00

Dari tabel diatas, dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan antara peringkat kinerja
portofolio dengan menggunakan indeks Sharpe dengan menggnakan indeks Treynor. Hal ini
dikarenakan besarnya standar deviasi dan beta portofolio berbeda.
Pada tabel diatas terlihat bahwa dua portofolio yang mempunyai indeks Treynor yang
lebih besar dari indeks pasar adalah portofolio D dan C. Dan jika digambarkan maka kedua
portofolio tersebut berada diatas garis pasar sekuritas.

Kinerja Ke-4 Portofolio menurut Indeks Treynor


(A = A,B + B,C = C dan D = D)

Sesuai dengan Tabel Kinerja Ke-4 Portofolio Berdasarkan Indeks Treynor, portofolio
yang mempunyai indeks Treynor yang lebih kecil dari indeks Treynor pasar akan terletak
dibawah garis pasar sekuritas, dan hal ini menunjukkan bahwa kinerja portofolio tersebut berada
dibawah kinerja pasar. Sebaliknya portofolio yang berada di atas garis pasar sekuritas
mempunyai kinerja di atas kinerja pasar. Semakin besar slope garis atau semakin besar indeks
Treynor yang dimiliki sebuah portofolio, berarti kinerja portofolio tersebut akan menjadi relatif
lebih baik dibanding portofolio yang mempunyai indeksTreynor yang lebih kecil.
Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Indeks Sharpe dan indeks Treynor akan
memberikan informasi peringkat kinerja portofolio yang berbeda. Pilihan indeks mana yang akan
dipakai tergantung dari persepsi investor terhadap tingkat diversifikasi dari portofolio
tersebut. Karena dalam indeks Sharpe, risiko yang dianggap relevan adalah risiko total
(penjumlahan risiko sistematis dan risiko tidak sistematis), sedangkan pada indeks Treynor
hanya menggunakan risiko sistematis (beta) saja. Maka jika suatu portofolio dianggap telah
terdiversifikasi dengan baik, berarti return portofolio tersebut hampir semuanya dipengaruhi oleh
return pasar. Untuk portofolio tersebut tentu saja lebih tepat jika kita menggunakan indeks
Treynor. Sebaliknya jika return suatu portofolio hanya sebagian kecil saja yang dipengaruhi
return pasar, tentu saja lebih tepat jika digunakan indeks Sharpe sebagai alat ukur untuk
mengevaluasi kinerja portofolio tersebut.

3. Indeks Jensen

Indeks Jensen merupakan indeks yang menunjukkan perbedaan antara tingkat return
aktual yang diperoleh portofolio dengan tingkat return yang diharapkan jika portofolio tersebut
berada pada garis pasar modal. Persamaan untuk indeks Jensen ini adalah:

𝐽́𝑝 = ̅𝑅̅̅𝑝̅ − [𝑅𝐹 + (𝑅


̅̅̅̅ ́
𝑀 − 𝑅𝐹)𝛽𝑝 ]

Di mana:

𝐽𝑝 = Indeks Jensen portofolio.

̅̅̅
𝑅𝑝̅ = Rata-rata return portofolio p selama periode pengamatan.

𝑅𝐹 = Rata -rata tingkat return bebas risiko selama periode pengamatan.

𝛽́𝑝 = Beta portofolio p.


Persamaan indeks Jensen dengan indeks Treynor adalah bahwa kedua indeks ukuran
kinerja portofolio tersebut menggunakan garis pasar sekuritas sebagai dasar untuk membuat
persamaan. Sedangkan perbedaannya adalah bahwa indeks Treynor sama dengan slope garis
yang menghubungkan posisi portofolio dengan return bebas risiko, sedangkan indeks Jensen
merupakan selisih antara return portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola dengan
cara khusus (hanya mengikuti return pasar).
Pengukuran Jensen membutuhkan penggunaan tingkat hasil bebas risiko yang berbeda
untuk masing-masing interval waktu yang dipertimbangkan. Hal ini dikarenakan (seperti telah
disebutkan sebelumnya bahwa) masing-masing tingkat hasil dan risiko sekuritas (atau portofolio)
akan bervariasi sesuai periode waktu. Pengukuran Jensen akan memberikan hasil terbaik jika
diaplikasikan pada portofolio yang telah terdiversifikasi seperti reksa dana.

Disamping itu, indeks Jensen juga menunjukkan besarnya perbedaan return antara
portofolio dengan return portofolio yang tidak dikelola dengan cara khusus (hanya mengikuti
return pasar) dengan tingkat risiko yang sama. Hal ini dapat terlihat dengan jelas berikut ini,
yang juga merupakan modifikasi dari persamaan di atas.

̅̅̅𝑝̅ − [𝑅𝐹) + 𝛽́𝑝 (𝑅


𝐽́𝑝 = (𝑅 ̅̅̅̅
𝑀 − 𝑅𝐹)]

Persamaan diatas memperlihatkan bahwa indeks Jensen merupakan selisih return


abnormal portofolio p selama satu periode dengan premi risiko portofolio yang seharusnya
diterima dengan menggunakan tingkat risiko sistematis tertentu dan model CAPM. Dan nilai
indeks Jensen bisa saja lebih tertentu dan model CAPM. Oleh karena itu nilai indeks Jensen bisa
saja lebih besar (positif),l kecil (negatif atau sama (nol). Tetapi dalam penggunaan indeks Jensen
untuk mengevaluasi kinerja portofolio, kita perlu melakukan pengujian apakah perbedaan kedua
return tersebut signifikan. Bisa saja suatu portofolio mempunyai indeks Jensen tertentu, tetapi
setelah dilakukan pengujian ternyata angka tersebut tidak signifikan.

Kinerja Keempat Portofolio menurut indeks Jensen


(A = A, B = B, C = C dan D = D)
Ketiga ukuran kinerja portofolio di atas tidak terlepas dari kemungkinan terjadinya
kesalahan dalam pengukuran. Seperti telah dijelaskan bahwa ketiga ukuran tersebut
menggunakan dasar CAPM. Padahal seperti kita tahu bahwa model CAPM merupakan model
keseimbangan yang menggunakan asumsi-asumsi yang sangat sulit ditemukan dalam kondisi
nyata, sehingga penggunaan model CAPM bisa menyebabkan adanya bias dalam pengukuran
kinerja portofolio tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Tandelilin, Eduardus. 2007. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama
Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta.

Viny. 2016. Evaluasi Kinerja Investasi. (online.).


(http://vinyhazar.blogspot.co.id/2016/04/evaluasi-kinerja-investasi.html. Diakses pada
tanggal 29 November 2016)

Anda mungkin juga menyukai