Anda di halaman 1dari 16

Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128

Volume XVI No.2, Maret 2016, p 1-16 doi: 10.30587/matrik.v16i2.553

PENERAPAN LEAN SIX SIGMA PADA UD YUSSRINATEX UNTUK


MENINGKATKAN KUALITAS PRODUK SARUNG TENUN

Cholis Majid(1), Pregiwati Pusporini(2), Deny Andesta(3)


(1)
Mahasiswa Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Gresik
(2,3)
Dosen Program Studi Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Gresik
E-mail: cholismajid90@gmail.com

ABSTRAK
UD Yussrinatex merupakan perusahaan tekstil yang memproduksi sarung tenun. Dalam aliran proses produksi
pembuatan sarung tenun memungkinkan terjadinya waste maka diperlukan penanganan untuk menentukan
waste. Jenis waste yang terjadi yaitu defect, overproduction,waiting dan inventory.
Untuk melakukan langkah perbaikan diterapkan metode lean six sigma dengan menggabungkan metode lean six
sigma dengan menggabungkan antara konsep lean thinking dan six sixma. Serta tool lean six sigma yang dipakai
pada penelitian ini adalah big picture mapping,diagram pareto, fishbone diagram dan FMEA. Tool yang
digunakan diatas akan mendukung hasil tahap improve untuk menentukan prioritas perbaikan terhadap waste
terkritis berdasarkan prioritas nilai RPN tertinggi yang didasari dari penyebaran kuisioner serta pemberian
rekomendasi perbaikan terhadap perusahaan.
Setelah dilakukan perhitungan maka didapat 4 waste kritis yaitu defect, overproduction, waiting dan inventory.
Dan dibuatkan rencana perbaikan terhadap perusahaan.

Kata kunci: lean six sigma, waste terkritis, defect, overproduction, waiting dan inventory.

ABSTRACT
UD Yussrinatex is a textile company that produces sarong. In the flow of the production process allows the
manufacture of woven sarongs waste it is necessary to determine the handling of waste. Types of waste that
occurs namely defect, overproduction, waiting, and inventory.
To perform corrective measures implemented lean six sigma method by combining lean six sigma method by
combining the concept of lean thinking and six sixma. And lean six sigma tools used in this study is the big
picture mapping, Pareto diagrams, fishbone diagrams, and FMEA. Tool used above would support the results
improve phase to determine priorities based on the most critical improvements to waste highest priority RPN
value based on questionnaires and providing recommendations for improvement to the company.
After calculation of the importance of the 4 critical waste namely defect, overproduction, waiting, and
inventory. And made improvements to the company 's plan.

Key words: lean six sigma, waste terkritis, defect, overproduction, waiting dan inventory

PENDAHUHULAN maju dan pesatnya kondisi pasar industri

Di era globalisasi dimana tingkat menuntut perusahaan harus mampu


memberikan kepuasan kepada para
persaingan semakin ketat, setiap
konsumen dengan cara memberikan
perusahaan dihadapkan pada kelangkaan
dalam pengadaan dan pemilikan sumber- produk atau jasa yang sesuai dengan

sumber daya sehingga tidak ada alasan tujuan perusahaan. Oleh karena itu
perusahaan dituntut untuk memproduksi
untuk membenarkan terjadinya
barang atau jasa yang yang berkualitas
inefisiensi. Disamping itu dengan
tinggi agar konsumen bisa memenuhi
perkembangan teknologi yang semakin

1
Majid et, al/MATRIK Vol. XVI No.2, Maret 2016, p 1-16

kebutuhan. Didalam kegiatan operasional tertentu, kemudian dikelos dan disekir


perusahaan dapat berjalan secara efektif untuk pembuatan boom.
dan efisien apabila melakukan Untuk proses pembuatan motif
pengendalian mutu untuk mengurangi adalah benang dikelos, kemudian
produk yang mengalami kegagalan atau dipedang dengan ukuran 80 benang
rusak supaya mencapai standar kualitas dijadikan satu dan ditaruh pada suatu
yang ditetapkan.Oleh karena itu, tempat yaitu pedangan kemudian diputar
perusahaan harus melakukan pengawasan 180 derajat dengan 4 kali putaran dan tiap
atau pengendalian terhadap produk yang kris dipisah dengan plastik. Setelah
dihasilkan. proses dipedang barulah digambar dengan
Walaupun proses produksi maupun motif yang di inginkan, kemudian
manajemen mutu telah dilaksanakan diwarnai motif tersebut dengan warna
dengan baik, namun pada kenyataannya tertentu, kemudian di ikat tiap motif atau
masih ditemukan terjadinya kesalahan- tiap gambar yang sudah diwarnai tadi.
kesalahan dimana mutu produk yang Setelah di ikat barulah diwarnai dasar,
dihasilkan tidak sesuai dengan standar benang yang di ikat tidak akan ikut
kualitas apa yang diharapkan oleh terwarnai, dan proses terakhir adalah
perusahaan maupun konsumen, factor- dibuka untuk mendapatkan corak yang di
faktor yang menyebabkansuatu produk inginkan. Untuk pembutan sarung tenun
tidak sesuai dengan apa yang diharapkan boom dipasang pada alat tenun kemudian
disebabkan proses produksi yang tidak di tenun dengan corak .
sesuai. Pengendalian mutu atau kualitas UD Yussinatex dihadapkan pada
merupakan salah satu fungsi yang suatu kendala dalam mengurangi
terpenting dari suatu perusahaan. waste.Mengelola menajemen mutu secara
UD Yussrinatex adalah perusahaan keseluruhan terutama masalah kualitas.
textile yang bergerak dalam bidang Pada setiap proses produksi dipastikan
sarung tenun. Bahan baku sarung tenun ada waste yang terjadi disetiap proses
adalah benang sutra, ada dua jenis ukuran produksi.
benang sutra yaitu 210 nm untuk
pembuatan boom dan 140 nm untuk METODE
pembuatan motif atau corak. Penelitian dengan menerapkan Lean
Boom adalah bahan dasar pembuatan Six Sigma terdiri atas beberapa tahapan
sarung tenun. Proses pembuatan boom DMAIC, yaitu Define, Measure, Analysis,
adalah benang diwarnai dengan warna Improve dan Control.

2
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.2, Maret 2016, p 1-16 doi: 10.30587/matrik.v16i2.553

Mulai

Observasi Studi Literatur

Define Tahap
 Mendefinisikan obyek penelitian pengumpulan
 Mendefinisikan proses pemenuhan order dan pengolahan
dari obyek penelitian dengan big picture data
mapping
 Mengidentifikasi waste yang terjadi

Measure

 Mendefinisikan waste yang paling


berpengaruh terhadap proses produksi
 Menentukan CTQ
 Menghitung COPQ dan DPMO Tahap analisis
dan
Analyze peningkatan
kualitas
 Menghitung waste yang paling
berpengaruh
 Menganalisis CTQ
 Menganalisis COPQ dan DPMO
 Menetukan FMEA terhadap waste

Improve

 Menentukan rekomendasi perbaikan


 Memperbaiki proses produksi untuk
mengurangi wate kritis.
 Melaksanakan perbaikan Tahap kesimpulan
dan saran
Control

 Mengukur hasil perbaikan


 Mengontrol pelaksanaan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 1. flowchart diagram

TAHAP PENGUMPULAN DAN mapping. Sedangkan pada measure meliputi


PENGOLAHAN DATA mendefinisikan waste yang paling
Berisi fase Define dan measure, pada berpengaruh, menentukan CTQ, menghirung
define meliputi Mendefinisikan obyek COPQ dan DPMO.
penelitian Mendefinisikan proses pemenuhan
order dari obyek penelitian dengan big picture

3
Majid et, al/MATRIK Vol. XVI No.2, Maret 2016, p 1-16

TAHAP ANALISIS DAN PENINGKATAN 2. Bagian Marketing


KUALITAS Berikut ini adalah aktivitas kerja yang
Berisi fase analisis,improve dan control, dilakukan oleh devisi marketing antara lain:
pada analisis meliputi Menghitung waste yang a. Menawarkan produk dengan mendatangi
paling berpengaruhMenganalisis customer
CTQMenganalisis COPQ dan DPMO.improve b. Menerima informasi mengenai kebutuhan
meliputi Menentukan rekomendasi perbaikan, order dari pelanggan.
Memperbaiki proses produksi untuk c. Menghubungi PPIC (Production,
mengurangi wate kritis dan Melaksanakan Planning and Inventory Control) untuk
perbaikan. Sedangkan pada control meliputi menginformasikan menganai kebutuhan
Mengukur hasil perbaikan dan mengontrol order dari pelanggan.
pelaksanaan d. Melakukan konfirmasi kepada pihak
customer untuk memastikan adanya
Define tambahan order yang harus dipenuhi untuk
big picture mapping periode sekarang ataupun menawarkan
Big picture mapping dibuat untuk order untuk periode berikutnya.
mengidentifikasi sistem pemenuhan kebutuhan 3. Bagian PPIC (Production, Planning and
order perusahaan. Informasi yang didapat antara Inventory Control)
lain adalah aliran informasi dan fisik yang Berikut adalahbebrapa aktivitas kerja
didalam proses pemenuhan order sarung tenun. yang dilakukan oleh devisi PPIC:
a. Aktivitas perencanaan dimulai setelah

Aliran Informasi Pemenuhan Order menerima lembar laporan permintaan

Berikut ini adalah pendefinisian aliran sarung tenun dari marketing.

pemenuhan order sarung tenun yang dilakukan b. Melakukan identifikasi terhadap jenis

tiap elemen yang terlihat. material yang sesuai dengan kriteria

1. Customer pemesanan.

Customer merupakan elemen paling c. Melakukan pemeriksaan persediaan barang

utama dalam melakukan proses pemenuhan jadi.

kebutuhan pesanan. Dalam hal ini customer d. Penerimaan informasi sisa material dari

yang terjadi pada elemen customer atau bagisan gudang.

pelanggan adalah melakukan pesanan dari e. Membuat laporan untuk membeli jenis raw

informasi yang diberikan marketing dengan material yang kurang.

melalui pertemuan secara langsung.Untuk f. Melakukan perhitungan kapasitas produksi

customer yang sudah menjadi pelanggan lama terhadap permintaan order yang masuk.

dapat melakukan dengan menggunakan media g. Membuat perintah kerja keproduksi

via telepon. sebagai awal dimulainya proses produksi.


h. Melakukan pemantauan kerja.

4
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.2, Maret 2016, p 1-16 doi: 10.30587/matrik.v16i2.553

i. Mengonfirmasikan kecustomer bahwa g. Memberikan hasil produk ke gudang.


keberadaan barang jadi sesuai permintaan 5. Bagian Gudang
dan siap dikirim. Untuk bagian gudang memiliki
4. Bagian Produksi aktivitas kerja dan bertanggung jawab untuk :
Berikut adalah bebeapa aktivitas kerja a. Melakukan pendataan mengenai
yang dilakukan oleh devisi produsi sarung penerimaan beberapa jumlah material yang
tenun: masuk, keluar dan yang masih tersedia
a. Menerima order produksi dan perintah kerja pada gudang material.
dari pihak PPIC. b. Membawa material dari supplier ke
b. Mempersiapkan bahan baku. gudang.
c. Mengirim corak ke desa pandu c. Memberikan label untuk tiap produk.
d. Mengambil sarung hasil tenunan didesa d. Melakukan pendataan produk yang sudah
pandu. dikemas.
e. Membawa sarung tenun kepenjahit. e. Mengeluarkan produk jadi yang disimpan
f. Melaporkan hasil produk dan produk reject di gudang untuk dikirim ke customer.
ke bagian packing.

5
Majid et, al/MATRIK Vol. XVI No.2, Maret 2016, p 1-16

Gambar 2. Big Picture Mapping

6
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.2, Maret 2016, p 1-16 doi: 10.30587/matrik.v16i2.553

Aliran Material Pemenuhan order Benang yang telah dibuat sketsa


Berikut adalah idntifikasi bahan kemudian digosok/diwarnai sesuai sketsa
baku atau material yang digunakan untuk dan Proses pewarnaan menggunakan
proses produksi sarung tenun: alat kikir sebagai alat gosok.
 Identifikasi bahan baku atau material 7. Proses Pengikatan benang yaitu Benang
Bahan baku yang digunakan untuk diikat dengan tali sesuai dengan pola
proses produksi sarung tenun adalah benang yang telah diwarnai dan tali dipotong
sutra merupakan bahan utama dalam kecil-kecil dan Setelah diikat kecil-kecil
pembuatan sarung. Aliran material untuk benang dilepas dari alat pedang sebelum
pemenuhan order produksi sarung tenun dibawa ke proses pewarnaan benang.
secara garis besar adalah sebagai berikut: 8. Proses penyekiran, menggulung benang
1. Aliran material dimulai dari datangnya yang disebut boom dipasang pada alat
bahan baku dari supplier kegudang. tenun, Setelah dipasang di alat tenun
2. Setiap kedatangan material dilakukan kemudian benang ditenun dengan
proses perhitungan atau pendataan agar menggunakan alat tenun dan alat yang
jumlah material sesuai dengan pesanan. disebut peluru sebagai alat penyulam
3. Awal proses bahan baku adalah benang benang
dikelose. 9. Proses penenunan, Gulungan benang
4. Pemidangan dilakukan setelah proses yang disebut boom dipasang pada alat
pengelosan, Benang dipedang 3 putaran tenun, Setelah dipasang di alat tenun
360º dan per sab diikat dengan tali raffia. kemudian benang ditenun dengan
5. Proses penggambaran sketsa dilakukan menggunakan alat tenun dan alat yang
dengan menggunakan tinta biasa, dengan disebut peluru sebagai alat penyulam
bantuan alat yakni penggaris dan Sketsa benang.
dibuat berdasarkan permintaan pembeli 10. Material yang sudah jadi produk
6. Proses Pewarnaan sketsa/penggosokan dipindahkan ke gudang untuk diperiksa
gambar Memanaskan air dan dicampur kembali dan dilakukan packing dan siap
dengan pewarna yang telah ditakar untuk dikirim.
sebelumya kedalam mangkuk kecil,

7
Majid et, al/MATRIK Vol. XVI No.2, Maret 2016, p 1-16

Gambar 3. BPM aliran fisik material

Identifikasi Waste (E-DOWNTIME)


Tabel 1. Hasil kuisioner penentuan waste
Waste Responden rata ranking
-
1 2 3 4
rata
EHS 1 1 1 1 1 8/9

Defect 5 3 4 5 4,25 1

Overproduction 4 3 4 5 4 2

Waiting 4 3 3 3 3,25 4

NUEKSA 1 1 2 1 1,25 6/7

Transportasi 3 1 2 2 2 5

Inventory 3 3 4 5 3,75 3

Motion 1 1 1 1 1 8/9

Excess prosessing 1 1 2 1 1,25 6/7

8
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.2, Maret 2016, p 1-16 doi: 10.30587/matrik.v16i2.553

Berdasarkan tabel diatas didapat waste Defect


yang kritis antara lain defect, Critical to Quality dari waste defect
overproduction, waiting dan inventory. adalah jenis ketidaksesuaian produk dengan
spesifikasi customer. Jumlah defect untuk
sarung tenun nilainya selalu berubah dan
Measure memiliki jumlah yang relatif banyak

Pareto Chart of jenis defect


40 100
80
30

Percent
Count

60
20
40
10
20
0 0
jenis defect s i at
se ng at
ro la m ku
p hi na ng
ur an ar ra
i al ng w ku
ar ba ta
n
a rd ke
m
ika
lu ng
ke pe
ng
na
be
Count 14 10 9 7
Percent 35.0 25.0 22.5 17.5
Cum % 35.0 60.0 82.5 100.0

Gambar 4. Diagram paretto jumlah defect pada bulan maret-mei 2014

Overproduction Inventory
Untuk mengetahui kerugian yang Pembelian bahan baku benang sutra secara
diakibatkan waste overproduction selama 3 banyak kemudian disimpan untuk proses
bulan maka dilakukan perhitungan untuk produksi mendatang membuat benang menjadi
mengetahui berapa jumlah biaya yang terbuang rapuh.
dalam proses penenunan. Data yang peneliti Tabel 3. data waste inventory
Jenis Minggu ke ( dalam satuan gulung) Jum
gunakan adalah bulan maret, s/d mei 2014.
inven lah
Tabel 2. Data Overproduction 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 1 1
Waste bulan Mingguan jumlah tory
0 1 2
(unit)
1 2 3 4
Baha 2 2 3 1 3 3 2 2 3 3 3 3 32
overproduction maret 2 1 1 2 6
n

april 1 2 2 1 6 baku
muda
mei 2 2 3 2 9 h
putus
Jumlah 23

9
Majid et, al/MATRIK Vol. XVI No.2, Maret 2016, p 1-16

Analysis Fish bone diagram defect yaitu Man, Machine, Methode, Material dan
Fish bone diagram defect dilakukan dengan Money.
mencari akar penyebab masalah melalui 5 M

Gambar 5. Fish bone diagram defect sarung tenun

Dari gambar diatas menunjukkan Nilai tertinggi merupakan prioritas pertama


beberapa masalah yang terjadi yang harus yang dilakukan rancangan perbaikan.
segera diselesaikan. Beberapa masalah tersebut  Severity
antara lain kembangan hilang dan alat tenun Uraian kriteria dari ratting severity
kropos. Dari dua permasalahan tersebut yang diperoleh dari ratting standart six
dilakukan pembobotan terhadap nilai untuk sigma yang telah disesuaikan dari kondisi
menetukan prioritas yang harus diperbaiki perusahaan.
berdasarkan nilai RPN dari FMEA (Failure  Occurance
Mode Effect Analyze). Uraian kriteria dari ratting occurance
yang diperoleh dari ratting standart six
FMEA (Failure Mode Effect Analyze). sigma yang telah disesuaikan dari kondisi
Prioritas rancangan perbaikan terhadap perusahaan.
defect jahitan dilakukan dengan mengalikan  Detection
nilai-nilai SOD (severy, occurance, dan Uraian kriteria dari ratting detection
detection) yang masuk kedalam RPN kemudian yang diperoleh dari ratting standart six
diurutkan sesuai dengan nilai yang tertinggi. sigma yang telah disesuaikan dari kondisi
perusahaan.

10
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.2, Maret 2016, p 1-16 doi: 10.30587/matrik.v16i2.553

Rancangan FMEA terhadap waste tenun sebanyak 2893. benang keluar dari
defect benang keluar dari alur sarung. alur sarung selama 3 bulan sebanyak 14
Waste defect sarung.
Selama 3 bulan dari bulan maret-mei
2014 perusahaan mendapat output sarung

Tabel 4. FMEA Waste Defect


potensi potensi problem potensial cause potensial nilai RPN 1action plan
failure area S O D
benang keluar tarikan kuat benang putus produksi 3 5 9 135 membeli benang yang
dari alur lebih berkualitas dan
sarung selalu meneliti secara
terus menerus sehingga
mengetahui jika ada
benang keluar
teropong kasar teropong produksi 2 4 9 72 mengganti dengan
nyangkut teropong yang baru
alat tenun rapuh setelan berubah produksi 3 4 9 108 memperbaiki dan
mengganti dengan yang
baru
kembangan sering lupa memidangnya produksi 2 4 5 40 selalu menghitung
hilang dalam kurang setiap memutar
menghitung pidangan, jika lupa
diulang
dalam corak ruwet produksi 3 5 7 105 menambah karyawan
menggulung menjadi 3 orang
benang
kurang teratur
warna mati ruangan ruangan kurang produksi 3 5 5 75 member lampu diatas
tertutup terang pidangan yang sedang
diwarnai
corak tambus pengerjaan pengikatan produksi 3 7 6 126 memeriksa ikatan
pada saat dilakukan diluar kurang kuat sebelum diwarnai dan
diwarnai perusahaan memberi nama
dasar (dirumah karyawan pada
sendiri) pidangan yang selesai di
ikat.

Berdasarkan tabel 4 diatas langkahperbaikan untuk mengurang defect


menunjukkan benang keluar keluar dari alur benang keluar dari alur sarung.
proses sarung tenun. Waste terjadi karena alat Overproduction
tenun rapuh sehingga penenun kurang Kelebihan ½ sarung selama 3 bulan jika
nyaman. Berdasarkan perhitungan RPN dalam dijadikan 1 sarung penuh sebanyak 23 sarung
FMEA akan sangat menentukan tenun.

11
Majid et, al/MATRIK Vol. XVI No.2, Maret 2016, p 1-16

Tabel 5. FMEA overproduction


potensi potensi potensial potensial nilai RPN action plan
failure problem cause area S O D
lebih ½ tidak ada perkiraan produksi 3 5 6 90 pengukuran yang pasti
sarung ukuran yang salah bukan perkiraan
tenun yang pasti

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan menentukan langkah perbaikan untuk


kelebihan produksi produksi setengah sarung mengurangi waste overproduction.
tenun. Pada proses penyekiran diharuskan Waiting
tidak kurang dari 20 sarung tenun. Karena Pada waste ini selama 3 bulan
pekerja tidak mempunyai pengukuran yang perusahaan mengalami kerugian kesempatan
pasti sehingga waste ini terjadi. Berdasarkan mendapatkan 78 pidangan dan 5 sarung tenun
perhitungan RPN dalam FMEA akan sangat

Tabel 6. FMEA waiting


potensi failure potensi potensial cause potensial nilai RPN action plan
problem area S O D
idle jarak yang pengambilan area 3 6 5 90 pengambilan
pemidangan jauh hasil hasil produksi dilakukan malam
kelosan yang hari
lama
idle penenun jarak yang pengambilan area 3 5 7 105 pengambilan
jauh hasil penenun produksi dilakukan malam
lama hari

Berdasarkan tabel 6 proses penenuna Pengerjaan 1 pack benang yang berisi 50


didesa pandu terhenti karena jarak pengambilan gulung benang selama 2 hari. Pada pengerjaan
corak yang jauh sehingga membutuhkan waktu selama 3 bulan didapat waste benang mudah
yang relative lama. Maka penenun juga putus 32 benang karena bahan baku ditumpuk
menunggu yang mengkoordinir datang. digudang.

Inventory
Tabel 7. FMEA Inventory
potensi failure potensi potensial cause potensial nilai RP action plan
problem area S O D N
benang mudah penumpukan material gudang 2 6 7 84 membeli bahan baku 1 minggu
putus persediaan disimpan dalam sebelum bahan baku habis
material jangka lama untuk 1 bulan mendatang.
digudang
akhirnya timbul waste inventory. Perhitungan
Berdasarkan tabel 7 diatas persediaan RPN dalam FMEA akan sangat menentukan
material yang berlebih dapat membuat material langkah perbaikan untuk mengurangi waste
harus disimpan dalam waktu tertentu yang pada tersebut.

12
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.2, Maret 2016, p 1-16 doi: 10.30587/matrik.v16i2.553

Improve Waiting
Dalam tahap ini penerapan dilakukan Dari hasil analisis munculnya idle pada
disetiap lini berdasarkan nilai RPN tertinggi dai proses pemenuhan dikarenakan jarak
FMEA, karena RPN menunjukkan prioritas pengambilan corak yang jauh sehingga para
perbaikan yang harus dilakukan. Penerapan penenun di desa pandu yang kehabisan corak
dilakukan selama 21 hari mulai tanggal 1 juni harus menunggu yang mengkoordinir corak
sampai 21 juni 2014 disemua lini produksi datang mengambil corak di desa wedani. Untuk
berdasarkan FMEA. itu perlu dilakukan perbaikan dengan
carapenyuplaian corak dan pengambilan hasil
Menentukan rekomendasi perbaikan sarung tenun dilakukan oleh pihak perusahaan
Berdasarkan nilai RPN tertinggi dari pada malam hari sehingga tidak mengganggu
FMEA didapatkan 3 waste terkritis yaitu defect, proses produksi.
overproduction, waiting dan inventory.
Inventory
Defect Berdasarkan hasil analisis waste
Berdasarkan analisis FMEA terjadinya inventory terjadi karena pembelian bahan baku
defect benang keluar dari alur sarung karena yaitu benang dilakukan pembelian secara
tarikan pada benang terlalu kuat sehingga banyak untuk jangka waktu 3 bulan mendatang,
menyebabkan benang putus. untuk itu akan tetapi benang yang disimpan banyak yang
dilakukan perbaikan dengan membeli benang rapuh pada saat proses produksi. Untuk itu
yang lebih berkualitas dan selalu meneliti pembelian bahan baku dilakukan 1 minggu
secara terus menerus sehingga mengetahui jika sebelum proses produksi untuk 1 bulan
ada benang keluar. mendatang.

Overproduction Memperbaiki proses produksi untuk


Dari hasil analisis pada proses penenunan mengurangi waste terkritis
sering kali terjadi kelebihan setengah sarung 1. Untuk mengurangi waste maka perlu
dan sarung tersebut tidak ada harga jualnya. Ini melakukan sebagai berikut:
terjadi karena operataror proses penyekiran 2. Bagi karyawan yang memiliki usia diatas
tidak memiliki perhitungan yang pasti dalam 40 tahun pekerjaan dilakukan diperusahaan
mengukur berapa panjang benang yang sehingga pengawas penenun bisa
diperlukan. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan memantau pekerjaannya.
dengan cara melihat dari berapa banyak benang 3. Karyawan pidangan dan penenun harus
kelosan yang diperlukan. menulis nama di pidangan dan disarung
tenun , sehingga ketika pidangan dan
sarungada yang defect maka akan
diketahui siapa yang mengerjakan.

13
Majid et, al/MATRIK Vol. XVI No.2, Maret 2016, p 1-16

Sehingga langsung bisa dilakukan 7. Selalu menghitung kris pada proses


penanganan. pemidangan.
4. Pada proses penyekiran terlebih dahulu 8. Selalu memeriksa alat tenun sebelum
diukur benang berapa meter yang di melakukan penenunan.
perlukan sehingga tidak terjadi kelebihan 9. Membari penerangan disetiap proses
yang lebih besar lagi. produksi.
5. Untuk pembelian bahan baku dilakukan 1 10. Mengganti teropong yang sudah tipis dan
minggu sebelum bahan digudang habis, kasar.
dan pembelian untuk 1 bulan kedepan. 11. Selalu memeriksa hasil ikatan sebelum
6. Memeriksa setiap bahan baku yang datang. dilakukan proses pencelupan.
Tabel 8. data chek list improve
no data perbaikan dilakukan sebagian Tidak dilakukan
Bagi karyawan yang memiliki usia diatas 40 tahun
1 pekerjaan dilakukan diperusahaan sehingga pengawas
penenun bisa memantau pekerjaannya. 
Karyawan pidangan dan penenun harus menulis nama di
pidangan dan disarung tenun , sehingga ketika pidangan
2 dan sarungada yang defect maka akan diketahui siapa
yang mengerjakan. Sehingga langsung bisa dilakukan
penanganan. 
Pada proses penyekiran terlebih dahulu diukur benang
3 berapa meter yang di perlukan sehingga tidak terjadi
kelebihan yang lebih besar lagi. 
Untuk pembelian bahan baku dilakukan 1 minggu
4 sebelum bahan digudang habis, dan pembelian untuk 1
bulan kedepan. 
5 Memeriksa setiap bahan baku yang datang. 
6 Selalu menghitung kris pada proses pemidangan. 
Selalu memeriksa alat tenun sebelum melakukan
7
penenunan. 
8 Membari penerangan disetiap proses produksi. 
9 Mengganti teropong yang sudah tipis dan kasar. 
Selalu memeriksa hasil ikatan sebelum dilakukan proses
10
pencelupan. 

Control 1,5 bulan data yang bisa diketahui setelah


Pada tahap ini dilakukan pengontrolan di improve.
dari perbaikan yang dilakukan.Data yang Mengukur hasil perbaikan
diambil mulai dari tanggal 23 juni-16 agustus Untuk mengerti hasil yang didapat maka
2014. Sehingga ada dilakukan pengukuran dari hasil perbaikan

14
Jurnal MATRIK p-ISSN : 1693-5128
Volume XVI No.2, Maret 2016, p 1-16 doi: 10.30587/matrik.v16i2.553

Defect
Tabel 9. data defect setelah improve pada bulan 30 juli- 16 agustus 2014
No Jenis defect Minggu ke Jumlah perbandingan prosentase
1 2 3 4 5 6 sebelum sesudah
1 Benang keluar 1 0 1 0 1 1 4
dari alur 0,48% 0,27%
sarung
2 Kembangan 1 1 0 0 0 1 3
0,35% 0,2%
hilang
3 Warna mati 1 0 1 0 1 1 4 0,31% 0,27
4 Pengikatan 0 1 1 0 0 0 2
0,24 0,14%
kurang kuat

Overproduction
Tabel 10. waste overproduction
Waste Minggu jumlah perbandingan
(unit) prosentase
sebelum sesudah
Overproduction 1 2
2 2
3 0
0,79% 0,41%
4 0
5 1
6 1

Inventory
Tabel 11. waste inventory
perbandingan
Minggu ke ( dalam satuan gulung)
Jenis defect Jumlah prosentase
1 2 3 4 5 6 sebelum sesudah
Bahan baku
0 1 1 1 1 2 6 1,64 0,62
mudah putus

Kesimpulan c. setelan berubah


2 Usulan perbaikan (improvement) untuk 4
Kesimpulan yang dapat diberikan pada
waste terkritis adalah sebagai berikut:
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Waste defect
1 waste yang paling terkritis adalah benang
Untuk benang keluar dari alur proses sarung
yang keluar dari alur sarung dan
yaitu membeli benang yang lebih berkualitas
penyebabnya sebagai berikut:
dan selalu meneliti secara terus menerus
a. benang putus
sehingga mengetahui jika ada benang yang
b. teropong nyangkut
keluar.

15
Majid et, al/MATRIK Vol. XVI No.2, Maret 2016, p 1-16

b. Overproduction Dictionary.11st edition.APICS.


Virginia.
Untuk kelebihan produksi yaitu membuat
Evans, Lindsay. 2007.PengantarSix Sigma An
ukuran yang pasti pada saat proses Introduction To Six Sigma And
penyekiran, sehingga waste ini bisa Process Improvement. Jakarta:
Salemba Empat.
dihilangkan.
Gaspersz, Vincent. (2006). Continous Cos
c. Waiting Reduction Trough Lean Six Sigma
Approach. Jakarta: PT Gramedia
Untuk Idle Penenun yaitu Pengiriman corak Pustaka Utama.
dan pengambilan sarung tenun dilakukan Gaspersz, Vincent. (2007). Lean – Six Sigma
pada malam hari sehingga tidak Methodelogy. Vincent Foundation.
USA.
mengganggu proses produksi
Hines, Peter, and taylor, david. (2000). Going
d. Inventory Lean. Proceeding of Lean Enterprise
Research Centre Cardiff Business
School, UK.
Untuk penumpukan persediaan material
digudang yaitu membeli bahan baku 1 Montgomery, Douglas C. (1993). Pengantar
Pengendalian Statistik. Yogyakarta:
minggu sebelum bahan baku habis, sehingga Gadjah Mada University Press.
jika ada bahan baku yang kualitasnya jelek Pande, Peter S, and Hollp, Larry. (2002). What
masih bisa dikembalikan kepada supplier is Six Sigma. USA.
karena rentang waktu belum lama. Poppendick, Mary. (2002). Principles Lean
Thinking.Carnelian Lane USA.
Daftar Pustaka
www.copisindonesia.com
Chlander, Faith. (2004). Root Cause Analysis.
New York. USA Cox, James F. and
John H. Blackstone Jr. (2005).APICS

16

Anda mungkin juga menyukai