Anda di halaman 1dari 38

Hak Asasi Manusia: Beberapa Catatan

(disusun dari berbagai sumber kepustakaan)

Satya Arinanto
Guru Besar Fakultas Hukum UI, dan
Staf Khusus Wakil Presiden RI Bidang Hukum

Jakarta
2016
HAM yang Mana?
•  Asal-usul filosofis, religius, budaya, dan
politis.
•  ‘Generasi-generasi’ HAM.
•  Universalisme versus Relativisme Budaya?
•  Hak-hak individual dan hak-hak kelompok.
•  Hak-hak ‘tertentu’ (seperti untuk wanita,
anak-anak, etnik minoritas, golongan cacat,
dan sebagainya).
•  Penerapan, penegakan, dan kemampuan
untuk adil.
Hak Asasi Manusia: Beberapa
Catatan
Hak-hak dan
Kewajiban-kewajiban
•  Kewajiban individu yang mendahului hak-hak
individu.
•  Kaitan antara hak-hak dan kewajiban-kewajiban.
•  Ketentuan-ketentuan yang menegaskan tentang
kewajiban-kewajiban individu dalam traktat-traktat
HAM internasional.
•  Kewajiban-kewajiban Negara untuk melindungi
HAM (‘vertikal’ dan ‘horisontal’).
•  Kewajiban dari unsur-unsur non-Negara lainnya
(misal: korporasi).

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
HAM dan Struktur Politik
•  Suatu hak terhadap pemerintahan yang
demokratis? Suatu permasalahan tentang
penentuan nasib sendiri (self-determination).
•  Kedaulatan nasional dan legitimasi dari
negara-bangsa.
•  Hubungan-hubungan supra-nasional: individu
dalam hukum internasional.
•  HAM dalam berbagai sistem politik yang
berbeda – permasalahan budaya dan apakah
yang terbaik dalam ‘kepentingan publik’.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Instrumen-instrumen dan
Institusi-institusi HAM Internasional (1)
1.  Perserikatan Bangsa-Bangsa
•  Charter of the United Nations 1945.
•  Universal Declaration of Human Rights 1948.
•  Convention Relating to the Status of Refugees 1954.
•  International Covenant on the Elimination of All
Forms of Racial Discrimination (CERD) 1965.
•  International Covenant on Economic, Social, and
Cultural Rights (ICESCR) 1966.
•  International Covenant on Civil and Political Rights
(ICCPR) 1966. (First Optional Protocol 1976).
•  Convention on the Elimination of All Forms of
Discrimination Against Women (CEDAW) 1979.
Hak Asasi Manusia: Beberapa
Catatan
Instrumen-instrumen dan
Institusi-institusi HAM Internasional (2)
•  Convention Against Torture and Other Forms of Cruel, Inhuman or
Degrading Treatment or Punishment (CAT) 1984.
•  Convention on the Rights of the Child (CRC) 1990.
•  Vienna Declaration and Programme of Action 1993.

2.  Regional:
•  European Convention on Human Rights (ECHR) 1952 – Council of Europe.
•  American Convention on Human Rights 1969 – Organization of American
States (OAS).
•  African [Banjul] Charter on Human and Peoples’s Rights 1981 – Organization
of African Unity (OAU).
•  Cairo Declaration on Human Rights in Islam 1990.
•  ‘Bangkok Declaration’ 1993.
•  Asian Human Rights Charter 1997.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Instrumen-instrumen dan
Institusi-institusi HAM Internasional (3)
3.  Domestik:
•  France – Declaration of the Rights of Man
and Citizen 1789.
•  USA – Bill of Rights 1791.
•  Canada – Charter of Rights and
Fundamental Freedoms 1982.
•  South Africa – Bill of Rights 1996.
•  United Kingdom – Human Rights Act 1998.
•  Indonesia – Undang-Undang No. 39 Tahun
1999 tentang HAM.
Hak Asasi Manusia: Beberapa
Catatan
Klasifikasi Instrumen-instrumen Utama
HAM Internasional dan Nasional
Bagi Aparatur Penegak Hukum (1)
A. Aturan Dasar Internasional (dalam Tingkat Perserikatan Bangsa-
Bangsa)
1.  Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Asasi Manusia.
2.  Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Ekonomi, Sosial, dan Budaya.
3.  Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.
4.  Protokol Opsional Kovenan Internasional tentang Hak-Hak Sipil dan Politik.

B.  Beberapa Konvensi Internasional yang Telah Diratifikasi Indonesia


1.  Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang
Kejam, Tidak Manusiawi dan Merendahkan Martabat Manusia.
2.  Kovenan Internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi
Rasial.
3.  Konvensi tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap
Perempuan.
4.  Konvensi tentang Hak-Hak Anak.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Klasifikasi Instrumen-instrumen Utama
HAM Internasional dan Nasional
Bagi Aparatur Penegak Hukum (2)
C.  Pengaturan Terhadap Aparatur Penegak Hukum dan Pembatasan
Penggunaan Kekerasan

C. 1 Tentang Aparatur Penegak Hukum


•  Kode Etik untuk Aparatur Penegak Hukum.
•  Prinsip-prinsip Dasar Peranan Pengacara.
•  Pedoman tentang Peranan Para Jaksa.
•  Prinsip-Prinsip Dasar tentang Kemerdekaan Peradilan.

C.2 Tentang Pembatasan Penggunaan Kekerasan


•  Deklarasi tentang Perlindungan Bagi Semua Orang dari Penghilangan Paksa.
•  Prinsip-Prinsip Dasar tentang Penggunaan Kekerasan dan Senjata Api oleh
Aparatur Penegak Hukum.
•  Pencegahan dan Penyelidikan yang Efektif Terhadap Pelaksanaan Hukuman
Mati di Luar Proses Hukum yang Sewenang-Wenang dan Sumir.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Klasifikasi Instrumen-instrumen Utama
HAM Internasional dan Nasional
Bagi Aparatur Penegak Hukum (3)
D. Perlindungan Terhadap para Tahanan dan Narapidana

D.1 Perlindungan Bagi Semua Tahanan dan Narapidana


1.  Kumpulan Prinsip Bagi Perlindungan Semua Orang dalam Segala Bentuk
Penahanan atau Pemenjaraan.
2.  Peraturan Standar Minimum untuk Tindakan Non-Penahanan (“Peraturan
Tokyo”).
3.  Peraturan Minimum Standar Bagi Perlakuan Terhadap Narapidana.
4.  Prinsip-Prinsip Etika Kedokteran dalam Melindungi Tahanan.

D.2 Perlindungan Khusus Bagi Anak-Anak


1.  Peraturan Standar Minimum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Pelaksanaan
Peradilan Anak (“Peraturan Beijing”).
2.  Peraturan Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Perlindungan Bagi Anak
yang Kehilangan Kebebasannya.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Klasifikasi Instrumen-instrumen Utama
HAM Internasional dan Nasional
Bagi Aparatur Penegak Hukum (4)
E. Perlindungan Terhadap Kelompok-Kelompok yang Rentan
1.  Deklarasi tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan.
2.  Strategi Model dan Langkah-Langkah Praktis Mengenai Penghapusan
Kekerasan Terhadap Kaum Perempuan di Bidang Pencegahan Kejahatan dan
Peradilan Pidana.
3.  Prinsip-Prinsip Pedoman Mengenai Pengungsi di Dalam Negeri.
4.  Deklarasi Prinsip-Prinsip Dasar Keadilan Bagi Korban Kejahatan dan
Penyalahgunaan Kekuasaan.
5.  Deklarasi Pembela Hak Asasi Manusia.

F.  Perlindungan HAM dalam Hukum Nasional


1.  Perubahan Kedua UUD 1945 yang Berkaitan dengan Hak Asasi Manusia.
2.  Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.
3.  Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (1)
•  Istilah “hak asasi manusia” (HAM) relatif
baru, dan menjadi bahasa sehari-hari
semenjak Perang Dunia II dan pembentukan
PBB pada tahun 1945.
•  Ia menggantikan istilah “natural rights” (hak-
hak alam) karena konsep hukum alam – yang
berkaitan erat dengan istilah “natural rights”
– menjadi suatu kontroversi; dan frasa “the
rights of Man” yang muncul kemudian
dianggap tidak mencakup hak-hak wanita.
Hak Asasi Manusia: Beberapa
Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (2)
•  Asal-usul historis konsepsi HAM dapat ditelusuri hingga ke masa Yunani dan
Roma, dimana ia memiliki kaitan yang erat dengan doktrin hukum alam pra
modern dari Greek Stoicism (Stoisisme Yunani, yakni sekolah filsafat yang
didirikan oleh Zeno di Citium, yang antara lain berpendapat bahwa kekuatan
kerja yang universal mencakup semua ciptaan dan tingkah laku manusia, oleh
karenanya harus dinilai berdasarkan kepada - dan sejalan dengan - hukum
alam).
•  Sebagian karena Stoisisme Yunani berperan dalam pembentukan dan
penyebarannya, hukum Romawi tampaknya memungkinkan eksistensi hukum
alam. Berdasarkan ius gentium (hukum bangsa-bangsa atau hukum
internasional), beberapa hak yang bersifat universal berkembang melebihi
hak-hak warga negara.
•  Menurut ahli hukum Romawi Ulpianus, misalnya, doktrin hukum alam
menyatakan bahwa alamlah – bukan negara – yang menjamin semua manusia,
baik ia merupakan warga negara Romawi atau bukan.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (3)
•  Belum sampai Abad Pertengahan, doktrin-doktrin hukum alam
menjadi sangat terkait dengan teori-teori pemikiran liberal
mengenai hak-hak alam (natural rights).
•  Pada masa-masa ini doktrin-doktrin hukum alam yang
diajarkan menekankan pada faktor kewajiban, sebagaimana
dipisahkan dari faktor hak.
•  Selanjutnya, sebagaimana tampak dalam tulisan Aristoteles dan
St. Thomas Aquinas, doktrin-doktrin ini mengakui legitimasi
perbudakan, yang meniadakan ide-ide utama dari HAM
sebagaimana dipahami dewasa ini – yakni ide-ide tentang
kebebasan dan kesamaan.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (4)
•  Ide-ide tentang HAM yang pada saat itu masih dipahami sebagai hak-
hak alam (natural rights) merupakan suatu kebutuhan dan realitas
sosial yang bersifat umum, kemudian mengalami berbagai perubahan
sejalan dengan adanya perubahan-perubahan yang terjadi dalam
keyakinan-keyakinan dan praktek-praktek dalam masyarakat, yang
merupakan suatu tahapan yang berkembang dari semenjak abad ke-13
hingga masa Perdamaian Westphalia (1648), dan selama masa
kebangunan kembali (Renaissance), serta kemunduran feodalisme.
•  Dalam periode ini tampak kegagalan dari para penguasa untuk
memenuhi kewajibannya berdasarkan hukum alam. Pergeseran dari
hukum alam sebagai kewajiban-kewajiban menjadi hak-hak sedang
dibuat.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (5)
•  Pada periode ini ajaran Thomas Aquinas (1224/5-1274) dan
Hugo Grotius (1583–1645) di Benua Eropa; dan beberapa
dokumen HAM yang ada - seperti Magna Charta (1215), Petition
of Rights (1628), dan Bill of Rights (1689) - merupakan bukti
dari perubahan ini.
•  Semua memberikan kesaksian tentang meningkatnya
pandangan masyarakat bahwa manusia diberkati dengan hak-
hak yang kekal dan tak dapat dicabut oleh siapapun, yang tak
terlepaskan ketika manusia “terkontrak” untuk memasuki
masyarakat dari suatu negara yang primitif dan tidak pernah
dikurangi oleh tuntutan yang berkaitan dengan “hak-hak
ketuhanan dari raja”.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (6)
•  Ilmu pengetahuan dan keberhasilan intelektual pada abad ke-17
– penemuan-penemuan oleh Galileo dan Sir Issac Newton,
materialisme Thomas Hobbes, rasionalisme René Descartes dan
Gottfried Wilhelm Leibniz, panteisme dari Benedict de Spinoza,
empirisme Francis Bacon dan John Locke – keseluruhannya
mendukung suatu keyakinan dalam hukum alam dan tatanan
yang universal.
•  Sepanjang abad ke-18, yang disebut Abad Pencerahan, suatu
keyakinan yang tumbuh terhadap akal manusia dan
kesempurnaan dari hubungan manusia makin mengarah kepada
ekspresi yang makin komprehensif.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (7)
•  Terutama yang harus dicatat dalam periode ini ialah tulisan dari
filsuf Inggris John Locke pada abad ke-17 – yang dipandang sebagai
pemikir hukum alam terpenting pada masa modern – dan karya-
karya para filsuf abad ke-18 yang berpusat di Paris, termasuk
Montesquieu, Voltaire, dan Jean-Jacques Rousseau.
•  Locke menguraikan secara terinci, terutama dalam tulisan yang
dibuat dalam kaitan dengan Revolusi 1688 (the Glorious Revolution),
bahwa hak-hak tertentu dengan jelas mengenai individu-individu
sebagai manusia, karena mereka eksis dalam “keadaan alami”
sebelum manusia memasuki masyarakat; yang mengemuka di antara
hak-hak tersebut ialah hak hidup, hak kemerdekaan (bebas dari
kesewenang-wenangan), dan hak milik.
•  Menurut Locke, saat memasuki kondisi masyarakat sipil - civil
society, berdasarkan teori kontrak sosial - yang dilepaskan manusia
kepada negara hanyalah hak untuk menegakkan hak-hak ini, dan
bukan hak-hak itu sendiri.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (8)
•  Selanjutnya Locke menyatakan bahwa kegagalan negara untuk mengamankan
hak-hak alami ini - negara itu sendiri sedang berada dalam keadaan kontrak
untuk menjaga kepentingan dari anggota-anggotanya - dapat memberikan
suatu hak bagi rakyat untuk meminta pertanggung jawaban, dalam bentuk
suatu revolusi rakyat.
•  Semua pemikiran liberal ini sangat mempengaruhi dunia Barat pada akhir
abad ke-18 dan awal abad ke-19. Bersamaan dengan praktek Revolusi Inggris
1688 yang menghasilkan Bill of Rights, terbukti bahwa ia memberikan dasar
pemikiran bagi timbulnya gelombang agitasi revolusioner yang kemudian
mempengaruhi Barat, terutama Amerika Utara dan Perancis.
•  Thomas Jefferson – yang telah mempelajari pemikiran Locke – kemudian
menguntaikan kata-kata puitis pada Declaration of Independence 4 Juli 1776
sebagai berikut: “We hold these truths to be self-evident, that all men are
created equal, that they are endowed by their Creator with certain unalianable
Rights, that among these are Life, Liberty, and the Pursuit of Happiness”.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (9)
•  Serupa dengan Jefferson, Marquis de Lafayette, yang memiliki
kedekatan hubungan dengan George Washington dan ikut berperang
dalam Perang Kemerdekaan Amerika, kemudian meniru pernyataan
dari revolusi-revolusi Inggris dan Amerika dalam Declaration of the
Rights of Man and Citizen 26 Agustus 1879.
•  Ia yang dengan tegas menyatakan bahwa “manusia terlahir dan tetap
bebas dan berkesamaan dalam hak-haknya”, dalam deklarasi tersebut
memproklamasikan bahwa “the aim of every political association is the
preservation of the natural and imprescriptible rights of man”, dan
mengidentifikasi hak-hak tersebut sebagai “Liberty, Property, and
Safety and Resistance to Oppression”, dan mendefinisikan bahwa
“liberty” sedemikian jauh termasuk kebebasan mengemukakan
pendapat, kebebasan berserikat, kebebasan beragama, dan kebebasan
dari penahanan dan pengurungan yang sewenang-wenang.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (10)
•  Pada intinya dapat dikatakan bahwa ide-ide HAM memainkan peranan
kunci pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, dalam perjuangan
melawan absolutisme politik.
•  Hal ini sesungguhnya dikarenakan oleh kegagalan para penguasa untuk
menghormati prinsip-prinsip kebebasan dan persamaan, yang
merupakan suatu hal penting dari filosofi hukum alam sejak awalnya.
•  Dalam bahasa Maurice Cranston, seorang pemikir HAM, “absolutism
prompted man to claim [human, natural] rights precisely because it
denied them”.
•  Namun demikian, ide-ide tentang HAM sebagai hak-hak alam juga
memiliki penentang-penentang di bagian dunia lainnya. Ia lama-
kelaman juga menjadi kurang dapat diterima - baik secara filosofis
maupun politis - oleh kaum liberal.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Pemikiran HAM dalam
Perspektif Sejarah (11)
•  Dewasa ini, mayoritas sarjana hukum, filsuf, dan kaum moralis setuju –
tanpa memandang budaya atau peradabannya – bahwa setiap manusia
berhak, paling sedikit secara teoritis, terhadap beberapa hak dasar.
•  Dalam perjanjian pendirian PBB, semua negara bersepakat untuk
melakukan langkah-langkah baik secara bersama-sama maupun
terpisah untuk mencapai “universal respect for, and observance of,
human rights and fundamental freedoms for all without distinction as to
race, sex, language, or religion”.
•  Pada Universal Declaration of Human Rights (1948), perwakilan dari
berbagai negara sepakat untuk mendukung hak-hak yang terdapat di
dalamnya “as a common standard of achievement for all peoples and all
nations”.
•  Dan pada tahun 1976, ICESCR dan ICCPR yang disetujui Majelis
Umum PBB pada tahun 1966, dinyatakan berlaku.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Teori HAM (1)
•  Teori HAM cenderung untuk berlaku di antara dua spektrum: pertama,
yang berdasarkan pada teori hukum alam pada salah satu ujung salah
satu spektrum; dan kedua, yang berlandaskan pada teori relativisme
budaya pada ujung spektrum lainnya.
•  Di antara kedua spektrum tersebut terdapat pula teori-teori yang
didasarkan atas pandangan para positivis, Marksis, agama, dan
perspektif lainnya.
•  Berdasarkan teori hukum alam misalnya, setidak-tidaknya terdapat 3
(tiga) pemikiran yang berkaitan dengan HAM sebagai berikut: (1) HAM
dimiliki secara alami oleh setiap orang berdasarkan bahwa seseorang
dilahirkan sebagai manusia; (2) HAM dapat diberlakukan secara
universal kepada setiap orang tanpa memandang lokasi geografisnya;
(3) HAM tidak membutuhkan tindakan atau program dari pihak lain,
apakah mereka para individu, kelompok, atau pemerintah.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Teori HAM (2)
•  Menurut pandangan kalangan positivis, HAM tidak keluar dari
manapun. HAM dijamin oleh konstitusi, UU, atau kontrak. Hal ini
antara lain tercermin dalam pandangan Jeremy Bentham sebagai
berikut: “Right is a child of law; from real laws come real rights, but
from imaginary law, laws of nature, come imaginary rights. Natural
rights is simple nonsense, natural and imprescriptible rights
rhetorical nonsense, nonsense upon stilts”.
•  Pada satu sisi pandangan Bentham mungkin benar karena di banyak
negara HAM diatur dalam konstitusi, UU, atau kontrak. Namun
gagasan ini dapat pula berbahaya bila suatu negara diperintah oleh
suatu rezim yang otoriter.
•  Hasil yang nyata ialah bahwa hukum-hukum yang diberlakukan
mungkin saja bersifat tidak adil atau represif, gambaran yang justru
bertentangan dengan HAM. Fakta historis menunjukkan bahwa
Hitler dan Nazinya yang bersikap otoritarian dan fasis itu melanggar
dan memanipulasi pandangan kaum positivis ini.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Teori HAM (3)
•  Karena berbagai pelanggaran tersebut, pandangan tentang
hukum alam baru mendapatkan momentum kembali setelah
Perang Dunia II, dan ia secara substantif terwakili dalam 20
pasal Universal Declaration of Human Rights, seperti hak-
hak sebagai berikut: untuk menikah, untuk sama di muka
hukum, untuk mendapatkan pengadilan yang fair, untuk
privasi, untuk kebebasan beragama, untuk bebas berbicara
dan berserikat, untuk asilum (mencari suaka), dan untuk
kebangsaan.
•  Penolakan lainnya terhadap pandangan hukum alam datang
dari pendukung teori relativisme budaya (cultural relativism)
yang antara lain berpandangan bahwa teori hukum alam dan
penekanannya terhadap universalitas merupakan suatu
penekanan dari suatu budaya terhadap budaya yang lain,
dan memberinya label imperialisme budaya (cultural
imperialism).

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Teori HAM (4)
•  Menurut kalangan relativis budaya, tidak ada suatu
HAM yang bersifat universal, dan teori hukum alam
mengabaikan dasar masyarakat dari identitas
individu sebagai manusia, karena seorang manusia
selalu menjadi produk dari beberapa lingkungan
sosial dan budaya.
•  Berdasarkan teori ini, tradisi yang berbeda dari
budaya dan peradaban membuat manusia menjadi
berbeda. Karenanya, HAM yang berlaku bagi
semua orang pada segala waktu dan tempat akan
dapat dibenarkan jika manusia mengalami keadaan
desosialisasi atau dekulturasi.
Hak Asasi Manusia: Beberapa
Catatan
Teori HAM (5)
•  Penolakan ketiga terhadap pandangan hukum alam - yang berpendapat
bahwa HAM merupakan hak-hak yang bersifat negatif - datang dari
mereka yang percaya bahwa dikotomi yang diletakkan oleh kalangan
yang menempatkan HAM dalam konteks positif maupun negatif telah
ketinggalan.
•  Menurut Henry Shue – seorang ahli HAM terkemuka – HAM bersifat
baik positif maupun negatif. Ia membutuhkan suatu pihak agar
bertindak secara positif untuk melakukan sesuatu, dan pada saat yang
sama juga membutuhkan pihak lainnya untuk mencegah dari tindakan
apapun agar HAM tersebut tidak terlanggar.
•  Penolakan keempat terhadap hukum alam datang dari kalangan
pendukung doktrin Marksis, yang menolak teori tentang asal-usul HAM
yang bersifat alami. Menurut mereka, negara atau kolektivitas
merupakan tempat penyimpanan dari semua HAM, dan HAM individu
baru dapat diakui jika diperkenankan oleh negara atau kelompok.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Teori HAM (6)
•  Jadi menurut pandangan kelompok Marksis, semua HAM
didapatkan dari negara, dan tidak secara alami dimiliki oleh
manusia berdasarkan atas kelahirannya.
•  Leszek Kolakowski, seorang ahli dan penulis tentang filsafat
positivis, menggambarkan sebagai berikut: “The conflict
between Marxist doctrine and human rights theory consists in
something more than the idea that all values and rights, in
Marxist terms, are nothing but the temporary products of
particular relationship of production, nothing but the opinions
that particular classes use to express their vested interests, to give
them an illusory ideological shape. For the Marxist, both the
concept of liberty and the idea of human rights, as defined by
Enlightenment thinkers and ideologists of French Revolution,
are the specific expressions of a bourgeois society”.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Teori HAM (7)
•  Di negara-negara Asia dan Afrika, terdapat kecenderungan yang
menekankan kepentingan tertinggi pada hak-hak kelompok atau
kolektif.
•  Di Afrika, terdapat Universal Declaration of the Rights of People
yang diadopsi di Algeria tahun 1976. Sedangkan di Asia, dapat
ditemui Declaration of the Basic Duties of Asean Peoples and
Governments yang ditetapkan tahun 1983.
•  Berkaitan dengan teori HAM, perlu pula disinggung tentang
pentingnya konsep kewajiban, baik terhadap negara maupun
masyarakat. Namun baru sedikit studi yang dilakukan terhadap
hal ini. Konsep tentang dharma yang diterapkan di India
misalnya, yang berarti kewajiban atau pencurahan, telah
dipergunakan untuk menjelaskan tentang filosofi di balik
pentingnya konsep kewajiban.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Generasi-generasi HAM
•  Tidak dapat disangkal bahwa – sebagaimana tradisi normatif
lainnya – tradisi HAM juga merupakan produk dari
masanya. Hal ini merefleksikan proses kelanjutan sejarah
dan perubahan-perubahan yang - pada saat pertama dan
sebagai akibat dari pengalaman kumulatif - membantu untuk
memberikannya substansi dan bentuk.
•  Karenanya, untuk memahami dengan lebih baik diskursus
tentang isi dan ruang lingkup HAM dan prioritas-prioritas
yang dikemukakan di sekitarnya, sangat menarik untuk
mempelajari tentang “tiga generasi HAM” yang
dikembangkan oleh ahli hukum Perancis Karel Vassak.
•  Dengan diinspirasi oleh Revolusi Perancis, generasi pertama
adalah hak-hak sipil dan politik (liberte); generasi kedua
adalah hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya (egalite); dan
generasi ketiga mencakup hak-hak solidaritas (fraternite).

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Generasi Pertama
•  Generasi pertama ialah yang tergolong dalam hak-hak sipil dan
politik, terutama yang berasal dari teori-teori kaum reformis yang
dikemukakan pada abad ke-17 dan ke-18, yang berkaitan dengan
revolusi-revolusi Inggris, Amerika, dan Perancis.
•  Dipengaruhi filsafat politik individualisme liberal dan doktrin
sosial-ekonomi laissez-faire, generasi ini meletakkan posisi HAM
lebih pada terminologi yang negatif (“bebas dari”) daripada
terminologi yang positif (“hak dari”).
•  Ia lebih menghargai ketiadaan intervensi pemerintah dalam
pencarian martabat manusia. Termasuk dalam kelompok ini
adalah hak-hak sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 2-21
Universal Declaration of Human Rights.
•  Hak-hak ini ternyatakan dalam konstitusi lebih dari 175 negara,
dan mendominasi mayoritas deklarasi internasional dan kovenan-
kovenan yang ditetapkan semenjak Perang Dunia II, yang secara
romantis dipandang sebagai kemenangan individualisme Hobbes
dan Locke terhadap statisme Hegel.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
The Four Freedoms
of Roosevelt
1.  Freedom of speech (positif)
2.  Freedom of religion (positif)
3.  Freedom from fear (negatif)
4.  Freedom from want (negatif)

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Generasi Kedua
•  Generasi kedua ialah yang tergolong dalam hak-hak ekonomi, sosial,
dan budaya, yang berakar secara utama pada tradisi sosialis yang
membayang-bayangi di antara Saint-Simonians pada awal abad ke-19
Perancis dan secara beragam diperkenalkan melalui perjuangan
revolusioner dan gerakan-gerakan kesejahteraan setelah itu.
•  Dalam bagian yang luas, ia merupakan suatu respons terhadap
pelanggaran-pelanggaran dan penyelewengan-penyelewengan dari
perkembangan kapitalis dan yang menggarisbawahinya; tanpa kritik
yang esensial, konsepsi kebebasan individual yang mentoleransi -bahkan
melegitimasi, eksploitasi kelas pekerja dan masyarakat kolonial.
•  Sebagai ilustrasi adalah ketentuan-ketentuan yang dirumuskan dalam
Pasal 22-27 dari Universal Declaration of Human Rights. Karena
terlambatnya kedatangan doktrin Marksis-Komunis dalam hubungan
internasional, internasionalisasi hak-hak ini menjadi agak terlambat
dalam beberapa hal.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Generasi Ketiga (1)
•  Generasi ketiga yang mencakup hak-hak solidaritas (solidarity
rights), merupakan rekonseptualisasi dari kedua generasi HAM
sebelumnya. Ia dapat dipahami dengan cara terbaik sebagai
suatu produk - sekalipun satu masih dalam pembentukan - dari
kebangkitan dan kejatuhan negara-bangsa dalam paruh kedua
dari abad ke-20.
•  Tercantum dalam Pasal 28 Universal Declaration of Human
Rights, ia tampak mencakup enam hak sekaligus. Tiga dari
mereka merefleksikan bangkitnya nasionalisme Dunia Ketiga
dan keinginannya untuk mendistribusikan kembali kekuatan,
kekayaan, dan nilai-nilai lain yang penting.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
Generasi Ketiga (2)
•  Menurut Richard Pierre Claude dan Burns H. Weston, ketiga hak
pertama yang mewakili Dunia Ketiga tersebut adalah sebagai berikut:
(1) the right to political, economic, social, and cultural self-
determination; (2) the right to economic and social-development; and (3)
the right to participate in and benefit from “the common heritage of
mankind” (seperti shared earth-space resources; scientific, technical,
and other information and progress; and cultural traditions, sites, and
monuments).
•  Sedangkan ketiga hak kedua yang dimaksud meliputi: (4) the right to
peace; (5) the right to a healthy and balanced environment; and (6) the
right to humanitarian disaster relief – suggest the impotence or
inefficiency of the nation-state in certain critical respects.
•  Keenam hak tersebut cenderung untuk disebut sebagai hak-hak
kolektif, yang memerlukan usaha bersama dari semua kekuatan
masyarakat untuk mencapainya.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
HAM dalam UU Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (1)
•  Penyusunan UU ini dilatarbelakangi suasana Masa
Reformasi.
•  Dalam Era Orde Baru gagasan untuk membuat UU
ini tidak bisa terwujud, walaupun pada masa-masa
awal Era Orde Baru sempat ada semacam Draft
Piagam HAM yang akan ditetapkan dalam bentuk
Ketetapan MPRS.
•  Sebagian besar pasal-pasalnya memiliki kemiripan
dengan substansi Ketetapan MPR Nomor XVII/MPR/
1998 tentang Hak Asasi Manusia.

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
HAM dalam UU Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (2)
•  Substansi pasal-pasal tersebut kemudian juga termuat
dalam Perubahan Kedua UUD 1945.
•  Beberapa ketentuan atau definisi yang patut
dicermati dalam UU ini meliputi sebagai berikut:
1.  Hak asasi manusia (Pasal 1 angka 1)
2.  Penyiksaan (Pasal 1 angka 4)
3.  Pelanggaran hak asasi manusia (Pasal 1 angka 6)
4.  Asas-asas dasar (khususnya Pasal 2, 3, 4, 5, dan 7)
5.  Hak untuk hidup (Pasal 9)
6.  Hak memperoleh keadilan (Pasal 17, 18, dan 19)

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan
HAM dalam UU Nomor 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia (3)
7.  Kewajiban dasar manusia (Pasal 67, 69, dan 70)
8.  Pembatasan dan Larangan (Pasal 73 dan 74)

Hak Asasi Manusia: Beberapa


Catatan

Anda mungkin juga menyukai