Anda di halaman 1dari 1

STOVIA (School tot Opleiding van Indische Artsen) memiliki peran

penting bagi pergerakan perjuangan bangsa Indonesia.


STOVIA merupakan sekolah untuk pendidikan kedokteran bagi rakyat pribumi pada zaman
Hindia Belanda.Lewat STOVIA muncul tokoh-tokoh pergerakan nasional yang
memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia dari Belanda.Perjuangan yang
dilakukan tidak lagi dengan fisik atau senjata melainkan pemikiran lewat organisasi-
organisasi yang dibentuk.

Berdirinya Budi Utomo itu juga lekat dengan isyarat kebangkitan Indonesia. Hal itu
dijelaskan dalam buku Dari Kebangunan Nasional Sampai Proklamasi Kemerdekaan
karya Ki Hadjar Dewantara.

“Beberapa dan pelbagai perhimpunan, baik yang bersifat kultureel dan sosial, maupun jang
berdasarkan agama, politik dan ekonomi, segera menjusul berdiri di tengah-tengah
masjarakat kita di segenap daerah-daerah tanah air kita,” tulis Ki Hajar Dewantara, yang
juga sempat menuntut ilmu di STOVIA.
Pada 1 Maret 1902, gedung, yang sekarang dialihfungsi sebagai Museum Kebangkitan
Nasional, itu mulai resmi digunakan untuk School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen
(STOVIA). Munculnya STOVIA pun menandai berakhirnya Sekolah Dokter Jawa.
STOVIA merupakan penyempurnaan dari sistem pendidikan kedokteran Sekolah Dokter
Jawa yang didirikan pada 1851 di Rumah Sakit Militer Weltevreeden, sekarang Rumah Sakit
Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto. Hal itu diungkap Ika Yuni Purnama dari Institut
Kesenian Jakarta (IKJ) dalam Jurnal Senirupa Warna tahun 2019.
Pada 5 Juli 1920 secara resmi seluruh kegiatan pendidikan STOVIA dipindahkan ke Salemba,
sedangkan STOVIA lama dipergunakan untuk asrama pelajar. Baru pada 1926, asrama
pelajar pun hijrah ke wilayah Salemba.
Pemerintah kolonial Hindia Belanda kemudian memanfaatkan gedung STOVIA sebagai
tempat pendidikan sekolah Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) yang berarti
pendidikan dasar lebih luas atau setara SMP di masa sekarang.
Pada 20 Mei 1974, Gedung Kebangkitan Nasional diresmikan Presiden Soeharto sebagai
Gedung Kebangkitan Nasional. Pada 27 September 1982 pengelolaan Gedung Kebangkitan
Nasional dialihkan dari Pemerintah DKI Jakarta pada pemerintah pusat, dalam kasus ini
Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.Kemudian, pada 12 Desember 1983, berdasarkan
surat keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.030/0/1984, selain jadi cagar
budaya, gedung ini juga dimanfaatkan sebagai museum untuk melestarikan sejarah
kebudayaan masa lalu. Letak museum itu berada di Jalan Dr Abdul Rahman Saleh, Senen,
Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai