Anda di halaman 1dari 36

GAMBARAN KASUS DIARE AKUT PADA ANAK DI BAWAH

5 TAHUN YANG DI RAWAT INAP DI RSUP DOK 2

JAYAPURA TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH SARJANA


PERIODE 2021/2022

Oleh:

Roni Ronald yogi

20170811014042

PENDIDIKAN DOKTER
UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2022
HALAMAN JUDUL

GAMBARAN KASUS DIARE AKUT PADA ANAK DI BAWAH


5 TAHUN DI RUANG RAWAT INAP RSUD DOK 2
JAYAPURA TAHUN 2021

KARYA TULIS ILMIAH SARJANA

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mencapai gelar sarjana

Kedokteran

Oleh :

Roni Ronald Yogi

20170811014042

Dosen Pembimbing :

1. Lusye Howay S. Psi., M.Si


2. dr. Agnes Supraptiwi, M.kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

UNIVERSITAS CENDERAWASI

JAYAPURA

2022
PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Ronald Ronald Yogi

Nim : 20170811014042

Dengan disaksikan oleh Tim Penguji Penelitian menyatakan bahwa :

1. Dengan ini menyatakan penelitian saya dengan judul Gambaran


Kasus Diare Akut Pada Anak Di Bawah 5 Tahun Di Ruang Rawat
Inap Rsud Dok 2 Jayapura Bulan Januari- Desember 2021 adalah
murni dan benar-benar merupakan hasil penelitian yang berasal dari
ide dan gagasan saya sendiri yang perna diajukan untuk memporoleh
gelar sarjana pada Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih,
dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau gagasan yang
serupa dengan karya ini yang dituagkan secara tertulis sebelumnya
oleh pihak lain, kecuali yang diacu dalam naska ini dan dicantumkan
dalam daftar Pustaka.

2. Penelitian ini merupakan hasil karya penelitian yang saya tulis


dengan dibimbing oleh dosen dari Fakultas Kedokteran Universitas
Cenderawasih. Dengan demikian penelitian ini merupakan karya
intelektual UNCEN oleh karena itu tidak akan dipublikasikan dalam
apapun tanpa seijin Fakultas Keokteran UNCEN.

3. Apabila dikemudian hari terjadi hal-hal yang tidak sesuai dengan isi
pernyataan ini, maka saya bersedia derajat kesarjanaan saya dicabut.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesadar-sesadar dan tanpa paksaan dari
pihak manapun. Atas perhatian dan kerjasamanya disampaikan terima kasi.

Jayapura, ......

Roni Ronald Yogi


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Gambaran
Kasus Diare Akut Pada Anak Di Bawah 5 Tahun Di Ruang Rawat Inap Rsud
Dok 2 Jayapura Bulan Januari- Desember 2021” . Adapun tujuan penelitia ini
adalah untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar sarjana kedokteran di
Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih Jayapura.

Dalam penyusunan ini, penulis juga menyadari bahwa tanpa dukungan dan
bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit bagi penulis untuk menyelesaikan
penelitian ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasi yang sebesar-
besarnya kepada pihak yang telah membantu, memotivasi serta memberi
bimbingan dalam menyusun penelitian ini.

Ucapan terima kasi penulis sampaikan kepada :

1. DR. Ir. Apolo Safanpo, ST., MT,. Selaku Rektor Universitas


Cenderawasih
2. dr. Trajanus Laurens Jembise, Sp. B., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Kedokteran Cenderawasih dan para pembantu Dekan.
3. dr. Renny Sumolong, M.Chilt.Ed selaku Ketua Program Studi Sarjana
Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih.
4. Lusye Howai, S. Psi., M.Si selaku dosen pembimbing I yang dari awal
membantu penulis dalam pemelihan judul serta yang selalu meluangkan
waktu dan dengan kesabaran memberikan bimbingan, arahan, saran da
kritikan dalam penyusunan penelitian ini.
5. dr. Agnes Supraptiwi, M.kes selaku doesen pembimbing II yang selalu
meluangkan waktu dan dengan kesabaran memberikan bimbingan, arahan,
saran, dan kritikan dalam penyusunan penelitian ini.
6. dr. Joel M. Manurung Sp.J selaku dosen wali yang telah membimbing dan
dengan kesabaran memberikan arahan serta bimbingan, arahan serta saran
kepada saya mulai dari ssemestr I samapai dengan sekarang.
7. Panitia ujian KTI dan dosen penguji atas segala kritikan dan saran yang
diberikan untuk penulisan peneltian ini.
8. Seluruh dosen Fakultas Kedokteran Universitas Cenderwasih yang telah
memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama masa pendidikan.
9. Bapak Yan Yogi, Mama Agusta Nawipa, Kakak Kristina Yogi, Kakak
Keni Yogi yang selalu mendokan, dan mendukung meberikan semangat
dan nasehat serata motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan
penetian ini.
10. Seluruh kelaurga besar Yogi Yumago, dan Nawipa yang telah
mendoakan dan memberikan dukungan.
11. Semua teman seperjuangan saya angkatan 16 ( ANT16ENS ) yang selalu
membantu dan selalu menyemangati serta menemani penulis dalam
menyelesaikan peneltian ini.
DAFTAR TABEL
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diare adalah penyakit yang ditandai dengan perubahan konsistensi tinja

(menjadi cair) disertai peningkatan frekuensi defekasi lebih dari biasanya (>3 kali/

hari) disertai perubahan, dengan atau tanpa darah dan atau lendir. Diare dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu diare akut dan diare kronik (Suraatmaja, 2017).

Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan

penderita yang banyak dalam waktu yang singkat. Sampai saat ini penyakit diare

atau juga sering disebut gastroenteritis, masih merupakan masalah kesehatan

utama setiap orang di negara-negara berkembang termasuk masyarakat di

Indonesia, karena kurangnya pemahaman dan penyuluhan tentang penyebab diare.

Melihat kondisi negara Indonesia yang sebagian besar penduduknya masih hidup

di bawah garis kemiskinan, penyakit diare masih menjadi penyakit yang sering

menyerang masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan masyarakat kita yang

masih belum menyadari akan pentingnya sarana air bersih (Nursalam, 2015).

Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF)

menyatakan bahwa penyakit diare sebagai urutan pertama yang menyerang balita

di dunia, nomor 3 pada bayi dan nomor 5 bagi segala umur, WHO dan data

UNICEF menunjukan bahwa 2 juta anak meninggal dunia setiap tahunnya karena

diare (WHO, 2019).


Diare adalah salah satu penyakit yang masih menjadi salah satu masalah

kesehatan masyarakat dinegara-negara berkembang. di Indonesia memiliki angka

morbilitas, morbiditas dan insidenya cenderung meningkat (Raini,2016). Di

Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019 menunjukan

bahwa insiden dan period prevalence diare untuk seluruh kelompok umur adalah

3,8 % dan 8,0 %. Lima Provinsi dengan insiden dan period prevalen diare

tertinggi adalah Papua (7,3% dan 15,7%) 6,53 dan 2,800 juta balita di Papua,

Sulawesi Selatan (6,2% dan 11,2%), Aceh (5,4% dan 9,0%), sulawesi Barat (4,6%

dan 10,3%) dan Sulawesi Tengah (6,4% dan 8,12%).

Dinkes Provinsi Papua tahun 2019 di dapatkan sebanyak 231 kasus diare

yang ada di tiga rumah sakit di Jayapura, sedangkan di Kabupaten Jayapura

sendiri didapatkan jumlah kasus diare sebanyak 156 kasus dan paling terbanyak

pada anak-anak balita yaitu sebanyak 8,12%.

Kejadian diare di Kabupaten Jayapura pada tahun 2016 dengan jumlah

perkirakan kasus 4,972 kasus yang ditangani 3,659 (72,4%), tahun 2017

meningkat sebanyak 4,265 kasus dan tahun 2018 dengan jumlah 4.984 kasus

(4,49%) yang ditangani (Dinas Kesehatan Kabupaten Papua, 2018).

Kejadian diare di provinsi papua selalu meningkat setiap tahun dari 2016

sampai dengan 2019 didapatkan sebanyak (7,3% dan 15,7%) 6,53 dan 2,800 juta

balita di Papua kasus diare, karena kurangnya pemahaman dan penyuluhan

tentang penyebab diare, untuk itu dari Dinkes Provinsi Papua harus sosialisasi

terhadap setiap puskesmas di berbagai kabupaten - kabupaten di Papua untuk

memberikan pemahaman untuk mencegah penyebab diare kepada masyarakat.


1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka didapatkan rumusan

masalah sebagai berikut : Gambaran Diare Akut Pada Anak Di Bawah 5

Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap Rsud Dok 2 Jayapura tahun 2022

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada

Anak Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap Rsud Dok 2 Jayapura

Tahun 2021 ?

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan jenis kelamin.

2. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan umur.

3. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan derajat

dehidrasi.

4. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 TahunYang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan status gizi.

5. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan penyebab diare

akut balita.
6. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan penyakit

penyerta diare akut balita.

7. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan jenis terapi yang

digunakan.

8. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan durasi terjadinya

diare akut balita.

9. Untuk mengetahui bagaimana Gambaran Kasus Diare Akut Pada Anak

Usia 5 Tahun Yang Di Ruang Rawat Inap berdasarkan lama perawatan.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Institusi Kesehatan

Dengan penelitian gambaran kasus diare pada anak usia di

bawah 5 tahun yang dirawat inap di RSU Dok 2 Jayapura tahun

2021 diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi bagi

Dinas Kesehatan Kota Jayapura dalam menerapkan berbagai

kebijakan untuk mencapai Indonesia Sehat 2021-2022

1.4.2 Bagi RSU Dok 2 Jayapura

Merupakan informasi bagi RSU Dok 2 Jayapura agar dapat

menerapkan kebijakan-kebijakan dan menerapkan program

penanggulangan serta pencegahan diare pada balita yang dirawat di


RSU Dok 2 Jayapura
1.4.3 Bagi Pemerintah

Dengan adanya data gambaran kasus diare diharapkan

pemeritah akan menerapkan program-program penanganan

dan pencegahan diare yang dapat membantu mengurangi

angka kejadian diare di masyarakat.

1.4.4 Bagi Masyarakat


Dengan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat

mengetahui angka kejadian diare dan lebih memahami

bahaya dari diare sehingga dapat melakukan pencegahan.

1.4.5 Bagi Peneliti

Merupakan pengalaman berharga bagi peneliti dalam

rangka menambah wawasan dan pengetahuan serta

pengembangan diri khususya dalam bidang penelitian.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Diare adalah buang air besar ( defekasi ) dengan tinja berbentuk cair atau

setengan cair ( setengan padat). kandungan air tinja lebih banyak dari biasanya

lebih dari 200 gram atau 200 ml/24 jam. definisi lain memakai kriteria. Frekuensi,

yaitu buang air besar encer lebih dari 3 kali per hari. buang air besar encer

tersebut dapat/tanpa disertai lendir dan darah.

Diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 15 hari. Sedangkan

menurut World Gatroenterobalogy Organisation global guideline 2005, diare

akut didefinisikan sebagai pasase tinja yang cair/lembek dengan jumlah lebih

banyak dari normal, berlangsung kurang 14 hari.

Diare kronik adalah diare yang berlangsung dari 25 hari. Sebernanya para

Pakar di dunia telah mengajukan beberapa kriteria mengenai batasan kronik pada

kasus diare tersebut ada yang 15 hari, 3 mingggu, 1 bulan dan 3 bulan, tetapi di

indonesia dipilih waktu lebih 15 hari dan 3 bulan, tetapi di indonesia dipilih waktu

lebih 15 hari agar dokter tidak lengah, dapat cepat menginvestasikan penyebab

diare dengan lebih cepat.

Diare persisten merupakan istila yang diapakai di luar negeri yang

menyatakan diare yang berlangsung 15-30 hari yang merupakan kelanjutan dari

diare akut ( peralihan antara diare akut dan kronik, dimana lama diare kronik yang

dianut yaitu yang berlangsung lebih dari 30 hari ).


Diare infeksi adalah bila penyebab infeksi, sedangkan diare non infeksi

bila tidak ditemukan infeksi, sedangkan diare non infeksi bila tidak ditemukan

infeksi sebagai penyebab pada kasus tersebut.

Diare organik adalah bila di temukan penyebab anatomik, bakteriologi,

hormoral atas toksikologik, Diare fungsional bila tidak dapat ditemukan penyebab

organik.

2.2. Klasifikasi

Menurut Depkes RI (2010) dalam Umiati (2017), jenis diare dibagi

menjadi empat yaitu:

1. Diare akut, yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari (umumnya

kurang dari 7 hari). Akibat diare akut adalah dehidrasi, sedangkan

dehidrasi merupakan penyebab utama kematian bagi penderita diare.

2. Disentri, yaitu diare yang disertai darah dalam tinjanya. Akibat disentri

adalah anoreksia, penurunan berat badan dengan cepat, kemungkinan

terjadinya komplikasi pada mukosa.

3. Diare persisten, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari secara

terus menerus. Akibat diare peristen adalah penurunan berat badan dan

gangguametabolisme.

4. Diare dengan masalah lain , yaitu anak yang menderita diare (diare akut

dan diare peristen), mungkin juga disertai dengan penyakit lain, seperti

demam, gangguan gizi atau penyakit lainnya.


2.3. Etiologi

Diare akut disebabkan oleh banyak penyebab antara lain infeksi ( bakteri,

virus, parasit ), keracunan makanan, efek obat-obatan dan laiin-lain.

Menurut World Gastroenterology Organisation global guidelines 2005, Etiologi

diare akut dibagi atas empat penyebab:bakteri,virus,parasit dan non-infeksi.

Infeksi

1. Enteral
a) Bakteri : shigela sp, E,coli patogen, salmonella sp, vibrio cholera,

yersina enterocolytica, campylobacter jejuni, v.parahaemoliticus,

V.NAG, Staphylococcus aureus, Streptococcus, klebsiella,

Pseudomonas, Aeromonas, Proteus dll.

b) Virus : Rotavirus, Adenovirus, Norwalk virus, Giardia lamblia,

Cryptosporidium parvum, Balantidium coli.

c) Worm : A.lumbricoldes, Cacing tambang, Trichuris trichiura, S.

Stercoralis, cestodisis dll.

d) Fungus : Kamdida/monilasis.

2. Parenteral : Otitis media akut ( OMA ), pneumonia, Traveler’s

diarrhea: E.coli, Giatdia lamblia, shigella, Entamoeba histolytica dll.

makanan :

a) Intoksikasi makanan: Makanan beracun atau mengandung logam

berat, Makanan mengandung bakteri/toksin: Clostridium

perfringens, B.cereus S.aureus, Streptococus anhaemo lyticus dll.

b) Alergi: susu sapi, makanan tertentu


c) Malabsorpsi / maldigesti : karbohidrat: monosakarida

( glukosa,laktosa,galaktosa ),disakarida ( sakrosa,laktosa) lemak:

rantai panjang trigliserida protein: asam amino tertentu,

celliacsprue glueten malabsorption, protein intolerance, cows ,ilk,

vitamin & mineral

Imonodefisiensi : hipogamaglobulinemia, panhipogama globulinemia (bruton),

penyakit granulomatose kronik, defisiensi IgA, imunodefisiensi IgA

heavyvcombination.

Terapi obat antibiotik, kemoterapi, antasid dll.

Tindakan tertentu seperti gastrektomi, gastroenterostomi dosis tinggi terapi

radiasi.

Lain- lain : sindrom zollinger Ellison, neuropati autonomik ( neuropati diabetik).

ETIOLOGI Frekuensi (%)

E.coli 38,29

Vibrio cholerae Ogawa 18.29

Aeromonas sp 14,29

Shigella flexneri 6,29

Salmonela sp 5,71

Entamoeba histolytica 5,14


Ascaris lumbricoides 3,43

Rotavirus 2,86

Candida sp 1,71

Vibrio NAG 1,14

Trichuris trichiura 1.14

Plesiomonas shigelloides 0,57

Ancylostoma duodenalis 0,57

Blastocystis horminis 0,57

Tabel 1.1 Etiologi diare Akut


2.4 Patofisiologi

Diare dapat disebabkan oleh satu atau lebih patofisiologi / patomekanisme

sebagai berikut 1).Osmolaritas intraluminal yang meninggi, disebut diare osmotik;

2). Sekresi cairan dan elektrolit meninggi, disebut diare sekretorik; 3).

Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak; 4). Defek sistem pertukaran

anion/transport elektrolit aktif dienterosit; 5). Motilitas dan waktu transit usus

abnormal; 6).Gangguan permeabilitas usus; 7). Inflamasi dinding usus, disebut

diare inflamatorik; 8). Infeksi dinding usus disebut diare infeksi.

Diare osmotik: diare tipe ini disebabkan meningkatkan tekanan osmotik

intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obat-obat/zat kimia yang
hiperosmotik (a.i.MgSO4,Mg(OH)2, malabsorpsi umum dan defek dalam absorpsi

mukosa usus misalnya pada defisiensi disaridasi, malabsorpsi glukosa/galaktosa.

Diare sekretokrik: diare tipe ini disebabkan oleh meningkatkan sekresi air

dan elektrolit dari usus, menurunnya absorpsi. Yang khas pada diare ini yaitu

secara klinis ditemukan diare dengan volume tinja yang banyak sekali diare tipe

ini akan tetap berlangsung walaupun dilakukan puasa makan/minum. Penyebab

dari diare tipe ini antara lain karena efek enterotoksin pada infeksi Vibrio

checlerae atau Esherichia,yang menghasilkan hormon (VAPoma), reseksi ileum

(gangguan absopsi garam empedu), dan efek obat laktasi dan efek obat laksatif

dioctyl sodum sulfosuksinat dll).

Malabsorbsi asam empedu, malabsorbsi lemak: diare tipe ini didapatkan

pada gangguan pembentukan/ produksi micelle empedu dan penyakit-penyakit

saluran billier dan hati.

Defek sistem pertukaran anion/transpor elektrolit aktif di enterosit; diare

tipe ini disebabkan adanya hambatan mekanisme transport aktif Na+k+ ATP ase

di enterosit dan absorspsi Na+ dan air yang abnormal.

Motalitas dan waktu transit usus abnormal; diare tipe ini disebabkan

hipermotilitas dan iregularitas motilitas usus sehingga menyebabkan absorpsi

yang abnormal di usus halus, penyebab gangguan motilitas antara lain; diabetes

meletus, pasca vagotomi, hipertiroid.

Gangguan permeabilitas usus; diare tipe ini disebabkan adanya kelainan

morfologi membran epitel spesifik pada usus halus.


Inflamasi dinding usus ( diare inflamatorik); diare tipe ini disebabkan

adanya kerusakan mukosa usus karena proses inflamasi, sehingga terjadi produksi

mukus yang berelebihan dan eksudasi air dan elektrolit kedalam lumen, gangguan

absorpsi infeksi (kotilitis ulseratif dan penyakit Crohn).

Diare infeksi: infeksi oleh bakteri merupakan penyebab tersering dari

diare. Dari sudut kelainan usus, diare oleh bakteri dibagi atas non-invasif (tidak

nerusak mukosa) dan invasif (merusak mukosa), bakteri non-invasif menyebabkan

diare karena toksin yang disekresikan oleh bakteri tersebut, yang disebut diare

toksigenik. Contoh diare toksigenik a.l. kolera (Eltor). Enterotoksin yang

dihasilkan kuman Vibrio cholare/eltor merupakan protein yang dapat menempel

pada epitel usus, yang lalu membentuk adenosin monofosfat siklik ( AMF siklik )

di dinding usus dan menyebabkan sekresi aktif anoin klorida yang diikuti air, ion

bikarbonat dan kation yang diikuti air, ion bikarbonat dan kation natrium dan

kalium. Mekanisme absorbsi ion natrium melalui mekanisme pompa natrium tidak

terganggu karena itu keluarnya ion klorida (diikuti ion bikarbonat, air natrium, ion

kalium) dapat dikompensasi oleh meninggikan absorpsi natrium (diiringi oleh

air,ion kalium dan ion bikarbonat, klorida). Kompresi ini dapat dicapai dengan

pemberian larutan glukosa yang diabsorpsi secara aktif oleh dinding sel usus.

2.5 Patogenesis

Yang berperan pada terjadinya diare akut terutama karena infeksi yaitu faktor

kausal (agent) dan faktor pejamu (host). Faktor pejamu adalah kemampuan tubuh

untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat menimbulkan diare

akut, terdiri dari faktor-faktor daya tangkis atau lingkungan internal saluran cerna
antara lain; keasaman lambung, motilitas usus, imunitas dan juga lingkungan

mikroflora usus. Faktor kausal yaitu daya penetrasi yang dapat merusak sel

mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi cairan

usus halus serta daya lekat kuman. Patogenesis diare karena infeksi

bakteri/parasit terdiri atas :

2.5.1 Diare Karena Bakteri Non-Invasif (Enterokosigenik )

Bakteri yang tidak merusak mukosa misal V.cholerae Eltor, Enterotoxigenik

E.coli dan C. Perfringens.c V.Cholerae eltor mengeluarkan toksin yang terikat

pada mukosa usus halus 15-30 menit sesuda diproduksi vibrio. Enterotoksin ini

menyebabkan kegiatan berlebihan nikotinamid adenin dinikleotid pada dinding sel

usus, sehingga meningkatkan kadar adenosin 3,5-sklik monofosfat (siklik AMP)

dalam sel yang menyebabkan sekresi aktif anion klorida kedalam lumen usus yang

diikuti oleh air,ion bikarbonat, kation natrium dan kalium.

2.5.2 Diare Karena Bakteri/Parasit Invasif ( Enterovasif )

Bakteri yang merusak (invasif) antara lain Enroinvasive E.coli ( EIEC ),

Salmonella, Yersinia, C.perfringens tipe C. Diare disebabkan oleh kerusakan

dinding usus barupa nekrosis dan ultserasi. Sifat diarenya skretorik eksudatif.

Cairan diare dapat tercampur lendir dan darah. Walau demikian infeksi kuman –

kuman ini dapat juga bermanifestasi sebagai diare koleriformis. Kuman

salmonella yang sering menyebabkan diare yaitu S.paratyphy,B Styhimurium, S

enterriditis, S choleraesuis. Penyebab parasit yang sering yaitu E.histolitika dan

G.lamblia.
2.6. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan


pemeriksaan penunjang.

2.6.1 Anamnesis

Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik bergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15
hari. Diare karena nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan ( ras ).

Dehidrasi dapat timbul jika berat dan asupan oral terbatas karena nausea dan
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia, Dehidrasi bermanifestasi
sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil
dengan warna urine gelap, tidak mampu berkeringat, dan perubahan
ostostik. Pada keadaan berat, dapat mengarah ke gagal ginjal akut dan
perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.

Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi atas 3 tingkatan:

1. Dehidrasi Ringan ( hilangnya cairan 2-5% BB) : gambaran klinisnya


turgor kurang, suara serak (vox cholerica) pasien belum jatuh dalam
presyok.
2. Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8%BB) : turgor buruk, suara serak,
pasien jatuh dalam presyok atau syok, nadi cepat napas cepat dan
dalam.
3. Dehidrasi Berat (hilang cairan 8-10% BB) : tanda dehidrasi sedang
ditambah kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot- otot kaku,
sianosis.

2.6.2 Pemeriksaan Fisis

Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisis sangat


berguna dalam menentukan beratnya diare daripada menentukan penyebab
diare. Status valume dinilai dengan memperhatikan perubahan ortostik pada
tekanan darah dan nadi, temperatur tubuh dan tanda toksisitas. Pemeriksaan
abdomen yang seksama merupakan hal yang penting. Adanya dan kualitas
bunyi usus dan adanya atau tidak adanya distensi abdomen dan nyeri tekan
merupakan “clue” bagi penentuan etiologi.

2.6.3 Pemeriksaan Penunjang

Pada pasien yang mengalami dehidrasi atau toksisitas berat atau diare

berlangsung lebih dari beberapa hari diperlukan dilakukannya beberapa

pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan tersebut antara lain adalah

pemeriksaan darah tepi lengkap (hemoglobin, hemotokrit, leukosit, hitung

jenis leukosit) kadar elektrolit serum, ureum dan kreatin, pemeriksaan tinja

dan pemeriksaan Enzym-linked immunosorbent Assay ( ELISA) mendeteksi

giardiast dan test serologi amebiasis, dan foto x-ray abdomen. Pasien yang

telah mendapatkan pengobatan antibiotik dalam 3 bulan sebelumnya atau

yang mengalami diare dirumah sakit sebaiknya diperiksa tinja untuk

pengukuran toksin clostridium difficile. Rektoskop atau sigmoidoskopi perlu

dipertimbangkan pada pasien – pasien yang toksik, pasien dengan diare

berdarah, atau pasien dengan diare akut persisiten sedangkan pada pasien

AIDS yang mengalami diare, kolonoskopi dipertimbangkan karena

kemungkinan penyenbab infeksi atau limfoma didaera kolona kanan.

2.6.4 Pemeriksaan Laboratirium

1. Pemeriksaan Tinja

makroskopis dan mikroskopis pH dan kadar gula dalam tinja dengan

kertas lakmus dan tablet clistest, bila di duga terdapat intoleransi gula.

2. Pemeriksaan Gangguan Kesembangan Asam Basa Dalam Darah


Dengan menentukan pH dan cadangan alkali atau lebih tepat lagi

dengan pemeriksaan analisa gas darah menurut ASTRUP ( bila

memungkinkan).

3. Pemeriksaan kadar ureum dan keratinin untuk mengetahui faal ginjal.

4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar natrium,

kalium dan fosfor dalam serum (terutama pada penderita diare yang

disertai dengan kejang.

5. Pemeriksaan intubasi duadenum.

untuk mengetahui jenis jasad renik atau parasit secara kualitatif dan

kuantitatif terutama dilakukan pada penderita diare kronik.

2.7 Penatalaksanaan

WHO merekomendasikan lima tatalaksana utama diare yang disebut lintas

penatalaksanaan diare (rehidrasi, suplement zinc, nutrisi, antibiotic selektif, dan

edukasi orangtua/pengasuh. Rehidrasi yang adekuat Oral Rehydration Therapy

(ORT) Pemberian cairan pada kondisi tanpa dehidrasii adalah pemberian larutan

oralit dengan osmolaritas rendah. Oralit untuk pasien diare tanpa dehidrasi

diberikan sebanyak 10 ml/kgbb tiap BAB. Rehidrasi pada pasien diare akut

dengan dehidrasi ringan-sedang dapat diberikan sesuai dengan berat badan

penderita. Volume oralit yang disarankan adalah sebanyak 75 ml/KgBB. Buang

Air Besar (BAB)berikutnya diberikan oralit sebanyak 10 ml/KgBB. Pada bayi

yang masih mengkonsumsi Air Susu Ibu (ASI), ASI dapat diberikan..

2.7.1 Parenteral
Selanjutnya kasus diare dengan dehidrasi berat dengan atau tanpa tanda-

tanda syok, diperlukan rehidrasii tambahan dengan cairan parenteral. Bayii

dengan usia <12 bulan diberikan ringer laktat (RL) sebanyak 30 ml/KgBB selama

satu jam, dapat diulang bila denyut nadi masih terasa lemah. Apabila denyut nadi

teraba adekuat, maka ringer laktat dilanjutkan sebanyak 70 ml/KgBB dalam lima

jam. Anak berusia >1 tahun dengan dehidrasi berat, dapat diberikan ringer laktat

(RL) sebanyak 30 ml/KgBB selama setengah sampai satu jam. Jika nadii teraba

lemah maupun tidak teraba, langkah pertama dapat diulang. Apabila nadi sudah

kembali kuat, dapat dilanjutkan dengan memberikan ringer laktat (RL) sebanyak

70 ml/KgBB selama dua setengah hingga tiga jam. Penilaian dilakukan tiap satu

hingga dua jam. Apanbila status rehidrasii belum dapat dicapai, jumlah cairan

intravena dapat ditingkatkan. Oralit diberikan sebanyak 5 ml/KgBB/jam jika

pasien sudah dapat mengkonsumsi langsung. Bayi dilakukan evaluasi pada enam

jam berikutnya, sementara usia anak-anak dapat dievaluasii tiga jam berikutnya.

2.7.2 Suplement Zinc

Suplement zinc digunakan untuk mengurangii durasi diare, menurunkan

risiko keparahan penyakit, dan mengurangii episode diare. Pengunaan

mikronutrien untuk penatalaksanaan diare akut didasarkan pada efek yang

diharapkan terjadi pada fungsi imun, struktur, dan fungsi saluran cerna utamanya

dalam proses perbaikan epitel sel seluran cerna. Secara ilmiah zinc terbukti dapat

menurunkan jumlah buang air besar (BAB) dan volume tinja dan mengurangi

risiko dehidrasi. Zinc berperan penting dalam pertumbuhan jumlah sel dan

imunitas. Pemberian zinc selama 10-14 hari dapat mengurangi durasi dan
keparahan diare. Selain itu, zinc dapat mencegah terjadinya diare kembali.

Meskipun diare telah sembuh, zinc tetap dapat diberikan dengan dosis 10 mg/hari

(usia < 6 bulan) dan 20 mg /hari (usia > 6 bulan).

2.7.3.Nutrisi Adekuat

Pemberian air susu ibu (ASI) dan makanan yang sama saat anak sehat

diberikan guna mencegah penurunan berat badan dan digunakan untuk

menggantikan nutrisi yang hilang. Apabila terdapat perbaikan nafsu makan, dapat

dikatakan bahwa anak sedang dalam fase kesembuhan. Pasien tidak perlu untuk

puasa, makanan dapat diberikan sedikit demi sedikit namun jumlah pemerian

lebih sering (>6 kali/hari) dan rendah serat. Makanan sesuai gizi seimbang dan

atau ASI dapat diberikan sesegera mungkin apabila pasien sudah mengalami

perbaikan. Pemberian nutrisi ini dapat mencegah terjadinya gangguan gizii,

menstimulasii perbaikan usus, dan mengurangii derajat penyakit.

2.7.4 Antibiotik Selektif

Pemberian antibiotik dilakukan terhadap kondisi- kondisi seperti:

 Patogen sumber merupakan kelompok bakteria

 Diare berlangsung sangat lama (>10 hari) dengan kecurigaan

Enteropathogenic E coli

sebagai penyebab.

 Apabila patogen dicurigai adalah Enteroinvasive E coli.

 Agen penyebab adalah Yersinia ditambah penderita memiliki

tambahan diagnosis berupa penyakit sickle cell.


 Infeksii Salmonella pada anak usia yang sangat muda, terjadi

peningkatan temperatur tubuh (>37,5 C) atau ditemukan kultur

darah positif bakteri.

2.7.5 Edukasi Orang Tua

Orangtua diharapkan dapat memeriksa anak dengan diare di puskesmas

atau dokter keluarga bila didapatkan gejala seperti: demam, tinja berdarah, makan

dan atau minum sedikit, terlihat sangat kehausa, intensitas dan frekuensi diare

semakin sering, dan atau belum terjadi perbaikan dalam tiga hari. Orang tua

maupun pengasuh diberikan informasi mengenai cara menyiapkan oralit disertai

langkah promosi dan preventif yang sesuai dengan lintas diare. Pemberian obat-

obatan seperti antiemetik, antimotilitas, dan antidiare kurang bermanfaat dan

kemungkinan dapat menyebabkan komplikasi. Bayi dengan usia kurang dari tiga

bulan, tidak dianjurkan untuk menerima obat jenis antispasmolitik maupun

antisekretorik. Obat pengeras feses juga dikatakan tidak bermanfaat sehingga

obat-obatan tersebut juga tidak perlu diberikan. Efek samping berupa sedasi atau

anoreksia dapat menurunkan presentasi keberhasilan terapi rehidrasi oral.

Penanganan diare nerikutnya adalah dengan pemberian probiotik dan prebiotik.

Probiotik adalah organisme hidup dengan dosis yang efektif untuk menangani

diare akut pada anak. Probiotik yang dapat digunakan dalam penanganan diare

oleh Rotavirus pada anak-anak adalah Lactobacillus GG, Sacharomyces boulardii,

dan Lactobacillus reuterii. Probiotik memberikan manfaat untuk mengurangi

durasi diare. Probiotik efektif untuk mengurangi durasi diare oleh virus namun

kurang efektif untuk mengurangii durasii diare yang disebabkan oleh bakteria
(Guandalini). Mekanisme probiotik sebagai tata laksana penangann diare adalah

melaluii produksi substansi antimicrobial, modifikasii dan toksin, mencegah

penempelan patogen pada saluran cerna, dan menstimulasi sistem imun.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan

retrospektif dan menggunakan data sekunder (rekam medis) untuk mengetahui

gambaran kasus diare akut pada anak usia di bawah 5 tahun yang dirawat inap

Dok 2 Jayapura Bulan Januari – Desember 2021.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah RSU Dok 2 Jayapura dan

dilaksanakan pada tahun 2021.

3.3 Populasi dan sampel penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah anak usia 0-60 bulan yang

terdiagnosis diare akut dan dirawat inap di RSU Dok 2 Jayapura pada tahun 2021.

Sampel dalam penelitian ini adalah anak usia 0-69 bulan yang dirawat inap di

RSU Dok 2 Jayapura tahun 2021 dengan diagnosa diare. Sampel merupakan

bagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili

seluruh populasi (Notoadmojo, 2010).

3.3 Kriteria Sampel

a. Kriteria Inkulsi

Rekam medis pasien anak usia 0-60 bulan yang menderita diare dirawat inap

di RSU Dok 2 Jayapura dari tanggal 1 Januari – 31 Desember 2021.


b. Kriteria Ekslusi

 Rekam medis dari tanggal 1 Januari – 31 Desember 2015 yang

memiliki informasi tidak lengkap.

 -Pasien anak balita dengan diare yang disertai penyakit lain (BAB

berdarah, ensefalitis, pneumonia, kejang)

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Cara
No. Variabel Definisi Operasional pengukura Skala
n
1 Diare yang berlangsung tidak

lebih dari 14 hari sejak hari

Diar pertama diare muncul (Iskandar,


e
W.J., et al.,
akut
2021).

2 Responden yang berusia 0-60 a. 0-6 bulan


b. 7-12 bulan
bulan yang dinyatakan sebagai
c. 13-24 bulan
pasien diare dengan pembagian d. 25-60 bulan Skala
Usia nomina
rentang usia dari penelitian
l
yang dilakukan

oleh Iskandar, et al.,tahun 2021

3. Jenis kelamin responden yaitu a. Laki-laki


b. Perempuan
laki- laki dan perempuan yang

Jenis mengalami diare dan dirawat Skala


kelami inap di RSU Dok 2 Jayapura. nomina
n l

4. Responden yang dirawat inap a. Tanpa


di RSU Dok 2 Jayapura yang dehidra
diklasifikasi berdasarkan si
Derajat Skala
pembagian derajat dehidrasi b. Dehidra
dehidras nomina
dari IDAI tahun 2009 si
i l
sedang

c. Dehidrasi
Berat
5 Status gizi responden saat diare a. Gizi buruk
b. Gizi
yang dirawat inap di RSU Dok 2
kurang
Status Jayapura berdasarkan berat c. Gizi baik Skala
gizi d. Gizi lebih nomina
badan menurut umur menurut
l
klasifikasi dari Kemenkes tahun

2010

Tabel 4.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional


3.5 Alat dan Cara Pengambilan Data

Alat yang digunakan dalam penelitian adalah lembar pengumpul data dan rekam medis

yang meliputi umur, jenis kelamin, derajat dehidrasi, lama rawat inap, dan status nutrisi pasien.

Bahan penelitian yang digunakan adalah rekam medis di bangsal anak RSU Dok Jayapura dari

tanggal 1 Januari – 31 Desember 2021.

3.6 Prosedur Penelitian

Data yang diperoleh, dikumpulkan, diolah, dan dianalisa secara deskriptif dengan menggunakan

program statistik. Pengolahan data dilakukan dengan tiga tahap yaitu:

 Editing atau Pemeriksaan Data

Pengecekan lembar observasi untuk kelengkapan data sehingga apabila terdapat


ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti

 Coding atau Pemberian Kode

Merubah data huruf menjadi data berbentuk bilangan untuk memudahkan analisis

data

 Processing

Kegiatan memproses data yang didapat dari lembar observasi kemudian

dianalisis dengan cara memasukkan data tersebut ke program komputer.

 Cleanning

Pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau

tidak.

3.7 Analisis Data

Data dari rekam medis akan diinput ke dalam SPSS versi 20. Data dianalisis

secara deskriptif dengan melihat persentase terhadap masing-masing variabel. Data

kemudian disajikan dalam bentuk tabel atau grafik.


DAFTAR PUSTAKA

Alambo, K.A., 2015. The Prevalence of Diarrheal Disease in under Five Children

and associated Risk Factors in. ABC Research Alert, 3(2), pp.12–22.

Amugsi, D.A. et al., 2015. Socio-demographic and environmental determinants of

infectious disease morbidity in children under 5 years in Ghana. Global

Health Action, 8(1), pp.1–11. Available at:

https://www.scopus.com/inward/record.uri?eid=2-s2.0-

84949685979&partnerID=40&md5=911d68b7c080a1b5dec790b40ea7193c.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Laporan Nasional Riset Kesehatan Dasar tahun 2010. Jakarta: Depkes;

2010.

Brandt, K.G., de Castro Antunes, M.M. & da Silva, G.A.P., 2015. Acute diarrhea:

Evidence-based management. Jornal de Pediatria, 91(6), pp.S36–S43.

Available at: http://dx.doi.org/10.1016/j.jped.2015.06.002.

Cooke, M.L., 2010. Causes and management of diarrhoea in children in a clinical

setting. South African Journal of Clinical Nutrition, 23(1 SUPPL.), pp.S42–

S46. Available at: http://www.scopus.com/inward/record.url?eid=2-s2.0-

77958017057&partnerID=40&md5=d58c79a99de5abbf85880ccb4de8e569.

Dicker, R.C., 2006. Principles of Epidemiology in Public Health Practice.

Farthing, M., et al., 2013. Acute diarrhea in adults and children: A global

perspective. World Gastroenterology Organisation Global Guidelines. J Clin

Gastroenterol. 47(1): 12-20.


Gupta, A. et al., 2015. Risk correlates of diarrhea in children under 5

years of age in slums of Bankura, West Bengal. Journal of Global

Infectious Diseases, 7(1), p.23. Available at:

http://www.jgid.org/text.asp?2015/7/1/23/150887.

Hung, B.V., et al., 2006. The most comment causes of and risk factors

for diarrhea among children less than five years of age admitted to

Dong Anh Hospital, Ha Noi. , (May), p.92.

Ishii, K. et al., 2015. Gender and grade differences in objectively

measured physical activity and sedentary behavior patterns among

Japanese children and adolescents: a cross-sectional study. BMC

public health, 15(1), p.1254. Available at:

http://ovidsp.ovid.com/ovidweb.cgi?
T=JS&PAGE=reference&D=prem&NE

WS=N&AN=26679503

Iskandar, W.J., et al., 2015. Risk of nutritional status on diarrhea

among under five children. Paediatr Indones, 55 (4). Available

at: https://paediatricaindonesiana.org/index.php/paediatrica-

indonesiana/article/viewFile/34/14

Iskandar, W.J., 2015. Manifestasi Klinis Diare Akut pada Anak di RSU

Provinsi NTB Mataram serta Korelasinya dengan Derajat


Dehidrasi. , 42(8), pp.567– 570.

Juffrie, M., et al., 2012. Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi. 3rd ed.

Jakarta: IDAI

Juffrie, M., et al., 2009. Modul Diare. 1st ed. Jakarta: IDAI.

Anda mungkin juga menyukai