Anda di halaman 1dari 14

Universitas Pamulang Akuntansi S-1

PERTEMUAN 2
JENIS-JENIS MODAL KERJA

A. CAPAIAN PEMBELAJARAN

Setelah menyelesaikan materi ini, mahasiswa mampu menentukan total


modal kerja potensial serta menganalisis kebijakan modal kerja yang tepat untuk
digunakan oleh perusahaan.

B. URAIAN MATERI

1. Definisi Modal Kerja

Definisi modal menurut Ludge, “hanyalah dalam artian uang (geldkapital)”.


Schwiedland menyatakan bahwa, modal memiliki definisi yang lebih luas,
“dimana modal itu meliputi modal dalam bentuk uang (geldkapital) maupun dalam
bentuk barang (sachkapital), seperti mesin, barang-barang dagang”. Menurut
Jumingan, “modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka
pendek”. Munawir pun menyatakan, “modal kerja merupakan investasi modal
perusahaan dalam aktiva lancar yang harus selalu ada untuk membiayai operasi
perusahaan sehari-hari”. Sedangkan menurut Djarwanto, ada dua pengertian
modal kerja yang biasa dikenal. Kedua pengertian itu ialah:

a. Djarwanto, “modal kerja adalah kelebihan aktiva lancar terhadap utang jangka
pendek. Kelebihan ini disebut modal kerja bersih (net working capital).
Kelebihan ini merupakan jumlah aktiva lancar berasal dari utang jangka
panjang dan modal sendiri. Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan
kemungkinan tersedianya aktiva lancar yang lebih besar daripada utang
jangka pendek dan menunjukkan tingkat keamanan bagi kreditur jangka
pendek serta menjamin kelangsungan usaha dimasa mendatang”.
b. Djarwanto, “modal kerja adalah jumlah dari aktiva lancar. Jumlah ini
merupakan modal kerja bruto (gross working capital). Definisi ini bersifat
kuantitatif karena menunjukkan jumlah dana yang digunakan untuk maksud-
maksud operasi jangka pendek. Waktu tersedianya modal kerja akan

Manajemen Keuangan 14
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

tergantung pada macam dan tingkat likuiditas dari unsur–unsur aktiva lancar
misalnya seperti kas, surat berharga, piutang, dan persediaan.”

Kasmir berpendapat bahwa, “modal kerja diartikan sebagai investasi yang


ditanamkan dalam aktiva lancar atau aktiva jangka pendek, seperti kas, bank,
surat-surat berharga, piutang, sediaan dan aktiva lancar lainnya”. Modal kerja
pada perusahaan adalah penanaman modal bagi entitas pada bentuk kas,
piutang, persediaan dan surat berharga jangka pendek yang dikurangi dengan
utang lancar yang akan berotasi dalam satu jangka waktu dengan harapan dapat
kembali pada satu jangka waktu tertentu. Modal kerja memliki peranan untuk
menyanggah aktivitas operasional entitas. Jika entitas tidak memiliki modal kerja,
aktivitas entitas tersebut pun tak bisa dilakukan secara normal.

Ada pula yang memberikan pandangan bahwa modal kerja ialah anggaran
keuangan yang dibutuhkan oleh entitas guna mencukupi kepentingan kegiatan
operasi yang dibutuhkan entitas untuk kegiatan hariannya. Masa perputaran
modal kerja (semenjak kas ditempatkan di dalam unsur modal hingga menjadi
kas) menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan dalam menggunakan modal kerja
tersebut. Ketika akan mencukupi keperluan atas modal kerja, maka manajer
keuangan perlu memperhatikan sumber dana perusahaan.

2. Konsep Modal Kerja

Terdapat tiga konsep modal kerja yang terdiri dari:

a. Konsep kuantitatif (gross working capital)

Konsep berikut mencakup seluruh unsur aktiva lancar. Konsep ini


dikenal juga sebagai modal kerja bruto dikarenakan lebih mengutamakan nilai
atau besaran anggaran secara kuantitatif yang terdapat pada asset yang
rotasinya kurang daripada setahun, tanpa memperhatikan kewajiban jangka
panjang ataupun jangka pendeknya. Menurut konsep ini, kelangsungan
operasi perusahaan tidak bergantung pada modal yang besar sehingga tidak
dapat mencerminkan likuiditas suatu perusahaan.

b. Konsep kualitatif

Konsep ini mencakup perbedaan di antara asset lancarnya dengan


hutang lancarnya. Modal kerja bukan hanya bagian dari elemen aktiva lancar,
tetapi juga perlu memperhatikan kewajiban yang harus segera dibayar.

Manajemen Keuangan 15
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Dengan ini, pembayaran hutang yang jatuh tempo pun tidak mengganggu
dana operasional perusahaan.

c. Konsep fungsional

Konsep berikut menyatakan anggaran yang digunakan entitas ketika


menghasilkan keuntungan saat ini yang selaras dengan maksud entitas dalam
satu jangka waktu tertentu. Menurut konsep ini, yang dapat disebut sebagai
modal kerja adalah kas, piutang dagang sebesar harga pokoknya, persediaan,
serta aktiva tetap sebesar penyusutan periode tersebut.

Selain itu, surat berharga dan margin laba piutang juga termasuk ke
dalam modal kerja potensial yang dapat menjadi modal kerja ketika sudah
dilakukan penjualan. Contohnya adalah seperti di bawah ini :

Aktiva Lancar :

Kas Rp 15.000.000

Efek Rp 50.000.000

Piutang Dagang Rp 75.000.000

Persediaan Barang Rp 120.000.000 +

Total Aktiva Lancar Rp 260.000.000

Aktiva Tetap :

Tanah Rp 150.000.000

Bangunan dan Gedung Rp 300.000.000

Mesin Rp 250.000.000 +

Total Aktiva Tetap Rp 700.000.000

Penyusutan Gedung Rp 50.000.000

Penyusutan Mesin Rp 40.000.000

Manajemen Keuangan 16
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Diketahui bahwa penjualan kredit dengan profit margin sebesar 30%

Berdasarkan hal diatas, maka penghitungan modal kerja menurut konsep


fungsional adalah:

Modal Kerja (Capital Working)

Kas Rp 50.000.000

Piutang dagang (70%) Rp 52.500.000

Persediaan barang Rp 120.000.000

Penyusutan gedung Rp 50.000.000

Penyusutan mesin Rp 40.000.000 +

Rp 277.500.000

Modal Kerja Potensial (Potencial Working Capital)

Efek Rp 50.000.000

Margin laba (30%) Rp 22.500.000 +

Rp 72.500.000

Bukan Modal Kerja (Non Working Capital)

Tanah Rp 150.000.000

Bangunan dan gedung Rp 250.000.000

Mesin Rp 210.000.000 +

Rp 610.000.000

3. Peranan Modal Kerja

Riyanto mengungkapkan jika peranan modal kerja adalah, “setiap


perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasional
sehari-hari, misalnya untuk memberikan persekot pembelian bahan mentah,
membayar upah buruh, gaji 10 karyawan dan sebagainya, dimana uang atau
yang dikeluarkan itu diharapkan akan mendapatkan kembali lagi dalam waktu
yang pendek melalui hasil penjualan produknya”. Priyandika pun
mengungkapkan bahwa, “modal merupakan kebutuhan yang kompleks karena
berhubungan dengan keputusan pengeluaran dalam kegiatan usaha untuk

Manajemen Keuangan 17
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

meningkatkan pendapatan dan mencapai keuntungan yang maksimum”.


Sedangkan manfaat dari adanya modal kerja yang mencukupi ialah :

a. Memberikan perlindungan entitas dari krisis modal yang diakibatkan oleh nilai
asset lancar yang menurun.
b. Memberikan kemungkinan bagi perusahaan agar dapat melakukan
pembayaran sewa dan kewajiban lainnya dengan tepat waktu.
c. Memberikan jaminan kepada perusahaan untuk memiliki kredit standing yang
lebih besar dan memberikan kemungkinan bagi entitas agar bisa melewati
risiko ataupun krisis keuangan yang bisa jadi ada di masa mendatang.
d. Perusahaan mungkin dapat mempunyai jumlah perusahaan yang cukup agar
dapat melayani pelanggan.
e. Memberikan kemungkinan bahwa pelanggan bisa mendapatkan kredit yang
lebih menguntungkan dari perusahaan.
f. Karena tidak ditemukan kesulitan dalam mendapatkan barang yang
dibutuhkan, maka kemungkinan kegiatan operasional perusahaan pun dapat
berjalan lebih efisien.

Modal kerja lebih baik disediakan dalam jumlah yang mencukupi karena
dapat menjamin perusahaan dapat melakukan kegiatan operasional secara lebih
ekonomis dan agar perusahaan terhindar dari kondisi krisis keuangan. Namun,
perusahaan juga perlu menghindari modal kerja berlebih. Hal tersebut
dikarenakan apabila modal kerja kurang ataupun berlebih justru akan membawa
entitas ke dalam kondisi yang berpotensi untuk merugikan. Kedua hal tersebut
dapat mendatangkan kerugian dan kegiatan operasional perusahaan yang
menjadi tidak efisien.

4. Jenis Modal Kerja

Modal kerja terbagi atas dua macam yang dapat dijelaskan seperti di
bawah ini :

a. Modal aktif

Modal aktif merupakan jenis modal yang bentuk atau rupanya dapat
ditunjukkan atau modal yang terdapat di samping debit dari neraca.

b. Modal pasif

Modal pasif merupakan jenis modal yang sumbernya dapat ditunjukkan atau
modal yang terdapat di samping kredit dari neraca.

Manajemen Keuangan 18
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Sedangkan A.W.Taylor menyatakan bahwa modal kerja dibagi ke dalam bentuk:

a. Modal kerja permanen

Definisi dari modal kerja permanen adalah, modal kerja yang harus
selalu ada dalam perusahaan untuk operasionalnya dalammemenuhi
kebutuhan konsumen. Modal kerja permanen dibagi menjadi dua :

1) “Modal kerja primer sebagai modal kerja minimal yang harus ada untuk
menjamin perusahaan tetap beroperasi
2) Modal kerja normal yaitu modal kerja yang harus ada pada tingkat
produksi normal. Produksi normal merupakankemampuan perusahaan
untuk menghasilkan barang sebesar kapasitas normal perusahaan”.
b. Modal kerja variabel

Modal kerja variabel ialah modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah


sesuai perubahan kegiatan / keadaan lain yang mempengaruhi perusahaan,
berikut macam-macam modal kerja variable :

1) “Modal kerja musiman yang merupakan dana untuk mengantisipasi


adanya fluktuasi kegiatan perusahaan
2) Modal kerja siklis merupakan dana yang jumlah kebutuhannya
dipengaruhi oleh fluktuasi konjungtur
3) Modal kerja darurat merupakan dana yang kebutuhannya dipengaruhi
keadaan yang terjadi di luar kemampuan perusahaan”.

Kasmir pun turut mengemukakan pendapat dengan menyebutkan bahwa


umumnya modal kerja adalah:

a. Gross working capital

Gross working capital merupakan aktiva lancar secara keseluruhan meliputi


kas, bank, surat berharga, piutan dan aktiva lancar lainya.a

b. Net working capital

Net working capital merupakan “seluruh komponen aktiva lancar dikurangi


dengan seluruh total kewajiban lancar. Utang lancar meliputi utang dagang,
utang wesel, utang bank jangka pendek (satu tahun), utang gaji, utang pajak
dan utang lancar lainnya”.

Manajemen Keuangan 19
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

5. Kebijaksanaan Pengelolaan Modal Kerja

Strategi modal kerja yang diambil oleh entitas tergantung pada keberanian
manajer untuk mengambil risiko.

a. Kebijakan konservatif (kehati-hatian)

Mayoritas dari modal kerja diisi dengan banyaknya sumber anggaran


jangka panjang dibandingkan dengan sumber anggaran jangka pendek.
Sumber dana jangka panjang memenuhi modal kerja permanen dan sejumlah
variabel lainnya. Berbeda dengan sumber dana jangka pendek yang lebih
banyak memenuhi sebagian modal kerja variabel. Tingkat keamanan
perusahaan (margin of safety) perlu diperhitungkan dengan baik karena
memiliki kebebasan dalam pelunasan.

b. Kebijakan moderat (hedging)

Setiap asset dengan dana yang jangka waktunya sama dengan jangka
waktu perubahan asset tersebut. Sumber dana jangka panjang akan
mendanai asset tetap dan modal kerja permanen, sedangkan sumber dana
jangka pendek akan mendanai asset dan modal kerja yang sifatnya variabel.

Kebijakan ini berdasarkan prinsip matching principle. Dalam kebijakan


moderat ini, risiko yang akan dihadapi adalah masalah sulitnya
memperkirakan jadwal arus kas bersih dan utang yang harus dibayarkan yang
terjadi akibat adanya penyimpangan aliran kas yang diinginkan. Trade-off
antara keuntungan dan risiko pun akan tumbuh di dalam kebijakan ini.

c. Kebijakan agresif

Kebutuhan dana jangka pendek akan memenuhi kebutuhan dana


jangka panjang. Kebijakan berikut mengutamakan keamanan, sehingga
tingkat profitabilitasnya pun menjadi lebih kecil yang diakibatkan karena
margin of safety yang sangat tinggi. Perusahaan tak takut untuk mengambil
risiko besar dan mengharapkan keuntungan yang lebih tinggi dalam trade off.

Aplikasi penerapan kebijakan modal kerja akan diilustrasikan dalam contoh


soal berikut ini :

PT Ogah Rugi memperkirakan tingkat aktiva lancar optimal di tahun yang akan
datang. PT Ogah Rugi membuat perkiraan bahwa penjualan tahun depan akan
mengalami peningkatan sebesar Rp 200.000.000 karena munculnya produk

Manajemen Keuangan 20
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

baru. Di sisi lain, manajemen menginginkan rasio utangnya tetap berada pada
titik 50% dengan nilai aktiva tetap tahun ini sebesar Rp 80.000.000. Tingkat
bunga saat ini diketahui sebesar 12%. Anda diminta untuk menganalisis tiga
alternatif kebijakan modal kerja sebagai berikut :

1) Kebijakan Konservatif, jika diketahui nilai aktiva lancar adalah sebesar 60%
dari total penjualan
2) Kebijakan Moderat, jika diketahui nilai aktiva lancar adalah sebesar 50% dari
total penjualan
3) Kebijakan Agresif, jika diketahui nilai aktiva lancar adalah sebesar 40% dari
total penjualan

Dengan menggunakan ukuran Return On Equity (ROE), analisislah kebijakan


mana yang anda sarankan untuk diambil oleh manajemen dengan asumsi nilai
EBIT adalah 10% dari penjualan dan tingkat pajak pada tahun tersebut senilai
25%. Langkah yang harus dilakukan adalah menentukan nilai ROE untuk setiap
kebijakan sebagai berikut :

Konservatif Moderat Agresif

Aktiva Tetap Rp 80.000.000 Rp 80.000.000 Rp 80.000.000

Aktiva Lancar Rp 120.000.000 Rp 100.000.000 Rp 80.000.000

Total Aktiva Rp 200.000.000 Rp 180.000.000 Rp 160.000.000

Hutang : Total Aktiva (50%) Rp 100.000.000 Rp 90.000.000 Rp 80.000.000

Modal Sendiri Rp 100.000.000 Rp 90.000.000 Rp 80.000.000

EBIT (10% x Penjualan) Rp 20.000.000 Rp 20.000.000 Rp 20.000.000

Bunga 25% Rp 12.000.000 Rp 10.800.000 Rp 9.600.000

Earning Before Interest & Tax Rp 8.000.000 Rp 9.200.000 Rp 10.400.000

Pajak Rp 2.000.000 Rp 2.300.000 Rp 2.600.000

Earning After Tax (EAT) Rp 6.000.000 Rp 6.900.000 Rp 7.800.000

Return On Equity 6.00 % 7.67 % 9.75 %

Perhitungan diatas menunjukkan bahwa nilai Return On Equity yang besar


diberikan oleh Kebijakan Agresif. Akantetapi, terlihat bahwa nilai aktiva lancar
sangat rendah, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat likuiditas

Manajemen Keuangan 21
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

perusahaan juga rendah dan akan berpengaruh kepada kesulitan perusahaan


dalam memenuhi utang jangka pendeknya.

6. Komponen Modal Kerja

Komponen modal kerja terdiri atas:

a. Aktiva lancar

Munawir berpendapat bahwa, “aktiva lancar uang kas dan aktiva lainnya yang
dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual
atau dikonsumsi dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun
atau dalam perputaran kegiatan perusahaan normal).”

1) Kas. Menurut Rudiyanto, “kas adalah suatu alat pembayaran ataupun


pertukaran milik perusahaan dan sudah bisa digunakan untuk kegiatan
transaksi perusahaan ketika memang dibutuhkan”.
2) Investasi jangka panjang ialah aktivitas menanamkan modal pada surat
berharga dengan jangka waktu kurang dari setahun atau bersifat
sementara.
3) Wesel tagih ialah besaran piutang entitas yang ditulis pada promes.
4) Piutang dagang. Martini mengungkapkan bahwa, “piutang dagang
merupakan klaim suatu perusahaan pada pihak lain baik yang terkait
dengan transaksi penjualan/pendapatan”.
5) Pendapatan yang masih akan diterima ialah pendapatan entitas yang
masih belum diberikan oleh pelanggan kepada entitas.
6) Persediaan barang. Suharli menyatakan, “persediaan adalah barang
yang dibeli untuk dijual lagi sebagai aktivitas utama perusahaan untuk
memperoleh pendapatan.”
7) Biaya dibayar dimuka. dimana Kieso memberikan pernyataan, “sebagai
beban yang dibayar secara tunai dan dicatat sebagai aktiva sebelum
digunakan atau dikonsumsi”.
b. Utang lancar

Kasmir menyatakan, “utang lancar ialah tanggung jawab ataupun utang


perusahaan pada bagian lain yang harus segera dilunasi, jangka waktu utang
lancar ialah dalam kurung waktu setahun”.

1) Utang dagang. Halim berpendapat, “utang dagang adalah hutang lancar


yang berasal dari transaksi pembelian barang dagangan, bahan baku dan

Manajemen Keuangan 22
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

bahan pembantu, bahan habis pakai dan jasa – jasa yang


diperlukan dalam rangka kegiatan normal perusahaan”.
2) Pendapatan yang ditangguhkan ialah pendapatan yang kenyataannya
belum berhak didapatkan entitas karena diperoleh di awal.
3) Utang dividen. Rudianto memberikan pendapat, “bagian dari laba usaha
perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk janji
tertulis untuk membayar sejumlah uang dimasa datang”.
7. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Modal Kerja

Modal kerja memiliki kedudukan yang fundamental dalam entitas. Maka


dari itu, bukanlah hal yang mudah dalam melakukan penentuan terhadap modal
kerja pas bagi entitas. Beberapa unsur yang dapat memengaruhi penentuan
modal kerja yang diperlukan entitas adalah:

a. Sifat atau tipe perusahaan

Kebutuhan modal kerja pada korporasi perindustrian akan lebih besar


dibandingkan dengan korporasi di bidang jasa. Hal tersebut dikarenakan
entitas jasa tak memerlukan penanaman modal yang tinggi pada kas, piutang
ataupun persediaan. Pada perusahaan jasa, keperluan kas atau dana
berbentuk tunai untuk melakukan pembayaran gaji karyawan ataupun untuk
biaya operasional bisa didapatkan dari pendapatan atau penghasilan pada
waktu itu juga. Investasi modal umumnya terdapat di mayoritas asset tetap
yang dipergunakan ketika melayani pelanggan. Sedangkan di korporasi
perindustrian, investasinya cukup besar dalam aktiva lancar yang
diperuntukkan dalam menunjang aktivitas operasi entitas dalam
kesehariannya.

b. Waktu yang diperlukan dalam melakukan aktivitas produksi ataupun


mendapatkan barang yang akan dilakukan penjualan beserta harga
persatuan barang itu.

Waktu bagi perusahaan dalam melakukan aktivitas produksi ataupun


mendapatkan barang yang akan dilakukan penjualan ataupun bahan dasar
yang kemudian diolah hingga menjadi barang yang siap diperdagangkan
merupakan hal lain yang dapat memengaruhi modal kerja yang dibutuhkan
oleh sebuah entitas.

Manajemen Keuangan 23
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Jika dalam memperoleh ataupun memproduksi barang tersebut


membutuhkan waktu panjang, modal kerja yang diperlukan pun juga akan
semakin bertambah. Hal lain yang juga dapat meberikan pengaruh terhadap
besaran modal kerja yang diperlukan bagi sebuah entitas adalah harga pokok
persatuan barang dagang.

c. Persyaratan dalam memperoleh bahan atau barang dagang

Selanjutnya, hal yang bisa memengaruhi modal kerja yang diperlukan


bagi sebuah entitas ialah persyaratan dalam memperoleh bahan baku atau
barang dagang yang diperlukan entitas tersebut. Contohnya persyaratan
perkreditan yang perusahaan terima ketika membeli bahan baku maupun
barang dagang, akan mengurangi uang kas yang perlu ditanamkan pada
persediaan bahan baku ataupun barang dagang. Uang kas yang diperlukan
untuk persediaan akan semakin besar apabila dibayarkan pada pembelian
bahan baku ataupun barang dagang dilaksanakan di jangka pendek.

d. Persyaratan dalam penjualan

Ketika pembeli mendapatkan kredit dari perusahaan, hal tersebut


menyebabkan besaran modal kerja yang perlu ditanamkan pada bagian
piutang pun akan semakin bertambah. Potongan tunai pun dapat diberikan
kepada pembeli guna menghindari adanya piutang yang tidak tertagih. Hal
tersebut akan membuat pembeli tertarik untuk melakukan pembayaran utang
dalam masa diskon itu.

e. Tingkat perputaran persediaan

Tingkat perputaran persediaan adalah jumlah persediaan itu berganti,


pada artiannya dilakukan penjualan lagi maupun dibeli. Perusahaan akan
membutuhkan modal kerja yang lebih kecil ketika tingkat perputaran
persediaan meninggi. Risiko kerugian dari harga yang menurun atau selera
konsumen yang berubah juga akan semakin rendah disaat perputaran
persediaan tinggi. Dengan itu, perusahaan pun dapat melakukan
penghematan biaya penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan.

8. Penggunaan Modal Kerja

Ketika modal kerja digunakan dapat menyebabkan besaran asset lancar


yang entitas miliki pun akan menurun atau berubah jumlahnya. Namun, hal
tersebut tidak berlaku kebalikannya, dimana penggunaan asset lancar tidak

Manajemen Keuangan 24
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

selalu mengakibatkan modal kerja mengalami penurunan ataupun berubah.


Modal kerja atau dana perusahaan digunakan untuk:

a. Digunakan untuk pembayaran utang sehingga terjadi penurunan utang


b. Digunakan untuk menurunkan modal
c. Melakukan pembelian asset dengan tujuan untuk menambahkan asset.

Sudarmo dan Basri mengungkapkan, penggunaan modal kerja akan


menyebabkan perubahan bentuk maupun penurunan jumlah aktiva lancar.
Penggunaan aktiva lancar yang mengakibatkan turunnya modal kerja adalah
sebagai berikut :

a. “Pembayaran kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan. Dikatakan


sebagai penggunaan modal kerja apabila perusahaan mengalami kerugian
yaitu jumlah biaya dalam suatu periode lebih besar daripada jumlah
penghasilannya
b. Pembayaran kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya
penjualan surat-surat berharga atau efek maupun kerugian insidentil lainnya.
Kerugian insidentil adalah kerugian pada saat tertentu yang keduanya
mengakibatkan berkurangnya modal kerja
c. Adanya pembayaran utang-utang jangka panjang, utang hipotik, obligasi
maupun utang jangka panjang lainnya
d. Adanya pembelian aktiva tetap atau investasi jangka panjang lainnya yang
mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau tumbuhnya utang lancar”.
e. Adanya pengambilan uang kas oleh pemilik perusahaan dan pengambilan
keuntungan atas pengambilan dividen oleh pemilik dalam perseroan terbatas
f. Adanya pembentukan dana dari aktiva lancar pada tujuan tertentu dalam
jangka panjang, misalnya dana pensiunan pegawai, dana asuransi pegawai
yang kemudian berubah menjadi aktiva lancar”.

C. LATIHAN SOAL

1. Berikut adalah laporan posisi keuangan PT ABC Tahun 2020 :

Aktiva Lancar :

Kas Rp 10.750.000

Manajemen Keuangan 25
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

Efek Rp 75.130.000

Piutang Dagang Rp 80.200.000

Persediaan Barang Rp 130.000.000 +

Total Aktiva Lancar Rp 296.080.000

Aktiva Tetap :

Tanah Rp 180.000.000

Bangunan dan Gedung Rp 300.000.000

Mesin Rp 275.000.000 +

Total Aktiva Tetap Rp 755.000.000

Penyusutan Gedung Rp 60.000.000

Penyusutan Mesin Rp 50.000.000

Penjualan kredit dengan profit margin sebesar 20%

Dari soal diatas, tentukanlah modal kerja menurut konsep fungsional.

2. Apabila pada tahun mendatang, manajemen membuat perkiraan bahwa akan


terjadi kenaikan permintaan yang sangat signifikan, anda diminta membantu PT
XYZ dalam menganalisis tingkat kerja yang optimal untuk menghadapi kondisi
tersebut. Penjualan diperkirakan akan meningkat sebanyak Rp 250.000.000.
Struktur modal perusahaan diharapkan tetap di angka 50% dengan nilai aktiva
tetap senilai Rp 120.000.000 dan tingkat bunga sebesar 16%. Maka, analisislah
3 kebijakan yaitu :
a. Kebijakan konservatif, jika nilai aktiva lancar adalah 60% dari total penjualan
b. Kebijakan Moderat, jika nilai aktiva lancar adalah 50% dari total penjualan
c. Kebijakan Agresif, jika nilai aktiva lancar adalah 40% dari total penjualan

Diminta :

a. Hitunglah Return On Equity atas ketiga kebijakan tersebut dengan asumsi nilai
EBIT adalah 15% dari penjualan dengan tarif pajak sebesar 22%
b. Analisislah kebijakan mana yang paling tepat untuk digunakan

Manajemen Keuangan 26
Universitas Pamulang Akuntansi S-1

D. DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, N.S., dkk (2015). Pengaruh Modal Kerja, Likuiditas, Aktivitas dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Profitabilitas pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. e-Journal S1 Ak Universitas Pendidikan
Ganesha. 3(1).

Anwar, M. (2019). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta:


Kencana

Nayaka, K.W., dkk. (2018). Pengaruh Modal, Tenaga Kerja dan Bahan Baku
Terhadap Pendapatan Pengusaha Industri Sanggah di Kecamatan Mengwi. E-
Jurnal Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana 7(8). 1927-1956.

Rahma, A. (2011). Analisis Pengaruh Manajemen Modal Kerja Terhadap Profitabilitas


Perusahaan. Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro. Semarang.

Manajemen Keuangan 27

Anda mungkin juga menyukai