Anda di halaman 1dari 3

Nama : Elsa S.

Mamele
Kelas : Manajemen Pemasaran 6
NIM : 15302485
MK : Manajemen Pemasaran Internasional

Tugas!!
Sejarah perkembangan produk Kopiko hingga Go Internasional!

8jbjk777987898Pada awalnya kopi digunakan sebagai makanan. Seluruh biji kopi


dihancurkan, lalu ditambahkan minyak. Lalu adonan ini dibentuk berbentuk bundar dan
menjadi makanan. Sampai saat ini, beberapa suku di Afrika masih memakan kopi dalam
bentuk seperti itu. Belakangan, kopi digunakan sebagai pengganti minuman anggur. Biji kopi
dibuat sebagai minuman yang mirip dengan anggur. Beberapa orang membuat minuman
seperti ini dengan menuangkyugsuqan air mendidih ke biji kopi yang sudah dikeringkan.
9890909Kosqusquhsqhsqjqsiqpiko endenenfejfnjen adalah merek permen kopi yang
diproduksi di Indonesia oleh PT Mayora Indah Tbk. Kopiko sendiri adalah permen yang
terbuat dari kopi asli yang mempunyai rasa, efek yang sama dengan minum kopi. Permen
Kopiko membuat para pecinta kopi semakin mudah untuk menikmati kopi dengan cara yang
baru dengan sensasi yang beda.
Kopiko adalah Permen Kopi yang sudah terkenal dan tidak hanya dinikmati orang
Indonesia, tapi sudah menjadi permen global yang dinikmati lebih dari 50 negara di Dunia.
Sekarang permen Kopiko dengan mudah bisa ditemukan di banyak toko swalayan di berbagai
negara. Antara lain di Belanda, Jerman, Australia, Thailand, Malaysia, Filipina, Meksiko,
Arab Saudi, Polandia, sampai Afrika Selatan. Suatu prestasi yang membanggakan permen
yang diluncurkan pada awal 1990-an ini oleh PT. Mayora Indah, Tbk. Saat ini Kopiko hadir
dalam 2 rasa yaitu kopi original dan susu. Lewat permen kopinya, Kopiko, Mayora Group
mampu menjadi penguasa pasar permen di dunia.
“Kopiko nomor satu di dunia!” Begitu bunyi iklan permen Kopiko yang belakangan
kerap muncul di layar televisi. Dengan slogan “Kopi Banget”, permen ini mampu menyihir
lidah konsumen di banyak negara. Di pasar lokal, Mayora sekarang sudah menguasai sekitar
sepertiga dari total pasar kategori candy. Apalagi, selain Kopiko, Mayora juga punya permen
unggulan lainya, yakni Kiss.
Gabungan Industri Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) juga
mencatat, pasar Kopiko memang yang terbesar, jauh meninggalkan permen kopi lainnya.
“Keunikan rasa yang konsisten serta kualitas yang stabil terjaga menjadikan Kopiko bisa
mendunia,” cetus Adhi Siswaja Lukman, Ketua Gapmmi. Gapmmi tak memiliki data yang
lebih detail tentang pasar permen di Indonesia. Namun, Gapmmi memperkirakan, nilai pasar
permen mencuil 5% dari total nilai industri makanan dan minuman yang tahun ini mereka
prediksi Rp 260 triliun.
Menurut Ongkie, Kopiko bikinan Mayora memang memiliki keunggulan ketimbang
produk lainnya. Soal kualitas, misalnya. Kebanyakan produk permen kopi dibikin dengan
hanya memakai bahan penambah rasa dan aroma (flavor) kopi saja. Jarang ada permen yang
dibikin murni dengan ekstrak kopi. Sementara, Kopiko diolah benar-benar dari ekstrak biji
kopi asli karena Mayora memiliki pabrik pengolahan kopi sendiri, yakni PT Torabika Eka
Semesta. Ini pula yang melempangkan jalan Kopiko ke banyak negara. Mayora juga
melengkapi dirinya dengan tim riset yang handal. Tim riset inilah yang mencocokan produk
Mayora dengan keinginan pasar. Khusus untuk permen kopi, selera pasar lokal dan
internasional tidak jauh berbeda.
Keunggulan lainnya, Mayora juga sudah bekerjasama dengan distributor di beberapa
negara. Di Arab Saudi sebagai contoh. Mayora menggandeng resto-resto besar sebagai
distributor. Tamu yang datang dan memesan kopi akan mendapatkan juga Kopiko. Selain itu,
Mayora juga memiliki kantor pemasaran di sejumlah negara. Antara lain Malaysia, Thailand,
Filipina, Jerman, dan Polandia. Keberadaan pabrik Mayora di Thailand dengan bendera PT
Inbisco Niaga juga menjadi mendukung ekspansi Kopiko di pasar ekspor. Lewat pabrik di
sanalah, Mayora mampu menembus pasar di Amerika Serikat. Hingga kini, pasar luar negeri
masih mengganggap sebelah mata produk Indonesia. Padahal, produk-produk Mayora yang
dibuat di Indonesia sudah mengantongi berbagai sertifikat yang diakui oleh dunia
internasional. Namun, citra buruk kualitas produk Indonesia sudah telanjur melekat di benak
mereka. Ini menjadikan Mayora harus mengatur strategi. Akhirnya, mereka memutuskan
mengekspor Kopiko dari Thailand.
Selain itu, Mayora juga membuka pusat pengemasan Kopiko dan beberapa produk
mereka di Australia. Upaya ini, tampaknya, membuahkan hasil gemilang. Hingga kuartal III
2010, nilai ekspor produk-produk Mayora, termasuk permen Kopiko, telah mencapai Rp 1,47
triliun. Jumlah ini melesat sekitar 145% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu
yang baru sebesar Rp 598,04 miliar.
Berdasarkan laporan kinerja kuartal III 2010, selama sembilan bulan pertama tahun
ini, Mayora membukukan total penjualan Rp 5,12 triliun atau naik 43,70% dibandingkan
dengan periode sama 2009 yang baru sebesar Rp 3,56 triliun. Dari total penjualan itu, porsi
lokal masih dominan, yakni 71,54%. Karena harga permen di luar negeri bisa dua hingga tiga
kali lipat harga di pasar lokal, sumbangan penjualan ekspor Kopiko tentu cukup signifikan
bagi Mayora.
Pengamat Pemasaran dan Manajemen dari ActionCOACH Herman Susanto menilai,
salah satu keunggulan Kopiko adalah brand yang sudah menjadi top of mind bagi konsumen
lokal. Kelebihan lainnya, Kopiko mampu mengelola posisinya sebagai brand pioneer
sehingga mampu mempertahankan diri menjadi market leader. Meski pasar Kopiko sempat
tergerus Grup Kino yang meluncurkan permen Kino Kopi, nyatanya, Kopiko mampu kembali
ke pasar. Sebagai pionir, Kopiko mempunyai konsumen yang loyal. Dan juga produk ini yang
pertama masuk ke dalam pikiran konsumen. Selain itu, posisi Kopiko juga sudah mantap di
pasar. Mereka juga memiliki keunggulan teknologi, tim riset dan pengembangan, serta
distributor yang kuat. Keuntungan lainnya, mereka juga kenyang pengalaman ketimbang
brand lain yang hanya menjadi pengikut atau follower brand. Adhi menambahkan, sejak
kemunculannya, Kopiko juga tidak sekalipun berubah. Mayora tak memunculkan brand
permen lain. “Dengan strategi seperti itu, loyalitas konsumen Kopiko tertanam kuat,”
ujarnya. Ini sulit dilakukan perusahaan permen lainnya, kecuali mereka mampu membuat
promosi yang lebih agresif seperti yang dilakukan Kopiko sekarang.
Dalam pengamatan Herman, gencarnya promosi yang dilakukan Kopiko sekarang tak
terlepas sebagai upaya mereka untuk merangkul pasar yang lebih luas. Harapannya, produk
ini tak hanya menancap kuat di benak generasi terdahulu. Jika upaya ini konsisten dilakukan,
pemain baru sudah pasti semakin jauh tertinggal dari Kopiko. “Tentu saja, mereka tak boleh
terlena dan nyaman dengan posisi market leader,” ujarnya. Melakukan inovasi wajib
dilakukan Mayora. Ongkie mengakui, Mayora memang terus berupaya menjaga konsistensi
posisi Kopiko di pasar.
Ada beberapa langkah yang dilakukan. Pertama, mengganti mesin-mesin produksi
permen Kopiko dengan yang lebih besar dan lebih modern. “Kami membelinya dari Jerman,”
ujar dia. Penggantian mesin itu juga salah satu bentuk upaya efesiensi Kopiko.

Kedua, melakukan inovasi. Awal tahun 2010, Mayora mengeluarkan varian baru,
yakni Kopiko Brown Coffe. Kemunculan varian baru ini, kata Ongkie, terinspirasi oleh
sebuah brand kopi yang sudah mendunia. Dengan gula aren sebagai pemanis permen, Kopiko
baru seberat 25 gram yang dijajakan Rp 1.000 per saset ini diharapkan mampu memikat lidah
pasar internasional. Sebab, permen ini aman bagi kesehatan. Produk baru ini sekarang sudah
diekspor ke Malaysia serta beberapa negara di Asia. Mayora menjajakan permen baru ini
dengan harga cukup premium karena produk ini menggunakan gula lokal. Tata niaga gula
yang rumit menjadikan harga gula di dalam negeri lebih mahal ketimbang pasar
internasional. “Itulah sebabnya, Kopiko termasuk permen premium di pasar internasional,”
ujar dia. Padahal, Mayora berharap, selain di pasar lokal, Kopiko menjadi produk massal di
pasar internasional.
Ketiga, untuk mempertahankan pasar lokal dan internasional, Mayora juga akan terus
melakukan promosi below the line maupun above the line seperti iklan melalui media
elektronik, media cetak, dan billboard. Itulah sebabnya, biaya promosi Mayora melesat di
kuartal III tahun ini, yakni mencapai Rp 425,66 miliar. Nilai ini hampir dua kali lipat nilai
promosi pada periode sama tahun 2009 yang sebesar Rp 217,67 miliar. Tujuan akhirnya,
dengan serangkaian aksi itu, Mayora ingin menjadi raja ritel, baik di dalam negeri maupun di
pasar internasional.

Sumber:
 https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kopiko
 https://permenpromosisemarang.blogspot.co.id/2017/07/kopiko-permen-kopi-yang-
mendunia-dari.html?m=1
 https://www.google.com/amp/amp.kontan.co.id/news/menjajakan-permen-kopi-sampai-
ke-penjuru-dunia-1

Anda mungkin juga menyukai