Anda di halaman 1dari 17

BAB III

PERSAMAAN DIFFERENSIAL LINIER ORDE DUA

Suatu persamaan differensial linier orde dua memiliki bentuk umum


d 2y dy
a2 ( t )  a1( t )  a0 ( t )y  f ( t ) atau a 2 y' 'a1y'a0 y'  f ( t)
2 dt
dx
dengan a0, a1, a2 dan f(t) adalah fungsi t atau konstanta, a2  0. Apabila a0, a1, a2 maka persamaan
disebut persamaan linier koefisien konstanta; sebaliknya apabila a0, a1, a2 adalah fungsi t, maka
persamaan itu disebut persamaan dengan koefisien variabel. Jika f(t) = 0, persamaan ini disebut
persamaan homogen, sedangkan bila f(t)  0 persamaan ini disebut persamaan tak homogen.
Dengan menggunakan notasi operator D = (d/dt), bentuk umum persamaan differensial linier
orde dua seperti di atas, ditulis menjadi
a2 ( t )D 2 y  a1( t )Dy  a0 ( t ) y  f ( t )

1. Persamaan Differensial Linier Orde Dua Koefisien Konstanta.


1.1. Persamaan Linier homogen: Solusi Umum.
Kita awali dengan persamaan differensial linier orde dua koefisien konstan
ay’’ + by’ + cy = f(t) (a  0). *)
Kasus khusus terjadi untuk f(t) = 0, sehingga bentuk umum menjadi
ay’’ + by’ + cy = 0 **)
Keadaan ini bisa muncul bila kita memandang sistim osilator pegas massa tanpa ada pengaruh gaya
luar. Bentuk umum kedua ( **) ) merupakan bentuk homogen dari bentuk umum pertama ( *) ) sehingga
disebut sebagai persamaan homogen.
Dengan melihat persamaan **) kita dapat menduga bahwa suatu solusi yang mempunyai sifat
bahwa turunan keduanya dapat dinyatakan sebagai kombinasi linier turunan pertama dan fungsi asal.
Ini menharahkan kepada solusi berbentuk y = emt, karena turunan dari emt adalah kelipatan konstan
dari emt. Substitusi y = emt ke persamaan **) menghasilkan:
( am 2  bm  c )e mt  0
Karena e mt tidak pernah nol, maka haruslah
am2  bm  c  0 .....................***).
Ini menunjukkan bahwa e mt merupakan solusi untuk persamaan **) jika dan hanya jika m memenuhi
persamaan ***). Persamaan ***) disebut persamaan bantu atau persamaan karakteritik yang
berpadanan dengan persamaan **).
Persamaan bantu adalah sebuah persamaan kwadrat yang menpunyai dua akar yaitu
 b  b 2  4ac  b  b 2  4ac
m1  dan m2 
2a 2a
Apabila diskriminan b 2  4ac positif, m1 dan m2 adalah bilangan riil dan berbeda (akar riil berbeda).
Jika diskriminan b 2  4ac sama dengan nol m1 dan m2 adalah bilangan riil yang sama (akar
berulang). Sebaliknya jika diskriminan b 2  4ac negatif berarti m1 dan m2 adalah bilangan kompleks
saling konjugat (akar kompleks).
Kasus (i): Akar riil berbeda.
Jika persamaan bantu memiliki akar-akar bilangan riil berbeda (m1  m2) maka solusi umum
untuk untuk persamaan homogen **) adalah
y  Ae m1x  Be m2 x

20
21

dengan A dan B adalah konstanta sebarang.


Contoh:
1. Tentukan solusi umum persamaan y’’ – 5y’ – 6y = 0.
Penyelesaian:
Persamaan karakteristik adalah : m2 – 5m – 6 = 0 yang mempunyai akar akar riil berbeda yaitu
m1 = 6 dan m2 = –1
Jadi e6t dan e-t masing-masing adalah solusi. Dengan demikian solusi umum persamaan itu adalah
y = Ae6t + Be-t. ( A dan B konstanta sebarang)
Selanjutnya {e , e } disebut sebagai solusi fundamental.
6x -x

2. Selesaikan masalah nilai awal y’’ + 2y’ - y = 0, di mana y(0) = 0 dan y’(0) = –1.
Penyelesaian:
Persamaan bantu: m2 + 2m - 1 = 0, yang menghasilkan m1 = –1 + 2 dan m2 = –1 – 2
Solusi umum adalah
y  Ae( 1 2 )t  Be( 1 2 )t
Untuk mendapatkan solusi khusus gunakan kondisi awal y(0) = 0 dan y’(0) = –1 sehingga
y (0)  Ae 0  Be 0 dan y ' (0)  (1  2 ) Ae 0  (1  2 )Be 0
atau 0  A  B dan  1  (1  2 ) A  (1  2 )B
yang menghasilkan A   2 / 4 dan B  2 / 4
Jadi
2 ( 1 2 )t 2 ( 1 2 )t
y( t )   e  e
4 4
adalah solusi masalah nilai awal yang diharapkan.
Kasus (ii): Akar riil berulang.
Jika persamaan bantu memiliki akar-akar bilangan riil yang sama (akar berulang) di mana m1 =
m2 = m ) maka masing-masing y1(t) = ert dan y2(t) = tert adalah solusi untuk persamaan homogen
**), sehingga solusi umum adalah
y  e mx ( Ax  B )
Contoh:
Tentukan solusi masalah nilai awal y’’ + 4y’ + 4y = 0; y(0) = 1, y’(0) = 3.
Penyelesaian:
Persamaan bantu: m2 + 4m + 4 = (m + 2)2 = 0 yang akar-akarnya m1 = m2 = –2
Karena akar persamaan bantu adalah riil berulang, maka persamaan tersebut mempunyai solusi y1
= e-2t dan y2 = te-2t. Solusi ini dikonfirmasi sebagai berikut, misalnya y2 = te-2t adalah solusi.
y2 (t) = te-2t.
y2’(t) = e-2t.- 2te-2t.
y2’’(t) = -2e-2t.- 2e-2t.+ 4te-2t.= -4e-2t.+ 4te-2t.
y2’’ + 4y2’ + 4y2 = -4e-2t.+ 4te-2t +4(e-2t.- 2te-2t) + 4te-2t = 0.

Selanjutnya dapat diobservasi bahwa e-2t.dan te-2t adalah bebas linier karena tidak ada salah satu
yang merupakan kelipatan konstan dari yang lain pada (-, ), sehingga solusi umum adalah
y(t) = Ae-2t.+ Bte-2t.
Akhirnya dengan memasukkan solusi umum ke kondisi awal diperoleh
y(0) = Ae0.+ B(0)e0 = 1
y’(0) = -2Ae0.+ Be0 – 2B(0)e0.= 3
yang menghasilkan A = 1 dan B = 5. Jadi solusi masalah nilai awal yang diharapkan adalah
y = e-2t.+ 5te-2t.
22

Kasus (iii): Akar kompleks saling konjugat.


Persamaan gerak harmonis sederhana y’’ + y = 0 yang berhubungan dengan getaran fundamental
untuk nada musik, mempunyai solusi y1(t) = cos t dan y2(t) = sin t. Karena persamaan bantu untu
persamaan harmonik sederhana adalah m2 + 1 = 0 yang mempunyai akar immajiner m = ±j dimana j
= 1
Apabila b2 – 4ac < 0; akar-akar persamaan bantu am2 + bm + c = 0 yang bersesuaian dengan
persamaan ay’’ + by’ + cy = 0 adalah bilangan kompleks saling konjugat yaitu m1    j dan
m2    j dengan j   1 di mana  dan  masing- masing adalah bilangan riil

b 4ac  b 2
 dan 
2a 2a
Karena em1t dan em2t masing masing adalah solusi persamaan homogen ay’’ + by’ + cy = 0, maka
solusi umum adalah
y ( t )  Ae m1t  Be m2t  Ae   j t  Be   j t
 Ae t (cos t  j sin t )  Be t (cos t  j sin t )
 e t ( A cos t  jA sin t )  e t ( B cos t  jB sin t )
 e t ( A  B ) cos t  j ( A  B ) sin t 
Karena A dan B masing-masing adalah konstanta sebarang, yang dapat diganti menjadi A + B = C
dan j(A – B) = D, sehingga solusi umum menjadi
y ( t )  e t C cos t  D sin t 
C dan D konstanta sebarang.
Contoh:
1) Selesaikan persamaan y’’ + 2y’ + 4y = 0
Penyelesaian:
Persamaan karakteristik: m2 + 2m + 4 = 0 yang menghasilkan m1 = –1 + j 3 dan m2 = –1 – j 3
Jadi solusi umum adalah

y  e t C cos( 3 )t  D sin( 3 )t 
2) Selesaikan masalah nilai awal y’’ + 2y’ + 2y = 0; y(0) = 0; y’(0) = 2.
Penyelesaian:
 2  4 8
Persamaan bantu: m2 + 2m + 2 = 0 yang mempunyai akar-akar m12   1  j
2
sehingga  = -1 dan  = 1. Jadi solusi umum adalah
y ( t )  e t C cos t  D sin t 
Untuk kondisi-kondisi awal yang diberikan
y(0) = e 0 C cos 0  D sin 0   1( C .1  D .0 )  C  0 atau C = 0
y' ( 0 )  e 0 C cos 0  D sin 0  e 0  C sin 0  D cos 0  1( C .1  D.0 )  1( C .0  D.1)
 C  D  2. atau D = 2.
Jadi solusi masalah nilai awal tersebut adalah
y ( t )  e t 0 cos t  2 sin t   2e t sin t

1.2. Persamaan Tak Homogen


Persamaan differensial linier orde dua koefisien konstanta tak homogen memiliki
bentuk umum
ay’’ + by’ + cy = f(t) dengan f(t)  0.
23

Penyelesaian umum persamaan tak homogen adalah


y  yh  y p
dengan: yh = solusi umum dari persamaan homogen yang berpadanan.
yp = solusi partikulir (solusi tak homogen).

Untuk menentukan yp yaitu solusi partikulir (solusi tak homogen) dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Berikut ini diuraikan dua cara yang mungkin digunakan.

(a). Metode koefisien Tak Tentu.


Dalam bagian ini akan ditunjukkan prosedur sederhana untuk menentukan suatu solusi untuk
persamaan tak homogen koefisien konstan
ay’’ + by’ + cy = f(t)
di mana unsur ketakhomogenan f(t)  0 adalah suku tunggal jenis tertentu. Prosedur ini dijelaskan
dengan contoh berikut.

1.Tentukan solusi partikulir (solusi tak homogen) dari persamaan y’’ + 3y’ + 2y = 3t.
Penyelesaian:
Kita perlu menentukan fungsi y(t) sedemikian sehingga kombinasi y’’ + 3y’ + 2y adalah fungsi linier
dari t yaitu 3t. Harus ditentukan fungsi yang tetap linier setelah fungsi itu dikombinasikan dengan
turunan pertama dan kedua. Untuk itu dicoba y1(t) = At + B dengan y1’(t) = A dan y1’’(t) = 0, yang
memberikan
y1’’ + 3y1’ + 2y1 = 3A + 2(At + B) = 2At + (3A + 2B) = 3t
Ini menghasilkan A = 3/2 dan B = - 9/4.
Jadi fungsi y1(t) = (3/2)t – (9/4) adalah satu solusi untuk persamaan y’’ + 3y’ + 2y = 3t
Contoh tersebut menunjukkan metode berikut untuk mencoba satu solusi partikulir (solusi
tak homogen) untuk persamaan
ay’’ + by’ + cy = Ctm, m = 0, 1, 2, .....
yaitu
yp(t) = Amtm + .... A1t + A0
dengan koefisien tak tentu Aj dan mencocokkan pangkat t dalam ay’’ + by’ + cy dengan Ctm.
Prosedur ini melibatkan pemecahan sebanyak m + 1 persamaan linier dengan m + 1 bilangan
tak diketahui yaitu A0, A1, ... Am. Metode ini disebut sebagai Metode Koefisien Tak Tentu atau Metode
Coba-coba.

2. Tentukan solusi partikulir dari y’’ + 3y’ + 2y = 10e3t


Penyelesaian:
Gunakan dugaan yp(t) = Ae3t karena yp’ dan yp’’ juga berbentuk eksponensial.
yp’’ + 3yp’ + 2yp = 9Ae3t + 3(3Ae3t) + 2(Ae3t) = 20Ae3t
Dengan membuat 20Ae = 10Ae3t dan menyelesaikan untuk A menghasilkan A = 1/2, sehingga yp(t)
3t

= (1/2)e3t adalah satu solusi untuk y’’ + 3y’ + 2y = 10e3t

3. Tentukan solusi tak homogeny dari persamaan y’’ + 3y’ + 2y = sin t


Penyelesaian:
Langkah awal bisa dengan menduga y1(t) = A sin t, tetapi ini akan gagal karena turunannya
menghasilkan suku cosinus.
y1’’ + 3y1’ + 2y1 = -A sin t + 3A cos t + 2A sin t = A sin t + 3A cos t
Dengan mencocokkan terhadap sin t akan memerlukan bahwa A sama dengan 1 dan 0 (sesuatu yang
tak mungkin). Oleh karena itu perlu melibatkan suku cosinus dalam penyelesaian coba-coba.
yp(t) = A sin t + B cos t; yp’(t) = A cos t – B sin t; yp’’(t) = - A sin t + B cos t dan
y’’ + 3y’ + 2y = sin t menjadi yp’’ + 3yp’ + 2yp = (A – 3B)sin t + (B + 3A)cos t = sin t.
24

Persamaan A – 3B = 1, dan B + 3A = 0 menghasilkan A = 0,1 dan B = - 0,3. Jadi solusi tak homogen
yang dimaksud adalah
yp(t) = 0,1 sin t – 0,3 cos t.
Secara lebih umum untuk suatu persamaan
ay’’ + by’ +cy = C sin t (atau C cos t),
metode koefisien tak tentu memerlukan dugaan
yp(t) = A sin t + B cos t
dan menyelesaikan persamaan untuk A dan B.
4. Tentukan solusi tak homogen untuk y’’ + 4y = 5t2et
Penyelesaian:
Pengalaman pada contoh sebelumnya, memungkinkan solusi coba-coba
yp = (At2 + Bt + C)et
yp’ = (2At + B)et + (At2 + Bt + C)et
yp’’ = 2Aet + 2(2At + B)et + (At2 + Bt + C)et
yp’’ + 4yp = et(2A + 2B + C + 4C) + tet(4A + B + 4B) + t2et(A + 4A) = 5t2et.
Dari persamaan terakhir didapatkan A = 1, B = -4/5 dan C = -2/25. Dengan demikian solusi tak
homogen yang dimaksud adalah
 4t 2 
yp(t) =  t 2   e t
 5 25 
Pemisalan untuk solusi partikulir yp ditentukan berdasarkan bentuk fungsi ruas kanan dari persamaan
tak homogen. Pemisalan yang dapat dipakai diberikan pada tabel berikut.
Suku tak homogen/ruas kanan g(t) Pemisalan untuk solusi partikulir yp(t)
k (konstanta) yp = C

p n ( t )  ant n  ...  a1t  a0 t s Pn ( t )  t s { Ant n  ...  A1t  A0 }


ae at t s Ae at
a cos  t  b sin  t t s { A cos t  B sin t }
pn ( t )e at t s PN ( t )e at
pn ( t ) cos t  q m ( t ) sint t s { PN ( t ) cos t  QM ( t ) sin t }
di mana di mana
q m ( t )  b m t m  ...  b1t  b 0 Q N ( t )  BN t N  ...  B1t  B0 dan N = max {n,m}
ae t cos t  be t sin t t s { Ae t cos t  Be t sin t }
pn ( t )e t cos t  q m ( t )e t sin tx s e t { PN ( t ) cos t  QN ( t ) sin t }
Di mana N = max(n,m)
Catatan: s adalah bilangan bulat tak negatif terkecil yang dipilih sedemikian sehingga tidak
terdapat suku dalam yp(x) yang sama dengan suku yang merupakan solusi persamaan
homogen yh(x) yang berrpadanan.
Polinom PN(x) harus memuat semua suku-sukunya walaupun pn(x) mempunyai suku
yang sama dengan nol.
Contoh:
Tentukan bentuk solusi partikulir yp untuk persamaan y ' '  2y '  3y  g ( x) , di mana g(x) sama
dengan
(a) 7 cos 3t (b) 5e 3t (c) t 2 cos t
(d) 2te t sin t  e t cos t (e) x 2e t  3te t (f) tan t
25

Penyelesaian.
Persamaan bantu adalah m2 + 2m - 3 = 0 yang mempunyai akar m1 = –3 dan m2 = 1.
Solusi homogen adalah y h  Ae 3t  Be t .
a). Dari tabel diperoleh bahwa g(t) = 7 cos 3t termasuk type yang keempat dengan a = 7,  = 3 dan b
= 0, sehingga digunakan
y p  C cos 3t  D sin 3t
b). Fungsi g(t) = 5e-3t adalah type ketiga sehingga yp(t) = ts.C.e-3t. Di sini dipilih s = 1 karena e-3t adalah
suku solusi homogen, sedangkan te-3t bukan suku pada solusi homogen. Jadi
yp(t) = Cte-3t.
c). Fungsi g(t) = t2cos t adalah type keenam dengan pn(t) = t2, q0(t) = 0. Karena N = mat{0,2} = 2
maka
yp(t) = (C2t2 +C2=1t + C0) cos t + (D2t2 +D1t + D0) sin t
kita mengambil s = 0 karena karena tidak ada suku yp dalam solusi homogen
d). Fungsi g(t) = 2tetsin t – etcos t adalah type kedelapan dengan p0(t) = –1 dan q1(t) = 2t. Untuk
polinomial-polinomial ini N = mat{0,1} = 1 sehingga
tset{(C1t + C0) cos t + (D1t + D0) sin t} adalah bentuk solusi partikulir. Tidak ada dari tetcos t, etcos
t, tetsin t dan etsin t yang merupakan solusi persamaan homogen sehingga diambil s = 0, sehingga
diperoleh
yp(t) = et{(C1t + C0) cos t + (D1t + D0) sin t}
e). Fungsi g(t) = t2et + 3tet = et(t2 + 3t) adalah type kelima dengan p2(t) = t2 + 3t sehingga
yp(t) = t(C2t2 + C1t + C0)et
di mana telah diambil s = 1 karena suku C0et di dalam (C2t2 + C1t + C0)et adalah solusi persamaan
homogen.
f). Fungsi g(t) = tan t bukan salah satu bentuk (type) fungsi dalam tabel untuk yp(t). Jadi untuk g(t)
berbentuk seperti ini solusi partikulir tidak dapat ditentukan dengan metode koefisien tak tentu.
Persamaan seperti ini akan diselesaikan dengan metode yang lain yaitu metode variasi
parameter.

(b). Metode Variasi Parameter.


Kita telah melihat bahwa metode koefisien tak tentu adalah prosedur sederhana untuk
menentukan solusi partikulir (yp) apabila persamaan mempunyai koefisien konstan dan suku tak
homogen mempunyai bentuk khusus. Sekarang ditunjukkan metode yang lebih umum, yang disebut
variasi parameter.
Pandang persamaan linier orde dua tak homogen
ay' '  by '  cy  f ( t )
dan misalkan {y1(t),y2(t)} adalah dua solusi yang bebas linier untuk persamaan homogen yang
berpadanan
ay' '  by '  cy  0
Solusi umum untuk persamaan homogen ini dapat ditulis dengan
y h ( t )  A.y1( t )  B.y 2 ( t )
dengan A dan B adalah konstanta sebarang. Untuk menentukan solusi partikulir (tak homogen) adalah
dengan mengganti konstanta A dan B pada solusi homogen dengan fungsi t yaitu v1(t) dan v2(t). Solusi
tak homogen menjadi
y p (t )  v1(t ) y1(t )  v2 (t ) y2 (t ) .
Karena terdapat dua fungsi tak diketahui v1(t) dan v2(t) yang harus ditentukan. Untuk melakukan hal
itu terlebih dahulu ditentukan yp’(t) dan yp’’(t) yaitu
y' p  ( v'1 y1  v' 2 y 2 )  ( v1y'1 v 2 y' 2 )
26

Untuk menyederhanakan perhitungan dan menghindarkan turunan kedua dari fungsi tak diketahui v1
dan v2 dalam ekspressi yp’’ dibuat
v'1 y1  v' 2 y 2  0
Jadi formula untuk yp’ menjadi
y' p  v1y'1 v 2 y' 2
dan selanjutnya
y' ' p  v'1 y'1 v1y' '1 v' 2 y' 2 v 2 y' ' 2
Sekarang substitusi yp, yp’ dan yp’’ ke dalam persamaan tak homogen, memberikan
f ( t )  ay' ' p  by' p  cy p
 a( v'1 y'1  v1y' '1 v' 2 y' 2 v 2 y' ' 2 )  b( v1y'1 v 2 y' 2 )  c( v1y1  v 2 y 2 )
 a( v'1 y'1  v' 2 y' 2 )  v1( ay' '1 by'1 cy1 )  v 2 ( ay' ' 2 by' 2 cy 2 )
 a( v'1 y'1  v' 2 y' 2 )  0  0
karena y1 dan y2 adalah solusi persamaan homogen. Persamaan diatas direduksi menjadi
v'1 y'1  v' 2 y' 2  f / a
Secara ringkas
y1v'1  y 2v' 2  0
v'1 y'1  v' 2 y' 2  f / a
Untuk menentukan v1 dan v2, kita selesaikan sistim persamaan linier tersebut. Dengan aturan Cramer
memberikan
 f ( t )y 2 ( t ) f ( t ) y1( t )
v' 1 ( t )  dan v' 2 ( t ) 
ay1( t ) y' 2 ( t )  y'1 ( t ) y 2 ( t ) ay1( t ) y' 2 ( t )  y'1 ( t ) y 2 ( t )
di mana bagian yang dalam kurung pada penyebut (Wronskian). Selanjutnya dengan pengintegralan
diperoleh
 f ( t )y 2 ( t ) f ( t ) y1( t )
v1( t ) 

ay1( t ) y' 2 ( t )  y'1 ( t ) y 2 ( t )
dt dan v 2 ( t ) 

ay1( t ) y' 2 ( t )  y'1 ( t ) y 2 ( t )
dt

Metode variasi parameter diringkas sebagai berikut:


Untuk menentukan solusi partikulir (tak homogen) dari . ay' '  by '  cy  f ( t )
(i) Tentukan dua solusi bebas linier {y1(t),y2(t)} untuk persamaan homogen yang berpadanan
dan ambil
y p ( t )  v1 ( t ) y1 ( t )  v 2 ( t ) y 2 ( t )
(ii) Tentukan v1(t) dan v2(t) dengan menyelesaikan sistim
y1v'1  y 2v' 2  0
v'1 y'1  v' 2 y' 2  f / a
untuk v’1(t) dan v’2(t) dan integralkan.
(iii) Substitusikan v1(t) dan v2(t) ke dalam ekspressi untuk yp(t) untuk mendapatkan solusi
partikulir (tak homogen).

Contoh:
1) Tentukan solusi umum dalam interval (-/2,/2) dari persamaan
27

d 2y
 y  tan t .
dt 2
Penyelesaian.
Solusi homogen persamaan ini adalah y = A cos t + B sin t.
Dengan membuat
y p ( t )  v1( t ) cos t  v 2 ( t ) sin t ,
didapat sistim persamaan
(cost )v'1 ( t )  (sint )v' 2 ( t )  0
(  sint )v'1 ( t )  (cost )v' 2 ( t )  tant
Dari persamaan ini didapat
v'1 ( t )  tant sint
v' 2 ( t )  tant cost  sint
Dengan pengintegralan diperoleh:
sin 2 t

v1( t )   tan t sin t dt  
 cos t
dt  sin t  ln(sec t  tant )  C1


v 2 ( t )  sin t dt   cos t  C 2 .
Jadi solusi partikulir adalah
y p ( t )  [sin t  ln sec t  tan t ] cos t  cos( t ) sin t
 (cos t ) ln sec t  tan t
Solusi umum persamaan tersebut menjadi
y( t )  yh ( t )  y p ( t )
 A cos t  B sin t  (cos t ) ln(sec t  tan t ) 
2) Tentukan solusi umum dalam interval (-/2,/2) dari persamaan
y' '  y  tan t  3t  1 .
Penyelesaian:
Dengan f(t) = tan t + 3t – 1, prosedur variasi parameter akan menghasilkan satu solusi. Dengan prinsip
superposisi, persamaan tersebut dapat ditulis menjadi dua buah persamaan terpisah
y' '  y  tan t …………..1)
y' '  y  3t  1 ………...2)
Sebagaimana diperoleh pada contoh sebelumnya, solusi tak homogen persamaan 1) adalah
y q ( t )   (cos t ) ln(sec t  tan t ) . Untuk persamaan 2), dengan metode koefisien tak tentu tak
homogen ada adalah berbentuk yr(t) = C1t + C0 sehingga diperoleh yr(t) = 3t – 1
Akhirnya dengan prinsip superposisi diperoleh solusi tak homogen
y p ( t )  y q ( t )  y r ( t )   (cos t ) ln(sec t  tan t )  3t  1
Dengan demikian solusi umum persamaan tersebut adalah
y( t )  yh ( t )  y p ( t )
 A cos t  B sin t  (cos t ) ln(sec t  tan t )  3t  1 
(c). Metode Kompleks.
Jika diberikan persamaan
I’’ + I’ + 3I = 5 cos t (*)
Kita tahu bahwa solusi partikulir Ip(t) dapat diperoleh melalui koefisien tak tentu yaitu dengan substitusi
Ip(t) = a cos t + b sin t dan kemudian menentukan a dan b. Hasilnya adalah
28

Ip(t) = 2 cos t + sin t


Umumnya para ahli rekayasa lebih menyukai metode kompleks yang lebih sederhana untuk
pemperoleh Ip(t). Dalam metode ini, kita perhatikan bahwa 5 cos t adalah bagian nyata dari
5ejt = 5(cos t + j sin t).
Simak persamaan differensial
I’’ + I’ + 3I = 5ejt (j =  1 ). (**)
Kita tentukan suatu solusi partikulir kompleks berbentuk
Ip*(t) = Kejt.
Dengan substitusi fungsi itu dan turunan-turunannya
Ip* ’(t) = jKejt dan Ip* ‘’(t) = – Kejt.
kita memperoleh
( –1 + j + 3)Kejt = 5ejt.
Dengan memecahkan persamaan ini untuk K, kita dapatkan
5 5(2  j)
K   2 j
2  j (2  j)(2  j)
sehingga diperoleh solusi partikulir bagi (**) yaitu
Ip*(t) = (2 – j)ejt = (2 – j)(cos t + j sin t)
Bagian nyata (real part) dari Ip*(t) adalah
Ip(t) = 2 cos t + sin t
yang merupakan solusi partikulir dari persamaan differensial (*) semula.

Persamaan (*) merupakan kasus khusus dari persamaan


LI’’ + RI’ + (1 / C )I = V0 cos t
untuk R  0 yang akan dibahas sekarang. Persamaan kompleks padanannya adalah
LI’’ + RI’ + (1/C)I = V0 ejt.
Fungsi di ruas kanan menyarankan solusi partikulir berbentuk
Ip*(t) = Kejt (j =  1 ).
Dengan substitusi fungsi ini dan turunan-turunannya
Ip* ’(t) = jKejt dan Ip* ‘’(t) = – 2Kejt
diperoleh
1
( –2L + jR + )Kejt = V0 ejt.
C
Dengan membagi kedua ruas dengan  dan kemudian memecahkan untuk K, kita dapatkan
V0 V
K  0
1 jZ
 L  jR 
C
dengan Z adalah impedansi kompleks yaitu
1
Z = R + j(L – ).
C
V
Akibatnya Ip*(t) = Kejt dengan K  0 merupakan solusi bagi
jZ
1
LI’’ + RI’ + I = V0 ejt.
C
Terlihat bahwa bagian khayal (imaginary part) dari Z adalah reaktansi
1 V
X = L – sedangkan Z adalah impedansi mutlak yaitu 0  R 2  X 2 . Jadi
C I0
Z = Ze dengan  = tan (X/R).
j  -1
29

Akibatnya dapat ditulis


V0 jt V
Ip*(t) = e = –j 0 ej(t - ).
jZ Z

sumbu khayal
impedansi Z

reaktansi X

 sumbu nyata
Bagian nyatanya adalah
V0 V0
Ip(t) = sin (t – ) = sin (t – )
Z 2
R X 2

Re Z R
Karena sin (t – ) = sin t cos  – cos t sin  dan cos  = = ;
Z R2  X2
Im Z X
sin  = =
Z R2  X2
maka solusi itu dapat ditulis dalam bentuk
V0
Ip(t) = [R sin t – X cos t].
R2  X 2

2. Persamaan Differensial Linier Orde Dua Koefisien Variabel.


Persamaan differensial linier orde dua koefisien variabel dapat ditulis dalam bentuk
a2 ( t ) y' ' a1( t ) y' a0 y  f ( t )
dengan a0, a1, a2 dan f(t) adalah fungsi t yang masing-masing kontinu dan a2  0.
Apabila persamaan tersebut dibagi dengan koefisien tak nol a2(t) didapat bentuk umum
persamaan sebagaimana disebut berikut

(a) Teorema: Eksistensi dan Ketunggalan penyelesaian.


Misalkan p(t), q(t) dan g(t) adalah kontinu pada suatu nterval (a,b) yang memuat titik t0. Untuk
setiap pilihan nilai awal Y0 dan Y1, terdapat satu solusi tunggal y(t) pada interval yang sama
(a,b) untuk masalah nilai awal
y' ' ( t )  p ( t ) y' ( t )  q ( t ) y ( t )  g ( t ) y ( t 0 )  Y0 , y' ( t 0 )  Y1
Contoh:
Tentukan interval terbesar dalam mana teorema di atas menjamin eksistensi dan ketunggalan suatu
solusi untuk masalah nilai awal
d 2 y dy
( t  3)   t y  ln t y ( 1)  3, y' ( 1)  5
dt 2 dt
Data p(t), q(t) dan g(t) dalam bentuk standar persamaan
d 2y 1 dy t ln t
y' '  py' qy    y g
dt 2 ( t  3 ) dt ( t  3 ) ( t  3)
adalah secara simultan kontinu dalam interval 0 < t < 3 dan 3 < t < . Yang pertama memuat titik t0=1,
dimana kondisi-kondisi awal ditetapkan, jadi teorema eksistensi dan ketunggalan menjamin masalah
nilai awal tersebut mempunyai solusi tunggal dalam interval 0 < t < 3.
30

(b). Persamaan Cauchy-Euler atau Persamaan eqidimensional.


Persamaan differensial linier orde dua yang dapat dinyatakan dalam bentuk
at 2 y' ' ( t )  bt y' ( t )  cy ( t )  f ( t )
dengan a, b dan c adalah konstanta, disebut persamaan Cauchy-Euler atau persamaan
eqidimensional. Misalnya persamaan 3t2y’’ + 11ty’ – 3y = sin t adalah persamaan Cuchy-Euler
sedangkan persamaan 2y’’ - 3ty’ + 11y = 3t – 1 bukan, karena koefisien dari y’’ adalah 2 yang bukan
kelipatan konstan dari t2.
Untuk menyelesaikan persamaan Cauchy-Euler homogen (f(t) = 0) digunakan substitusi
y  t r yang menghasilkan ty'  t .rt r 1  r .t r , t 2 y' '  t 2 r ( r  1)r r  2  r ( r  1)t r
Substitusi hasil ini ke bentuk homogen, menghasilkan sebuah persamaan kuadrat sederhana
untuk r
ar (r  1) t r  brt r  ct r  [ar 2  ( b  a )r  c]t r  0

atau ar 2  ( b  a )r  c  0 yang disebut persamaan karakteristik yang berpadanan


dengan persamaan tersebut.
Contoh:
1. Tentukan dua solusi bebas linier untuk persamaan 3t 2 y' ' 11t .y' 3y  0 .
Penyelesaian:
Dengan memasukkan y  t r menghasilkan 3r 2  ( 11  3 )r  3  3t 2  8r  3  0 yang akar-
akarnya adalah r = 1/3 dan r = - 3.mengasilkan pemecahan yang saling bebas
y1( t )  t 1 / 3 , y 2 ( t )  t 3 ( untuk t  )
B
Jadi solusi umum persamaan ini adalah: y ( t )  At1 / 3  Bt  3  A3 t  
t3
Jelas bahwa substitusi y = tr ke dalam persamaan eqidimensional homogen mempunyai efek
penyederhanaan yang sama seperti penggunaan y = ert ke dalam persamaan homogen koefisien
konstan.

3. Beberapa Penerapan Persamaan Differensial Linier Orde Dua.


a. Pegas Bergetar (Gerak harmonis sederhana).
Pandang sebuah pegas yang dibebani benda bermassa m dan digantung tegak. Akan ditinjau
gerakan titik P jika pegas ditarik ke bawah sejauh x0 dari titik setimbangnya kemudian dilepaskan.
Sesuai hukum Hooke gaya pegas F yang cenderung mengembalikan pegas kepada
kedudukan setimbang x = 0 memenuhi F = -kx, dengan k konstanta pegas dan x koordinat tegak dari
P. Menurut hukum kedua Newton F = ma = (w/g)a, dengan w adalah berat benda A, a percepatan P
dan g konstanta percepatan gravitasi bumi. Jadi
w d2 x
 kx k0
g dt 2
adalah persamaan differensial gerak tersebut.

x0 t

P x T
Jika diandaikan kg/w = 2, maka persamaan itu menjadi
31

d2 x
 2 x  0
2
dt
yang mempunyai solusi umum
x  C1 cost  C2 sint .
Kondisi awal x =x0 dan x’ = 0 pada saat t = 0 memberikan solusi khusus
x  x 0 cos t .
Ini diartikan bahwa pegas tersebut melakukan gerak harmonis sederhana dengan amplitudo
2
x 0 dan periode .

b. Getaran teredam.
Kalau pada gerak harmonis sederhana dianggap tidak ada gesekan, di sini diperhitungkan
adanya penghambat yaitu gesekan yang sebanding dengan kecepatan (dx/dt). Dengan demikian
persamaan differensial yang menggambarkan getaran ini adalah
w d2 x dx
 kx  b k  0, b  0
g dt 2 dt
Dengan mengandaikan E = bg/w dan 2 = kg/w persamaan ini akan menjadi
d2 x dx
2
 E  2 x  0 .
dt dt
Terdapat tiga kasus pada penyelesaian persamaan ini.
Kasus (i): (E2  42 )  0.
Akar persamaan bantu adalah bilangan kompleks saling konjugat, sehingga solusi umum adalah
x  e t (C1 cos t  C 2 sin t )
yang dapat ditulis
x  Ce t sin(t   ) .
Faktor e t disebut faktor redam yang menyebabkan amplitudo mendekati nol jika t.
Kasus (ii): (E2  42 )  0.
Akar persamaan bantu adalah kembal -, sehingga solusi umum adalah
x  C1e t  C2 t.e t .
Gerak yang digambarkan persamaan ini disebut teredam kritis.

Kasus (iii): (E2  42 )  0.


Akar persamaan bantu bilangan riil berbeda -1 dan 2, sehingga solusi umum adalah
x  C1e  1t  C 2 e  2 t
Persamaan ini menggambarkan gerak teredam berlebihan.
x(t) x(t) x(t)

(a). teredam. (b) teredam kritis (c) teredam berlebihan.


Contoh:
32

1. Benda seberat 5 pon digantung pada titik paling rendah (P) dari suatu pegas yang tergantung tegak
menyebabkan pegas bertambah panjang 6 inchi. Benda 5 pon kemudian diganti dengan benda
20 pon dan sistem dibiarkan mencapai kesetimbangan. Selanjutnya benda 20 pon ditarik ke
bawah sejauh 2 kaki kemudian dilepaskan.
a. Berikan gambaran tentang gerak titik P apabila gesekan dianggap tidak ada.
b. Tentukan persamaan gerak apabila gaya redam dengan koefisien b = 0,2 diberlakukan pada
sistim tersebut.
Penyelesaian:
5
a). Konstanta pegas adalah k   10 , sedangkan x0 = 2 dan 2 = kg/w =(10)(32)/20 = 16.
1/ 2
Disimpulkan bahwa
x = 2 cos 4t.
Gerak titik P adalah gerak harmonik sederhana dengan amplitudo 2 kaki dan periode /2. Artinya P
berosilasi atas-bawah, dari 2 kaki di bawah nol sampai 2 kaki di atas nol kemudian kembali 2 kaki di
bawah nol dengan waktu /2 detik atau 1,57 detik.
b). Dari data soal didapat E = 0,32 dan 2 = 16, sehingga persamaan differensial untuk getaran itu
adalah
d2 x dx
 0,32  16 x  0 .
2 dt
dt
Akar-akar persamaan bantu adalah r1.2  0,16  j 15,9744  0,16  j4 , sehingga
x  e 0,16t (C1 cos 4t  C2 sin 4t ) .
Berdasarkan kondisi awal yang ada didapat C1 = 2 dan C2 = 0,08. Akibatnya
x  e 0,16t (2 cos 4t  0,08 sin 4t ) .

2. Asumsikan bahwa gerakan dari sebuah sistim pegas massa diberikan oleh
d2 x dx
 b  25 x  0; x(0) = 1 dan x’(0) = 0.
2 dt
dt
Tentukan persamaan gerakan untuk tiga kasus apabila b = 8, 10, 12.
Penyelesaian:
b 1 2
Persamaan bantu adalah: r2 + br + 25 = 0 yang memiliki akar-akar r   b  100 .
2 2
Kasus 1. Untuk b = 8, akar-akar persamaan bantu adalah r = – 4  3i. Ini adalah kasus getaran kurang
teredam dan persamaan gerakan berbentuk
x( t )  (C1e 4t cos 3t  C2e 4t sin 3t )
Karena x(0) = 1 dan x’(0) = 0, didapat C1 = 1 dan C2 = 4/3. Untuk menyatakan x(t) sebagai hasil kali
dsri sebuah faktor redam dengan faktor sinus dibuat:
5 C 3
A = C12  C 22  ; dan tan   1  di mana  adalah sudut di
3 C2 4
kuadran pertama karena C1 dan C2 masing masing positip.
Selanjutnya
5
x( t )  e  4 t (sin 3t  ) di mana  = tan-1 (3/4)  0,64 radian.
3
Kasus 2. Untuk b = 10, akar-akar persamaan bantu adalah berulang r = 5. Ini adalah kasus getaran
teredam kritis dan persamaan gerakan berbentuk
x( t )  (C1  C2t )e 5t
33

Karena x(0) = 1 dan x’(0) = 0, didapat C1 = 1 dan C2 = 5. Sehingga


x( t )  (1  5t )e 5t
Kasus 3. Untuk b = 12, akar-akar persamaan bantu adalah r = – 6  11 . Ini adalah kasus getaran
teredam berlebihan (over damped) dan persamaan gerakan berbentuk
x(t )  C1e( 6 11)t  C2e( 6 11)t
11 6 11 11 6 11
Karena x(0) = 1 dan x’(0) = 0, didapat C1 = dan C2 = . Sehingga
22 22
11 6 11 ( 6  11)t 11 6 11 ( 6  11)t
x(t) = e + e
22 22
e ( 6  11) t 
=
22 

11  6 11  11  6 11 e   2 11t 


c. Osilasi Paksa (Forced Vibration).
Sebagai suatu tinjauan akan diselidiki pengaruh dari sebuah fungsi gaya cosinus terhadap
sistim yang dinyatakan dengan persamaan differensial
d2 x dx
m  b  kx  F0 cos t .
2 dt
dt
di mana F0,  adalah konstanta tak negatip dan 0 < b2 < 4mk. Solusi untuk persamaan ini adalah xh +
xp. Solusi homogen adalah
 2 
(b / 2m) t  4mk  b
xh ( t )  Ae sin t  
 2m 
 
dengan A dan  adalah konstanta. Untuk menentukan solusi partikulir yp digunakan metode koefisien
tak tentu, dengan memisalkan
yp = A1 cos t + A2 sin t.
Dengan substitusi ke persamaan semula diperoleh
F0 (k  m  2 ) F0b
A1 = dan A2 =
2 2
(k  m  )  b y 2 2
( k  m 2 ) 2  b 2 y 2
Jadi solusi partikulir adalah

xp(t) =
F0 (k  m 2 )
2 2
(k  m )  b y 2 2
(k  m 2 ) cos t  b sin t
Karena ekspressi yang di dalam kurung kurawal dapat ditulis menjadi
(k  m 2 )2  b 2  2 sin( t  )
berarti xp dapat dinyatakan sebagai
F0
xp(t) = sin( t  ).
(k  m 2 ) 2  b 2  2
Jadi solusi umum persamaan differensial tersebut di atas adalah
 4mk  b2 
x( t )  Ae (b / 2m) t sin t   +
F0
  sin( t  ).
2m ( k  m  2 2
)  b 2 2

 
Suku pertama pada x(t) disebut sebagai solusi transien yang akan menuju nol apabila t .
Sedangkan suku kedua disebut sebagai solusi steady state (solusi keadaan mantap).
34

d. Rangkaian Listrik Elementer.


Suatu rangkaian listrik RLC yaitu rangkaian yang terdiri atas sebuah resistor (R), sebuah
induktor (L) dan sebuah kapasitor (C) yang dirangkai seri dan dihubungkan dengan sebuah sumber
listrik (generator atau baterei) seperti pada gambar berikut.

V(t)

Menurut hukum tegangan Kirchoff


dI 1
VL  VR  VC  V ( t ). atau L
dt
 RI 
C 
I dt  V ( t ).
dq
Karena I  maka persamaan terakhir menjadi
dt
d2q dq q
L 2 R   V ( t)
dt dt C
Dalam penerapan, lebih sering muncul penentuan kuat arus I(t), sehingga digunakan persamaan yang
berikut (yang didapat dengan pendifferensialan dari persamaan di atas).
d 2I dI I dV
L 2 R  
dt dt C dt
Contoh:
Sebuah rangkaian seri RLC dengan tegangan sumber V(t) = sin 100t, R = 0,02; L = 0,001 Henry
dan C = 2 F. Jika kuat arus awal adalah nol dan muatan awal kapasitor adalah nol, hitunglah kuat arus
listrik I(t) dalam rangkaian tersebut untuk t > 0.
Penyelesaian:
Persamaan differensial untuk rangkaian itu adalah
d 2I dI I d 2I dI
0,001  0,02   100 cos 100 t atau  20  500I  100000 cos 100 t .
2 dt 2 2 dt
dt dt
Akar-akar persamaan bantu untuk persamaan differensial tersebut adalah –10  j20, sehingga solusi
homogen adalah
Ih ( t )  C1e 10t cos 20t  C2e 10t sin 20t.
Untuk menentukan solusi partikulir tak homogen digunakan mertode koefisien tak tentu dengan
memisalkan Ip(t) = A cos 100t + B sin 20t; yang menghasilkan
95 20
Ip ( t )   cos 20t  sin 20t.
9,425 9,425
Karena I(t) = Ih(t) + Ip(t), berarti
95 20
I( t )  C1e 10t cos 20t  C 2e 10t sin 20t.  cos 20t  sin 20t.
9425 9425
Dengan menggunakan kondisi awal yang diberikan, diperoleh:
95  105
C1  dan C 2  ,
9,425 18,85
35

95 105 95 20
sehingga I( t )  e 10t [ cos 20t  sin 20t ]  cos 20t  sin 20t. 
9,425 18,85 9425 9425
Di sini arus pada rangkaian terdiri atas dua bagian yaitu
95 105
 arus transien Ih ( t )  e 10t [ cos 20t  sin 20t ] yang akan menuju nol apabila t .
9,425 18,85
95 20
 arus keadaan mantap (steady state) Ip ( t )   cos 20t  sin 20t.
9425 9425
Apabila gaya gerak listrik (tegangan) rangkaian adalah V(t) = Vm sin t, dapat ditunjukkan
bahwa muatan steady state [qp(t)] dan kuat arus steady state [Ip(t)] adalah:
 Vm cos(t  ) Vm sin(t  )
qp ( t )  dan Ip ( t )  q'p ( t ) 
2 2
1 2 2 2  1 
  L    R R 2  L 
C   C 
1 2
  L 
C
dengan   tan 1  .
R
2
 1 
Besaran R 2  L  disebut impedansi rangkaian yang merupakan fungsi prekwensi 
 C 
dari gaya gerak listrik (tegangan).

Tabel. Analogi antara sistim mekanik dengan sistim elektrik.


Sistim Pegas Massa Mekanis dengan redaman. Rangkaian Listrik RLC Seri.
mx’’+ bx’ + kx =f(t). Lq’’ + Rq’ + (1/C)q = V(t)
Besaran Simbol Besaran Simbol
Perpindahan x Muatan q
Kecepatan x’ Kuat arus q’ = I
Massa m Induktansi L
Konstanta redaman b Resistansi (hambatan) R
Konstanta Pegas k Elastansi (Balikan kapasitansi) 1/C
Gaya Luar f(t) Gaya Gerak Listrik (Tegangan) V(t)
Soal Latihan.
1. Tentukan solusi umum persamaan differensial berikut:
a. y’’ – y’ – 2y = 0 b. 2u’’ +7u’ – 4u = 0 c. y’’ + 8y’ + 16y = 0
c. 4w’’ + 20w’ + 25 w = 0 d. 3y’’ + 11y’ – 7y = 0
2. Gunakan metode persamaan Cauchy-Euler untuk menentukan solusi umum dari
d 2 w 6 dw 4
a. x y’’(x) +7xy’(x) – 7y(x) = 0.
2 b.   w0
2 x dx x 2
dx
3. Gunakan metode kasus akar kompleks untuk menentukan solusi umum dari
a. y’’ + y’ = 0 b. w’’ + 4w’ + 6w = 0 c. y’’ + 10y’ + 26y = 0
c. 4w’’ - 4w’ + 26 w = 0 d. 4y’’ + 4y’ + 6y = 0
4. Gunakan metode koefisien tak tentu untuk menentukan solusi umum persamaan tak homogen
a. z’’ + z = 5e2x b. 2x’ + x = 5t2 + 10t c. y’’ – y’ – 2y = -2x3 – 2x3 + 8x + 1
d. y’’ – y’ + 9y = 3 sin 3x e. y’’ + 2y’ + 2y = e- cos 
5. Gunakan metode variasi parameter untuk menentukan solusi umum dari persamaan tak homogen
berikut.
a. y’’ + 4y = tan 2x b. 2x’’ – 2x’ – 4x = 2e3t c. y’’ + 9y = sec2 3x
d. y’’ + 4y’ + 4y = e ln x
-2x e. x2y’’ + 3xy’ + y = x -1
36

6. Selesaikan masalah nilai awal berikut.


a. y’’ + 2y’ – 8y = 0; y(0) = 3; y’(0) = -12 b. y’’ + y’ = 0; y(0) = 2; y’(0) = 1
c. z’’ – 2z’ – 2z = 0; z(0) = 0 ; z’(0) = 3 d. m’’ – 6m’ + 9m = 0;m(0) = 2;m’(0)=25/3.
e. x 2 y' ' ( x )  4 xy' ( x )  4 y( x )  0; y(1)  2; y' (1)  11
f. y’’ – y’ – 2y = cos x – sin 2x; y(0) = -7/20; y’(0) = 1/5
g. y’’ + 2y’ + y = x2 + 1 – ex; y(0) = 0; y’(0) = 2.
h. y’’ – y = sin  - e2 ; y(0) = 1; y’(0) = 2.
7. Sebuah sistim pegas massa dengan redaman dinyatakan dengan persamaan
x’’(t) + bx’(t) + 64x(t) = 0; x(0) = 1; x’(0) = 0. Tentukan persamaan geeerakan dan sketsakan
grafiknya untuk b = 10; 16 dan 20.
8. Sebuah sistim pegas massa dengan redaman dinyatakan dengan persamaan
x’’(t) + 10x’(t) + kx(t) = 0; x(0) = 1; x’(0) = 0. Tentukan persamaan geeerakan dan sketsakan
grafiknya untuk k = 20; 25 dan 30.
9. Sebuah massa 8 kg digantungkan pada sebuah pegas yang menyebabkan pegas bertambah
panjang 1,96 meter. Pada waktu t = 0 suatu gaya luar f(t) = cos 2t Newton dikenakan pada sistim.
Konstanta redaman pada sistim adalah 3 N-sec/m. Tentukanlah solusi steady state dari sistim itu.
10. Sebuah rangkaian RLC seri mempunyai tegangan V(t) = 20 Volt, resistor 20 Ohm, induktor 4
Henry dan kapasitor 0,001 Farad. Jika kuat arus awal nol dan muatan awal 4 Coulomb, tentukan
kuat arus pada rangkaian apabila t>0.
11. Sebuah rangkaian RLC seri mempunyai tegangan V(t) = 40 cos 2t Volt, resistor 2 Ohm, induktor
1/4 Henry dan kapasitor 1/13 Farad. Jika kuat arus awal nol dan muaatan awal 3,5 Coulomb,
tentukan muatan pada kapasitor dan kuat arus rangkaian untuk t>0.
12.
9F 64F
I1

48 cos (t/24) 4H I2 I3 9H

Kuat arus listrik pada rangkaian seperti dalam gambar memenuhi sistim
1 t
I1  64 I '2'  2 sin
9 24
1 '' ''
I 3  9 I 3  64 2  0
64
I1 = I2 + I3,
di mana I1, I2 dan I3, adalah kuat arus pada setiap cabang rangkaian. Dengan melengkapi
langkah-langkah berikut tentukan kuat arus setiap cabang apabila kuat arus awal
I1(0) = I2(0) = I3(0) = 0; I1’(0) = 73/12; I2’(0) = ¾ dan I3’(0) = 16/3.
a). Dengan mengeliminasi I1 dan I2 dari sistim tunjukkan bahwa I2, memenuhi
9 2 (64) 2 I (24)  (82)(64)I 2 ' '  I 2 = 0.
b). Tentukan solusi umum persamaan pada bagian a). (ini menghasilkan I2 dengan empat konstanta
sebarang).
c). Substitusi I2 ke pada persamaan pertama untuk menentukan ekspressi umum untuk I1. Kemudian
gunakan persamaan ketiga pada sistim untuk mendapatkan suatu ekspressi umum untuk I3.
d). Gunakan kondisi awal untuk menentukan I1 , I2 dan I3.

Anda mungkin juga menyukai