20
21
2. Selesaikan masalah nilai awal y’’ + 2y’ - y = 0, di mana y(0) = 0 dan y’(0) = –1.
Penyelesaian:
Persamaan bantu: m2 + 2m - 1 = 0, yang menghasilkan m1 = –1 + 2 dan m2 = –1 – 2
Solusi umum adalah
y Ae( 1 2 )t Be( 1 2 )t
Untuk mendapatkan solusi khusus gunakan kondisi awal y(0) = 0 dan y’(0) = –1 sehingga
y (0) Ae 0 Be 0 dan y ' (0) (1 2 ) Ae 0 (1 2 )Be 0
atau 0 A B dan 1 (1 2 ) A (1 2 )B
yang menghasilkan A 2 / 4 dan B 2 / 4
Jadi
2 ( 1 2 )t 2 ( 1 2 )t
y( t ) e e
4 4
adalah solusi masalah nilai awal yang diharapkan.
Kasus (ii): Akar riil berulang.
Jika persamaan bantu memiliki akar-akar bilangan riil yang sama (akar berulang) di mana m1 =
m2 = m ) maka masing-masing y1(t) = ert dan y2(t) = tert adalah solusi untuk persamaan homogen
**), sehingga solusi umum adalah
y e mx ( Ax B )
Contoh:
Tentukan solusi masalah nilai awal y’’ + 4y’ + 4y = 0; y(0) = 1, y’(0) = 3.
Penyelesaian:
Persamaan bantu: m2 + 4m + 4 = (m + 2)2 = 0 yang akar-akarnya m1 = m2 = –2
Karena akar persamaan bantu adalah riil berulang, maka persamaan tersebut mempunyai solusi y1
= e-2t dan y2 = te-2t. Solusi ini dikonfirmasi sebagai berikut, misalnya y2 = te-2t adalah solusi.
y2 (t) = te-2t.
y2’(t) = e-2t.- 2te-2t.
y2’’(t) = -2e-2t.- 2e-2t.+ 4te-2t.= -4e-2t.+ 4te-2t.
y2’’ + 4y2’ + 4y2 = -4e-2t.+ 4te-2t +4(e-2t.- 2te-2t) + 4te-2t = 0.
Selanjutnya dapat diobservasi bahwa e-2t.dan te-2t adalah bebas linier karena tidak ada salah satu
yang merupakan kelipatan konstan dari yang lain pada (-, ), sehingga solusi umum adalah
y(t) = Ae-2t.+ Bte-2t.
Akhirnya dengan memasukkan solusi umum ke kondisi awal diperoleh
y(0) = Ae0.+ B(0)e0 = 1
y’(0) = -2Ae0.+ Be0 – 2B(0)e0.= 3
yang menghasilkan A = 1 dan B = 5. Jadi solusi masalah nilai awal yang diharapkan adalah
y = e-2t.+ 5te-2t.
22
b 4ac b 2
dan
2a 2a
Karena em1t dan em2t masing masing adalah solusi persamaan homogen ay’’ + by’ + cy = 0, maka
solusi umum adalah
y ( t ) Ae m1t Be m2t Ae j t Be j t
Ae t (cos t j sin t ) Be t (cos t j sin t )
e t ( A cos t jA sin t ) e t ( B cos t jB sin t )
e t ( A B ) cos t j ( A B ) sin t
Karena A dan B masing-masing adalah konstanta sebarang, yang dapat diganti menjadi A + B = C
dan j(A – B) = D, sehingga solusi umum menjadi
y ( t ) e t C cos t D sin t
C dan D konstanta sebarang.
Contoh:
1) Selesaikan persamaan y’’ + 2y’ + 4y = 0
Penyelesaian:
Persamaan karakteristik: m2 + 2m + 4 = 0 yang menghasilkan m1 = –1 + j 3 dan m2 = –1 – j 3
Jadi solusi umum adalah
y e t C cos( 3 )t D sin( 3 )t
2) Selesaikan masalah nilai awal y’’ + 2y’ + 2y = 0; y(0) = 0; y’(0) = 2.
Penyelesaian:
2 4 8
Persamaan bantu: m2 + 2m + 2 = 0 yang mempunyai akar-akar m12 1 j
2
sehingga = -1 dan = 1. Jadi solusi umum adalah
y ( t ) e t C cos t D sin t
Untuk kondisi-kondisi awal yang diberikan
y(0) = e 0 C cos 0 D sin 0 1( C .1 D .0 ) C 0 atau C = 0
y' ( 0 ) e 0 C cos 0 D sin 0 e 0 C sin 0 D cos 0 1( C .1 D.0 ) 1( C .0 D.1)
C D 2. atau D = 2.
Jadi solusi masalah nilai awal tersebut adalah
y ( t ) e t 0 cos t 2 sin t 2e t sin t
Untuk menentukan yp yaitu solusi partikulir (solusi tak homogen) dapat dilakukan dengan
berbagai cara. Berikut ini diuraikan dua cara yang mungkin digunakan.
1.Tentukan solusi partikulir (solusi tak homogen) dari persamaan y’’ + 3y’ + 2y = 3t.
Penyelesaian:
Kita perlu menentukan fungsi y(t) sedemikian sehingga kombinasi y’’ + 3y’ + 2y adalah fungsi linier
dari t yaitu 3t. Harus ditentukan fungsi yang tetap linier setelah fungsi itu dikombinasikan dengan
turunan pertama dan kedua. Untuk itu dicoba y1(t) = At + B dengan y1’(t) = A dan y1’’(t) = 0, yang
memberikan
y1’’ + 3y1’ + 2y1 = 3A + 2(At + B) = 2At + (3A + 2B) = 3t
Ini menghasilkan A = 3/2 dan B = - 9/4.
Jadi fungsi y1(t) = (3/2)t – (9/4) adalah satu solusi untuk persamaan y’’ + 3y’ + 2y = 3t
Contoh tersebut menunjukkan metode berikut untuk mencoba satu solusi partikulir (solusi
tak homogen) untuk persamaan
ay’’ + by’ + cy = Ctm, m = 0, 1, 2, .....
yaitu
yp(t) = Amtm + .... A1t + A0
dengan koefisien tak tentu Aj dan mencocokkan pangkat t dalam ay’’ + by’ + cy dengan Ctm.
Prosedur ini melibatkan pemecahan sebanyak m + 1 persamaan linier dengan m + 1 bilangan
tak diketahui yaitu A0, A1, ... Am. Metode ini disebut sebagai Metode Koefisien Tak Tentu atau Metode
Coba-coba.
Persamaan A – 3B = 1, dan B + 3A = 0 menghasilkan A = 0,1 dan B = - 0,3. Jadi solusi tak homogen
yang dimaksud adalah
yp(t) = 0,1 sin t – 0,3 cos t.
Secara lebih umum untuk suatu persamaan
ay’’ + by’ +cy = C sin t (atau C cos t),
metode koefisien tak tentu memerlukan dugaan
yp(t) = A sin t + B cos t
dan menyelesaikan persamaan untuk A dan B.
4. Tentukan solusi tak homogen untuk y’’ + 4y = 5t2et
Penyelesaian:
Pengalaman pada contoh sebelumnya, memungkinkan solusi coba-coba
yp = (At2 + Bt + C)et
yp’ = (2At + B)et + (At2 + Bt + C)et
yp’’ = 2Aet + 2(2At + B)et + (At2 + Bt + C)et
yp’’ + 4yp = et(2A + 2B + C + 4C) + tet(4A + B + 4B) + t2et(A + 4A) = 5t2et.
Dari persamaan terakhir didapatkan A = 1, B = -4/5 dan C = -2/25. Dengan demikian solusi tak
homogen yang dimaksud adalah
4t 2
yp(t) = t 2 e t
5 25
Pemisalan untuk solusi partikulir yp ditentukan berdasarkan bentuk fungsi ruas kanan dari persamaan
tak homogen. Pemisalan yang dapat dipakai diberikan pada tabel berikut.
Suku tak homogen/ruas kanan g(t) Pemisalan untuk solusi partikulir yp(t)
k (konstanta) yp = C
Penyelesaian.
Persamaan bantu adalah m2 + 2m - 3 = 0 yang mempunyai akar m1 = –3 dan m2 = 1.
Solusi homogen adalah y h Ae 3t Be t .
a). Dari tabel diperoleh bahwa g(t) = 7 cos 3t termasuk type yang keempat dengan a = 7, = 3 dan b
= 0, sehingga digunakan
y p C cos 3t D sin 3t
b). Fungsi g(t) = 5e-3t adalah type ketiga sehingga yp(t) = ts.C.e-3t. Di sini dipilih s = 1 karena e-3t adalah
suku solusi homogen, sedangkan te-3t bukan suku pada solusi homogen. Jadi
yp(t) = Cte-3t.
c). Fungsi g(t) = t2cos t adalah type keenam dengan pn(t) = t2, q0(t) = 0. Karena N = mat{0,2} = 2
maka
yp(t) = (C2t2 +C2=1t + C0) cos t + (D2t2 +D1t + D0) sin t
kita mengambil s = 0 karena karena tidak ada suku yp dalam solusi homogen
d). Fungsi g(t) = 2tetsin t – etcos t adalah type kedelapan dengan p0(t) = –1 dan q1(t) = 2t. Untuk
polinomial-polinomial ini N = mat{0,1} = 1 sehingga
tset{(C1t + C0) cos t + (D1t + D0) sin t} adalah bentuk solusi partikulir. Tidak ada dari tetcos t, etcos
t, tetsin t dan etsin t yang merupakan solusi persamaan homogen sehingga diambil s = 0, sehingga
diperoleh
yp(t) = et{(C1t + C0) cos t + (D1t + D0) sin t}
e). Fungsi g(t) = t2et + 3tet = et(t2 + 3t) adalah type kelima dengan p2(t) = t2 + 3t sehingga
yp(t) = t(C2t2 + C1t + C0)et
di mana telah diambil s = 1 karena suku C0et di dalam (C2t2 + C1t + C0)et adalah solusi persamaan
homogen.
f). Fungsi g(t) = tan t bukan salah satu bentuk (type) fungsi dalam tabel untuk yp(t). Jadi untuk g(t)
berbentuk seperti ini solusi partikulir tidak dapat ditentukan dengan metode koefisien tak tentu.
Persamaan seperti ini akan diselesaikan dengan metode yang lain yaitu metode variasi
parameter.
Untuk menyederhanakan perhitungan dan menghindarkan turunan kedua dari fungsi tak diketahui v1
dan v2 dalam ekspressi yp’’ dibuat
v'1 y1 v' 2 y 2 0
Jadi formula untuk yp’ menjadi
y' p v1y'1 v 2 y' 2
dan selanjutnya
y' ' p v'1 y'1 v1y' '1 v' 2 y' 2 v 2 y' ' 2
Sekarang substitusi yp, yp’ dan yp’’ ke dalam persamaan tak homogen, memberikan
f ( t ) ay' ' p by' p cy p
a( v'1 y'1 v1y' '1 v' 2 y' 2 v 2 y' ' 2 ) b( v1y'1 v 2 y' 2 ) c( v1y1 v 2 y 2 )
a( v'1 y'1 v' 2 y' 2 ) v1( ay' '1 by'1 cy1 ) v 2 ( ay' ' 2 by' 2 cy 2 )
a( v'1 y'1 v' 2 y' 2 ) 0 0
karena y1 dan y2 adalah solusi persamaan homogen. Persamaan diatas direduksi menjadi
v'1 y'1 v' 2 y' 2 f / a
Secara ringkas
y1v'1 y 2v' 2 0
v'1 y'1 v' 2 y' 2 f / a
Untuk menentukan v1 dan v2, kita selesaikan sistim persamaan linier tersebut. Dengan aturan Cramer
memberikan
f ( t )y 2 ( t ) f ( t ) y1( t )
v' 1 ( t ) dan v' 2 ( t )
ay1( t ) y' 2 ( t ) y'1 ( t ) y 2 ( t ) ay1( t ) y' 2 ( t ) y'1 ( t ) y 2 ( t )
di mana bagian yang dalam kurung pada penyebut (Wronskian). Selanjutnya dengan pengintegralan
diperoleh
f ( t )y 2 ( t ) f ( t ) y1( t )
v1( t )
ay1( t ) y' 2 ( t ) y'1 ( t ) y 2 ( t )
dt dan v 2 ( t )
ay1( t ) y' 2 ( t ) y'1 ( t ) y 2 ( t )
dt
Contoh:
1) Tentukan solusi umum dalam interval (-/2,/2) dari persamaan
27
d 2y
y tan t .
dt 2
Penyelesaian.
Solusi homogen persamaan ini adalah y = A cos t + B sin t.
Dengan membuat
y p ( t ) v1( t ) cos t v 2 ( t ) sin t ,
didapat sistim persamaan
(cost )v'1 ( t ) (sint )v' 2 ( t ) 0
( sint )v'1 ( t ) (cost )v' 2 ( t ) tant
Dari persamaan ini didapat
v'1 ( t ) tant sint
v' 2 ( t ) tant cost sint
Dengan pengintegralan diperoleh:
sin 2 t
v1( t ) tan t sin t dt
cos t
dt sin t ln(sec t tant ) C1
v 2 ( t ) sin t dt cos t C 2 .
Jadi solusi partikulir adalah
y p ( t ) [sin t ln sec t tan t ] cos t cos( t ) sin t
(cos t ) ln sec t tan t
Solusi umum persamaan tersebut menjadi
y( t ) yh ( t ) y p ( t )
A cos t B sin t (cos t ) ln(sec t tan t )
2) Tentukan solusi umum dalam interval (-/2,/2) dari persamaan
y' ' y tan t 3t 1 .
Penyelesaian:
Dengan f(t) = tan t + 3t – 1, prosedur variasi parameter akan menghasilkan satu solusi. Dengan prinsip
superposisi, persamaan tersebut dapat ditulis menjadi dua buah persamaan terpisah
y' ' y tan t …………..1)
y' ' y 3t 1 ………...2)
Sebagaimana diperoleh pada contoh sebelumnya, solusi tak homogen persamaan 1) adalah
y q ( t ) (cos t ) ln(sec t tan t ) . Untuk persamaan 2), dengan metode koefisien tak tentu tak
homogen ada adalah berbentuk yr(t) = C1t + C0 sehingga diperoleh yr(t) = 3t – 1
Akhirnya dengan prinsip superposisi diperoleh solusi tak homogen
y p ( t ) y q ( t ) y r ( t ) (cos t ) ln(sec t tan t ) 3t 1
Dengan demikian solusi umum persamaan tersebut adalah
y( t ) yh ( t ) y p ( t )
A cos t B sin t (cos t ) ln(sec t tan t ) 3t 1
(c). Metode Kompleks.
Jika diberikan persamaan
I’’ + I’ + 3I = 5 cos t (*)
Kita tahu bahwa solusi partikulir Ip(t) dapat diperoleh melalui koefisien tak tentu yaitu dengan substitusi
Ip(t) = a cos t + b sin t dan kemudian menentukan a dan b. Hasilnya adalah
28
sumbu khayal
impedansi Z
reaktansi X
sumbu nyata
Bagian nyatanya adalah
V0 V0
Ip(t) = sin (t – ) = sin (t – )
Z 2
R X 2
Re Z R
Karena sin (t – ) = sin t cos – cos t sin dan cos = = ;
Z R2 X2
Im Z X
sin = =
Z R2 X2
maka solusi itu dapat ditulis dalam bentuk
V0
Ip(t) = [R sin t – X cos t].
R2 X 2
x0 t
P x T
Jika diandaikan kg/w = 2, maka persamaan itu menjadi
31
d2 x
2 x 0
2
dt
yang mempunyai solusi umum
x C1 cost C2 sint .
Kondisi awal x =x0 dan x’ = 0 pada saat t = 0 memberikan solusi khusus
x x 0 cos t .
Ini diartikan bahwa pegas tersebut melakukan gerak harmonis sederhana dengan amplitudo
2
x 0 dan periode .
b. Getaran teredam.
Kalau pada gerak harmonis sederhana dianggap tidak ada gesekan, di sini diperhitungkan
adanya penghambat yaitu gesekan yang sebanding dengan kecepatan (dx/dt). Dengan demikian
persamaan differensial yang menggambarkan getaran ini adalah
w d2 x dx
kx b k 0, b 0
g dt 2 dt
Dengan mengandaikan E = bg/w dan 2 = kg/w persamaan ini akan menjadi
d2 x dx
2
E 2 x 0 .
dt dt
Terdapat tiga kasus pada penyelesaian persamaan ini.
Kasus (i): (E2 42 ) 0.
Akar persamaan bantu adalah bilangan kompleks saling konjugat, sehingga solusi umum adalah
x e t (C1 cos t C 2 sin t )
yang dapat ditulis
x Ce t sin(t ) .
Faktor e t disebut faktor redam yang menyebabkan amplitudo mendekati nol jika t.
Kasus (ii): (E2 42 ) 0.
Akar persamaan bantu adalah kembal -, sehingga solusi umum adalah
x C1e t C2 t.e t .
Gerak yang digambarkan persamaan ini disebut teredam kritis.
1. Benda seberat 5 pon digantung pada titik paling rendah (P) dari suatu pegas yang tergantung tegak
menyebabkan pegas bertambah panjang 6 inchi. Benda 5 pon kemudian diganti dengan benda
20 pon dan sistem dibiarkan mencapai kesetimbangan. Selanjutnya benda 20 pon ditarik ke
bawah sejauh 2 kaki kemudian dilepaskan.
a. Berikan gambaran tentang gerak titik P apabila gesekan dianggap tidak ada.
b. Tentukan persamaan gerak apabila gaya redam dengan koefisien b = 0,2 diberlakukan pada
sistim tersebut.
Penyelesaian:
5
a). Konstanta pegas adalah k 10 , sedangkan x0 = 2 dan 2 = kg/w =(10)(32)/20 = 16.
1/ 2
Disimpulkan bahwa
x = 2 cos 4t.
Gerak titik P adalah gerak harmonik sederhana dengan amplitudo 2 kaki dan periode /2. Artinya P
berosilasi atas-bawah, dari 2 kaki di bawah nol sampai 2 kaki di atas nol kemudian kembali 2 kaki di
bawah nol dengan waktu /2 detik atau 1,57 detik.
b). Dari data soal didapat E = 0,32 dan 2 = 16, sehingga persamaan differensial untuk getaran itu
adalah
d2 x dx
0,32 16 x 0 .
2 dt
dt
Akar-akar persamaan bantu adalah r1.2 0,16 j 15,9744 0,16 j4 , sehingga
x e 0,16t (C1 cos 4t C2 sin 4t ) .
Berdasarkan kondisi awal yang ada didapat C1 = 2 dan C2 = 0,08. Akibatnya
x e 0,16t (2 cos 4t 0,08 sin 4t ) .
2. Asumsikan bahwa gerakan dari sebuah sistim pegas massa diberikan oleh
d2 x dx
b 25 x 0; x(0) = 1 dan x’(0) = 0.
2 dt
dt
Tentukan persamaan gerakan untuk tiga kasus apabila b = 8, 10, 12.
Penyelesaian:
b 1 2
Persamaan bantu adalah: r2 + br + 25 = 0 yang memiliki akar-akar r b 100 .
2 2
Kasus 1. Untuk b = 8, akar-akar persamaan bantu adalah r = – 4 3i. Ini adalah kasus getaran kurang
teredam dan persamaan gerakan berbentuk
x( t ) (C1e 4t cos 3t C2e 4t sin 3t )
Karena x(0) = 1 dan x’(0) = 0, didapat C1 = 1 dan C2 = 4/3. Untuk menyatakan x(t) sebagai hasil kali
dsri sebuah faktor redam dengan faktor sinus dibuat:
5 C 3
A = C12 C 22 ; dan tan 1 di mana adalah sudut di
3 C2 4
kuadran pertama karena C1 dan C2 masing masing positip.
Selanjutnya
5
x( t ) e 4 t (sin 3t ) di mana = tan-1 (3/4) 0,64 radian.
3
Kasus 2. Untuk b = 10, akar-akar persamaan bantu adalah berulang r = 5. Ini adalah kasus getaran
teredam kritis dan persamaan gerakan berbentuk
x( t ) (C1 C2t )e 5t
33
xp(t) =
F0 (k m 2 )
2 2
(k m ) b y 2 2
(k m 2 ) cos t b sin t
Karena ekspressi yang di dalam kurung kurawal dapat ditulis menjadi
(k m 2 )2 b 2 2 sin( t )
berarti xp dapat dinyatakan sebagai
F0
xp(t) = sin( t ).
(k m 2 ) 2 b 2 2
Jadi solusi umum persamaan differensial tersebut di atas adalah
4mk b2
x( t ) Ae (b / 2m) t sin t +
F0
sin( t ).
2m ( k m 2 2
) b 2 2
Suku pertama pada x(t) disebut sebagai solusi transien yang akan menuju nol apabila t .
Sedangkan suku kedua disebut sebagai solusi steady state (solusi keadaan mantap).
34
V(t)
95 105 95 20
sehingga I( t ) e 10t [ cos 20t sin 20t ] cos 20t sin 20t.
9,425 18,85 9425 9425
Di sini arus pada rangkaian terdiri atas dua bagian yaitu
95 105
arus transien Ih ( t ) e 10t [ cos 20t sin 20t ] yang akan menuju nol apabila t .
9,425 18,85
95 20
arus keadaan mantap (steady state) Ip ( t ) cos 20t sin 20t.
9425 9425
Apabila gaya gerak listrik (tegangan) rangkaian adalah V(t) = Vm sin t, dapat ditunjukkan
bahwa muatan steady state [qp(t)] dan kuat arus steady state [Ip(t)] adalah:
Vm cos(t ) Vm sin(t )
qp ( t ) dan Ip ( t ) q'p ( t )
2 2
1 2 2 2 1
L R R 2 L
C C
1 2
L
C
dengan tan 1 .
R
2
1
Besaran R 2 L disebut impedansi rangkaian yang merupakan fungsi prekwensi
C
dari gaya gerak listrik (tegangan).
48 cos (t/24) 4H I2 I3 9H
Kuat arus listrik pada rangkaian seperti dalam gambar memenuhi sistim
1 t
I1 64 I '2' 2 sin
9 24
1 '' ''
I 3 9 I 3 64 2 0
64
I1 = I2 + I3,
di mana I1, I2 dan I3, adalah kuat arus pada setiap cabang rangkaian. Dengan melengkapi
langkah-langkah berikut tentukan kuat arus setiap cabang apabila kuat arus awal
I1(0) = I2(0) = I3(0) = 0; I1’(0) = 73/12; I2’(0) = ¾ dan I3’(0) = 16/3.
a). Dengan mengeliminasi I1 dan I2 dari sistim tunjukkan bahwa I2, memenuhi
9 2 (64) 2 I (24) (82)(64)I 2 ' ' I 2 = 0.
b). Tentukan solusi umum persamaan pada bagian a). (ini menghasilkan I2 dengan empat konstanta
sebarang).
c). Substitusi I2 ke pada persamaan pertama untuk menentukan ekspressi umum untuk I1. Kemudian
gunakan persamaan ketiga pada sistim untuk mendapatkan suatu ekspressi umum untuk I3.
d). Gunakan kondisi awal untuk menentukan I1 , I2 dan I3.