BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
Terdapat beberapa rumusan masalah yang akan disimpulkan dalam tulisan ini:
BAB II
PEMBAHASAN
Sudah dilihat bahwa Gilles Deleuze sangat kritis terhadap pandangan yang
terdapat dalam sejarah filsafat. Dalam bukunya Difference and Repetition, Deleuze ingin
memberikan argument terhadap batasan yang menganggap bahwa realita merupakan
sesuatu yang dapat diidentifikasi (James Willaim,2003; 11). Menurut Deleuze,
pandangan filsuf sebelumnya merupakan “gambaran pikiran yang dogmatis”(Todd
May,2005; 73). Gambaran pikiran yang dogmatis tersebut adalah template atau cara
pandangan manusia, yaitu menganggap bahwa dunia ada di luar sana, dan pikiran kita
dapat merepresentasikan dunia tersebut (Todd May,2005; 74). Pandangan ini merupakan
pandangan yang disebut representasionalisme. Menurut Deleuze, “Representasion” gagal
dalam memandang dunia yang penuh dengan difference. “representasi hanya memiliki
satu pusat, perpektif yang unik dan surut, sehingga secara konsekuensi memiliki
kepalsuan. Representasi hanya mediasi segalanya, tetapi tidak menggerakkan
apapun”(DR 55). Mungkin dapat dikatakan bahwa, representation hanya melihat dunia
sebagai sesuatu yang tetap, sedangkan menurut Deleuze, dunia itu penuh perbedaan yang
terus menerus menciptakan sesuatu kebaruan dalam tiap objek.
Dari Plato (DR 59-63), sampai dengan Heidegger(DR 64-6), menurut Deleuze,
para filsuf memegang pandangan yang representatif tersebut. Dia mengatakan bahwa,
para filsuf sebelumnya, memegang sebuah pandangan yang memprioritaskan identitas
diatas difference. Difference tidak dianggap sebagai konsep tersendiri, melainkan
dipahami sebagai referensi dari identitas. Difference sebelumnya dianggap adalah hasil
dari hubungan antar dua term atau objek yang sudah lebih dahulu memiliki identitas
masing-masing. Deleuze membalikkan ingin kita menganggap Difference sebagai
sesuatu dengan sendirinya, tidak bergantung dengan identitas. Dia mengatakan bahwa
identitas merupakan hasil dari perbedaan/differential. Sehingga, Difference bukan lagi
relasi empiris antar term, melainkan sebagai prinsip transcendental yang membuat
menciptakan sebuah diversitas empiris(Stanford Encyclopedia of Philosophy 2020).
Difference menjadi sebuah ideal atau potensi virtual dalam transformasi identitas (James
William,2012). Sebagai contohnya adalah bagaimana sepeda dapat menjadi sepeda
motor, yang membuat sepeda menjadi sebuah sepeda motor tidak terdapat dalam sepeda,
melainkan dari banyak hal berbeda seperti mesin, teknologi, kaca (spion) dan sebagainya.
Jadi relasi antara difference antara berbagai hal tersebut lah yang menciptakan sebuah
kemungkinan atas sesuatu yang baru. Menurut Deleuze, Difference terdapat disegala hal.
Segala hal yang terlihat sama, seperti antara daun satu dan daun lainnya, memiliki
perbedaan, sehingga tidak ada yang identik sama.
“no two grains of dust are absolutely identical, no two hands have the same
distinctive points, no two typewriters have the same strike, no two revolvers score their
bullets in the same manner”(DR 26)
Selain mencoba untuk menciptakan konsep Difference yang murni dari konsep
identitas, Deleuze juga berupaya untuk membedakan konsep repetition dengan
hubungannya terhadap konsep Difference. Deleuze membedakan konsep Repetition
dengan keumuman(generality). (DR 1). Memang repetition mempengaruhi
generalisasi(dalam aktivitas generalisasi, kita mengulang-ulang term atau konsep).
Namun menurut Deleuze, ‘repetition bukanlah persoalan pengulangan sesuatu yang
sama berkali-kali’.(Adrian Parr 2005). Oleh karena itu, dalam setiap pengulangan,
sesuatu yang berbeda muncul. Tidak ada hal yang sama dalam repetition, semuanya
berbeda dalam posisi, waktu, dan bentuk. Repetisi menghasilkan variasi sepanjang
perbedaan. Misalnya ketika kita memahami sebuah kertas, ketika memikirkan sebuah
kertas selanjutnya, kertas itu berbeda dari sebelumnya, di lain waktu lagi akan berbeda,
begitu seterusnya. Repetition yang memungkinkan sesuatu baru atau potensi agar dapat
terjadi. Potensi diaktualisasikan dan bergantung terhadap rangkaian repetisi (James
William, 2012). Oleh karena itu, Repetition berhubungan dengan kemampuan difference
dalam proses produktif yang menciptakan variasi dalam dan melalui setiap
repetisi.(Adrian Parr 2005)
‘Ultimately, then, Difference and Repetition will show that the individuation of
entities is produced by the actualization, integration, or resolution (the terms are
synonymous for Deleuze) of a differentiated virtual field of Ideas or “multiplicities” that
are themselves changed, via “counter-effectuation,” in each individuating event.’
(Stanford Encyclopedia of Philosophy 2020).
D. Kesimpulan
Deleuze sebagai filsuf yang menekankan pada sisi kreatif pemikiran, mengkritik
pendapat representasionisme yang menganggap dunia sebagai sesuatu yang tetap. Dia
menganggap bahwa dalam realita, kita dihubungkan oleh perbedaan-
perbedaan(difference) dari satu term dan yang lainnya dan realita adalah suatu proses
menjadi (becoming) yang didorong oleh repetition dari perbedaan-perbedaan yang ada
pada segalanya untuk menciptakan suatu yang baru. Berbeda dengan pandangan
representasionisme yang memegang dunia memiliki sebuah hakikat yang tetap.
DAFTAR PUSTAKA
Deleuze, Gilles. (1994). Difference and Repetition (Paul Patton. Terjemahan). New York:
Columbia University Press (DR)
Delleuze, Gilles, dan Claire Parnett. (1987). Dialogues (Hugh Tomlinson dan Barbera
Habberjam, Terjemahan). London: Althone Press. (D)
Deleuze, Gilles, dan Felix Guattari. (1994). What is Philosophy (Hugh Tomlinson and
Graham Burchell. Terjemahan ). New York: Columbia University Press. (WP)
Sokal, Alan dan Jean Bricmont. (1998). Fashionable Nonsense. New York:Picador.
Smith, Daniel and John Protevi, "Gilles Deleuze", The Stanford Encyclopedia of
Philosophy (Spring 2020 Edition), Edward N. Zalta (ed.), URL =
<https://plato.stanford.edu/archives/spr2020/entries/deleuze/>.
Parr, Adriann. A Deleuze Dictionary (2010). George Square: Edinburg University Press.