Anda di halaman 1dari 5

PENGGUNAAN POLA TATA ATUR ARSITEKTUR DALAM

MENDESAIN LANSEKAP

Disusun oleh :

Andhika Fakhri Padhlurrohman 20512109


Dwi Aprian Saputra 20512119
Giovanni Akita Rizaldy 20512107
Raihan Pradia Firdaus 20512098

ARCHITECTURE DEPARTEMENT
FACULTY OF CIVIL ENGINEERING AND PLANNING
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
2021/2022
I. Abstrak
Merancang adalah proses dari mengatur, dan membentuk tautan yang membuat
pekerjaan merancang selanjutnya menjadi berarti. Sehingga untuk menampung keragaman
dalam pengaturan, pengetahuan merancang harus disajikan sebagai informasi yang
dipelajari, masuk akal dan dapat dinalar

Dalam perancangan terdapat banyak model yang dapat menjadi media untuk membantu
memahami masalah, namun model tata aturlah yang dianggap paling mampu memenuhi
berbagai tujuan. Karena tata atur mampu menarik pengalaman perancang dan
mengalihkannya ke dalam kegiatan merancang, serta tata atur juga dapat dijadikan acuan
untuk memperkenalkan model merancang yang lain. Selain itu tata atur bersifat terbuka,
sehingga dalam proses mengatur dapat menambahkan berbagai proses, masalah dan ide
keadalam peracangan.

Tata atur membentuk tautan sebagai tempat untuk mempelajari pembuatan alternatif
rancangan, alat merancang, dan sikap serta pola pikir yang optimal dalam
merancang.Dengan memandang merancang sebagai rangkaian tata atur, pada hakikatnya
kita menganggap kegiatan merancang sebagai kegiatan mengenali dan merakit element
bangunan. Karena pada dasarnya merancang adalah proses penyusunan unsur sehingga
menjadi suatu hubungan yang bermakna. Sehingga dapat diartikan model tata atur
merupakan sarana untuk membahas apa yang harus dirakit, dan mengapa unsur bangunan
harus berhubungan menurut pola tertentu.

II. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Tata atur dalam arsitektur sangat banyak beragam tetapi harus memnuhi berbagai
syarat seperti yang dikatakan “White (1973)” bahwa dalam mendesain bangunan harus
melibatkan kelima elemen tata atur. Kelima elemen tersebut seperti fungsi, ruang,
geometri, tautam, dan pelingkup
Ada beberapa jenis pola tata atur yang bisa digunakan dalam merancang lansekap
humanioser seperti terpusat, linear, radial, dan cluster. Pola tata atur tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi 5 syarat yang dikatakan oleh White, dengan didukung
dengan bentuk dasar yang akan dibahas seperti lingkaran, segitga, persegi yang
bersumber pada buku D.K. Ching.
B. Permasalahan

Daerah: Sleman, Gamping,Meijing

Luas: 29.25 km²

Kawasan: Perumahan

Jaringan Jalan: Jalan utama

Sistem utilitas: Selokan


Budaya Masyakrat: Membuang sampah sembarangan, banyak limbah berserakan di
selokan

Fasilitas Umum: Musholla, Sekolah, Puskesmas

Jumlah Desa/ Kelurahan: 5

1. Bagaimana pola tata atur dapat digunakan dalam mendesain pada daerah ini

2. Pola penataan apa yang terpat yang dapat digunakan untuk mendesain?

3. Bagaimana desain lansekap dengan tata atur tersebut dapat menjadi solusi untuk
menghilangkan budaya masyarakat yang buruk

Dari gambar di atas penggunaan pola tata atur radial atau cluster adalah yang paling
tepat karena jika menggunakan pola tata radial akan terlihat lebih indah dan Bentuk
terpusat sangat ideal sebagai struktur yang berdiri,dikelilingi oleh lingkungannya yang
sejenis, dan jika cluster akan menjadi lebih rapi karena dikelompokan berdasarkan
fungsi, ukuran, dan bentuk, dan untuk menangulangi permasalahan pada budaya
masyarakat pembangunan sistem utilitas harus lebih di tekankan lagi

C. Tujuan

1. Mengetahui cara dan pola tata atur yang tepat yang dapat digunakan dalam
mendesain sebuah lansekap
2. Memperbaiki desain lansekap pada daerah ini untuk kebutuhan manusia tanpa
merusak sda yang ada

D. Sasaran
Sasaran pada proposal ini yaitu, daerah Sleman, Gamping,Meijing. dengan target
proposal ini yaitu diharapkan dapat memperbaiki lingkungan karena bisa didesain
sedemikian rupa untuk membantu pemenuhan kebutuhan manusia dalam
memanfaatkan kebutuhan lahan yang efisien, tanpa merusak sumber daya alam yang
ada dan menunjang kehidupan sosial ekonomi dengan menggunakan pola tata atur yang
tepat
III. Kajian Pustaka

Kegiatan pariwisata juga memberikan nilai tambah dalam melestarikan lanskap


bersejarah di kota tersebut (Jurnal Lanskap Indonesia Vol.4 No. 1, 2012). Menganalisis
potensi daya tarik wisata berdasarkan nilai sosial budaya dan estetika (Jurnal Lanskap
Indonesia Vol.4 No. 1, 2012). Analisis data meliputi 3 (tiga) tahap: 1) penilaian lanskap
ditinjau dari aspek sosial budaya, 2) penilaian lanskap dari segi estetika menggunakan
metode estimasi keindahan pemandangan, 3) menentukan potensi wisata candi sejarah.
(Jurnal Lanskap Indonesia Vol.4 No. 1, 2012).

IV. Daftar Pustaka

http://e-journal.uajy.ac.id/9068/5/4TA13867.pdf

http://gilangsyiwi.blogspot.com/2016/11/jenis-pola-tata-atur-arsitektur.html

https://www.slideshare.net/xreginhild/contoh-proposal-skripsi-35407670

https://www.dekoruma.com/artikel/88259/perbedaan-arsitektur-lanskap-
dengan-
arsitektur#:~:text=Secara%20jangka%20panjang%20pula%2C%20arsitektur,
dan%20menunjang%20kehidupan%20sosial%20ekonomi.

https://www.onesearch.id/Record/IOS4937.ai:oms-4907/TOC

Anda mungkin juga menyukai