Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

“TEORI PERENCANAAN”

Disusun oleh:
Aina Panca Mirinda/Nim:20301032

UNIVERSITAS PENDIDIKAN MANDALIKA MATARAM


FAKULTAS BUDAYA MANAJEMEN DAN BISNIS
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
2020/2021

i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan ke hadirat tuhan yang maha kuasa, oleh karena kasih
karunianya saya telah dapat menyelesaikan makalah mengenai Teori Perencanaan. Tujuan
saya membuat makalah ini adalah untuk memenuhi tugas UTS Manajemen SDM. Serta untuk
memberikan panduan kepada pembaca agar dapat mendapatkan pemahaman yang lebih
mendalam mengenai perkembangan teori perencanaan sebagai praksis, sejak abad ke-19
sampai bentuknya terkini.

Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Sami‟un S. Adm., MM., yang telah
membimbing saya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Dan saya ucapkan
terima kasih pula kepada teman-teman dan pihak lain, yang telah membantu saya untuk
menyelesaikan tugas ini.

Saya sadar bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan maka dari itu, di mohon
kritik dan saran yang membangun. Dengan ini diharapkan hasil karya ini dapat berguna bagi
diri sendiri maupun bagi masyarakat dan dapat diterapkan atau dilaksanakan dalam
kehidupan sehari-hari.

Sumbawa, 20 Mei 2021

Aina Panca Mirinda

ii
DAFTAR ISI
COVER ................................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................... iii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................................... 1


B. Tujuan ........................................................................................................................ 1
C. Sistematika Penulisan ................................................................................................ 1

BAB II

PEMBAHASAN

A. Lingkup Teori Perencanaan ....................................................................................... 2


B. Teori Perencanaan ...................................................................................................... 7
C. Teori,Perencanaan,Dan Pembangunan ...................................................................... 8
D. Teori-Teori Klasik Tentang Perencanaan Pembangunan .......................................... 8
E. Jenis-jenis Teori Perencanaan .................................................................................. 10

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan .............................................................................................................. 17

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 18

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada hakikatnya, ilmu teori perencanaan berkaitan erat dengan perencanan kota. Namun dalam
perkembangannya perencanaan tidak dikembangkan berdasarkan teori perencanaan, tetapi sebaliknya teori
perencanaan berkembang sebagai kelanjutan dari pengalaman mengenai usaha manusia mengatasi keadaan
lingkungan kehidupannya. Oleh karena itu, ilmu ini sangat diperlukan dalam merencanakan sebuah kota, karena
daam teori perencanaan membahas definisi, pemahaman konteks, praktek-praktek, dan proses-proses dalam
perencanaan kota, dan bagaimana pertumbuhannya dari asal-usul sejarah dan kebudayaan masing- masing.
Teori perencanaan telah berkembang sejak lama dan mengalami banyak perubahan seiring perkembangan
waktu. Perencanaan sendiri telah mengalami banyak perkembangan sejak Patrick Geddes mencetuskannya untuk
pertama kali. Kebutuhan manusia akan teori tunggal mengenai suatu perencanaan atau biasa disebut dengan teori
perencanaan mengakibatkan pengaruh para ilmuan di bidang ilmu sosial maupun ilmu pengetahuan alam semakin
dilibatkan dalam praktek perencanaan, riset, dan pendidikan.
Dalam mata kuliah teori perencanaan, kita perlu mengetahui perkembangan dari teori perencanaan itu
sendiri agar mudah dalam mempelajari teori perencanaan. Kita membutuhkan pengetahuan dasar dalam
mempelajari teori perencanaan. Pengetahuan dasar itu dapat kita peroleh dengan mengetahui sejarah
perkembangan teori perencanaan mulai pra revolusi industri sampai dengan masa Corbusier yang memunculkan
banyak aliran.
Teori perencanaan mulai berkembang pesat setelah terjadinya revolusi industri yang mengakibatkan adanya
kemunduran kota. Hal ini merupakan sebuah perubahan yang sangat besar dalam kehidupan kota. Revolusi
industri sendiri telah menciptakan kota-kota industri dimana kota tersebut kepentingan buruh sangat besar. Setelah
itu, mulai muncul sebuah gagasan dari Patrick Geddes tentang analisa terperinci dari pola pemukiman dan
lingkungan ekonomi lokal yang merupakan awal dari lebih berkembangnya sebuah teori perencanaan.
Makalah ini merupakan sebuah review tentang perkembangan teori perencanaan mulai dari masa pra
revolusi industri sampai munculnya aliran-aliran perencanaan, seperti urbanism, anti urbanism, new urbanism,
neighborhood unit dan lain sebagainya. Review ini sangat diperlukan untuk menjadi dasar dalam mempelajari teori
perencanaan dengan mengetahui awal dan keseluruhan dari sejarah perkembangaan teori perencanaan.

B. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai perkembangan teori perencanaan sebagai praksis
sejak dicetuskan oleh Patrick Geddes pada abad ke 19 sampai bentuknya terkini.
2. Mengetahui diagram alur perkembangan dan konsep teori perencanaan. Mengetahui dan menjelaskan sejarah
perkembangan dan konsep teori perencanaan sesuai dengan diagram.
3. Mengetahui dan menjelaskan perkembangan aliran teori perencanaan yang lebih dalam tentang teori
perencanaan dengan melihat sejarah perkembangan aliran perencanaan.
4. Menjelaskan berbagai teori perencanaan dan prinsip- prinsipnya.

C. SISTEMATIKA PENULISAN
Pada makalah ini terdapat tiga bab yang berguna untuk mempermudah pembaca dalam memahami isi dari
makalah ini secara keseluruhan tentang perkembangan aliran perencanaan.
1. BAB I merupakan bab pendahuluan dan awal dari makalah ini. Bab ini berisikan latar belakang, maksud dan
tujuan, serta sistematika
2. BAB II merupakan inti pembahasan dari makalah ini dan berisi pemaparan dari sejarah pekembangan teori
perencanaan. Semua pembahasan dan review dari perkembangan aliran perencanaan dapat dipelajari dalam
bab ini.
3. BAB III merupakan bab akhir dari makalah ini dan berisi tentang simpulan dari seluruh pembahasan.

1
BAB II

PEMBAHASAN
A. LINGKUP TEORI PELAKSANAAN
Menurut Ernest R Alexander, Teori merupakan kerangka yang harus dipergunakan sehingga dapat
membentuk suatu struktur yang baik. Apabila kita memiliki suatu teori yang benar namun kita hanya
menyimpannya saja dan tidak mempraktekkannya, maka sebaik apapun teori tersebut tidak akan ada manfaatnya,
begitu pula sebaliknya sebuah praktek harus diterangkan dengan teori.
Bagi seorang planner, hubungan antara teori dan praktek adalah sangat penting, sebab perencanaan tidak
seperti ilmu murni pada dasarnya perencanaan adalah kegiatan preskripif, bukan deskriptif. Tujuan seorang
planner bukanlah untukmenguraikan apa yang ada di dunia ini tetap untuk mengusulkan cara-cara bagaimana
keadaan tersebut bisa diubah.
Perencanaan itu sendiri memerlukan suatu pengakuan rasional dan sosial: ia “harus dibenarkan sebagai
suatu penerapan cara pengambilan keputusan yang rasional pada masalah-masalah sosial.” Karena perencanaan
adalah suatu aktivitas yang mempengarui masyarakat dan menyangkut nilai-nilai manusia, maka teori perencanaan
tidak dapat mengabaikan ideologi. Dalam kata-kata John Dyckman, teori perencanaan haruslah mencakup
beberapa teori tentang masyarakat di mana perencanaan itu dilembagakan.

1.1 Definisi Perencanaan.


Adapun beberapa definisi tentang perencanaan dari para ahli:
a. Menurut Conyers Diana, perencanaan adalah proses yang berjalan terus menerus yang melibatkan
(cyclical process decision-making) berbagai tahapan skematik dan berurutan untuk menghasilkan
sesuatu yang lebih baik atau dengan kata lain keputusan yang lebih rasional.
b. Menurut Anthony J. Catanese, Perencanaan merupakan suatu aktivitas universal manusia, suatu keahlian
dasar dalam kehidupan yang berkaitan dengan pertimbangan suatu hasil sebelum diadakan pemilihan di
antara berbagai alternatif yang ada.
c. Menurut Ir. Mulyono Sadyohutomo, Perencanaan merupakan fungsi manajemen pertama yang harus
dilakukan oleh setiap manajer dan staf.
Dari ketiga pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa perencanaan adalah suatu proses
pengambilan keputusan yang melibatkan berbagai tahapan skematik dan berurutan dengan
mempertimbangkan berbagai batasan-batasan sehingga dapat menghasilkan keputusan yang rasional.
Selain itu perencanaan memiliki empat tingkatan definisi yaitu :
a. Tingkatan pertama (tidak ada faktor pembatas), di mana suatu perencanaan menetapkan suatu tujuan dan
memilih langkah-langkah yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.
b. Tingkatan kedua (ada faktor pembatas internal), di mana suat perencanaan menetapkan suatu tujuan
yang dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai tujuan tersebut,
memilih dan menetapkan langkah-langkah untuk mencapai tujuan tersebut.
c. Tingkatan ketiga (ada faktor pembatas internal, eksternal yang berpengaruh dalam pencapaian tujuan
tersebut), di mana suatu perencanaan menetapkan suatu tujuan yang dapat dicapai setelah
memperlihatkan pembatas internal dan eksternal, memilih serta menetapkan langkah-langkah untuk
mencapai tujuan tersebut.
d. Tingkatan keempat (faktor pembatas ketiga internal, eksternal pengaruhnya cukup besar serta kita tidak
bisa mengendalikannya), dimana perencanaan untuk mengetahui dan menganalisis kondisi saat ini,
meramalkan perkembangan berbagai faktor noncontrollable yang relevan, memperkirakan faktor
pembatas, menetapkan tujuan sasaran yang diperkirakan dapat dicapai, serta mencari langkah untuk
mencapai tujuan tersebut.
1.2 Unsur – Unsur Perencanaan
Kata perencanaan (planning) merupakan istilah umum yang sangat luas cakupan kegiatannya. Para ahli
telah mendefinisikan kata perencanaan dengan kalimat-kalimat berbeda-beda, tergantung aspek apa yan
ditekankan. Akan tetapi, dapat disimpulkan bahwa di dalam perencanaan mencakup pengertian sebagai
berikut.
a. Penentuan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan
b. Penentuan serangkaian kegiatan untuk mencapai hasil yang diinginkan

Rencana (plan) adalah produk dari proses perencanaan yang dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan
tertentu melalui tahap-tahap kegiatan. Setiap rencana paling tidak memiliki 3 unsur pokok, yaitu:

2
1. Titik Tolak
Merupakan kondisi awal dari mana kita berpijak di dalam menyusun rencana dan
sekaligus dan sekaligus nantinya menjadi landasan awal untuk melaksanakan rencana
tersebut
2. Tujuan (Goal)
Suatu keadaan yang ingin dicapai di masa yang akan datang. Tujuan yang jelas akan
mempermudah perencana dalam penyusunan perencanaan.
3. Arah
Arah rencana merupakan pedoman untuk mencapai rencana dengan cara yang legal,
efisien, dan terjangkau oleh pelaksana. Apabila suatu rencana tidak dilengkapi pedoman
yang jelas maka pencapaian tujuan tidak efektif dan terjadi pemborosan pemakaian sumber
daya dan waktu.

Serta beberapa beberapa unsur pendukung lainnya :

a. Whiseses (keinginan, cita-cita)


Perencanan dibuat oleh perencana untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Perencana
memiliki keinginan dalam hasil yang akan dipacapai dan memiliki perencanaan yang sesuai
keinginan trsebut.
b. Resources (sumber daya alam, manusia, modal, dan informasi)
Sumber daya alam harus dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhan untuk mendukung suatu
perencanaan. Perencana harus mampu mendayagunakan suber daya alam dengan kemampuan
sumber daya manusia yang bagus. Kelengkapan informasi juga dibutuhkan dalam pentusunan
perencanan sebab, informasi yang valid memberikan masukan dalam pengambilan keputusan
dalam perencanaan.
c. Effective and Efficient (hasil guna dan daya guna)
Perencanaan membutuhkan ketepatan dalam pengambilan keputusan yang sesuai dengan
tujuan.
d. Space, location (ruang)
Lokasi merupakan objek yang menjadi sasaran dalam suatu perencanaan. Lokasi juga
dianggap sebagai subjek perencanaan sebab, dalam merencanakan suatu wilayah perencanan
harus mengetahui kondisi lokasi tersebut dan mengadaptasikan.
e. Time, future oriented
Hasil perencanaan tidak haya bertujuan untuk waktu sekarang tetapi juga berorientasi
untuk masa yang akan datang (sustainable). Tiga unsur-unsur pokok rencana tersebut sifatnya
wajib bagi setiap rencana. Apabila salah satu unsur rencana tidak ada maka rencana menjadi
tidak bermanfaat atau sulit dilaksanakan.

Untuk menuju kondisi yang akan datang yang lebih baik hanya dapat dicapai melalui perencanaan,
hal tersebut disebabkan oleh:
 Secara rasional, perencanaan disusun berdasarkan data yang cukup dan analisis yang tepat akan
memberikan keputusan dan hasil yang baik.
 Dari segi efisiensi, dengan perencanaan dapat meminimalkan biaya dan memaksimalkan
manfaat.
1.3 Aspek-Aspek Penting dalam Perencanaan
Berbagai aspek penting dalam perencanaan:
a. Perencanaan kota terutama berkaitan erat dengan masalah-masalah kemasyarakatan yang di dalamnya
tercakup sekelompok besar klien yang mempunyai kepentingan berbeda-beda.
b. Perencanaan kota merupakan aktifitas yang benar-benar direncanaan dengan matang yang biasanya
ditangani oleh orang-orang yang terlatih secara professional sebagai perencana.
c. Tujuan dan sasarannya, serta pranata-pranata untuk mencapainya, sering teramat tidak pasti.
d. Para perencana kota sendiri jarang membuat keputusan, malahan sebaliknyamereka membut berbagai
alternative dan rekomendasi bagi pihak-pihak yang dipilih dan ditunjuk untuk mengambil keputusan-
keputusan tertentu.
e. Para perencana kota menggunakan berbagai macam alat bantu dan metode-metode khusus untuk
menganalisis dan menyajikan berbagai alternatif.
f. Hasil dari hampir semua aktivitas perencanan hanya dapat dilihat setelah 5 sampai 20 tahun setelah
keputusan diambil, sehingga menyulitkan umpan balik dan tindakan perbaikan.
1.4 Tujuan Perencanaan

3
Perencanaan memiliki tujuan sebagai berikut.:
a. meningkatkan efisiensi dan rasionalitas. contoh gampang dari peningkatan efisiensi adalah pengadaan
publik transport. kan jadi lebih efisien tu dari segi bahan bakar, jumlah kendaraan sampe polusi udara.
b. membantu/meningkatkan pasar, contoh adanya asuransi kesehatan, PLN, yang menyediakan hal-hal
esensial bagi masyarakat.
c. mengubah/memperlebar pilihan-pilihan, contohnya bisa dari public transport juga, jadii ada berbagai
macam pilihan moda transportasi yang bisa kita pake kalo mau ke tempat2 tertentu.
d. Sebagai pedoman dalam pembangunan
e. Meminimalisasi ketidakpastian
f. Meminimalisasi inefisiensi sumber daya
g. Penetapan standard dan pengawasan kualitas
1.5 Jenis-Jenis Perencanaan
Perencanaan terdapat 8 jenis. Jenis-jenis perencanaan diantaranya adalah :
a. Perencanaan bertujuan jelas Vs perencanaan bertujuan laten
 Perencanaan bertujuan jelas menyebutkan tujuan dan sasaran yang dapat diukur tingkat
pencapaiannya.
 Perencanaan bertujuan laten tidak menyebutkan sasaran dan bahkan tujuannya kurang jelas
dan sulit diukur.
b. Perencanaan fisik Vs perencanaan ekonomi
 Perencanaan fisik lebih terfokus pada perencanaan sarana dan prasarana.
 Perencanaan ekonomi terfokus pada segi dana untuk pembangunan.
c. Perencanaan alokatif Vs perencanaan inovatif
 Perencanaan alokatif menyukseskan rencana umum yang telah disusun
 Perencanaan inovatif dimungkinkan adanya kebebasan.
d. Perencanaan bertujuan jamak Vs perencanaan bertujuan tunggal
 Perencanaan jamak bila tujuan dan sasaran bersifat jamak
 Perencanaan tunggal bila tujuan dan sasrannya bersifat tunggal
e. Perencanaan indikatif Vs perencanaan imperative
Perencanaan indikatif mempunyai output indikasi (tidak tegas) sedangkan imperatif sudah diatur
dengan tegas dan jelas dalam pelaksanaan di lapangan.
f. Top Down Vs Bottom up planning
 Top down adalah perencanaan yang langsung dari atas(pemerintah) ke bawah (masyarakat)
 Bottom up adalah perencanaan yang mendengarkan aspirasi rakyat dan kemudian menjadi
pemikiran dalam perencanaan oleh pemerintah.
g. Vertical Vs Horizontal planning
 Vertical mengutamakan koordinasi antar berbagai jenjang pada sektor yang sama.
 Horizontal menekankan keterpaduan program antar berbagai sektor pada level yang sama.
h. Perencanaan pertisipatif Vs perencanaan non partisipatif
Perencanaan partisipatif menggunakan masyarakat sebagai subjek dan objek dalam perencanaan.
1.6 Metodelogi Perencanaan
Perencana perkotaan mengamabil metode dari berbagai bidang illmu dan memodifikasikannya dan/atau
mengembangkan metode-metode baru untuk memperoleh dan menyaring berbagai sumber informasi. Jenis-
jenis metode :
a. Proses Perencanaan
b. Perencanaan sebagai rekayasa pengetahuan
c. Perencanaan sebagai problem solving
d. Perencanaan sebagai proses produksi

Pengaruh Pemikiran Filsafat Dunia terhadap Teori Perencanaan Pemiikiran filsafat dunia adalah
pemikiran untuk mencari kebenaran menurut akal manusia, di mana pemikiran tersebut selalu berkembang
sejalan dengan perkembangan perdaban manusia. Evolusi pandangan filsafat dunia berpengaruh pula
terhadap perkembangan teori perencanaan, dengan urutan perubahan sebagai berikut.

a. Theosentrisme
 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari kekuatan monarki dan keagamaan
 Model Perencanaan : Authoritarian Planning
b. Utopianisme
 Pengaruh dalam perencanaan sebagai tujuan ideal manusia

4
 Model Perencanaan : Romantic Planning
c. Positivisme
 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari rekayasa sosial melalui dominasi ilmu
teknik.
 Model Perencanaan : Technocratic Planning
d. Rasionalisme
 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi rekayasa sosial melalui justifikasi ilmiah.
 Model Perencanaan : Rational Comprehensive Planning
e. Fragmatisme
 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi dari market.
 Model Perencanaan : Utilitarian Planning and Pragmatic Planning.
f. Fenomenologi
 Pengaruh dalam perencanaan sebagai fungsi peguatan ekstensi nilai-nilai budaya.
 Model Perencanaan : Organic Planning, Advocacy Planning, Social Planning.
1.7 Kekuatan Politik Dalam Perencanaan
Kondisi politik menentukan arah penyusunan dan aplikasi perencanaan. Perencanaan. Perencanaan kota
dan wilayah erat kaitannya dengan politik. Hal itu disebabkan oleh:
a. Perencanaan senantiasa melibatkan hal yang menyangkut emosi masyarakat miskin.
b. Keputusan perencanaan adalah terlihat nyata sehingga kalau terjadi kesalahan keputusan tidak dapat
disembunyikan dan mudah menjadi isu politik.
c. Proses perencanaan harus melibatkanmayarakatsecara langsung karena menyangkut kepentingan
sehari-hari masyarakat banyak.
d. Masyarakat merasa mempunyai keahlian dan kedudukan yang sejajar dengan perencana.
e. Keputusan perencana mempunyai dampak yang besar bagi masyarakat pemilik tanah, terutama
dampak ekonomis terhadap nilai tanah dan pemanfaatannya.

Berikut beberapa masalah politik yang menyebabkan perencanaan menjadi bermasalah.

a. Sistem politik yang yang tidak demokratis.


Kondisi politik yang otokratis, sentralistis, atau fanatisme akan menghasilkan perencanaan yang
tidak demokratis.
b. Stabilitas politik
Arah politik yang berubah-ubah akan mengakibatkan perencanaan yang berubah-ubah pula.
Perencanaan yang berubah-ubah mengakibatkan pemborosan sumber daya dan tidak terjadinya
kesinambungan pembangunan.
c. Dominasi sistem politik
Sistem politik yang terlalu mendominasi perencanaan akan mengalahkan pertimbangan teknis,
ekonomis, maupun legalitas. Hasil keputusan menjadi kurang objektif, hanya menguntungkan
kelompok tertentu dan kurang berkeadilan.
d. Kesadaran berpolitik masyarakat yang rendah, antara lain:
 Tidak dapat menerima perbedaan pendapat
 Emosional
 Tidak rasional
 Tidak mau mengalah
 Tidak dapat menerima kekalahan dalam persaingan yang sehat
 Fanatik

Dengan kesadaran berpolitik yang renndah maka dalam proses negosiasi di dalam
perencanaan akan sulit mencapai consensus. Keputusan yang telah di ambil tidak dapat
dijalankan karena tidak didukung oleh pihak yang tidak setuju walau telah terlibat dalam proses
pengambilan keputusan tersebut.

e. Dominasi masyarakat awam


Keterlibatan masyarakat awam yang terlalu dominan dapat mengalahkan pertimbangan teknis
perencanaan. Akibatnya, rencana kurang dijamin keilmuannya.
f. Money politics

5
Keputusan rencana yang dipengaruhi oleh uang akan bersifat tidak adil karena hanya akan
menguntungkan pihak penyuap. Di samping itu, keadaan tersebut akan menimbulkan frustasi pihak
yang dirugikan atau yang memegang prinsip-prinsip idealisme.

Peran perencana dalam sebuah proses politik didefinisikan sebagai berikut :

1. Sebagai teknokrat dan engineer


Peran ini dimainkan dengan mengambil posisi sebagai advisor bagi para pengambil kebijakan dengan
berporos kepada rasionalitas dan pertimbangan ilmiah. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah landasan dalam
membangun kekuasaan dan kepentingan.
2. Sebagai birokrat
Perencana sebagai seorang birokrat memiliki fungsi menjaga stabilisasi organisasi dan jalannya roda
pemerintahan. Informasi dimanfaatkan sebagai sebuah alat dalam menjaga kepentingan dan keberlangsungan
organisasi. Peran ini biasanya disertai oleh kekuasaan yang datang secara formal dan legal kepada perencana.
3. Sebagai Advokat dan Aktivis
Fungsi ini merupakan sebuah manifestasi dari usaha menjembatani masyarakat terhadap hal-hal yang
bersifat teknis dari sebuah produk rencana. Selain itu terdapat peran dalam melakukan mobilisasi kekuatan dan
potensi masyarakat untuk melakukan perlawanan terhadap dominasi Pemerintah. Informasi dan proses
komunikasi diperlakukan sebagai usaha membangun pemahaman masyarakat dan counter-opinion terhadap
kebijakan yang merugikan masyarakat.
4. Sebagai Politikus
Politikus identik dengan tujuan pragmatis dan komunalis, sehingga perencana tidak diharapkan untuk
bergabung dengan dunia politik. Maksud dari peran ini adalah seorang perencana tidak bisa lepas dari
kepentingan dan dalam memperjuangkan kepentingannya, perencana dituntut memiliki perspektif seorang
politisi. Seorang politikus memiliki insting dalam berkomunikasi dengan kelompok yang memiliki kepentingan
yang berbeda lebih baik.

Keempat peran diatas merupakan refleksi dari posisi perencana dalam proses politik. Proses politik yang
terjadi mendesak perubahan paradigma pada dunia perencanaan di Indonesia. Tantangan dan perubahan
paradigma di dunia perencana, menuntut perencana untuk dapat meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
proses pengambilan kebijakan. Dominasi pemerintah terhadap masyarakat hanya melahirkan sebuah sikap
apatis dari masyarakat terhadap pemerintah dan produk perencanaan. Sikap apatis yang melahirkan
ketidakefisienan dari pelaksanaan perencanaan karena tidak ada dukungan dari masyarakat terhadap produk
perencanaan.
1.8 Perencanaan Kota Di Indonesia
Bila melihat evolusi perencanaan pembangunan kota di Eropa dan Amerika, industrialisasi merupakan
salah satu factor pendorong adanya perencanaan pembangunan kota. Hal ini berbeda dengan konteks
Indonesia. Terdapat beberapa kondisi yang mempengaruhi factor-faktor dasar kota di Indonesia.
a. Perkembangan kota di Indonesia bukan disebabkan adanya industrialisasi, melainkan karena kurang
menguntungkannya kondisi di saerah pedesaan. Kondisis ini mempengaruhi factor-faktor dasar kota di
Indonesia, antara lain dalam struktur basis perekonomiannya, di mana terjadi dualisme perekonomian
kota, yakni ekonomi modern dan ekonomi tradisional. Kondisi ini memperbesar sector informal di kota,
yang pada gilirannya berpengaruh pada struktur fisik kota
b. Keadaan masyarakat khususnya kondisi struktur pemerintah di Indonesia dan organisasi masyarakat
tingkat pengetahuan serta kebutuhan dasarnya, dan sebagainya.
c. Keadaan struktur pemerintah di Indonesia yang menganut system perangkan pemerintah daerah
(desentralisasi) dan perwakilan daerah (dekonsentrasi).
d. Belum mantapnya bidang dan proses perencanaan kota di Indonesia, sehingga mekanisme
pendukungnya belum berjalan lancer
e. Beragamnya jenis kota di Indonesia, terutama menyangkut besaran serta kompleksitas permasalahannya.
Hal ini bias dilihat dari beragamnya kota- kota yang ada di Indonesia.

Kelima kondisi di atas berpengaruh terhadap model perencanaan yang diterapkan di Indonesia, karena dari
berbagai kondisi tersebut diupayakan penerapan model yang sesuai.

1.9 Perencanaan Kota Dan Desa


Perencanaan atau yang sudah akrab dengan istilah planning adalah satu dari fungsi management yang
sangat penting. Bahkan kegiatan perencanaan ini selalu melekat pada kegiatan hidup kita sehari-hari, baik
disadari maupun tidak. Sebuah rencana akan sangat mempengaruhi sukses dan tidaknya suatu pekerjaan.

6
Karena itu pekerjaan yang baik adalah yang direncanakan dan sebaiknya kita melakukan pekerjaan sesuai
dengan yang telah direncanakan.
Perencanaan merupakan proses yang berisi kegiatan-kegiatan berupa pemikiran, perhitungan, pemilihan,
penentuan dsb. Yang semuanya itu dilakukan dalam rangka tercapainya tujuan tertentu. Pada hakekatnya
perencanaan merupakan proses pengambilan keputusan atas sejumlah alternative (pilihan) mengenai sasaran
dan cara- cara yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang guna mencapai tujuan yang dikehendaki
serta pemantauan dan penilaiannya atas hasil pelaksanaannya, yang dilakukan secara sistematis dan dan
berkesinambungan.
Dalam hal perencanaan wilayah, pentingnya perencanaan dikuatkan oleh berbagai factor, antara lain:
a. Banyak di antara potensi wilayah selain terbatas juga tidak mungkin lagi diperbanyak atau diperbaharui.
b. Kemampuan teknologi dan cepatnya perubahan dalam kehidupan manusia.
c. Kesalahan perencanaan yang sudah dieksekusi di lapangan sering tidak dapat diubah atau diperbaiki
kembali.
d. Lahan dibutuhkan untuk menopang kehidupan nermasyarakat.
e. Tatanan wilayah sekaligus menggambarkan kepribadian dari masyarakat yang berdomisili di wilayah
tersebut.
f. Potensi wilayah berupa pemberian alam maupun hasil karya manusia di masa lalu adalah asset yang
harus dimanfaatkan untuk kemakmuran rakyat.

Tujuan perencanaan wilayah adalah menciptakan kehidupan yang efisien, nyaman serta lestari dan pada
tahap akhirnya menghasilkan rencana yang menetapkan lokasi dari berbagai kegiatan yang direncanakan.

Dalam perencanaan kota dan desa kita dapat melihat bagaimana bentuk-bentuk dari perencanaan itu sendiri.
Ada yang melihat dari perbedaan isinya, sudut visi perencanaan, perbedaan luas pandang bidang yang
direncanakan, institusi yang dilibatkan dan wewenang dari masing-masing institusi yang terlibat, dan
koordinasi antar lembaga. Oleh karena itu, kami selaku pemakalah akan lebih mengkaji bagaimana bentuk-
bentuk dari perencanaan wilayah yakni kota dan desa.

B. TEORI PERENCANAAN
1.1 Teori Sinoptik
Disebut juga system planning, rational system approach, rasional comprehensive planning. Menggunakan
model berfikir system dalam perencanaan, sehingga objek perencanaan dipandang sebagai suatu kesatuan
yang bulat, dengan satu tujuan yang disbebut visi. Langkahlangkah dalam perencanaan ini meliputi:
pengenalan masalah, mengestimasi ruang lingkup problem, mengklasifikasi kemungkinan penyelesaian,
menginvestigasi problem, memprediksi alternative, mengevaluasi kemajuan atas penyelesaian spesifik.
1.2 Teori incemental
Didasarkan pada kemampuan institusi dan kinerja personalnya. Bersifat desentralisasi dan tidak cocok
untuk jangka panjang. Jadi perencanaan ini menekankan perencanaan dalam jangka pendek saja. Yang
dimaksud dengan desentralisasi pada teori ini adalah si perencana dalam merencanakan objek tertentu selalu
mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan.
1.3 Teori transactive
Menekankan pada harkat individu yang menjunjung tinggi kepentingan pribadi dan bersifat desentralisasi,
suatu desentralisasi yang transactive yaitu berkembang dari individu ke individu secara keseluruhan. Ini
berarti penganutnya juga menekankan pengembangan individu dalam kemampuan mengadakan perencanaan.
1.4 Teori advocacy
Menekankan hal-hal yang bersifat umum, perbedaan individu dan daerah diabaikan. Dasar perencanaan
tidak bertitik tolak dari pengamatan secara empiris, tetapi atas dasar argumentasi yang rasional, logis dan
bernilai (advocacy= mempertahankan dengan argumentasi). Kebaikan teori ini adalah untuk kepentingan
umum secara nasional. Karena ia meningkatkan kerja sama secara nasional, toleransi, kemanusiaan,
perlindungan terhadap minoritas, menekankan hak sama, dan meningkatkan kesejahteraan umum.
Perencanaan yang memakai teori ini tepat dilaksanakan oleh pemerintah/ atau badan pusat.
1.5 Teori radikal
Teori ini menekankan pentingnya kebebasan lembaga atau organisasi lokal untuk melakukan perencanaan
sendiri, dengan maksud agar dapat dengan cepat mengubah keadaan lembaga supaya tepat dengan kebutuhan.
1.6 Teori SITAR
Merupakan gabungan kelima teori diatas sehingga disebut juga complementary planning process. Teori ini
menggabungkan kelebihan dari teori diatas sehingga lebih lengkap. Karena teori ini memperhatikan situasi
dan kondisi masyarakat atau lembaga tempat perencanaan itu akan diaplikasikan, maka teori ini menjadi

7
SITARS yaitu S terakhir adalah menunjuk huruf awal dari teori situational. Berarti teori baru ini di samping
mengombinasikan teori-teori yang sudah ada penggabungan itu sendiri ada dasarnya ialah menyesuaikan
dengan situasi dan kondisi lembaga pendidikan dan masyarakat. Jadi dapat kita simpulkan bahwa teori-teori
diatas mempunyai persamaan dan pebedaannya.

C. TEORI , PERENCANAAN DAN PEMBANGUNAN


1.1 Teori Pembangunan
Pembangunan (development) dan perubahan (change) tidak dapat dipisahkan. Myrdal (1968): mengatakan
bahwa Pembangunan merupakan pergerakan keatas dari seluruh sistem sosial. Pengertian lain dalam
Tjokroamijoyo, Bintoro 1988 mendefinisikan Pembangunan adalah upaya suatu masyarakat bangsa yang
merupakan suatu perubahan sosial yang besar dalam berbagai bidang kehidupan ke arah masyarakat yang
lebih maju dan baik, sesuai dengan pandangan masyarakat bangsa itu. Definisi lain menyebutkan bahwa
pembangunan adalah transformasi social dari masyarakat tradisional agraris menuju ke masyarakat industrial
modern (Fakih, 2000 ). Meski terdapat perbedaan dalam mendefinisikan pembangunan namun secara umum
pembangunan dapat didefinisikan sebagai perubahan (change).
Pada awal pemikiran tentang pembangunan sering ditemukan adanya pemikiran yang mengidentikan
pembangunan dengan perkembangan, pembangunan dengan modernisasi dan industrialisasi, bahkan
pembangunan dengan westernisasi. Seluruh pemikiran tersebut didasarkan pada aspek perubahan, di mana
pembangunan, perkembangan, dan modernisasi serta industrialisasi, secara keseluruhan mengandung unsur
perubahan. Namun begitu, keempat hal tersebut mempunyai perbedaan yang cukup prinsipil, karena masing-
masing mempunyai latar belakang, azas dan hakikat yang berbeda serta prinsip kontinuitas yang berbeda
pula, meskipun semuanya merupakan bentuk yang merefleksikan perubahan.
1.2 Teori Perencanaan
Perencanaan adalah bentuk pendefinisian masalah ke dalam cara-cara yang dapat diterima untuk melakukan
tindakan atau mengintervensi suatu kebijakan (Friedmann, 1987). Dalam perkembangannya, ternyata teori
perencanaan tidak dapat berdiri sendiri untuk merespon kejadian-kejadian tak terduga tersebut. Teori
perencanaan membutuhkan kontribusi disiplin ilmu lain sebagai modal observing sekaligus media penjelas,
seperti; ilmu sosial, matematika, lingkungan, civil engineering, arsitektur dan lain-lain. Penyerapan substansi
metode dari disiplin ilmu lain sering disebut sebagai substantive theory atau dalam teori perencanaan dikenal
dengan theory in planning. Sementara teori perencanaan disebut sebagai teori prosedural atau theory of
planning.
Ruang lingkup teori perencanaan berkaitan dengan gagasan dan argumentasi yang berkaitan dengan
bagaimana melakukan perencanaan. Perencanaan umum merupakan penerapan moda „Comprehensive
Planning‟ sebagai upaya untuk meninjau secara menyeluruh terhadap keseluruhan aspek yang perlu diatur
didalam tata ruang. Tujuannya adalah untuk memberikan gambaran yang lebih jelas tentang arahan akhir
yang hendak dituju, dan untuk menterpadukan berbagai hal yang terkait dengan perencanaan tata ruang.
Berdasar pada pendekatan „Social Learning‟, tindakan perencanaan yang dilakukan adalah dengan
memperkuat keberdayaan masyarakat, melalui pemberdayaan dan pelibatan masyarakat dalam tindakan
perencanaan. Mengingat pendekatan yang digunakan bersifat sektoral, atau inkremental, khususnya hanya
melihat masalah hanya dari pendekatan perencanaan fisik, maka dapat diprediksikan bahwa hasil dari
perencanaan akan tidak tercapai secara maksimal. Karena untuk masalah tersebut, dibutuhkan pendekatan
menyeluruh.
1.3 Perbedaan Antara Perencanaan dengan Pembangunan
Dapat disimpulkan bahwateori bersifat abstrak, yang melandasi, menjadi Pedoman dan digunakan sebagai
pendekatan untuk melakukan tindakan-tindakan yang bersifat praktis. Manfaat teori dalam tindakan
perencanaan, adalah untuk menjelaskan fenomena, menjadi landasan berpikir, dan meramalkan perencanaan.
Pembangunan adalah hasil atau output dari adanya suatu perencanaan, sehingga pembangunan terjadi
setelah adanya perencanaan. Namun jika kita lihat di lapangan, banyak sekali pembangunan yang tidak sesuai
dengan perencanaannya. Apa yang terjadi dalam kenyataannya bukan hasil dari perencanaan, namun karena
suatu mekanisme pasar, dalam hal ini perencanaan mempunyai fungsi mengarahkan pembangunan agar sesuai
dengan tujuan utamanya. Kegiatan perencanaan perlu dilakukan sebagai jaminan bagi terlaksananya proses
transformasi tersebut melalui kegiatan pengendalian arah pembangunan sesuai tujuan yang diharapkan.

D. TEORI – TEORI KLASIK TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN


Aliran klasik muncul pada akhir abad ke 18 dan permulaan abad ke 19 yaitu dimasa revolusi industri dimana
suasana waktu itu merupakan awal bagi adanya perkembangan ekonomi.Pada waktu itu sistem liberal sedang
merajalela dan menurut alairan klasik ekonomi liberal itu disebabkan oleh adanya pacuan antara kemajuan

8
teknologi dan perkembangan jumlah penduduk. Mula-mula kemajuan teknologi lebih cepat dari pertambahan
jumlah penduduk, tetapi akhirnya terjadi sebaliknya dan perekonomian akan mengalami kemacetan.
Menurut aliran ini bahwa meningkatnya tingkat keuntungan akan mendorong perkembangan investasi dan
investasi (pembentukan capital ) akan menambah volume persediaan capital (capital stock). Keadaan ini akan
memajukan tingkat teknologi dan memperbesar jumlah barang yang beredar sehingga tingkat upah naik, yang
berarti meningkatnya tingkat kemakmuran penduduk. Tingkat kemakmuran akan mendorong bertambahnya
jumlah penduduk sehingga mengakibatkan berlakunya hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang ( law of
diminishingreturn ).
Pendapat para tokoh teori aliran klasik antara lain :
1. ADAM SMITH (Teori Pembangunan Adam Smith)
Adam Smith (1723-1790) bapak dari ilmu eknomi modern yang terkenal denganteori nilainya
yaitu teori yang menyelidiki faktor-faktor yang menentukan nilai atau hargasuatu barang. Bukunya An
Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations(1776) yang terkenal dengan bukuWealth
of Nations yang tema pokoknya mengenaibagaimana perekonomian itu tumbuh.
Adam Smith melihat prosespertumbuhan ekonomi itu dari dua segi yaitu pertumbuhanoutput
(GNP) total, dan pertumbuhan penduduk. Pembagian kerja merupakan titikpermulaan dari teori
pembangunan ekonomi Adam Smith yang meningkatkan dayaproduktivitas tenaga kerja. Ia
menghubungkan kenaikan itu dengan:
1. Meningkatnya keterampilan pekerja;
2. Penghematan waktu dalam memproduksi barang; dan
3. Penemuan mesin yang sangat menghemat tenaga.
2. DAVID RICARDO
Teori Ricardian, David Ricardo, Garis besar proses pertumbuhan dankesimpulan-
kesimpulan dari Ricardo tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith.Tema dari proses
pertumbuhan ekonomi masih pada perpacuan antara lajupertumbuhan penduduk dan laju
pertumbuhan output. Selain itu Ricardo jugamenganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah
(sumberdaya alam) tidak bisabertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses
pertumbuhansuatu masyarakat.Teori Ricardo ini diungkapkan pertama kali dalam bukunya
yangberjudul The Principles of Political Economy and Taxation yang diterbitkan pada tahun1917.Proses
PertumbuhanSebelum membicarakan aspek-aspek pertumbuhan dariRicardo, terlebih dulu kita coba
untuk mengenai ciri-ciri perekonomian Ricardo sebagaiberikut:
 Jumlah tanah terbatas.
 Tenaga kerja (penduduk) meningkat atau menurun tergantung pada apakahtingkatupah di
atas atau di bawah tingkat upah minimal (tingkatupah alamiah= natural wage).
 Akumulasi modal terjadi bila tingkat keuntungan yang diperoleh pemilik modalberada di atas
tingkat keuntungan minimal yang diperlukan untuk menarikmereka melakukan investasi.
 Kemajuanteknologi terjadi sepanjang waktu.
 Sektor pertanian dominan.
Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan.penduduk (tenaga
kerja)akanmenurunkan produk marginal (marginal product) yang kita kenal denganistilah the
law of diminishing returns. Selama buruh yang dipekerjakan padatanah tersebut bisa
menerima tingkat upah di atas tingkat upah alamiah,maka penduduk (tenaga kerja) akan
terus bertambah, dan hal ini akanmenurunkan lagi produk marginal tenaga kerja dan
pada gilirannya akanmenekankan tingkat upah ke bawah.
Proses yang dijelaskan di atas akan berhenti jika tingkat upah turun sampaitingkat
upah alamiah. Jika tingkat upah turunsampai di bawah tingkat upahalamiah, maka
jumlah penduduk (tenaga kerja) menurun. Dan tingkat upahakan naik lagi sampai tingkat
upah alamiah. Pada posisi ini jumlah pendudukkonstan.Jadi dari segi faktor produksi tanah
dan tenaga kerja, ada suatukekuatan dinamis yang selalu menarik perekonomian ke arah
tingkat upahminimum, yaitu bekerjanya the law of diminishing returns.

Menurut Ricardo, peranan akumulasi modal dan kemajuan teknologi adalahcenderung


meningkatkan produktivitas tenaga kerja, artinya, bisa memperlambatbekerjanya the law of
diminishing returns yang pada gilirannya akan memperlambatpula penurunan tingkat hidup ke arah
tingkat hidup minimal. Inilah inti dari prosespertumbuhan ekonomi (kapitalis) menurut Ricardo.
Proses ini tidak lain adalah prosestarik menarik antara dua kekuatan dinamis yaitu antara:

 the law of diminishing returns dan

9
 kemajuan teknolog
E. JENIS JENIS TEORI PERENCANAAN
Kota merupakan sebatas wilayah yang dihuni sekumpulan orang dan memiliki pemerintahan sendiri. Massa,
wilayah, dan pemerintahan harus ada untuk dapat mengenali kota. Ketiganya memiliki keterikatan yang sangat
kuat sehingga tidak dapat berdiri sendiri-sendiri. Hal ini terjadi disebabkan oleh terjadinya interaksi antar manusia
dalam memenuhi kebutuhan akan hak dan kewajibannya. Dewasa ini, kota telah bertransformasi menjadi lebih
kompleks seiring dengan perkembangan kehidupan manusia. Kota tidak hanya sekedar sebuah wilayah tempat
berkumpulnya satu komunitas saja, tetapi sifatnya meluas menjadi pertemuan beberapa area dalam sebuah
kemajemukan yang saling berkait. Oleh karena itu, dibutuhkan seperangkat aturan yang dapat mengatur kota agar
tidak terjadi kekacauan di dalamnya. Sebegitu pentingnya aturan tersebut sehingga mendorong tumbuhnya satu
cabang pengetahuan baru yang biasa disebut perencanaan kota (urban planning). Dalam dimensi masa, tahapan
perkembangan kota baru dapat dibagi menjadi:
1. Perencanaan Pra Revolusi Industri
Banyak kota di jaman kuno atau abad pertengahan direncanakan oleh penguasa atau kelompok
pedagang; dan di antara kelompok ini, banyak yang memiliki rencana formal dengan unsur keteraturan
geometris yang kuat. Perkembangan terbesar dari perencanaan kota formal sebelum Revolusi Industri
adalah di abad 17 dan 18 yang menghasilkan karya terbaik rancangan arsitektur seperti rekonstruksi
Roma sepanjang akhir abad 16 dan awal abad 17 dan lain sebagainya. Sejarah perencanaan kota tersebut
penting bagi perencana untuk memahami bagaimana generasi sebelumnya beradaptasi dengan
kesempatan dan keterbatasan wilayah yang ada.
Dalam arti yang hakiki, kota baru dikenal sejak masa Mesir, Yunani dan Romawi kuno dan
kemudian pada masa abad pertengahan dan masa peralihan (Renaissance) di Eropa. Beberapa
pemukiman lama yang dapat dicontohkan sebagai kota baru pada masa Yunani, seperti kota-kota yang
terdapat di sepanjang mediterania sampai ke kota- kota yang didirikan bangsa Romawi di Mesopotamia
dan Afrika Utara. Pada abad pertengahan,misalnya kota-kota wilayah Andalusia (Spanyol) seperti di
Granada, Sevilla, dan wilayah Baghdad. Pada abad peralihan, misalnya kota-kota di sepanjang Lembah
Garonne di Perancis. Masa menjelang revolusi industri di Eropa Barat, seperti : pembangunan kota baru
di wilayah frontier Amerika, seperti Savannah, Georgia, Washington DC, Pullman, Illinois dan
Philadelphia.
Karakteristik kota yang dibangun sejak masa Romawi kuno hingga akhir Renaisanse adalah
digunakannya benteng sebagai alat pertahanan kota. Secara otomatis, perkembangan kota mengikuti
bentuk benteng tersebut. Pusat kota biasanya berupa pusat pemerintahan, militer, atau sosial yang di
kelilingi oleh pemukiman penduduk yang berada dalam benteng utama. Pemukiman ini biasanya didiami
oleh anggota keluarga para bangsawan ataupun penguasa kala itu yang sangat dijaga keamanannya. Area
di luar benteng utama biasanya digunakan untuk pemukiman penduduk biasa, area perdagangan, dan
lahan persawahan. Skema seperti ini banyak ditemui di kota-kota lama di seluruh dunia termasuk juga di
Indonesia.
a. Revolusi Industri
Revolusi Industri telah mengubah paradigma dalam perencanaan kota. Pertumbuhan penduduk
yang meningkat tajam terutama di kota-kota industri di dunia secara langsung telah mengubah bentuk
ruang kota, tidak hanya lebih meluas tetapi juga mengalami degradasi lingkungan. Timbulnya
kesemrawutan dalam perkembangan ruang yang terjadi merupakan implikasi besar dari pertumbuhan
dan perkembangan kegiatan ekonomi dunia. Ekonomi tidak lagi digerakkan pada kegiatan pertanian dan
juga industri manual yang hanya memiliki ruang lingkup kecil. Tetapi ekonomi telah digerakkan oleh
kegiatan industri massal skala besar yang kemudian menjadikan kota sebagai pusatnya. Ketika orientasi
ekonomi dunia mengarah pada industri-industri besar yang ada di kota maka kegiatan pertanian yang
selama ini masih masih menjadi mayoritas komoditas ekonomi kemudian beralih. Pekerja industri
menjadi sebuah mata pencaharian baru. Migrasi ke kota atau yang kemudian disebut sebagai urbanisasi
adalah sebuah fenomena besar yang pada akhirnya, sampai saat ini, menjadi sangat umum terjadi dalam
merespon sebuah peluang ekonomi baru yang dirasa banyak terdapat di kota. Hal tersebut turut pula
didukung oleh perkembangan pemikiran- pemikiran baru baik dalam aspek sosial maupun ekonomi.
Ketika kapitalisme sangat mendukung perkembangan pesat ekonomi indutri maka kemudian muncul
sosialisme sebagai bentuk perlawanan terhadap ketidakadilan yang terjadi.
Revolusi industri selain menghasilkan penemuan teknologi baru juga memunculkan fenomena
baru yaitu kota industri baru yang sebelumnya tidak ada. Akibatnya terjadi perpindahan penduduk dari
daerah pertanian ke daerah industri. Penduduk yang pindah tersebut tidak memiliki pengetahuan tentang
industri baru atau kebutuhan sosial dan teknis untuk hidup di kota. Meski industri di kota-kota tersebut
memberikan banyak kesempatan ekonomi bagi angkatan kerja yang tidak terampil, namun pengaturan

10
sosial di kota tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka akan tempat tinggal, pelayanan publik
mendasar seperti air dan pembuangan limbah, atau pelayanan kesehatan.
b. Kemunduran Kota
Kemunduran kota ditandai dengan semakin meluasnya persebaran kota tanpa dsitunjang
perkembangan infrastruktur yang memadai. Penyebaran kota dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi,
sosial dan teknologi terutama teknologi transportasi. Depresi ekonomi menyebabkan upah buruh murah.
Perubahan sosial yang dipicu oleh perkembangan ekonomi menambah jumlah kalangan menengah yang
dapat membeli rumah. Sedangkan perkembangan teknologi transportasi meningkatkan jangkauan
perpindahan yang efektif, yang menyebabkan kota melebar lebih luas dibanding sebelumnya.

 Reaksi terhadap penyebaran/perluasan kota

Perencana kota prihatin terhadap fakta bahwa pembangunan tidak dikontrol dengan perencanaan
yang efektif yang memberikan dua dampak buruk. Pertama, pembangunan menggunakan lahan pedesaan
(yang mayoritas adalah lahan pertanian) secara berlebihan. Kedua, pemukiman semakin jauh dari pusat
kota, sedangkan pekerjaan ada di pusat kota. Akibatnya, kemacetan lalu lintas di kota terus bertambah
dan perjalanan ke tempat kerja membutuhkan waktu yang lebih lama. Sehingga muncul gerakan untuk
membatasi pertumbuhan kota melalui perencanaan yang positif.

 Reformasi Politik
1. Teori Pengambilan Keputusan
Para ilmuwan politik dan para ilmuwan sosial pada umumnya telah banyak mengembangkan
model, pendekatan, konsep dan rancangan untuk menganalisis pembuatan kebijaksanaan negara dan
komponennya, yaitu pengambilan/pembuatan keputusan. Sekalipun demikian, pada umumnya ahli-
ahli ilmu politik lebih sering menunjukkan hasrat yang tebih besar dalam mengembangkan teori
mengenai kebijaksanaan negara daripada mempelajari praktek kebijaksanaan negara itu sendiri.
Walaupun begitu, haruslah diakui bahwa konsep-konsep dan model-model tersebut amat penting
dan bermanfaat guna dijadikan pedoman dalam analisis kebijaksanaan, karena konsep-tonsep dan
model-model tersebut dapat memperjelas dan mengarahan pemahaman kila tcrhadap pembuatan
kebijaksanaan negara‟ mempermudah arus komunikasi dan memberikan penjelasan yang memadai
bagi tindakan kebijaksanaan. Jelasnya, jika kita bermaksud mempelajari atau meneliti
kebijaksanaan tertentu maka kita membutuhkan suatu pedoman dan kriteria yang relevan dengan
apa yang sedang menjadi pusat perhatian kita. Sebab, apa yang kita temukan dalam realita
sebetulnya bergantung pada apa yang kita cari, dan dalam hubungan ini konsep-konsep dan
teoriteori kebijaksanaan yang ada dapat memberikan arah pada penelitian yang sedang kita lakukan.
Pengambilan keputusan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan tertentu yang dilakukan
oleh seorang aktor atau beberapa aktor berkenaan dengan suatu masalah. Tindakan para aktor
kebijakan dapat berupa pengambilan keputusan yang biasanya bukan merupakan keputusan tunggal,
artinya kebijakan diambil dengan cara mengambil beberapa keputusan yang saling terkait dengan
masalah yang ada. Pengambilan keputusan dapat diartikan sebagai pemilihan alternatif terbaik dari
beberapa pilihan alternatif yang tersedia. Ada beberapa teori yang paling sering digunakan dalam
mengambil kebijakan yaitu:
 Teori Rasional Komprehensif
Barangkali toari pengambilan keputusan yang biasa digunakan dan diterima oleh
banyak kalangan aadalah teori rasional komprehensif yang mempunyai beberapa unsure
a. Pembuatan keputusan dihadapkan pada suatu masalah tertentu yang dapat
dibedakan dari masalah-masalah lain atau setidaknya dinilai sebagai masalah-
masalah yang dapat diperbandingkan satu sama lain (dapat diurutkan menurut
prioritas masalah)
b. Tujuan-tujuan, nilai-nilai atau sasaran yang menjadi pedoman pembuat keputusan
sangat jelas dan dapat diurutkan prioritasnya/kepentingannya.
c. Bermacam-macam alternatif untuk memecahkan masalah diteliti secara saksama.
d. Asas biaya manfaat atau sebab-akibat digunakan untuk menentukan prioritas.
e. Setiap alternatif dan implikasi yang menyertainya dipakai untuk membandingkan
dengan alternatif lain.
f. Pembuat keputusan akan memilih alternatif terbaik untuk mencapai
g. tujuan, nilai, dan sasaran yang ditetapkan.

11
Ada beberapa ahli antara lain Charles Lindblom , 1965 (Ahli Ekonomi dan Matematika)
yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan itu sebenarnya tidak berhadapan
dengan masalah-masalah yang konkrit akan tetapi mereka seringkali mengambil
keputusan yang kurang tepat terhadap akar permasalahan.

Teori rasional komprehensif ini menuntut hal-hal yang tidak rasional dalamdiri
pengambil keputusan. Asumsinya adalah seorang pengambil keputusan memiliki cukup
informasi mengenahi berbagai alternatif sehingga mampu meramalkan secara tepat akibat-
akibat dari pilihan alternatif yang ada, serta memperhitungkan asas biaya manfaatnya.dan
mempertimbangkan banyak masalah yang saling berkaitan Pengambil keputusan sering
kali memiliki konflik kepentingan antara nilai- nilai sendiri dengan nilai-nilai yang
diyakini oleh masyarakat. Karena teori ini mengasumsikan bahwa fakta-2 dan nilai-nilai
yang ada dapat dibedakan dengan mudah, akan tetapi kenyataannya sulit membedakan
antara fakta dilapangan dengan nilai-nilai yang ada.

Ada beberapa masalah diberbagai negara berkembang seperti Indonesia untuk


menerapkan teori rasional komprehensif ini karena beberapa alasan yaitu:

1. Informasi dan data statistik yang ada tidak lengkap sehingga tidak bisa dipakai
untuk dasar pengambilan keputusan. Kalau dipaksakan maka akan terjadi sebuah
keputusan yang kurang tepat.
2. Teori ini diambil/diteliti dengan latar belakang berbeda dengan nagara berkembang
ekologi budanyanya berbeda.
3. Birokrasi dinegara berkembang tidak bisa mendukung unsur-unsur rasional dalam
pengambilan keputusan, karena dalam birokrasi negara berkembang kebanyakan
korup sehingga menciptakan hal- hal yang tidak rasional.
 Teori Inkremental
Teori ini dalam mengambil keputusan dengan cara menghindari banyak masalah
yang harus dipertimbangkan dan merupakan madel yang seri ng ditempuh oleh pejabat-
pejabat pemerintah dalam mengambail keputusan. Teori ini memiliki pokok-pokok
pikiran sebagai berikut:
a. Pemilihan tujuan atau sasaran dan analisis tindakan empiris yang diperlukan
untuk mencapanya merupakan hal yang saling terkait.
b. Pembuat keputusan dianggap hanya mempertimbangkan beberapa alternatif
yang langsung berhubungan dengan pokok masalah, dan alternatif-alternatif ini
hanya dipandang berbeda secara inkremental atau marjinal.
c. Setiap alternatif hanya sebagian kecil saja yang dievaluasi mengenahi sebab
dan akibatnya.
d. Masalah yang dihadapi oleh pembuat keputusan di redifinisikan secara teratur
dan memberikan kemungkinan untuk mempertimbangkan dan menyesuaikan
tujuan dan sarana sehingga dampak dari masalah lebih dapat ditanggulangi.
e. Tidak ada keputusan atau cara pemecahan masalah yang tepat bagi setiap
masalah. Sehingga keputusan yang baik terletak pada berbagai analisis yang
mendasari kesepakatan guna mengambil keputusan.
f. Pembuatan keputusan inkremental ini sifatnya dalah memperbaiki atau
melengkapi keputusan yang telah dibuat sebelumnya guna mendapatkan
penyempurnaan.

Karena diambil berdasarkan berbagai analisis maka sangat tepat diterapkan bagi
negara-negara yang memiliki struktur mejemuk. Keputusan dan kebijakan diambil
dengan dasar saling percaya diantara berbagai pihak sehingga secara politis lebih
aman. Kondisi yang realistik diberbagi negara bahwa dalam menagmbil
keputusan/kebijakan para pengambil keputusan dihadapkan pada situasi kurang
baik seperti kurang cukup waktu, kurang pengalaman, dan kurangnya sumber-
sumber lain yang dipakai untuk analsis secara komprehensif. Teori ini dapat
dikatakan sebagai model pengambilan keputusan yang membuahkan hasil terbatas,
praktis dan dapat diterima.

Ada beberapa kelemahan dalam teori inkremental ini

12
- keputusan–keputusan yang diambil akan lebih mewakili atau mencerminkan
kepentingan dari kelompok yang kuat dan mapan sehingga kepentingan kelompok
lemah terabaikan.

- Keputusan diambil lebih ditekankan kepada keputusan jangka pendek dan tidak
memperhatikan berbagai macam kebijakan lain

- Dinegara berkembang teori ini tidak cocok karena perubahan yang inkremental
tidak tepat karena negara berkembang lebih membutuhkan perubahan yang besar
dan mendasar.

- Menutut Yehezkel Dror (1968) gaya inkremental dalam membuat keputusan


cenderung mengahsilkan kelambanan dan terpeliharanya status quo

 Teori Pengamatan Terpadu (Mixed Scaning Theory)\


Beberapa kelemahan tersebut menjadi dasar konsep baru yaitu seperti yang
dikemukakan oleh ahli sosiologi organisasi Aitai Etzioni yaitu pengamatan terpadu
(Mixid Scaning) sebagai suatu pendektan untuk mengambil keputusan baik yang bersifat
fundamental maupun inkremental. Keputusan-keputusan inkremental memberikan
arahan dasar dan melapangkan jalan bagi keputusan-keputusan fundamental sesudah
keputusan-keputusan itu tercapai.
Model pengamatan terpadu menurut Etzioni akan memungkinkan para pembuat
keputusan menggunakan teori rasional komprehensif dan teori inkremental pada situasi
yang berbeda-beda.
Model pengamatan terpadu ini pada hakikatnya merupakan pendekatan
kompromi yang menggabungkan pemanfaatan model rasional komprehensif dan model
inkremental dalam proses pengambilan keputusan.
1. Teori Pembagian Kekuasaan
Teori Pembangunan kekuasaan merupakan istilah yang digunakan secara longgar untuk
menunjukkan hasil-hasil penelitian dan segala macam pengamatan yang semuanya itu ingin
menjelaskan bagaimana sebaiknya pembangunan itu dilaksanakan. Teori Pembangunan kekuasaan
ini lebih berupa kumpulan asumsi atau hasil analisis yang merupakan sumbangan dari sejumlah
disiplin yang tentu tidak tersusun secara rapi. Berasal dari penalaran induktif maupun deduktif atas
aplikasi prinsip dan aturan prosedur operasional praktek pembangunan. Indikator pembangunan
kekuasaan :
 Kemiskinan : sanitasi buruk, kesehatan dan umur rata2 ato harapan hidup buruk,
kecukupan makanan dan gizi, Implikasi politik : miskin ekonomi tak punyakekuatan
politik.
 Pekerjaan : kegiatan yang menyediakan upah agar kepribadiannya berkembang. Terkait
kualitas sumberdaya.
 Ketimpangan : Ini problem distribusi pendapatan. Ini sangat susah diatasi untuk
dihilangkan, maksimal dikurangi karena sejak lahir manusia itu memang berbeda. Tidak
bisa kita mengingkari perbedaan itu. Jika terjadi perbaikan terhadap 3 indikator tersebut
maka pastilah pembangunan sedang berproses.
a. Politikal ekonomi
1. Sosialisme
Sosialisme adalah pandangan hidup dan ajaran kamasyarakatan tertentu , yang berhasrat
menguasai sarana-sarana produksi serta pembagian hasil-hasil produksi secara merata . Sosialisme
sebagai ideology politik adalah suatu keyakinan dan kepercayaan yang dianggap benar oleh para
pengikutnya mengenai tatanan politik yang mencita-citakan terwujutnya kesejahteraan masyarakat
secara merata melalui jalan evolusi, persuasi , konstitusional –parlementer , dan tanpa kekerasan.
Sosialisme sebagai ideology politik timbul dari keadaan yang kritis di bidang sosial, ekonomi dan
politik akibat revousi industri . Adanya kemiskinan , kemelaratan,kebodohan kaum buruh , maka
sosialisme berjuang untuk mewujudkan kesejahteraan secara merata.
2. Teori Political Economy
Teori Ekonomi/political economy adalah suatu pemikiran kapitalisme yang terlebih dahulu yang
harus dilacak melalui sejarah perkembangan pemikiran ekonomi dari era Yunani kuno sampai era
sekarang. Aristoteles adalah yang pertama kali memikirkan tentang transaksi ekonomi dan
membedakan di antaranya antara yang bersifat "natural" atau "unnatural". Transaksi natural terkait

13
dengan pemuasan kebutuhan dan pengumpulan kekayaan yang terbatasi jumlahnya oleh tujuan yang
dikehendakinya. Transaksi un-natural bertujuan pada pengumpulan kekayaan yang secara potensial
tak terbatas. Dia menjelaskan bahwa kekayaan unnatural tak berbatas karena dia menjadi akhir dari
dirinya sendiri ketimbang sebagai sarana menuju akhir yang lain yaitu pemenuhan kebutuhan.
Contoh dati transaksi ini disebutkan adalah perdagangan moneter dan retail yang dia ejek sebagai
"unnatural" dan bahkan tidak bermoral. Pandangannya ini kelak akan banyak dipuji oleh para
penulis Kristen di Abad Pertengahan.
3. Liberalisme
Liberalisme menjadi teori yang paling dominan dalam hubungan internasional semenjak
berakhirnya perang dingin pada 1991. Kekalahan komunisme seakan menjadi justifikasi
kemenangan paham liberal yang sarat dengan kebebasan individu. Secara singkat Tim Dunne
(2001) mendefiniskan liberalisme sebagai suatu ideologi yang perhatiannya terpusat pada kebebsan
individual. Image paling kuat melekat dalam liberalisme adalah kedudukan negara adalah sebagai
suatu manifestasi kebutuhan untuk melindungi kebebasan tersebut. Negara menjadi pelayan dari
keinginan kolektif sekelompok orang yang menyerahkan kekuasaannya pada otoritas tertentu di luar
mereka.
Perspektif kedamaian dalam sudut pandang liberal dibagi menjadi empat yakni liberal
internasionalisme, idealisme, optimisme, dan liberal institutionalisme.
a) Liberal internasionalisme
Inti dari pemikiran liberal internasionalisme adalah siginifikasi hukum international.
Menurut Bentham, hukum international tersebut dapat terbentuk tanpa melalui pemerintahan
dunia. Menurut liberal internasionalisme masyarakat internasional berdasar hukum bisa terjadi
secara natural sebagaimana Adam Smith menjelaskan mekanisme pasar dengan invisible
hands. Ketika suatu negara mengikuti self interest masing-masing, individu secara tidak sadar
mendorong terwujudnya kebaikan bersama.
b) Idealisme
Era idealisme dimulai sejak awal 1900 hingga akhir 1930 yang dimotivasioleh keinginan
kuat untuk menghindari perang. Salah satu pencetus idelalisme terkenal adalah Woodrow
wilson yang tertuang dalam empat belas point Wilson. Kelahiran idealisme ditandai oleh pasca
perang dunia I sebagai kritikan terhadap paham liberal internasionalisme yang menyatakan
bahwa perdamaian bersifat natural dan bisa terjadi dengan sendirinya. Menurut Wilson,
perdamaian tidak terjadi secara natural tapi mesti dikontruksi. Lebih lanjut Wilson mengatakan
bahwa perdamaian itu bisa dikontruksi dengan membentuk institusi. Konsep utama dalam
pemikiran idealisme adalah keamanan bersama, collective security. Dikarenakan jika
keamanan suatu negara terganggu akan berimbas pada stabilitias keamanan di negara kawasan
disebabkan interconnectedness, oleh karena itu keamanan menjadi konsep bersama keamanan
suatu negara juga menjadi tanggung jawab negara lain.
c) Liberal Institusionalisme
Pandangan liberal institusionalisme muncul sebagai jawaban atas kritik realisme
merespon peristiwa terjadinya perang dunia dua dan gagalnya Liga Bangsa-bangsa. Ini
menjadikan sifat liberal institusionalisme menjadi cenderung realist dan mengurangi
normativeness (Dunne, 2001). Liberal institusionalime menolak pandangan aktor bersifat state-
centric. Meskipun negara merupakan satu-satunya aktor tunggal hubungan internasional,
mereka menilai organisasi internasiona, perusahaan multinasional merupakan aktor
subordinate dalam sistem. Kehadiran aktor subordinate menjalankan beberapa peran yang tidak
dapat dilakukan oleh negara.
Fenomena globalisasi tidak membuat paham liberal menjadi outdated, sebaliknya liberal
terus melakukan penyesuaian dengan konsep kini supaya terus relevan memberikan penjelasan
terhadap kejadian dalam konteks global.
d) Neo-liberal internasionalisme
Neo-liberal internasionalisme cenderung menggunakan istilah globalisasi dalam berbagai
pengertian positif. Globalisasi memicu tumbuh kembangnya ekonomi secara lebih baik dan
sepertil tradisis liberal internasionalime lama, pertumbuhan ekonomi yang maksimal melalui
perdangan (commerce) dan free trade merupakan ladang subur bagi benih-benih perdamaian
diamana akan terjaling mutual understanding. Mutual understanding inilah yan goleh neo-
liberal internasionalisme menjadi faktor kunci mencegah perang.
e) Neo-idealisme

14
Neo-idealisme muncul dengan ide bahwa ketergantungan sangat bermanfaat untuk
mendatangkan perdamaian dan menyebarkan semangat demokrasi. Globalisasi menjadi
perangkat efektif untuk menyebarkan ide demokrasi. Demokrasi yang mengandung nilai-nilai
kebebasan dan perdamaian menjadi indikator paling valuabel untuk menciptakan kerjasama
melalui terbentuknya masyarakat global-global society.
f) Neo-liberal institusionalisme
Prinsip kunci liberal institusionalisme adalah mengakui keberadaan aktor non-negara
dalam sistem (Keohane, 1989a). Neo-liberal institutionalisme mengakui sistem cenderung
anarki daripada kooperatif, sesuai dengan pandangan realis, meskipun demikian namun
kerjasama antaraktornya tetap terjalin. Mengapa demikian? Sebab aktor negara bersifat
rasional yakni selalu terdapat kecenderungan mereka menghindari perang dan seminimal
mungkin melakukan kerjasama menggunakan asas mutual gain atau absolute gain ¸bukannya
relative gain.
Relative gain mengindikasikan bahwa kerjasama bersifat zero sum game, state akan
bekerjasasama jika ia mendapat keuntungan lebih dari yang lainnya “who can get more”.
Sementara itu, Absolute gain kerjasama tetap terjadi dalam kondisi positive sum
game,manakala menguntungkan kedua pihak.
4. Partisipasi
Partisipasi adalah keikutsertaan, peranserta atau keterlibatan yang berkaitandengan keadaaan
lahiriahnya (Sastropoetro;1995).
Participation becomes, then, people's involvement in reflection and action, aprocess of
empowerment and active involvement in decision making throughout aprogramme, and access
and control over resources and institutions(Cristóvão,1990).
Pengertian prinsip partisipasi adalah masyarakat berperan secara aktif dalamproses atau alur
tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi,perencanaan, pelaksanaan,
dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangantenaga, pikiran, atau dalam bentuk
materill.
Hoofsteede (1971) menyatakan bahwa patisipasi adalah the taking part in oneore more
phasesof the process sedangkan Keith Davis (1967) menyatakan bahwapatisipasi “as mental
and emotional involment of persons of person in a group situationwhich encourages him to
contribute to group goals and share responsibility in them”
Verhangen (1979) dalamMardikanto (2003) menyatakan bahwa, partisipasimerupakan suatu
bentuk khusus dari interaksi dan komunikasi yang berkaitan denganpembagian: kewenangan,
tanggung jawab, dan manfaat. Theodorson dalamMardikanto (1994) mengemukakan
bahwa dalam pengertian sehari-hari, partisipasimerupakan keikutsertaan atau keterlibatan
seseorang (individu atau warga masyarakat)dalam suatu kegiatan tertentu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap tumbuh dan berkembangnyapartisipasi dapat
didekati dengan beragam pendekatan disiplin keilmuan. Menurutkonsep proses pendidikan,
partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau responsesatas rangsangan-rangsangan yang
diberikan; yang dalam hal ini, tanggapanmerupakan fungsi dari manfaat (rewards) yang dapat
diharapkan (Berlo, 1961).
Partisipasi masyarakat merutut Hetifah Sj. Soemarto (2003) adalah proses ketikawarga sebagai
individu maupun kelompok sosial dan organisasi, mengambil peranserta ikut mempengaruhi
proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauankebijakan kebijakan yang langsung
mempengaruhi kehiduapan mereka. Conyers (1991)menyebutkan tiga alasan mengapa partisipasi
masyarakat mempunyai sifat sangatpenting. Pertama partispasi masyarakat merupakan suatu
alat guna memperolehinformasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakata, tanpa
kehadirannyaprogram pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah
bahwamasyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika
merasadilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka
akanmengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki
terhadappoyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya partisiapsi umum di banyak
negara karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bilamasyarakat
dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri.

 Tipologi Partisipasi
Penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyrakat seringkali terhambatoleh
persepsi yang kurang tepat, yang menilai masyarakat “sulit diajak maju” olehsebab itu

15
kesulitan penumbuhan dan pengembangan partisipasi masyarakat jugadisebabkan karena
sudah adanya campur tangan dari pihak penguasa. Berikut adalahmacam tipologi partisipasi
masyarakat
1)Partisipasi Pasif / manipulative
2)Partisipasi Informatif
3)Partisipasi konsultatif.
4)Partisipasi intensif
5)Partisipasi Fungsional
6)Partisipasi interaktif
7)Self mobilization
b. Reformasi Sosial
1. Teori Komunitas
 Advokasi
Perencanaan advokasi adalah perencanaan yang muncul pada konsepperencanaan
plural. Perencanaan ini yang berfungsi sebagai sarana untuk mendukungpernyataan/
pemikiran yang saling berkompetisi, dalam hal bagaimana masyarakat harus membangun
dan dibangun. Konsep advokasi ini muncul dari praktek hukum yangberimplikasi pada
sanggahan/ perlawanan yang muncul dari masing-masing pihak,yang memiliki dua
pandangan yang saling bersaing. Perencanaan advokasi banyakdilakukan bukan oleh
perencana (formal), melainkan oleh pekerja sosial, organisatorkemasyarakatan (LSM) dan
mahasiswa. Para perencana advokasi bekerja karenaadanya suatu kelompok masyarakat
yang membutuhkan bantuan perencana pada saatproses pembangunan berlangsung.
Kelompok ini umumnya berada dalam kelompokberpenghasilan rendah dan tidak
memiliki bergaining power (posisi tawar).Perencanaan advokasi muncul akibat adanya
perbedaan kepentingan dan posisi tawarberbagai kelompok di masyarakat. Di dalam proses
perencanaan pembangunan yang bersifat unitary plan (yang dilakukan oleh pemerintah),
perbedaan kepentingan danposisi tawar antar kelompok masyarakat akan menyebabkan
sulitnya melakukanpencapaian tujuan akhir pembangunan. Untuk itu perencanaan
advokasi sangatlah dibutuhkan di dalam pencapaian tujuan akhir pembangunan.
a) Just The City
Model partisipasi yang didasarkan pada pendekatan advocacy oleh
kelompokmasyarakat yang lemah posisinya.Termasuk salah satu pendekatan
yang bersifatsosialistis.
b) Communicative model
1. Model partisipasi yang membutuhkan kemampuan perencana dalam
berbicara, mendengarkan pendapat dan aspirasi masyarakat, Menampung
keluhan masyarakat; untuk mengadakan konsensus; mendampingi dalam
pencapaian tujuan.
2. Disebut juga model collaborative.
3. Mengedepankan kesepakatan masyarakat.
4. Termasuk salah satu pendekatan yang bersifat sosialistis.
5. Waktu yang dibutuhkan tergantung dari kesiapan masyarakat
untukmencapai kesepakatan

16
BAB III

KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian Pada bab II, maka dapat disimpulkan sebaagai berikut :
1. Teori perencanaan berkembang akibat adanya degradasi lingkungan yang diakibatkan oleh revolusi industri.
2. Perencanaan sendiri telah banyak berkembang sejak pertama kali dicetuskan oleh Patrick Geddes. Konsep
Kota Industri yang dicetuskan oleh Geddes menjadi dasar teori-teori perencanaan yang berkembang
3. Reformasi lingkungan dalam perencanaan kota melahirkan konsep-konsep teori perencanaan yang berasakan
lingkungan diantaranya konsep Garden City ( E. Howard), Boadacre City (F. Loyd) dan Kota Modern
(Corbuiser).
4. Munculnya Konsep Kota Modern yang dicetuskan oleh Corbuiser menyebabkan beberapa aliran yang
berkembang diantaranya urbanism, anti urbanism, new urbanism, urban psicology dan neighborhood unit.

17
DAFTAR PUSTAKA
file:///C:/Users/OVANCOMP/Downloads/dokumen.tips_makalah-teori-perencanaan.pdf

18

Anda mungkin juga menyukai