Anda di halaman 1dari 66

UNIVERSITAS INDONESIA

PEMANFAATAN ATR-FTIR DAN KEMOMETRIK DALAM


IDENTIFIKASI PEMALSUAN PRODUK HERBAL UNTUK
PELANGSING

SKRIPSI

Nadia Aaqilah Fakhriyyah Erza


1606874702

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
DEPOK
2021
UNIVERSITAS INDONESIA

PEMANFAATAN ATR-FTIR DAN KEMOMETRIK DALAM


IDENTIFIKASI PEMALSUAN PRODUK HERBAL UNTUK
PELANGSING

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk


Memperoleh gelar Sarjana Farmasi

Nadia Aaqilah Fakhriyyah Erza


1606874702

FAKULTAS FARMASI
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI
DEPOK
2021
SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Usulan ini adalah hasil karya saya sendiri,


dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Nadia Aaqilah Fakhriyyah Erza


NPM : 1606874702

Tanda Tangan : _____________________________


Tanggal :
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama : Nadia Aaqilah Fakhriyyah Erza
NPM : 1606874702
Program Studi : Farmasi
Judul Skripsi : Pemanfaatan Metoda ATR-FTIR dan Kemometrik dalam Identifikasi
Pemalsuan Produk Herbal untuk pelangsing

Pembimbing I : Prof. Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt. ( )


Pembimbing II : Dr. Sarini Abdullah, M.Stats ( )
KATA PENGANTAR
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
ILMIAH
ABSTRAK
Nama : Nadia Aaqilah Fakhriyyah Erza
Program Studi : Sarjana Farmasi
Judul : Pemanfaatan Metoda ATR-FTIR dan Kemometrik dalam Identifikasi
Pemalsuan Produk Herbal untuk pelangsing.
Pembimbing : Prof. Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt.
Dr. Sarini Abdullah, M.Stats

Ditambahan kata-kata OT (Obat tradisional) atau herbal.

Peningkatan ketersediaan dan penggunaan produk pelangsing telah disertai dengan


peningkatan frekuensi pemalsuan produk dengan Bahan Kimia Obat (BKO). Pemalsuan ini
merupakan masalah bagi seluruh masyarakat di dunia, dan pengkonsumsiannya dapat
menimbulkan risiko kesehatan bagi konsumen. Fokus utama dari Review Artikel ini adalah
untuk menyoroti pendekatan skrining baru yang digunakan dalam pendeteksian BKO di
produk herbal untuk pelangsing yang ada di pasaran. penulis sebisa mungkin dihilangan
merangkum metode spektroskopi ATR-FTIR (Attenuated Total Reflectance-Fourier
Transform Infrared), sebagai alat skrining yang layak dan menarik untuk menganalisis
produk herbal untuk pelangsing yang dicurigai dipalsukan. Interpretasi data yang digunakan
adalah kemometrik. Penggunaan ATR-FTIR telah terbukti dapat menganalisis sampel dengan
cepat, ekonomis, sederhana, dan tidak memerlukan persiapan sampel yang sulit. Selain itu,
teknik ini cukup akurat, tidak mememerlukan pelarut berbahaya dan reagen serta ramah
lingkungan. ATR-FTIR umumnya digunakan untuk mengidentifikasi, karakterisasi,
penjelasan struktur, dan pemantauan reaksi dalam kimia analitik. Spektroskopi ATR-FTIR
dikombinasikan dengan metode kemometrik model HCA dan PCA ditemukan cukup akurat
untuk pendeteksian BKO Sibutramin HCl didalam produk herbal untuk pelangsing.
ABSTRACT
Name : Nadia Aaqilah Fakhriyyah Erza
Study Programe : Bachelor of Pharmacy
Title : Utilization of ATR-FTIR and Chemometric Methods in Identification
of Herbal Products for Slimming
Supervisors : Prof. Dr. Abdul Mun’im, M.Si., Apt.
Dr. Sarini Abdullah, M.Stats

BKO diganti menjadi syntetics


The increase in the availability and use of slimming products has been accompanied
by an increase in the frequency of product counterfeiting with Medicinal Chemicals ganti jd
syntehetics (BKO). Counterfeiting is a problem for people all over the world, and their
consumption can pose a health risk to consumers. The main focus of this review article is to
highlight new screening approaches used in the detection of BKO in herbal slimming
products on the market. The authors summarize the ATR-FTIR (Attenuated Total
Reflectance-Fourier Transform Infrared) spectroscopy method, as a viable and attractive
screening tool for analyzing herbal slimming products suspected of being faked. The
interpretation of the data used is the basic science of chemometrics. The use of ATR-FTIR
has been proven to be able to analyze samples quickly, economically, simply, and does not
require difficult sample preparation. In addition, this technique is quite accurate, does not
require harmful solvents and reagents and is environmentally friendly. ATR-FTIR is
commonly used for identification, characterization, structure explanation, and reaction
monitoring in analytical chemistry. ATR-FTIR spectroscopy combined with HCA and PCA
model chemometric methods was found to be quite accurate for the detection of Sibutramine
HCl BKO in herbal products for slimming.
DAFTAR ISI

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME.............................................................3


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS..................................................................4
HALAMAN PENGESAHAN..................................................................................................5
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ILMIAH............................8
ABSTRAK................................................................................................................................9
ABSTRACT............................................................................................................................10
DAFTAR ISI...........................................................................................................................11
DAFTAR TABEL..................................................................................................................14
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................................15
BAB 1. PENDAHULUAN...............................................................................................16
1.1. Latar Belakang.........................................................................................................16
1.1. Rumusan Masalah....................................................................................................19
1.2. Tujuan Penulisan......................................................................................................19
1.3. Manfaat Penulisan....................................................................................................19
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................20
2.1. Metode Penulisan Article Review................................................................................20
2.2. BKO dalam Produk Herbal untuk pelangsing..............................................................20
2.3. ATR-FTIR (Attenuated Total Reflectance Fourier-Transform...................................22
2.4. Metode Kemometrik....................................................................................................27
2.5. Aplikasi metode ATR-FTIR dan Kemometrik pada pendeteksian BKO dalam produk
herbal untuk pelangsing.......................................................................................................28
BAB 3 ANALISIS DAN GAGASAN PENULIS...........................................................32
3.1. Analisis Kualitatif Produk Herbal untuk pelangsing Menggunakan ATR-FTIR dan
Metode Kemometrik............................................................................................................32
3.2. Analisis Teh Hijau, Teh Campuran Herbal dan Kopi Hijau....................................33
3.3. Analisis Suplemen Herbal untuk pelangsing...........................................................40
3.4. Analisis Suplemen Pelangsing dengan Ekstrak Ginko biloba.................................44
3.5. Analisis Suplemen Pelangsing berbentuk minyak...................................................49
3.6. Penerapan Teknik Analisis Spektroskopi ATR-FTIR dan Kemometrik.................56
BAB 4 KESIMPULAN..........................................................................................................58
4.1. Kesimpulan..............................................................................................................58
4.2. Saran.........................................................................................................................58
BAGIAN REFERENSI..........................................................................................................59
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kegemukan atau lebih sering disebut sebagai obesitas telah diakui sebagai salah satu
masalah kesehatan yang serius. Obesitas merupakan salah satu penyakit epidemik dan umum
yang disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik serta memiliki efek buruk pada
kesehatan dan kualitas hidup individu seseorang (Chandrasekaran et al., 2012). Laporan dari
organisasi kesehatan dunia telah menunjukkan bahwa obesitas meningkat pada tingkat yang
mengkhawatirkan, sehingga risiko menjadi lebih mengancam sehubungan dengan penyakit
seperti diabetes, gangguan saraf, penyakit kardiovaskular dan kanker. Mempertimbangkan
situasi ini, pencegahan obesitas dan kelebihan berat badan semakin menjadi perhatian (Al-
salafe et al., 2014). Temuan dari studi sebelumnya menunjukkan bahwa peraturan dalam diet
dengan cara rencana makan yang sehat dan latihan fisik membantu manajemen berat badan
dan membantu mencegah obesitas (World Health Organization, 2003). Di saat yang
bersamaan, orang selalu mencari suplemen makanan untuk mencegah obesitas (J. M.
Carvalho et al., 2012).

Baru-baru ini, asupan herbal untuk pelangsing dan suplemen makanan secara
signifikan diminati oleh orang-orang yang mencoba berjuang dengan obesitas dan penurunan
berat badan (Cebi et al., 2017). Umumnya orang-orang cenderung memilih produk herbal
yang berasal dari sumber alami seperti teh hijau, kopi hijau dan teh herbal campuran. Produk-
produk ini dinyatakan tidak berbahaya karena 100% alami. Juga, produk-produk tersebut
dipasarkan untuk membantu penurunan berat badan yang efisien dan cepat karena berasal
dari fitokimia alami yang terkandung di dalamnya (J. M. Carvalho et al., 2012; Popescu &
Radu, 2015). Pada kenyataannya, suplemen makanan herbal untuk pelangsing mempengaruhi
tubuh manusia lebih lambat dibandingkan dengan obat pelangsing sintetis (Cebi et al., 2017).
Akibatnya, Bahan Kimia Obat (BKO) dapat dimasukkan secara ilegal dalam makanan dan
suplemen herbal untuk pelangsing untuk memastikan efektivitas produk yang diklaim (Liang
et al., 2006).

Dengan meningkatnya penggunaan obat tradisional, terutama bahan herbal hasilnya


sering ditemukan penyalahgunaan Bahan Kimia Obat (BKO) menjadi sebuah produk herbal .
Hal ini juga ditegaskan oleh Kementerian Kesehatan Negara Republik Indonesia (2012)
Peraturan nomor 6, yang menyatakan bahwa semua jenis produk dan obat-obatan tradisional
dilarang mengandung obat kimia atau sintetik. Hal ini juga bertentangan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Republik Indonesia (2012) Nomor 007 ayat 7 Alinea 1 tentang
registrasi obat yang menyatakan bahwa obat tradisional dilarang mengandung obat kimia
hasil isolasi. Maka dari itu, diperlukan teknik dan metode analisis yang tepat untuk dapat
memenuhi persyaratan dari peraturan tersebut.

Penyalahgunaan penambahan BKO ke dalam produk sediaan herbal sering


ditambahkan untuk penanganan penyakit seperti rematik, pereda nyeri, obesitas dan
afrodisiak (Nurrohmah & Mita, 2016). Berdasarkan beberapa kasus penambahan BKO pada
jamu yang berhasil diungkapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), BKO yang
paling umum ditambahkan kedalam produk herbal untuk pelangsing adalah Sibutramin
Hidroklorida (HCl) (BPOM RI, 2006). BKO Sibutramin HCl adalah anoreksian yang
biasanya berbentuk garamnya yaitu hidroklorid monoklorida (Cebi et al., 2017). Sibutramin
termasuk dalam golongan obat SNRI (centrally-acting serotonine-noreprinephrine reuptake
inhibitor). (Cebi et al., 2017). Sibutramin adalah inhibitor reuptake neuro transmitter, yang
umumnya digunakan pada managemen obesitas untuk menghindari adanya serangan jantung
dan stroke pada penderitanya (R. Araujo & Martel, 2011). Efek samping dari penggunaan
BKO Sibutramin HCl didalam produk herbal untuk pelangsing tidak dapat dihindari. Efek
samping dari penggunaan sibutramin HCl yang berlebihan dapat menyebabkan gangguan
jantung (Luque & Rey, 2002). Terlebih lagi masyarakat tidak mengetahui bahaya dari
penambahan BKO sibutramin HCl yang sedang dikonsumsi.

Selain sibutramin, De Carvalho dkk. menunjukkan bahwa BKO yang paling mungkin
digunakan dalam formulasi penurunan berat badan adalah anoreksia (dipake di Indonesia ga?
rimonabant) kl ga dijelasin di negara xxx decarvaho menyebutan bla22, ansiolitik
(benzodiazepin), antidepresan (fluoxetine.), diuretic (furosemid) dan pencahar (fenolftalein)
(L. M. De Carvalho et al., 2011). Selain itu terdapat kelas farmasetika lainnya, seperti:
efedrin, bumetanid , fenitoin, kafein dan hormon tiroid dalam formulasi penurun berat badan
yang baru-baru ini dilaporkan (Hoggan et al., 2007).

Pemalsuan produk pelangsing herbal di Indonesia sering kali terjadi, namun belum
ada pengujian kandungan BKO dalam obat herbal yang memiliki keakurasian yang tinggi,
mudah, cepat dan efisien. Menurut beberapa literatur, pendeteksian BKO sibutramin HCl
dapat dilakukan dengan beberapa metode. Diantaranya adalah High Performance Liquid
Chromatography (Ariburnu et al., 2012), Liquid Chromatography-Mass Spectrometry/Mass
Spectrometry (Bogusz et al., 2006), FTIR (Fourier Transform Infrared Spectorscopy)
(Popescu & Radu, 2015), dan Thin Layer Chromatography (Csupor et al., 2013). Dalam
beberapa studi juga dilampirkan bahwa metode GC-MS (gas chromatography-mass)
merupakan metode yang biasa digunakan untuk mengidentifikasi adanya bahan kimia obat
didalam sediaan produk pelangsing (Popescu & Radu, 2015). Namun, metode yang
disebutkan diatas memiliki kelemahan yaitu mereka umumnya mahal, memakan waktu,
destruktif, membutuhkan operator yang memiliki keterampilan tinggi, diperlkuan alat, orang
yang mengoperasian, emmapuan, waktu, perlu bebrapa komponen: Orang, bahan, ,
memerlukan sampel yang cukup banyak, membutuhkan pelarut yang tepat dan cocok, dan
membutuhkan preparasi sampel dan pengoperasian alat yang cenderung lama dan sulit (Cebi
et al., 2017). Maka dari itu, dibutuhkan metode pengidentifikasian bahan kimia obat yang
cepat, mudah, dan akurat. Salah satu metode yang menjanjikan yang cocok untuk analisis
cepat dan sederhana adalah Spektroskopi Attenuated Total Reflectance Fourier-Transform
Infrared (ATR-FTIR) (Cebi et al., 2017).

Spektroskopi ATR-FTIR dapat digunakan secara non destruktif dan cepat


untuk mendapatkan sidik jari biokimia yang memberikan informasi tentang struktur dan
komposisi molekul (Sivakesava S, 2001). Teknik spektroskopi ATR-FTIR ini sudah biasa
dan sering digunakan dalam pendeteksian BKO dan pemalsuan yang ada pada bahan
makanan dan juga produk herbal (Popescu & Radu, 2015). Studi terbaru menunjukkan bahwa
spektroskopi FTIR mungkin memiliki potensi dalam mendeteksi sibutramin dalam produk
herbal alami, makanan dan suplemen makanan (Popescu & Radu, 2015). Hingga saat ini,
penelitian untuk mendeteksi sibutramin sebagai zat aktif masih sangat terbatas dengan
menggunakan teknik spektroskopi FTIR (Popescu & Radu, 2015). Dalam penelitian lain,
deteksi sibutramin dalam suplemen makanan yang dipalsukan dilakukan dengan minimum
false predicition dengan menggunakan teknik FTIR gabungan kemometrik (Deconinck et al.,
2014). Namun, dalam penelitian ini, ada beberapa keterbatasan dalam hal pendeteksian
sibutramin yang kuat, akurat dan andal. Pertama, penelitian dibatasi oleh tidak adanya teknik
kemometrik yang berguna dan kuat, yang juga akan membatasi ketahanan dan akurasi
deteksi. Selain itu, dalam penelitian mereka, tidak ada upaya yang dilakukan untuk
menentukan pita serapan dan tidak ada upaya untuk menetapkan pita vibrasi dengan gugus
fungsi yang spesifik untuk Sibutramin HCl monohidrat; dengan demikian, studi tersebut
kesulitan dalam chemical insight dari teknik spektroskopi FTIR yang dikembangkan. Oleh
karena itu, muncul kebutuhan mendesak untuk mengembangkan teknik yang dikombinasikan
dengan kemometrik yang kuat berdasarkan chemical insight dari spektroskopi vibrasi.

Review Artikel ini fokus pada penerapan spektroskopi Attenuated Total Reflectance
Fourier-Transform Infrared (ATR-FTIR) yang dikombinasikan dengan teknik kemometrik
untuk mendeteksi BKO yang sejauh ini merupakan pemalsuan paling umum dalam suplemen
makanan yang ditujukan untuk menurunkan berat badan seperti suplemen makanan, teh hijau,
kopi dan teh herbal campuran. Metode ini dianggap sebagai teknik analitik ideal untuk
metode sederhana, cepat, efektif dan non-destruktif berdasarkan metode spektroskopi yang
dikembangkan oleh ahli kimia analitik untuk pemalsuan yang umum didalam produk
pelangsing.

1.1. Rumusan Masalah

1. Apakah metode ATR-FTIR (Attenuated Total Reflectance Fourier-Transform


Infrared) dan Kemometrik dapat digunakan untuk mendeteksi BKO pada
Produk Herbal untuk pelangsing?
2. Metode Kemometrik apa yang cocok untuk mendeteksi BKO pada Produk
Herbal untuk pelangsing?
1.2. Tujuan Penulisan
1. Untuk mendeteksi adanya BKO didalam Produk herbal untuk pelangsing
dengan metode ATR-FTIR dan Kemometrik
2. Untuk mengetahui Metode Kemometrik yang cocok untuk mendeteksi adanya
BKO didalam produk pelangsing.
1.3. Manfaat Penulisan

Diharapkan Review Artikel ini dapat menjadi panduan untuk para peneliti dan
Lembaga terkait seperti Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) tentang metode
mudah, cepat dan sederhana yaitu ATR-FTIR dan Kemometrik untuk mendeteksi BKO yang
terdapat pada berbagai macam produk Produk herbal untuk pelangsing di Indonesia.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Metode Penulisan Article Review


Dalam melakukan penulisan Review Artikel ini dilakukan metode studi literatur.
Literatur utama dan pendukung Review Artikel ini merupakan hasil penelitian terbitan tahun
2015-2020 . Penelusuran literatur utama dan pendukung menggunakan instrumen pencarian
Pustaka berbasis online seperti Sciencedirect, NCBI, Sinta-Science and Technology Index,
Springer, Scopus, dan Google Scholar. Kata kunci yang digunakan untuk penelurusuran
artikel publikasi adalah “identification of adulterated slimming herbal product”, “ATR-FTIR
Spectroscopy”, “Adulteration of slimming herbal product using ATR-FTIR and
chemometric” yang diakses pada bulan Agustus-Oktober 2021. Data dari literatur utama dan
pendukung yang didapat kemudian disusun menjadi sebuah Review Artikel dengan kerangka
dan format yang telah diberikan.

2.2. BKO dalam Produk Herbal untuk pelangsing


Produk Herbal juga dikenal sebagai sediaan farmasi berbasis herbal, banyak
digunakan secara global karena klaim mereka sebagai alternatif yang sepenuhnya alami. Ada
persepsi umum bahwa sebagian besar produk herbal aman dengan sedikit efek samping, dan
obat-obatan jangka panjang ini mengklaim memiliki efek penyembuhan yang lambat (Jordan
et al., 2010; Zhu et al., 2014).Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi produk herbal untuk
pelangsing telah meningkat di kalangan konsumen. Produsen dan distributor yang tidak
bermoral dengan sengaja memalsukan produk herbal untuk pelangsing dengan bahan kimia
obat untuk mempercepat efek farmakologis langsung atau mengintensifkan efek biologis dari
produk herbal untuk pelangsing (Calahan et al., 2016; Jordan et al., 2010). terkadang, produk
herbal untuk pelangsing juga dapat ditambahkan dengan beberapa BKO atau analog.
Faktanya, produk pelangsing yang diolah secara ilegal dengan BKO atau analog lainnya
membawa risiko kesehatan lebih lanjut karena pelanggan mungkin tidak mengetahui
kandungannya (Haneef et al., 2013).
Dengan meningkatnya penggunaan obat tradisional, terutama bahan herbal hasilnya
sering ditemukan penyalahgunaan Bahan Kimia Obat (BKO) menjadi sebuah produk herbal .
Hal ini juga ditegaskan oleh Kementerian Kesehatan Negara Republik Indonesia (2012)
Peraturan nomor 6, yang menyatakan bahwa semua jenis produk dan obat-obatan tradisional
dilarang mengandung obat kimia atau sintetik. Hal ini juga bertentangan dengan Peraturan
Menteri Kesehatan RI Republik Indonesia (2012) Nomor 007 ayat 7 Alinea 1 tentang
registrasi obat yang menyatakan bahwa obat tradisional dilarang mengandung obat kimia
hasil isolasi. Penyalahgunaan penambahan BKO ke dalam produk sediaan herbal sering
ditambahkan untuk penanganan penyakit seperti rematik, pereda nyeri, obesitas dan
afrodisiak (Nurrohmah & Mita, 2016). Berdasarkan beberapa kasus BKO kaku pada jamu
yang berhasil diungkapkan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), BKO yang paling
umum ditambahkan kedalam produk herbal untuk pelangsing adalah Sibutramin Hidroklorida
(HCl) (BPOM RI, 2006).
Sibutramin HCl adalah obat pengontrol berat badan yang menghambat pengambilan
kembali serotonin dan norepinefrin, menghasilkan peningkatan kadar neurotransmiter di otak
yang membantu orang merasa kenyang setelah makan sehingga membatasi asupan makanan
mereka. Sibutramin biasanya hadir dalam bentuk garam hidroklorida monohidrat. Sibutramin
telah disetujui sebagai obat anti-obesitas oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika
Serikat (FDA AS) pada tahun 1997 (Luque & Rey, 2002). Sibutramin dilarang dan dihapus
untuk dijual di Amerika Serikat pada tahun 2010 karena manfaatnya sebagai zat anti-obesitas
tidak melebihi reaksi obat yang merugikan, seperti risiko kardiovaskular dan stroke nonfatal
(Williams, 2010). Terlepas dari penarikan sibutramin dari pasaran, beberapa produk herbal
untuk pelangsing masih mengandung sibutramin, yang tidak disebutkan pada label, untuk
meningkatkan efektivitas produk penurun berat badan mereka (van Hunsel et al., 2016). Pada
kenyataannya, suplemen makanan yang berguna sebagai herbal untuk pelangsing
mempengaruhi tubuh manusia lebih lambat dibandingkan dengan obat pelangsing sintetis
(Liang et al., 2006). Akibatnya, Sibutramin (sibutramin hidroklorida monohidrat) dapat
dimasukkan secara ilegal dalam makanan dan suplemen herbal untuk pelangsing untuk
memastikan efektivitas produk yang diklaim. (Liang et al., 2006). Produk-produk yang
dicurigai megandung sibutramin ini dijual di toko-toko lokal, apotek, toko makanan
kesehatan, dan online. Kasus overdosis sibutramin dari produk palsu telah dilaporkan di
banyak negara di seluruh dunia (Jung et al., 2006).
Di Turki, Kementerian Pangan, Pertanian, dan Peternakan Republik Turki secara
teratur melaporkan makanan dan suplemen makanan yang dipalsukan. Mempertimbangkan
pengumuman baru-baru ini, teh herbal yang mengandung bahan aktif tetap menempati posisi
pertama dalam daftar yang dilaporkan (Cebi et al., 2017). Menurut laporan Januari 2016,
Sibutramin HCl monohidrat terdeteksi dalam campuran teh herbal dan perusahaan produsen
telah diungkapkan oleh kementerian (Cebi et al., 2017). Mempertimbangkan masalah ini, ada
kebutuhan mendesak untuk pengembangan teknik yang efektif, cepat dan akurat untuk
mendeteksi sibutramin dalam sediaan herbal diet, teh, suplemen makanan dan produk herbal
untuk pelangsinglainnya.
Selain sibutramine HCl, produk obat yang sering ditemukan dengan mudah didalam
produk herbal untuk pelangsing adalah anoreksia (sibutramine, rimonabant), ansiolitik
(benzodiazepin), antidepresan (fluoxetine.), diuretic (furosemid) dan pencahar (fenolftalein)
(L. M. De Carvalho et al., 2011). Selain itu terdapat kelas farmasetika lainnya, seperti:
efedrin, bumetanid , fenitoin, kafein dan hormon tiroid dalam formulasi penurun berat badan
yang baru-baru ini dilaporkan (Hoggan et al., 2007). Sibutramine kl bisa diganti jadi
anoreksian
Dengan demikian, karena pemalsuan produk herbal untuk pelangsing dipasaran telah
meningkat, telah ada pemantauan yang berkelanjutan dan efektif dari kemungkinan BKO
yang ada didalam suplemen makanan. Beberapa kelompok peneliti telah mengembangkan
dan menerapkan teknik analitik untuk mendeteksi berbagai macam BKO dalam produk
herbal untuk pelangsing. Dalam literatur, beberapa penelitian didedikasikan untuk
mendeteksi sibutramin dalam suplemen makanan, makanan, minuman dan formulasi farmasi
lainnya . Diantaranya adalah teknik kromatografi seperti kromatografi cair dan gas GC-MS
(gas chromatography-mass spectroscopy) (Damiano et al., 2014) , high performance liquid
chromatography (HPLC) (Kim et al., 2015), liquid chromatography-tandem mass
spectrometry (LC-MS) (ROWLAND & Rook, 1961), gas chromatography-tandem mass
spectrometry (GC-MS) (Khazan et al., 2014) dan teknik ATR FTIR (attenuated total
reflection-fourier transform infrared spectroscopy ) (Cebi et al., 2017; Deconinck et al.,
2014a) digunakan untuk mendeteksi Sibutramin HCl dalam produk herbal untuk
pelangsingherbal (Popescu & Radu, 2015).

2.3. ATR-FTIR (Attenuated Total Reflectance Fourier-Transform


Infrared)
Spektroskopi FTIR atau Fourrier Transform Infrared Spectroscopy adalah teknik
pengukuran untuk mengumpulkan spektrum inframerah akibat adanya vibrasi pada atom –
atom didalam suatu molekul. Prinsipnya adalah ketika sinar radiasi inframerah ditembakkan
pada suatu sampel, maka molekul – molekulnya akan mengabsorpsi energi sehingga terjadi
vibrasi. Pengabsorpsian energi ini dapat dideteksi dengan Spektroskopi FTIR pada berbagai
frekuensi atau panjang gelombang (Kristianingrum, 2016).
Gambar 1. Korelasi Spektrum IR

Gambar bilangan gelombang (jd korelasi bilangan gelombang denga apa) a dengan b bnya
transmitter satuan/bilangan gelombangnya.

Syarat suatu gugus fungsi dalam suatu senyawa dapat terukur pada spektra IR adalah
adanya perbedaan momen dipol pada gugus tersebut. Vibrasi ikatan akan menimbulkan
fluktuasi momen dipol yang menghasilkan gelombang listrik. Untuk pengukuran
menggunakan IR biasanya berada pada daerah bilangan gelombang 400-4500 cm -1. Daerah
pada bilangan gelombang ini disebut daerah IR sedang, dan merupakan daerah optimum
untuk penyerapan sinar IR bagi ikatan-ikatan dalam senyawa organik (Sastrohamidjojo,
2007).

Gambar 2. Pembagian Daerah Spektrum FTIR

Daerah inframerah dibagi menjadi tiga sub daerah, yaitu inframerah dekat (14000-
4000 cm-1), inframerah sedang (4000-400 cm-1), dan inframerah jauh (400-10 cm-1) (Ellis &
Goodacre, 2006). Untuk menganalisis suatu senyawa organik menggunakan FTIR biasanya
berada pada rentang bilangan gelombang 400-4000 cm-1. Rentang bilangan gelombang
tersebut merupakan daerah mid-infrared, dan merupakan rentang bilangan gelombang yang
optimum untuk penyerapan sinar IR pada gugus-gugus dalam senyawa organik (Abdul
Rohman, 2019; Sastrohamidjojo, 2007).

Pada molekul – molekul poliatom terdapat 2 jenis vibrasi molekul yaitu stretching
dan binding. Atom – atom dengan massa rendah cenderung lebih mudah bergerak daripada
atom dengan massa lebih tinggi (Kristianingrum, 2016). Makin kuat ikatan, makin sukar
molekul tersebut bervibrasi dan memerlukan energi yang lebih tinggi. Berbagai macam
bentuk vibrasi molekul poliatom ditunjukkan pada Gambar 3

Gambar 3.Bentuk vibrasi molekul poliatom

gambar disitasi dari mana Judul, sostroamijoyo tahun dll


Spektroskopi FTIR dapat digunakan untuk analisis kualitatif dan kuantitatif
(Kristianingrum, 2016). Spektrum IR yang memuat informasi dimana gugus fungsional
menyerap ditunjukkan pada Tabel 2.2
Table mengenai letak-letak,gugus fungsi, frekuensi, bilangan gelombang
Tabel 1. Spektrum IR

Gugus Senyawa Frekuensi cm-1 Lingkungan Nama


Spektral cm-1 Lingkungannya
(µ)

OH Alkohol 3580-3650 3333-3704

Asam 2500-2700 (2,7-3,0 µ)


NH Amina Primer 3310-3500 2857-3333 Lingkungan
dan Sekunder vibrasi ulur
hydrogen
Amida 3140-3320 (3,0-3,5 µ)
CH Alkuna 3300
Alkena 3010-3095
Aromatik
Alkana 2853-2962
Aldehida 2700-2900 2500-2857
(4,0-4,5 µ)
SH Sulfur 2500-2700
C≡C Alkuna 2190-2260
C≡N Alkinitril 2240-2260 2222-2500 Lingkungan
(4,5-5,0 µ) ikatan ganda
tiga
Iosianat 2240-2275
Arilnitril 2220-2240
-N=C=N Diimida 2130-2155 2000-2222
(5,0-5,5 µ)
N3 Azida 2120-2160
>CO Aldehid 1720-1740 818-2000
(5,5-6,0 µ)
Keton 1675-1725
Asam 1700-1725
Karboksilat
Ester 2000-2300
Asilhalida 1755-1850 1667-1818 Lingkungan
(6,0-6,5 µ) ikat ganda dua
CN Oksim 1640-1690
CO ᵝ-diketon 1540-1640
C=O Ester 1650
C=C Alkena 1620-1680
N-H(b) Amina 1575-1650 1538-1667
-N=N- Azo 1575-1630 (6,5-7,5 µ) Daerah sidik
jari
-C-NO2 Nitro 1550-1570 1538-1667
-C-NO2 Nitro Aromatik 1300-1570
C-O-C Eter 1230-1270 1053-1333
(7,5-9,5 µ)

[Sumber : Kristianingrum, 2013]


Cari tau dari kristianingrum 2013 judul tabelnya apa
Mekanisme yang terjadi pada alat FTIR diawali dengan sinar yang datang dari sumber
sinar akan diteruskan, dan kemudian akan dipecah oleh pemecah sinar menjadi dua bagian
sinar yang saling tegak lurus. Sinar ini kemudian dipantulkan oleh dua cermin yaitu cermin
diam dan cermin bergerak (Abdul Rohman, 2019). Sinar hasil pantulan kedua cermin akan
dipantulkan kembali menuju pemecah sinar untuk saling berinteraksi. Dari pemecah sinar,
sebagian sinar akan diarahkan menuju cuplikan dan sebagian menuju sumbern (Dilianti,
2016). Gerakan cermin yang maju mundur akan menyebabkan sinar yang sampai pada
detektor akan berfluktuasi. Sinar akan saling menguatkan ketika kedua cermin memiliki jarak
yang sama terhadap detektor, dan akan saling melemahkan jika kedua cermin memiliki jarak
yang berbeda. Fluktuasi sinar yang sampai pada detektor ini akan menghasilkan sinyal pada
detektor yang disebut interferogram. Interferogram ini akan diubah menjadi spektra IR
dengan bantuan komputer berdasarkan operasi matematika (Tahid, 1994).
Jangan dimunculkan keahlian orang-orang karena semuanya membutuhkan kemampuan
telatih
Terdapat dua Detektor yang paling umum digunakan pada alat FTIR, khususnya FT-
NIR and FT-MIR, yaitu detektor deuterated triglycine sulfate (DTGS), dan detektor mercury
cadmium telluride (MCT) (Subramanian & Rodriguez-saona, 2009).
Spektroskopi FTIR dapat menjadi pilihan yang menarik sebagai metode analisis untuk
mengidentifikasi bahan baku obat herbal dan bahan kimia obat, karena dapat memenuhi
kriteria analisis yang efisien seperti mudah digunakan, cepat, dan murah (Bunaciu et al.,
2011). FTIR dapat digunakan untuk melakukan pengukuran komponen kimia sampel secara
cepat tanpa merusak sampel dan mampu menganalisis beberapa komponen secara serentak.
Spektroskopi FTIR merupakan suatu teknik yang cepat dan mudah dalam pengoperasiannya,
tidak merusak sampel, tidak membutuhkan persiapan sampel dan hanya menggunakan sampel
yang sedikit (Gok et al., 2015).
Teknik spektroskopi FTIR digunakan sebagai metode klasifikasi berlandaskan pada
bukti bahwa spektrum IR dari suatu senyawa memiliki suatu pola spektrum sidik jari.
Spektrum sidik jari FTIR yang dihasilkan merupakan informasi data yang sangat kompleks
sehingga akan menggambarkan secara menyeluruh karakteristik kimia suatu bahan
(Dachriyanus, 2004). Pola spektrum ini disusun oleh serapan vibrasi dan seluruh konstituen
yang ada didalam sampel sehingga spektrum FTIR merupakan alat investigasi dari komposisi
total suatu sampel organik (Dachriyanus, 2004). Perubahan yang terjadi pada posisi pita dan
intensitas dalam spektrum FTIR akan berhubungan dengan perubahan komposisi kimia dalam
suatu bahan. Oleh karena itu spektrum FTIR dapat digunakan untuk membedakan sampel
yang satu dengan yang lainnya walaupun komposisi senyawa kimianya belum diketahui
secara pasti (Sun et al., 2010). Daerah yang mengandung sejumlah besar vibrasi tertentu
berkisar di rentang bilangan gelombang 1200 - 600 cm-1 umumnya disebut daerah sidik jari,
di wilayah ini getaran molekul yang berbeda-beda untuk tiap senyawa. Oleh karena itu area
ini sangat penting dan akuat untuk mengkarakterisasi senyawa kimia (Ramírez-Hernández et
al., 2019).
Analisis dengan menggunakan FTIR biasanya dapat dilakukan menggunakan dua
metodologi yang berbeda. Yang pertama adalah metode yang lebih tradisional dan
pendekatan yang banyak digunakan, FTIR-KBr, dengan menggunakan pelet kalium bromida
(KBr) yang transparan di daerah mid-inframerah, sebagai media pendukung untuk sampel
(Barbara H. Stuart, 2010). Kedua, pendekatan yang lebih baru yaitu FTIR-ATR. Metode ini
menggunakan attenuated total reflectance (ATR) yang bekerja dengan cara mengukur
perubahan yang terjadi secara internal total sinar inframerah yang dipantulkan ketika sinar itu
bersentuhan dengan sebuah sampel (Thompson et al., 2009). Sinar inframerah diarahkan ke
kristal optik padat dengan indeks bias tinggi pada sudut yang lebih besar dari sudut kritis
untuk refleksi internal total. Reflektansi internal ini menciptakan gelombang cepat berlalu
(evanescent wave) yang melampaui permukaan kristal ke dalam sampel yang bersentuhan
dengan kristal (Subramanian & Rodriguez-saona, 2009). Gelombang cepat berlalu ini
menjulur hanya beberapa mikron di permukaan luar kristal dan ke dalam sampel. Akibatnya,
harus ada kontak baik antara sampel dan permukaan kristal. Di wilayah spektrum inframerah
di mana sampel menyerap energi, gelombang cepat akan dilemahkan atau diubah
(Subramanian & Rodriguez-saona, 2009). FTIR–ATR memiliki keunggulan dibandingkan
FTIR–KBr dalam preparasi sampel yaitu lebih cepat dan tidak terlalu rumit, dan tanpa
menggunakan KBr grinding serta perbedaan ukuran partikel diabaikan (Thompson et al.,
2009).
Selain itu, FTIR mengurangi atau menghilangkan pelarut dan reagen kimia yang
berbahaya bagi kesehatan manusia atau lingkungan; oleh karena itu, FTIR dapat mendukung
kampanye “green analytical chemistry” (A. Rohman & Che Man, 2013). ATR-FTIR telah
berhasil digunakan untuk menganalisis sibutramine HCl dalam berbagai produk herbal untuk
pelangsing seperti produk teh dan kopi pelangsing (Cebi et al., 2017) dan suplemen
pelangsing (Deconinck et al., 2014a; Popescu & Radu, 2015).

2.4. Metode Kemometrik


Spektrum FTIR yang diperoleh selama analisis umumnya kompleks dan sulit untuk
ditafsirkan menggunakan mata telanjang, untungnya, beberapa perangkat lunak statistik
kemometrik tersedia sekarang. Saat ini, kemometrik telah digunakan sebagai alat yang
efektif untuk tujuan analisis, baik kualitatif maupun kuantitatif (Mazivila & Olivieri, 2018).
Kemometrik adalah cabang ilmu kimia yang memanfaatkan metode-metode matematika dan
statistika. Kemometrik digunakan untuk merancang atau memilih prosedur pengujian dan
pengukuran yang optimal. Selain itu, kemometrik digunakan untuk menarik informasi kimia
sebanyak-banyaknya dengan menganalisis suatu data (Steffen et al., 2007). Kemometrik
dimaksudkan untuk: (1) merancang prosedur untuk pengukuran pengujian yang optimal dan
(2) mengumpulkan sebanyak mungkin informasi kimia dengan menganalisis data
(Biancolillo & Marini, 2018), (3) diskriminasi dan klasifikasi antar objek seperti
discriminant analysis (DA), partial least square-discriminant analysis (PLS-DA), principal
component analysis (PCA), orthogonal projections to latent structures-DA, cluster analysis
(Roggo et al., 2007); dan (4) kalibrasi multivariat seperti classical linear regression, multiple
linear regression, PCR, dan PLS regression (Abdul Rohman, 2019). Pada Review Artikel ini
kemometrik digunakan untuk melakukan eksplorasi data dan untuk mengembangkan model
klasifikasi berdasarkan data ATR-FTIR.
Kemometrik adalah metode interdisipliner yang melibatkan statistik multivariat,
pemodelan matematika, ilmu komputer, dan kimia analitik. Salah satu keunggulan
kemometrika adalah kemampuannya dalam analisis data multivariat. Data multivariat adalah
data yang dihasilkan dari pengukuran beberapa variabel dalam sampel yang sama (Abdul
Rohman, 2019). Teknik kemometrik biasanya digunakan untuk membuat klasifikasi di antara
objek-objek yang dipelajari dibantu dengan pengenalan pola supervised atau unsupervised
dan untuk membantu analisis kuantitatif menggunakan teknik regresi multivariat. Klasifikasi
dan diskriminasi menggunakan teknik pengenalan pola adalah salah satu Teknik yang paling
sering dipublikasikan dalam kemometrika (Brereton, 2003). Teknik pengenalan pola
biasanya dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu pengenalan pola terawasi (supervised)
dan pengenalan tak terawasi (unsupervised). Kalibrasi multivariat memungkinkan analis
menganalisis satu atau beberapa analit dalam sampel besar. Regresi multivariat membangun
model kalibrasi menggunakan set data training dengan konsentrasi yang diketahui. Model
kalibrasi digunakan untuk memprediksi tingkatan (Level) sampel yang tidak diketahui.
Model kalibrasi harus dievaluasi menggunakan dataset validasi yang sesuai sebelum
melakukan analisis sampel yang tidak diketahui (Abdul Rohman, 2019).
Teknik kemometrik yang umum digunakan dalam spektroskopi vibrasi (termasuk
spektroskopi IR-tengah) adalah : a) Perlakuan data spektral FTIR yang dimaksudkan untuk
meningkatkan kualitas spektra FTIR dengan meminimalkan efek yang tidak diinginkan
berdasarkan persamaan matematis dan transformasi data seperti normalisasi, derivatisasi,
Savitzy–Golay smoothing, standard normal variate, base- line corrections, dan
multiplicative corrections; (b) rancangan percobaan yang meliputi pengacakan
(randomization), rancangan faktorial, dan response surface methodology (3) diskriminasi dan
klasifikasi antar objek seperti analisis diskriminan (DA), analisis diskriminan terkecil parsial
(PLS-DA), analisis komponen utama (PCA), proyeksi ortogonal ke struktur laten-DA,
analisis klaster; dan (4) kalibrasi multivariat seperti regresi linier klasik, regresi linier
berganda, PCR, dan regresi PLS
Ada 3 jenis kemometrika yaitu 1) Kemometrika yang terkait dengan teknik
pemrosesan spektra; 2) Kemometrika untuk pengelompokkan; dan 3) Kemometrika dengan
metode kalibrasi multivariat (Moros et al., 2010). Kemometrik merupakan cabang ilmu
pengetahuan yang mengaplikasikan ilmu statistika dan matematika untuk mengolah data
kimia. Keuntungan kemometrik yang dikombinasikan spektroskopi FTIR adalah
penggunaannya yang cepat dan efisien karena menggunakan komputer modern dan teknik
statistik yang valid (Kannel et al., 2007).

2.5. Aplikasi metode ATR-FTIR dan Kemometrik pada pendeteksian


BKO dalam produk herbal untuk pelangsing
Sejak produk herbal yang dipalsukan diproduksi secara ilegal, keamanan,
kemanjuran, dan kontrol kualitasnya tidak diverifikasi (J. M. Carvalho et al., 2012). Adanya
zat sintetik dan analog dari obat resep dalam formulasi palsu penurun berat badan, dapat
menyebabkan beberapa risiko kesehatan, yang menimbulkan kekhawatiran utama bagi semua
lembaga kesehatan di seluruh dunia (Khare et al., 2019) . Dengan demikian, Organisasi
Kesehatan Dunia (World Health Organization, 1998), Food and Drug Administration (FDA),
European Medicines Agency (Margine et al., 2012) telah mengeluarkan beberapa pedoman
untuk keamanan dan penggunaan obat herbal yang tepat (World Health Organization (WHO),
2004). De Carvalho dkk. menunjukkan bahwa BKO yang paling mungkin digunakan dalam
formulasi penurunan berat badan adalah anoreksia (sibutramine, rimonabant), ansiolitik
(benzodiazepin), antidepresan (fluoxetine.), diuretic (furosemid) dan pencahar (fenolftalein)
(L. M. De Carvalho et al., 2011). Selain itu terdapat kelas farmasetika lainnya, seperti:
efedrin, bumetanid , fenitoin, kafein dan hormon tiroid dalam formulasi penurun berat badan
yang baru-baru ini dilaporkan (Hoggan et al., 2007).
Sibutramin dilarang dan dihapus untuk dijual di Amerika Serikat pada tahun
2010 karena manfaatnya sebagai zat anti-obesitas tidak melebihi reaksi obat yang merugikan,
seperti risiko kardiovaskular dan stroke nonfatal (Williams, 2010). Terlepas dari penarikan
sibutramin dari pasaran, beberapa produk herbal untuk pelangsing lainnya masih
mengandung BKO, yang tidak disebutkan pada label, untuk meningkatkan efektivitas produk
penurun berat badan mereka (van Hunsel et al., 2016). Pada kenyataannya, suplemen
makanan yang berguna sebagai herbal untuk pelangsing mempengaruhi tubuh manusia lebih
lambat dibandingkan dengan obat pelangsing sintetis (Liang et al., 2006). Akibatnya, BKO
dapat dimasukkan secara ilegal dalam makanan dan suplemen herbal untuk pelangsing untuk
memastikan efektivitas produk yang diklaim. (Liang et al., 2006). Dapat dilihat di Tabel 1
beberapa penggunaan spektroskopiATR-FTIR dengan kombinasi metode kemometrik dalam
mengidentifikasi BKO di dalam beberapa produk herbal untuk pelangsing.
Produk Sampel Isu Terkait Teknik Bilangan Sumber
herbal Kemometri Gelombang
untuk
pelangsing
Teh & Kopi Green tea, Pemalsuan HCA & 4000-650 (Cebi et al.,
pelangsing Mix Herbal produk teh PCA cm-1 2017)
tea, Green dan kopi
coffee pelangsing
Suplemen Capsule, gel Pemalsuan PCA, PP, 2000–650 (Deconinck et
Pelangsing capsules, suplemen CART, k- cm−1 al., 2014b)
powders, pelangsing NN, PLS-
powders for DA,
fruit random
beverages forest
and instant
coffee
Suplemen Produk Pemalsuan PLS-DA & 4000-600 (Walkowiak et
Pelangsing herbal untuk suplemen PCA cm−1 al., 2019)
yang pelangsing pelangsing
mengandun yang
g ekstrak mengandung
ginko biloba ekstrak
Ginkgo
biloba (dua
dalam bentuk
kapsul dan
empat dalam
bentuk tablet)
Suplemen 1 set Pemalsuan PLS-DA 3100–2700 (Karunathilaka
pelangsing suplemen suplemen cm−1 et al., 2019)
omega-3 makanan pelangsing
omega-3
yang tersedia
secara
komersial

Dietary Suplemen Pemalsuan PLS-DA 3050-2775, (Ozen, Banu


supplement minyak dan 1780-1630, et al., 2003)
oil (almond, karakterisasi and 1500-
(Suplemen apricot suplemen 650 cm-1
pelangsing kernel, black pelangsing
berbentuk currant,
minyak) borage, cod
liver, evening
primrose,
flaxseed,
grapeseed,
hazelnut,
hempseed,
macadamia
nut, olive,
pumpkinseed,
and wheat
germ) dan
suplemen
minyak
(canola,
corn, peanut,
soybean, and
sunflower)
BAB 3 ANALISIS DAN GAGASAN PENULIS

3.1. Analisis Kualitatif Produk Herbal untuk pelangsing Menggunakan ATR-FTIR


dan Metode Kemometrik

Dalam menganalisis produk pelangsing dengan gabungan metode kemometrik dan


ATR-FTIR, secara umum urutan kerjanya dapat dilihat pada Gambar 4.

Sampel produk pelangsing

Analisis dengan ATR-FTIR

Evaluasi data spekrum


ATR-FTIR

Pengaplikasian metode
Kemometrik

Analisis Analisis
Kuantitatif Kualitatif
PLS-DA PCA, HCA

Validasi

Kesimpulan

Gambar 4. Diagram Alir Aplikasi Metode Analisis ATR-FTIR Dan Kemometrik dalam Identifikasi
Produk Herbal Untuk Pelangsing
Analisis Kualitatif dapat dilakukan dengan menggunakan model PCA (Principal
Component Analysis) atau HCA (Hierarchical Cluster Analysis). Model PCA dan HCA
digunakan untuk meklasifikasi suatu set sampel, sehingga dapat dibedakan produk yang palsu
(yang terdapat tambahan BKO atau bahan tambahan lainnya) dengan yang asli (Cebi et al.,
2017; Deconinck et al., 2014b). Data spektrum yang didapatkan kemudian di plot dianalisis
dan menghasilkan data klasifikasi tiap sampel berupa score plot untuk model PCA dan bagan
dendrogram untuk model HCA. Selain untuk klasifikasi, model PCA mampu memberikan
ciri/profil suatu objek, sedangkan model HCA digunakan untuk mengelompokkan suatu
objek ke dalam kelompok-kelompok yang serupa dan antar kelompok berbeda ciri.

Analisis kuantitatif dapat dilakukan dengan menggunakan model PLS-DA (Ozen,


Banu et al., 2003; Walkowiak et al., 2019). Setelah sampel dianalisis dengan spektroskopi
FTIR-ATR selanjutnya data spektrum yang didapat dianalisis dengan model PLS-DA untuk
mendapaykan kurva kalibrasi. Selain PLS-DA dapat juga digunakan model tambahan
Analisis Eigen. Dari kurva kalibrasi akan didapatkan nilai regresi, dimana nilai regresi akan
dievaluasi untuk menilai ukuran kebaikan model regresi linier yaitu koefisien determinasi
(R2) dan root mean square error (RMSE). tujuannya untuk mengetahui apakah hasil kalibrasi
yang diperoleh baik. Nilai R2 mewakili jumlah variabilitas dari dataset yang dijelaskan oleh
model dan berkisar dari 0 hingga 1 (atau 100%), semakin dekat nilai R 2 dengan 1 maka
semakin tinggi akurasi hasil yang diperoleh. RMSE dapat mengukur kesalahan global dalam
model dan dapat dihitung untuk kalibrasi, semakin kecil nilai RMSE yang diperoleh maka
semakin tinggi presisi model yang digunakan (Miller & Miller, 2010).

3.2. Analisis Teh Hijau, Teh Campuran Herbal dan Kopi Hijau

Di pembahasan ditampilkan
Cebi et al., (2017) telah berhasil melakukan analisis kualitatif dari Teh Hijau,
Campuran Teh Herbal dan Kopi Hijau dengan menggunakan ATR-FTIR dan metode
Kemometrik. Hierarchical Component Analysis (HCA) dan Teknik Principal Component
Analysis (PCA) digunakan dalam rentang spektral (2746-2656 cm -1) untuk klasifikasi dan
diskriminasi melalui jarak Euclidian dan algoritma Ward. Spektroskopi FTIR digabungkan
dengan metode multivariat seperti PCA dan HCA dimaksudkan untuk mengatur elemen yang
diperiksa ke dalam kelompok berdasarkan kesamaannya. HCA dilakukan untuk mengevaluasi
perbedaan spektral antara sampel teh hijau, kopi hijau dan teh herbal campuran yang tidak
dipalsukan dan dipalsukan dengan menggunakan spektrum ATR-FTIR mereka serta untuk
memantau cluster dan sub-cluster terkait di mana sampel dapat tersebar. Selain HCA, ada
Teknik kemometrik lain yang digunakan yaitu analisis PCA, PCA dilakukan untuk
mengevaluasi apakah sampel yang tidak dipalsukan dan yang dipalsukan dapat dibedakan
berdasarkan kandungan sibutraminnya. PCA dilakukan untuk memantau klasifikasi sebagai
tampilan grafis yang berisi pola pengelompokan sampel yang tidak tercemar dan yang
tercemar.
Spektrum IR sibutramin memiliki pita vibrasi yang signifikan pada 3418, 2963, 2865,
2698, 1491, 1428, 1407, 1370, 1091, 1010, 833 dan 822 cm -1. Pita terlebar dan terkuat
diamati dengan titik puncak pada 3418 cm-1 dan dihasilkan dari vibrasi regangan asimetris
dan simetris gugus O-H yang timbul dari air. (Coates, 2006; PAJZDERSKA et al., 2010).
Daerah penting kedua terletak antara 3000 dan 2500 cm -1. Tiga pita diamati dalam kisaran ini
pada 2963, 2865 dan 2698 cm-1. Pita dengan titik puncak pada 2963 dan 2865 cm -1
berhubungan dengan vibrasi regangan asimetris dan simetris dari gugus fungsi CH3, CH2 dan
CH (Coates, 2006). Puncak yang teramati pada 2698 cm-1 dihasilkan dari vibrasi regangan
gugus N-H (Maluf et al., 2010).
Tujuan utama dari penelitian (Cebi et al., 2017) adalah mengembangkan metode
untuk membedakan sampel teh dan kopi yang dipalsukan dan tidak dipalsukan dengan
menggunakan teknik FTIR-ATR yang dikombinasikan dengan kemometrik. Perbedaan
spektral diamati antar sampel, sementara zat aktif sibutramine hidroklorida monohidrat
menunjukkan perbedaan spektral yang signifikan dibandingkan dengan sampel teh dan kopi
yang dipalsukan dalam pita spektral pada 1418 cm-1 yang timbul dari stretching vibration O-
H dan pada 2698 cm-1 terkait dengan stretching vibration N-H. Seperti terlihat pada Gambar.
5, perbedaan spektral diamati antara sampel, sementara zat aktif sibutramine hidroklorida
monohidrat menunjukkan perbedaan spektral yang signifikan dibandingkan dengan sampel
teh dan kopi yang dipalsukan pada pita spektral pada 1418 cm-1 yang timbul dari getaran
peregangan OH dan pada 2698 cm- 1 terkait dengan vibrasi ulur NH. Meskipun pita pada
1418 cm-1 (yang disebabkan oleh getaran regangan asimetris dan simetris air) dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan sampel, cara ini mungkin tidak selalu ideal untuk
membangun model yang kuat dan efektif karena gugus fungsi OH juga dapat berasal dan
diinterferensi matriks makanan atau suplemen pelangsing itu sendiri dalam studi lebih
lanjut. Oleh karena itu, dalam penelitian (Cebi et al., 2017), inilah mengapa pita dengan titik
puncak 2698 cm-1 yang terkait dengan vibrasi ulur N-H lebih disukai untuk menetapkan
metode kemometrik karena pita tersebut dikhususkan untuk garam hidroklorida dari amina
tersier (Czarnocki et al.,2006) di pita serapan yang timbul dari getaran NH + stretching dan
overtones atau pita kombinasi dalam resonansi Fermi (Lin-Vien et al., 1991).

Gambar 5. Spektra ATR-FTIR dari sibutramine dan "sampel palsu, produk herbal yang ditambahkan sibutramin" pada jumlah yang
berbeda di wilayah inframerah tengah

Di crop lagi PTnya + ditambah sumber judul cebi dll

Paper ini (Cebi et al., 2017) mengusulkan metode baru berdasarkan analisis HCA dan
PCA untuk diskriminasi sampel murni dan tercemar. Analisis HCA adalah pendekatan
algoritmik yang bertujuan untuk membangun hierarki klaster. Dalam HCA, cluster dan sub-
cluster divisualisasikan secara pasti dalam grafik dendrogram. Berkaitan dengan hal tersebut,
penelitian ini memberikan penilaian komprehensif terhadap pemalsuan sibutramin yang
merupakan zat aktif dalam sampel teh hijau, kopi hijau, dan teh herbal campuran
menggunakan teknik FTIR berdasarkan kemometrik. Untuk tujuan tersebut, analisis cluster
hierarki (HCA) dan analisis komponen prinsip (PCA) berhasil diterapkan untuk memproses
data spektral untuk diskriminasi sampel yang tidak tercemar dan yang dipalsukan.
Diskriminasi dan klasifikasi sampel dilakukan dengan dua langkah: langkah pertama
melibatkan klasifikasi sampel uji (Gambar 6A) , dan langkah kedua meliputi klasifikasi
semua sampel yaitu, sampel validasi (Gambar 6A); bersama dengan sampel uji dalam hal
kandungan sibutramin mereka. Sebagai langkah pertama, HCA untuk diskriminasi sampel uji
yang tidak dipalsukan dan dipalsukan disajikan dalam (Gambar 5) Sehingga dapat
disimpulkan dari dendrogram bahwa sampel uji yang tidak tercemar dan yang dipalsukan
secara jelas dibedakan satu sama lain sehubungan dengan kandungan sibutramine
hidroklorida monohidratnya. Sesuai dengan dendrogram HCA, diamati dua klaster yang
terpisah dengan baik dengan nilai heterogenitas yang tinggi. Semua sampel uji yang tidak
dipalsukan ditumpuk bersama dalam satu kelompok di sisi kiri dendrogram HCA pada
Gambar. 6(A) sementara sampel uji yang dipalsukan dikelompokkan di sisi kanan, yang
diberi nomor 1 dan 2 pada dendrogram, masing-masing . Sebagai kesimpulan, dendrogram
HCA yang diperoleh mengungkapkan bahwa sampel uji yang tidak tercemar dapat dengan
mudah dibedakan dari sampel uji yang dipalsukan tanpa adanya prediksi yang salah.
Selanjutnya, analisis komponen utama (PCA) dilakukan untuk semua sampel uji dan plot
PCA tiga dimensi (3-D) disajikan pada Gambar. 6(B). Hasil PCA juga menunjukkan bahwa
diskriminasi yang berhasil dan eksplisit dari sampel uji yang tidak dipalsukan dan dipalsukan
diberikan tanpa prediksi yang salah. Dengan cara yang sama, semua spektrum tersebar
menjadi dua kelompok utama yang sesuai dengan sampel uji yang tidak tercemar dan yang
dipalsukan.

Gambar 6. (A) Dendrogram HCA (Algoritma Ward) sampel uji yang tidak dipalsukan dan dipalsukan dengan jumlah sibutramine
yang berbeda (berdasarkan tabel x). (B) Peta PCA 3D (tiga dimensi) dari sampel-sampel.
Tabel 2. Sampel uji dan validasi tidak dipalsukan / dipalsukan dengan jumlah sibutramine yang berbeda

Table ditulis ulang, di sumber disebutkan pengujinya siapa


Pada langkah kedua, sampel validasi beserta sampel uji juga dilakukan analisis HCA
dan PCA. Semua sampel uji dan sampel validasi murni dikumpulkan bersama dalam
kelompok pertama di sisi kiri dendrogram HCA, yang diberi nomor 1 pada Gambar 7(A).
Sampel validasi yang tidak tercemar dilingkari dan ditandai dengan warna putih pada
dendrogram dan ini ditempatkan dengan baik di antara sampel uji yang tidak tercemar di sisi
kiri dendrogram. Mengenai sampel yang dipalsukan, mereka tersebar bersama di kelompok
kedua di sisi kanan dendrogram HCA, yang diberi nomor 2 pada Gambar. 7(A). Demikian
pula, sampel validasi yang dipalsukan dilingkari dan ditandai dengan warna putih pada
dendrogram dan ini ditempatkan dengan baik di antara sampel uji yang dipalsukan di sisi
kanan dendrogram. Akibatnya, dua cluster utama untuk sampel uji dan validasi juga diamati
dan diilustrasikan dengan nomor 1 dan 2 pada dendrogram yang mengungkapkan bahwa hasil
dari sampel uji juga divalidasi dengan yang berasal dari sampel validasi. Selain itu, PCA
dilakukan untuk sampel uji dan validasi dan plot PCA 3-D disajikan pada Gambar 7(B). Hasil
HCA menunjukkan bahwa diskriminasi yang berhasil dan eksplisit dari sampel uji dan
validasi yang tidak dipalsukan dan dipalsukan diberikan tanpa prediksi yang salah dan
dengan heterogenitas yang tinggi sekitar 12.
Gambar 7. (A) Dendrogram HCA (Algoritma Ward) sampel uji dan validasi (VAL) yang tidak dipalsukan dan dipalsukan dengan
jumlah sibutramine yang berbeda (lihat Tabel 1). (B) Peta PCA 3D (tiga dimensi) dari sampel-sampel.

Selanjutnya hasil diagnosa dari analisis kemometrik; HCA dan PCA disajikan pada Tabel 2.
Ketika hasil dievaluasi, terlihat jelas bahwa dua kelas yang berbeda ditentukan oleh analisis
kemometrik (HCA dan PCA) pada kedua kasus diagnosis. Secara memuaskan, klasifikasi
semua sampel sehubungan dengan kandungan sibutraminenya telah diverifikasi dengan akurasi
seratus persen tanpa gangguan atau prediksi yang salah. Akhirnya, peneliti dapat
menyimpulkan dari hasil ini bahwa metode FTIR-ATR yang ditetapkan berdasarkan model
kemometrik akan bekerja dengan sempurna untuk diskriminasi sampel yang tidak tercemar dari
sampel yang dipalsukan. Menurut literatur, sampel yang mengandung sibutramine termasuk
konsentrasi antara 3 - 20 mg per unit dosis (Deconinck et al., 2014). Penelitian ini terutama
menggunakan konsentrasi teh 3-12 mg sibutramine/1,75 g untuk pengembangan metode.
Untuk penelitian ini, total empat puluh lima sampel digunakan seperti yang disebutkan di atas.
Selanjutnya metode dioptimalkan lebih lanjut dan konsentrasi sibutramine minimum yang
dapat dideteksi menggunakan metode yang dikembangkan ditentukan. Konsentrasi sibutramine
terendah adalah 0,375 mg/1,75 g untuk sampel teh dan kopi dalam penelitian ini. terkait erat
dengan yang tidak tercemar. Ketika, konsentrasi sibutramine yang lebih rendah dari 0,375 mg
diuji menggunakan metode, terlihat bahwa sampel yang tidak tercemar tidak dapat dibedakan
dari yang dipalsukan. Akibatnya, batas deteksi metode ini serendah 0,375 mg sibutramine/1,75
g.
Di 2015 harusnya udah ada yg udh bisa di copy
Tabel 3. Hasil Diagnosis analisis kemometri (PCA dan HCA)

3.3. Analisis Suplemen Herbal untuk pelangsing

(Deconinck et al., 2014a) gausah dikurung telah berhasil melakukan analisis dari
Suplemen Pelangsing dengan menggunakan ATR-FTIR dan metode Kemometrik. Dalam
penelitian ini, ATR-IR digunakan untuk mendeteksi sibutramin, yang sejauh ini merupakan
BKO yang paling banyak ditemui dalam suplemen makanan untuk menurunkan berat badan.
Oleh karena itu spektrum ATR-IR digunakan untuk satu set 125 supplemen makanan yang
dicurigai, yang sebelumnya dianalisis di laboratorium untuk keberadaan BKOnya. Sampel
dibagi menjadi dua kelompok, berdasarkan keberadaan sibutramine. Pada tahap selanjutnya
digunakan metode kemometrik untuk melakukan eksplorasi data dan mengembangkan model
klasifikasi berdasarkan data ATR-IR. Kinerja model dievaluasi dan dibandingkan berdasarkan
kedua validasi silang seperti pada false prediction dari set tes eksternal.
Pertama, wilayah "fingerprint" diisolasi dari spektrum yang diperoleh. Hanya
transmisi yang diperoleh pada 2000–650 cm−1 yang dipertahankan. Bagian pertama (4000-2000
cm-1) dipotong karena sifat spektrum yang tidak biasa dan bagian terakhir (649-400 cm-1)
dipotong karena tidak ada transmisi signifikan yang dapat diamati untuk sampel yang ada
dalam kumpulan sampel. Gambar. 8 menunjukkan contoh spektrum ATR-IR dalam wilayah
yang dipilih untuk sibutramin positif dan sampel negatif, bersama-sama dengan spektrum
sibutramin. Sebagian besar sampel mengandung sejumlah besar matriks. Konsentrasi normal
obat sibutramine adalah antara 3 dan 20 mg, tetapi dalam suplemen pelangsing ilegal, sering
dicampur dengan beberapa ekstrak tumbuhan, vitamin dan senyawa lainnya. Akibatnya jumlah
sibutramin dalam satuan dosis relatif rendah. Hal ini bahkan lebih jelas dalam kasus bubuk
untuk minuman, dimana jumlah yang sama dari sibutramin ditemukan pada total bubuk mulai
dari 300 mg sampai 20 g. Semakin banyak sampel, keragaman spektrum dalam satu kelas
semakin tinggi karena keragaman matriks yang tinggi. Oleh karena itu dapat disimpulkan
bahwa interpretasi tidak mungkin dilakukan tanpa kemometrika.
Gambar 8. Contoh spektrum ATR-IR diperoleh untuk satu sampel setiap kelas.

Metode kemometrik PCA dan PP diterapkan pada kumpulan data, yang terdiri dari
spektrum 125 ATR-IR, yang direkam untuk sampel. Hasil terbaik diperoleh dengan PCA dan
PP. Gambar 9 A dan B menunjukkan plot skor masing-masing yang diperoleh dengan PCA dan
PP. Pada kedua plot kecenderungan pemisahan menjadi dua kelompok (sibutamine positif dan
negatif).
Dibahas kenapa di 3 bil gelombang terakhir dia turun, trs kenapa yg negatif ga putus2
Gambar 9. (a) plot skor PCA untuk seluruh kumpulan data; (b) plot skor fitur pengejaran proyeksi yang diperoleh untuk seluruh
kumpulan data dengan indeks Yenyukov.

Selanjutnya digunakan model klasifikasi PLS-DA, sehingga diperoleh model yang


menunjukkan kesalahan validasi silang 0,16, sesuai dengan tingkat klasifikasi yang benar
sebesar 84% atau 16 sampel salah klasifikasi. Dari sampel tersebut sebelas sampel negatif
sibutramine diklasifikasikan sebagai positif dan lima sampel positif sebagai negatif. Untuk set
tes diperoleh ccr 80%. Ini berarti bahwa lima sampel dari rangkaian uji salah diklasifikasikan,
dari mana empat sampel negatif sibutramine diklasifikasikan sebagai positif dan satu sampel
positif sebagai negatif.
Selanjutnya dilakukan pemodelan dengan pendekatan k-NN. Untuk set model terbaik
diperoleh dengan menggunakan jarak Euclidean sebagai parameter kesamaan. Model
menunjukkan kesalahan validasi silang 0,17, sesuai dengan tingkat klasifikasi yang benar (ccr)
dibuat ap aitu ccr? Trs ap aitu KNN, ap aitu ccr, kkrn org belum banyak ngerti sebesar 83%,
dievaluasi dengan validasi silang 10 kali lipat. Saat memeriksa sampel yang salah
diklasifikasikan, diamati bahwa selama langkah validasi silang, sembilan sampel negatif
sibutramine diklasifikasikan sebagai positif dan delapan sampel positif sibutramine
diklasifikasikan sebagai negatif. Validasi eksternal dengan set pengujian menghasilkan ccr
sebesar 88%, sesuai dengan tiga sampel yang salah klasifikasi. Ketiga sampel tersebut
termasuk dalam kelompok negatif sibutramine dan diklasifikasikan sebagai positif.
Tahapan selanjutnya adalah membuat pohon klasifikasi dengan metode CART. Model
pohon terbaik adalah model pohon dengan dua daun, satu untuk kelas positif dan satu untuk
kelas negatif. daun untuk sampel positif berisi 11 sampel negatif dari total 77 sampel yang ada,
sedangkan daun untuk sampel negatif (murni) 100%. Model menunjukkan kesalahan validasi
silang 0,15 atau 15 sampel salah klasifikasi. Algoritma yang digunakan tidak memungkinkan
untuk menghitung jumlah positif/negatif palsu. Validasi eksternal menunjukkan ccr sebesar
80%, dimana empat sampel sibutramine negatif diklasifikasikan sebagai positif dan hanya satu
sampel positif sebagai sibutramine negatif.
dikarenakan pohon CART tunggal adalah model yang cukup sederhana, algoritma
random forest diterapkan untuk mengevaluasi apakah penggunaan kumpulan pohon dapat
meningkatkan kinerja model. Evaluasi dengan set tes eksternal menunjukkan ccr sebesar 84%,
yang sesuai dengan tiga sampel negatif diklasifikasikan sebagai sibutramine positif dan satu
sampel positif sebagai negatif. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan
Random Forests tidak menghasilkan peningkatan model yang tinggi dibandingkan dengan satu
pohon CART.
Perbandingan hasil pada Tabel 4 jelas menunjukkan bahwa model terbaik diperoleh
dengan menggunakan pendekatan k-NN. Model ini hanya salah mengklasifikasikan tiga
sampel dan ini semua adalah sampel negatif yang diklasifikasikan sebagai positif, sehingga
tidak terjadi negatif palsu. Tiga model lainnya memiliki semua satu negatif palsu dan jumlah
positif palsu yang sebanding. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua model dapat
membedakan antara sampel yang mengandung dan tidak mengandung sibutramine berdasarkan
spektrum ATR-IR, diukur langsung pada sampel bubuk, tanpa persiapan sampel.
Tabel 4. Tinjauan kinerja model untuk klasifikasi sampel set uji (25 sampel dalam set uji) dan validasi silang (75 sampel dalam set
pelatihan).

kalua ditabel gaada tulisan pengganggu gausah diganti


Secara umum dapat disimpulkan bahwa adalah memungkinkan, untuk mendeteksi
sibutramin dalam suplemen makanan dan bubuk untuk minuman yang dipalsukan
menggunakan ATR-IR dan beberapa metode kemometrik dasar. Analisis dapat dilakukan tanpa
persiapan sampel dan oleh karena itu disesuaikan dengan baik untuk digunakan di lokasi yang
sedang diperiksa. Pendekatan ini dapat dianggap ampuh karena mampu mendeteksi dosis
sibutramine mulai dari 3 hingga 20 mg dalam jumlah total bubuk mulai dari 300 mg (kapsul)
hingga 20 g (bubuk untuk minuman).

3.4. Analisis Suplemen Pelangsing dengan Ekstrak Ginko biloba

(Walkowiak et al., 2019) walkowiak kgausah pake tanda kurung telah berhasil dalam
mengembangkan spektroskopi Attenuated Total Reflectance-Fourier Transform Infra Red
(ATR-FTIR) yang dikombinasikan dengan metode kemometri PCA dan PLS-DA. Penelitian
ini menggunakan spektroskopi inframerah-tengah dengan metode pengambilan sampel ATR
untuk mengidentifikasi suplemen diet Ginkgo biloba yang dipalsukan dengan flavonol: rutin,
quercetin, dan kaempferol. Peneliti menerapkan spektrum ATR-FTIR yang dikombinasikan
dengan interval partial least squares regression dan analisis diskriminan (iPLS-DA) untuk
mendeteksi tiga zat pencemar dalam ekstrak Ginkgo biloba.

Spektrum ATR-FTIR yang representatif (4000–600 cm−1) dari obat ginkgo disajikan
pada Gambar 10. Senyawa aktif dalam G. biloba adalah terpene lakton (bilobalide dan
ginkgolides) dan glikosida dari flavonol seperti quercetin dan kaempferol. Pita di wilayah sidik
jari spektrum FTIR (1800–800 cm−1) sangat penting untuk identifikasi struktur molekul,
mereka termasuk penyerapan khas inframerah molekul fenolik seperti pita peregangan gugus
karbonil (C=O) (1687-1647 cm−1) dan cincin aromatik (C=C) getaran kerangka (1604-1500
cm−1). Di wilayah 900 cm−1–1680 cm−1 sinyal molekul flavonoid dapat ditemukan.
Penyerapan pada 989 cm−1–1201 cm−1 ditetapkan ke mode peregangan C−−O dan C−−C
sementara pita dalam kisaran 1259 cm−1–1423 cm−1 dikaitkan dengan O−−C−−H , mode
tekuk C−−C−−H dan C−−O—H.

Gambar 10. Representatif spektrum penuh ATR-FTIR obat yang mengandung ekstrak Ginkgo biloba.

Dalam penelitian ini, Peneliti menggunakan metode HPLC-UV sederhana untuk


mendapatkan profil sidik jari kromatografi individu untuk evaluasi kualitatif dan perbandingan
ekstrak obat ginkgo dan suplemen makanan yang tidak terhidrolisis. Gambar 11 menunjukkan
profil sidik jari sampel obat (L1) yang mengandung ekstrak Ginkgo biloba yang distandarisasi
menjadi 24% glikosida flavon.

Gambar 11. Kromatogram khas obat (L1) yang mengandung ekstrak Ginkgo biloba dan kromatogram suplemen makanan yang
dipalsukan (S4 dan S9). R – rutin, Q – quercetin, K – kaempferol.

Namun, sebagian besar sidik jari dari enam belas suplemen makanan mengandung puncak
tinggi yang terkait dengan dua aglikon flavon: quercetin dan kaempferol. Dalam sembilan
suplemen makanan (tercantum dalam Tabel 5), sejumlah besar quercetin dalam kaitannya
dengan rutin terdeteksi. Kandungan aglikon lain yang jauh lebih tinggi – kaempferol
ditentukan dalam tujuh suplemen (Tabel 5). Pada gilirannya, suplemen S4 tidak memiliki
ekstrak ginkgo yang dapat dideteksi tetapi hanya kandungan rutin yang tinggi secara tidak
wajar (Gbr. 11). Juga, produk S7 memiliki jumlah rutin yang meningkat.

Ditulisannya ada penjelasan, qrk kan di alamiahnya ada tp secara lamiahnya ga bakal setinggi
itu  tambahin ke tulisan

Perbandingan profil S4, S12, dan S16 dengan kromatogram ekstrak buah dan bunga
Sophora japonica dapat menunjukkan bahwa sampel tersebut berpotensi mengandung bahan
pencemar dari S. japonica. Ekstrak buah S. japonica merupakan sumber rutin alami yang baik,
sementara bagian bunganya mengandung quercetin. Hasil analisis kromatografi menunjukkan
bahwa sebagian besar suplemen diet ginkgo, beberapa di antaranya dinyatakan terstandar,
mengandung jumlah rutin, quercetin atau kaempferol secara signifikan lebih tinggi daripada
komposisi ekstrak standar daun ginkgo.

Spektrum ATR-FTIR diukur dalam kisaran 700-4000 cm-1 dan untuk analisis kemometrik lebih
lanjut, kisaran 900-1800 cm-1 dipilih karena adanya pita spektral yang paling khas untuk
komponen bahan tanaman.

Sampel suplemen makanan dapat dipalsukan dengan tiga zat: glikosida – rutin dan aglikon,
quercetin dan kaempferol. Oleh karena itu, tiga model interval PLS-DA telah dibangun
(Model_K, Model_Q dan Model_R) masing-masing untuk mendeteksi kaempferol, quercetin,
dan rutin.
Seperti dapat dilihat pada Gambar. 12 A, empat suplemen makanan (S1, S2, S6 dan S10)
diklasifikasikan sebagai dipalsukan oleh kaempferol . Klasifikasi S2 dan S6 benar sedangkan
S1 dan S10 salah klasifikasi. Perlu dicatat, bahwa Model K berhasil hanya jika kaempferol
adalah satu-satunya bahan pengganggu dalam sampel. Oleh karena itu, sampel S3, S8, S9, S13,
dan S15 yang mengandung dua flavonol, kaempferol dan quercetin dalam jumlah berlebihan,
diklasifikasikan oleh Model K sebagai tidak tercemar. Namun, Y yang diprediksi dari sampel
ini lebih dekat ke garis ambang batas daripada suplemen makanan lainnya (Gbr. 12A). Dalam
dua model lain (Model Q dan Model R), sampel yang dipalsukan dengan quercetin dan rutin
dideteksi dengan benar masing-masing pada sembilan dan dua sampel (Gbr. 12B dan C). Perlu
dicatat bahwa di antara sampel yang mengandung quercetin dalam jumlah berlebihan ada
suplemen yang dipalsukan ganda (dengan quercetin dan kaempferol). Hasil ini menunjukkan
kesulitan dalam mendeteksi pemalsuan dengan kaempferol dengan adanya quercetin Model S
Gambar 12. Hasil model iPLS-DA untuk kaempferol (a), quercetin (b), dan rutin (c). Nilai Y diprediksi untuk suplemen makanan (S)
di set tes. Garis putus-putus merah mengacu pada batas antara dua kelas. Berlian merah mewakili sampel yang dipalsukan

Harus tau ap aitu s 20 s 11 yg gaadaa ditulisan ditambahin

Selanjutnya (Walkowiak et al., 2019) melakukan klasifikasi dengan metode iPLS-DA.


klasifikasi iPLS-DA yang bertujuan untuk mengidentifikasi kaempferol sebagai pencemar
(Model K) mencapai sekitar 87,5% klasifikasi yang benar (akurasi) dengan sensitivitas dan
spesifisitas masing-masing sebesar 100% dan 85,7%. Hasil serupa diperoleh untuk Model R.
Dalam kasus suplemen yang dipalsukan quercetin, 93,7% sampel diklasifikasikan dengan
benar.

Spektrum IR dua dimensi (sinkron atau asinkron) dicari tau ap aitu sinkron asinkron
sangat meningkatkan resolusi spektrum 1D dan berisi beberapa informasi berguna tentang
struktur molekul. Gambar 13 di baris atas menunjukkan tiga spektrum korelasi 2D asinkron
terpilih yang dibangun berdasarkan spektrum suplemen makanan sebagai sampel dan spektrum
obat rata-rata sebagai referensi.

Gambar 13.Peta kontur dari spektrum korelasi 2T2D asinkron dari suplemen makanan terpilih (S1, S11, dan S4) dan hasil MPCA –
skor proyeksi ke bidang PC1 dan PC2.

Spektrum korelasi asinkron disusun menjadi matriks 3D dan diterapkan pada analisis
komponen utama multiway (MPCA). MPCA setara dengan melakukan PCA biasa pada
matriks dua dimensi besar yang dibangun dengan membuka matriks data tiga arah. Dalam
pekerjaan ini berlangsung dengan algoritma dekomposisi nilai tunggal (SVD) dilakukan.
Persentase varians yang ditangkap oleh empat komponen utama pertama adalah 83,42%,
RMSEC dan RMSECV (vene- tian blinds, 7 split dan 3 sampel per split) masing-masing adalah
0,393 dan 0,570. Plot skor dari dua komponen utama pertama (Gbr. 13, plot bawah) jangan gbr
tapi gambar menunjukkan pengelompokan sampel yang baik. Dua suplemen, S4 dan S7
memiliki jumlah rutin yang berlebihan dan terpisah dengan baik dari sampel lainnya. Sampel
S2 dan S6 dipalsukan dengan kaempferol, sedangkan dalam kasus S1 dan S5 ada dugaan
pemalsuan dengan ekstrak tumbuhan lain.

Tidak ada resolusi yang berbeda antara sampel yang dipalsukan hanya dengan
quercetin (S11, S12, S14, dan S16) dan yang mengandung quercetin dan kaempferol (S3, S8,
S9, S13, dan S15). Sehingga dapat ditarik sebuah kesimpulan yaitu hasil analisis sidik jari
kromatografi menunjukkan bahwa hanya satu suplemen makanan yang diuji yang memiliki
profil keseluruhan yang mirip dengan obat-obatan dengan ekstrak standar dan sebagian besar
suplemen mengandung bahan pencemar yang menegaskan perlunya meningkatkan kontrol
kualitas produk botani.

Keuntungan dari metode ATR-FTIR yang dikombinasi dengan pemodelan


kemometrik interval PLS-DA adalah konstruksi set kalibrasi tidak memerlukan persiapan
eksperimental sampel yang dipalsukan tetapi hanya perhitungan spektrum yang diperkaya
secara matematis. MPCA berdasarkan spektrum korelasi 2T2D adalah cara yang efektif untuk
membedakan antara suplemen diet ginkgo yang dipalsukan dengan tiga flavonol.

3.5. Analisis Suplemen Pelangsing berbentuk minyak

(Ozen, Banu et al., 2003) jangan di kasih tanda kurung telah berhasil dalam
melakukan analisis Supplement Dietary Oil (DSO) dengan menggunakan ATR-FTIR dengan
gabungan metode kemometrik. Analisis data dilakukan dengan prosedur multivariat yang
umum, termasuk analisis diskriminan (DA) dan analisis partial least-square (PLS),
menggunakan perangkat lunak TQ Analyst (ThermoNicolet). DA digunakan untuk klasifikasi
sampel. DA memungkinkan pemisahan spektrum minyak berdasarkan analisis principal
component (PC) di bawah spektrum di wilayah spektral yang ditentukan oleh peneliti. Program
Analis TQ memilih komponen utama yang menjelaskan variabilitas spektral di daerah spektral
yang ditentukan. Kemudian plot Cooman dapat dibangun menggunakan perangkat lunak TQ
Analyst dengan memplot jarak Mahalanobis antara minyak menggunakan komponen utama
atau kategori minyak yang berbeda (seperti yang dilakukan dalam penelitian ini) pada sumbu.
Jarak Mahalanobis adalah deskripsi yang berguna tentang kesamaan antara sampel dan
mewakili standar deviasi dari rata-rata satu set sampel ke sampel lain. Metode DA
mengklasifikasikan standar kalibrasi dan validasi, yang ditentukan oleh peneliti. Analis TQ
menghitung batas untuk setiap kelas berdasarkan jumlah standar di kelas. Perangkat lunak
melaporkan standar yang diberikan sebagai salah klasifikasi hanya jika ada lebih sedikit
perbedaan antara standar dan kelas yang salah daripada yang ada antara standar dan kelas yang
benar (yaitu ada jarak Mahalanobis yang lebih kecil ke kelas yang salah daripada ke kelas yang
benar).

Gambar 14. Plot Cooman untuk klasifikasi DSO dan minyak pangan umum dengan daerah 3050−2775, 1780−1630, dan 1500−650
cm-1 digunakan untuk DA.

Gambar-gambar yg kecil diperbesar


Harusnya diganti jadul jadi tersendiri karena ini dipalasukan bukan dengan BKO, berarti judulnya
gausah pake BKO karena ada yg dipalsukan dengan minyak.

Klasifikasi berbagai DSO dan minyak biasa dilakukan oleh DA menggunakan daerah
3050-2775, 1780-1630, dan 1500-650 cm-1. Daerah ini termasuk bagian dari spektrum IR di mana
puncak diamati, dan daerah yang tidak termasuk tidak memiliki puncak (lihat Gambar 15). Gambar
14 menunjukkan klasifikasi minyak menggunakan plot Cooman. Sebanyak 14 kelas DSO yang
berbeda dan 5 minyak makanan umum terwakili dalam gambar ini. Minyak yang ditunjukkan pada
Gambar 14 memiliki komposisi asam lemak yang berbeda (Tabel 6), yang menghasilkan spektrum
FT-IR yang berbeda. Analisis kemometrik dari spektrum ini (menggunakan perangkat lunak TQ
Analyst) menghasilkan plot Cooman dengan memplot jarak Mahalanobis antara spektrum minyak.
Plot Cooman (Gambar 14) menunjukkan bahwa minyak kacang dengan minyak zaitun dan minyak
canola, yang sangat kaya akan asam oleat (18:1) (Tabel 6), mengelompok di sudut kiri atas plot.
Minyak zaitun dan kemiri berdekatan satu sama lain dalam plot, dalam beberapa kasus tumpang
tindih. Menurut penelitian lain, minyak zaitun dan kemiri memiliki komposisi dan spektrum yang
sangat mirip, dan deteksi pemalsuan minyak zaitun dengan minyak kemiri hanya mungkin dilakukan
pada konsentrasi >20% menggunakan teknik FT-IR (Ozen & Mauer, 2002). Sudut kanan bawah plot
Cooman (Gambar 1), di sisi lain, mengandung minyak (minyak biji rami, biji rami, dan kismis
hitam) dengan konsentrasi asam R-linolenat tinggi. Minyak biji rami juga dipisahkan dari biji rami
dan minyak kismis hitam. Minyak biji rami, kismis hitam, dan evening primrose mengandung
sejumlah besar asam -linolenat dan membentuk kelompok di dekat bagian tengah plot. Bagian tengah
plot Cooman (Gambar 14) mengandung minyak seperti minyak gandum, jagung, dan minyak kedelai
yang memiliki konsentrasi tinggi asam linoleat dan oleat dalam strukturnya. Selain asam linoleat dan
R-linolenat, minyak hati ikan kod mengandung asam lemak tak jenuh ganda seperti 20:5, 22:5, dan
22:6, yang tidak terkandung dalam minyak nabati, biji-bijian, dan kacang-kacangan yang digunakan
dalam penelitian ini. Karena perbedaan komposisi ini, minyak ikan cod dipisahkan dari minyak
lainnya di sudut kanan atas plot Cooman (Gambar 1).

Gambar 15.Spektrum FT-IR minyak biji rami (garis abu-abu) dan bunga matahari (garis hitam) di wilayah 3100−650 cm -1.

Langkah selanjutnya dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi minyak makanan


umum dengan jarak Mahalanobis terdekat (yaitu, yang paling mirip secara struktural dan
menunjukkan spektrum yang sama) untuk memilih DSO, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14.
Deteksi pemalsuan yang berhasil dengan minyak makanan umum yang serupa secara struktural
kemungkinan besar akan berarti bahwa pemalsuan dengan jenis minyak lain dengan perbedaan
struktural yang lebih besar juga dapat dideteksi menggunakan teknik FT-IR dan kemometrik. Sampel
DSO yang dipilih untuk pemalsuan adalah minyak borage, evening primrose, flaxseed, grapeseed,
dan labu. Seperti yang ditunjukkan pada Gambar 14, minyak canola memiliki jarak paling dekat
dengan minyak biji labu, sedangkan DSO lainnya paling dekat dengan minyak bunga matahari. Oleh
karena itu, minyak biji labu dipalsukan dengan minyak canola, sedangkan minyak bunga matahari
digunakan dalam pemalsuan DSO lainnya. Minyak pemalsuan terpilih ditambahkan ke DSO pada
konsentrasi 2-20% v/v, spektrum FT-IR dikumpulkan, dan metode kemometrik digunakan untuk
menganalisis data.
Tabel 6. Komposisi Asam Lemak Minyak yang Digunakan dalam Studi Saat Ini

Untuk analisis data spektrum minyak biji rami yang dipalsukan, daerah yang sama digunakan
untuk klasifikasi semua minyak (Gambar 14) digunakan lagi karena ini mencakup perbedaan
spektrum minyak biji rami dan minyak bunga matahari (3050-2775, 1780-1630, dan 1500-650 cm-1
daerah). Gambar 2 menunjukkan spektrum minyak biji rami dan bunga matahari murni di daerah
3100-650 cm-1. Puncak-puncak pada daerah 3050-2800 cm-1 dihasilkan dari vibrasi ulur C–H,
sedangkan puncak besar di sekitar 1740 cm-1 disebabkan oleh vibrasi C=O. Bentuk getaran C–H dan
C=O yang berbeda menyebabkan munculnya puncak pada ketinggian 1500-650 cm-1 wilayah untuk
minyak. Perbedaan spektrum minyak biji rami dan minyak bunga matahari pada daerah 3050-2800
cm-1 (Gambar 3) dan 1780-1630 cm-1 (Gambar 16) disebabkan oleh perbedaan intensitas puncak di
daerah-daerah tersebut. Sebaliknya pada daerah 1500-650 cm-1 terjadi pergeseran puncak, perubahan
intensitas puncak, dan puncak baru (Gambar 16). Misalnya, puncak pada 1070 cm -1, yang sesuai
dengan peregangan C–O, sangat jelas untuk minyak biji rami, sedangkan itu hanya bahu untuk
minyak bunga matahari (Gambar 16). Pergeseran puncak di daerah 980-780 cm -1 juga diamati untuk
biji rami dan spektrum minyak bunga matahari, dan puncak tambahan pada 793 cm -1 (getaran CH,
substitusi cincin fenil) terbentuk untuk minyak biji rami, yang tidak ada dalam spektrum minyak
bunga matahari (Gambar 16). Perbedaan spektrum ini dihasilkan dari perbedaan komposisi antara
minyak.

Gambar 16. Spektrum FT-IR minyak biji rami (garis abu-abu) dan bunga matahari (garis hitam) di wilayah 3050−2800 cm -1.

Gambar 17.Minyak biji rami (garis abu-abu) dan bunga matahari (garis hitam) FT-IR di wilayah 1800−650 cm -1.

Hasil data analisis menggunakan daerah tertentu menunjukkan bahwa deteksi


pemalsuan minyak biji rami dengan minyak bunga matahari dapat dicapai dengan sukses bahkan
pada tingkat 2% (Gambar 17). Analisis Eigen menentukan seberapa banyak variasi komponen utama
yang dijelaskan dalam spektrum. Untuk kasus ini, analisis eigen mengungkapkan bahwa adalah
mungkin untuk memperoleh 99% informasi yang diinginkan dengan enam komponen utama. Data
juga dianalisis dengan PLS untuk membuat kurva kalibrasi.
Gambar 18.Plot Cooman untuk klasifikasi minyak biji rami murni dan minyak biji rami palsu minyak bunga matahari (garis vertikal
dan horizontal menunjukkan interval kepercayaan 95%).

Gambar 19 menunjukkan nilai konsentrasi yang diperoleh dari model PLS versus konsentrasi
aktual minyak bunga matahari dalam minyak biji rami. Perbedaan antara konsentrasi pemalsuan
aktual dan konsentrasi pemalsuan yang dihitung yang diperoleh dari model sangat kecil, dan
koefisien korelasi, R2, dihitung sebagai 0,96 (Tabel 6). Beberapa diagnostik (validasi silang, PRESS,
dan analisis eigen) dijalankan untuk memvalidasi model yang dikembangkan. Validasi silang
dilakukan dengan menghapus satu standar pada satu waktu, dan nilai R2 akhir diperoleh 0,89. Juga,
nilai PRESS dihitung untuk faktor komponen utama yang berbeda. Diagnostik ini menunjukkan
bagaimana nilai PRESS berubah sebagai jumlah faktor yang digunakan untuk mengkalibrasi setiap
komponen dalam PLS aktif etos ditingkatkan. Nilai PRESS dan analisis eigen menunjukkan bahwa
salah satu komponen utama sudah cukup untuk mengekstrak 99% dari informasi yang diinginkan
yang digunakan untuk mendeteksi pemalsuan. Analisis ini menunjukkan bahwa metode FT-IR dan
analisis kemometrik yang dikembangkan sangat berguna untuk mengukur minyak bunga matahari
yang ditambahkan ke minyak biji rami pada 2-20% v/v.
Tabel 7. Jumlah Sampel yang Digunakan Untuk Membangun Kurva Standar PLS dan Kesalahan Standar Kalibrasi dan Validasi
Prediksi.

Gambar table diberi sumber


Untuk pemalsuan minyak borage, evening primrose, dan biji anggur dengan studi minyak bunga
matahari, daerah spektral yang sama (3050-2775, 1780-1630, dan 1500-650 cm -1) digunakan untuk
menganalisis spektrum menggunakan metode kemometrik. Namun, hanya daerah 1500-650 cm -1
yang digunakan untuk analisis spektrum minyak biji labu yang tercemar minyak canola karena
perbedaan dalam minyak canola dan minyak biji labu hanya diamati di daerah ini. Spektrum kanola
dan biji labu sangat mirip satu sama lain, dan kesamaan ini juga dapat dilihat dari jarak yang kecil
antara minyak ini pada Gambar 14. Perbedaan utama antara spektrum minyak kanola dan minyak biji
labu terletak pada intensitas puncak di 872, 912, dan 965 cm -1, yang sesuai dengan tekukan di luar
bidang dalam kombinasi dengan ikatan C=C. Untuk pemalsuan minyak borage, evening primrose,
dan biji anggur dengan minyak bunga matahari serta pemalsuan minyak canola minyak biji labu, DA
mengklasifikasikan 100% dari semua sampel secara akurat baik sebagai DSO murni atau sebagai
minyak tercemar bahkan pada pemalsuan 2% level (angka tidak ditampilkan tetapi mirip dengan
Gambar 18). PLS juga digunakan untuk membangun kurva standar (mirip dengan Gambar 18), dan
cocok dengan nilai R2> 0,9 diperoleh untuk model yang dikembangkan dengan PLS (Tabel 6).
Sekali lagi, analisis ini menunjukkan bahwa metode FT-IR dan analisis kemometrik yang
dikembangkan sangat berguna untuk mengukur minyak pemalsuan yang ditambahkan ke DSO pada
2-20% v/v, dan pekerjaan di masa mendatang di bidang ini dapat menyelidiki batas deteksi yang
lebih rendah pada <2 %v/v.

Gambar 19.Kurva kalibrasi PLS untuk minyak biji rami dipalsukan dengan minyak bunga matahari.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa, keberhasilan 100% diperoleh dalam klasifikasi sampel
minyak yang tercemar dan murni, dan batas deteksi untuk pemalsuan adalah 2% v/v untuk minyak
yang digunakan dalam penelitian ini. Dengan pertimbangan bahwa pengumpulan data menggunakan
metode FT-IR membutuhkan waktu <5 menit, metode FT-IR dapat menjadi alat yang membantu
untuk deteksi cepat dan akurat pemalsuan minyak suplemen pelangsing oleh minyak umum yang
lebih murah. Gambar 14 dan 18 juga menunjukkan bagaimana FT-IR dan teknik kemometrik dapat
digunakan untuk mengklasifikasikan minyak murni dan membedakan antara jenis minyak
berdasarkan asam lemak dan perbedaan struktural lainnya.
3.6. Penerapan Teknik Analisis Spektroskopi ATR-FTIR dan Kemometrik

Setelah melakukan penelusuran dari beberapa literatur, dapat terlihat potensi yang amat besar
dari penggunaan Spektroskopi FTIR-ATR dan metode Kemometrik. Dengan adanya potensi yang
besar dari teknik gabungan tersebut, diharapkan pengembangan analisis BKO dalam produk herbal
untuk pelangsing dapat menghasilkan dampak yang baik kedepannya, mempertimbangkan sudah
banyak laboratorium besar di Jakarta yang sudah menyediakan gabungan spektroskopi FTIR-ATR
dan metode kemometrik.

Dalam pengklasifikasian tujuan dari penggunaan teknik kemometrik, hal ini dapat
diklasifikasikan menjadi tujuan kualitatif dan kuantitatif. Teknik kemometrik yang digunakan akan
selalu bervariasi sesuai dengan keperluan atau tujuan dari penelitian yang dilakukan. Dalam
penelusuran literatur, teknik PCA merupakan teknik kualitatif yang paling sering digunakan dalam
pendeteksian BKO dalam identifikasi pemalsuan produk herbal untuk pelangsing. PCA sering
disebut sebagai teknik klasifikasi, meskipun demikian teknik PCA cukup efektif untuk dapat
membedakan produk yang dipalsukan, dimana membedakan persamaan dan perbedaan produk
herbal untuk pelangsing yang akurat sangat dibutuhkan dalam identifikasi pemalsuan produk herbal
untuk pelangsing. Sedangkan, untuk keperluan kuantitatif, PLS-DA adalah teknik yang paling
banyak digunakan dalam identifikasi pemalsuan produk herbal untuk pelangsing. PLS-DA
digunakan dalam menentukan kuantitas BKO yang ditambahkan kedalam berbagai produk herbal
untuk pelangsing. Dalam metode analisis PLS-DA terdapat beberapa parameter yang sering
digunakan dalam analisis, yaitu R2 dan RMSE. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas sampel,
sehingga membutuhkan berbagai macam model untuk diskriminasi. Hingga saat ini, penggunaan
gabungan metode FTIR-ATR dengan teknik kemometrik masih sangat sedikit dalam
pengidentifikasian produk herbal untuk pelangsing, diharapkan kedepannya penggunaan metode
tersebut dapat meningkat dengan pesat. Dari kemampuan gabungan metode tersebut diharapkan pula
ada pengemba=ngan analisis seperti batas deteksi yang lebih rendah dalam identifikasi pemalsuan
sebuah produk.

Seperti yang diketahui spektroskopi ATR-FTIR telah berhasil digunakan untuk


mengidentifikasi pemalsuan pada produk herbal untuk pelangsing, maka analisis pada produk
lainnya juga dapat dilakukan . Teknik ATR-FTIR dan metode kemometrik dengan variasi model
berbeda-beda kedepannya dapat digunakan dalam berbagai pengaplikasian untuk berbagai produk,
seperti deteksi, diferensiasi, dan kuantifikasi. Dimana pengembangan tersebut sangat berguna bagi
Lembaga-lembaga pemerintahan dalam pengawasan produk herbal di pasaran.
Penggunaan gabungan metode ATR-FTIR dengan Kemometrik sangatlah menguntungkan ,
dimana kebutuhan akan model yang cepat dan sederhana sangatlah tinggi, terutama untuk
pengidentifikasian pemalsuan suatu produk. Sehingga diharapkan kedepannya penggunaan gabungan
metode ATR-FTIR dapat bertambah banyak seiring berjalannya wakt
BAB 4 KESIMPULAN
4.1. Kesimpulan

1. Spektroskopi ATR-FTIR mampu mendeteksi pemalsuan dalam produk herbal


untuk pelangsing.
2. Spektroskopi FTIR-ATR dikombinasikan dengan metode kemometrik PLS-
DA dan PCA dilaporkan cukup akurat untuk mengidentifikasi pemalsuan
produk herbal untuk pelangsing.
3. analisis pemalsuan produk herbal untuk pelangsing menggunakan
spektroskopi FTIR-ATR dan kemometrik tidak memerlukan persiapan sampel
yang rumit, cepat, mudah, ekonomis, dan efisien. Serta teknik ini cukup
akurat, dan tidak memerlukan pelarut yang berbahaya serta ramah
lingkungan. Gausah pake. Gausah pake ekonomis karena harus ada
perbandingannya, yg pasti cepat, efisien.

4.2. Saran

Review Artikel ini hanya berisikan teori dan analisis dari beberapa penelitian yang
sudah dilakukan. Penelitian dengan menggunakan gabungan FTIR-ATR dan metode
kemometrik sebaiknya ditingkatkan, karena saat ini masih sangat sedikit sekali penelitian
yang menggunakan FTIR-ATR dan metode kemometrik khususnya dalam mengindentifikasi
pemalsuan produk herbal untuk pelangsing. Atr ftir gabisa berdiri sendiri harus dibantu
dengan analisis kemometrik, misalnya alatnya sudah bisa menganalisis sendiri,h bisa ngga
seperti itu dengan ftir atr, bisa nyimpulin ngga kl ini adalah senyawa x, tapi database harus
bagus. Jd kelemahan harus dibahas di pembahasan. Baru dibahas di saran

Setelah spek
BAGIAN REFERENSI
Dicek ulang ssemua judul jurnalnya. Di sourcenya di perbaiki
Al-salafe, R., Abdulghani, H. ., & Irshad, M. (2014). Does Green Tea Help to Fight against
Obesity? An Overview of the Epidemiological Reports. Austin Jorunal of Clinical
Medicine,1(3),1011.https://www.researchgate.net/profile/Md_Irshad2/publication/
262852189_Does_Green_Tea_Help_to_Fight_against_Obesity_An_Overview_of_the_E
pidemiological_Reports/links/0c96053904932e482d000000.pdf
Ariburnu, E., Uludag, M. F., Yalcinkaya, H., & Yesilada, E. (2012). Comparative
determination of sibutramine as an adulterant in natural slimming products by HPLC
and HPTLC densitometry. Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 64–65,
77–81. https://doi.org/10.1016/j.jpba.2012.02.004
Barbara H. Stuart. (2010). INFRARED SPECTROSCOPY: FUNDAMENTALS AND
APPLICATIONS. A Serious Glance at Chemistry, 49–61.
https://doi.org/10.1142/9781848165311_0005
Biancolillo, A., & Marini, F. (2018). Chemometric methods for spectroscopy-based
pharmaceutical analysis. Frontiers in Chemistry, 6(NOV), 1–14.
https://doi.org/10.3389/fchem.2018.00576
Blachut, D., Siwinska-Ziolkowska, A., Kobylecka, A., & Czarnocki, Z. (2006). Analysis the
composition of Chinese “herbal” slimming aids. Z. Zagadnien. Nauk. Sadowych, 66,
199-211.
Bogusz, M. J., Hassan, H., Al-enazi, E., Ibrahim, Z., & Al-tufail, M. (2006). Application of
LC – ESI – MS – MS for detection of synthetic adulterants in herbal remedies. 41, 554–
564. https://doi.org/10.1016/j.jpba.2005.12.015
BPOM RI. (2006). Badan Pengawas Obat dan Makanan. Retrieved from
https://www.pom.go.id/new/view/more/berita/144/BAHAYA-BAHAN-KIMIA-OBAT--
BKO--YANG-DIBUBUHKAN-KEDALAM-OBAT-TRADISIONAL--JAMU-.html
Brereton, R. G. (2003). Chemometrics. 8, 0–471.
Bunaciu, A. A., Aboul-Enein, H. Y., & Fleschin, S. (2011). Recent applications of fourier
transform infrared spectrophotometry in herbal medicine analysis. Applied Spectroscopy
Reviews, 46(4), 251–260. https://doi.org/10.1080/05704928.2011.565532
Calahan, J., Howard, D., Almalki, A. J., Gupta, M. P., & Calderón, A. I. (2016). Chemical
Adulterants in Herbal Medicinal Products: A Review. Planta Medica, 82(6), 505–515.
https://doi.org/10.1055/s-0042-103495
Carvalho, J. M., Da Silva, A. R., Da Cunha, A. L. M. C., Aucélio, R. Q., André Luis, M. A.,
& Katia, C. L. (2012). Voltammetric determination of sibutramine in beverages and in
pharmaceutical formulations. Quimica Nova, 35(5), 988–992.
https://doi.org/10.1590/S0100-40422012000500023
Cebi, N., Yilmaz, M. T., & Sagdic, O. (2017). A rapid ATR-FTIR spectroscopic method for
detection of sibutramine adulteration in tea and coffee based on hierarchical cluster.
Food Chemistry. https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2017.02.072
Chandrasekaran, C. V., Vijayalakshmi, M. A., Prakash, K., Bansal, V. S., Meenakshi, J., &
Amit, A. (2012). Review Article: Herbal Approach for Obesity Management. American
Journal of Plant Sciences, 03(07), 1003–1014. https://doi.org/10.4236/ajps.2012.327119
Coates, J. (2006). Interpretation of Infrared Spectra, A Practical Approach. Encyclopedia of
Analytical Chemistry, 10815–10837. https://doi.org/10.1002/9780470027318.a5606
Csupor, D., Boros, K., Dankó, B., Veres, K., Szendrei, K., & Hohmann, J. (2013). Rapid
identification of sibutramine in dietary supplements using a stepwise approach.
Pharmazie, 68(1), 15–18. https://doi.org/10.1691/ph.2013.2069
Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik secara Spektroskopi.
Damiano, F., Silva, C., Gregori, A., Vacondio, F., Mor, M., Menozzi, M., & Di Giorgio, D.
(2014). Analysis of illicit dietary supplements sold in the Italian market: Identification
of a sildenafil thioderivative as adulterant using UPLC-TOF/MS and GC/MS. Science
and Justice, 54(3), 228–237. https://doi.org/10.1016/j.scijus.2014.02.009
De Carvalho, L. M., Martini, M., Moreira, A. P. L., de Lima, A. P. S., Correia, D., Falcão, T.,
Garcia, S. C., de Bairros, A. V., do Nascimento, P. C., & Bohrer, D. (2011). Presence of
synthetic pharmaceuticals as adulterants in slimming phytotherapeutic formulations and
their analytical determination. Forensic Science International, 204(1–3), 6–12.
https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2010.04.045
Deconinck, E., Cauwenbergh, T., Bothy, J. L., Custers, D., Courselle, P., & De Beer, J. O.
(2014a). Detection of sibutramine in adulterated dietary supplements using attenuated
total reflectance-infrared spectroscopy. Journal of Pharmaceutical and Biomedical
Analysis, 100, 279–283. https://doi.org/10.1016/j.jpba.2014.08.009
Deconinck, E., Cauwenbergh, T., Bothy, J. L., Custers, D., Courselle, P., & De Beer, J. O.
(2014b). Detection of sibutramine in adulterated dietary supplements using attenuated
total reflectance-infrared spectroscopy. Journal of Pharmaceutical and Biomedical
Analysis, 100, 279–283. https://doi.org/10.1016/j.jpba.2014.08.009
Dilianti, F. (2016). Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier. Institus Teknologi
Sepuluh November.
Ellis, D. I., & Goodacre, R. (2006). Quantitative detection and identification methods for
microbial spoilage. In Food spoilage microorganisms (Vol. 1). Woodhead Publishing
Limited. https://doi.org/10.1533/9781845691417.1.3
Gok, S., Severcan, M., Goormaghtigh, E., Kandemir, I., & Severcan, F. (2015).
Differentiation of Anatolian honey samples from different botanical origins by ATR-
FTIR spectroscopy using multivariate analysis. Food Chemistry, 170, 234–240.
https://doi.org/10.1016/j.foodchem.2014.08.040
Haneef, J., Shaharyar, M., Husain, A., Rashid, M., Mishra, R., Siddique, N. A., & Pal, M.
(2013). Analytical methods for the detection of undeclared synthetic drugs in traditional
herbal medicines as adulterants. Drug Testing and Analysis, 5(8), 607–613.
https://doi.org/10.1002/dta.1482
Hoggan, A. M., Shelby, M. K., Crouch, D. J., Borges, C. R., & Slawson, M. H. (2007).
Detection of bumetanide in an over-the-counter dietary supplement. Journal of
Analytical Toxicology, 31(9), 601–604. https://doi.org/10.1093/jat/31.9.601
Jordan, S. A., Cunningham, D. G., & Marles, R. J. (2010). Assessment of herbal medicinal
products: Challenges, and opportunities to increase the knowledge base for safety
assessment. Toxicology and Applied Pharmacology, 243(2), 198–216.
https://doi.org/10.1016/j.taap.2009.12.005
Jung, J., Hermanns-Clausen, M., & Weinmann, W. (2006). Anorectic sibutramine detected in
a Chinese herbal drug for weight loss. Forensic Science International, 161(2–3), 221–
222. https://doi.org/10.1016/j.forsciint.2006.02.052
Kannel, P. R., Lee, S., Kanel, S. R., & Khan, S. P. (2007). Chemometric application in
classification and assessment of monitoring locations of an urban river system.
Analytica Chimica Acta, 582(2), 390–399. https://doi.org/10.1016/j.aca.2006.09.006
Karunathilaka, S. R., Choi, S. H., Mossoba, M. M., Yakes, B. J., Brückner, L., Ellsworth, Z.,
& Srigley, C. T. (2019). Rapid classification and quantification of marine oil omega-3
supplements using ATR-FTIR, FT-NIR and chemometrics. Journal of Food
Composition and Analysis, 77(December 2018), 9–19.
https://doi.org/10.1016/j.jfca.2018.12.009
Khare, B., Kumar Mishra, M., & Kesharwani, L. (2019). Screening of Adulterants in
Slimming Herbal Formulation by FTIR Analysis. European Journal of Medicinal
Plants, 30(2), 1–8. https://doi.org/10.9734/ejmp/2019/v30i230174
Khazan, M., Hedayati, M., Kobarfard, F., Askari, S., & Azizi, F. (2014). Identification and
determination of synthetic pharmaceuticals as adulterants in eight common herbal
weight loss supplements. Iranian Red Crescent Medical Journal, 16(3).
https://doi.org/10.5812/ircmj.15344
Kim, J. Y., Do, J. A., Choi, J. Y., Cho, S., Kim, W. S., & Yoon, C. Y. (2015). Development
and validation of an ultra-performance liquid chromatography method for simultaneous
analysis of 20 antihistaminics in dietary supplements. Biomedical Chromatography,
29(3), 465–474. https://doi.org/10.1002/bmc.3298
Kristianingrum, S. (2016). Spektroskopi Inframerah. Universitas Negeri Yogyakarta, 1(1), 1–
15.
Liang, Q., Qu, J., Luo, G., & Wang, Y. (2006). Rapid and reliable determination of illegal
adulterant in herbal medicines and dietary supplements by LC/MS/MS. Journal of
Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 40(2), 305–311.
https://doi.org/10.1016/j.jpba.2005.07.035
Lin-Vien, D., Colthup, N. B., Fateley, W. G., & Grasselli, J. G. (1991). The handbook of
infrared and Raman characteristic frequencies of organic molecules. Elsevier.
Luque, C. A., & Rey, J. A. (2002). The discovery and status of sibutramine as an anti-obesity
drug. European Journal of Pharmacology, 440(2–3), 119–128.
https://doi.org/10.1016/S0014-2999(02)01423-1
Maluf, D. F., Pontarolo, R., Cordeiro, G. A., Nagata, N., & Patricio, P. Z. (2010).
Determination of sibutramine in pharmaceutical formulations by diffuse reflectance
infrared spectroscopy and multivariate calibration methods. Quimica Nova, 33(3), 649–
652. https://doi.org/10.1590/S0100-40422010000300031
Margine, I., Martinez-Gil, L., Chou, Y. ying, & Krammer, F. (2012). Residual Baculovirus in
Insect Cell-Derived Influenza Virus-Like Particle Preparations Enhances
Immunogenicity. PLoS ONE, 7(12). https://doi.org/10.1371/journal.pone.0051559
Mazivila, S. J., & Olivieri, A. C. (2018). Chemometrics coupled to vibrational spectroscopy
and spectroscopic imaging for the analysis of solid-phase pharmaceutical products: A
brief review on non-destructive analytical methods. TrAC - Trends in Analytical
Chemistry, 108, 74–87. https://doi.org/10.1016/j.trac.2018.08.013
Miller J.N., Miller J.C. 2010. Statistic and chemometrics for analytical chemist. 6th ed.
Harlow:Pearson Education Limited; 2010. 89-105 p
Moros, J., Garrigues, S., & Guardia, M. de la. (2010). Vibrational spectroscopy provides a
green tool for multi-component analysis. TrAC - Trends in Analytical Chemistry, 29(7),
578–591. https://doi.org/10.1016/j.trac.2009.12.012
Nurrohmah, S., & Mita, S. R. (2016). Review Artikel : Analisis Bahan Kimia Obat (BKO)
dalam Jamu Menggunakan Strip Indikator. Farmaka, 15(2), 200–206.
Organization, W. H. (1998). Guideline for the appropiate use of herbal medicine. 148, 148–
162.
Ozen, Banu, F., Weiss, I., & Mauer, L. J. (2003). Dietary Supplement Oil Classification and
Detection of. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 51, 5871–5876.
Ozen, B. F., & Mauer, L. J. (2002). Detection of hazelnut oil adulteration using FT-IR
spectroscopy. Journal of Agricultural and Food Chemistry, 50(14), 3898–3901.
https://doi.org/10.1021/jf0201834
PAJZDERSKA, CHUDOBA, A., M.MIELCAREK, D., JADWIGA, & WASICKI, A.
(2010). Delivery ofCalorimetric, FTIR and 1H NMR Measurements in Combination
with DFT Calculations for Monitoring Solid-State Changes of Dynamics of Sibutramine
Hydrochloride the photosensitizer Pc 4 in PEG–PCL micelles for in vitro PDT studies.
Journal of Pharmaceutical Sciences, 99(5), 2386–2398. https://doi.org/10.1002/jps
Popescu, A. M., & Radu, G. L. (2015). Detection of adulterants by FTIR and GC-MS in
herbal slimming food supplements. UPB Scientific Bulletin, Series B: Chemistry and
Materials Science, 77(4), 221–230.
R. Araujo, J., & Martel, F. (2011). Sibutramine Effects on Central Mechanisms Regulating
Energy Homeostasis. Current Neuropharmacology, 999(999), 1–4.
https://doi.org/10.2174/157021107012039159x
Ramírez-Hernández, A., Aguilar-Flores, C., & Aparicio-Saguilán, A. (2019). Fingerprint
analysis of ftir spectra of polymers containing vinyl acetate. DYNA (Colombia), 86(209),
198–205. https://doi.org/10.15446/dyna.v86n209.77513
Roggo, Y., Chalus, P., Maurer, L., Lema-Martinez, C., Edmond, A., & Jent, N. (2007). A
review of near infrared spectroscopy and chemometrics in pharmaceutical technologies.
Journal of Pharmaceutical and Biomedical Analysis, 44(3 SPEC. ISS.), 683–700.
https://doi.org/10.1016/j.jpba.2007.03.023
Rohman, A., & Che Man, Y. B. (2013). Application of FTIR spectroscopy for monitoring the
stabilities of selected vegetable oils during thermal oxidation. International Journal of
Food Properties, 16(7), 1594–1603. https://doi.org/10.1080/10942912.2011.603874
Rohman, Abdul. (2019). The employment of Fourier transform infrared spectroscopy coupled
with chemometrics techniques for traceability and authentication of meat and meat
products. Journal of Advanced Veterinary and Animal Research, 6(1), 9–17.
https://doi.org/10.5455/javar.2019.f306
ROWLAND, S. J., & Rook, J. A. F. (1961). Analytical Methods. International Journal of
Dairy Technology, 14(3), 112–114. https://doi.org/10.1111/j.1471-0307.1961.tb00962.x
Sastrohamidjojo, H. (2007). Spektroskopi Edisi Ketiga. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta.
Sivakesava S. (2001). Prediction of Inverted Cane Sugar Adulteration of Honey by Fourier
Transform Infrared Spectroscopy. 66(7), 972–978.
Steffen, S., Otto, M., Niewoehner, L., Barth, M., Brozek-Mucha, Z., Biegstraaten, J., &
Horváth, R. (2007). Chemometric classification of gunshot residues based on energy
dispersive X-ray microanalysis and inductively coupled plasma analysis with mass-
spectrometric detection. Spectrochimica Acta - Part B Atomic Spectroscopy, 62(9),
1028–1036. https://doi.org/10.1016/j.sab.2007.04.005
Subramanian, A., & Rodriguez-saona, L. (2009). Spectroscopy.
Sun, S., Chen, J., Zhou, Q., Lu, G., & Chan, K. (2010). Application of mid-infrared
spectroscopy in the quality control of traditional Chinese medicines. Planta Medica,
76(17), 1987–1996. https://doi.org/10.1055/s-0030-1250520
Tahid. 1994. Spektroskopi Inframerah Transformasi Fourier. Bandung: Warta

Thompson, T. J. U., Gauthier, M., & Islam, M. (2009). The application of a new method of
Fourier Transform Infrared Spectroscopy to the analysis of burned bone. Journal of
Archaeological Science, 36(3), 910–914. https://doi.org/10.1016/j.jas.2008.11.013
van Hunsel, F., Venhuis, B. J., Keizers, P. H. J., & Kant, A. (2016). A “natural” weight loss
product containing sibutramine. Drug Testing and Analysis, 8(3–4), 311–314.
https://doi.org/10.1002/dta.1925
Walkowiak, A., Ledziński, Ł., Zapadka, M., & Kupcewicz, B. (2019). Detection of
adulterants in dietary supplements with Ginkgo biloba extract by attenuated total
reflectance Fourier transform infrared spectroscopy and multivariate methods PLS-DA
and PCA. Spectrochimica Acta - Part A: Molecular and Biomolecular Spectroscopy,
208, 222–228. https://doi.org/10.1016/j.saa.2018.10.008
Williams, G. (2010). Withdrawal of sibutramine in Europe. BMJ (Online), 340(7743), 377.
https://doi.org/10.1136/bmj.c824
World Health Organization. (2003). Diet, nutrition, and the prevention of chronic diseases:
report of a joint WHO/FAO expert consultation (Vol. 916). World Health Organization.
World Health Organization (WHO). (2004). WHO guidelines on safety monitoring of herbal
medicines in pharmacovigilance systems. World Health Organisation, Geneva, 82.
https://apps.who.int/medicinedocs/documents/s7148e/s7148e.pdf
Zhu, Q., Cao, Y., Cao, Y., Chai, Y., & Lu, F. (2014). Rapid on-site TLC-SERS detection of
four antidiabetes drugs used as adulterants in botanical dietary supplements. Analytical
and Bioanalytical Chemistry, 406(7), 1877–1884. https://doi.org/10.1007/s00216-013-
7605-7

Anda mungkin juga menyukai