Anda di halaman 1dari 70

PERACIKAN OBAT SUNTIK/

DISPENSING SEDIAAN
STERIL
DRA RATIH DYAH PERTIWI, M.FARM, APT
1 Nama Lengkap (dengan Dra. Ratih Dyah Pertiwi, M.Farm,Apt
Gelar)
2 Jenis kelamin Perempuan
3 Jabatan Fungsional Asisten Ahli
4 NIP/NIK/Identitas lainnya 215090606
5 NIDN 0306086904
6 Tempat dan Tanggal Lahir Yogyakarta, 6 Agustus 1969
7 Nomor Telepon/Faxs/HP 08159561966
8 Alamat Kantor Universitas Esa Unggul,Jl Arjuna Utara 9A Jakarta
9 Nomor Telepon/Faxs  
10 Alamat e-mail ratih.dyah@esaunggul.ac.id
11 Lulusan yang telah dihasilkan S1= S2= v S3=
12 Mata Kuliah Yang diampu 1. Formulasi dan Teknologi Sediaan Semi solid
2. Formulasi dan Teknologi Sediaan Semi Padat
3. Formulasi Steril
4. Compounding dan dispensing
5.  
 
 
DRA. RATIH DYAH PERTIWI, M.FARM, APT

  S1 S2 S3
Nama perguruan Fakultas Farmasi Universitas Fakultas Farmasi Universitas Fakultas Farmasi Univ Gadjah
Tinggi Gadjah Mada Indonesia Mada
Bidang Ilmu Farmasi Teknologi Farmasi Teknologi Farmasi
Tahun masuk 1987 2012 2016
Judul Uji Daya Anti Bakteri dan Pembuatan, Karakterisasi,  
Skripsi/Tesis/Disertasi Identifikasi Citrus aurantifolia, Uji in Vitro dan in vivo
Swingle Nanopartikel Emas berbasis
konjugatGom Arab-
Vinkristin sebagai Terapi
Obat Kanker Terarah

Nama Pembimbing Dra. Wahyuningsih, Apt Dr. Joshita Djajadisastra, Prof. Suwaldi, M.Sc,Apt
M.Pharm, Apt
OUTLINE

• STANDAR PELAYANAN FARMASI RUMAH SAKIT


• DISPENSING SEDIAAN STERIL
• Ruang Lingkup Aseptik dispensing
• Teknik Pencampuran Obat Suntik
• Dispensing sediaan sitostatika
STANDAR PELAYANAN FARMASI RS NO :
1197/SK/X/2004

Perubahan Paradigma:
Lama:
Dilaksanakan oleh perawat Rumah Sakit di ruang perawat non steril
Baru :
Dilaksanakan oleh apoteker Rumah Sakit di instalasi farmasi di ruang Steril dan
secara aseptis sesuai standar pelayanan farmasi RS No : 1197/sk/x/2004
DASAR HUKUM :

• Pelayanan kefarmasian menurut PP No.51 tahun 2009 adalah pelayanan langsung dan
bertanggung jawab kepada pasien berkaitan dengan sediaan farmasi agar mencapai hasil
yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien.
• Apoteker bertanggung jawab dalam keberlangsungan pemberian pengobatan yang diatur
dengan SPO (Standar Prosedur Operasional).
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 58
TAHUN 2014
TENTANG STANDAR PELAYANAN KEFARMASIAN DI RUMAH SAKIT

• Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan apoteker.

• Tenaga Teknis Kefarmasian adalah tenaga yang membantu apoteker dalam


menjalani Pekerjaan Kefarmasian, yang terdiri atas Sarjana Farmasi, Ahli Madya
Farmasi, Analis Farmasi, dan Tenaga Menengah Farmasi/Asisten Apoteker.
Pengaturan Standar Pelayanan Kefarmasian di
Rumah Sakit

TUJUAN

• a. Meningkatkan mutu Pelayanan Kefarmasian;


• b. Menjamin kepastian hukum bagi tenaga kefarmasian
• c. Melindungi pasien dan masyarakat dari penggunaan Obat yang
tidak rasional dalam rangka keselamatan pasien (patient safety)
COMPOUNDING .

• Compounding atau meracik adalah suatu kegiatan membuat sediaan obat dengan


mencampur bahan aktif farmakologis dan bahan-bahan tambahan farmasi..
DISPENSING

• Pemberian Obat merupakan bagian penting dari praktik apotek, di mana


dispenser menafsirkan persyaratan dokter pada resep dan dengan demikian
menyediakan obat-obatan untuk perawatan pasien.

• Ini biasanya melibatkan interpretasi resep tertulis tapi mungkin kadang-


kadang juga termasuk mengambil instruksi yang diberikan dari mulut ke
mulut atau melalui telepon dari dokter.
DEFINISI DISPENSING

• Merupakan kegiatan pelayanan yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi,


menyiapkan/meracik obat, memberikan label/etiket, penyerahan obat dengan
pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem dokumentasi.

Dispensing dibedakan berdasarkan atas sifat sediaannya


a.      Dispensing sediaan farmasi khusus
b.      Dispensing sediaan farmasi pencampuran obat steril
ORDER ENTRY AND VERIFICATION

• Semua permintaan atau resep harus direview


apoteker, termasuk jika permintaan oleh
apoteker
• Permintaan Nutrisi Parenteral : semua
komponen zat aktif dan kekuatannya
ditampilkan di label sesuai
dengan resep
PENCAMPURAN SEDIAAN STERIL :

• Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di instalasi farmasi rumah
sakit untuk menghindari infeksi nosokomial dan terjadinya kesalahan pemberian obat
• Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi
semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang
dilakukan secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan (ASHP, 1985).
• Dispensing sediaan steril harus dilakukan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit dengan
teknik aseptik untuk menjamin sterilitas dan stabilitas produk dan melindungi petugas
dari paparan zat berbahaya serta menghindari terjadinya kesalahan pemberian Obat
• Apabila ada keterbatasan personel dan alat untuk dispensing sediian
steril, maka diutamakan untuk sediaan steril risiko tinggi dan risiko sedang
ASEPTIS

• Aseptis berarti bebas mikroorganisme. Teknik aseptis didefinisikan sebagai prosedur


kerja yang meminimalisir kontaminan mikroorganisme dan dapat mengurangi risiko
paparan terhadap petugas.
• Kontaminan kemungkinan terbawa ke dalam daerah aseptis dari alat kesehatan, sediaan
obat, atau petugas jadi penting untuk mengontrol faktor-faktor ini selama proses
pengerjaan produk aseptis.
TIPE TIPE KONTAMINAN

Viable dan Non-Viable Particles


• Partikel-partikel debu, serat, atau material lainnya “tersuspensi” diudara, dapat menyebabkan
terjadinya kontaminasi produk. Partikel-partikel ini, bisa jadi, mengandung “organisme
hidup”, misalnya bakteri, jamur, spora, dan sebagainya
• Semakin banyak partikel yang ada diudara, maka semakin rentan terjadinya kontaminasi
produk.
VIRUS
MERUPAKAN “PENUMPANG GELAP” YANG AKAN
MENGGANGGU SEL INDUK.
JAMUR
= KONTAMINAN YANG SULIT DIKENDALIKAN
BENTUK SEDIAAN STERIL

• Pada prinsipnya, yang termasuk dalam bentuk sediaan ini antara lain sediaan parentral, obat suntik,
preparat untuk mata dan preparat irigasi (misalnya infus).
• Sediaan parentral merupakan jenis sediaan yang unik di antara bentuk sediaan obat terbagi-bagi,
karena sediaan ini disuntikkan melalui kulit atau membran mukosa ke bagian tubuh. Karena sediaan
ini mengelakkan garis pertahanan pertama dari tubuh yang paling efisien, yaitu membran kulit dan
mukosa, maka sediaan ini harus bebas dari kontaminasi mikroba dan dari bahan-bahan toksis lainnya,
serta harus memiliki tingkat kemurnian yang tinggi.
• Semua bahan dan proses yang terlibat dalam pembuatan produk ini harus dipilih dan dirancang untuk
menghilangkan semua jenis kontaminasi, apakah kontaminasi fisik, kimia atau mikrobiologis.
PENCAMPURAN SEDIAAN STERIL :

• Pencampuran sediaan steril harus dilakukan secara terpusat di instalasi farmasi rumah
sakit untuk menghindari infeksi nosokomial dan terjadinya kesalahan pemberian obat
• Pencampuran sediaan steril merupakan rangkaian perubahan bentuk obat dari kondisi
semula menjadi produk baru dengan proses pelarutan atau penambahan bahan lain yang
dilakukan secara aseptis oleh apoteker di sarana pelayanan kesehatan (ASHP, 1985).
STANDAR AKREDITASI RS
(KARS VERSI 2012)

MPO 5:
1. Obat dipersiapkan dan disalurkan dalam area yang
bersih dan aman dengan peralatan dan supplai yang
memadai (lihat juga PPI.7, EP 1 dan 2)

2. Persiapan dan penyaluran obat harus memenuhi


undang-undang, peraturan dan standar praktek
profesional

3. Staf yang menyiapkan produk steril dilatih dalam


hal
teknik aseptik
SNARS - PKPO 5
MAKSUD DAN TUJUAN
b. Pencampuran obat kemoterapi harus dilakukan didalam ruang
yang bersih ( Clean Room ) yang dilengkapi dengan Cytotoxic
Handling Drug Safety Cabinet dengan petugas sudah terlatih
dengan teknik aseptik serta menggunakan alat pelindung diri
yang sesuai

c. Pencampuran obat intravena, epidural, dan nutrisi parenteral serta


pengemasan kembali obat suntik harus dilakukan dalam ruang
yang bersih ( Clean Room ) yang dilengkapi dengan Laminary
Airflow Cabinet dan petugas sudah terlatih dengan Teknik Aseptik
serta menggunakan alat perlindungan diri yang sesuai

d. Staf yang menyiapkan produk steril terlatih dengan


prinsip penyiapan obat
SAFET
Y  Patient
 Healthcare worker
 Environment
 Sitostatika
 Nutrisi Parenteral (TPN)

 I.V. admixture (Pencampuran obat suntik


intravena)
KEGIATAN DALAM PENANGANAN
SEDIAAN SITOSTATIK
MELIPUTI:
1)melakukan perhitungan dosis secara akurat;

2)melarutkan sediaan Obat kanker dengan pelarut yang


sesuai;

3)mencampur sediaan Obat kanker sesuai dengan


protokol pengobatan;

4)mengemas dalam kemasan tertentu; dan

5)membuang limbah sesuai prosedur yang


berlaku
PERSYARATAN DISPENSING SEDIAAN STERIL

1. SDM (Apoteker dan Tenaga teknis kefarmasian)


Setiap apoteker yang melakukan persiapan/ peracikan sediaan steril harus memenuhi beberapa syarat sebagai berikut:
•Memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang penyiapan dan
•pengelolaan komponen sediaan steril termasuk prinsip teknik aseptis.
•Memiliki kemampuan membuat prosedur tetap setiap tahapan pencampuran sediaan steril.
Apoteker yang melakukan pencampuran sediaan steril sebaiknya selalu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilannya melalui pelatihan dan pendidikan berkelanjutan.
Tenaga Teknis Kefarmasian
•Tenaga Kefarmasian membantu Apoteker dalam melakukan pencampuran sediaan steril.
•Petugas yang melakukan pencampuran sediaan steril harus sehat dan khusus untuk penanganan sediaan sitostatika
petugas tidak sedang merencanakan kehamilan, tidak hamil, menyusui.
2. RUANGAN DAN PERALATAN :

• Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan dan peralatan khusus
untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan menjamin keselamatan petugas dan
lingkungannya
• Syarat yang harus dipenuhi dalam pencampuran sediaan parenteral secara aseptis adalah
ruang bersih, kabinet LAF (Laminar Air Flow), dan personel yang berkompeten
memenuhi syarat sebagai petugas dispensing.
• SDM harus mendapatkan pelatihan secara berkala untuk meningkatkan pengetahuan dan
menjamin mutu pelayanan. Pelatihan dapat dilaksanakan oleh IFRS atau pelatihan-
pelatihan dari instansi terkait. IFRS juga harus membuat tim jaminan mutu produk dan
pencampuran sediaan parenteral agar mutu terjamin dan meminimalisir terjadinya
kesalahan.
RUANG PENCAMPURAN OBAT STERIL

• Area harus di ruangan terpisah (clean room), ukuran clean room tergantung besaran kegiatan.
• Lantai dari vinyl atau epoxy, dapat dicuci. Steril atau Semi steril.
• Biological cabinet
• Exhause fan.
• Laminer air flow dan hepa filter penyaring udara,
• Ruang antara ganti baju – cuci tangan (wastafel).
• Tempat sampah khusus DILENGKAPI PASS BOX tempat keluar masuk obat.
TATA LETAK RUANGAN :

RUANGAN :

1. Tata letak ruang


2. Jenis ruangan
2. JENIS RUANGAN

Pencampuran sediaan steril memerlukan ruangan khusus dan terkontrol. Ruangan ini terdiri dari :
•Ruang persiapan
•Ruangan yang digunakan untuk administrasi dan penyiapan alat kesehatan dan bahan obat (etiket, pelabelan, penghitungan dosis dan volume cairan).
•Ruang cuci tangan dan ruang ganti pakaian
Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan, ganti pakaian kerja dan memakai alat pelindung diri (APD).
•Ruang antara (Ante room)
Petugas yang akan masuk ke ruang steril melalui suatu ruang antara
•Ruang steril (Cleanroom)
Ruangan steril harus memenuhi syarat sebagai berikut :
•1)  Jumlah partikel berukuran 0,5 mikron tidak lebih dari 350.000 partikel
•2)  Jumlah jasad renik tidak lebih dari 100 per meter kubik udara.
•3)  Suhu 18 – 22°C
•4)  Kelembaban 35 – 50%
•5)  Di lengkapi High Efficiency Particulate Air (HEPA) Filter
•6) Tekanan udara di dalam ruang lebih positif dari pada tekanan udara di luar ruangan.
•7) Pass box adalah tempat masuk dan keluarnya alat kesehatan dan bahan obat sebelum dan sesudah dilakukan pencampuran. Pass box ini terletak di antara ruang persiapan
dan ruang steril.
Gambar 2. Pass box
d. Masker disposible.

Gambar 3. APD
2. LAMINAR AIR FLOW

• Laminar Air flow (LAF) mempunyai sistem penyaringan ganda yang memiliki efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat
berfungsi sebagai : Penyaring bakteri dan bahan-bahan eksogen di udara.
Menjaga aliran udara yang konstan diluar lingkungan.
• Mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAF.
Terdapat dua tipe LAF yang digunakan pada pencampuran sediaan steril :
a. AliranUdaraHorizontal (Horizontal AirF low). Aliran udara langsung menuju ke depan, sehingga petugas tidak terlindungi
dari partikel ataupun uap yang berasal dari ampul atau vial. Alat ini digunakan untuk pencampuran obat steril non sitostatika.
• b. Aliran Udara Vertikal (Vertical Air Flow). Aliran udara langsung mengalir kebawah dan jauh dari petugas sehingga
memberikan lingkungan kerja yang lebih aman. Untuk penanganan sediaan sitostatika menggunakan LAF vertikal Biological
Safety Cabinet (BSC) kelas II dengan syarat tekanan udara di dalam BSC harus lebih negatif dari pada tekanan udara di
ruangan.
+20 PA

•Perbedaan
tekanan
antar
ruangan :
10 s/d 15
Pascal cleanroom
•Untuk
non-sitostatika, +10 Pa + 3 0 Pa
tekanan ruangan
semakin ke
dalam maka
semakin positif
─ 20 Pa
•Untuk cleanroom
SITOSTATIKA,
tekanan ruangan
semakin kedalam
maka semakin
NEGATIF
─ 10 Pa ─ 30 Pa
 Batasi jumlah item, karena tiap item
menimbulkan turbulensi
 Letakkan item berukuran kecil dekat HEPA
filter dan item berukuran besar jauh dari
HEPA filter
 Item berukuran besar: ruang antara min 15
cm, item berukuran kecil min 0,5 cm
 Jarak antar petugas dan daerah kerja di
hood min 15 cm
TEKNIK ASEPTIS

Langkah – langkah pencampuran sediaan steril secara aseptis adalah :


•A. Petugas harus mencuci tangan sesuai SOP (gambar 6)
•B. Petugas harus menggunakan APD sesuai SOP (lampiran 2)
C. Masukkan semua bahan melalui Pass Box sesuai SOP (lampiran 3)
D. Proses pencampuran dilakukan di dalam LAF- BSC sesuai SOP (lampiran 4)
• E. Petugas melepas APD setelah selesai kegiatan sesuai SOP
 Jangan mengeluarkan tangan dari LAF
hood selama pengerjaan. Jika tidak dapat
dihindari, seka sarung tangan dengan
alkohol 70% sebelum dimasukkan kembali
ke LAF hood
 Tidak boleh ada yang diperkenankan
keluar masuk ruang aseptic dispensing
selama dilakukan pengerjaan.
 SEDIAAN UTUH (KEMASAN BELUM
DIBUKA) : MENGACU PADA INFO DARI
PABRIK
 SEDIAAN SETELAH
DIREKONSTITUSI/DIENCERKAN:
MENGACU PADA REFERENSI
• Sediaan dalam ampul dan spuit hanya untuk single dose, tidak
boleh disimpan jika sudah dibuka/digunakan
• Sediaan dalam vial, dapat multidose, perhatikan stabilitas larutan
(temperatur, batas kadaluarsa)
• Penandaan (labeling) harus jelas : nama pasien, nama obat,
konsentrasi obat, tanggal dibuka, tanggal kadaluarsa setelah
dilarutkan (BUD= Beyond Use Date), cara penyimpanan, identitas
petugas yang membuat.
• Obat berbahaya (co: sitostatika) harus dipisahkan dari obat lain.
•TEKNIK
PENCAMPURAN OBAT
SUNTIK
PENYIAPAN :

• Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR ( benar pasien, obat, dosis, rute
dan waktu pemberian)
• Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer batch, tgl kadaluarsa), serta melengkapi
form permintaan.
• Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak lengkap.
• Menghitung kesesuaian dosis.
• Memilih jenis pelarut yang sesuai.
• Menghitung volume pelarut yang digunakan
• .Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi
penyimpanan, tanggal pembuatan, dan tanggal kadaluarsa campuran. (contoh label obat, gambar 1)
• Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, jumlah paket.
• Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran di gambar 3)
• Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan pencampuran
kedalam ruang steril melalui pass box.
PENCAMPURAN

1.Proses pencampuran obat suntik secara aseptis, mengikuti langkah – langkah sebagai berikut:
a)  Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).
b)  Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap (gambar 4)
c)  Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
d)  Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam LAF.
e)  Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
f)  Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
g) Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
h)  Melakukan pencampuran secara aseptis
PROSES PENCAMPURAN OBAT SUNTIK SECARA ASEPTIS,
MENGIKUTI LANGKAH – LANGKAH SEBAGAI BERIKUT

a)  Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD).


b)  Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi sesuai prosedur tetap (lampiran 3)
c)  Menghidupkan Laminar Air Flow (LAF) sesuai prosedur tetap
d)  Menyiapkan meja kerja LAF dengan memberi alas penyerap cairan dalam LAF.
e)  Menyiapkan kantong buangan sampah dalam LAF untuk bekas obat.
f)  Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan alkohol 70 %.
g) Mengambil alat kesehatan dan obat-obatan dari pass box.
h)  Melakukan pencampuran secara aseptis
TEHNIK MEMINDAHKAN OBAT DARI AMPUL

1)  Membuka ampul larutan obat: (gambar 1)


• (a)  Pindahkan semua larutan obat dari leher ampul dengan mengetuk-ngetuk bagian atas ampul atau dengan melakukan

• gerakan J-motion.
• b)  Seka bagian leher ampul dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
• (c)  Lilitkan kassa sekitar ampul
(d)  Pegang ampul dengan posisi 45o, patahkan bagian atas ampul dengan arah menjauhi petugas. Pegang ampul dengan
posisi ini sekitar 5 detik.
(e)  Berdirikan ampull
(f)  Bungkus patahan ampul dengan kassa dan buang ke dalam kantong buangan.
TEHNIK MEMINDAHKAN SEDIAAN OBAT DARI
VIAL: 7)  Untuk permintaan infus intra vena (iv) , suntikkan
1) Membuka vial larutan obat larutan obat ke dalam botol infus dengan posisi 45o
perlahan-lahan melalui dinding agar tidak berbuih dan
•(a) Buka penutup vial.
tercampur sempurna.
(b) Seka bagian karet vial dengan alkohol 70 %, biarkan mengering.
8)  Untuk permintaan intra vena bolus ganti needle dengan
•(c) Berdirikan vial
ukuran yang sesuai untuk penyuntikan.
•(d) Bungkus penutup vial dengan kassa dan buang ke dalam kantong 9)  Bila spuit dikirim tanpa needle, pegang spuit dengan
buangan tertutup
posisi
•2)  Pegang vial dengan posisi 45o, masukkan spuit ke dalam vial. jarum ke atas angkat jarum dan buang ke kantong buangan
•3)  Masukan pelarut yang sesuai ke dalam vial, gerakan perlahan-lahan tertutup.
memutar untuk melarutkan obat. 10)  Pegang spuit dengan bagian terbuka ke atas, tutup
•4)  Ganti needle dengan needle yang baru. dengan ”luer lock cap”.
•5)  Beri tekanan negatif dengan cara menarik udara ke dalam spuit kosong 11)  Seka cap dan syringe dengan alkohol.
sesuai volume yang diinginkan. 12)  Setelah selesai, buang seluruh bahan yang telah
•6)  Pegang vial dengan posisi 45o, tarik larutan ke dalam spuit tersebut. terkontaminasi ke dalam kantong buangan tertutup.
i) Memberi label yang sesuai untuk setiap spuit dan infus yang sudah berisi obat hasil
pencampuran.
j) Membungkus dengan kantong hitam atau alumunium foil untuk obat-obat yang harus
terlindung dari cahaya.
k) Memasukkan spuit atau infus ke dalam wadah untuk pengiriman.
l) Mengeluarkan wadah yang telah berisi spuit atau infus melalui pass box.
m) Membuang semua bekas pencampuran obat ke dalam wadah pembuangan khusus
 Obat kompatibel dengan cairan infus / pelarut
pembawa
 Obat kompatibel dengan wadah
 Antar obat kompatibel
 Obat stabil selama infus diberikan
 Periksa semua produk jadi
 Yang pertama dikeluarkan dari LAF hood
adalah produk jadi, kemudian baru limbah.
 Seka daerah kerja dan dinding LAF hood
(setengah ke bawah) dengan kassa
beralkohol
 Sarung tangan dapat dilepaskan, tetapi
pakaian lainnya dibuka di luar ruang
aseptic dispensing
 Integritas wadah
 Organoleptis : warna, bau, volume,
endapan, kekeruhan
 Pelabelan
TEKNIK PENANGANAN SEDIAAN
SITOSTATIKA
• Penanganan sediaan sitostatika yang aman perlu dilakukan secara disiplin dan hati-hati
untuk mencegah risiko yang tidak diinginkan, karena sebagian besar sediaan sitostatika
bersifat :
• -  Karsinogenik yang berarti dapat menyebabkan kanker.
• -  Mutagenik yang berarti dapat menyebabkan mutasi genetik.
• -  Teratogenik yang berarti dapat membahayakan janin.
• Penyiapan
• Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan pencampuran obat
suntik.
• Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke
• dalam wadah untuk pengiriman.
15)Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi
• melalui pass box.
16) Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap (lampiran 4):
LIMBAH

 Semua limbah yang dihasilkan selama preparasi obat sitostatik dan pembersihan tumpahan
harus dipisahkan, dikemas dan dibuang dalam kemasan yang sesuai
 Harus ada SOP pengamanan bagi petugas yang membawa limbah atau yang terkena
tumpahan
 Limbah preparasi
 Limbah tajam harus ditempatkan dalam wadah tahan bocor. Jarum harus ditutup
dengan tehnik khusus yang memungkinkan petugas tidak tertusuk
 Limbah obat harus ditempatkan dalam wadah yang sesuai dan di-seal agar tidak bocor
 Wadah limbah sitostatik harus diberi label yang menunjukkan adanya limbah obat
sitostatik
 Cara pembuangan
 Limbah sitostatik tidak boleh dipress secara mekanik
 Limbah sitostatik harus ditangani dengan insenerator
TUMPAHAN

1. Perlengkapan untuk penanganan tumpahan dan SOP


penggunaannya harus tersedia ditempat preparasi dan
penyimpanan
2. Preparasi obat dalam kondisi steril dan tersedia bahan
absorben untuk menyerap tumpahan
3. Selama membersihkan tumpahan, petugas harus
menggunakan pakaian pelindung, sarung tangan rangkap
dan pelindung mata. Kalau jumlah tumpahannya besar harus
menggunakan tambahan respirator
TUMPAHAN

4. Tumpahan yang jumlahnya sedikit dibersihkan dengan lap


absorben, sedang jumlah yang lebih besar dengan granul
absorben. Terakhir dibersihkan dengan larutan basa kuat
5. Semua bahan-bahan yang terkontaminasi oleh limbah
tumpahan harus dibuang sesuai dengan ketentuan pada
penanganan limbah
6. Pakaian yang terkontaminasi oleh tumpahan harus diganti. Area
yang terkena tumpahan harus dicuci dengan sabun atau
disemprot dengan air
DOKUMENTASI

• Dokumentasi adalah proses pencatatan/rekam jejak dari kegiatan pencampuran sediaan


steril dengan maksud untuk memudahkan penelusuran bukti jika sewaktu waktu terdapat
keluhan dari pengguna (dokter, apoteker, tenaga kesehatan lain dan pasien),
• Anderson R.W. et.al, Risk of Handling Injectable Antineoplastic Agents.
Am.J.Hosp.Pharm.,1982, 39:1881-1887
• Aseptic Dispensing, Dr. Mohd. Baidi Bahari. Associate Professor of Clinical Pharmacy.
• School of Pharmaceutical Sciences. University sains Malaysia.
• ASHP, Study Guide, Safe Handling of Cytotoxic and Hazardous Drugs, 1990.
• Injectable Drug Administration Guide. UCL Hospitals. The Pharmacy Department.
University College London Hospitals. 2000.

Anda mungkin juga menyukai