1886-1942
TESIS
Oleh:
HANDOKO
157050006
Penelitian Tesis ini akan menjelaskan jaringan pelayaran pelabuhan Belawan baik
lokal, regional dan internasional. Pelayaran di Pelabuhan Belawan umumnya
dapat dibedakan menjadi tiga bagian yakni pertama, pelayaran lokal yang meliputi
jaringan pelayaran antara pelabuhan-pelabuhan keil di Sumatera Timur dengan
Pelabuhan Belawan. Kedua, pelayaran antar pulau atau regional yang meliputi
jaringan pelayaran antar pulau-pulau di Hindia Belanda dengan Pelabuhan
Belawan. Terakhir, pelayaran internasional yang meliputi jaringan pelayaran
antara Pelabuhan Belawan dengan sebagian negara-negara di benua Eropah,
Amerika, Afrika dan Asia.
Before Belawan Harbor was developed, the shipping and trading activities in Deli
(Medan) were in Labuhan Deli. Labuhan Deli did not last long due to
sedimentation from the Deli River. Not only that, the reason for the removal of the
harbor from Labuhan Deli to Belawan is an economic factor where the plantation
economy is growing rapidly and requires a large space to carry out exports and
imports. The opening of Belawan Harbor is considered for steamers to lean to
facilitate the transport of rail-transported plantation products from hinterland
plantations. The government policy which stipulates that Belawan Port is the main
port in East Sumatera Residency also affects for the area across or around
(foreland) which sends the plantation products to the Port of Belawan. From this
description, this research intends to describe Labuhan Deli and Belawan port as
well as the shipping network in Belawan Port created by the role of hinterland and
foreland.
This thesis research uses a structural economic approach and historical research
methods. The use of structural economic approach aims to analyze the
development of shipping and trading in Belawan Port. For research method, this
thesis research use historical method. Initial stages in this study is to find
supporting data to various libraries and institutions that are considered to be a
source of data in research, for example to the National Archives of the Republic of
Indonesia in Jakarta; National Library of Indonesia, Tengku Lukman Sinar
Library and USU Library. After the data collected, the next step is to filter the
data that have been obtained and then to be analyzed and the last stage is the
thesis writing stage.
This Thesis research will describe Belawan port shipping network both locally,
regionally and internationally. Sailing at Port Belawan generally can be divided
into three parts namely first, local shipping which includes shipping network
between harbor ports in East Sumatra with Belawan Port. Second, inter-island or
regional shipping which includes the inter-island shipping network in the Dutch
East Indies with Belawan Harbor. Finally, international shipping includes a
network of shipping between Belawan Port and some countries in continental
Europe, America, Africa and Asia.
ii
Penulis menyadari tesis ini belum sempurna, oleh karena itu dengan
kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk
penyempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya bagi penulis sendiri. Amiin Yaa Rabbal‟alaamin.
Handoko
iii
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan karunia kesehatan, kesempatan, kekuatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih atas bantuan tenaga, pikiran, serta bimbingan yang telah diberikan
dalam menyelesaikan tesis ini :
1. Bapak Dr. Budi Agustono, selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Sumatera Utara Medan, sekaligus sebagai Tim Penguji yang telah
memberikan masukan.
2. Bapak Dr. Suprayitno, M. Hum., sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu
Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara sekaligus Ketua
Pembimbing yang telah banyak memberikan dorongan, nasehat dan motivasi
kepada penulis baik selama kuliah maupun pada saat mengerjakan penulisan
tesis ini. Tidak hanya dalam pengerjaan tesis, pembimbing juga memberikan
pengalaman yang luar biasa bagi penulis baik pengajaran maupun penelitian
serta selalu mengikutsertakan kegiatan akademik lainnya yang dapat
dijadikan penulis sebagai pengalaman yang berharga. Penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya.
3. Ibu Lila Pelita Hati,sebagai Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Sejarah
Fakultas Ilmu Budaya Sumatera Utara sekaligus anggota Tim Penguji yang
telah memberikan nasehat dan saran terhadap tesis ini.
4. Ibu Dra. Ratna, M.S., selaku anggota Komisi Pembimbing, terimakasih atas
segala arahan, bimbingan dan bantuan dalam penulisan tesis ini. Saran dan
kritik Ibu sangat berperan besar menuntun penulis dalam mengerjakan tesis
ini. Sebagai pembimbing kedua, beliau telah banyak membantu penulis baik
moril maupun materil. Beliau juga banyak memberikan pengalaman yang
berharga kepada penulis seperti penelitian maupun pembelajaran serta selalu
mengikut sertakan penulis diberbagai kegiatan. Penulis mengucapkan
terimakasih yang sebesar-besarnya.
5. Bapak Drs. Wara Sinuhaji, M.Hum.,selaku anggota Tim Penguji yang telah
memberikan kritik, saran, dan koreks iterhadap tesis ini.
iv
Penulis
Handoko
vi
NAMA : Handoko, SS
TELEPON :-
HANDPHONE : 085359897550
EMAIL : handokokembaren@yahoo.co.id
WEBSITE :-
HASIL KARYA :-
vii
BB : Binnenlandsch Bestuur
DM : Deli Maatschappij
KM : Kilometer
KV : Kolonial Verslag
M : Meter
viii
RL : Rotterdamsche Lloyd
ix
Bedrijft : Perusahaan
Bedrijft Haven : Pelabuhan yang dikelola sebagai perusahaan
Bossen : Ikat
Chintzes : Sejeniskaincita
Kist : Peti
xi
xii
Abstrak ............................................................................................................. i
Kata Pengantar ................................................................................................. iii
Ucapan Terima Kasih ....................................................................................... iv
Daftar Singkatan............................................................................................... ix
Glossarium ....................................................................................................... xi
Daftar Isi........................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakangMasalah ......................................................................... 1
1.2 Fokus Penelitian ................................................................................... 6
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian............................................................. 7
1.4 Teori dan Kerangka Konseptual ........................................................... 8
1.5 TinjauanPustaka ................................................................................... 13
1.6 Metode Penelitian ................................................................................. 17
1.6.1 Metode Sejarah.............................................................................. 17
1.6.2 Sumber-Sumber yang Digunakan ................................................. 19
1.7 Sistematika Penulisan ........................................................................... 21
xiii
xiv
PENDAHULUAN
menuliskan judul penelitian tesis. Bab ini juga membahas tujuan dan manfaat
tesis ini. Penelitian tesis ini menggunakan kerangka konseptual pelabuhan dan
kegiatan tersebut, maka membawa dampak yang sangat besar bagi lingkungan
sekitar baik secara ekonomi, budaya, sosial maupun politik. Begitu juga dengan
1
Pelabuhan adalah bandar yang dilengkapi dengan bangunan-bangunan untuk pelayanan
muatan dan penumpang seperti dermaga, tambatan, dengan segala perlengkapannya.
Perkembangan pelabuhan di Indonesia pada awalnya hanya merupakan suatu tepian di mana
kapal-kapal dan perahu-perahu dapat merapat dan membuang jangkar untuk dapat melakukan
kegiatan-kegiatan perkapalan. Lihat Bambang Triatmodjo,Pelabuhan, Jakarta: Beta Offset, 1992,
hlm. 1.
perdagangan di Deli berada di Labuhan Deli. Labuhan Deli tidak bertahan lama
akibat sedimentasi dari Sungai Deli. Tidak hanya itu, alasan pemindahan
Timur juga berpengaruh terhadap daerah seberang atau sekitar (foreland) yang
banyak diteliti oleh berbagai disiplin ilmu. Hingga saat ini sedikitnya terdapat
maupun geografi. Kajian Sejarah sedikitnya terdapat tiga karya yang membahas
“Perkembangan Pelabuhan Belawan pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-
5
Broersma, Oostkust van Sumatra: De Ontwikkeling van het Gewest, The Hague: Charles
Dixon-Deventer, 1922, hlm. 260-261.
6
C. Lekkerkerker, Land en Volk van Sumatra, Leiden: N.V. Boekhandel en Drukkerij
Voorheen E.J. Brill, 1916, hlm. 294-295.
7
Volker, T., Van Oerbosch Tot Cultuurgebied: Een Schets van de Betekenis van De
Tabak, De Andere Cultures en De Industrie Ter Oostkust van Sumatra, Medan: TYP. Varekamp &
Co., 1928, hlm. 256.
8
Panggabean, Panangian, “ Lahirnya Kota Medan Sebagai Pelabuhan Ekspor Hasil-hasil
Perkebunan 1863-1940” Tesis S-2 belum diterbitkan, Yogyakarta: Pascasarjana UGM, 1988.
jalan darat dan jalurkereta api. Pengembangan sarana pelabuhan dilakukan dengan
kerja,dan perdagangan.9
dalam proses penyelesaian penelitian. Karya ini diteliti oleh Wasino, dkk., (2016)
Kolonial hingga Sekarang”. Karya ini mengkaji sejarah Pelabuhan Belawan dari
masa kolonial hingga sekarang (reformasi). Dalam karya ini tim peneliti banyak
yang baru-baru ini disengketakan oleh ahli waris karena masalah konsesi tanah
yang diberikan oleh keluarga ahli waris untuk pendirian Pelabuhan Belawan pada
9
Novita Mandasari Hutagaol, “Pengembangan Pelabuhan Belawan dan Pengaruhnya
Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Deli, 1920-1942”, Skripsi S-1 belum diterbitkan,
Batam: Universitas Riau Kepulauan, 2016.
kembali Pelabuhan Belawan ke dalam dua jurnal yang terbit pada tahun 1991 dan
10
Wasino, dkk, “Membingkai Selat Malaka: Pengelolaan Pelabuhan Belawan dari
Kolonial hingga Sekarang”, draft penelitian belum diterbitkan, Semarang, 2016.
11
Christopher Anderson Airriess, “A Port System in a Developing Regional and
Response in North Sumatra, Indonesia”, Ph.D Dissertation, Lexington: University of Kentucky,
1989.
12
Christopher Anderson Airriess, “Global Economy and Port Morphology in Belawan,
Indonesia” dalam Geographical Review, Vol. 81, No. 2 (April, 1991), hlm. 183-196.
di Sumatera Utara. Dalam tulisan ini tampak jelas perkembangan fisik Pelabuhan
kajian sejarah maupun geografi di atas, belum dibahas secara mendetail mengenai
Dari uraian di atas, fokus bahasan dalam tesis ini adalah membahas
Sumatera. Batasan waktu dalam tesis ini adalah tahun 1886 hingga 1942. Tahun
13
Christopher Anderson Airriess, “ Port-Centered Transport Development in Colonial
North Sumatra” dalam Indonesia, Vol. 59 (April, 1995), hlm. 65-91.
berpindah ke Belawan.
Pelabuhan Belawan.
Belawan.
Pelabuhan Belawan.
struktural, karena secara sederhana, pelabuhan memiliki jenis dan kategori sampai
yang kompleks dengan perubahan dalam waktu yang lama. Ketika sebuah
kawasan ini dengan jaring-jaring hubungan antar objek dan manusia, memetakan
sistem manajemen pelabuhan maka diperlukan teori dan konsep yang berkaitan
menurut konteks ekonomi adalah menjelaskan institusi ekonomi yang dalam hal
ini adalah pelabuhan memiliki sistem yang saling mendukung demi berjalannya
pelabuhan. Hal ini juga terjadi di Pelabuhan Belawan sebagai pusat pelayaran dan
sebagai sasaran, tentu tidak akan terlepas dari keberadaan organisasi dan
14
Teori dan Konsep Struktural atau Struktural Fungsionalisme dipelopori oleh Radclife-
Brown dan Malinowski di Inggris kemudian oleh pelopornya teori dan konsep ini dibawa ke
Amerika yang kemudian lahirlah Teori Struktural Fungsionalisme moderen yang dipelopori oleh
Talcott Parson. Tujuan dari kajian-kajian struktural-fungsionalisme adalah untuk membangun
suatu sistem sosial, atau struktur sosial, melalui pengajian terhadap pola hubungan yang berfungsi
antara individu-individu, antara kelompok kelompok, atau antara institusi-institusi sosial di dalam
suatu masyarakat, pada suatu kurun masa tertentu. Lihat George Ritzer, Contemporary
Sociological Theory and Its lassial Roots: The Basics, Second Edition, New York: M Graw-Hill,
2007, hlm. 64-79.
15
Peter Burke, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2001, hlm.
163-164.
16
Alex Callinicos, Social Theory: A Historial Introduction, Second Edition, Cambridge:
Polity Press, 2007, hlm. 229-230.
organisasi inilah dipilih teori dan konsep struktural, karena organisasi memiliki
struktur. Dikatakan sebagai jenis sejarah maritim, karena pelabuhan selalu terkait
tersebut hanya menggunakan laut sebagai tempat menyeberang saja. Tidak selalu
Selat Malaka.
dua kategori yakni pelabuhan kecil yang dikelola sebagai perusahaan (kleine
bedrijfthaven) dan pelabuhan kecil yang tidak dikelola sebagai perusahaan (kleine
Hindia Belanda dibedakan menjadi tiga kategori, yakni pelabuhan besar (grootere
haven).17
17
Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1924 No. 378, dan lihat Verslag van de Kleine
Havens in Nederlandsch-Indie overhet jaar 1923, hlm. 2.
10
pelabuhan besar yang diusahakan. Penjelasan di atas juga akan dijadikan konsep
pelabuhan induk yang membawahi pelabuhan binaan (Tanjung Balai Asahan) dan
pola jaringan pelayaran lokal dan regional. Untuk menjelaskan jaringan pelayaran
lokal dan regional dalam rencana penelitian tesis ini akan menggunakan
Belawan, penulis merujuk pada konsep yang telah dikemukakan oleh Christopher
Pelabuhan Belawan terbentuk karena adanya dukungan dari Port Forelands dan
Amerika dan Eropah (Belanda, Inggris, Jerman, Denmark dan lainnya). Hal ini
dapat ditandai dengan jumlah kapal-kapal yang datang (Aantal Schepen) dengan
18
Christopher Airries, 1995, “Port-Centered...” op. cit., hlm. 76-78.
11
yang salah satunya adalah menggunakan kajian diluar disiplin ilmu sejarah. Untuk
itu, perlu kiranya mengacu pada karya Abbas Salim dalam bukunya “Manajemen
Pelayaran Niaga dan Pelabuhan”.20 Dalam buku ini dijelaskan bahwa Pelabuhan
adalah tempat (daerah perairan dan daratan) kapal berlabuh dengan aman dan
dapat melakukan bongkar muat barang serta turun naik penumpang. Abbas juga
menjelaskan bahwa pelabuhan berfungsi sebagai pintu masuk atau keluar barang
dari dalam maupun luar daerah. Ditinjau dari fungsinya, pelabuhan dapat
dibedakan menjadi beberapa kriteria, dan salah satunya adalah, menurut Indische
terdiri dari pelabuhan laut dan pelabuhan pantai. Pelabuhan laut adalah pelabuhan
yang terbuka bagi perdagangan luar negeri, dan kapal-kapal dari negara-negara
pelabuhan yang tidak terbuka bagi perdagangan luar negeri dan hanya dapat
menjelaskan pada bab-bab yang berbeda. Misalnya pada bab yang khusus
19
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over Het Jaar 1916-1940, Medan:
Verkamp.
20
Abbas Salim,Manajemen Pelayaran Niaga dan Pelabuhan, Jakarta: Pustaka Jaya,
1994.
12
berbentuk dalam karya akademik seperti Christopher Airriess yang pertama sekali
impor, serta yang belakangan ini muncul dua karya lainnya yakni Novita
dampaknya bagi kehidupan masyarakat Deli serta karya penelitian yang diteliti
oleh Wasino dengan tim yang merupakan karya terlengkap membahas Pelabuhan
gunakan sebagai bahan komparasi penulisan tesis terkhusus di dalam bab yang
itu, penulis juga menggunakan penelitian sebelumnya ini untuk mengambil data-
data ekspor maupun impor yang telah banyak diuraikan dalam penelitian ini.
13
telah ramai dan salah satu bandarnya adalah Labuhan Deli. Labuhan Deli
adalah dalam bentuk laporan yang telah diterbitkan. Laporan tersebut ditulis oleh
Anderson yang berjudul “Mission to the East Coast of Sumatra in 1823” dan
“Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra” (1840)yang
yang dipasarkan di Pelabuhan Labuhan Deli. Selain itu, dalam dua laporan
arah pembahasan fungsi dan kedudukan pelabuhan, jadi ada kejelasan hubungan
Karya ini juga berisi informasi yang membahas Pelabuhan Cilacap berkembang
Pelabuhan Belawan, salah satu alasan Pelabuhan Belawan dibuka adalah untuk
14
pembukaan rel kereta api. Pembukaan jalur kereta api juga memberikan dampak
dapat digunakan sebagai model perbandingan bagi rencana penelitian tesis saya
Pelabuhan Belawan.
transportasi pengangkutan yang efektif dan efisien. Dari karya ini juga diketahui
15
kondisi masa lalu dan jaringan pelayaran di Indonesia termasuk Selat Malaka.
jaringan laut jawa telah dibangun oleh masyarakat lokal. Setelah kehadiran
tuntutan kapitalis global. Selain itu, Singgih juga menekankan bahwa hubungan
jaringan pelayaran Selat Malaka yang mana Pelabuhan Belawan merupakan salah
satu pusat perdagangan yang penting di Selat Malaka selain Penang, Malaka dan
Singapura.
penelitian tesis adalah karya Thee Kian Wie yang berjudul “Plantation
1942”. Karya yang terbit pada tahun 1977 ini banyak membahas volume dan nilai
Sumatera Timur. Selain itu, karya ini juga membahas bagaimana pertumbuhan
artinya terjadi fluktuasi nilai dan volume ekspor di Pelabuhan Belawan. Tidak
16
membangun insfrastruktur seperti rel kereta api, jalan raya dan perluasan
pembahasan dalam karya ini, penulis wajib menggunakan karya ini karena dapat
Tesis ini nantinya akan menggunakan metode dan metode yang lazimnya
digunakan dalam penelitian sejarah adalah metode sejarah. Dalam metode sejarah
Semua tahapan-tahapan ini sangat penting karena dari keempat tahapan ini
kemudian peneliti dapat terarah dalam menyelesaikan penelitian tesis ini. Tahapan
17
mengerjakan tahapan kedua dalam metode penelitian yakni verifikasi atau kritik
sumber. Dalam tahapan ini terdapat dua jenis kritik yakni kritik intern yakni kritik
terhadap isi sumber tersebut dan kritik ekstern yakni kritik terhadap sumber-
sumber tersebut apakah perlu digunakan atau tidak.22 Kritik intern penting
Selain kritik intern, perlu juga dilakukan kritik ekstern. Kritik ekstern
tentu berguna untuk penulisan tesis.23 Terdapat beberapa dokumen yang didapat
dari ANRI dan PNRI serta beberapa perpustakaan yang penulis melakukan
pencarian isinya tidak sesuai dengan penelitian tesis ini. Dalam kata lain kritk
sintesis terhadap data yang telah dikritik atau diverifikasi. Tahapan ini dilakukan
dalam bentuk tulisan. Interpretasi atau penafsiran sering disebut sebagai biang
22
Gilbert J. Garaghan, A Guide to Historical Method, New York: Fordham University
Press, 1957, hlm. 326-327.
23
Ibid., hlm. 338-339..
24
Kuntowijoyo, op. cit., hlm. 100.
18
Tahapan penulisan dilakukan agar fakta-fakta yang telah ditafsirkan baik secara
bentuk tulisan yang kritis analitis dan bersifat ilmiah sehingga tahap akhir dalam
penulisan ini dapat dituangkan dalam bentuk tesis dengan terlebih dahulu menulis
kemudian dijadikan sebagai bahan informasi untuk penelitian ini terdiri dari dua
buku-buku, koran, terbitan berkala, atrikel, dan sebagainya baik yang berbahasa
sebagian besar tersimpan di khazanah arsip Algemene Secretarie yang terbagi lagi
dalam kelompok arsip Algemene Secretarie Grote Bundel ter Zijden Grote
Dalam kesemua seri arsip tersebut peneliti menemukan seri bundel arsip yang
25
Garraghan, op. cit., hlm. 408-410.
19
Sumatera Timur dan Afdeling Deli en Serdang. Arsip-arsip yang paling terpenting
adalah arsip Buurgelijk Openbare Werken (BOW) yang secara khusus menyimpan
Kota Medan, Perpustakaan Tengku Lukman Sinar, dan Perpustakaan Pusat Stusi
sekunder yang relevan dengan penelitian tesis ini. Selain sumber sekunder,
Sinar seperti Memorie van Overgave pejabat-pejabat residen Sumatera Timur dan
Afdeling Deli dan Serdang. Hal yang paling penting yang peneliti dapatkan
sebagai sumber penelitian adalah laporan berkala yang berkaitan dengan urusan
Pelabuhan Belawan secara umum serta laporan perdagangan baik ekspor maupun
di Pelabuhan Belawan.
sumber-sumber yang didapat dari jurnal. Peneliti mendapat beberapa jurnal yang
20
Deli, Deli Courant, dan lain-lain. Sebagai penunjang penulisan, peneliti juga
pelabuhan.
sebagai berikut:
sistematika penulisan;
dari Labuhan Deli ke Belawan dan mengapa hal tersebut dilakukan oleh
21
BAB VI. Merupakan kesimpulan dari hal-hal yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.
22
Kolonial Belanda, Labuhan Deli merupakan pelabuhan yang cukup ramai dan
impor. Kegitan ekspor dan impor semakin ramai setelah Sumatera Timur berubah
Deli berada. Dengan keadaan tersebut, pemerintah Kolonial Belanda atas desakan
Belawan.
bangsa barat, Kesultanan Deli merupakan wilayah kekuasaan dari Kerajaan Aceh,
tetapi pada tahun 1669 Kesultanan Deli dapat memerdekakan diri. Pada tahun
23
berada di bawah kekuasaan Siak. Dengan demikian, Deli tidak lagi berada di
berfungsi sebagai bandar pelabuhan yang letaknya setengah mil ke arah hilir dari
Sungai Labuhan yakni sungai untuk tempat berlabuh, yang juga merupakan
sebutan lain dari nama Sungai Deli. 28Struktur kota seperti ini sangat identik
ini terbentuk karena adanya kekuasaan di daerah strategis atau hilir yang sangat
ramai untuk tempat berdagang. Pedagang-pedagang dari hulu yang ingin menjual
hasil pertanian atau hutan akan dikenakan tarif cukai, begitu juga sebaliknya,
akan dikenakan tarif cukai juga. Dari hasil cukai inilah kekuasaan dibentuk yang
26
J. Paulus, Encylopaedie van Nederlansch-Indië, Vol. II, The Hague: Martinus Nijhoff,
1917, hlm. 143.
27
P. J. Veth, “Het Lanschap Deli op Sumatra”, TNAG, Deel II, 1877, hlm. 153.
28
Ratna, “Labuhan Deli: Riwayatmu Dulu”, dalam Jurnal Historisme, Edisi No. 22/Tahun
XI/Agustus 2006, hlm. 7.
29
Konsep kekuasaan dan terbentuknya pelabuhan tradisional dibahas oleh J.
Kathirittamby-Wells, “Hulu-hilir Unity and Conflict: Malay Statecraft inEast Sumatra before the
Mid-Nineteenth Century”, dalam Archipel, 1993, hlm. 77-96.
24
yang membentuk Deli sebagai salah satu kerajaan tradisional Melayu di Pantai
Timur Sumatera dengan Labuhan Deli sebagai bandarnya. Deli sebagai kerajaan
di Pantai Timur Sumatera tentu saja bandar yang dimilikinya akan ramai.
Semenanjung Malaya dan pedagang asing yang pada abad ke-16 sudah mulai
wilayah melainkan hanya bertujuan untuk berdagang. Selanjutnya Aceh dan Johor
Pada masa awal Malaka dikendalikan oleh VOC, pada abad ke-17
asing tidak dibenarkan berdagang ke daerah bawahan atau vasal. Kebijakan ini
telah berlaku ketika Sultan Iskandar Muda berkuasa dan untuk urusan
30
Sartono Kartodirdjo, Pengantar Sejarah Indonesia Baru: 1500-1900 Dari Emporium
Sampai Imperium, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2014, hlm. 71.
25
hanya ditempatkan perwakilan saja. Misalnya Pelabuhan Pasai, Pidi dan Bandar-
bandar di Pantai Timur Sumatera hanya ditempatkan kepala bandar sebagai wakil
Sumatera mulai kendur pada pertengahan abad ke-18. Pada masa itu pula mulai
Timur Sumatera.32 Setelah itu, VOC di Malaka selalu menjalin hubungan dagang
baik dengan daerah-daerah ataupun kerajaan yang ada di Sumatera Bagian Utara.
Biasanya kapal-kapal yang datang dari utara Pulau Sumatera, termasuk Deli,
Malaka.33
Setelah VOC dibubarkan pada akhir abad ke-18, para pedagang tetap
melakukan pedagangan ke daerah sebrang hingga pada awal tahun 1800-an daerah
Pantai Timur Sumatera mulai diperhitungkan oleh Inggris karena banyaknya lada
dan komoditas lainnya yang diperjualbelikan di Penang. Pada tahun 1819, para
31
H.M. Zainudin, Tarikh Atjeh dan Nusantara, Medan: Pustaka Iskandar, 1961, hlm. 299.
32
Ahmad Jaelani Halimi, Perdagangan dan Perkapalan Melayu di Selat Malaka Abad
ke-15 hingga ke-18, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka, 2006, hlm. 86.
33
Reinout Vos, Gentle Janus, Merchant Prince: The VOC and the Tightrope of
Diplomacy in the Malay World, 1740-1800, Leiden: KITLV Press, 1993, hlm. 94-95.
26
Pemerintah Belanda telah menaklukkan Riau, Malaka, dan Padang, dan berusaha
1820 menulis surat kepada R. Ibbetson salah satu staffnya. Dalam surat tersebut
lain Ibbetson tidak dapat menjalankan tugas yang diberikan kepadanya oleh
Gubernur EIC di Penang dengan baik lantaran dirinya jatuh sakit. Selanjutnya
Gubernur EIC memberikan mandat tersebut kepada Letnan Rose dan Letnan
Morseby, dan pada tahun 1822 dengan kapal penjelajah “Mautilus” mereka
berlayar menuju Pantai Timur Sumatera. Keberangkatan dua orang letnan tersebut
34
John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast Sumatra, London:
Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm. 178-179.
27
untuk mencari tahu tentang sistem kenavigasian yang dijalankan oleh penduduk di
untuk mewawancarai para penguasa, pedagang dan penduduk yang ada di Pantai
Penang merupakan modal utama bagi Inggris untuk mengetahui apa keinginan
perdagangan Inggris yang menarik minat pedagang sekitar. Setelah yakin dengan
1823 menuju Pantai Timur Sumatera. Dibekali dengan surat tugas yang
Sultan Kejeruan Muda di Langkat, Sultan Panglima di Deli, Sri Sultan Ahmat di
Bulu Cina, Sultan Besar dari serdang, Bendahara di Batubara, Yang di Pertuan
Berawal dari orang yang dikenalnya yang pada umumnya adalah para nahkoda
35
Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di
Sumatera Timur 1863-1947, (terj. J. Rumbo) Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1985, hlm. 17.
28
berlayar ke hulu-hulu sungai, daerah yang belum pernah dikunjungi oleh orang
barat lainnya. Kondisi pantai yang dangkal memaksa Anderson membuang sauh
demi kampung.36
membuat kapal dan perahu. Kapal yang paling besar dan lengkap disebut dengan
penjajap. Selain ahli dalam pembuatan kapal dan perahu, perdagangan di Deli
juga cukup ramai. Banyak penduduk yang menangkap ikan sejenis hiu (juparang)
Hasil-hasil pertanian dan hutan yang diekspor di Deli adalah lada, beras,
tembakau, ikan kering, gambir, kapur barus, wax (malem), kuda, budak, belerang,
emas dan gading gajah. Adapun barang-barang impor yang masuk melalui
Labuhan Deli adalah berbagai jenis kain, candu, barang pecah belah, senapan,
36
Ibid., hlm. 17-18.
37
John Anderson, Mission to East Coast of Sumatera in 1823, Kuala
Lumpur/Singapore/New York/London: Oxford University Press,1971, hlm. 18-20.
29
kurang lebih 1000 koyan atau 26.000 pikul. Adapaun padi di Deli hanya untuk
konsumsi masyarakat sendiri sehingga tidak diekspor, kecuali kalau hasil panen
melimpah barulah padi diekspor. Sebaliknya dapat terjadi, ketika cuaca buruk dan
mempengaruhi hasil panen maka Deli akan mengimpor padi dari daerah-daerah
Syahbandar inilah yang bertugas untuk mengatur semua perdagangan baik impor
maupun ekspor. Jabatan yang mengutip cukai dan pajak di Deli adalah mata-
mata, saat itu dijabat oleh seorang perempuan yang bernama Che Laut (Cik
Laut).40
Setiap barang dagangan yang masuk dan keluar dari Pelabuhan Labuhan
Deli wajib dikenakan cukai. Kegiatan ini untuk menambah kas pemerintahan
Kesultanan Deli yang sebagian besar pendapatannya diterima dari cukai barang-
barang atau komoditi yang masuk dan keluar dari Pelabuhan Labuhan Deli.
38
Ibid., hlm. 303-304. Lihat juga Ratna, loc. cit.
39
Anderson, 1970, op. cit., hlm. 279.
40
Ibid., hlm. 276.
30
Cukai
No Produk
Dollar Per
1 Semua Jenis Kain Sutera 2 corge
2 Chintzes 2 corge
3 Karpet 2 corge
4 Candu 1 bal
5 Garam 4 koyan
Sumber: John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast
Sumatra, London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm.
203.
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa untuk setiap hasil kerajinan
seperti semua jenis kain sutera, chintzes(kain cita), dan karpet dikenakan tarif dua
dollar setiap corge41nya. Candu dikenakan tarif satu dollar per bal42 dan untuk
garam adalah empat dollar per koyan43. Pendapatan cukai ekspor dari Pelabuhan
Tabel 2.
Daftar Cukai Ekspor di Pelabuhan Labuhan Deli Tahun 1823
Cukai
No Produk
Nilai (dollar) Per
1 Lada 8 Koyan
2 Wax (malem) 1 Pikul
3 Gambir 10 Laksa
4 Kuda 1 Ekor
5 Budak 1 Orang
6 Belerang 1 Pikul
7 Tembakau 1 Pikul
8 Gading Gajah 1 Pikul
Sumber: John Anderson, Acheen and the Port on the North and East Coast
Sumatra, London: Wm. H. Allen & Co. Leadenhall Street, 1840, hlm.
203.
41
1 corge = 20 lembar/buah.
42
1 bal = 1 gulung/40 lembar.
43
1 koyan = 3 pikul, 1 pikul = 61,761 kg.
31
yang paling tinggi cukainya adalah lada yakni delapan dollar per koyannya.
Sementara gambir nilai cukainya adalah 10 dollar per laksa 44. Untuk kuda dan
budak nilai cukainya adalah 1 dollar per orang/ekor, sama halnya juga dengan
wax (malem), belerang, tembakau, dan gading gajah memiliki nilai cukai yang
sama yakni masing-masing 1 dollar per pikulnya. Selain mendapat cukai dari
Deli yang dijalankan oleh syahbandar dan asistennya, Nahkoda Usool adalah
dikenakan tarif berbeda sesuai dengan ukuran dan muatannya. Untuk sebuah
harinya, untuk slup dikenakan tarif 6 dollar per harinya, sedangkan untuk kapal
besar yang berukuran lebih besar dan bermuatan lebih banyak dikenakan tarif 12
Sumatera melalui Traktat Siak pada 01 Februari 1858, maka secara sepihak
Belanda mengakui baha daerah bawahan Siak akan menjadi jajahannya. Salah
44
1 laksa = 10.000 buah/biji
45
Anderson, 1823, op. cit., hlm. 203.
32
Kesultanan Deli. Untuk merealisasikan isi dari Traktat Siak tersebut, Pemerintah
Kesultanan Siak.46
Burhanudin. Bulan Mei 1858 berangkatlah utusan tersebut dari Batavia dan
46
Tuanku Luckman Sinar Basarshah, Bangun dan Runtuhnya Kerajaan Melayu di
Sumatera Timur, Medan: Tanpa Penerbit, 2007, hlm. 184.
33
Ahmadsyah.47
hormat di Asahan, tetapi Sultan Asahan menaruh curiga dan di sekitar Istana
lengkap dengan meriam-meriam berat di tepi sungai dan di dalam sungai ditanam
penandatanganan kontrak secara paksa. Turut dalam kapal itu para pembesar-
Setibanya di Deli, Netscher dan rombongan diterima oleh Sultan Deli dan
Pemerintah Belanda.49
47
Ibid., hlm. 186.
48
Ibid.
49
Ibid., hlm. 187.
34
Selain itu, penempatan kelima kontrolir ini juga bertujuan untuk mengontrol
ditugaskan Cats Baron de Raet yang bertugas untuk tiga wilayah yakni Deli,
Langkat dan Serdang. Bedasarkan catatan kontrolir di Labuhan Deli pada tahun
Labuhan Deli baik pedagang dari pedalaman maupun dari daerah seberang.51
Deli sebagai pelabuhan. Hal ini ditandai dengan mulai dibangunnya kantor atau
gedung untuk mengutip cukai yang dijalankan oleh seorang Belanda di Labuhan
Deli.52 Kantor-kantor ini mempunyai fungsi sebagai pos douane, yaitu tempat
ataupun keluar akan dikenakan pajak atau cukai. Meskipun pembangunan kantor-
eksploitasi untuk kepentingan ekonomi dan tidak dikelola dengan baik sebagai
50
J. Paulus., op. cit., hlm. 145. Lihat juga Staatsblad van Nederlandsch-Indië, 1864 No.
48.
51
P. J. Veth., op. cit., hlm. 155.
52
Staatsblad van Nederlandsch-Indië, 1875 No. 272.
35
Sumatera Timur seperti Tanjung Pura, Labuhan Bilik, Tanjung Balai, Rantau
Panjang, Pulau Gantong dan Labuhan Deli. Di Labuhan Deli sendiri Pemerintah
dan cukai (Dienst der In-en Uitvoerregten en Accijnsen), serta beberapa pegawai
sebesar ƒ 300, untuk dinas pajak ekspor-impor dan cukai sebesar ƒ 220,
tulis sebesar ƒ 50. Gaji-gaji tersebut dibayarkan untuk setiap bulannya, sedangkan
48.600/tahun.53
keluar dan masuk serta menentukan kebijakan-kebijakan yang perlu dibuat untuk
dibantu oleh pegawai-pegawai (ambtenaren) dan juru tulis. Sementara itu, dinas
diekspor maupun diimpor untuk dikenakan pajak dan cukai. Selain mengutip
pajak dan cukai, dinas ini juga bertugas untuk menentukan dan mengutip pajak
sewa gudang di pelabuhan, pajak minuman keras dan lainnya. Sama seperti
syahbandar, dinas ini juga dibantu oleh beberapa orang pegawai serta juru tulis
dan pegawai lapangan yang memeriksa barang-barang yang akan dimuat ke kapal.
53
Staatsblad van Nederlandsch-Indië, 1881 No. 101.
36
Financiën).54
Labuhan Deli masih dilakukan dengan sistem yang sederhana. Pelabuhan belum
Pelabuhan belum dikelola sebagai perusahaan (bedrijft) yang berdiri mandiri atau
meramaikan pekan (pasar) itu kembali. Toko-toko yang dibangun sudah permanen
dengan menggunakan bata dan lebih teratur yang letaknya berderat memanang
dari kiri ke kanan jalan. Mayoritas yang membangun dan menempati tempat ini
54
Staatsblad van Nederlandsch-Indië, 1881 No. 101. Lihat juga Besluit van den
Gouverneur-Generaal van Nederlandsh-Indië van den 10 April 1881 no. 8.
55
Ratna, op. cit., hlm. 9.
37
1000 orang.56
Selama kurang lebih empat tahun Cats Baron de Raet menjadi kontolir di
komoditas di Labuhan Deli dapat dilihat dalam tabel 3 dan 4 sebagai berikut:
Tabel 3.
Daftar Komoditas dan Nilai Impor di Labuhan Deli Tahun 1863-1867
Dalam Dollar
No Komoditas Satuan
1863 1864 1865 1866 1867
3 Garam Koyan 19 20 22 23 25
Sumber: J.A.M. van Cats Baron de Raet, “Vergelijking van den Vroegeren
Toestand van Deli, Serdang en Langkat”, Tijdschrijft voor Indischhe
Taal, Land, en Volkenkunde van Bataviasch Genootshap, Deel XII,
Batavia: Albrecht&co, 1867, hlm. 34.
Dari daftar tabel di atas, nilai impor terus mengalami kenaikan kecuali
kain yang mengalami penurunan pada tahun 1866 meskipun pada tahun
dari 9600 dollar pada 1863 menjadi 17400 dollar pada 1865. Akan tetapi pada
56
J.A.M. van Cats Baron de Raet, “Vergelijking van den Vroegeren Toestand van Deli,
Serdang en Langkat”, Tijdschrijft voor Indischhe Taal, Land, en Volkenkunde van Bataviasch
Genootshap, Deel XII, Batavia: Albrecht&co, 1867, hlm. 32.
38
signifikan yakni menjadi 3151 dollar. Tidak ada laporan yang menyebutkan
alasan mengapa terjadi penurunan impor kain ke Labuhan Deli. Untuk komoditas
impor lainnya seperti candu, garam, ikan pari baik yang kecil maupun yang besar
terus mengalami kenaikan setiap tahunnya. Candu dan ikan pari besar dan kecil
Selain mencatat komoditas dan nilai impor di Labuhan Deli, Cats Baron
de Raets juga mencatat komoditas dan nilai ekspor di Labuhan Deli. Berikut
adalah daftar komoditas dan nilai ekspor di Labuhan Deli dalam kurun waktu lima
tahun, yakni:
Tabel 4.
Daftar Komoditas Ekspor di Labuhan Deli Tahun 1863-1867
Dalam Dollar
No Komoditas Satuan
1863 1864 1865 1866 1867
57
Bossen = ikat
39
Sumber: J.A.M. van Cats Baron de Raet, “Vergelijking van den Vroegeren
Toestand van Deli, Serdang en Langkat”, Tijdschrijft voor Indischhe
Taal, Land, en Volkenkunde van Bataviasch Genootshap, Deel XII,
Batavia: Albrecht&co, 1867, hlm. 34.
unggulan di Labuhan Deli. Selain lada, komoditas yang bernilai lainnya adalah
rotan, tembakau, dan wijen. Pala menjadi komoditas bernilai selanjutnya karena
pada tahun-tahun ini pala mulai dibudidayakan oleh penduduk sekitar maupun
oleh planters Eropah. Di tahun 1863 sampai 1865, lada masih menjadi komoditas
unggulan yang bernilai, tetapi pada tahun 1866 hingga 1867 lada mengalami
hutan seperti rotan, getah rambung dan mayang, wax, dan botelnoot yang tetap
pelabuan. Untuk cukai di Labuhan Deli, Cats Baron de Raets mencatat daftar
Tabel 5.
Daftar Cukai Impor di Labuhan Deli Tahun 1863-1867
Nilai Dalam
No. Komoditas Per
Dollar
1 Kain 100 corge 2,50
2 Tembakau Cina Peti 4
40
untuk impor pada umumnya berbeda-beda. Untuk kain per 100 corgenya adalah
sebesar 2,50 dollar, untuk tembakau sebesar 4 dollar per peti untuk ikan pari besar
maupun kecil masing-masing 1 dan 0,125 dollar per 100 stuksnya. Nilai cukai
tertinggi adalah untuk candu yakni 40 dollar per petinya sedangkan untuk garam
adalah 8 dollar per koyannya. Selain cukai impor, Cats Baron de Raets juga
mencatat cukai ekspor di Labuhan Deli seperti yang tertera dalam tabel di bawah
ini;
Tabel 6.
Daftar Cukai Impor di Labuhan Deli Tahun 1863-1867
Nilai Dalam
No. Komoditas Per
Dollar
1 Lada hitam 100 gantang 2
2 Lada putih 100 gantang 5
3 Pala Pikul 2
4 Bunga pala Pikul 2
5 Wijen 100 gantang 1
6 Wax (malem) Pikul 2
7 Tembakau Pikul 2
8 Getah rambung Pikul 2
9 Getah mayang Pikul 2
41
pala, bunga pala, wax (malem), tembakau, getah rambung dan mayang masing-
masing dikenakan tarif 2 dollar per pikulnya. Untuk lada baik yang hitam maupun
putih dikenakan tarif masing-masing 2 dan 5 dollar per 100 gantang. Wijen
dikenakan tarif 1 dollar per 100 gantang, pinang 0,25 per pikul, rotan 2 dollar per
100 ikat, gambir 0,25 dollar per 1000 stuks, sedangkan kuda dikenakan tarif
Pada tahun 1868 hingga 1870 di Deli telah ada beberapa perkebunan
seperti perkebunan kelapa, kopi, kakao dan nila (indigo). Semua hasil perkebunan
sekitar Selat Malaka. Selain itu, banyak juga planters yang menanam pohon-
pohon pala yang buah dan bunganya juga diekspor. Selama periode ini pala
tumbuh subur di Deli sehingga saat panen tiba buah pala cukup banyak yang
kemudian di ekspor ke Singapura. Banyaknya pala di Deli, maka tiap 100 kg yang
akan diekspor akan dikenakan tarif sebesar ƒ 8 dan ƒ16 atau 40 dollar untuk
42
Selain pala,Cukai atau pajak atas barang pada tahun 1875 sudah
adalah daftar cukai dan pajak di Labuhan Deli pada tahun 1875:
Tabel 7
Daftar Nilai Cukai Ekspor di Labuhan Deli Pada Tahun 1875.
Per
1 Kulit __ 0,10
2 Nila 1 8
4 Tembakau 100 1
5 Teh 100 1
7 Burung __ 6
8 Damar 100 6
10 Kayu Gaharu __ 5
11 Getah 100 8
58
J.T. Cremer, De Toekomst van Deli: Eenige Opmerkingen, Leiden: Gualth Kolff, 1881,
hlm. 4-8.
59
Ibid., hlm. 8.
43
14 Katun __ 1
16 Cula Badak __ 5
17 Kuda 1 Stuk 5
19 Lada 100 2
22 Rotan 100 5
24 Madu 100 8
bahwa terdapat banyak komoditas yang mulai diperdagangkan. Hal ini berbeda
dengan daftar komoditas pada tahun 1863-1867 yang hanya 13 komoditas. Selain
itu ukuran satuan juga berubah yakni pada tahun 1863-1867 menggunakan satuan
tradisional, maka pada tahun 1875 sudah menggunakan satuan berat kilogram.
Selain cukai ekspor, pada tahun 1875 juga terdapat daftar cukai seperti yang
44
Per
14 Bir - 2-2,25
16 Gambir 100 kg 20
17 Lilin 100 kg 12
18 Daging - 1,5
45
23 Teh 100 kg 12
24 Ikan Asin - 6
Daftar harga cukai ekspor dan impor pada tabel 7 dan 8 di atas berlaku
untuk barang yang keluar dan masuk dari dan ke Labuhan Deli. Daftar di atas
yang tidak terdaptar di daftar resmi. Pendapatan terbesar atas pajak di Labuhan
Deli adalah pajak candu justru tidak terdaftar di daftar resmi yang telah ditentukan
oleh pemerintah. Berikut adalah daftar pendapatan pajak di Labuhan Deli pada
tahun 1879:
Tabel 9
Pendapatan Pajak di Labuhan Deli pada Tahun 1879
46
Jumlah 1.050.143
Sumber: J.T. Cremer, De Toekomst van Deli: Eenige Opmerkingen, Leiden:
Gualth Kolff, 1881, hlm. 35.
barang-barang yang diimpor seperti candu dan minuman keras. Pajak candu
merupakan penerimaan pajak yang paling besar, hampir 50% penerimaan pajak di
atas disumbang oleh pajak candu. Selain itu pajak impor merupakan salah satu
maka hal tersebut berdampak pada perdagangan yang semakin maju. Perdagangan
bangunan. Tingginya nilai dan volume impor di Labuhan Deli menandakan bahwa
telah banyak orang-orang Eropah yang tinggal di Deli dan wilayah Deli telah
Labuhan Deli:
47
Cuka 3688 liter 738 5998 liter 1196 18042 liter 4482 25470 liter 6371
Bir 97176 liter 48588 216412 liter 89419 613052 liter 306526 77652 liter 358810
48
Indigo 30 kg 20 250 kg 62 - - 12 kg 3
Batubara 270 ton 6750 208 ton 5200 461 ton 9220 3290 ton 65800
Air mineral 30625 botol 6737 76212 botol 21340 209710 botol 41942 301128 botol 60226
Minyak 178856 liter 23617 867380 liter 130107 1956402 195640 2009817 liter 200982
49
Wine 2102 botol 7357 7680 botol 26839 18725 botol 5675 21114 botol 63342
Sumber: Statistiek van den Handel, de Scheepvaart en de In- en Uitvoerrechten in Nederlandsch-Indië over het jaar 1879-1888,
Batavia: Ogilvie and Co., 1890.
50
peningkatan. Pada tahun 1879 total nilai impor adalah sebesar ƒ 5.312.536 dan
dari tahun 1879 ke tahun 1882 adalah sebesar 19%. Selanjutnya dalam lima tahun
selanjutnya yakni pada tahun 1887 peningkatan nilai impor sangat signifikan, dari
nilai impor di Labuhan Deli adalah sebesar lebih dari 100%. Peningkatan nilai
disahkannya UU Agraria tahun 1870 yang mana para investor asing bebas
Sementara itu, penurunan nilai impor di Labuhan Deli justru terjadi pada
tahun 1888. Dari ƒ 14.663.788 di tahun 1887 menjadi ƒ 13970034 di tahun 1888,
masing-masing barang dan nilai yang diimpor, maka penurunan terjadi akibat dari
adanya beberapa barang yang permintaannya menurun dan tentu saja akan
barang manufaktur, dan candu serta ada beberapa barang yang justru tidak ada
Selain impor, di Labuhan Deli juga terdapat data mengenai nilai ekspor.
Untuk melihat lebih jelas, pada tabel 10 akan dirinci barang-barang apa saja yang
51
Gading Gajah 377 kg 2.262 439 kg 4.470 224 kg 1.344 134 kg 804
Buah Balam 185.881 kg 167.293 98.500 kg 30.700 91.170 kg 9.117 2.875 kg 287
Bunga Pala 18.381 kg 24.999 18.192 kg 22.686 12.665 kg 25.330 12.588 kg 25.176
Getah Perca 100.880 kg 201.760 146.249 kg 218.104 111.862 kg 111.862 116.872 kg 116.872
52
Kuda 551 stuks 41.325 367 stuks 55.050 - - 277 stuks 27.700
Lada Putih 22.324 kg 11.162 319.893 kg 74.019 8.889 kg 8.889 4.388 kg 4.388
Lada Hitam 779.046 kg 194.761 2.590 kg 1.252 403.787 kg 242.272 413.484 kg 248.090
Beras 7.681.052 kg 384.053 10.429.910 kg 625.794 5.870.870 kg 293. 543 292.117 kg 14.606
Wax (malem) 16.930 kg 25.395 23.765 kg 36.836 6.422 kg 9.633 32.950 kg 49.425
53
Sumber: Statistiek van den Handel, de Scheepvaart en de In- en Uitvoerrechten in Nederlandsch-Indië over het jaar 1879-1888, Batavia:
Ogilvie and Co., 1890.
54
1879 total nilai ekspor adalah sebesar ƒ 5.692.233 dan pada tahun 1882 total nilai
ekspor mengalami kenaikan yang cukup tinggi yakni ƒ 17.974.168 artinya terjadi
Deli. Akan tetapi pada periode berikutnya yakni pada tahun 1887 dan 1888 terjadi
ƒ12.704.161. Jika dibandingkan dengan total nilai ekspor tahun 1882 berturut-
turut, total nilai ekspor pada tahun 1887 dan 1888 adalah sebesar kurang lebih
20%.
pedalaman begitu juga dengan perkebunan yang jaraknya lumayan jauh dari
Deli sebagai tempat transit atau tempat penumpukan barang, sebelum selanjutnya
57
pengangkutan biasanya dilakukan oleh perusahaan Ocean Steam Ship & Co.
Untuk lebih jelasnya lagi, pada tabel 11 akan tersaji data mengenai
jumlah kapal yang keluar dan masuk serta muatannya dari berbagai negara.
Tabel 12.
Pelayaran dan Perdagangan Internasional dari dan ke Labuhan Deli
1878-1890
Datang Beangkat
Tahun Bendera Jumlah Muatan Jumlah Muatan
kapal (m3) kapal (m3)
Asia lainnya 1 8 1 8
60
R. Broersma, “De Ontwikkeling van Den Handel in Oostkust van Sumatra”, Kolonial
Tijdshrift, 129, XI, 1920, hlm. 415-416.
61
Cremer, op. cit., hlm. 28-29.
58
Perancis - - 3 11.275
Jerman - - 26 68.649
Hongkong - - 4 9.232
besar adalah wilayah Asia dan Eropah. Berdasarkan kuantitas kapal dan muatan,
Labuhan Deli adalah Penang, Singapura dan Inggris. Aktivitas pelayaran dan
59
dilakukan rutin secara periodik. Untuk negara-negara Asia lainnya seperti Cina,
Siam, Burma, dan Hongkong juga melakukan hubungan dagang dengan Labuhan
Deli. Kapal-kapal dari Siam dan Burma datang ke Labuhan Deli biasanya
Labuhan Deli. Begitu sebaliknya, kapal-kapal dari Siam, Burma dan Cina kembali
Labuhan Deli.62
melakukan aktivitas pelayaran dan perdagangan antar pulau dari Labuhan Deli ke
adalah daftar pelayaran dan perdagangan antar pulau dari dan ke Labuhan Deli
sebagai berikut:
Tabel 13.
Pelayaran dan Perdagangan Antar Pulau dari dan ke Labuhan Deli
1878-1890
Datang Berangkat
Nama
No. Jumlah Muatan Jumlah Muatan
Kota/Pelabuhan
kapal (m3) kapal (m3)
62
R. Broersma, op. cit., hlm. 418.
60
pergi ke dan dari Labuhan Deli dalam rangka pelayaran antar pulau, mempunyai
tujuan dan asal dari berbagai pelabuhan/wilayah di Hindia Belanda. Dari data di
atas jika diurut berdasarkan jumlah kapal yang datang dari dan ke Labuhan Deli,
maka dapat diurut sebagai berikut: Jawa dan Madura, Riau, Aceh, Palembang,
berdasarkan jumlah banyaknya kapal yang berangkat dari Labuhan Deli dapat
dan Palembang, sementara itu kapal-kapal dari Jawa dan Madura serta Kalimantan
Barat tidak ada data jumlah kapal yang berangkat dari Labuhan Deli. Dari data-
data tersebut, untuk sementara dapat disimpulkan bahwa kapal-kapal dari Jawa
dan Madura serta Riau merukapan yang paling banyak datang ke Labuhan Deli.
Sementara itu, untuk tujuan utama pelayaran dan perdagangan dari Labuhan Deli
adalah Riau.
Pada tabel 12 juga berisi tentang data muatan atau bongkar muat dari
muatan yang dibongkar di Labuhan Deli adalah sebagai berikut: Riau, Jawa dan
61
diangkut dari Labuhan Deli adalah sebagai berikut: Riau, Kalimantan Selatan,
Kalimantan Timur, Palembang, dan Aceh. Dari data tersebut juga dapat
disimpulkan bahwa untuk volume muatan terbanyak di Labuhan Deli, baik yang
dengan kapal-kapal yang berangkat. Hal ini dapat terjadi karena Labuhan Deli
banyak mengimpor dari daerah-daerah lain. Sebagai contoh kapal-kapal dari Jawa
dan Madura jumlah kapal yang datang cukup banyak tetapi jumlah kapan yang
berangkat dari Labuhan Deli ke Jawa dan Madura tidak ada. Hal itu bisa
dijelaskan bahwa Labuhan Deli banyak mengimpor garam dan beras dari Jawa
dan Madura. Hanya saja sejauh ini belum ada data kuantitatif yang lengkap
mengenai barang-barang yang dikirim dan diangkut dari dan ke Labuhan Deli.
(perdagangan internasional dan antar pulau) yang tersaji pada tabel 9 dan 10.
Sungai Deli adalah salah satu sungai yang tedapat di Sumatera Timur.
Hulu dari Deli berada di Dataran Tinggi Karo dan berhilir ke Selat Malaka.
Sungai Deli dapat dilayari perahu-perahu kecil dan kapal-kapal motor dengan
ketebalan yang tidak terlalu besar. Dengan kapal-kapal motor, sungai ini dapat
dilayari sejauh enam mil, sedangkan dengan perahu-perahu kecil Sungai Deli
62
Sungai Deli tidak dapat dilayari karena pada umumnya sungai-sungai di bagian
utara Sumatera Timur jarak antara pegunungan dengan pantai sangat dekat.
Keadaan ini tentu saja mengakibatkan sungai-sungai berarus deras, dangkal dan
semakin ke hulu maka akan semakin menyempit kelebaran sungainya. Hal inilah
yang mengakibatkan Sungai Deli hanya dapat dilayari sejauh enam mil dengan
Sungai Deli merupakan sungai terpenting di Deli, oleh karena itu, banyak
rumah dekat dengan sungai dan melakukan aktifitas petaniannya. Melalui jalur
sungai ini juga hubungan dengan dunia luar dilakukan seperti hubungan
63
J. Paulus, op. cit., hlm. 581.
64
MvO Asisten-Residen Deli en Serdang, S. van der Plas, 1913, hlm. 2.
65
Edi Sumarno, “Pertanian Karet Rakyat Sumatera Timur (1863-1942)” Tesis S2 belum
diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Gajah Mada, 1998, hlm. 52-53.
66
MvO Asisten-Residen Deli en Serdang, S. van der Plas, op. cit., hlm. 3.
67
Sedimentasi fluvial adalah proses sedimentasi yang dilakukan oleh air sungai dan
berlokasi di sungai. Sedimentasi oleh air sungai biasanya terjadi di daerah dataran rendah, akibat
dari sifat air yang mengalir dai tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah. Sedimentasi ini
63
pantai. Kontur pegunungan di Dataran Tinggi Karo sebagai hulu dari Sungai Deli
penurunan kapasitas pengaliran sungai. Partikel sedimen yang terbawa oleh aliran
lumpur di sepanjang Sungai Deli.70 Hal ini tentu saja mempersulit atau
biasanya menyebabkan pendangkalan sungai. Lihat MM. Purbo Hadiwidjojo, dkk., Kamus
Hidrologi, Jakarta: Depdikbud, 1987, hlm. 204.
68
S. Sosrodarsono dan M. Tominaga, Perbaikan dan Pengaturan Sungai, Jakarta:
Pradnya Paramita, 1994, hlm. 76.
69
J. Paulus, loc. cit.
70
MvO Asisten-Residen Deli en Serdang, S. van der Plas, op. cit., hlm. 4.
71
J. Paulus, op. cit. hlm. 582.
64
sepanjang dan muara Sungai Deli. Keadaan yang menyulitkan lagi adalah
endapan lumpur di Sungai Deli cukup keras sehingga sulit untuk menyedot
saja menghabiskan dana yang cukup besar, dan selain itu waktu pengiriman juga
sedikit terlambat dan tentu saja hal ini tidak efektif. Untuk itu, pemerintah
pelayaran dapat bejalan dengan efisien dan efektif. Untuk mengangkut barang-
barang dalam jumlah yang besar, maka diperlukan kapal yang berukuan besar dan
tentu saja memerlukan tempat bersandar yang luas dengan kedalaman air yang
pihak swasta menganggap bahwa pelabuhan sungai tidak cocok dengan kriteria
Pada tahun 1862, wilayah Sumatera Timur secara utuh berhasil dikuasai
oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Pernyataan ini didasarkan atas Acte van
Erkening yang berisi bahwa semua wilayah jajahan Kesultanan Siak menjadi
72
MvO Asisten-Residen Deli en Serdang, S. van der Plas, loc. cit.
73
Jaarverslag der Haven Belawan 1925, Werltreveden: Landsdrukkerij, 1926, hlm. 3.
65
tanaman rakyat di Pantai Timur Sumatera yang mutunya sangat baik dan
keuntungan yang diperoleh cukup bagus dari penanaman tembakau itu. Informasi
ini diperoleh melalui seorang Arab kelahiran Surabaya yang bernama Sayid
Abdullah Ibn Umar Bilsagih. 75 Dia telah lama tinggal di Deli dan menjadi
penasehat Sultan Deli. Beliau jugalah yang menganjurkan kepada Nienhuys untuk
bahwa apa yang dikatakan oleh Sayid Abdullah tentang tembakau Deli, memang
benar walaupun masih dalam jumlah terlalu kecil untuk dijadikan barang ekspor.
Dengan bantuan Sayid Abdullah yang mendapat kepercayaan dari Sultan Deli,
tembakau pertama letaknya di tepi Sungai Deli yaitu seluas 4,000 bau. Konsesi ini
74
T. Volker, Van Oerbosch Tot Cultuurgebied: Een Schetsvan de Beteekenis van de
Tabak, de Andere Cultures, en de Industrie ter Oostkust van Sumatra, Medan, De Deli Planters
Vereeniging, 1918, hlm.11.
75
Dalam hubungan kedatangan para investor asing di Deli, tidak lepas dari peranan Said
Abdullah Ibn Umar Bilsagih seorang nahkoda yang berasal dari Surabaya, ketika itu kapalnya
karam dan terdampar di Deli. Sultan Deli tertarik dengan kecerdasannya, oleh karena itu ia
dinikahkan dengan adiknya dan ia diangkat sebagai penasehat sultan. Kemudian ia ditugaskan
untuk mencari investor ke Jakarta untuk menanamkan modalnya di perkebunan tembakau di Deli.
Lihat Mohammad. Said, Koeli Kontrak Tempoe Doeloe: dengan Derita dan Kemarahannya,
Medan: Waspada,1977, hlm. 23. Lihat juga Anseb, De Grond van Deli, Medan: Varekamp & Co.
1938, hlm. 8-13.
66
membayar pajak dan sesudah itu baru membayar 200 gulden setahun.76
yang cukup besar. Padahal perusahaan Van der Arend telah mengucurkan dana
diminta oleh Van der Arend, hanya 50 bal tembakau yang dikirim ke Rotterdam.77
namun hasil panen para penanam tembakau subsisten itu tidak bisa memenuhi
permintaan.78
keuntungan yang besar, jauh dari kerugian yang telah dikeluarkan. Kegagalannya
dalam sistem borongan yang diterapkan dan adanya desakan dari Van der Arend,
membutuhkan banyak tenaga kerja untuk kebun yang luas tersebut. Penolakan
petani pribumi memaksanya mengupah beberapa Haji Jawa dan pengikutnya dari
76
Thee Kian Wie, Plantation Agriculture and Export Growth an Economic History of
East Sumatra 1863-1942. Jakarta ; National of Institute of Economic and Social Research
(LEKNAS - LIPI), 1977, hal.3.
77
Fatimah, “Pengaruh Sosial Ekonomis Perkebunan Tembakau Terhadap Masyarakat di
Sumatera Timur” Tesis belum diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 1985, hlm. 28.
78
Mohammad Said, op. cit., hlm. 29.
67
Setelah kerja borongan para Haji dari Jawa berakhir tidak memuaskan,
menjelang musim tanam 1865 Nienhuys mendatangkan kuli Cina dari Pulau Pinag
menyusul 88 kuli Cina dari daratan Cina langsung. Kuli Cina sekalipun tidak
mengetahui seluk beluk penanaman tembakau, pada akhir musim panen 1865 bisa
menghasilkan 189 bal tembakau bermutu baik yang dihargai f. 2,51,- per setengah
kilogram.80 Akan tetapi usaha ini tetap dianggap gagal oleh Van der Arend dan
menghentikan kerjasama dengan Nienhuys. Keadaan ini tidak membuat putus asa
dan P.W Janssen, pedagang tembakau Amsterdam dengan modal $ 10.000. Pada
konsesi tanah selama 99 tahun yang terletak antara sungai Deli dan sungai Percut
memanjang sepanjang dari kampung Mabar hingga Deli Tua. Pada tahun 1868,
Nienhuys pada saat itu telah berhasil membuktikan bahwa tembakau yang
79
Karl J. Pelzer, op. cit., hlm. 54.
80
Fatimah, op. cit., hlm. 52.
81
Ann Laura Stoler, Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatera (1870 -
1979), Yogyakarta: Karsa, 2005, hlm. 57-58.
68
terbaik di dunia.
Tabel 14.
Produksi dan Harga Tembakau Deli 1964-1895
1864 50 48
1895 204.719 90
oleh Nienhuis yang mencoba menanam tembakau di Deli tahun 1863. Kendati
awalnya kurang berhasil, tetapi sejak itu ekspansi kemudian berjalan dengan skala
besar. Untuk menjalankan usaha yang lebih besar, diperlukan modal lebih banyak
lagi. Maka pada tahun 1869 Nienhuys mendirikan Deli Maatschappij, perseroan
1871 didirikan Senembah Maatschappij dan pada tahun 1873 sudah terdapat 15
82
Jan Breman, op. cit., hlm. 26.
69
lahan yang tidak sedikit dan tersebar di beberapa daerah di Sumatera Timur.84
Tabel 15.
Sumber: Jan Breman, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan
Kuli di Sumatera Timur pada Awal Abad ke-20, Jakarta: Pustaka Utama
Grafiti danKITLV, 1997, hlm. 71.
83
T. Volker, op. cit., hlm. 15.
84
Edi Sumarno, “Mundurnya Kota Pelabuhan Tradisional di Sumatera Timur pada
Periode Kolonial” dalam Historisme Edisi NO.22/Tahun XI/Agustus 2006, hlm. 2.
70
Lahan yang luas tentu saja membutuhkan pengangkutan yang cepat dan dapat
memuat banyak. Untuk itu agar terciptanya pengangkutan yang efisien dan efektif
menghubungkan antara onderneming. Selain jalan raya, dibangun juga jalur kereta
Sejauh ini sarana transportasi dianggap kurang efisien dan efektif, maka
perkebunan. Rencana Deli Maatschappij membangun rel kereta api adalah untuk
Rencana pembangunan rel kereta api yang diprakarsai oleh Deli Maatschappij
71
gelombang air, hembusan angin dan lainnya. Setelah kondisi tempat dinyatakan
maka pada tahun 1883 mulai dibangun rel kereta api antara Medan dengan
Labuhan dan selesai pada tahun 1886. Sementara itu, pembangunan emplasemen
gedung douane atau bea cukai selesai dibangun. 86 Pembangunan rel tetap
berlanjut, rel yang telah diresmikan pada tahun 1886 hanya sampai Labuhan.
kereta api tambahan dari Labuhan ke Belawan dan dapat diselesaikan pada 1888.87
sesuai dengan proyeksi, maka pada tangal 5 Januari 1888 dilakukan percobaan
menggunakan kereta api. Percobaan bongkar muat ini tidak dikenakan bea dan
85
Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te Belawan,
Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114, ANRI.
86
Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te Belawan,
Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114 ANRI.
87
Zeven en Veertigste Jaarverslag DSM, Statistiek van der Deli Spoorweg Maatshappij,
Amsterdam: J.H. De Bussy, 1929, hlm. 6-7.
72
tahun 1889, barang-barang yang dibongkar dan muat dikenakan tarif bea dan
secara utuh dan aktivitas pelayaran dan perdagangan dipindahkan dari Labuhan
Deli ke Belawan. Labuhan Deli tetap menjadi pelabuhan, namun hanya sebagai
pelabuhan milik Kesultanan Deli dan tetap dapat dilayari dengan kapal-kapal
statusnya hanya pelabuhan milik kesultanan. Selain itu, Labuhan Deli juga
diangkut menggunakan perahu menyusuri Sungai Deli dari wilayah hulu Deli
dapat diakses dengan menggunakan jalan raya atau pengangkutan kereta api.
88
Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te Belawan,
Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114, ANRI.
73
perikanan sepenuhnya dijalankan oleh penduduk sekitar dan kegiatan ini hanya
89
Volker, op. cit., hlm. 219.
90
Ibid., hlm. 220.
74
yang dibantu oleh komisi bantuan pelabuhan. Sebagai perusahaan yang dikelola
oleh pemerintah, Pelabuhan Belawan juga menetapkan pajak dan tarif cukai serta
75
swasta serta perumahan bagi pegawai pelabuhan dan buruh-buruh bongkar muat
pelabuhan. Selain itu, sarana dan prasarana yang diperlukan bagi pelabuhan
adalah pipa-pipa saluran air, penerangan, kran derek, mesin pengeruk lumpur
Sejak awal pemindaan dari Labuhan Deli ke Belawan, hal pertama yang
pada bagian sebelumnya, sarana dan prasarana di Pelabuhan Belawan justru pihak
3.1.1.1 Dermaga
91
Wouter Cool, Belawan-Oceaanhaven, Batavia: Departement der Burgerlike Openbare
Werken Afdeeling Havenwezen, 1917, hlm. 3.
76
diangkut ke kapal untuk dikirim. Selain dermaga, yang wajib disediakan oleh
yang terbentang dari sisi muka dermaga sampai gudang laut atau lapangan
akan dinaikkan ke kapal atau barang yang baru saja diturunkan dari kapal.92
barang yang kemudian diangkut ke kapal dan segera dibawa untuk dilanjutkan
1883 dan selesai pada tahun 1888, justru perusahaan swasta yang membangun
terlebih dahulu. DSM adalah pihak yang membangun pertama kali dermaga di
dengan pembangunan jalur rel kereta api dari Labuhan ke Belawan. Kendatipun
hanya berfungsi sebagai sarana penumpukan barang, dermaga yang dibangun oleh
92
Bambang Triatmodjo, Pelabuhan, Jakarta: Beta Offset, 1992, hlm. 235-236.
77
proyeksi yang diajukan atas inisiatif DSM dan Deli Maatshappij kepada
pihak swasta selesai pada tahun 1887 dengan total panjang dermaga berkisar ±
410 meter. Rincian total panjang tersebut adalah 160 meter dermaga yang
dibangun oleh pihak swasta dan 250 meter yang dibangun oleh pemerintah
sendiri.94 Dermaga ataupun apron yang dibangun oleh pemerintah kemudian akan
disewakan oleh pihak perusahaan pelayaran swasta yang ingin bersandar dan
melakukan kegiatan bongkar muat. Sementara itu untuk dermaga yang dibangun
akan ditumpukkan di dermaga yang dibangunnya, ada juga barang yang disimpan
otoritas Pelabuhan Belawan karena melihat kondisi yang semakin ramai, maka
panjang dermaga yang semula 410 meter ditambah 257 meter sehingga total
93
Wouter Cool, op. cit., hlm. 3.
94
Ibid., hlm. 13.
78
tersebut, sepanjang 460 meter milik pemerintah dan 207 meter milik swasta.95
mengalami pendangkalan sehingga menghambat arus lalu lintas kapal layar yang
Gudang digunakan untuk menyimpan barang dalam waktu lama. Gudang biasanya
dibuat jauh dari dermaga karena ruangan yang tersedia di dermaga biasanya
terbatas dan hanya digunakan untuk keperluan bongkar muat dari dan/atau ke
kapal. Peranan pelabuhan sebagai tempat bongkar muat barang tidak terlepas dari
Hal ini berarti gudang berperan dalam mengalokasikan jumlah barang yang harus
Alasan ini disebabkan jadwal kapal yang datang tidak dapat dipastikan sehingga
95
Ibid., hlm. 14.
96
Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te Belawan,
Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114, ANRI.
79
semakin berkurang.97
barang yang akan dibawa ke kapal laut, maka diperlukan gudang sebagai tempat
tanah yang awalnya seluas 3953 meter persegi. Dari 3953 M 2 seluas 1857 M2
dijual kepada pihak swasta.98 Bagi pihak swasta, keputusan tersebut tentu saja
97
Rustian Kamaluddin, Ekonomi Transportasi, Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia, 1987,
hlm. 87-92.
98
Wouter Cool, op. cit., hlm. 3.
99
MvO Sumatra’s Oostkust Gubernur L.H.W. van Sandick 1928-1930, hlm. 125.
80
perkebunan seperti karet dan tembakau agar tidak rusak dan kualitasnya tetap
terjaga.100
gudang dan kantor di Pelabuhan Belawan. Konsesi didapatkan pada tahun 1914
atas izin dari Diektur Pelabuhan Belawan, Direktur Burgerlike Openbare Werken
adalah Khoe Tjin Tek, Toe Laer and Co, Van Nie en Co. Selain perusahaan atau
firma milik orang Tionghoa, terdapat juga satu perusahaan milik orang Melayu
Untuk firma dagang Koe Tjin Tek, menyewa lahan dengan panjang 60
Firma van Nie en Co. menyewa lahan dengan luas keseluruan 880 M2 yang
Gudang yang dibangun oleh perusahaan dagang ini adalah terbagi dua bangunan
100
Verslag van de N.V Handelmaatshappij Güntzel en Schumacher Medan over het Vier
en Twintigste Boekjaar 1929, hlm. 9.
101
Bilangen No. 70 “Extract uit het Register der Besluiten van Nedelandsch-Indië” 4den
Juni 1914, Inventaris Arsip Financien Nomor 702, ANRI.
102
Bilangen No. 73 “Extract uit het Register der Besluiten van Nedelandsch-Indië” 4den
Juni 1914, Inventaris Arsip Financien Nomor 702, ANRI.
81
gudang dan kantor dengan lebar 30 Meter dan total keseluruhan 780 M 2 yang
dagang milik orang Melayu, “Perusahaan Dagang Akeb” menyewa lahan untuk
dengan Firma dagang Toe Laer en Co. dengan lebar 45 meter dan luas
perusaaan minyak seperti Standard Oil Company of New Yok dan Bataafsche
103
Bilangen No. 77 “Extract uit het Register der Besluiten van Nedelandsch-Indië” 4den
Juni 1914, Inventaris Arsip Financien Nomor 702, ANRI.
104
Bilangen No. 76 “Extract uit het Register der Besluiten van Nedelandsch-Indië” 4den
Juni 1914, Inventaris Arsip Financien Nomor 702, ANRI.
105
Bilangen No. 75 “Extract uit het Register der Besluiten van Nedelandsch-Indië” 4den
Juni 1914, Inventaris Arsip Financien Nomor 702, ANRI.
82
terbuka penimbunan barang. Terdapat juga beberapa fasilitas lainnya seperti toko
dan warung yang semuanya teletak di kawasan Pelabuhan Belawan. Jumlah toko
dan warung tersebut adalah sekitar 20 toko yang letaknya tersebar dari perumahan
perwakilan kantor bea cukai, kantor direktur pelabuhan, dan perkantoran untuk
106
MvO Sumatra’s Oostkust Gubernur L.H.W. van Sandick 1928-1930, hlm. 125.
83
Uni Belawan. Tidak hanya kuli, para krani dan pegawai orang Eropah juga
biaya sebesar 8.524,70 guldens yang juga belum selesai. Biaya membeli
perlengkapan kamar mandi dan wc lengkap untuk pegawai dan pejabat Eropah
biaya secara keseluruhan yang belum diselesaikan dikurangi yang telah selesai
pada tahun 1923 berjumlah 26.082,64 guldens. 109 Biaya yang dikeluarkan ini
satu kebijakan untuk memenuhi pelayanan bagi tempat tinggal karyawan dan
107
A. Rasyid Asba, “Buruh Pelabuhan Makassar: Gerakan Buruh dan Politik Regional”
dalam Erwiza Erman dan Ratna Saptari (Ed.), Dekolonisasi Buruh Kota dan Pembentukan
Bangsa, Jakarta: KITLV-Jakarta – NIOD – Pustaka Yayasan Obor Indonesia, 2013, hlm. 180-181.
108
MvO Sumatra’s Oostkust Gubernur L.H.W. van Sandick 1928-1930, hlm. 125.
109
Een en Veertigste Jaarverslag DSM, Prae-Advies van Commissarissen Der Deli
Spoorweg Maatscappij, Amsterdam: Druk van J.H De Bussy, 1923, hlm 15. Lihat juga Indera,
“Pertumbuhan dan Perkembangan Deli Spoorweg Maatschappij, 1883-1940” Tesis S-2, belum
diterbitkan, Depok: Universitas Indonesia, 1996, hlm. 81-82.
84
Belawan.
saluran pipa air. Pipa-pipa untuk saluran air bersih di Pelabuhan Belawan
pipa air bersih, fasilitas pendukung atau opeasional pelabuhan lainnya adalah
seperti kapal keruk, kran dorong untuk mendorong kapal. Pipa-pipa air sangat
yang akan melakukan pelayaran. Pelayaran yang dilakukan berhari-hari tentu saja
membutuhkan air bersih untuk berbagai keperluan seperti untuk mandi, air minum
dan lainnya.
mengalami pendangkalan akibat endapan lumpur yang dibawa dari hulu karena
pembukaan hutan untuk perkebunan dan erosi arus sungai yang umumnya sangat
tinggi. Selain itu, kran derek berfungsi untuk mendorong dan menarik kapal-kapal
110
Voorwarden voor eene Concessie tot het aanliggen en exploitereen van een
hoogdrukwaterleiding ter hoofdplaats Medan, Algemene Secretarie Grote Bundel Besluiten No.
2112, ANRI.
85
pelabuhan yang dapat menampung banyak kapal dengan volume muatan yang
lebih banyak.
Pelabuhan Belawan yang sejatinya dapat menampung aktivitas ekspor dan impor
hasil-hasil perkebunan, justru tidak dapat berjalan dengan baik karena semakin
111
Wouter Cool, op. cit., hlm. 14.
86
dapat diketahui secara pasti total luas penambahan areal untuk Pelabuhan
Belawan. Akan tetapi untuk penambahan luas panjang dermaga dan pergudangan
serta rel-rel yang melintas dekat dengan proyek perluasan pelabuhan ke arah
timur. Pemindahan ini dirasa pihak DSM sangat merugikan karena pihak DSM
baru saja selesai membangunnya pada tahun 1888. Untuk mengganti kerugian
gulden.113
112
Ibid., hlm. 15.
113
Ibid., hlm. 15-16.
87
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1925, hlm. 378.
88
dengan luas kurang lebih 1000 M2. Penambahan luas ini berkaitan dengan
semakin bertambahnya hasil panen atau komoditas perkebunan yang dalam hal
pengiriman selalu terhambat karena antara moda pengangkutan dan barang yang
semenanjung kecil.114
pelabuhan atap yang berfungsi untuk mengekspor dan impor atap ke berbagai
berada di belakang perluasan pelabuhan hanya dibatasi dengan kanal atau terusan.
Pelabuhan atap juga dilengkapi dengan fasilitas seperti pergudangan, dermaga dan
jalur kereta api yang berfungsi untuk mengangkut atap ke berbagai perkebunan
114
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1925, hlm. 378.
89
dalam rangka menunjang suatu manajemen yang lebih baik. Keberhasilan dicapai
tidak terlepas dari struktur organisasi perusahaan yang ada di dalam perusahaan
beropeasi yang lancar, aman dan efisiensi. Secara horizontal berarti mencakup
Pelayanan dan fungsi pelabuhan sebagai pusat aktivitas ekspor dan impor
pelabuhan yang melayani ekspor dan impor di Sumatera Timur yang dari tahun ke
115
H. Blink, Opkomst en Ontikkeling van Sumatra Als Eonomisch-Geograpisch Gebied,
„s-Gravenhage: Mouton & Co., 1926, hlm. 132.
116
Muchtaruddin Siregar, Beberapa Masalah Ekonomi dan Management Pengangkutan,
Jakarta: Lembaga Penerbit akultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990, hlm. 62.
90
maka tinggi pula aktivitas perdagangan. Hal demikian, tentu saja harus dibarengi
dengan perencanaan yang matang serta struktur organisasi yang jelas dan terarah.
dalam struktur organisasinya yang memiliki garis wewenang yang jelas, sehingga
Pelaksanaan tugas dan kerja yang teratur mulai jelas terlihat pada para karyawan
yang teratas selalu diduduki atau dijabat oleh bangsa Eropah, sedangkan untuk
menengah. Akan tetapi jabatan yang memelukan pekerjaan berat dan keterampilan
Pada tahun 1925, jumpah pegawai Eropah yang bekerja sebanyak 78 orang
117
Bijlange Haven Beheer, dalam Jaarverslag der Haven Belawan 1925, hlm. 38.
91
pelabuhan yang jumlahnya cukup banyak.118 Hal ini berarti menunjukkan tenaga-
tenaga asing hanya dibutuhkan pada bagian penting perusahaan seperti direktur,
orang-orang lokal mendapat jatah pekerjaan lebih berat yang memerlukan kerja
yang besar.
Karyawan Eropah:
1. Directeur (direktur)
2. Secretaris (sekretaris)
6. Boekhouder (akuntan)
7. Onderbeheerder (manajer)
8. Kassier (kasir)
118
Ibid., hlm. 19.
92
2. Baas (pengawas)
4. Monteur (montir)
6. Chauffeur (supir)
9. Serang
93
oleh orang-orang Eropah cukup sedikit tetapi menjabat pada posisi-posisi penting
atau teratas dan menengah. Sementara itu, pada orang-orang Asia termasuk orang-
orang lokal cukup banyak dijabat teruatam pada posisi bawahan yang memerlukan
1. Directeur (direktur)
2. Secretaris (sekretaris)
6. Boekhouder (akuntan)
7. Onderbeheerder (manajer)
Eropah/Belanda, misalnya pada tahun 1925, Direktur Pelabuhan dijabat oleh Ir. K.
119
Ibid., hlm. 20.
120
Ibid., hlm. 1.
94
satu, dua dan tiga masing-masing dijabat oleh Ir. L. de Vogel, Ir. W. J. G.
jabatan pengawas yang tediri dari Kepala Pengawas dan Pengawas Kelas Satu
masing-masing diduduki oleh H.G. Gerrits dan E. G. Robijn. Struktur jabatan ini
dapat berubah dan terus dikembangkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dijabat oleh Ir. de Wolff. Alasan mutasi Ir. de Wolff adalah karena beliau
akhir tahun 1925, Ir. F. A. W. Meijneken yang menjabat sebagai Insinyur Kelas
Untuk jabatan menengah dan bawahan yang banyak diisi oleh sebagian
juga dilakukan evaluasi setiap tahunnya. Pengawasan kepada para pegawai dan
dan guna. Tidak ada batas waktu kapan posisi atau jabatan itu akan diganti,
prosedur pergantian pegawai dan pekerja adalah berdasarkan kinerja. Akan tetapi
hal tersebut tidak berlaku pada kuli kontrak yang hanya membutukan tenaga
bukan keterampilan.
121
Ibid., hlm. 1-2.
95
berikut:
Tabel. 16
Permintaan Tambahan Pekerja di Pelabuhan Belawan tahun 1925
Jumlah
Jumlah
No. Posisi/Jabatan Permintaan
tahun 1925
Tambahan
1 Direteur (direktur) 1 -
2 Secretaris (sekretaris) 1 -
3 Ingenieurs 1ste Klasse (insinyur 1 -
kelas satu)
4 Ingenieurs 2e Klasse (insinyur 1 -
kelas dua)
5 Ingenieurs 3e Klasse (insinyur 1 -
kelas tiga)
6 Boekhouder (akuntan) 1 -
7 Onderbeheerder (manajer) 1 -
8 Kassier (kasir) 1 -
9 Opzichter B.O.W (pengawas dinas 1 -
pekerjaan umum)
10 Opnemer (juru sensor) 1 -
11 Teekenaar (juru gambar). 1 -
12 Leerlingen Teekenaar (asisten juru 1 -
gambar)
13 Klerk (pegawai rendahan) 10 8
14 Baas (pengawas) 1 1
15 Werkbaas (pekerja pengawas) 1 1
16 Monteur (montir) 3 3
17 Hulpmonteur (pembantu montir) 3 3
18 Chauffeur (supir) 6 6
19 Machinedrijver (juru mesin) 2 2
96
Belawan banyak dibantu dan dijalankan oleh beberapa posisi baik yang penting,
pengurus Pelabuhan Belawan. Selain hal tersebut di atas, terdapat juga dinas-dinas
97
Wilayah kerja dari seorang direktur pelabuhan yang ditunjuk oleh dinas
impor dan cukai). Dinas ini ditunjuk secara langsung oleh Departement
122
Wouter Coll C.I., “Nederlandsch-Indische havenraden”, dalam Koloniale Studient, 4de
Jaargang, deel I, 1920, hlm. 174.
123
Verslag van de Kleine Havens in Nederlandsch-Indie over het jaar 1923, Weltevreden:
Landsdrukkerij, 1925, hlm. 12-15.
98
Belawan.124
bagian bidang usaha atau divisi-divisi, yang dibagi lagi dalam dinas-dinas, yang
penerangan jalan.
tempat tinggal.
124
MvO Sumatra’s Oostkust Gubernur L.H.W. van Sandick 1928-1930, hlm. 125. Lihat
juga MvO Sumatra’s Oostkust Gubernur C. J. van Kempen, 1924-1928, hlm. 396.
99
penimbunan barang.
minyak bumi.
hanya dikelola sebagai sarana eksploitasi untuk kepentingan ekonomi dan tidak
dikelola dengan baik sebagai pelabuhan yang dapat dikomersilkan. Setelah dalam
jangka waktu yang lama pemerintah Hindia Belanda menemukan cara yang paling
125
Jaarverslag der Haven Belawan over het jaar 1926, hlm. 10-19.
100
Untuk merealisasi pandangan itu, maka pada tahun 1910 pemerintah Hindia
yang memiliki pelabuhan internasional yang modern, yaitu G.J.de Jongh dan Y
Dalam hal ini bukan hanya pelabuhan Surabaya yang kemudian dikelola
masukan bagi masalah yang bersifat teknis. Masalah teknis dan masalah
managemen pelabuhan menurut mereka memiliki kaitan yang sangat erat. Dengan
126
Wouter Coll C.I., “Nederlandsch-Indische havenraden”, dalam Koloniale Studient, 4de
Jaargang, deel I, 1920, hlm. 14. Lihat juga Sutejo K. Widodo, Ikan Layang Terbang Menjulang:
Perkembangan Pelabuhan Pekalongan Menjadi Pelabuhan Perikanan 1900-1990, Semarang:
Badan Penerbit UNDIP dan Toyota Foundation, 2005, hlm. 42.
127
Wouter Coll C.I., loc. cit.
101
memiliki dasar komersial dalam operasinya. Hal ini bukan berarti pelabuhan harus
terdapat instansi swasta dalam hal untuk pengelolaan dan pengusahaan untuk
mengembangkan pelabuhan. Atas dasar ini, maka diperlukan suatu wadah yang
dapat menjalin kerja sama lebih erat lagi agar dapat dilakukan pengelolaan secara
disebut dengan Commissie van Bijstand. Komisi ini berfungsi sebagai dewan
Untuk Pelabuhan Belawan, Komisi Bantuan ini terdiri dari baik instansi
Pelabuhan Belawan. Untuk instansi pemerintahan Komisi Bantuan ini terdiri dari
102
yang diwakili oleh Kepala Kontrolir Duane, serta wakil dari pemerintah lokal
yakni Asisten Residen Deli dan Serdang. Sementara itu, untuk instansi swasta
pelayaran. Selain itu, Komisi Bantuan ini juga diwakili oleh organisasi
swasta lainnya, posisi ini tidak mutlak dijabat oleh orang yang sama. Setiap tahun
atau beberapa periode, bisa saja jabatan tersebut digantikan oleh orang lain karena
berbagai alasan yang salah satunya adalah habisnya masa tugas sehingga
103
Misalnya pada akhir tahun 1925, yakni tepatnya pada 31 Desember 1925
posisi tersebut adalah bergantinya Asisten Residen Deli dan Serdang yang semula
terjadi penambahan satu anggota lagi dai perusahaan pelayaran swasta. Untuk
lebih jelasnya di bawah ini adalah susunan anggota Komisi Bantuan Pelabuhan
128
Jaarverslag der Haven Belawan over het jaar 1926, hlm. 2-3.
104
Misalnya pada tahun 1933 keanggotaan dari Komisi Bantuan Pelabuhan Belawan
105
tingkat kompleksitas lebih besar dibandingkan dengan pelabuhan lain yang tidak
Belanda memiliki komisi ini. Misalnya untuk Sumatera yang memiliki Komisi
Pelabuhan Palembang.130
Sejak berdirinya sampai dengan tahun 1933, komisi ini setidaknya telah
ekspor dan impor serta percepatan waktu untuk aktivitas bongkar muat barang di
Pelabuhan Belawan. Untuk lebih jelasnya, poin-poin di bawah ini adalah hasil
129
Notulen van de 75ste Vergadering van de Commissie van Bijstand in het Belang van
het Beheer der Haven Belawan, Gehouden op vrijdag den 23sten Juni 1933 des Morgen ten 9 uur
in het Gebouw van de Deli Planters Vereeniging te Medan, Inventaris Arsip BOW, No. 12127,
ANRI.
130
Verslag van de Kleine Havens in Nederlandsch-Indie over het jaar 1923, Weltevreden:
Landsdrukkerij, 1925, hlm. 10.
106
bahan bakar.
4. Karena Kepala Kontrolir dari Dinas Bea dan Cukai, Tuan Rudolph,
Keuangan.131
pihak pemerintah pusat (melalui pejabat pelabuhan dan keuangan) dan pemerintah
daerah (Asisten Residen Deli dan Serdang) maupun pihak swasta. Meskipun
131
Notulen van de 75ste Vergadering van de Commissie van Bijstand in het Belang van
het Beheer der Haven Belawan, Gehouden op vrijdag den 23sten Juni 1933 des Morgen ten 9 uur
in het Gebouw van de Deli Planters Vereeniging te Medan, Inventaris Arsip BOW, No. 12127,
ANRI.
107
Belawan dikelola sebagai perusahaan. Keuntungan itu di dapat dari pajak, cukai,
Keuntungan didapatkan dari pajak ekspor dan impor, cukai minyak tanah, cukai
dan impor dari tahun ke tahun terus meningkat. Peningkatan angka ekspor dan
impor dibarengi dengan peningkatan pendapatan pelabuhan atas pajak ekspor dan
impor. Pada tabel berikut tersaji data nilai pajak atas ekspor dan impor yang
Tabel. 17
Pendapatan Pajak Ekspor-Impor di Pelabuhan Belawan
Antara Tahun 1914-1937
108
Dari tabel 16 di atas, dapat diketahui bahwa pendapatan dari pajak impor
jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pajak ekspor. Sedikit penurunan antara
tahun 1915 sampai 1918 pada pajak ekspor dikarenakan Perang Dunia I sehingga
pelayaran dan perdagangan terhambat. Begitu juga antara tahun 1931 hingga
tahun 1935 terjadi penurunan kembali dikarenakan terjadinya krisis ekonomi yang
termasuk Hindia Beelanda. Baru pada tahun 1936 terjadi kenaikan pendapatan
109
Belawan juga terdapat pemasukan lainnya baik dari cukai, sewa gudang, dan
110
Uang
Nilai Nilai
Cukai Cukai Sewa Cukai Barang Penerimaan
Tahun Statistik Statistik Cukai Karet Total
Minyak Bumi Korek Api Gudang Tembakau Masuk dan lainnya
Impor Ekspor
Keluar
1914 401.666,29 251.453,05 9.173,69 - - - - - 7.102,72 669.395,75
1915 395.463,40 258.731,45 10.712,94 - - - - - 5.763,62 670.671,41
1916 413.955,89 268.825,56 15.195,62 - - - - - 8.263,35 706.240,42
1917 447.781.24 285.197,95 24.897,76 - - - - - 7.968,77 318.064,48
1918 467.452,18 275.111,18 33.949,69 - - - - - 15.637,56 792.150,61
1919 511.402,49 237.963,75 32.315,45 - - - - - 13.225,25 794.906,94
1920 549.920,74 364.880,50 12.008,28 - - - - - 25.109,69 951.919,21
1921 913.231,44 417.290,45 14.437,51 - - - - - 16.963,35 1.361.922,75
1922 1.215.763,36 662.599,56 15.002,62 - - - - - 13.440,61 1.906.806,15
1923 1.259.256,88 543.000,99 9.771,42 - - - - - 12.418,60 1.824.447,89
1924 1.314.332,48 660.146,22 7.783,41 - - - - - 17.546,10 1.999.808,21
1925 1.903.847,94 682.566,79 12.396,85 - 139.867,95 197.502,87 - - 16.777,97 2.952.960,37
111
112
saja menerima pajak-pajak atau persen setiap barang yang keluar masuk melalui
perdagangan, dan lain-lainnya. Pendapatan itu terdiri dari berbagai cukai, statistik
untuk ekspor, statistik untuk impor, segel atau materai untuk statistik, uang barang
masuk, uang barang keluar, segel barang masuk, segel barang keluar, persewaan
yang diterima.
seperti cukai minyak tanah, cukai korek api, sewa gudang, cukai tembakau,
statistik untuk impor, statistik untuk ekspor, cukai karet, uang barang keluar dan
penerimaan lainnya adalah cukai minyak bumi, cukai korek api, sewa gudang, dan
1932 mulai mengutip cukai, karet baru mulai tahun 1934 mengutip cukai dan
secara tidak konsisten statistik impor dan ekspor baru mulai menerima pendapatan
pada tahun 1925 sedangkan untuk uang barang keluar dan masuk tahun 1928.
132
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over Het Jaar 1939, hlm. 318.
109
kantung perkebunan di Sumatera Timur serta daerah seberang yang secara rutin
dengan adanya jaringan transportasi darat seperti jalur kereta api dan jalan raya
yang memudahkan pengangkutan barang. Selain itu, dibahas juga dalam bab ini
mengenai aktivitas ekspor dan impor di Pelabuhan Belawan yang meliputi jenis
komoditas atau barang, tujuan dan asal ekspor impor serta volume dan nilai
produk-produk dari luar negeri atau luar daerah ke hinterland. Oleh karena itu,
111
ekspor dan impor. Daerah hinterland yang paling dekat dengan pelabuhan adalah
kota dimana pelabuan itu berada, yang dalam hal ini adalah Kota Medan.133
Pelabuhan Belawan. Akan tetapi, yang dapat diketahui bahwa dari daerah-daerah
tidak terlepas dari perkembangan ekonomi Hindia Belanda dan Sumatera Timur
Belawan juga tidak dapat terlepas dari adanya peranan transportasi, baik air
133
Agustinus Supriyono, Buruh Pelabuhan Semarang: Pemogokan-pemogokan pada
Zaman Kolonial Belanda, Revolusi, dan Republik 1900-1965, Semarang: Badan Penerbit UNDIP
dan Toyota Foundation, 2007, hlm. 37.
134
Wouter Cool, Belawan-Oceaanhaven, Batavia: Departement der Burgerlike Openbare
Werken Afdeeling Havenwezen, 1917, hlm. 20-21.
135
Thee Kian-Wie, Plantation Agriculture and Export Growth an Economic History of
East Sumatra, 1863-1942, Jakarta: LEKNAS-LIPI, 1977, hlm. 4-6.
112
transportasi darat, banyak digunakan moda jalan raya dan rel kereta api.
pihak perkebunan karena muatan yang diangkut jumlahnya sedikit serta memakan
waktu yang cukup lama dan biaya yang besar. Hal ini tentu saja tidak efisien bagi
pihak perkebunan, sehingga pada akhir abad ke-19 pihak onderneming untuk
penanaman dan pengangkutan hasil panen. Salah satu pihak onderneming yang
membangun jalan raya sendiri adalah Deli Maatschappij, pada tahun 1880-an
telah membangun jalan antara Medan dan Sunggal sepanjang 10 KM dan dari
tahun 1918, pemerintah sudah membangun jalan utama sepanjang lebih dari 500
dibuka adalah Medan ke Pangkalan Berandan melewati Binjai dan Tanjung Pura
dibangun jalan sepanjang 107 KM, Medan ke Tebing Tinggi sepanjang 81 KM,
136
T. Volker, Van Oerbosch Tot Cultuurgebied: Een Schets van de Betekenis van De
Tabak, De Andere Cultures en De Industrie Ter Oostkust van Sumatra, Medan: TYP. Varekamp &
Co., 1928, hlm.
113
Kabanjahe melewati Seribu Dolok di Simalungun ke Danau Toba. Selain itu jalan
Pembangunan jalan raya ini tentu saja meningkatkan arus barang menjadi
4.1.2 JalurKeretaApi
137
R. Broersma, Oostkust van Sumatra: De Ontwikkeling van het Gewest, deel II, The
Hague: Charles Dixon Deventer, 1922, hlm. 263.
114
hasil perkebunan yang lebih banyak. Adanya kebijakan ini sehingga perusahaan
wilayah perkebunan.138
Eropah maupun ke Amerika. Kereta api berperan dalam transportasi baik dari
terhadap transportasi. Jaringan kereta api yang dibangun pada akhir abad ke 19
bertujuan untuk melayani ekonomi ekspor dan impor kolonial yang tumbuh
pesat.139 Realisasi pembangunan jaringan rel kereta api di Sumatera Timur, pada
awalnya difokuskan di tiga daerah yang meliputi daerah Deli, Serdang dan
kereta api karena kondisi tanah yang datar dan dekat dengan Kota Medan. 140
Selama 37 tahun yakni mulai dari tahun 1886 hingga 1937, Deli
138
Indera, “Pertumbuhan dan Perkembangan Deli Spoorweg Maatschappij, 1883-1940”
Tesis S-2, belum diterbitkan, Depok: Universitas Indonesia, 1996, hlm. 52.
139
Ibid.,hlm. 53.
140
Ibid.,hlm. 90.
115
Labuhan sepanjang 16,743 KM yang dibangun pada tahun 1886, Medan ke Binjai
Sepanjang 20,888 KM yang dibangun pada tahun 1887, Medan ke Deli Tua
Stabat ke Binjai sepanjang 22,428 KM, Stabat ke Tanjung Pura sepanjang 14,036
jalur ini dibangun pada tahun 1900, Selesei ke Kuala sepanjang 9,943 KM yang
dibangun pada tahun 1902, Bamban ke Rantau Laban sepanjang 10,680 KM yang
dibangun pada tahun 1903, Lubuk Pakam ke Bangun Purba sepanjang 27,936 KM
yang dibangun pada tahun 1904, Kampung Baru ke Arnhemia (Pancur Batu)
Deli Tua ke Batu sepanjang 3,035 KM yang dibangun pada tahun 1915,
Rantau Laban ke Tanjung Balai sepanjang 95,062 KM yang dibangun pada tahun
pada tahun 1916, Tanjung Balai ke Teluk Nibung sepanjang 5,132 KM yang
116
Peta 2.
Jaringan Jalan Raya dan Rel Kereta Api di Sumatera Timur yang
Menghubungkan Pelabuhan Belawan.
Sumber: Reitsma, S.A., “De Deli Spoorweg Maatschappij”, dalam Spoor- en Tramwegen
van 9 Mei 1933, Den Haag: Moorman‟s Periodieke Pers N.V., 1933.
141
Ibid., hlm. 90-110.
117
volume daya angkut yang banyak sehingga tidak berkali-kali mengangkut hasil
perkebunan, pembangunan rel kereta api juga memberi dampak positif bagi
Afdeling Deli en Serdang dengan mudah mengirim hasil panen ke pelabuhan yang
monopoli, yang tentu terkait dengan hak dan konsesi yang diberikan. Bagi pihak
pengusaha proses ini merupakan suatu jaminan hukum untuk melanjutkan proses
berhubungan dengan kapal, muatan dan jasa pelabuhan. KPM sebagai alat
142
Indera, op. cit., hlm. 69.
118
ekonomi yang hidup menurut tata urutan ekonomi. Proses kerjasama vertikal
merupakan pembentukan tata hukum mengenai hak dan status konsesi. Aturan
Komisarisnya yang bernama Peter Wilhem Janssen. Maka DSM memiliki hak
membangun jaringan rel kereta api Medan dan Labuhan Deli. Pada awalnya, Surat
Keputusan Gubernur ini diserahkan kepada Deli Maatshappij, akan tetapi Deli
mengambil alih pembangunan jaringan rel kereta api, dan berdasarkan Keputusan
hak dan konsesi untuk melakukan eksploitasi angkutan kereta api ke Pelabuhan
143
B. H. A. Van Kreel, Deli Data: 1863-1938, Amsterdam: Mededeeling No. 26 van het
Oostkust van Sumatra-Instituut, 1938, hlm. 5.
144
Indera, op. cit., hlm. 70.
119
Medan.145
ekonomi daerah. Penanaman modal pihak pengusaha kereta api terhadap jaringan
rel di wilayah Sumatera Timur akan menciptakan suatu tujuan ekonomi terhadap
di bawah ini:
Tabel 19.
Hasil-Hasil Perkebunan yang Diangkut Kereta Api ke Pelabuhan Belawan
Tahun 1888-1915 dalam Ton
145
Jacobus Weisfelt, De Deli Spooweg Maatshappij als Fator in de Economische
Ontwikkeling van de Oostkust van Sumarta, Rotterdam: Broder Offset NV, 1972, hlm. 183.
146
Indera, op. cit., hlm. 50.
120
121
Sumber: Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te
Belawan, Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114,
ANRI.
Dari data di atas, Perbandingan antara jumlah barang yang diekspor dan
impor lebih besar muatan impor. Besarnya jumlah impor dikarenakan pada akhir
abad ke 19 dan memasuki abad ke 20, wilayah Sumatera Timur baru berkembang
122
dengan jalan raya maupun rel kereta api. Wilayah-wilayah perkebunan sebagai
123
perdagangan dan pelayaran di Pantai Timur Sumatera. Tidak hanya itu, Pelabuhan
Belawan juga mampu bersaing di wilayah regional (wilaya Hindia Belanda dan
antar pulau). Hal ini berkat jaringan hinterland yang dimiliki Pelabuhan Belawan
penyangga.147
Belawan baru beroperasi, hampir 50% kargo yang diekspor melalui Pelabuhan
147
Christopher Airries, “Port-Centered Transport Development in Colonial North
Sumatra” dalam Indonesia,Vol. 59 (April 1995), hlm. 76-77.
124
perdagangan dimana dari 50% kargo yang diangkut dari Pelabuhan Belawan
Belaan adalah Tanjung Pura. Tanjung Pura merupakan pusat kekuasaan dari
Belawan. Hal ini dikarenakan Pelabuhan Belawan sebagai tempat transit dari
Malaya. Hubungan ini juga semakin kuat karena biasanya pelabuhan kecil selalu
melalukan koneksi transportasi dengan pelabuhan yang lebih besar. Hal ini
wilayah Sumatera Timur. Perdagangan dan pelayaran ini terus berlanjut hingga
tahun 1920-an.150
misalnya perusahaan swasta Jerman dan Inggris. Banyak pelayaran dari Jawa
148
Anonim, Medan in Woord en Beeld, Amsterdam: de Bussy, 1905, hlm. 6.
149
M. A. Loderichs, Medan Beeld van Een Stad, Amsterdam: Asia Maior, 1997, hlm. 17.
150
Christopher Airries,loc. cit.
125
Belanda, maka Belanda membuat peraturan tentang pelayaran yang salah satunya
adalah membentuk perusahaan pelayaran yang siap melayani rute seluruh Hindia
Belanda baik rute yang panjang maupun pendek. Pada tahun 1888, Belanda
sembilan tahun pembentukannya yakni pada 1907, KPM mampu mengontrol 23%
pelayaran jarak dekat di Pantai Timur Sumatera yang sebelumnya dilakukan oleh
dan pelayaran antara Asia dan Eropa masih dipegang oleh Inggris dan Jerman.
Pelabuhan Batavia. Hal ini tentu saja memperlama waktu pengiriman. Barulah
151
H. W. Dick, The Indonesian Interisland Shipping Industry: An Analysis of Competition
and Regulation, Singapura: ISEAS, 1987, hlm. 6.
126
atau dikenal dengan “The boom years” yakni kurun waktu antara tahun 1923
pedagangannya. Hal ini tidak telepas dari pengelolaan Pelabuhan Belawan yang
daftar foreland dari Pelabuhan Belawan. Penambahan itu tentu saja terkait dengan
melakukan pelayaran di Pelabuhan Belawan.154 Hal ini tidak terlepas dari peranan
152
W. H. M. Schadee, Gescheidenis van Sumatra Oostkust, Deel I, Amsterdam: Oostkust
van Sumatra Instituut, 1918, hlm. 243.
153
Christopher Airries,op. cit., hlm. 89.
154
Statistiek van de Scheepvaart in Nederlandsch-Indie over het Jaar 1937, Batavia: F. B.
Smits, 1938, hlm. 29-31.
155
G. Allen dan A. Donnithorne, Western Enterprise in Indonesia, London: Allen and
Unwin, 1962, hlm. 221-222.
127
menurun. Antara tahun 1932 hingga 1938 pelayaran dari Pelabuhan Belawan
lagi pengirimannya harus tansit ke Penang dan Singapura, karena jika transit akan
memperlama waktu pengiriman dan akan mengurangi kualitas barang itu sendiri.
Misalnya teh dan kopi, pengiriman harus segera dilakukan ke negara tujuan,
Pelabuhan Belawan adalah Tanjung Balai Asahan, Labuhan Bilik, dan pelabuhan-
Pelabuhan Belawan adalah karena di wilayah ini banyak perkebunan kelapa sawit.
Hasil panen pekebunan kelapa sawit dalam bentuk cairan (liquid) membutuhkan
bunker atau penyimpanan dalam bentuk tangki. Fasilitas yang lengkap dimiliki
oleh Pelabuhan Belawan adalah menyediakan bunker khusus untuk minyak kepala
adalah Pelabuhan Kualuh dan Bandar Chalipah tidak lagi melakukan hubungan
156
Christopher Airries,loc. cit.
157
Ibid.
128
sejak tahun 1938 menjadikan Pelabuhan Belawan sebagai pelabuhan transitnya. 158
Jika wilayah Asahan mengirim minyak kelapa sawit dengan transit telebih dahulu
minyak bumi dengan tujuan hanya sekedar transit atau mengisi bungker minyak
perkebunan maupun pertanian rakyat adalah karet, yang dibedakan atas karet
perkebunan (onderneming) dan karet rakyat, kelapa sawit, teh, kopi, gambir,
158
Jaarverslag van De Handelsvereeniging te Medan over het Jaar 1922, Medan:
Varekamp, 1923, hlm. 111.
159
J. De Waard, “De Oostkust Van Sumatra”, Tijdschrift voor Economische Geografie,
25, 8 (1934), hlm. 298.
129
kayu, rotan, getah perca dan sebagainya. Sektor perikanan merupakan hal yang
hasil olahan ikan adalah ikan asin, terasi, sirip ikan hiu dan lainnya.160
yang banyak dibutuhkan bagi kehidupan sehari-hari atau kebutuhan primer dan
hari atau kebutuhan primer adalah beras yang dibedakan atas Beras Siam, Beras
Rangoon, Beras Saigon, dan beras yang berasal dari Jawa. Selain beras kebutuhan
primer yang lainnya adalah sarden, mentega, keju, biskuit, susu, ikan, dan lainnya.
kawat, paku, besi, semen, triplek atau plat, serta perkakas alat-alat rumah tangga,
160
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het Jaar 1940, hlm. 139-147.
130
tembakau, pakaian, sarung, kelambu, benang, korek api dan lainnya. 161
seperti ban, mesin dan peralatan-peralatan perbaikan untuk mobil dan motor.
Selain itu, terdapat juga kebutuhan akan minuman-minuman keras seperti bir,
entreport wilayah Deli dan Serdang yang memiliki wilayah terluas perkebunan
perkebunan seperti truk pengangkut hasil panen, mangkuk lateks, alat kerja
pertanian, alat perkakas pabrik, perkakas tangan maupun mesin untuk memanen
tersebut meliputi kertas, alat-alat tulis, tinta, mesin ketik dan lainnya. Selain alat-
alat tulis, diperlukan juga barang-barang manufaktur seperti semen, besi, seng,
161
Ibid.,hlm. 48-74.
162
Ibid.,hlm. 87-96.
163
Ibid., hlm. 97-99.
131
pemerintahandanperumahan.164
ekspor dan impor bagi pihak perkebunan tentu saja melayani berbagai rute dengan
asal dan tujuan yang berbeda-beda. Pelayaran yang dilakukan melalui Pelabuhan
Belawan di dominasi oleh rute pelayaran yang tujuannya dari dan ke Singapura
maupun Penang. Hal ini disebabkan karena mengingat kedua tujuan ini
berbagai negara tujuan di Benua Asia, Eropah maupun Amerika. Tujuan ekspor
lainnya.
dengan tujuan seperti Belanda, Italia, Jerman, Inggris dan Denmark. Komoditas
164
Ibid.
132
tujuan yang harus transit di Penang dan Singapura. Transit ke Penang dan
Singapura adalah untuk keamanan pelayaran serta mengisi kebutuhan akan air dan
beras yang berasal dari Siam (Thailand), Myanmar, dan Vietnam serta ada
beberapa impor beras dari Pulau Jawa. Selain beras kebutuhan-kebutuhan hidup
Pelabuhan Belawan melalui Belanda secara langsung atau melalui Batavia sebagai
minuman keras dan korek api. Komoditas-komoditas ini dikirim dari negara-
165
Verslag van de Handelsverenigingte Medan 1940,op. cit., hlm.164-268.
133
Inggris, dan Kanada, Swiss, Spanyol, Portugal dan lainnya. Sama seperti
Singapura.166
impor.167
memungkinkan melakukan aktivitas ekspor dan impor dalam jumlah yang besar.
perdagangan yang dibebaskan cukai oleh pengelola. Setelah tiga tahun kemudian
166
Verslag van de Handelsverenigingte Medan 1940, op. cit., hlm. 48-100.
167
R. Broersma, “De Ontwikkeling van Den Handel in Oostkust van Sumatra”, Kolonial
Tijdshrift, 129, XI, 1920, hlm. 424.
134
dikenakan tarif. Selama tahun itu pula, Pelabuhan Belawan mulai dipadati oleh
itu sendiri. Karena kejadian ini, maka pemerintah meluaskan pelabuhan dengan
Seperti yang sudah dijelaskan pada sub bab sebelumnya, bahwa sebagian
Belawan juga mengekspor hasil olahan ikan, serta hasil-hasil yang di dapat dari
hutan ataupun hasil-hasil pertanian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
168
Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te Belawan,
Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114, ANRI.
169
R. Broersma, op. cit., hlm. 416.
135
Tahun
Komoditas
1914 1915 1916 1917 1918 1919 1920 1921 1922 1923 1924 1925 1926
Pinang 283.380 387.310 268.655 265.950 249.355 93.558 86.945 45.998 65.170 177.556 313.275 442.158 487.106
Kopra 418.890 479.030 400.250 381.322 436.436 692.370 2.124.594 1.114.122 2.214.199 2.121.015 2.606.477 3.490.714 3.007.815
Karet 4.851.562 9.085.943 14.598.563 20.252.111 19.445.447 - - 25.017.614 30.523.050 38.184.111 40.894.291 38.491.384 44.321.160
Tembakau 16.729.833 20.810.842 20.749.861 4.487.907 3.209.822 37.248.848 20.579.109 14.389.301 15.112.190 15.036.855 18.226.927 16.602.924 15.207.721
Rotan 3.398.071 4.517.462 2.851.261 2.806.550 1.812.229 8.536 5.056 6.118 2.835 - 173.895 167.623 92.587
136
Kopi 902.396 1.188.552 2.600.605 290.652 32.354 2.373.727 1.698.504 1.388.801 1.209.990 - 335.913 105.916 165.314
Sayuran - 791.380 2.138.457 3.456.755 1.774.482 - 1.818.154 2.277.865 1.648.270 2.786.450 1.360.793 3.592.173 -
Kelapa sawit - - - - - 180.685 359.698 2.459.451 2.544.287 11.437.115 1.036.924 3.318.193 9.776.674
Sumber: Data diolah dari tebitan berkala “Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over het Jaar 1918-1926”.
137
sampai tahun 1915. Berhentinya ekspor ikan asin di Pelabuhan Belawan karena
Balai, Labuhan Bilik, Tanjung Tiram dan lainnya. Kuantitas ekspor ikan asin di
telah dikenal berbagai tanaman keras lainnya seperti karet, kelapa sawit, teh,
serat/sisal dan lainnya. Alasan lain penurunan tersebut adalah banyak para
di luar wilayah Deli, Serdang dan Langkat. Kekecewaan tersebut beralasan karena
tumbuh di wilayah antara Sungai Ular dan Sungai Wampu. Karena alasan
170
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het Jaar 1940, hlm. 265.
138
tembalau.171
adalah kopi, berdasarkan data di atas, produksi kopi dari tahun ke tahun
kegagalan. Bebarengan dengan kopi, para planters juga menanam karet yang
industri otomotif di Eropah dan Amerika.172 Pada tabel 18, produksi karet yang
171
Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan Agraria di
Sumatera Timur 1863-1947, (terj. J. Rumbo) Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1985, hlm. 72-74.
172
Ibid., hlm. 74-76.
139
setiaptahunnya.173 Produksi gambir pada tahun 1908 sebesar 3,5 juta KG, namun
melalui Pelabuhan Tanjung Balai Asahan. Hal ini dipilih karena pertimbangan
ekonomis serta jarak yang lebih dekat jika harus dikirim ke Pelabuhan Belawan.174
kelapa sawit. Pada abad ke-19, kelapa sawit ditanam karena meningkatnya bahan
baku untuk memproduksi mentega dan sabun di Eropah dan Amerika, dengan
demikian berkembang pula industri ekspor kelapa sawit.175 Keadaan ini menarik
besar di Sumatera Timur. Sejak saat itu, wilayah Sumatera Timur menjadi salah
satu penghasil kelapa sawit yang terbesar di dunia disamping Afrika bahkan
173
J. Gordon Parker, Asahan Genuine Gambier, London: A. Runge & Co., 1913, hlm. 3.
174
Ibid.,hlm. 9.
175
Panangian, Panggabean “ Lahirnya Kota Medan Sebagai Pelabuhan Ekspor Hasil-hasil
Perkebunan 1863-1940” Tesis S-2 belum diterbitkan, Yogyakarta: Pascasarjana UGM, 1988,hlm.
72.
176
Ibid.,hlm 73.
140
fasilitas penyimpanan minyak kelapa sawit yang cukup layak sehingga dapat
adalah Deli Tanker Bedrijft.177 Untuk tahun-tahun berikutnya terutama awal tahun
1930-an produksi kelapa sawit yang dikirim melalui Pelabuhan Belawan terus
kelapa sawit, di Pelabuhan Belawan juga mengekspor hasil perkebunan teh. Teh
dikirim dengan moda kereta api dari perkebunan teh di Simalungun dan Asahan.
mengekspor hasil-hasil produksi pertanian dan hasil hutan seperti kopra, sayur
dan pinang serta rotan. Kopra banyak dihasilkan di daerah Batubara, hasil
produksi kopra dari tahun ke tahun juga mengalami peningkatan. Sementara untuk
pinang jumlah produksi masih mengalami fluktuasi. Untuk hasil hutan yakni rotan
dari tahun ke tahun terus mengalami penurunan. Hal yang tidak kalah penting dari
hasil pertanian adalah sayur. Sayur diangkut dari Tanah Karo dan diekspor di
177
MvO Gouverneur Oostkust van Sumatra, C. J. van Kempen, 02 Agustus 1924-01 Juli
1928, hlm. 397.
141
Tahun
Komo
ditas
1927 1928 1929 1930 1931 1932 1933 1934 1935 1936 1937 1938 1939 1940
Pinan 310.312 229.635 352.492 386.161 200.232 64.749 95.424 83.078 393.808 664.487 645.981 751.430 955.718 547.565
g
Kopra 3.068.692 3.741.811 4.223.407 2.213.759 2.520.454 3.288.508 3.364.564 2.507.604 2.313.896 - 1.514.789 1.848.315 1.896.711 728.393
Karet 51.407.054 54.508.845 68.570.734 58.230.456 67.376.079 55.221.011 62.322.489 60.968.081 67.241.596 58.217.736 77.715.519 75.816.062 70.882.227 111.852.552
Teh 6.650.503 7.186.938 8.346.572 8.578.313 10.149.658 11.284.456 9.269.945 9.029.233 8.331.451 9.366.901 9.366.901 9.959.596 10.054.117 9.146.499
142
Serat 27.902.818 26.345.450 32.264.094 40.220.684 42.355.075 54.213.487 61.585.148 37.522.095 57.092.174 40.006.451 50.698.455 49.792.560 62.119.785 52.105.942
Sumber: Data diolah dari tebitan berkala “Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over het Jaar 1918-1926”.
143
krisis ekonomi dunia atau lebih dikenal dengan malaise. Walaupun terjadi krisis
ekonomi di dunia yang tentu saja berdampak pada perekonomian Hindia Belanda
termasuk Sumatea Timur, namun tidak membawa dampak berarti bagi komoditas-
komoditas perkebunan seperti karet, kopra, teh, kelapa sawit dan sisal. Dari tahun-
sebesar kurang lebih 5%, meskipun pada tahun 1930 dan 1932 karet menurun
ekonomi dunia adalah kelapa sawit, teh dan sisal atau serat. Ketiga komoditas ini
dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan. Misalnya untuk komoditas teh,
peningkatan kurang lebih sebesar 17%. Untuk kelapa sawit, setiap tahunnya
mengalami peningkatan kurang lebih sebesar 27%. Untuk tembakau, data antara
tahun 1929 hingga 1937 tidak dihitung dalam kilogram. Mulai tahun 1929,
tembakau mulai dihitung dalam bal, sehingga untuk pengiriman tembakau tidak
Untuk pinang dan kopra yang merupakan hasil pertanian rakyat kedua
komoditas ini mengalami fluktuasi terutama pada antara tahun 1930 hingga tahun
1934. Dalam kurun waktu lima tahun jumlah komoditas mengalami penurunan
karena terjadinya krisis ekonomi. Akan tetapi setelah tahun 1935, jumlah produksi
145
tahun menjelang Perang Dunia II. Gejolak ekonomi tentu saja mempengaruhi
perdagangan di dunia.
Tabel 22.
Barang-barang Impor atau Komoditas yang Diimpor di Pelabuhan Belawan
tahun 1931-1935
Komoditas/
Satuan 1931 1932 1933 1934 1935
Barang
146
adalah kebutuhan sehari-hari seperti beras, ikan asin, tepung dan minyak kelapa.
Kentuhan yang lain adalah kebutuhan untuk keperluan perkebunan dan rumah
tangga seperti atap, manufaktur, semen dan pupuk. Jika dilihat dari jumlah
kuantitas maupun nilainya, setiap tahunnya jumlah dan nilai impor di Pelabuhan
ekonomi dunia yang belum stabil dan keadaan keamanan politik dunia yang
masing komoditas atau barang yang diekspor dan impor, maka pada tabel 21 akan
membahas volume dan nilai ekspor dan impor di Pelabuhan Belawan. Berikut
adalah tabel yang menyajikan volume dan nilai ekspor dan impor dari dan ke
Tabel 23.
Volume dan Nilai Ekspor dan Impor dari dan ke Pelabuhan Belawan
Tahun 1914-1940
147
1919 75.264 - - - - -
1920 54.037 - - - - -
1921 53.035 - - - - -
148
Sumber: Data-data dalam tabel di atas disusun dan diolah berdasarkan sumber
dari Departement Der B.O.W Mededeelingen en Rapporten,
“Nederlandsch-Indishe Havens”, Deel I, Februari 1920; Jaarverslag der
Haven Belawan 1925; dan Verslag den Handelsvereeniging te Medan
Over Het Jaar 1918-1940.
Belawan secara mencolok baru mulai terjadi tahun 1930 dan terus-menerus
ekspor dan impor melalui Pelabuhan Belawan, dapat diketahui baha sampai
sebelum terjadinya krisis ekonomi tahun 1930, telah terjadi pertumbuhan ekonomi
yang positi di Sumatera Timur. Pada periode ini juga banyak perusahaan
Timur sebagai akibat dari depresi ekonomi 1930 atau krisis ekonomi malaise,
daya beli hasil perkbunan menurun drastis. Dari data di atas juga, pada tahun 1930
149
bab ini akan dibahas terlebih dahulu mengenai Pelabuhan Belawan ditetapkan
Amerika.
150
maka banyak pula hasil produksi yang dihasilkan. Hasil produksi perkebunan
industri perkebunan.
salah satu pelabuhan tersibuk di Hindia Belanda. 178 Banyak kapal-kapal yang
waktu yang lama. Atas keadaan ini, Komisi Pemerintaan yang beranggotakan Van
Goor, Wenckebach dan van Stipriaan Luiscius serta perwakilan dari Direktur
178
T. Volker, Van Oerbosch Tot Cultuurgebied: Een Schets van de Betekenis van De
Tabak, De Andere Cultures en De Industrie Ter Oostkust van Sumatra, Medan: TYP. Varekamp &
Co., 1928, hlm. 256.
151
memenuhi kriteria.179
Timur dan Aceh. Selain itu, pemilihan tempat ini merupakan alasan politik yakni
Telauk Aru maka perdagangan akan tumbuh dengan pesat. Hal yang dapat
meyakinkan lagi adalah terdapat pusat ekploitasi minyak bumi di Langkat yang
dekat jaraknya dengan Teluk Aru. Jika pihak DSM berkenan untuk membangun
dapat dipastikan Teluk Aru menjadi pusat perdagangan dan pelayaran di Sumatera
Timur.180
lokasi, iklim dan gelombang di Teluk Aru. Selain itu, komisi ini juga bertugas
152
samudera di Teluk Aru dengan panjang dermaga 180 meter untuk pelayaran
samudera yang terhubung langsung dengan jalur kereta api. Jalan-jalan menuju
DSM, BPM dan Atjehtram Mij. Meskipun demikian, Pemerintah Hindia Belanda
tetap mengkaji ulang rancangan yang telah dibuat oleh anggota “Aroebaai-
Kraus dan De Jongh. Isi dari telegraf tersebut adalah Gubernur Jenderal
181
Medeelingen en Rapporten, Nederlandsch-Indisch Haven, Havenwezen No. 5, Deel I,
Batavia: Departement der Burgerlijke Openbare Werken, 1920, hlm. 70-71.
182
Wouter Cool, op. cit., hlm. 6-7.
153
samudera, Insinyur Kraus dan De Jongh kemudian memutuskan bahwa yang ocok
Teluk Aru tidak dipilih karena letaknya yang jauh dari pusat pemerintahan
Timur. Selain itu, jika membangun ulang pelabuhan, maka membutuhkan biaya
yang besar dan proses pembangunannya juga memakan waktu yang lama
samudera, maka Insinyur Kraus dan De Jongh memberi saran perlu dilakukan
perluasan di Pelabuhan Belawan. Saran ini diberikan oleh Insinyur Kraus dan De
Jongh karena setelah melihat keadaan Pelabuhan Belawan yang letaknya berada di
muara, maka diperlukan perluasan disisi utara-timur yang dekat dengan pantai.
Selain saran untuk dilakukan perluasan pelabuhan, Insinyur Kraus dan De Jongh
183
Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te Belawan,
Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114, ANRI.
184
Medeelingen en Rapporten, op. cit., hlm. 72.
185
Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te Belawan,
Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114, ANRI.
154
penampungan air.
pelabuhan.
(4). Perlu menaikkan tarif pada muatan kapal tertentu dengan kriteria
186
Wouter Cool, op. cit., hlm. 7-8.
155
membangunnya sebagai pelabuhan terlebih lagi letaknya yang tidak jauh dari
187
Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een Oceanhaven te Belawan,
Algemene Seretarie Groote Bundel Besluiten, No. 2114, ANRI.
188
Wouter Cool, op. cit., hlm. 7-8.
156
Hal yang paling penting yang tidak dapat diabaikan alasan penetapan
transito di Selat Malaka. Kesuksesan ini tidak terlepas dari suksesnya Inggris
Singapura, kemudian transit ke Pelabuhan Belawan. Hal ini tentu saja dapat
menekan ketergantungan tidak transit ke Penang dan Singapura sebesar 7%. 190
189
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het Jaar 1920, hlm. 162.
190
Christopher Airries, “Port-Centered Transport Development in Colonial North
Sumatra” dalam Indonesia,Vol. 59 (April 1995), hlm. 76-77.
157
Belawan adalah sepanjang 400 meter. Total dari perluasan Pelabuhan Samudera
Belawan adalah 35.000 M2. Terusan di Pelabuhan Belawan yang dibangun untuk
dan kedalaman dari terusan tersebut adalah 26 sampai 30 meter. Di terusan yang
191
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het Jaar 1920, hlm. 170-171.
158
Sumber: Kaart van Haven Belawan, Inventaris Arsip Algemene Secretarie Grote Bundel Besluiten No. 7158, ANRI.
159
penerangan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Total 19.000.000
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het Jaar 1920, hlm.
171.
Dari tabel di atas, anggaran yang paling besar adalah untuk pembangunan
yang membutuhkan dana besar adalah pemasangan tegel pada dermaga sebesar ƒ
160
kapal.192
Departemen B.O.W. Misalnya pada tahun 1918, pengawas dari dinas urusan
dengan dilengkapi tiang-tiang yang terbuat dari besi maupun kayu, serta tiang-
tiang tersebut diberi atap dan seng. F. A. W. Mijneken beserta asistennya, Ali Sati
192
Wouter Cool, op. cit., hlm. 26.
161
Tiga tahun kemudian yakni pada tahun 1921, tiga lapangan terbuka
kembali dibangun yang terletak di sebelah utara dari Pulau Belawan. 194 Pada tahun
Ramainya aktivitas tentu harus sejalan dengan luasnya pelabuhan, untuk itu
193
Nota van Afijkingen in het Ontwerp: “Het Uitbreiden van de Watervoorziening op het
Havenemplacement te Belawan”, Inventaris Arsip BOW 1914-1942, No. 3223, ANRI.
194
F. J. J. Dootjes, Kroniek 1931, Amsterdam: Oostkust van Sumatra Instituut, 1932, hlm.
131.
195
Bestek en Voorwarden, Waarnaar Zal Worden Aanbesteed Het Bouwen van Een
Loods Aan de Oceaankade te Belaan op den Haven an Belawan, Weltevreden: Landsdrukkerij,
1924, hlm. 1-4.
162
163
Sumber:Christopher Airries, “Port-Centered Transport Development in Colonial North Sumatra” dalam Indonesia,Vol. 59 (April 1995)
164
sawit dan minyak bumi. Pembangunan ini dikarenakan pada tahun 1920-an
sawit yang tentu saja menggunakan moda kereta api untuk mengantarkannya ke
Pelabuhan Belawan.
Sumatera Timur. Pada periode tahun tersebut, dikenal dengan “economic boom”
terutama karet dan minyak kelapa sawit. 196 Bertambahnya komoditas secara
196
Thee Kian-Wie, Plantation Agriculture and Export Growth: An Economic History of
East Sumatra, 1863-1942, Jakarta: LEKNAS-LIPI, 1977, hlm. 90.
165
internasional yang selama ini terkendala ruang. 197 Pada tahun itu juga, jalan dan
kaki dan luas ini bertambah enam kali lipat dari lapangan penumpukan terbuka
dilakukan, namun pada kenyataannya Pelabuhan Belawan tetap saja tidak dapat
Belawan secara langsung. Setelah melihat kondisi Pelabuhan Belawan cukup pada
dan perlu dilakukan perluasan lagi, maka Direktur B.O.W bersama dengan
197
F. J. J. Dootjes, loc. cit.
198
MvO Sumatra’s Oostkust Gubernur L.H.W. van Sandick 1928-1930, hlm. 128.
166
2 Jalan 50.000
4 Kran 15.000
5 Perkantoran 50.000
7 Ongkos 50.000
Total 370.000
di Pelabuhan Belawan pada tahun 1930 adalah sebesar 370.000 gulden. Jumlah ini
duane dan ruang tunggu dekat dengan dermaga.200 Selain perkantoran, yang
mengalami kerusakan dan perlu untuk pembangunan baru adalah pondok bagi kuli
167
kuli melakukan bongkar muat barang. Total luas keseluruhan kompleks, pondok-
pondok bagi kuli di Pelabuhan Belawan adalah 4.500 meter persegi. 201
yang perlu dilakukan adalah perawatan. Perawatan dilakukan agar fasilitas tetap
Pelabuhan Belawan terdiri dari perawatan selokan atau saluran pembuangan air,
perawatan jalan, dan lainnya. 202 Berikut adalah anggaran perawatan fasilitas di
Total 26.600
dengan perawatan dan perbaikan yang dibutuhkan. Total biaya perbaikan yang
201
Nota van Toelichting Behoorende bij het Ontwerp Het Inrichten van een
Koelieoonkwartier, Inventaris Arsip BOW No. 12114, ANRI.
202
Begrooting van Kosten tot het Herstellen en verbeteren te Belawan Dienstjaar 1939,
Inventaris Arsip BOW No. 12125, ANRI.
168
pelabuhan.
terpusat di Pelabuhan Belawan. Hal ini didukung karena terintegrasinya jalur rel
Belawan. Terintegrasinya jalur kereta api ini tentu saja menguntungkan Pelabuhan
api. Selain itu, fasilitas yang lengkap juga menjadi pertimbangan perusahaan
hasil-hasil perkebunan.
Belawan sebagai pusat impor di Sumatera Timur adalah terkoneksinya jalur kereta
169
Timur.
lainnya adalah kurang lebih sebesar 65%, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Total Impor
Total Impor di
Total Impor di Pelabuhan-
Tahun Pelabuhan Persentase
Sumatera Timur Pelabuhan
Belawan
Kecil
170
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1940, hlm.
113.
hingga tahun 1940 hanya 58,79%. Penurunan persentase ini akibat dampak dari
dalam bentuk nilainya. Persentase ini dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Total Impor
Total Impor di
Total Impor di Pelabuhan-
Tahun Pelabuhan Persentase
Sumatera Timur Pelabuhan
Belawan
Kecil
171
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1940, hlm.
111.
lainnya adalah sebesar 74,34% pada tahun 1940. Secara keseluruhan, jika dihitung
172
Timur. Beras diimpor dari Birma, Siam dan wilayah lainnya di Hindia Belanda.203
Selain nilai dan volume impor, dapat juga dilihat pada volume ekspor
Timur jika dirata-ratakan adalah sebesa kurang lebih 50%. Perbandingan ini tentu
Pelabuhan Labuhan Bilik yang cukup banyak terdapat pekebunan kelapa sawit
dan karet. Lain halnya dengan Pelabuhan Pangkalan Berandan yang letaknya
tidak jauh dari pusat eksploitasi pertambangan minyak bumi yang dikelola oleh
Total Ekspor
Total Ekspor di
Total Ekspor di Pelabuhan-
Tahun Pelabuhan Persentase
Sumatera Timur Pelabuhan
Belawan
Kecil
203
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1940, hlm. 112.
204
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1925, hlm. 110-111.
173
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1925, hlm.
110-111.
fluktuasi. Penyebab fluktuasi tersebut adalah karena, pertama, antara tahhun 1914-
Belawan sedang dipeluas untuk menjadi pelabuan samudera.205 Baru pada tahun
205
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1925, hlm. 111.
174
bukti itu juga dapat dilihat pada data perbandingan pelayaran antara Pelabuhan
175
Sumber: Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1928, hlm.
222.
pelabuhan kecil lainnya di Sumatera Timur adalah sebesar kurang lebih 70%.
peningkatan, persentase antara tahun 1921 hingga 1928 adalah lebih dari 72%.
Hal itu terjadi setelah Pelabuhan Belawan ditetapkan sebagai pelabuhan samudera
barang.
Sumatera Timur tidak terlepas dari peran pemerintah. Peran pemerintah yang
176
Pelabuhan Belawan harus dapat berkerjasama dengan baik yang bertujuan untuk
177
sebatas asal dapat melakukan eksploitasi saja. Sudah barang tentu pengelolaan
yang datang, dan juga menjadi penghalang struktural bagi setiap upaya untuk
bedriftshavens yang memiliki masa depan cukup banyak dan tersebar di berbagai
wilayah di Hindia Belanda di satu pihak, dan terbatasnya ahli-ahli pelabuhan yang
dimiliki oleh pemerintah Kolonial Belanda di lain pihak, maka dibentuk resort
enam resort ini disesuaikan dengan jumlah pelabuhan besar yang ditunjuk menjadi
206
Nederlandsch-Indische Havens, Deel I, Departement Der Burgerlijke Openbare
Werken, Mededeelingen en Rapporten (Batavia, 1921), hlm. 137.
207
Staatsblad van Nederlandsch-Indie 1924 No. 378.
178
Berandan, Batubara, Labuhan Bilik, dan lainnya. Rute-rute ini dilakukan dengan
rutin secara periodik. Jaringan ini terus terjadi karena Pelabuhan Belawan
khusus untuk transaksi jual beli atap. Atap dibutuhkan di Deli karena
kapal-kapal uap yang berukuran besar. Selain kapal uap, terdapat banyak
mengangkut atap nipah dan kayu-kayu bulat yang kemudian dikirim ke daerah-
179
adalah untuk kebutuhan rumah maupun bangsal untuk pemeraman tembakau yang
794 ton.208
Selain atap, jaringan pelayaran lokal juga terbentuk karena impor ikan
asin dan beras ke Pelabuhan Belawan. Impor ikan asin ke Pelabuhan Belawan
Balai Asahan dan Bagan Siapi-api. Sama seperti halnya dengan pelayaran lokal,
pelayaran antar pulau atau regional di Pelabuhan Belawan terjalin akibat adanya
kegitan ekspor dan impor. Impor dari luar wilayah Sumatera Timur biasanya
terdiri dari beras, tepung, ikan asin, garam dan komoditas-komoditas lainnya.
208
Anonim, “Aanvullingsnota van Toelichting Betreffende het Landschap Asahan” dalam
Tijdschrift voor Indische Taal, Land, en Volkenkunde van Bataviasch Genootschap, Deel LIII,
Batavia: Albrecht&co dan Deen Haag: Martinus Nijhoff, 1911, hlm. 398-399.
209
Parada Harahap, Dari Pantai ke Pantai: Perdjalanan ke Sumatra October-Dec. 1925-
Maart-April 1926, Weltevreden: Bintang Hindia, 1926, hlm. 204-205.
180
pergi.
10. Belawan – Singapura – Jawa – Maluku dan rute ini secara periodik
210
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1920, hlm. 169.
181
Jaringan pelayaran di atas tidak hanya untuk keperluan ekspor dan impor
perdagangan baik ekspor maupun impor untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
Tabel 32. Jumlah Kapal Antar Pulau yang Datang dan Berangkat dari dan
ke Pelabuhan Belawan ke Berbagai Pulai di Hindia Belanda
Tahun 1899-1911
Datang Berangkat
Nama
No. Jumlah Muatan Jumlah Muatan
Kota/Pelabuhan
Kapal (M3) Kapal (M3)
Kalimantan Timur
5 - - 4 3793
dan Selatan
pergi dari dan ke Pelabuhan Belawan dalam rangka pelayaran antar pulau,
mempunyai tujuan dan berasal dari berbagai pulau di wilayah Hindia Belanda.
182
1. Aceh
2. Riau
3. Kwala Gaung
4. Palembang
5. Jawa dan Madura
Kemudian berdasarkan banyaknya kapal yang berangkat dai Pelabuhan
Belawan ke beberapa wilayah atau pulau, maka dapat disusun sebagai berikut:
1. Aceh
2. Riau
3. Kwala Gaung
4. Jawa dan Madura
5. Palembang
6. Kalimantan Timur dan Selatan
7. Bali dan Lombok
pulau di Pelabuhan Belawan, berikut ini disajikan tabel 32 yang berisikan rute
serta jumlah kapal dan muatan kapal-kapal yang melakukan pelayaran antara
183
Rute Pelayaran
J.K M3 J.K M3 J.K M3 J.K M3 J.K M3 J.K M3 J.K M3 J.K M3 J.K M3 J.K M3
Belawan – Batavia
24 41.814 13 26.249 - - 63 148.986 13 30.567 12 36.228 13 40.086 20 46.763 55 167.695 18 47.650
via Muntok dan
Riau
184
- - - - - - 1 2.858 - - - - - - - - - - - -
Belawan – Riau
Belawan – Muntok
- - - - - - - - - - - - - - - - - - 41 83.530
– Palembang –
Singapura
185
Keterangan:
J.K = Jumlah kapal
M3 = Muatan dalam M3
186
Batavia, dapat dilalui dengan rute-rute seperti Belawan – Batavia via Muntok dan
Amerika membuat Belawan menjadi salah satu pelabuhan yang tumbuh di Hindia
dibangun oleh tiga negara yang memiliki industri pelayaran di dunia seperti
211
F. J. J. Dootjes, Kroniek 1936, Amsterdam: Oostkust van Sumatra Instituut, 1937, hlm.
156.
187
perusahaan partikulir milik Inggris dan Jerman. Selain itu, untuk pelayaran
Singapura.212
milik pemerintah yakni KPM. Pembukaan rute ini merupakan upaya Pemerintah
Hindia Belanda untuk menyaingi Inggris yang telah maju industri pelayarannya. 213
semakin bertambah ramai. Sebelumnya hanya beberapa negara saja yang menjalin
212
W. H. M. Schadee, Kroniek 1916, Amsterdam: J. H. De Bussy, 1917, hlm. 76-77.
213
Ibid., hlm. 78.
188
Tahun Belanda Inggris Jerman Amerika Denmark Jepang Norwegia Cina Swedia
189
Sumber: Data diolah dari beberapa sumber seperti MvO Gouverneur der Oostkust van Sumatra, JHR. B. C. C. M. M. van Suchtelen,
MvO van den Assistent Resident van Deli en Serdang, S. Bouman, van 15 Sept. 1927 – 01 Dec. 1929,Verslag van de
Handelsvereeniging te Medan over het jaar 1940.
190
yang melakukan pelayaran dari dan ke Pelabuhan Belawan. Negara-negara yang sering
mengunjungi Pelabuhan Belawan adalah Belanda dan Inggris. Kedua negara tersebut
Belawan setiap tahunnya. Meskipun demikian, negera-negara lainnya juga secara rutin
mengunjungi Pelabuhan Belawan juga seperti Jeman, Amerika dan Jepang. Negara-
negara di Eropah bagian utara seperti Denmark, Swedia, dan Norwegia juga turut andil
diperhatikan, data statistik kunjungan kapal antara Belanda dan Inggris pada tahun
1922-1923, kapal-kapal yang berasal dari Inggris ke Pelabuhan Belawan lebih besar
jumlahnya. Akan tetapi, setelah tahun 1924 hingga 1935, kunjungan kapal-kapal dari
Belanda meningkat hingga 500% lebih. Ini menandakan bahwa Belanda mulai
Belawan, berkaitan dengan diberikannya hak monopoli pada perusahaan pelayaran dan
kawasan Selat Malaka. Menangkap peluang tersebut, KPM terus meluaskan usaha
pelayaran yang cukup besar di Belanda dan Hindia Belanda adalah Rotterdamshe Llyod.
214
J. N. F. M. a Campo, De Koninklijke Paketvaat Maatschappij: Stoomvaart en Staatsvorming
in de Indonesische Archipel 1888-1914, Hiversum: Verloren, 1992, hlm. 339-340.
191
asing yang melakukan pelayaran dari dan ke Pelabuhan Belawan. Perusahaan pelayaran
asing tersebut mengambil kargo hasil-hasil pekebunan dan juga mengimpor kebutuhan-
Sedikitnya tedapat kurang lebih 30 perusahaan pelayaran yang secara periodik datang
dan pergi ke dan dari Pelabuhan Belawan. Selain perusahaan asing, terdapat juga
perusahaan lokal Hindia Belanda yang juga melayani rute pelayaran internasional,
untuk lebih jelasnya perusahaan-perusahaan pelayaran dapat dilihat pada tabel di bawah
ini:
215
F. J. J. Dootjes, 1937, op. cit., hlm. 156.
192
193
Silver Line
A. Weir
Prince Line
West Australia J. S.
H.A.P.A.G
D.A.D.G
194
U. Kanashire
M. Jabsen Ltd.
A/F Klaveness
Silver J. P (Chart.)
Klaveness (Chart.)
Sumber: Diolah dari berbagai sumber seperti Jaarverslag der Haven Belawan 1925,
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over het Jaar 1940.
195
perusahaan pelayaran, 9. Cekoslovakia, 10. Belgia, 11. Siam dan 12. Italia yang masing-
Banyaknya perusahaan pelayaran yang pernah datang dan berangkat dari dan
aktivitas ekspor dan impor. Jaringan pelayaran yang melibatkan negara-negara Eropah
bagian utara seperti Norwegia dan Denmarktercipta karena adanya kegiatan ekspor dan
impor. Misalnya dari Norwegia, mengimpor beberapa barang seperti korek api,
minuman keras, begitu juga dengan negera-negara Eropah dan Amerika lainnya. Dari
negara Eropah, Amerika dan Asia. Selain itu, diekspor juga minyak bumi dari
Pelabuhan Belawan.216
misalnya dilakukan oleh KPM yang diserahkan oleh anak perusahaannya seperti New
216
Verslag van de Handelsvereeniging te Medan Over het Jaar 1940, hlm. 117-127.
196
Harapan (Afrika Selatan) dan Amerika Selatan yang berakhir di Amerika Utara.217
Rute yang tidak kalah penting lainnya adalah rute pelayaran antara Pelabuhan
Belawan dengan Jepang secara langsung. Pelayaran ini dioperasikan oleh perusahaan-
Lloyd. Tujuan akhir dari pelayaran yang dilakukan oleh perusahaan ini adalah Bremen,
Jerman.219
38,5% dan NDL sebesar 23%. Persaingan ini tentu saja mewakili negara asal
Inggris, sedangkan NDL mewakili Jerman. Pada tahun 1909, persaingan terus berlanjut
217
J. N. F. M. a Campo, op. cit., hlm. 293-294.
218
Jaarverslag der Haven Belawan 1925, hlm. 32.
219
Ibid., hlm. 280.
220
Ibid., hlm. 278.
197
perusahaan ini melayani pelayaran dari Pelabuhan Belawan ke Eropah Timur melalui
Inggris dan Jepang. Selain keempat perusahaan tersebut terdapat juga perusahaan-
perusahaan Belanda yang melakukan hal serupa yakni melayani rute Eropah Timur
Nederland (SMN).221
Hamburg – Amerika, pembukaan rute ini dipelopori oleh perusahaan pelayaran Deutsch
ini telah melakukan pelayaran sebanyak 21 dengan rute Belawan – Jawa – Bali dan
Sementara itu, sejak 1892 KPM berhasil menjalin hubungan dengan membuka
221
F. J. J. Dootjes, 1937, op. cit., hlm. 155-156.
222
F. J. J. Dootjes, Kroniek 1937, Amsterdam: Oostkust van Sumatra Instituut, 1938, hlm. 144.
198
Swatow – Amoy. Khusus untuk impor beras di Sumatera Timur, maka dibukalah rute-
rute yang menghubungan dengan daerah penghasil beras seperti Birma, sehingga rute
yang dibuka disebut dengan Rute Rangoon. Pada Januari 1937, dibuka juga rute
Belawan – Saigon – Jawa – Noumea – Selandia Baru yang secara rutin mengunjungi
Seperti yang telah dijelaskan di atas, bahwa jaringan pelayaran ada karena
adanya aktivitas ekspor dan impor. Kapal-kapal yang datang dan berangkat tentu saja
akan mewakili perusahaan dan negara tempat perusahaan itu berdiri. Tabel 35 di bawah
ini akan merinci jumlah kapal pelayaran internasional yang datang dan pergi beserta
muatannya dari dan ke Pelabuhan Belawan dalam kurun waktu 1904 hingga 1937
sebagai berikut:
Datang Berangkat
Tahun Jumlah Jumlah
Muatan (M3) Muatan (M3)
Kapal Kapal
223
Ibid., hlm. 145.
199
200
Berdasakan keteranan pada tabel di atas, sejak tahun 1915 jumlah kapal yang
datang sangat fluktuatif. Fluktuatifnya jumlah kapal yang datang ke Pelabuhan Belawan
karena ukuran kapal yang tidak dapat ditebak seberapa besar muatannya. Semakin besar
bentuk kapal maka semakin besar pula jumlah tonnasenya. Dari pernyataan tersebut
dapat dicermati karena perindustrian kapal uap dan kapal partikelir sedang berkembang.
Kedua kapal tersebut mampu mengangkut barang dalam jumlah yang besar. 224 Tidak
mengherankan apabila fluktuatifnya jumlah kapal yang datang, tidak diikuti dengan
jumlah kapal yang berangkat selalu mengalami fluktuatif. Akan tetapi, volume muatan
kapal dari tahun ke tahun terus bertambah hingga tahun 1929. Data kapal-kapal yang
berangkat meninggalkan Pelabuhan Belawan pada tahun 1930 hingga 1937 tidak dapat
dihimpun karena dalam laporan statistik yang terbit setiap tahunnya juga tidak terdapat
data yang pasti berapa jumlah kapal-kapal yang berangkat dan berapa muatannya.
224
Chr. Nooteboom, De Inlandsche Scheepvaart, Amsterdam: Koninklijke Vereeniging
Koloniaal Institute, 1933, hlm. 7.
201
KESIMPULAN
Suatu tempat yang ideal bagi pelabuhan adalah letaknya yang agak menjorok
ke dalam sungai atau terletak pada muara pertemuan dua sungai. Pada posisi tesebutlah
banyak lokasi pelabuhan tadisional berada seperti Labuhan Deli. Labuhan Deli awalnya
adalah tempat dimana para pedagang berkumpul menukarkan barangnya dengan barang
yang lain. Keadaan ini lambat laun menjadi besar dan karena ada kekuasaan, maka
Labuhan Deli menjadi bandar yang letaknya menjorok jauh dari muara. Labuhan Deli
terus befungsi sebagai pelabuhan sampai masa kolonial Belanda hingga akhirnya
Alasan pemindahan adalah karena Labuhan Deli tidak ideal untuk pelayaran
yang terus terjadi. Selain itu, alasan pemindahan Labuhan Deli adalah karena faktor
yang mampu menampung hasil-hasil panen perkebunan dalam jumlah yang besar.
Labuhan Deli dirasa tidak cukup menampung sehingga membutuhkan tempat yang
baru.Selain alasan geografis dan ekonomis, pemindahan Labuhan Deli juga ada
kaitannya dengan alasan politis yakni, berpindahnya pusat kekuasaan dari Labuhan Deli
202
di Labuhan Deli.
Sungai Belawan dan Sungai Deli. Pemilihan tempat ini diawali dengan studi kelayakan.
Alasan pemilihan tempat ini karena arus gelombang yang kecil, terhindar dari hembusan
angin yang kencang, dan kontur tanah yang padat. Setelah beroperasi, Pelabuhan
Belawan dikelola sesuai dengan manajemen pelabuhan yang ada di Belanda. Dari tahun
ke tahun Pelabuhan Belawan terus dilakukan perluasan karena memang setiap tahunnya
Kemajuan yang pesat ini tidak terlepas dari peranan wilayah penyangga dari Pelabuhan
Belawan yakni wilayah pedalaman (hinterland) dan wilayah seberang (foreland). Kedua
wilayah penyanga ini secara tidak langsung telah membuat Pelabuhan Belawan menjadi
perkebunan yang sebagian besar terkoneksi dengan jalur kereta api sehingga
Sumatera Timur dan dua pelabuhan transit internasional yakni Penang dan Singapura.
Letaknya yang berada pada salah satu jalur lalu lintas tersibuk di dunia saat itu,
203
Keadaan yang demikian semakin meningkatkan aktivitas ekspor dan impor. Tujuan
ekspor dan impor dari Pelabuhan Belawan adalah negera-negara Eropah dan Amerika
serta sebagian Asia dan Afrika. Padatnya aktivitas pelayaran dan perdaangan di
Sumatera Timur. Ini dapat dibuktikan dengan persentase impor, ekspor dan pelayaran.
lainnya adalah berkisar pada 40-70%. Tentu saja konsentrasi ini cukup besar karena
berkisar 70%. Dari kedua persentase tersebut membuktikan bahwa benar Pelabuhan
pelayaran internasional yang lebih banyak lagi. Melihat keadaan ini akhirnya
pelabuhan samudera di Sumatera Timur. Komite yang telah dibentuk kemudian memilih
beberapa tempat yang cocok untuk di jadikan pelabuhan samuder sepeti Langsa, Teluk
204
Rotterdam, maka yang dipilih menjadi pelabuhan samudera di Sumatera Timur adalah
Pelabuhan Belawan dengan syarat harus dapat terlepas dari cengkraman perusahaan
DSMdan dilakukan perluasan pelabuhan yang berhadapan langsung dengan laut. Alasan
menampung aktivitas eksor impor dan pelayaran yang sudah mulai padat sehingga
sebagai pelabuhan samudera maka diharapkan dapat menyaingi pelabuhan transit milik
Hal ini terlihat dari kebijakan pemerintah yang memberi izin konsesi kepada
pelabuhan kecil lainnya di Sumatera umumnya dan Sumatera Timur khususnya. Selain
Belawan sebagai pelabuhan samudera, maka kapal-kapal terutama milik Belanda dari
pelabuhan lainnya di Sumatera Timur tidak diwajibkan untuk transit di kedua pelabuhan
yang dikelola oleh Inggris. Terbukti bahwa sejak kebijakan tersebut dikeluarkan
Pelabuhan Belawan menjadi pelabuhan transit banyak kapal-kapal yang berlayar dari
tersebut, maka dapat menekan ketergantunan akan transit di Penang dan Singapura
205
pelayaran antar pulau atau regional yang meliputi jaringan pelayaran antar pulau-pulau
di benua Eropah, Amerika, Afrika dan Asia. Pelayaran lokal dan regional di Pelabuhan
Belawan merupakan satu kesatuan, artinya rute pelayaran regional pasti melalui
banyak wilayah-wilayah kantung yang sudah terkoneksi dengan jalur kereta api,
sehingga tidak lagi menggunakan kapal untuk mengirimnya melainkan dengan moda
kereta api.
206
Sumber Arsip
Besluit van den Gouverneur-Generaal van Nederlandsh-Indië van den 10 April 1881
no. 8.
No. 2114 Nota van de Wenschelijkeheid tot het Maken van Een
Oceanhaven te Belawan
No. 12125 Nota van Toelichting Behoorende bij het Ontwerp Het
Inrichten van een Koelieoonkwartier.
207
208
Baron de Raet, J.A.M. van Cats,1867, “Vergelijking van den Vroegeren Toestand van
Deli, Serdang en Langkat”, Tijdschrijft voor Indischhe Taal, Land, en
Volkenkunde van Bataviasch Genootshap, Deel XII, Batavia: Albrecht&co.
Bestek en Voorarden, Waarnaar Zal Worden Aanbesteed Het Bouwen van Een Loods
Aan de Oceaankade te Belaan op den Haven an Belawan, Weltevreden:
Landsdrukkerij, 1924.
Broersma, R., “De Ontwikkeling van Den Handel in Oostkust van Sumatra”, Kolonial
Tijdshrift, 129, XI, 1920.
209
Kroesen, C.A., “Geshiedenis van Asahan” dalam Tijdschrift voor Indische Taal, Land,
en Volkenkunde van Bataviasch Genootschap, Deel XXXI, Batavia:
Albrecht&co dan Deen Haag: Martinus Nijhoff, 1886.
Ratna, “Labuhan Deli: Riwayatmu Dulu”, dalam Jurnal Historisme, Edisi No. 22/Tahun
XI/Agustus 2006.
Reitsma, S.A., “De Deli Spoorweg Maatschappij”, dalam Spoor- en Tramwegen van 9
Mei 1933, Den Haag: Moorman‟s Periodieke Pers N.V., 1933.
210
Verslag van de Algemeene Vereeniging van Rubberplanters ter Oostkust van Sumatra 1
Januari 1939 - 31 December 1939, Medan: TYP. Deli Courant, 1940.
Verslag van de Kleine Havens in Nederlandsch-Indie over het jaar 1923, Weltevreden:
Landsdrukkerij, 1925.
Verslag van de N.V Handelmaatshappij Güntzel en Schumacher Medan over het Vier en
Twintigste Boekjaar, 1929.
Veth, P. J., “Het Lanschap Deli op Sumatra”, TNAG, Deel II, 1877.
Waard,J. De., “De Oostkust Van Sumatra”, Tijdschrift voor Economische Geografie,
25, 8 (1934).
Zeven en Veertigste Jaarverslag DSM, Statistiek van der Deli Spoorweg Maatshappij,
Amsterdam: J.H. De Bussy, 1929.
Asba, A. Rasyid, “Buruh Pelabuhan Makassar: Gerakan Buruh dan Politik Regional”
dalam Erwiza Erman dan Ratna Saptari (Ed.), 2013,Dekolonisasi Buruh Kota
dan Pembentukan Bangsa, Jakarta: KITLV-Jakarta – NIOD – Pustaka
Yayasan Obor Indonesia.
211
Broersma, R, 1922, Oostkust van Sumatra: De Ontwikkeling van het Gewest, Deel II,
The Hague: Charles Dixon Deventer.
Burke, Peter, 2001, Sejarah dan Teori Sosial, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Cremer, J.T., 1881, De Toekomst van Deli: Eenige Opmerkingen, Leiden: Gualth Kolff.
212
Dootjes, F. J. J., 1932, Kroniek 1931, Amsterdam: Oostkust van Sumatra Instituut,.
Garraghan, Gilbert J., 1957, A Giude to Historical Method, New York: Fordham
University Press.
Halimi, Ahmad Jaelani, 2007, Perdagangan dan Perkapalan Melayu di Selat Malaka
Abad ke-15 hingga ke-18, Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka.
Kol, H.H van, 1915, Driemal Dwars door Sumatra en Zwerftochten door Bali,
Rotterdam: W. L. & J. Brusse‟s Uitgeversmaatschappij.
213
Lapian, Adrian B., 2008,Pelayaran dan Perniagaan Nusantara Abad ke-16 dan 17,
Jakarta: Penerbit Komunitas Bambu.
Lekkerkerker, C., 1916, Land en Volk van Sumatra, Leiden: N.V. Boekhandel en
Drukkerij Voorheen E.J. Brill.
Loderichs, M. A., 1997, Medan Beeld van Een Stad, Amsterdam: Asia Maior.
Parker, J. Gordon, 1913, Asahan Genuine Gambier, London: A. Runge & Co.
Pelzer, Karl J., 1985,Toean Keboen dan Petani: Politik Kolonial dan Perjuangan
Agraria, terj. J. Rumbo, Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Reid, Anthony, 1969,The Contest For North Sumatra: Atjeh, The Netherlands, and
Britain 1858-1898, Kuala Lumpur: Oxford University Press.
Ritzer, George, 2007, Contemporary Sociological Theory and Its lassial Roots: The
Basics, Second Edition, New York: M Graw-Hill.
Said, Mohammad, 1977, Koeli Kontrak Tempoe Doeloe: dengan Derita dan
Kemarahannya, Medan: Waspada.
214
Stoler, Ann Laura, 2005, Kapitalisme dan Konfrontasi di Sabuk Perkebunan Sumatera
(1870 -1979), Yogyakarta: Karsa.
Sumarno, Edi, 1998, “Pertanian Karet Rakyat Sumatera Timur 1863-1942”, Tesis S-2
belum diterbitkan, Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
Sulistiyono, Singgih Tri, 2003, The Java Sea Network: Patterns in the Development of
Interregional Shipping and Trade in the Process of National Economic
Integration in Indonesia, 1870-1970, Semarang: Badan Penerbit UNDIP –
Toyota Foundation.
Volker, T., 1928, Van Oerbosch Tot Cultuurgebied: Een Schets van de Betekenis van
De Tabak, De Andere Cultures en De Industrie Ter Oostkust van Sumatra,
Medan: TYP. Varekamp & Co.
Vos, Reinout, 1993, Gentle Janus, Merchant Prince: The VOC and the Tightrope of
Diplomacy in the Malay World, 1740-1800, Leiden: KITLV Press.
Wasino, dkk, 2016, “Membingkai Selat Malaka: Pengelolaan Pelabuhan Belawan dari
Kolonial hingga Sekarang”, draft penelitian belum diterbitkan, Semarang.
Wie, Thee Kian, 1977, Plantation Agriculture and Export Growth an Economic History
of East Sumatra 1863-1942. Jakarta: National of Institute of Economic and
Social Research (LEKNAS – LIPI).
Zainudin, H.M., 1961, Tarikh Atjeh dan Nusantara, Medan: Pustaka Iskandar.
Zuhdi, Susanto, 2016, Cilacap 1830-1942: Bangkit dan Runtuhnya Suatu Pelabuhan di
Jawa, Yogyakarta: Penerbit Ombak.
215
216
217
218
219
Suasana Gudang Penyimpanan Barang di Pelabuhan Belawan dan Para Pelerja tahun
1931
220
221
222