Pasal 135
(1) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat wajib menyediakan
tempat dan sarana lain yang diperlukan untuk bermain anak yang
memungkinkan anak tumbuh
dan berkembang secara optimal serta mampu bersosialisasi secara sehat. 4 Kesehatan Ibu dan Anak, Kesehatan Lansia, Kesehatan Remaja
(2) Tempat bermain dan sarana lain yang diperlukan sebagaimana dimaksud BAB VII
pada ayat (1) wajib dilengkapi sarana perlindungan terhadap risiko KESEHATAN IBU, BAYI, ANAK, REMAJA, LANSIA & PENYANDANG CACAT
kesehatan agar tidak membahayakan kesehatan anak. Bagian Kedua
Kesehatan Remaja
Pasal 136
3. Nikotin dan tembakau dan rokok
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja harus ditujukan untuk
mempersiapkan menjadi orang dewasa yang sehatdan produktif, baik sosial
Bagian Ketujuh Belas
maupun ekonomi.
Pengamanan Zat Adiktif
(2) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimanadimaksud pada ayat
Pasal 113
(1) termasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari berbagai
(1) Pengamanan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif diarahkan agar tidak
gangguan
mengganggu dan membahayakan kesehatan perseorangan, keluarga, masyarakat, dan
kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani kehidupan
lingkungan.
reproduksi secara sehat.
(2) Zat adiktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi tembakau, produk yang
(3) Upaya pemeliharaan kesehatan remaja sebagaimanadimaksud pada ayat
mengandung tembakau, padat, cairan, dan gas yang bersifat adiktif yang penggunaannya dapat
(1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
menimbulkan kerugian bagi dirinya dan/atau masyarakat sekelilingnya.
Pasal 137
(3) Produksi, peredaran, dan penggunaan bahan yang mengandung zat adiktif harus memenuhi
(1) Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh
standar dan/atau persyaratan yang ditetapkan.
edukasi, informasi, dan layanan mengenai kesehatan remaja agar mampu
hidup sehat dan
Pasal 114
bertanggung jawab.
Setiap orang yang memproduksi atau memasukkan rokok ke wilayah Indonesia wajib
mencantumkan peringatan kesehatan. (2) Ketentuan mengenai kewajiban Pemerintah dalam menjamin agar remaja
memperoleh edukasi, informasi dan layanan mengenai kesehatan
Pasal 115 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
pertimbangan moral nilai agama dan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
a. menjalani kehidupan reproduksi dan kehidupan seksual yang sehat,
Bagian Ketiga aman, serta bebas dari paksaan dan/atau kekerasan dengan pasangan yang
Kesehatan Lanjut Usia dan Penyandang Cacat sah.
Pasal 138 b. menentukan kehidupan reproduksinya dan bebas dari diskriminasi,
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia harus ditujukan untuk menjaga agar paksaan, dan /atau kekerasan yang menghormati nilai-nilai luhur yang
tetap hidup sehat dan produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai dengan tidak merendahkan martabat manusia sesuai dengan norma agama.
martabat kemanusiaan. c. menentukan sendiri kapan dan berapa sering ingin bereproduksi sehat
(2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan secara medis serta tidak bertentangan dengan norma agama.
memfasilitasi kelompok lanjut usia untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif d. memperoleh informasi, edukasi, dan konseling mengenai kesehatan
secara sosial dan ekonomis. reproduksi yang benar dan dapat dipertanggungjawabkan.
Pasal 139
(1) Upaya pemeliharaan kesehatan penyandang cacat harus ditujukan untuk menjaga agar Pasal 73
tetap hidup sehat dan produktif secara sosial, ekonomis, dan bermartabat. Pemerintah wajib menjamin ketersediaan sarana informasi dan sarana
(2) Pemerintah wajib menjamin ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan memfasilitasi pelayanan kesehatan reproduksi yang aman, bermutu, dan terjangkau
penyandang cacat untuk dapat tetap hidup mandiri dan produktif secara sosial dan ekonomis. masyarakat, termasuk keluarga berencana.
Pasal 140
Pasal 74
Upaya pemeliharaan kesehatan bagi lanjut usia dan penyandang cacat sebagaimana dimaksud
(1) Setiap pelayanan kesehatan reproduksi yang bersifatpromotif, preventif,
dalam Pasal 138 dan Pasal 139 dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau
kuratif, dan/atau rehabilitatif, termasuk reproduksi dengan bantuan
masyarakat.
dilakukan secara aman dan sehat dengan memperhatikan aspek-aspek yang
khas, khususnya reproduksi perempuan.
(2) Pelaksanaan pelayanan kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengantidak bertentangan dengan nilai agama dan
ketentuan Peraturan perundang-undangan.
5 Ketentuan Aborsi yang dibolehkan/dikecualikan (3) Ketentuan mengenai reproduksi dengan bantuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB V
Pasal 75
SUMBER DAYA DI BIDANG KESEHATAN
(1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
Bagian Keenam
(2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
Kesehatan Reproduksi
berdasarkan:
Pasal 71
a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
(1) Kesehatan reproduksi merupakan keadaan sehat secara fisik, mental,
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
dan sosial secara utuh, tidak semata-mata bebas dari penyakit atau
genetik berat dan/
kecacatan yang berkaitan
atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga
dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi pada lakilaki dan perempuan.
menyulitkan bayi tersebuthidup di luar kandungan; atau
(2) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
a. saat sebelum hamil, hamil, melahirkan, dan sesudah melahirkan;
bagi korban perkosaan.
b. pengaturan kehamilan, alat konstrasepsi, dan kesehatan seksual; dan
(3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan
c. kesehatan sistem reproduksi.
setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri
(3) Kesehatan reproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan
dengan konseling
melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
Pasal 72 berwenang.
Setiap orang berhak:
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan (1) Upaya kesehatan jiwa ditujukan untuk menjamin setiap orang dapat menikmati kehidupan
perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan kejiwaan yang sehat, bebas dari ketakutan, tekanan, dan gangguan lain yang dapat
Peraturan Pemerintah. mengganggu kesehatan jiwa.
(2) Upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas preventif, promotif,
Pasal 76 kuratif, rehabilitatif pasien gangguan jiwa dan masalah psikososial.
(3) Upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi tanggung jawab
Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan:
bersama Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama
(4) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat bertanggung jawab menciptakan kondisi
haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;
kesehatan jiwa yang setinggi-tingginya dan menjamin ketersediaan, aksesibilitas, mutu dan
b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan
pemerataan upaya kesehatan jiwa sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (2).
yangmemiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri;
(5) Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban untuk mengembangkan upaya kesehatan
c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan;
jiwa berbasis masyarakat sebagai bagian dari upaya kesehatan jiwa keseluruhan, termasuk
d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan
mempermudah akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan jiwa.
e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh
Menteri.
Pasal 145
Pasal 77 Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat menjamin upaya kesehatan jiwa secara
Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif, termasuk menjamin upaya kesehatan jiwa di
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) danayat (3) yang tidak tempat kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 144 ayat (3).
bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan
dengan norma agama dan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 146
(1) Masyarakat berhak mendapatkan informasi dan edukasi yang benar mengenai kesehatan
jiwa.
(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan untuk menghindari pelanggaran hak
6 Definisi kematian
asasi seseorang yang dianggap mengalami gangguan kesehatan jiwa.
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah berkewajiban menyediakan layanan informasi dan
Bagian Kedelapan Belas edukasi tentang kesehatan jiwa.
Bedah Mayat
Pasal 117 Pasal 147
Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem jantungsirkulasi dan sistem pernafasan (1) Upaya penyembuhan penderita gangguan kesehatan jiwa merupakan tanggung jawab
terbukti telah berhenti secara permanen, atau apabila kematian batang otak telah dapat Pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat.
dibuktikan. (2) Upaya penyembuhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang berwenang dan di tempat yang tepat dengan tetap menghormati hak asasi
penderita.
(3) Untuk merawat penderita gangguan kesehatan jiwa, digunakan fasilitas pelayanan
kesehatan khusus yang memenuhi syarat dan yang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 148
(1) Penderita gangguan jiwa mempunyai hak yang sama sebagai warga negara.
7 Psikiatri/Kedokteran jiwa
(2) Hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persamaan perlakuan dalam setiap
aspek kehidupan, kecuali peraturan perundang-undangan menyatakan lain.
BAB IX
KESEHATAN JIWA
Pasal 149
Pasal 144
(1) Penderita gangguan jiwa yang terlantar, menggelandang, mengancam keselamatan dirinya perintah pengadilan; c. izin yang bersangkutan; d. kepentingan masyarakat; atau e.
dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu ketertiban dan/atau keamanan umum wajib kepentingan orang tersebut.
mendapatkan pengobatan dan perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan.
(2) Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat wajib melakukan pengobatan dan
perawatan di fasilitas pelayanan kesehatan bagi penderita gangguan jiwa yang terlantar,
menggelandang, mengancam keselamatan dirinya dan/atau orang lain, dan/atau mengganggu
ketertiban dan/atau keamanan umum.
PROGRAM KESEHATAN MAYSRAKAT
(3) Pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab atas pemerataan penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan jiwa dengan melibatkan peran serta aktif masyarakat.
(4) Tanggung jawab Pemerintah dan pemerintah daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) 1 Polindes (Pos Persalinan Desa)
termasuk pembiayaan pengobatan dan perawatan penderita gangguan jiwa untuk masyarakat Polindes adalah salah satu bentuk upaya kesehatan berbasis masyarakat
miskin. (UKBM) yang didirikan oleh masyarakat atas dasar musyawarah, sebagai
kelengkapan dari pembangunan masyarakat desa, untuk memberikan
Pasal 150 pelayanan KIA-KB serta pelayanan kesehatan lainnya sesuai dengan
(1) Pemeriksaan kesehatan jiwa untuk kepentingan penegakan hukum (visum et repertum
kemampuan Bidan.
psikiatricum) hanya dapat dilakukan oleh dokter spesialis kedokteran jiwa pada fasilitas
pelayanan kesehatan.
(2) Penetapan status kecakapan hukum seseorang yang diduga mengalami gangguan kesehatan 2 Poskesdes (Pos Kesehatan Desa)
jiwa dilakukan oleh tim dokter yang mempunyai keahlian dan kompetensi sesuai dengan Poskesdes adalah upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yang
standar profesi. dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan atau menyediakan pelayanan
kesehatan dasar masyarakat desa.
Pasal 151
Ketentuan lebih lanjut mengenai upaya kesehatan jiwa diatur dengan Peraturan Pemerintah. 3 Puskesmas: Standar Pelayanan minimal, PKM Rawat Inap
Standar Pelayanan Minimal adalah suatu standar dengan batas-batas tertentu untuk
8 Peraturan Rekam Medis/Informed Consent mengukur kinerja penyelenggaraan kewenangan wajib daerah yang berkaitan dengan
Paragraf Kedua pelayanan dasar kepada masyarakat yang mencakup jenis pelayanan, indikator dan
Perlindungan Pasien nilai (benchmark).
Pasal 56
Standar Pelayanan Minimal adalah ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar
(1) Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh tindakan
yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara
pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami minimal.
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap.
(2) Hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku
pada: a. penderita penyakit yang penyakitnya dapat secara cepat menular ke dalam
masyarakat yang lebih luas; b. keadaan seseorang yang tidak sadarkan diri; atau c.
gangguan mental berat.
(3) Ketentuan mengenai hak menerima atau menolak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diatur sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pelayanan Kesehatan Dasar
Pasal 57
(1) Setiap orang berhak atas rahasia kondisi kesehatan pribadinya yang telah
dikemukakan kepada penyelenggara pelayanan kesehatan. 1. Cakupan kunjungan Ibu Hamil Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan
K- 4. antenatal sesuai standar paling sedikit empat
(2) Ketentuan mengenai hak atas rahasia kondisi kesehatan pribadi sebagaimana
kali, triwulan ketiga umur kehamilan.
dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku dalam hal: a. perintah undang-undang; b.
2. Cakupan komplikasi kebidanan Komplikasi kebidanan pada kehamilan, persalinan, 49 tahun. Angka Cakupan Peserta KB aktif
yang ditangani. nifas. menunjukkan Tingkat pemanfaatan kontrasepsi di
antara para Pasangan Usia Subur (PUS).
3. Cakupan pertolongan Proses pelayanan persalinan dimulai pada kala I
persalinan oleh tenaga sampai dengan kala IV persalinan. 13. Cakupan Penemuan dan a. Acute Flacid Paralysis (AFP) rate
kesehatan yang memiliki Penanganan Penderita Penyakit. per 100.000 penduduk < 15 tahun
kompetensi kebidanan. b. Penemuan Penderita Pneumonia
Balita
4. Cakupan Pelayanan Nifas pelayanan kepada ibu nifas sedikitnya 3 kali, pada c. Penemuan pasien baru TB BTA
6 jam pasca persalinan s.d 3 hari; pada minggu ke Positif
II, dan pada minggu ke VI termasuk persiapan d. Penderita DBD yang ditangani
dan/atau pemasangan KB Pasca Persalinan
14. Cakupan pelayanan Jumlah pasien masyarakat miskin di puskesmas
5. Cakupan Neonatus dengan Bayi berumur 0 – 28 hari, dengan penyakit dan kesehatan dasar pasien pada kurun waktu tertentu.
komplikasi yang ditangani kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, masyarakat miskin
kecacatan, dan kematian
6. Cakupan Kunjungan Bayi Setiap bayi memperoleh pelayanan kesehatan Pelayanan Kesehatan Rujukan
minimal 4 kali yaitu
1 kali pada umur 29 hari-3 bulan, 1 kali pada umur
15. Cakupan pelayanan Rawat Jalan Tingkat Lanjut meliputi rawat inap
3-6 bulan, 1 kali pada umur 6-9 bulan, dan 1 kali
kesehatan rujukan pasien di sarana kesehatan strata dua dan strata tiga
pada umur 9-11 bulan.
masyarakat miskin
7. Cakupan Desa/ Kelurahan imunisasi dasar secara lengkap pada bayi (0-11
Universal Child Immunization bulan), Ibu hamil, WUS dan anak sekolah tingkat 16. Cakupan Pelayanan Gawat tempat pelayanan gawat darurat yang memiliki
(UCI) dasar. Darurat level 1 yang harus Dokter
diberikan Umum on site 24 jam dengan.
8. Cakupan pelayanan anak Mencakup Pemantauan pertumbuhan dan General Emergency Life Support.
balita Pemantauan perkembangan setiap anak usia 12- Advance Trauma Life Support.
59 bulan dilaksanakan minimal 2 kali pertahun Advance Cardiac Life Support.
(setiap 6 bulan)
9. Cakupan pemberian makanan Pemberian makanan pendamping ASI pada anak Penyelidikan Epidemiologi dan Penanggulangan KLB
pendamping ASI pada anak usia usia 6 – 24 Bulan dari keluarga miskin selama 90
6 – 24 bulankeluarga miskin hari. 17. Cakupan Desa/kelurahan Upaya untuk menemukan penderita atau
10. Cakupan balita gizi buruk balita gizi buruk yang ditangani di sarana mengalami KLB yang dilakukan tersangka penderita, penatalaksanaan
mendapat perawatan pelayanan kesehatan sesuai tatalaksana gizi buruk penyelidikan epidemiologi < 24 jam Penderita, pencegahan peningkatan,
di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. perluasan dan menghentikan suatu KLB.
1. Fungsi sesuai dengan tugasnya yaitu pelayanan,pembinaan dan standar sarana prasarana
pengembangan, dengan penekanan pada fungsi pada kegiatan yang bersifat Ruangan rawat tinggal yang memadai ( nyaman, luas dan terpisah antara anak,
preventif, promotif, dan fungsi rehabilitative wanita dan pria untuk menjaga privacy )
2. Fungsi yang berorientasi pada kegiatan teknis terkait instalasi perawatan 1. Ruangan operasi dan ruang post operasi
pasien sakit, instalasi oba, instalasi gizi, dan instalasi umum. Juga fungsi yang 2. Ruangan persalinan (dan ruang menyusui + ruang recovery)
lebih berorientasi pada kegiatan yang bersifat kuratif. 3. Kamar perawat jaga
4. Kamar linen dan cuci
kriteria Puskesmas Rawat Inap, sebagai sebuah Pusat Rujukan Antara bagi
penderita gawat darurat sebelum dibawa ke RS, antara lain sebagai nerikut : standar peralatan Medis :
1. Puskesmas terletak kurang lebih 20 km dari Rumah Sakit 1. Peralatan operasi terbatas
2. Puskesmas mudah dicapai dengan kendaraan bermotor 2. Peralatan obstetri patologis, peralatan vasektomi dan tubektomi
3. Puskesmas dipimpin oleh dokter dan punya tenaga yang memadai 3. Peralatan resusitasi
4. Jumlah kunjungan Puskesmas minimal 100 orang per hari 4. Minimal 10 tempat tidur dengan peralatan perawatan
5. Penduduk wilayah kerja Puskesmas dan penduduk wilayah 3 Pus kesmas di 5. Alat Komunikasi dan Transportasi:
sekitarnya minimal 20.000 jiwa per Puskesmas 6. Telepon atau Radio Komunikasi jarak sedang
6. Pemerintah Daerah “bersedia” menyediakan dana rutin yang memadai. 7. Satu buah ambulance (minimal)
Cakupan rawat inap
cakupan kunjungan rawat inap baru di sarana pelayanan kesehatan swasta dan
pemerintah di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu. Jumlah kunjungan
rawat inap baru adalah jumlah kunjungan rawat inap baru yang mendapatkan
pelayanan kesehatan di Poli Umum, baik dalam dan luar gedung di satu wilayah
kerja pada kurun waktu tertentu dan penyebut adalah jumlah penduduk di satu
wilayah kerja pada kurun waktu yang sama.
Sementara untuk mencapai tujuan cakupan layanan, beberapa langkah kegiatan
yang dilakukan antara lain :
1. Pendataan penduduk, sarana kesehatan, dan kunjungan ke sarana kesehatan
2. Peningkatan prasarana dan sarana kesehatan
3. Analisa kebutuhan pelayanan
4. Penyuluhan
5. Pelatihan Sumber Daya manusaia
6. Pencatatan dan pelaporan
Klasifikasi Posyandu
Sasaran tersier adalah para pembuat kebijakan publik yang berupa peraturan
perundang-undangan di bidang kesehatan dan bidang-bidang lain yang berkaitan
serta mereka yang dapat memfasilitasi atau menyediakan sumber daya
Gizi buruk ditegakkan berdasarkan tanda dan gejala klinis serta pengukuran antopometri.
Anak didiagnosis gizi buruk jika:
a. BB/TB <-3 SD atau <70 % dari median (marasmus)
b. Edema pada kedua punggung kaki sampai seluruh tubuh (kwashiorkor BB/TB >-3SD atau
marasmik-kwashiokor BB/TB <-3SD)
Apabila BB/TB tidak dapat diukur, gunakan tanda klinis berupa anak tampak sangat kurus
(visible severe wasting) dan tidak terdapat lemak atau masa otot padakedua bahu, lengan,
bokong dan paha (baggy pants)
1. Marasmus : 1). Badan nampak sangat kurus; 2). Wajah seperti orang tua; 3).
Cengeng dan atau rewel; 4). Kulit tampak keriput, jaringan lemak subkutis sedikit
sampai tidak ada (pada daerah pantat tampak seperti memakai celana longgar/
”baggy pants”); 5). Perut cekung; 6). Iga gambang; 7). Sering disertai penyakit
infeksi (umumnya kronis) dan diare
2. Kwashiorkor : 1). Edema, umumnya seluruh tubuh, terutama pada punggung kaki;
2). Wajah membulat (moon face) dan sembab; 3). Pandangan mata sayu; 4). Rambut
tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut tanpa rasa sakit dan
mudah rontok; 5). Perubahan status mental, apatis, dan rewel; 6). Pembesaran hati;
7). Otot mengecil (hipotrofi), lebih nyata bila diperiksa pada posisi berdiri atau
duduk; 8). Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
warna menjadi coklat kehitaman dan terkelupas (crazy pavement dermatosis); 9).
Sering disertai penyakit infeksi (akut), anemia dan diare.
Indeks Massa Tubuh (IMT) atau Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang
sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung
dengan rumus berikut:
Kategori IMT
Fungsi Badan POM berfungsi antara lain: Pengawasan Makanan Secara Nasional
1. Pengaturan, regulasi, dan standardisasi Sampel makanan/minuman diambil secara acak dari pabrik atau dibeli di pasar bebas tanpa
2. Lisensi dan sertifikasi industri di bidang farmasi berdasarkan Cara-cara Produksi yang Baik setahu pabrik (harus ada alokasi dana)
3. Evaluasi produk sebelum diizinkan beredar Dilakukan uji laboratorium di Balai POM di masing-masing regional, kalau perlu dilakukan
4. Post marketing vigilance termasuk sampling dan pengujian laboratorium, pemeriksaan rujukan untuk konfirmasi ke BPOM-RI di Jakarta
sarana produksi dan distribusi, penyidikan dan penegakan hukum. Sistem Pengawasan Makanan Tidak Berlabel Oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
5. Pre-audit dan pasca-audit iklan dan promosi produk Pemberian penyuluhan bagaimana mengolah makanan yang higienis sehingga layak untuk
6. Riset terhadap pelaksanaan kebijakan pengawasan obat dan makanan; dijual dan dikonsumsi masyarakat stl itu beri nomer registrasi SPIRT …./…./…..(no urut/kode
7. Komunikasi, informasi dan edukasi publik termasuk peringatan publik. prop-kab/tahun)
Pemasangan plakard higiene sanitasi (Placard of Hygiene and Sanitation) pada Rumah
Prinsip Pengawasan Makanan (Rumus 3-E) Makan dan Restaurant : Grade A (very good), B (good), C (fair) yang berlaku 12 bulan
Engineering : Perundangan, Peraturan
Education : Pemberian informasi, Penyuluhan dan Pendidikan Peraturan Perundangan tentang Makanan
Enforcement : Teguran 1, 2, 3., Peringatan keras, Tutup sementara, Cabut ijin Pokok-Pokok Yang Dimuat :
operasi/produksi, Perdata/Pidana Hal-hal yang dilarang dan sanksi thd pelanggaran
Hal-hal yang bersifat membina produsen agar memproduksi makanan yang memenuhi
Sistem Pengawasan Makanan Oleh Pemerintah Indonesia persyaratan
Ijin produksi diberikan dari Departeman Perindustrian, Ditjen Aneka Industri Indonesia saat ini sudah mempunyai Undang-Undang No. 7 Tahun 2003 tentang Pangan,
Pengawasan thd proses produksi di lakukan oleh siapa ? dan peraturan pokok dalam pengawasan makanan adalah Permenkes RI No.
Hasil produksi makanan berlabel diawasi oleh BPOM-RI, sedangkan makanan tidak berlabel 329/Menkes/Per/VII/76 tentang Produksi dan Peredaran Makanan (perlu diperbaharui
oleh Dinas Kesehatan Kab/kota dengan mengacu UU No.7 Th. 2003)
“Nilai-Nilai”
Pro Rakyat
mendahulukan kepentingan rakyat dan harus menghasilkan yang terbaik untuk
rakyat. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi setiap
orang adalah salah satu hak asasi manusia tanpa membedakan suku, golongan,
agama dan status sosial ekonomi.
Inklusif
melibatkan semua pihak, karena pembangunan kesehatan tidak mungkin hanya
dilaksanakan oleh Kemenkes saja. Seluruh komponen masyarakat harus
berpartisipasi aktif, yang meliputi lintas sektor, organisasi profesi, organisasi
masyarakat, pengusaha, masyarakat madani dan masyarakat akar rumput.
Responsif
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan rakyat, serta tanggap dalam mengatasi 5 Landasan, Arah dan Tujuan Pembangunan Kesehatan Nasional
permasalahan di daerah, situasi kondisi setempat, sosial budaya dan kondisi
geografis. Landasan Pembangunan Kesehatan
Efektif
harus mencapai hasil yang signifikan sesuai target yang telah ditetapkan dan
bersifat efisien.
Bersih
Penyelenggaraan pembangunan kesehatan harus bebas dari korupsi, kolusi dan
nepotisme (KKN), transparan dan akuntabel.
Pasal 2 Sistem Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan berdasarkan asas kemanusiaan, asas
manfaat, dan asas keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pasal 3 Sistem Jaminan Sosial Nasional bertujuan untuk memberikan jaminan terpenuhinya
kebutuhan dasar hidup yang layak bagi setiap peserta dan/atau anggota keluarganya.
Iklan
fitofarmaka adalah obat tradisional yang telah teruji khasiatnya melalui uji pra-klinis
(pada hewan percobaan) dan uji klinis (pada manusia), serta terbukti aman melalui uji
toksisitas, bahan baku terstandar, serta diproduksi secara higienis, bermutu, sesuai
dengan standar yang ditetapkan
Obat Tradisional. Kepala Badan melaporkan pemberian izin edar sebagaimana
dimaksud, kepada Menteri setiap 1 (satu) tahun sekali
lidah buaya terkenal bermanfaat untuk kecantikan rambut dan kulit, misalnya saja
menghitamkan rambut, menghilangkan jerawat, hingga mengurangi bekas luka.
Dagingnya bermanfaat untuk kesehatan tubuh seperti meredakan batuk, radang
tenggorokan, sembelit, atau diabetes.
2 Izin edar obat tradisional Temulawak mengobati gangguan ginjal, menjaga kesehatan hati, dan menguatkan
jantung.
Izin edar adalah bentuk persetujuan registrasi obat tradisional untuk dapat diedarkan
Cincau : meredakan panas dalam, mengobati demam, hingga meredakan radang
diwilayah Indonesia. Registrasi adalah prosedur pendaftaran dan evaluasi obat
lambung.
tradisional untuk mendapatkan izin edar.
1. Vaksin BCG
Vaksin BCG dapat diberikan pada anak-anak sejak ia lahir. BCG (Bacillus Calmette Guerin)
adalah vaksin untuk memberikan kesempatan pada tubuh agar dapat membentuk antibody
terhadap bakteri Tuberculosis yang dapat menjadi penyakit TB.
Apabila vaksin BCG ingin diberikan pada anak-anak di atas usia 3 bulan, maka terlebih dahulu
dianjurkan untuk melakukan tes/uji tuberculin (uji untuk melihat reaksi alergi). Vaksin boleh
diberikan jika hasil uji tuberculin negative.
3. Hepatitis A
2. Hepatitis B Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis A yang juga menyerang organ hati
Imunisasi Hepatitis B pertama sekali diberikan sejak bayi baru lahir sampai usia 12 jam manusia. Vaksin ini diberikan pada usia di atas 2 tahun, dan dilakukan pengulangan sebanyak
setelah lahir. Kemudian baru dilanjutkan pada saat usia bayi berumur 1 bulan, dan dilajutkan sekali dengan jarak antara pemberian vaksin pertama dan kedua antara 6-12 bulan.
lagi pada usia 6-12 bulan. Imunisasi jenis ini diberikan untuk mencegah penyakit hepatitis B
yang dapat menyerang organ hati. Jarak antara pemberian 2 imunisasi dianjurkan 4 minggu. 4. PCV (Pneumokokus)
Vaksin PCV diberikan pada saat anak berusia di bawah 1 tahun. Namun, apabila anak
3. Polio tersebut belum mendapatkannya sampai di atas usia 1 tahun, maka vaksin diberikan
Imunisasi polio diberikan untuk mencegah penyakit Poliomyelitis yang dapat menyebabkan sebanyak 2 kali dengan jarak pemberian 2 bulan. Pada usia 2 sampai5 tahun diberikan vaksin
kelumpuhan otot-otot tubuh. Vaksin ini diberikan pertam asekali sejak bayi lahir, kemudian PCV satu kali.
dilanjutkan pada usia 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan. Pemberian vaksin ini kemudian diulang
kembali pada usia 18 bulan dan 5 tahun 5. Influenza
Vaksin ini untuk mencegah penyakit influenza yang diberikan saat usia anak di bawah 8
4. Difteri, Tetanus, dan Pertusis (DTP) tahun. Dianjurkan untuk dilakukan pemberian sebanyak 2 dosis dengan jarak pemberian
Vaksin jenis ini adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit tetanus, difteri, dan juga sekitar 4 minggu.
pertusis (batuk rejan). Ketiga penyakit ini sangat mudah untuk menyerang bayi dan anak-
anak. Vaksin DTP diberikan pertama sekali pada anak usia dibawah 6 minggu. Vaksin ini dapat 6. Tifoid
diberikan secara bersamaan dnegan vaksin hepatitis B. pemberian ulangan vaksin DTP Vaksin ini diberikan untuk mencegah penyakit demam tifoid (tipus). Vaksin jenis ini
dilakukan pada usia 18 bulan dan 5 tahun. Pada usia 12 tahun, anak juga dapat melakukan dianjurkan diberikan saat anak berusia di atas 2 tahun dengan pengulangan setiap 3 tahun.
vaksin melalui program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS).
Imunisasi dibagi ::
5. Campak 1. Imunisasi Aktif
Vaksin campak diberikan pada saat anak berusia 9 bulan. Lalu dilanjutkan pada saat anak Imunisasi aktif adalah jenis imunisasi yang dilakukan melalui pemberian zat bakteri, virus
berusia 6 tahun pada program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS). Vaksin ini diberikan atau zat lainnya sebagai antigen untuk merangsang proses infeksi buatan pada tubuh
untuk mencegah penyakit campak (measless) yang walaupun hanya menulari seseorang seseorang, hingga kahirnya tubuh dapat memproduksi sel antobodi dan sel T memori, agar
selama satu kali seumur hidup, akan tetapi dampaknya sangat berbahaya, dan dapat pada saat zat tersebut terpajan untuk kali kedua dan seterusnya, tubuh dapat langsung
menimbulkan kematian. Pada anak yang imunitasnya snagat baik, bisa tidak tertular penyakit menyerangnya dengan antibody yang telah terbentuk.
campak seumur hidupnya.
Kelemahan dari imunisasi jenis aktif ini adlaah tubuh memerlukan waktu untuk membentuk
Untuk imunisasi yang direkomdesikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan belum antibody kuat untuk melawan bakteri atau virus yang menginfeksi tubuh. Sedangkan
mendapat pembiayaan dari pemerintah (tidak wajib), adalah sebagai berikut : kelebihannya adalah antibody yang telah terbentuk dapat bertahan lama, atau bahkan dapat
1. MMR (Measless, Mumps, Rubella) bertahan seumur hidup.
Imunisasi MMR diberikan pertama sekali pada saat anak berusia 9 bulan. Namun apabila
anak tersebut belum mendapatkannya di usia tersebut, boleh dilakukan pada usia 12 bulan. 2. Imunisasi Pasif
Pengulangan imunisasi MMR dilakukan pada usia 6 tahun Imunisasi pasif ini dapat diberikan dengan cara memberiakn zat yang diambil dari suatu
proses infeksi yang menjangkiti plasma manusia atau binatang. Kekebalan pasif terjadi
2. HiB apabila seseorang telah mendapatkan imunitas dari luar tubuhnya. Jadi, tubuh sendiri tidak
Vaksin HiB (Haemophilus Influenza Tipe B) diberikan untuk mencegah penyakit radang membentuk sistem kekebalan tubuhnya sendiri.
selaput otak (meningitis). Vaksin HiB dapat diberikan pada anak mulai dari usia 2 bulan. Jarak
pemberian imunisasi selanjutnya adalah 2 bulan. Vaksin HiB dapat diberikan tunggal atau Kelebihan dari imunisasi jenis ini adalah tidak memerlukan waktu untuk pembentukan
dapat juga dikombinasikan dengan vaksin lainnya antibody sehingga dapat langsung dipergunakan. Sedangkan kekurangannya adalah tidak
dapat berlangsung lama, mungkin hanya bertahan dalam waktu beberpa minggu hingga
beberapa bulan saja.
Fungsi dan manfaat imunisasi pada seseorang adalah untuk membentuk sistem
kekebalan tubuh untuk mencegah penyakit tertentu.
sedangkan tujuannya adalah :
1. Memberikan kekebalan pada tubuh bayi untuk mencegah penyakit
seperti Difteri, Tetanus, Measless, Hepatitis A dan B, Tetanus, TB, dan lain-
lain.
2. Melindungi tubuh bayi dan anak dari penyakit menular yang dapat
membahyakan lingkungan sekitarnya
3. Menurunkan angka kesakitan (morbiditas) dari penyakit-penyakit
tertentu
4. Menurunkan angka kematian (mortalitas) dari penyakit-penyakit tertentu
KESEHATAN LINGKUNGAN
1 Standar/Nilai ambang batas pencemaran udara
Parameter air yang penting ialah parameter fisik, kimia, biologis dan radiologis
yaitu sebagai berikut:
Pemilahan Limbah
Dilakukan pemilihan jenis limbah medis mulai dari sumber yang terdiri dari
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, sitotoksis,
limbah kimiawi, limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan dan dengan
3 Pengelolaan sampah padat (incinerator) kandungan logam berat yang tinggi.
Pemisahan limbah berbahaya dari semua limbah pada tempat penghasil
limbah adalah kunci pembuangan yang baik.
Transportasi
Kantong limbah medis sebelum dimasukkan ke kendaraan pengangkut
harus diletakkan dalam kontainer yang kuat dan tertutu p.
4 Pengelolaan sampah medis rumah sakit Pengangkutan limbah keluar rumah sakit menggunakan kenderaan khusus.
Kantong limbah medis harus aman dari jangkauan manusia maupun
binatang.
Pengelolaan limbah :: suatu tindakan yang dilakukan terhadap limbah mulai dari
Petugas yang menangani limbah, harus menggunakan alat pelindung diri
tahap pengumpulan di tempat sumber, pengangkutan, penyimpanan serta tahap
yang terdiri: Topi/helm, Masker, Pelindung mata, Pakaian panjang (coverall),
pengolahan akhir yang berarti pembuangan atau pemusnahan.
Apron untuk industri, Pelindung kaki/sepatu boot dan sarung tangan khusus
(disposable gloves atau heavy duty gloves).
ata lakana penanganan limbah medis sesuai permenkes meliputi kegiatan Minimisasi
dan Pemilahan Limbah dengan rincian kegiatan sebagai berikut : Pengumpulan Limbah Medis
Pengumpulan limbah medis dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup.
Usaha Minimisasi Limbah
Penyimpanan limbah medis harus sesuai iklim tropis yaitu pada musim
1. Menyeleksi bahan-bahan yang kurang menghasilkan limbah sebelum
hujan paling lama 48 jam dan musim kemarau paling lama 24 jam.
membelinya.
2. Menggunakan sedikit mungkin bahan-bahan kimia.
Persyaratan Pewadahan Limbah Medis
Syarat tempat pewadahan limbah medis, antara lain :
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass.
Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia tempat pewadahan
yang terpisah dengan limbah non-medis.
Kantong plastik di angkat setiap hari atau kurang sehari apabila 2/3 bagian
telah terisi limbah.
Untuk benda-benda tajam hendaknya di tampung pada tempat khusus
(safety box) seperti botol atau karton yang aman.
Sayarat benda tajam harus ditampung pada tempat khusus (safety box)
seperti botol, jeregen atau karton yang aman.
Tempat pewadahan limbah medis infeksius dan sitotoksik yang tidak
langsung kontak dengan limbah harus segera dibersihkan dengan larutan
desinfektan apabila akan dipergunakan kembali, sedangkan untuk kantong
plastik yang telah di pakai dan kontak langsung dengan limbah tersebut tidak
boleh digunakan lagi.
Standar lain yang harus dipenuhi dalam pewadahan limbah medis ini menyangkut
penggunaan label yang sesuai dengan kategori limbah. Detail warna dan lambah 5 Bahan Beracun Berbahaya B3
label pada wadah limbah medis sebagai berikut :
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya
Standar pewadahan dan penggunaan kode dan label limbah medis ini berfungsi dan Beracun, B3 didefinisikan sebagai bahan yang karena sifat dan atau
untuk memilah-milah limbah diseluruh rumah sakit sehingga limbah dapat dipisah- konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
pisahkan di tempat sumbernya : dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau dapat
Beberapa ketentuan juga memuat hal berikut ini membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta
1. Bangsal harus memiliki minimal dua macam tempat limbah, satu untuk makhluk hidup lainnya
limbah medis (warna kuning) dan satunya lagi untuk non-medis (warna hitam).
2. Semua limbah dari kamar operasi dianggap sebagai limbah medis. B3 diklasifikasikan menjadi :
3. Semua limbah dari kantor, biasanya berupa alat-alat tulis, dianggap sebagai
limbah non-medis. 1. Mudah meledak (explosive),
4. Semua limbah yang keluar dari unit patologi harus dianggap sebagai limbah yaitu bahan yang pada suhu dan
medis dan perlu dinyatakan aman sebelum dibuang. tekanan standar (25 0C, 760
mmHg) dapat meledak atau
Sedangkan persyaratan yang ditetapkan sebagai tempat pewadahan limbah non- melalui reaksi kimia dan atau
medis sebagai berikut : fisika dapat menghasilkan gas
Terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan karat, kedap air, dan dengan suhu dan tekanan tinggi
mempunyai permukaan yang halus pada bagian dalamnya, misalnya fiberglass. yang dengan cepat dapat merusak
Mempunyai tutup yang mudah dibuka dan ditutup tanpa mengotori tangan. lingkungan di sekitarnya.
Terdapat minimal 1 (satu) buah untuk setiap kamar atau sesuai dengan 2. Pengoksidasi (oxidizing),
kebutuhan. yaitu bahan yang memiliki waktu pembakaran sama atau lebih pendek dari
Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau waktu pembakaran senyawa standar.
apabila 2/3 bagian kantong sudah terisi oleh limbah, maka harus diangkut 3. Mangat mudah sekali menyala (extremely flammable), yaitu B3 padatan
supaya tidak menjadi perindukan vektor penyakit atau binatang pengganggu. dan cairan yang memiliki titik nyala di bawah 0 derajat C dan titik didih lebih
rendah atau sama dengan 35 0C.
4. Sangat mudah menyala (highly flammable: memiliki titik nyala 0-210C. Bahan beracun dengan LD50 (rat) kurang dari 500 mg/kg atau setara tetapi
5. Mudah menyala (flammable). tidak mempunyai sifat seperti bahan beracun klasifikasi II;
6. Amat sangat beracun (extremely toxic); Bahan atau uapnya yang dapat menimbulkan iritasi atau sensitisasi, luka dan nyeri;
7. Sangat beracun (highly toxic); G a No. s Pestisidaa t a uOPTsasaran c a i r
8. Beracun (moderately toxic), yaitu bahan yang bersifat racun bagi manusia 35 C
0
1. Insektisida Seranggahama
dan akan menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam sam
tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut. pai 2. Akarisida Hamagolonganakarina(tungau)
9. Berbahaya (harmful), yaitu bahan baik padatan maupun cairan ataupun gas 60 C
0
3. Rodentisida Binatangpengerat(tikus)
yang jika terjadi kontak atau melalui inhalasi ataupun oral dapat menyebabkan ;
bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat tertentu. Bahan4. pengoksidasi
Molluskisida
organik; Siput atau moluska
10. Korosif (corrosive), yaitu bahan yang menyebabkan iritasi pada kulit, Bahan5. pengoksidasi
Nematisidakuat; Nematoda
menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja SAE 1020 dengan laju Bahan atau uapnya yang bersifat karsinogenik, tetratogenik dan mutagenik;
korosi lebih besar dari 6,35 mm/tahun, atau mempunyai pH =< 2 untuk B3 6. barang
Fungisida Penyakittanaman yangdisebabkanolehcendawan
Alat atau elektronika yang menimbulkan radiasi atau bahaya lainnya.
bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.
7. Bakterisida Penyakit tanamanyangdisebabkanolehbakteri
11. Bersifat iritasi (irritant), yaitu bahan padat atau cair yang jika terjadi kontak
secara langsung, dan apabila kontak tersebut terus menerus dengan kulit atau 8. Herbisida Rumput-rumputliarataugulma
selaput lendir dapat menyebabkan peradangan.
Klasifikasi IV, yaitu :
12. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment), : ditimbulkan
Bahan beracun dengan LD50 (rat) diatas 500 mg/kg atau yang setara;
oleh suatu bahan seperti merusak lapisan ozon (misalnya CFC), persisten di
Bahan pengoksid sedang;
lingkungan (misalnya PCBs), atau bahan tersebut dapat merusak lingkungan.
13. Karsinogenik (carcinogenic), yaitu bahan yang dapat menyebabkan sel Bahan korosif sedang dan lemah;
kanker. Bahan yang mudah terbakar.
14. Teratogenik dpt mempengaruhi pembentukan & pertumbuhan embrio.
15. Mutagenik (mutagenic), yaitu bahan yang menyebabkan perubahan
kromosom (merubah genetika).
6 Pengelolaan Pestisida: Penggunaan yang benar
Jenis dan klasifikasi B3 KepMenKes No. 453/Menkes/Per/XI/1983:
Klasifikasi I, meliputi :
Bahan kimia atau sesuatu yang telah terbukti atau diduga keras dapat (1) tepat sasaran,
menimbulkan bahaya yang fatal dan luas, secara langsung atau tidak langsung,
karena sangat sulit penanganan dan pengamanannya;
Bahan kimia atau sesuatu yang baru yang belum dikenal dan patut diduga
menimbulkan bahaya.
Klasifikasi II, meliputi :
a. Bahan radiasi;
b. Bahan yang mudah meledak karena gangguan mekanik;
c. Bahan beracun atau bahan lainnya yang mudah menguap dengan LD50 (rat)
<500 mg/kg atau yang setara, mudah diabsorpsi kulit atau selaput lendir;
d. Bahan etilogik/biomedik;
e. Gas atau cairan beracun atau mudah menyala yang dimampatkan;
f. Gas atau cairan atau campurannya yang bertitik nyala kurang dari 35 0C;
g. Bahan padat yang mempunyai sifat dapat menyala sendiri.
Klasifikasi III, meliputi :
Bahan yang dapat meledak karena sebab-sebab lain, tetapi tidak mudah
(2) tepat mutu,
meledak karena sebab-sebab seperti bahan klasifikasi II;
(3) tepat jenis pestisida, Rumah Sakit Kabupaten/Kota
(4) tepat waktu, Rumah Sakit Tentara
Rumah Sakit Departemen lainnya.
(5) tepat dosis atau konsentrasi, dan
Rumah Sakit Swasta.
(6) tepat cara penggunaan.
Menurut PMK: 340/MENKES/PER/III/2010 tentang KLASIFIKASI RUMAH
SAKIT, Penggolongan Rumah Sakit dibagi menjadi dua yaitu;
Berdasarkan pelayanannya:
Rumah Sakit Umum: pelayanan kesehatan semua bidang dan jenis penyakit.
Rumah Sakit Khusus: pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis
penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis
penyakit atau kekhususan lainnya
Berdasarkan kepemilikan dan pengelolaannya:
Rumah Sakit Publik: RS yang dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah,
dan Badan Hukum yang bersifat Nirlaba
Rumah Sakit Privat: RS yang dikelola oleh Badan Hukum dengan tujuan
Profit yang berbentuk PT atau persero
Tipe RS
Rumah Sakit Tipe A
mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis dan subspesialis luas oleh
pemerintah ditetapkan sebagai rujukan tertinggi (Top Referral Hospital) /RS pusat.
Rumah Sakit Tipe B
kedokteran spesialis dan subspesialis terbatas. disetiap Ibukota propinsi yabg
menampung pelayanan rujukan di rumah sakit kabupaten.
Rumah Sakit Tipe C
spesialis terbatas. disetiap ibukota Kabupaten (Regency hospital) yang menampung
RUMAH SAKIT pelayanan rujukan dari puskesmas.
UU No. 44 tahun 2009 ttg RS Rumah Sakit Tipe D
RS yang bersifat transisi dengan kemampuan hanya memberikan pelayanan
kedokteran umum dan gigi. menampung rujukan yang berasal dari puskesmas.
Berdasarkan jenisnya yaitu :
Rumah Sakit Tipe E
Rumah Sakit Umum
RS khusus (spesial hospital) yang menyalenggarakan hanya satu macam pelayan
Rumah Sakit JiwaRumah
kesehatan kedokteran saja. misal, RS kusta, paru, jantung, kanker, ibu dan anak.
Sakit Khusus yang meliputi :
Rumah Sakit Kusta
Rumah Sakit Tuberkulosis 2 Standar Pelayanan RS
Rumah Sakit Mata Jenis – jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib:
1. Pelayanan gawat darurat,
Rumah Sakit Ortopaedi dan Protease
2. Pelayanan rawat jalan,
Rumah Sakit Bersalin
3. Pelayanan rawat inap,
Rumah Sakit Khusus Spesialis lainnya.
4. Pelayanan bedah ,
Sedangkan menurut pengelolanya:
5. Pelayanan persalinan dan perinatologi ,
Rumah Sakit Rumah Sakit Vertikal (Depkes RI) 6. Pelayanan intensif,
Rumah Sakit Propinsi 7. Pelayanan radiologi,
8. Pelayanan laboratorium patologi klinik, Kondisi/gangguan/penyakit yang diderita pasien
9. Pelayanan rehabilitasi medik, Perlunya dilakukan tes yang lebih lanjut
10. Pelayanan farmasi, Penyebab kondisi pasien, dan komplikasi yang mungkin terjadi
11. Pelayanan gizi, Konsekuensi apabila tidak diobati
12. Pelayanan,
Opsi pengobatan yang tersedia
13. Pelayanan keluarga miskin,
Potensial risiko dan manfaat terhadap opsi pengobatan
14. Pelayanan rekam medis,
15. Pengelolaan limbah, Lama dan perkiraan biaya pengobatan
16. Pelayanan administrasi manajemen, Hasil, atau outcome yang diharapkan
17. Pelayanan ambulans/kereta jenazah, Perlunya follow-up
18. Pelayanan pemulasaraan jenazah, Tingkat disclosure ini, hendaknya berupa kasus spesifik
19. Pelayanan laundry, Capacity
20. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit, Juga disebut sebagai kompetensi
21. Pencegah Pengendalian Infeksi. Menunjuk pada kemampuan subyek untuk mengerti informasi yang diberikan dan
membentuk suatu keputusan yang beralasan, berdasar pada potensial konsekuensi
3 Informed consent – Persetujuan tindakan medic Pasien mesti diberikan kesempatan untuk bertanya dan mengklarifikasi
menurut kepentingan penggunaannya: keraguannya
Informed Consent dalam prosedural medis / ‘persetujuan tindakan kedokteran’ Tidak boleh ada sedikitpun paksaan
Adalah suatu persetujuan pasien terhadap tindakan medis yang akan dilakukan kepada diri Voluntariness
pasien, tertuang dalam suatu dokumen vital yang ditandatangani Consent mestilah sukarela
Informed Consent dalam praktik klinis Pasien juga seharusnya memiliki kebebasan untuk membatalkan consent yang
suatu persetujuan pasien terhadap penggunaan informasi personal pasien untuk suatu telah disetujuinya, yang disebut sebagai Informed Refusal Consent yang diberikan atas
kepentingan tertentu dasar rasa takut akan cedera, atau intimidasi, miskonsepsi, atau salah memberikan fakta,
Informed Consent dalam penelitian ilmiah, seperti uji coba klinis, atau clinical trial dapat dianggap invalid
Adalah suatu persetujuan seorang subyek penelitian, untuk berpartisipasi dalam suatu uji
coba klinis, yang akan dilakukan kepada diri subyek tersebut Proses Informed Consent
Informed Consent yang diwakilkan biasanya diperoleh dari keluarga pasien/subyek tersebut, Konseling
atau wali yang memiliki otoritas/legalitas untuk memberikan persetujuan tersebut Dokumentasi Informed Consent
Informed Consent Anak Tanggung Jawab Moral Profesi Medis/Peneliti
Informed Consent Penderita Gangguan Mental Tenaga kesehatan – penggolongan nakes
Pasien yang koma atau disedasi Berdasarkan UU No. 36 Tahun 2014[1], pengelompokan Tenaga Kesehatan adalah:
Persetujuan dapat diminta dari keluarga, atau pengasuh, atau seseorang yang 1. tenaga medis meliputi dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dokter gigi spesialis
bertanggungjawab terhadap seorang pasien yang tidak sadarkan diri. Dalam hal 2. tenaga psikologi klinis ialah psikolog klinis
kegawatdaruratan untuk tindak medis yang mesti diambil dalam upaya menyelamatkan 3. tenaga keperawatan terdiri atas berbagai jenis perawat
4. tenaga kebidanan ialah bidan
pasien tersebut
5. tenaga kefarmasian meliputi apoteker dan tenaga teknis kefarmasian
6. tenaga kesehatan masyarakat terdiri atas epidemiolog kesehatan, tenaga
Prasyarat pasien dewasa memberikan consent:
promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga
Pasien haruslah kompeten untuk memberikan consent
administrasi dan kebijakan kesehatan, tenaga biostatistik dan kependudukan,
Pasien menyadari keadaan dirinya, dan mampu berpikir secara jernih
serta tenaga kesehatan reproduksi dan keluarga.
7. tenaga kesehatan lingkungan terdiri atas tenaga sanitasi lingkungan, entomolog
Seorang individu dikatakan memberikan suatu Informed Consent yang valid, apabila kesehatan, dan mikrobiolog kesehatan.
tercantum tiga komponen berikut ini: 8. tenaga gizi terdiri atas nutrisionis dan dietisien.
Disclosure
9. tenaga keterapian fisik terdiri atas fisioterapis, okupasi terapis, terapis wicara, Pemeriksaan lab penegakan diagnosis penyakit
dan akupunktur.
10. tenaga keteknisian medis terdiri atas perekam medis dan informasi kesehatan,
teknik kardiovaskuler, teknisi pelayanan darah, refraksionis optisien /
optometris, teknisi gigi, penata anestesi, terapis gigi dan mulut, dan audiologis.
11. tenaga teknik biomedika terdiri atas radiografer, elektromedis, ahli
teknologi laboratorium medik, fisikawan medik, radioterapis, dan ortotik
prostetik.
12. tenaga kesehatan tradisional terdiri atas tenaga kesehatan tradisional ramuan
dan tenaga kesehatan tradisional keterampilan.
13. tenaga kesehatan lain terdiri atas tenaga kesehatan yang ditetapkan oleh
Menteri yang membindangi urusan kesehatan.
Malpraktik
WHO (1992),”Medical malpractice involves the physician’s failure to conform to the
standar of care for treatment of the patients condition, or lack of skill, or negligence
on providing care the patient, which is the direct cause of an injury to the patient”.
mengandung salah satu unsur berikut.
Konsekuensi?
PENYAKIT NONINFEKSI
1 Kanker Serviks nama virus pencetus
2 Kanker, Stroke, Penyakit Jantung (Infark Jantung,
3 Penyakit degeneratif (Hemofilia, Leukemia, Thalasemia)
4 Diabetes Mellitus tipe 1 dan Tipe 2 (ciri-ciri, perbedaan, istilah kedokteran
untuk DM misal hormon insulin, Hipoglikemia, Hiperglikemia, Poliuria)
5 Penyakit Ginjal Kronik (CKD)
Epidemiologi
1 Interaksi Host Agent Environment
2 Angka kematian kasar, fertility rate, AKI, angka kelahiran, pertambahan
jumlah penduduk
3 Nilai Mean/Rerata, Median, Range, Standar Deviasi, Nilai Hitung
4 Insidens Rate dan Prevalens Rate
5 Pengertian Masa Inkubasi
6 Teori teori sehat dan definisi sehat
7 Paradigma sehat
8 Populasi dan demografi (Transisi demografi)
9 Pola demografi, unsur2 demografi
Metode penyembuhan pengobatan kanker kecuali dengan:
1. Radiasi pengion
2. Radiologi contrast
3. Pembedahan elektif
4. Kemoterapi
5. Implant radioaktif
Efek rumah kaca yg memicu globol warming disebabkan meningkatnya gas ….. Di
atmosfeer:
1. Ozone
2. Karbon
3. Nitrogen
4. Oksigen
5. Hidrogen
=======MAP========
RANGKUMAN KISI-KISI
SKB KESEHATAN
(KEDOKTERAN)
by. Merta Arum