Makalah Pelanggaran Etika Bisnisdocx Compress
Makalah Pelanggaran Etika Bisnisdocx Compress
Oleh :
Tiffany Gumilang Windhesty
A1M012005
A. Latar Belakang
Bisnis modern merupakan realitas yang sangat kompleks. Hal ini tidak hanya
terjadi pada bisnis makro, namun juga mikro. Banyak faktor yang mempengaruhi dan
menentukan kegiatan berbisnis. Sebagai kegiatan sosial, bisnis dengan banyak cara
terjalin dengan kompleksitas masyarakat modern. Karena bisnis merupakan kegiatan
sosial, yang di dalamnya terlibat banyak orang, bisnis dapat dilihat sekurang-
kurangnya dari 3 sudut pandang berbeda, antara lain: sudut pandang ekonomi, sudut
pandang hukum, dan sudut pandang etika.
Dilihat dari sudut pandang ekonomis, bisnis adalah kegiatan ekonomis. Hal
yang terjadi dalam kegiatan ini antara lain tukar menukar, jual beli, mempr oduksi
memasarkan, dan kegiatan lainnya yang bertujuan untuk mencari keuntungan. Namun,
perlu diingat pencarian keuntungan dalam kegiatan berbisnis tidak hanya sepihak,
tetapi diadakan dalam interaksi. Pada kenyataannya, banyak pelaku bisnis di Indonesia
tidak memikirkan tentang hal tersebut. Mereka lebih cenderung untuk mencari
keuntungan sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan kerugian pihak lain. Sebagai
contoh, seseorang yang ingin menjual sepeda motornya kepada seorang pembeli.
Penjual tersebut menjual dengan harga tinggi. Padahal, banyak kekurangan pada motor
tersebut. Namun si penjual tidak mengatakan hal tersebut kepada pembelinya. Dia tidak
peduli dengan kerugian yang akan ditanggung oleh si pembeli. Yang diinginkan
penjual tersebut adalah mendapat banyak keuntungan. Hal ini hanya ada satu pihak
yang diuntungkan, sedangkan yang lain dirugikan.
Dengan tidak mengindahkan peranan sentral dari sudut pandang ekonomis, perlu
ditambahkan juga sudut pandang moral. Dalam kegiatan berbisnis, mengejar
keuntungan adalah hal yang wajar, asalkan dalam mencapai keuntungan tersebut tidak
merugikan banyak pihak. Jadi, dalam mencapai tujuan dalam kegiatan berbisnis ada
batasnya. Kepentingan dan hak-hak orang lain perlu diperhatikan. Perilaku etis dalam
kegiatan berbisnis adalah sesuatu yang penting demi kelangsungan hidup bisnis itu
sendiri. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat
dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang
menguntungkan, tetapi bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan
juga bisnis yang baik secara moral. Perilaku yang baik, juga dalam konteks bisnis,
merupakan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai moral.
Bisnis juga terikat dengan hukum. Dalam praktek hukum, banyak masal ah
timbul dalam hubungan dengan bisnis, baik pada taraf nasional maupun taraf
internasional. Walaupun terdapat hubungan erat antara norma hukum dan norma etika,
namun dua macam hal itu tidak sama. Ketinggalan hukum, dibandingkan dengan etika,
tidak terbatas pada masalah-masalah baru, misalnya, disebabkan perkembangan
teknologi. Pada tahun 1985 di Indonesia terjadi kasus menggemparkan dengan berita
dalam media massa Internasional tentang dibajaknya kaset rekaman yang memuat lagu -
lagu artis kondang dan dibuat untuk tujuan amal. Pada saat itu perbuatan tersebut
menurut hukum yang berlaku di Indonesia masih dimungkinkan, tetapi dari segi etika
tentu tidak dibenarkan karena dua alasan, pertama dengan pembajakan kaset ini, berarti
melanggar hak milik orang lain, kedua pembajakan lebih jelek lagi karena kaset itu
berkaitan dengan maksud amal. Dapat dimengerti bila reaksi di luar negeri terhadap
pembajak Indonesia itu sangat tajam dan emosional.
Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis merupakan hal yang biasa dan
wajar pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak
pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang
berhubungan dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis
yang tidak bertanggung jawab di Indonesia. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk
dari persaingan yang tidak sehat oleh para pebisnis yang ingin menguasai pasar. Selain
untuk menguasai pasar, terdapat faktor lain yang juga mempengaruhi para pebisnis
untuk melakukan pelanggaran etika bisnis, antara lain untuk memperluas pangsa pasar,
serta mendapatkan banyak keuntungan. Ketiga faktor tersebut merupakan alasan yang
umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika dengan berbagai cara.
Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai pelanggaran etika
bisnis di Indonesia serta faktor-faktor yang menyebabkan pelanggaran etika bisnis.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis ?
2. Bagaimana bentuk pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia?
3. Apa faktor-faktor yang mendorong pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika
bisnis ?
C. Tujuan
a. Agar mahasiswa mengetahui pengertian etika dan etika bisnis
b. Agar mahasiswa mengetahui pelanggaran etika dalam berbisnis
c. Agar mahasiswa mengetahui model kasus bagaimana yang melanggar etika
berbisnis
II. PEMBAHASAN
Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman
kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas
dan usaha yang kita sebut bisnis. Etika bisnis merupakan studi standar formal dan bagaimana
standar itu diterapkan ke dalam system dan organisasi yang digunakan masyarakat modern
untuk memproduksi dan mendistribusikan barang dan jasa dan diterapkan kepada orang-
orang yang ada didalam organisasi (Djakfar, 2012).
Banyak yang keberatan dengan penerapan standar moral dalam aktivitas bisnis.
Beberapa orang berpendapat bahwa orang yang terlibat dalam bisnis hendaknya berfokus
pada pencarian keuntungan financial bisnis mereka dan tidak membuang-buang energy
mereka atau sumber daya perusahaan untuk melakukan pekerjaan baik. Etika seharusnya
diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika mengatur semua aktifitas manusia
yang disengaja, dan karena bisnis aktivitas manusia yang disengaja, etika juga hendaknya
berperan dalam bisnis. Argument lain berpandangan bahwa, aktivitas bisnis, seperti juga
aktivitas manusia lainnya, tidak dapat eksist kecuali orang yang terlibat dalam bisnis dan
komunitas sekitarnya taat terhadap standar minimal etika. Bisnis merupakan aktifitas
kooperatif yang eksistensinya mensyaratkan prilaku eksis (Laura, 2012).
Dalam masyarakat tanpa etika, seperti ditulis filsuf Hobbes, ketidakpercayaan dan
kepentingan diri yang tidak terbatas akan menciptakan “perang antar manusia terhadap
manusia lain”, dan dalam situasi seperti itu hidup akan menjadi “kotor, brutal, dan dangkal”.
Karenanya dalam masyarakat seperti itu, tidak mungkin dapat melakukan aktivitas bisnis, dan
bisnis akan hancur. Karena bisnis tidak dapat bertahan hidup tanpa etika, maka kepentingan
bisnis yang paling utama adalah mempromosikan prilaku etika kepada anggotanya dan juga
masyarakat luas (Laura, 2012).
Etika hendaknya diterapkan dalam bisnis dengan menunjukan bahwa etika konsisten
dengan tujuan bisnis, khususnya dalam mencari keuntungan. Contoh merck dikenal karena
budaya etisnya yang sudah lama berlangsung, namun ia tetap merupakan perusahaan yang
secara spektakuler mendapatkan paling banyak keuntungan sepanjang masa.
Sebagian besar orang akan menilai perilaku etis dengan menghukum siapa saja yang mereka
persepsi berprilaku tidak etis, dan menghargai siapa saja yang mereka persepsi berprilaku
etis. Pelanggan akan melawan perusahaan jika mereka mempersepsi ketidakadilan yang
dilakukan perusahaan dalam bisnis lainnya, dan mengurangi minat mereka untuk membeli
produknya. Karyawan yang merasakan ketidakadilan, akan menunjukkan absentisme lebih
tinggi, produktivitas lebih rendah, dan tuntutan upah yang tinggi. Sebaliknya, ketika
karyawan percaya bahwa organisasi adil, akan senang mengikuti manajer. Melakukan apapun
yang dikatakan manajer, dan memandang keputusan manajer sah. Ringkasnya, etika
merupakan komponen kunci manajemen yang efektif. Dengan demikian, ada sejumlah
argument yang kuat, yang mendukung pandangan bahwa etika hendaknya diterapkan dalam
bisnis (Laura, 2012).
Dari ketiga faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh
paling kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama,
dibuatlah iklan dengan sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk
mengunggulkann produk sendiri, tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan
hanya bertujuan untuk menjelek-jelekkan produk iklan lain.
Selain ketiga faktor tersebut, masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi.
Gwynn Nettler dalam bukunya Lying, Cheating and Stealing memberikan kesimpulan
tentang sebab-sebab seseorang berbuat curang, yaitu :
1. Orang yang sering mengalami kegagalan cenderung sering melakukan
kecurangan.
2. Orang yang tidak disukai atau tidak menyukai dirinya sendiri cenderung
menjadi pendusta.
3. Orang yang hanya menuruti kata hatinya, bingung dan tidak dapat
menangguhkan keinginan memuaskan hatinya, cenderung berbuat curang.
4. Orang yang memiliki hati nurani (mempunyai rasa takut, prihatin dan rasa
tersiksa) akan lebih mempunyai rasa melawan terhadap godaan untuk berbuat
curang.
5. Orang yang cerdas (intelligent) cenderung menjadi lebih jujur dari pada orang
yang dungu (ignorant).
6. Orang yang berkedudukan menengah atau tinggi cenderung menjadi lebih jujur.
7. Kesempatan yang mudah untuk berbuat curang atau mencuri, akan mendorong
orang melakukannya.
8. Masing-masing individu mempunyai kebutuhan yang berbeda dan karena itu
menempati tingkat yang berbeda, sehingga mudah tergerak untuk berbohong,
berlaku curang atau menjadi pencuri.
9. Kehendak berbohong, main curang dan mencuri akan meningkat apabila orang
mendapat tekanan yang besar untuk mencapai tujuan yang dirasakannya sangat
penting.
10. Perjuangan untuk menyelamatkan nyawa mendorong untuk berlaku tidak jujur.