LAPORAN TAHUNAN
PERIODE 2017
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………….ii
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………..iii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………………………….2
C. CAPAIAN KINERJA…………………………………………………………………………………….21
D. ANGGARAN………………………………………………………………………………………………23
A. KENDALA…………………………………………………………………………………………………26
B. SOLUSI……………………………………………………………………………………………….....26
LAMPIRAN…………………………………………………………………………………………………………......28
ii | O m b u d s m a n P a p u a
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala berkat dan karunia-Nya
sehingga Ombudsman Republik Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Papua dapat
melaksanakan program selama Tahun 2017, dengan berbagai tantangan dan keberhasilan
yang dicapai. Dengan sebuah harapan, bahwa kualitas pelayanan publik di Provinsi Papua
dapat mengalami peningkatan. Ombudsman Republik Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi
Papua sebagai representatif Ombudsman Republik Indonesia memiliki tanggungjawab yang
besar dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik yang ada di Provinsi ini, melalui
program kerja yang telah direncanakan selama 1 (satu) tahun dan telah selesai berjalan 12
(dua belas) bulan yaitu bulan Januari hingga Desember Tahun 2017. Mengakhiri Tahun
2017, Ombudsman Republik Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Papua telah
mempersiapkan laporan sebagai bagian dari pertanggungjawaban. Dari keseluruhan
program kerja kantor perwakilan, baik Bidang Pencegahan dan Bidang Penyelesaian
Laporan.
Laporan ini disusun terdiri dari III Bab yang disusun secara berkesinambungan
artinya proses laporan disusun secara berurutan mulai dari Bab I sampai dengan Bab III dan
antara Bab yang satu dengan Bab yang sebelumnya saling berhubungan. Secara garis besar
Bab I membahas tujuan, sasaran, dan sejauh mana capaian tujuan dan sasaran tersebut
serta kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya. Disajikan pula langkah-Iangkah yang
telah dilakukan untuk mengatasi kendala tersebut dan langkah antisipatif untuk
menanggulangi kendala yang mungkin akan terjadi pada tahun mendatang, Pada Bab II
membahas Program dan Kegiatan dan Capaian Kinerja Periode 2017 dan Anggaran
sedangkan pada bab III adalah Bab Penutup yang membahas kendala-kendala dan solusi
permasahan Ombudsman Republik Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Papua. Selanjutnya
pada halaman lampiran ditampilkan foto-foto Kegiatan Ombudsman Republik Indonesia
Kantor selama periode 2017.
iii | O m b u d s m a n P a p u a
Harapan kami semoga laporan ini dapat memberikan gambaran kepada Ombudsman
Republik Indonesia di Jakarta terkait situasi kerja Ombudsman Republik Indonesia Kantor
Perwakilan Provinsi Papua dan kiranya dapat membantu kerja-kerja Ombudsman Republik
Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Papua agar ke depannya dapat berjalan lebih baik.
iv | O m b u d s m a n P a p u a
IKHTISAR LAPORAN TAHUNAN PERIODE 2017
vi | O m b u d s m a n P a p u a
5. Laporan Berdasarkan Instansi Terlapor
vii | O m b u d s m a n P a p u a
7. Laporan Berdasarkan Hasil Tindaklanjut
viii | O m b u d s m a n P a p u a
OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA
KANTOR PERWAKILAN PROVINSI PAPUA
BAB I
PENDAHULUAN
1
berdaulat secara politik, mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian
dalam kebudayaan telah dilaksanakan oleh pemerintah baik di tingkat pusat
maupun daerah namun untuk mencapai cita-cita tersebut haruslah
diwujudnyatakan dalam implementasi pelayanan publik yang baik di segala
aspek. Untuk mengawal program pemerintah berupa Nawa Cita tersebut,
Ombudsman Republik Indonesia sesuai dengan kewenangan telah mengawasi
implementasi program tersebut yang berlaku secara Nasional.
2
pemberi layanan di beberapa instansi pada pemerintah daerah Kabupaten/kota
di Provinsi Papua. Selain melakukan sosialisasi dan bimbingan teknis,
Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi Papua pada periode tahun
2017 telah menangani 153 laporan pengaduan masyarakat terkait pelayanan
publik yang mana instansi Terlapor tersebut adalah Kepolisian, Kantor
Pertanahan, Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, Pengadilan Negeri,
Pengadilan Tinggi dan Lain-lain.
3
BAB II
PROGRAM, CAPAIAN KINERJA DAN ANGGARAN
4
November 2017 di Fave Hotel. Hasil sosialisasi ini adalah para
peserta memperoleh informasi yang jelas batasan pengawasan yang
dilakukan oleh Ombudsman RI dan mekanisme penyelesaian laporan
di Ombudsman RI;
5
dengan kelompok perempuan sebagai jejaring Ombudsman RI
Provinsi Papua;
6
b. Kerjasama
Kerjasama antar lembaga secara tidak tertulis dalam rangka pencegahan
maladministrasi telah sering dilakukan bersama dengan media dengan
menyepakati adanya komunikasi rutin via grup whats app, termasuk
siaran pers rutin. Selain itu, dua instansi telah menginisiasi terbangunnya
kerjasama baik dalam bentuk Perjanjian Kerja Sama (PKS) atau
Memorandum Of Understanding (MoU). Dua instansi tersebut adalah
Komisi Informasi Papua (KIP) dan Universitas Sains dan Teknologi
Jayapura (USTJ), yang mana proses penandatanganan belum dilakukan
namun telah disepakati draft MoU/ Kerjasama melalui pertemuan yang
dilakukan oleh kedua belah pihak.
7
Peningkatan Penilaian Dari Tahun 2016 Ke Tahun 2017 Antara Lain:
Pemerintah Daerah 2016 2017
Kementerian ATR/BPN
No. Kantor Pertanahan Produk Pelayanan Nilai/Zona
Pelayanan Pengukuran Bidang Tanah 18.00
1 Kab. Kep. Yapen
Pendaftaran Hak Milik Perorangan 18.00
Pelayanan Pengukuran Bidang Tanah 44.50
2 Kab. Jayapura
Pendaftaran Hak Milik Perorangan 50.50
Pelayanan Pengukuran Bidang Tanah 18.00
3 Kab. Keerom
Pendaftaran Hak Milik Perorangan 18.00
Pelayanan Pengukuran Bidang Tanah 83.50
4 Kota Jayapura
Pendaftaran Hak Milik Perorangan 83.50
8
Kepolisian Negara Republik Indonesia
No. Polres Produk Pelayanan Nilai/Zona
Pelayanan Penerbitan SKCK 97.00
1 Polres Jayapura
Permohonan SIM Baru Perseorangan 95.00
Pelayanan Penerbitan SKCK 49.00
2 Polres Keerom
Permohonan SIM Baru Perseorangan 73.50
Pelayanan Penerbitan SKCK 45.00
3 Polres Kep. Yapen
Permohonan SIM Baru Perseorangan 68.50
Pelayanan Penerbitan SKCK 58.50
4 Polres Biak Numfor
Permohonan SIM Baru Perseorangan 82.50
Pelayanan Penerbitan SKCK 52.50
5 Polres Kota Jayapura
Permohonan SIM Baru Perseorangan 66.50
Dari 4 tahun survei atau penilaian ini menjadi sebuah alat ukur kinerja
pemerintah daerah dalam hal pelayanan publik, sehingga perlu menjadi
perhatian guna memaksimalkan pelayanan bagi masyarakat. Pemerintah
Kota Jayapura merupakan satu-satunya daerah survei di Papua yang
masuk pada zonasi kuning (tingkat kepatuhan sedang) dengan nilai 54,43
(51 produk dari 11 dinas), dibanding tahun sebelumnya yang masuk
kategori rendah. Peningkatan ini tentunya diakibatkan juga oleh adanya
beberapa Dinas yang memiliki tingkat Kepatuhan Tinggi seperti Dinas
Kependudukan dan Pencatatan Sipil (nilai 95,5 dari 7 produk) dan Dinas
Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (nilai 93,5 dari 10
produk). Pada kenyataannya kedua dinas tersebut sering mendapatkan
apresiasi dari masyarakat luas, bahkan Dinas PMPTSP pada beberapa
kesempatan dijadikan objek kunjungan dari kabupaten lain yang ingin
belajar mengenai penyelenggaraan pelayanan perijinan terpadu. Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi merupakan dinas dengan
tingkat kepatuhan terendah di Pemerintah Kota Jayapura (nilai 8 dari 4
produk). Zonasi kuning oleh Pemerintah Kota Jayapura sesuai hasil survei
tahun 2017 juga dapat disejajarkan dengan Kota Bogor, Batam,
Makassar, Tangerang dan Kota Malang.
9
Dari hasil survei, pada umumnya terdapat beberapa komponen yang
paling banyak tidak dipenuhi dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
antara lain seperti ketersediaan informasi mengenai biaya/tarif pelayanan,
persyaratan, jangka waktu penyelesaian produk, ketersediaan
maklumat/janji layanan, dan ketersediaan sarana bagi pengguna
berkebutuhan khusus.
10
- Penyerahan hasil Penilaian Kepatuhan Kepada Polres Kabupaten
Jayapura;
- Penyerahan hasil Penilaian Kepatuhan Kepada Polres Kabupaten Keerom.
f. Lainnya
Beberapa item kegiatan Pencegahan Maladministrasi seperti Jumlah
perbaikan kebijakan pelayanan publik dan Jumlah Partisipasi Publik belum
dilaksanakan/masih dalam proses.
11
c. Pejabat atau instansi yang tidak bersedia atau lalai melakukan
pemeriksaan terhadap pejabat yang dilaporkan, tidak
mengambil tindakan administratif, atau tindakan hukum
terhadap pejabat yang terbukti bersalah
Berdasarkan kriteria instansi yang tidak bersedia atau lalai melakukan
pemeriksaan terhadap pejabat yang dilaporkan, tidak mengambil tindakan
administratif, atau tindakan hukum terhadap pejabat yang terbukti
melakukan maladministrasi antara lain adalah Pemerintah Daerah, kantor
pertanahan, Kepolisian, Kementerian Hukum dan HAM, TNI, Pengadilan
dan BUMN. Instansi tersebut masuk ke dalam kategori ini karena surat
klarifikasi pertama dan/atau klarifikasi kedua yang sampai batas
waktunya (14 hari) belum di tindaklanjuti, sehingga perlu di undang atau
sebagainya.
e. Investigasi
Investigasi di Ombudsman Republik Indonesia terbagi menjadi dua
bagian, antara lain dalam bidang Penyelesaian Laporan dan bidang
pencegahan. Dalam bidang penyelesaian laporan selama tahun 2017
Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Papua telah melakukan
beberapa kegiatan investigasi terkait laporan masyarakat.
12
12. Investigasi lapangan terkait laporan masyarakat An. Ariance Wadi;
13. Investigasi lapangan terkait laporan pengaduan masyarakat atas nama
Bpk. Latief;
14. Investigasi lapangan terkait dugaan Garatifikasi KPUD Kepulauan
Yapen.
Adapun hasil yang diperoleh dari investigasi Dana Desa ini, bahwa terdapat
adanya keterlambatan distribusi dana desa, pelaksanaan program tidak
sesuai dengan perencanaan program, adanya temuan pengadaan alat
yang belum dapat dipertanggungjawabkan di tingkat distrik, masih
minimnya kemampuan aparatur kampung dalam mengelola dana desa.
Berdasarkan hasil ini Ombudsman Republik Indonesia Provinsi Papua
memberikan saran perbaikan kepada Pemerintah Kabupaten Kepulauan
Yapen sebagai berikut :
1. Pemerintah Daerah perlu memaksimalkan Peraturan Daerah atau
Peraturan Bupati terkait penyaluran Dana Desa, melalui peran
pengawasan Inspektorat pada pemerintah daerah;
2. Penyeragaman format dokumen pertanggungjawaban agar
memudahkan verifikator dalam pemeriksaan;
3. Perlu adanya efisiensi alur pemeriksaan dokumen pertanggungjawaban
dari Kampung;
4. Peningkatan pengawasan pada proses penyaluran Dana Desa;
5. Aparat Kampung perlu menginformasikan Laporan realisasi dan
laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan kepada masyarakat
secara tertulis dan melalui media informasi yang mudah diakses oleh
masyarakat.1
1
Laporan Hasil Kajian (OMI-Rapid Assessment) Ombudsman RI Provinsi Papua di Kabupaten Kepulauan Yapen Tentang
Penyalahgunaan Wewenang terkait Proses Penyaluran Dana Desa di Kabupaten Kepulauan Yapen, 2017, Jayapura;
13
f. Mediasi
Ombudsman Republik Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Papua pada
bidang penyelesaian laporan sepanjang tahun 2017 telah 5 (lima) kali
melakukan mediasi terkait laporan masyarakat.
1. Mediasi dengan Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Jayapura;
2. Mediasi laporan masyarakat antara Jhon C. Sinambela dengan BPJS
Kesehatan;
3. Mediasi laporan masyarakat antara Pihak Bpk. Lodywik Nero dengan
Pihak BBPJN XVIII;
4. Mediasi laporan masyarakat antara Chlemens Asaribab dengan Dinas
Pendidikan Kabupaten Jayapura;
5. Mediasi laporan masyarakat antara Chlemens Asaribab dengan BKD
Kabupaten Jayapura.
g. Monitoring
Monitoring yang dimaksud pada bidang penyelesaian laporan adalah
bagaimana kita menindaklanjuti laporan yang belum memperoleh
tanggapan dan melakukan koordinasi kepada instansi terkait mengenai
klarifikasi laporan masyarakat yang belum memperoleh tanggapan,
dengan asusmsi bahwa surat klarifikasi belum diterima.
14
12. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Kantor KPKC Sinode
GKI Papua;
13. Koordinasi rencana kerjasama antara Ombudsman RI Perwakilan
Papua dengan DPRD Kabupaten Keerom;
14. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Pemerintah Provinsi
Papua.
15. Penyerahan hasil Penilaian Kepatuhan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Jayapura dan Koordinasi dengan Kapolres Kabupaten
Jayapura;
16. Penyerahan hasil Penilaian Kepatuhan kepada Pemerintah Daerah
Kabupaten Keerom dan melakukan Koordinasi dengan Kapolres
Kabupaten Keerom;
17. Monitoring Laporan Masyarakat An. Pelapor Cornelis Samanuy di
Kabupaten Jayapura;
18. Pemantauan USBN SMA/SMK Tahun 2017;
19. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan BPJS Ketenagakerjaan
Jayapura;
20. Monitoring pada Lembaga Pemasyarakatan di Kota Jayapura,
Kabupaten Jayapura, Kabupaten Biak Numfor, Kabupaten Kepulauan
Yapen, dan Kabupaten Mimika;
21. Monitoring Seleksi CPNS pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum
dan HAM Papua;
22. Monitoring proses Penerimaan Peserta Didik Baru (PPBD) Tahun 2017;
23. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Kepala Divisi
Pemasyarakatan Kantor Wilayah Hukum dan HAM Papua;
24. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Kepala Lembaga
Pemasyarakatan Klas IIB Biak Numfor;
25. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Polda Papua;
26. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Kantor UPBU
Kepulauan Yapen;
27. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Kantor UPBU Numfor
Kabupaten Biak Numfor;
28. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Dinas Kependudukan
dan Pencatatan Sipil Kota Jayapura;
29. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Kantor Balai Besar
Pelaksanaan Jalan Nasional XVIII;
30. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Bupati Kabupaten
Keerom;
31. Koordinasi terkait Laporan Masyarakat dengan Dinas Lingkungan
Hidup Kabupaten Keerom;
32. Koordinasi pada Bawaslu Provinsi Papua terkait Pilkada Kabupaten
Jayapura;
33. Koordinasi terkait laporan masyarakat pada kantor BKN Regionl IX
Jayapura;
15
34. Pemantauan Sidang DKPP terkait PSU Kabupaten Jayapura di
Kejaksaan Tinggi Jayapura;
35. Pemantauan pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)
pada beberapa SMP di Kota Jayapura;
36. Pemeriksaan dokumen pada sentra gakkumdu Kabupaten Jayapura
terkait sengketa PSU;
37. Koordinasi terkait laporan pengaduan masyarakat pada kantor
pertanahan di kabupaten jayapura;
38. Pemantauan pembangunan pasar mama papua;
39. Koordinasi sesuai surat tugas nomor 0100/PW.31-ST/V/2017 dan
nomor 0102/PW.31-ST/V/2017;
40. Koordinasi dengan pengadilan tinggi Papua terkait laporan masyarakat
atas nama Zainal Abidin.
41. Penyerahan hasil penilaian kepatuhan standar pelayanan publik pada
pemda provinsi papua;
42. Koordinasi dengan BPPJN XVIII terkait penyelesaian laporan;
43. Koordinasi dengan Dinas PU dan Perumahan.
h. Monitoring Review
Monitoring review dimaksudkan untuk melakukan pemantauan terhadap
pelaksanaan saran dan rekomendasi Ombudsman yang dikeluarkan bagi
instansi yang melakukan perbuatan maladministrasi. Secara khusus di
Provinsi Papua, pada tahun 2017 terdapat 1 (satu) laporan yang oleh
Ombudsman Republik Indonesia telah dikeluarkan saran perbaikan
melalui Laporan Akhir Hasil Pemeriksaan, yaitu mengenai Dugaan
Penyimpangan Prosedur oleh GAKKUMDU Kabupaten Jayapura Terkait
Penetapan Tersangka Terhadap 19 Kepala Distrik di Kabupaten Jayapura.
Adapun saran perbaikan adalah :
1. Ketua Bawaslu Republik Indonesia agar melakukan peninjauan dan
memperbaiki kembali hasil kajian Panitia Pengawas Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Jayapura yang telah diasistensi oleh Bawaslu RI
Provinsi Papua terkait Dugaan Pelanggaran Tindak Pidana Pemilihan
yang dilakukan oleh 19 Kepala Distrik di Kabupaten Jayapura;
2. Ketua Bawaslu RI Provinsi Papua agar dapat mengkaji kembali
pelaporan dan penanganan dugaan pelanggaran di Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Jayapura, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan meninjau kembali prosedur
penonaktifan 2 (dua) anggota Panitia Pengawas Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Jayapura;
3. Koordinator Sentra Gakkumdu Kabupaten Jayapura agar memperbaiki
tata cara penanganan laporan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan melakukan peninjauan kembali proses
pidana yang telah ditetapkan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
16
4. Penyelenggara Pemilihan Umum Daerah Kabupaten Jayapura (KPUD
Kabupaten Jayapura, Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah
Kabupaten Jayapura) agar mempertanggungjawabkan proses
pelaksanaan Pemilihan Umum secara akuntabel dan transparan
kepada masyarakat termasuk kepada Ombudsman Republik Indonesia
terkait tindaklanjut penanganan laporan/pengaduan masyarakat
sebagai wujud pelayanan publik dan tata kelola pemerintahan yang
baik;
5. Sentra Gakkumdu Provinsi agar memberikan Sanksi berupa
pembinaan kepada Gakkumdu Kabupaten Jayapura;
6. Ketua Bawaslu RI agar memberikan Sanksi berupa pembinaan kepada
Bawaslu Provinsi Papua, Panwaslu Kabupaten Jayapura;
7. Aparat penegak hukum dalam menindak lajuti dugaan tidak pidana
pemiliha Kepala Daerah wajib mempertimbangkan kecermatan unsur
pembuktian dalam setiap tahapan pemeriksaan mulai dari dugaan
pelanggaran hingga ditetapkan sebgai tindak pidana dan dampak
sosial sebagai wujud penegakan hukum dan demokrasi dalam proses
pemeriksaan hingga putusan peradilan;
8. Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah di Kabupaten Jayapura wajib
melaksanakan tugas pokok dan fungsi dalam proses peletakan dasar
dan penegakan demokrasi dengan penuh rasa tanggung jawab,
berintegritas, akuntabel dan transparan demi terlaksananya Pilkada
yang bersih dan menghasilkan Pemimpin yang berintegritas dan
bebas KKN (Korupsi Kolusi dan Nepotisme);
9. Berdasarkan Peraturan Bersama Komisi Pemilihan Umum, Badan
Pegawas Pemilihan Umum, dan Dewan Kehormatan Peyelenggara
Pemilihan Umum Nomor 13 Tahun 2012, Nomor 11 Tahun 2012, dan
Nomor 1 Tahun 2012, Tentang Kode Etik Penyelenggara Pemilihan
Umum, Pasal 10 huruf h, huruf i dan huruf j, Pasal 11 huruf c, maka
KPUD Kabupaten Jayapura, Panwaslu Kabupaten Jayapura dan
Bawaslu Provinsi Papua dapat diberikan sanksi Kode Etik Pasal 17
ayat (2).
17
B. Ikhtisar Laporan Tahun 2017
18
82, Keluarga Korban 22, kelompok masyarakat 13, Inisiatif Investigasi 13,
Media 8, Badan Hukum 5, Instansi Pemerintah 1, Lembaga bantuan hukum
2, Lembaga Swadaya Masyarakat 2, Kuasa Hukum 2, Organisasi Profesi 2
dan lain-lain 2. Klasifikasi Pelapor menandakan tugas fungsi dan peranan
Ombudsman Republik Indonesia mulai diketahui masyarakat, seiring dengan
proses waktu berjalan hadirnya Ombudsman Republik Indonesia di Provinsi
Papua.
19
C. Capaian Kinerja
Ombudsman Republik Indonesia Kantor Perwakilan Provinsi Papua pada
Tahun 2017 menangani laporan pengaduan masyarakat dengan ikhtisar
sebagai berikut :
6. Jumlah perbaikan - - -
kebijakan pelayanan
publik
Penyelesaian Laporan :
20
rekomendasi
3. Pejabat atau instansi - 7 instansi 0%
yang tidak bersedia
atau lalai melakukan
pemeriksaan terhadap
pejabat yang
dilaporkan, tidak
mengambil tindakan
administratif, atau
tindakan hukum
terhadap pejabat yang
terbukti bersalah
Pencegahan Maladministrasi
21
Penyelesaian Laporan
D. Anggaran
Tabel Anggaran
2. Kerjasama Rp.,- Rp ,-
Penyelesaian Laporan :
22
2. Pejabat atau Instansi yang tidak Rp.,- Rp ,-
bersedia memnuhi permintan
dan/atau melaksanakan
rekomendasi
Pencegahan Maladministrasi
23
Penyelesaian Laporan
24
BAB III
PENUTUP
a. Kendala
Secara umum, kendala dalam pelayanan Kantor Perwakilan selama
periode tahun 2017 dapat dikategorikan kedalam dua faktor, yaitu faktor
internal dan faktor eksternal. Hal internal yang menjadi bagian penting
dalam pelayanan kantor perwakilan adalah terkait belum ada distribusi
peran yang maksimal antara Asisten dan Bendahara Pengeluaran sebagai
supporting system dalam pelaksanaan pelayanan di kantor perwakilan,
misalnya dalam pengadaan kebutuhan kantor harus dikontrol atau
bergantung pada keaktifan Kepala Perwakilan dan Asisten untuk
menyampaikan, jika tidak, hal tersebut sering terkendala.
b. Solusi
Dalam kaitan dengan kendala diatas, tawaran solusi yang sekiranya dapat
dilakukan dalam memasuki tahun pelayanan yang baru 2018, yaitu
memaksimalkan koordinasi dan komunikasi dalam membangun support
system internal baik di dalam Kantor Perwakilan maupun mekanisme
koordinasi dengan agar lebih efektif dalam pelaksanaan layanan. Dan
untuk menjawab masalah faktor eksternal diharapkan dapat membangun
kembali komunikasi dan koordinasi yang intens dengan Pemerintah
Provinsi dan intansi vertikal yang masih minim koordinasi melalui audiensi
dan pertemuan rutin.
Uraian diatas menjadi sebagian gambaran dari pelayanan publik yang ada
di Papua, banyak hal yang tentunya belum dilakukan secara maksimal
namun tetap kami berproses dengan kondisi yang ada dan berusaha
menjadi lebih baik dari sebelumnya. Untuk itu dalam keberlanjutan
program kerja kantor perwakilan akan mengembangkan kerja berjejaring
dengan lembaga-lembaga yang mempunyai fokus kerja pada
25
pengawasan pelayanan publik, dan melakukan lebih banyak sosialisasi
melalui media lokal dan juga dalam bentuk diskusi terfokus.
26
LAMPIRAN
DOKUMENTASI PERWAKILAN PROVINSI PAPUA
LAMPIRAN 1
Penyelesaian Laporan
Mediasi laporan masyarakat antara Pihak Bpk. Lodywik Nero dengan Pihak BBPJN
XVIII
Penyelesaian laporan masyarakat An. Pelapor Adolf Dimo terkait pembayaran pekerjaan
perumahan yang belum dibayarkan oleh Pemerintah Daerah Kabupaten Sarmi
Mediasi laporan masyarakat antara Orangtua anak Berlian dengan Pihak P2TPA
Penyelesaian Laporan Masyarakat An. Pelapor LBH „Kyadawun‟ terkait tindakan
kekerasan yang dialami tahanan di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIB Biak
Numfor
Monitoring Seleksi CPNS pada Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Papua
LAMPIRAN 2
Pencegahan
Temu Sobat Ombudsman Papua, senam aster bersama, bagian merawat komunitas,
10 November 2017
Lampiran 6
Pada Provinsi Papua terdapat 6 lokus yang dinilai, antara lain Pemerintah Provinsi
Papua, Pemerintah Kota Jayapura, Pemerintah Kabupaten Keerom, Pemerintah
Kabupaten Jayapura, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen dan Pemerintah
Kabupaten Biak Numfor. Berdasarkan hasil survei tahun 2017, Pemerintah Kota
Jayapura menempati zona kuning (tingkat kepatuhan sedang), sedangkan
Pemerintah Provinsi Papua, Pemerintah Kabupaten Jayapura, Pemerintah
Kabupaten Keerom, Pemerintah Kabupaten Kepulauan Yapen dan Pemerintah
Kabupaten Biak Numfor masih menempati zona merah (tingkat kepatuhan
rendah).
2016 2017
Pemerintah Daerah Jumlah Nilai/ Jumlah Nilai/
Produk Zona Produk Zona
Provinsi Papua 48 18,06 65 46,73
Kota Jayapura 49 46,78 51 54,43
Kab. Jayapura 21 25,52 34 35,88
Kab. Keerom 52 15,83 40 16,53
Kab. Kep. Yapen 56 11,99 55 9,76
Kab. Biak Numfor 40 22,33 38 27,34
Tabel Nilai dan Zonasi Kepatuhan 6 daerah pemerintahan di Papua
0 10 20 30 40 50 60
2017 2016
Dari hasil survei, pada umumnya terdapat beberapa komponen yang paling
banyak tidak dipenuhi dalam penyelenggaraan pelayanan publik, antara lain
seperti ketersediaan informasi mengenai biaya/tarif pelayanan, persyaratan,
jangka waktu penyelesaian produk, ketersediaan maklumat/janji layanan, dan
ketersediaan sarana bagi pengguna berkebutuhan khusus.
Bahwa tingkat kepatuhan suatu daerah yang tinggi terhadap pemenuhan standar
pelayanan publik diharapkan dapat membantu menekan potensi terjadinya
perbuatan Maladministrasi (penyalahgunaan wewenang, penyimpangan
prosedur, penundaan berlarut, pungutan liar, tidak memberikan pelayanan, dll)
dalam pemberian suatu layanan. Dengan kata lain bahwa tingkat kepatuhan
tinggi maka potensi Maladministrasi rendah, begitu juga sebaliknya. Namun
demikian hal tersebut tentunya belum menjamin sepenuhnya penyelenggaraan
layanan di daerah tersebut telah bersih, hal ini dikarenakan adanya perilaku
koruptif oleh oknum pelaksana layanan.
Beberapa penyelenggara pemerintahan beranggapan bahwa pemenuhan standar
layanan dalam suatu daerah tidaklah menjadi tolak ukur keberhasilan
pembangunan pelayanan publik, karena yang lebih utama ialah pelaksana
layanan dapat menyelenggarakan pelayanan yang menyeluruh kepada
masyarakat. Anggapan tersebut tentunya merupakan pemikiran yang salah
dikarenakan pemenuhan standar pelayanan merupakan kewajiban
penyelenggara negara sebagai penyedia layanan yang bertindak sebagai batasan
sekaligus jaminan sejauhmana pelayanan tersebut berjalan dengan baik dan
benar.
Di Papua, terdapat 2 (dua) kementerian dan 1 (satu) lembaga yang dinilai oleh
Ombudsman antara lain Kementerian Hukum dan HAM untuk pelayanan pada
Kantor Imigrasi, Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN untuk pelayanan
pada Kantor Pertanahan dan pada Lembaga Kepolisian Republik Indonesia untuk
pelayanan pada Satuan Penyelenggara Administrasi SIM dan pelayanan SKCK
pada Sat Intelkam.
1. Kementerian ATR/BPN
1
http://portal.ahu.go.id/id/detail/75-berita-lainnya/1763-kemenkumham-raih-penghargaan-
kepatutan-tinggi-dari-ombudsman
2
http://batamnews.co.id/berita-28118-akbp-agus-fajaruddin-terima-dua-penghargaan-
bergengsi-dari-kapolri.html
http://bangka.tribunnews.com/2017/12/14/polres-babar-terima-penghargaan-kapolri-
sebagai-polres-terbaik-bidang-pelayanan-penerbitan-sim
LAMPIRAN 7
Adapun pihak Terlapor adalah; KPUD Kabupaten Jayapura, Tim Gakkumdu Kabupaten
Jayapura, Panitia Pengawas Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Jayapura, Bawaslu RI
Provinsi Papua dan Bawaslu Republik Indonesia.
I. URAIAN LAPORAN/PENGADUAN
10. Menurut Pelapor Surat Pernyataan Sikap yang disampaikan oleh Asosiasi Kepala
Distrik Kabupaten Jayapura yang ditujukan kepada Bawaslu RI tersebut intinya
hanya memberikan respon atas hasil penetapan KPUD Kabupaten Jayapura untuk
pelaksanaan PSU dengan mempertimbangkan dampak situasi yang akan muncul
dikemudian hari;
11. Bahwa hingga saat Pelapor menyampaikan laporan kepada Ombudsman Republik
Indonesia Perwakilan Provinsi Papua, Pelapor belum memperoleh informasi yang
jelas tentang prosedur penanganan laporan dan mekanisme penyelesaian
dugaan pelanggaran oleh Panwaslu maupun sentra GAKKUMDU.
A. Permintaan Klarifikasi
1. Pada tanggal 03 April 2017 sekitar pukul 10.30 WIT Tim Ombudsman
melakukan pertemuan dengan Bawaslu Provinsi Papua, yang diwakili oleh
Sdri. Fegie Watimena. Adapun keterangan yang diberikan sebagai berikut:
a. Bahwa 2 (dua) anggota Panwas Kabupaten Jayapura dinonaktifkan
dengan alasan menolak melaksanakan PSU di Kabupaten Jayapura;
b. Bahwa Sdri. Fegie Watimena selaku Ketua Bawaslu Provinsi Papua
merangkap sebagai Ketua Panwaslu Kabupaten Jayapura;
c. Bahwa benar ada mobilisasi Panwaslu Distrik oleh para Kepala Distrik,
dimana Panwas Distrik diminta untuk menolak PSU di Kabupaten
Jayapura;
2. Pada tanggal 07 April 2017 sekitar pukul 09.00 WIT Tim Ombudsman
melakukan pertemuan dengan Gakkumdu Kabupaten Jayapura dalam hal ini
Kasat Reskrim bertempat di Polres Jayapura. Tim Ombudsman juga meminta
salinan Berita Acara Pemeriksaan. Adapun keterangan yang diberikan adalah:
a. Bahwa Polres Jayapura telah mengirimkan Surat Panggilan Pertama
kepada para Kepala Distrik per tanggal 21 Maret 2017 akan tetapi para
Kepala Distrik berhalangan hadir karena sedang mengikuti kegiatan
Rakernas dan Musrembang sehingga Polres Jayapura melakukan
pemanggilan yang kedua;
b. Bahwa benar telah dilakukan penjemputan kepada Kepala Distrik pada
tanggal 27 Maret 2017, mengingat waktu yang cukup singkat yang
dimiliki oleh Gakkumdu dalam menyelesaikan permasalahan tersebut;
c. Bahwa Gakkumdu memiliki bukti-bukti adanya keberpihakan Aparatur
Sipil Negara (ASN) dalam hal ini 19 Kepala Distrik;
d. Hasil kajian Panwaslu Kabupaten Jayapura hanya menemukan surat
perintah melakukan pemeriksaan terhadap 19 Kepala Distrik;
3. Pada tanggal 07 April 2017 sekitar pukul 10.00 WIT Tim Ombudsman
melakukan pertemuan dengan mantan Ketua Panwaslu Kabupaten Jayapura,
Sdr. Ronald Manoach. Adapun keterangan yang diberikan sebagai berikut :
a. Bahwa benar saat ini Ketua Panwaslu Kabupaten Jayapura diambil alih
oleh Ketua Bawaslu Provinsi Papua, Sdri. Fegie Wattimena;
b. Dua anggota Panwaslu Kabupaten Jayapura dinonaktifkan sementara
karena kondisi internal dan untuk mengisi kekosongan tersebut
diperbantukan dua orang anggota dari Bawaslu Provinsi Papua;
c. Sdr. Ronald Manoach akan berkoordinasi dengan Bawaslu Provinsi Papua
dan Bawaslu Republik Indonesia terkait dokumen yang diminta oleh Tim
Ombudsman diantaranya adalah kajian rekomendasi Panwaslu
Kabupaten terkait ditetapkannya 19 Kepala Distrik sebagai tersangka
serta SOP baik yang digunakan oleh Gakkumdu maupun Panwaslu;
8. Pada tanggal 04 Mei 2017, Tim Ombudsman telah mengundang Ibu Lidia
Mokay selaku Ketua KPUD Kabupaten Jayapura, namun hingga hari
pemeriksaan yang bersangkutan tidak memberikan konfirmasi kesediaan
kehadiran dan tidak hadir dalam pertemuan dimaksud.
13. Bahwa hanya terdapat 1 (satu) Surat Perintah Tugas yang dikeluarkan oleh
Panwaslu Kabupaten Jayapura dengan Nomor:
23/K.PANWAS/Kab.JYP/III/2017 guna melakukan tugas penyelidikan
terhadap laporan dengan Nomor: 028/LP/PIBUP/III/2017 tanggal 13 Maret
2017 tanpa adanya batasan waktu;
14. Bahwa dalam Surat Perintah Tugas tersebut diatas terdapat nama dua
anggota Panwaslu Kabupaten Jayapura atas nama Bezaliel Ongge, SH dan
Laela Tambawang, S. Psi, MA yang menurut keterangan Ketua Panwaslu
Kabupaten Jayapura bahwa mereka sudah tidak terlibat dalam proses
penerimaan laporan terkait dugaan pelanggaran oleh 19 Kepala Distrik di
kabupaten Jayapura;
15. Bahwa berdasarkan penelusuran dokumen penerusan hasil kajian Panwaslu
Kabupaten Jayapura Nomor: 107/K.Panwas-Kab.Jpr/III/2017 yang
dikonfirmasi dengan dokumentasi Berita Acara Pemeriksaan di Kepolisian
Resor Jayapura sebagai Tim GAKKUMDU terdapat beberapa perbedaan
yang cukup mendasar, antara lain :
a. Tanggal penerimaan laporan oleh Panwaslu Kabupaten Jayapura
adalah tanggal 13 Maret 2017 sementara dokumen kajian yang
terdapat dalam dalam Berita Acara Pemeriksaan di Kepolisian Resor
Jayapura sebagai Tim GAKKUMDU penerimaan laporan oleh Pelapor
tertanggal 10 Maret 2017;
b. Pelapor pada format check list laporan/temuan dikategorikan sebagai
Pengawas Pemilu atas nama Basuki sementara dalam Berita Acara
Pemeriksaan di Kepolisian Resor Jayapura sebagai Tim GAKKUMDU
Pelapor sebagai Pengawas Pemilu atas nama Ronald Manoach;
c. Pemeriksaan oleh Panwaslu Kabupaten Jayapura dilakukan hanya
kepada Pelapor dan dua orang saksi, sementara untuk Kepala Distrik
sebagai Terlapor hanya 4 (empat) orang yang telah dipanggil secara
patut namun berhalangan hadir;
d. Terdapat perbedaan Tanggal Peristiwa pada Hasil Kajian Panwaslu
Kabupaten Jayapura dalam dokumen penerusan hasil kajian Panwaslu
Kabupaten Jayapura Nomor 107/K.Panwas-Kab.Jpr/III/2017 tertera
tanggal 10 Maret 2017 sementara pada dokumen hasil kajian yang
terdapat dalam Berita Acara Pemeriksaan di Kepolisian Resor Jayapura
sebagai Tim GAKKUMDU tanggal peristiwa tidak terisi (dikosongkan);
e. Dalam format check list Laporan Dugaan Tindak Pidana Pemilihan 2017
dalam dokumen penerusan hasil kajian Panwaslu Kabupaten Jayapura
poin 3 (tiga), dicoret salah satu dari perkara yang dilaporkan apakah
termasuk tindak pidana pemilihan atau bukan tindak pidana pemilihan,
sementara dalam Berita Acara Pemeriksaan di Kepolisian Resor
Jayapura sebagai Tim GAKKUMDU tanggal peristiwa tidak dicoret salah
satu dari kedua-duanya;
f. Dalam dokumen penerusan pelanggaran tindak pidana terdapat hasil
pemeriksaan yang di tandatangani oleh Saudari Seprianti, M.P.d.K,
sebagai Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan Pelanggaran
Panwaslu Kabupaten Jayapura, hal ini sangat berbeda dengan
keterangan Saudara Ronald Manoach, ST dimana dirinya yang
menggantikan posisi Sdr. Bezaliel Ongge, SH sebagai Koordinator Divisi
Hukum dan Penindakan Pelanggaran Panwaslu Kabupaten Jayapura,
sementara keterangan Saudari Seprianti, M.P.d.K sendiri bahwa dirinya
hanya staf di Sekretariat Panwaslu Kabupaten Jayapura;
g. Terdapat hanya satu daftar saksi dan juga Tersangka dalam hasil
kajian, tanpa ada daftar saksi dan Terlapor yang dimuat dalam kajian
Panwaslu Kabupaten Jayapura, yang dilakukan atau ditandatangani
oleh Saudari Seprianti, M.P.d.K, sebagai Koordinator Divisi Hukum dan
Penindakan Pelanggaran Panwaslu Kabupaten Jayapura;
h. Terdapat bukti berupa foto Para Kepala Distrik beserta istri dengan
salah satu calon Bupati Kabupaten Jayapura dengan mengacungkan
simbol dua jari yang telah dikonfirmasi kepada salah satu saksi dalam
berita acara klarifikasi tanggal 13 Maret 2017 yang menyatakan bahwa
simbol dua jari tersebut melambangkan dua jari yang digunakan oleh
pasangan calon nomor urut 2 (dua) juga melambangkan MARIO Jilid
dua;
16. Bahwa oleh karena terdapat ketidaksesuaian tersebut diatas, terutama
terkait tanggal penerimaan laporan, telah terindikasi bahwa laporan
tentang dugaan pelanggaran pemilihan oleh 19 Kepala Distrik di Kabupaten
Jayapura disampaikan bukan melalui Panwaslu Kabupaten Jayapura
melainkan terlebih dahulu pada Kepolisian Resor Kabupaten Jayapura;
C. Peraturan Perundang-Undangan
Pasal 1:
Ayat (2): “Penyidikan adalah serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan
menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya.”
Ayat (5): “Penyelidikan adalah serangkaian tindakan penyelidik untuk
mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai tindak pidana
guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan penyidikan menurut cara
yang diatur dalam undang-undang ini.”
Ayat (14): “Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau
keadaannya berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku
tindak pidana.”
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014
tentang Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Gubernur, Bupati dan Walikota.
Pasal 96:
Ayat (7): “Pasangan Calon dan warga masyarakat melalui Saksi Pasangan
Calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya
penghitungan suara oleh KPPS apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak
sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan.”
Ayat (8): “Dalam hal keberatan yang diajukan oleh Saksi Pasangan Calon
atau warga masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (7) dapat
diterima, KPPS seketika itu juga mengadakan pembetulan”
Pasal 2:
Ayat (1): “ Setiap Informasi Publik bersifat terbuka dan dapat diakses oleh
setiap Pengguna Informasi Publik”.
Ayat (3): ” Setiap Pemohon Informasi Publik berhak mengajukan permintaan
Informasi Publik disertai alasan permintaan tersebut”.
Pasal 59:
Ayat (1): “Pemungutan Suara di TPS dapat diulang apabila terjadi gangguan
keamanan yang mengakibatkan hasil Pemungutan Suara tidak dapat
digunakan atau Penghitungan Suara tidak dapat dilakukan.”
Ayat (2): “Pemungutan Suara di TPS dapat diulang apabila dari hasil
penelitian dan pemeriksaan Panwas Distrik terbukti terdapat 1 (satu) atau
lebih keadaan sebagai berikut:
a. Pembukaan kotak suara dan/atau berkas Pemungutan dan Penghitungan
Suara tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan;
b. Petugas KPPS meminta Pemilih memberi tanda khusus, menandatangani,
atau menulis nama atau alamatnya pada Surat Suara yang sudah
digunakan;
c. Petugas KPPS merusak lebih dari 1 (satu) Surat Suara yang sudah
digunakan oleh Pemilih sehingga Surat Suara tersebut menjadi tidak sah;
d. Lebih dari satu orang Pemilih menggunakan hak pilih lebih dari 1 (satu)
kali pada TPS yang sama atau TPS yang berbeda; dan/atau
e. Lebih dari 1 (satu) orang Pemilih yang tidak terdaftar sebagai Pemilih
mendapat kesempatan memberikan suara pada TPS.
Pasal 1:
Ayat (6): “Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disingkat Bawaslu, adalah
lembaga penyelenggara Pemilu yang bertugas mengawasi penyelenggaraan
Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”
Ayat (7): “Panitia Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas Pemilu
Kabupaten/Kota, selanjutnya disingkat Panwaslu Provinsi dan Panwaslu
Kabupaten/Kota adalah Panitia yang dibentuk oleh Bawaslu untuk
mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah Provinsi dan
Kabupaten/Kota.”
Pasal 3 :
Pengawasan Pemilu bertujuan untuk:
Huruf a : “memastikan terselenggaranya Pemilu secara langsung, umum,
bebas, rahasia, jujur, adil dan berkualitas, serta dilaksanakannya peraturan
perundang-undangan mengenai Pemilu secara menyeluruh”.
Huruf b : “mewujudkan Pemilu yang demokratis.”
Huruf c : “menegakkan integritas, kredibilitas penyelenggara, transparansi
penyelenggaraan dan akuntabilitas hasil Pemilu.”
Ayat (3): “Pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipimpin oleh
Ketua Koordinator Sentra Gakkumdu di setiap tingkatan Bawaslu RI, Bawaslu
Provinsi atau Panwas Kabupaten/Kota.
Ayat (4): “Hasil Pembahasan pertama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan yang ditandatangani oleh
Pengawas Pemilu, Penyidik Tindak Pidana Pemilihan, dan Jaksa.
Pasal 17 :
Ayat (2): “Dalam melakukan kajian sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
Pengawas Pemilu dapat mengundang pelapor, Terlapor Saksi dan/atau Ahli
untuk dimintakan keterangan dan/atau klarifikasi.
Ayat (5): “Hasil dari proses kajian pelanggaran pemilihan oleh Pengawas
Pemilu berupa dokumen kajian laporan/temuan”.
Pasal 19 :
Ayat (1): “Pengawas Pemilu, Penyidik Tindak Pidana Pemilihan dan Jaksa
pada Sentra Gakkumdu melakukan pembahasan kedua paling lambat 5
(lima) hari sejak Laporan/Temuan diterima oleh Pengawas Pemilu”.
Ayat (2): “Pembahasan kedua dilakukan untuk menentukan laporan/temuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah memenuhi unsur atau tidak
memenuhi unsur Tindak Pidana Pemilihan”.
Ayat (5): “Dalam hal suatu laporan/temuan telah memenuhi unsur Tindak
Pidana Pemilihan, kesimpulan rapat pembahasan wajib memutuskan untuk
melanjutkan laporan/temuan ke tahap Penyidikan”.
Ayat (6): “Dalam hal suatu laporan/temuan tidak memenuhi unsur Tindak
Pidana Pemilihan, kesimpulan pembahasan memutuskan untuk
menghentikan penanganan laporan/temuan”.
Pasal 20 :
Ayat (1): “Hasil Pembahasan kedua, kajian dan Laporan Hasil Penyelidikan
menjadi dasar Pengawas Pemilu memutuskan dalam rapat pleno”.
Ayat (2): “Rapat pleno sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk
memutuskan apakah laporan/temuan ditingkatkan ke tahap Penyidikan atau
dihentikan”.
Pasal 22 :
10. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2005 yang telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2012 Tentang Pemilihan,
Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil
Kepala Daerah
Pasal 11,
Huruf c : Melakukan tindakan dalam rangka Penyeleggaraa Pemilu,
menaati prosedur yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan
Pasal 17,
Ayat (1) : Peyelenggara Pemilu yang melanggar Kode Etik dikenai sanksi;
Ayat (2) : Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa:
Huruf a: Teguran tertulis;
Huruf b: Pemberhentian sementara; atau
Huruf c: Pemberhentian Tetap.
Pasal 8 :
Ayat (1), yang menyebutkan bahwa Ombudsman berwenang:
a. Meminta keterangan secara lisan dan/atau tertulis dari Pelapor, Terlapor,
atau pihak lain yang terkait mengenai Laporan yang disampaikan kepada
Ombudsman;
b. Memeriksa keputusan, surat-menyurat, atau dokumen lain yang ada
pada Pelapor ataupun Terlapor untuk mendapatkan kebenaran suatu
Laporan;
c. Meminta klarifikasi dan/atau Salinan dokumen atau fotokopi dokumen
yang diperlukan dari instansi manapun untuk pemeriksaan Laporan dari
instansi Terlapor;
d. Melakukan pemanggilan terhadap Pelapor, Terlapor, dan pihak lain yang
terkait dengan Laporan;
Ayat (2) huruf a, yang menyebutkan bahwa Ombudsman berwenang
menyampaikan saran kepada Pimpinan Penyelenggara Negara guna perbaikan
dan penyempurnaan organisasi dan/atau prosedur pelayanan publik.
A. Pendapat Ombudsman
1. GAKKUMDU atau Sentra Penegakkan Hukum Terpadu sebagai sentra
penegakan hukum Tindak Pidana Pemilihan dalam melakukan Pemeriksaan
Laporan Dugaan Pelanggaran dan atau Tindak Pidana Pemilihan wajib
memperhatikan kepatutan, menghormati hak asasi manusia dan peraturan
perundang-undangan, termasuk peraturan perundang-undangan terkait;
e. Menurut Barda Nawawi Arief (2005 : 29) dalam kebijakan hukum pidana
terdapat 2 (dua) masalah sentral yang seharusnya menjadi perhatian
dalam inklusif sanksi pidana dalam hukum pidana, yaitu :
B. Maladministrasi
Pelanggaran terhadap
Klasifikasi Pelaku Bentuk Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan
Pengabaian Ketua Panitia a. Koordinator Sentra Pasal 9 Ayat (3) dan Pasal 19
kewajiban hukum, Pengawas GAKKUMDU Kabupaten ayat (3) Perbawaslu RI Nomor
kelalaian dan Pemilihan Jayapura sesuai aturan 14 Tahun 2016
penyimpangan Umum/Kepala bahwa harus dilakukan
(Peraturan Bersama Ketua
prosedur Daerah oleh Divisi Penindakan
Bawaslu RI, Kepala Kepolisian
dan Pelanggaran Panwas
Negara RI dan Jaksa Agung
namun untuk masalah ini
RI)
dilakukan langsung oleh
Ketua Panwaslih
Kabupaten Jayapura
b. Tidak terdapat kajian Pasal 37 dan 39 Perbawaslu RI
temuan untuk laporan Nomor 11 Tahun 2014
dugaan
pelanggaran/tindak pidana
oleh 19 Kepala Distrik yang
diisi sesuai dengan format
pemeriksaan Panwas
Pembahasan Ketiga
menghasilkan pelimpahan
kasus kepada Jaksa;
2. Ketua Bawaslu RI Provinsi Papua agar dapat mengkaji kembali pelaporan dan
penanganan dugaan pelanggaran di Pemilihan Kepala Daerah Kabupaten Jayapura,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan meninjau
kembali prosedur penonaktifan 2 (dua) anggota Panitia Pengawas Pemilihan Kepala
Daerah Kabupaten Jayapura;
V. PENUTUP
2. Pelapor ialah orangtua dari salah satu Peserta Seleksi Penerimaan Calon Pegawai
Negeri Sipil (CPNS) Tahun 2017 di Lingkungan Kantor Wilayah Kementerian
Hukum dan HAM Provinsi Papua;
5. Pelapor menyampaikan bahwa hal yang sama ditawarkan juga kepada Sdr.
Mustakim Palawai yang kemudian melalui Ibu Nurjana (Kerabat dari Sdr.
Mustakim Palawai), memberikan uang muka sebesar Rp. 25.000.000,- (Dua
Puluh Lima Juta Rupiah) kepada Ibu Susi Susilowati di rumah Pelapor. Uang
tersebut akan ditambah sebesar Rp. 125.000.000,- (Seratus Dua Puluh Lima Juta
Rupiah) setelah Surat Keputusan (SK) CPNS diterima oleh yang bersangkutan,
sehingga total biaya yang harus diberikan untuk tawaran tersebut sebesar Rp.
150.000.000,- (Seratus Lima Puluh Juta Rupiah);
7. Pelapor berharap agar oknum Pegawai BAPAS tersebut dapat diproses dan
dikenakan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku; dan
D. Permintaan Klarifikasi
1. Pada tanggal 25 Oktober 2017 pukul 14.00 WIT Tim Ombudsman melakukan
pertemuan dengan Ketua Panitia Seleksi CPNS Tahun 2017 di Lingkungan
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Papua, yaitu Bapak
Sismolo yang juga merupakan Kepala Divisi Administrasi. Adapun keterangan
yang diberikan sebagai berikut:
d. Bahwa Ketua Panitia menjalankan tanggungjawab sesuai mekanisme dan
prosedur yang telah ditetapkan. Beliau tidak mengetahui adanya
Pungutan Liar (Pungli) ini;
2. Pada tanggal 30 Oktober 2017 pukul 13.00 WIT Tim Ombudsman melakukan
pertemuan dengan Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM
Provinsi Papua Adapun keterangan yang diberikan adalah:
f. Bahwa benar pada saat pertemuan tersebut, oknum Pegawai an. Ibu
Susilowati mengakui telah menerima uang dari Sdr. Mustakim Palawai
sebesar Rp 25.000.000,- (Dua Puluh Lima Juta Rupiah);
i. Ibu Nurjana adalah Kakak Ipar Sdr. Mustakim yang juga ikut dalam
pertemuan di rumah Pelapor pada hari Jumat tanggal 29 September
2017 atau 4 hari sebelum pengumuman hasil SKD;
j. Ibu Nurjana mengatakan bahwa Sdr. Mustakim tidak lolos pada saat tes
SKD melalui CAT di BKN;
5. Pada hari yang sama tanggal 16 Oktober 2017, Tim Ombudsman melakukan
pemeriksaan kepada Sdr. Mustakim Palawai dengan hasil pemeriksaan
sebagai berikut :
a. Bahwa benar Sdr. Mustakim Palawai merupakan salah satu peserta tes
CPNS yang telah memberikan sejumlah uang kepada Ibu Susilowati;
d. Bahwa agar dapat lolos menjadi CPNS, Sdr. Mustakim Palawai harus
memberikan uang dengan total sebesar Rp. 150.000.000,- (Seratus Lima
Puluh Juta Rupiah);
e. Bahwa uang sebesar Rp 25.000.000 (Dua Puluh Lima Juta Rupiah) hanya
sebagai uang muka;
E. Peraturan Perundang-Undangan
1. Undang-Undang Dasar Tahun 1945
Pasal 5,
Ayat (1): Dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
paling lama 5 (lima) tahun dan atau pidana denda paling sedikit Rp
50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp 250.000.000,00
(dua ratus lima puluh juta rupiah) setiap orang yang:
a. memberi atau menjanjikan sesuatu kepada pegawai negeri atau
penyelenggara negara dengan maksud supaya pegawai negeri atau
penyelenggara negara tersebut berbuat atau tidak berbuat sesuatu
dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; atau
f. memberi sesuatu kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara
karena atau berhubungan dengan sesuatu yang bertentangan dengan
kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya.
Ayat (2): Bagi pegawai negeri atau penyelenggara negara yang menerima
pemberian atau janji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a atau
huruf b, dipidana dengan pidana yang sama sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1).
Pasal 12,
Huruf (e): pegawai negeri atau penyelenggara negara yang dengan maksud
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau
dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan
sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan, atau
untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri;
Pasal 1,
Ayat (1) Disiplin Pegawai Negeri Sipil adalah kesanggupan Pegawai Negeri Sipil
untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam
peraturan perundang- undangan dan/atau peraturan kedinasan yang apabila
tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Ayat (8): menerima hadiah atau suatu pemberian apa saja dari siapapun juga
yang berhubungan dengan jabatan dan/atau pekerjaannya;
Pasal 7 Ayat (4) Jenis hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c terdiri dari:
huruf (a): penurunan pangkat setingkat lebih rendah selama 3 (tiga) tahun;
huruf (b): pemindahan dalam rangka penurunan jabatan setingkat lebih rendah;
huruf (d): pemberhentian dengan hormat tidak atas permintaan sendiri sebagai
PNS; dan
Pasal 17, Hukuman disiplin berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (4)
dijatuhkan bagi pelanggaran terhadap larangan:
Ayat (1): menyalahgunakan wewenang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
angka 1;
ii. Instansi Pemerintah wajib melaksanakan penegakkan disiplin terhadap PNS serta
melaksanakan berbagai upaya peningkatan disiplin.
iii. PNS yang melakukan pelanggaran disiplin dijatuhi hukuman disiplin.
Pasal 1,
Angka (1): Manajemen Pegawai Negeri Sipil adalah pengelolaan pegawai negeri
sipil untuk menghasilkan pegawai negeri sipil yang profesional, memiliki nilai
dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi,
kolusi, dan nepotisme.
Pasal 253,
Ayat (1): PNS diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri apabila
melakukan pelanggaran disiplin PNS tingkat berat.
Ayat (2): Pemberhentian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai disiplin PNS.
Pasal 4,
Huruf (e): memberikan rekomendasi kepada pimpinan kementerian/lembaga
serta kepala pemerintah daerah untuk memberikan sanksi kepada pelaku pungli
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
8. Instruksi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor
M.HH-04.OT.03.01 Tahun 2016 Tentang Pemberantasan Pungutan Liar di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Pasal 423,
Pegawai Negeri dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain
secara melawan hukum, dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa
orang lain untuk menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu pembayaran,
melakukan pemotongan terhadap sesuatu pembayaran atau melakukan sesuatu
pekerjaan untuk pribadi sendiri, dipidana untuk selama-lamanya enam tahun;
Pelanggaran terhadap
Klasifikasi Pelaku Bentuk Pelanggaran Peraturan Perundang-
Undangan
Permintaan Ibu Susi Susilowati, m. Oknum Pungutan Liar Pasal 1 Ayat (1),
Imbalan NIP. tidak masuk dalam Peraturan Pemerintah
Barang, Uang 198509212009122006 Kepanitiaan Seleksi Nomor 53 Tahun 2011
dan Jasa CPNS 2017. Tentang Disiplin Pegawai
Pegawai BAPAS
Negeri Sipil
KANWIL
KEMENKUMHAM n. Menjanjikan kelulusan Pasal 5 Ayat (2),
PAPUA kepada peserta seleksi Peraturan Undang-
Undang Republik
Indonesia Nomor 20
Tahun 2001 Tentang
Tindak Pidana Korupsi
1. Menteri Hukum dan HAM agar memberikan sanksi tegas kepada Pelaku Pungutan
Liar di Lingkungan Kementerian Hukum dan HAM Papua sesuai peraturan perundang-
undangan yang berlaku dan sebagai efek jera bagi seluruh Insan Kementerian
Hukum dan HAM kedepannya;
2. Menteri Hukum dan HAM agar mengkaji kembali sanksi disiplin yang telah diberikan
oleh Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Papua, mengingat
oknum Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan belum mengembalikan sejumlah
uang yang telah diterimanya;
V. PENUTUP
Demikian saran ini disampaikan sesuai ketentuan perundang-undangan dalam rangka
mewujudkan pelayanan publik yang baik serta memberikan kepastian hukum dan
keadilan bagi masyarakat, khususnya kepada Pelapor.
TABEL PENGETAHUAN WARGA BINAAN TERKAIT HAK YANG DAPAT DIPEROLEH BERDASARKAN KUISONER
MENGETAHUI HAK MENGETAHUI PERSYARATAN MENGETAHUI PROSEDUR MENGETAHUI JANGKA WAKTU PENYELESAIAN MENGETAHUI BIAYA PENGAJUAN
NO HAK YANG DIPEROLEH
YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK YA TIDAK
1 ASIMILASI 20 40 5 55 0 60 0 60 0 60
2 CUTI BERSYARAT 10 50 10 50 0 60 0 60 0 60
3 CUTI MENJELANG BEBAS 5 55 8 52 0 60 0 60 0 60
4 CUTI MENGUNJUNGI KELUARGA 10 50 3 57 0 60 0 60 0 60
5 PEMBEBASAN BERSYARAT 15 45 20 40 0 60 0 60 0 60
6 RUJUKAN PERAWATAN LANJUTAN DI LUAR LAPAS 58 2 2 58 0 60 0 60 0 60
7 LAYANAN PENGADUAN 0 60 0 60 0 60 0 60 0 60
70 70 70
60 60 60
50 50 50
40 40 40
30 30 30
20 20 MENGETAHUI 20 MENGETAHUI PROSEDUR
10 MENGETAHUI HAK YA 10 PERSYARATAN TIDAK 10 YA
0 MENGETAHUI HAK TIDAK 0 MENGETAHUI PROSEDUR 0 MENGETAHUI PROSEDUR
YA TIDAK
70 70
ASIMILASI 60
60
50
50 CUTI BERSYARAT 40
30
40
CUTI MENJELANG BEBAS 20 MENGETAHUI BIAYA
30 10 PENGAJUAN YA
20 0 MENGETAHUI BIAYA
CUTI MENGUNJUNGI
KELUARGA PENGAJUAN TIDAK
10
PEMBEBASAN BERSYARAT
0
YA TIDAK
RUJUKAN PERAWATAN
MENGETAHUI JANGKA LANJUTAN DI LUAR LAPAS
WAKTU PENYELESAIAN
LAMPIRAN 11