Anda di halaman 1dari 8

Ketahuilah bahwa perumpamaan hati tak ubahnya seperti benteng.

Sedangkan syetan adalah


musuh yang ingin memasuki benteng untuk menguasainya. Sementara itu, manusia tidak
akan dapat menjaga benteng dari serangan musuh kecuali dengan penjagaan benteng, pintu-
pintu masuknya dan celah-celahnya. Tidak ada yang mampu menjaga pintu-pintunya kecuali
orang yang mengetahui pintu-pintunya.

Melindungi hati dari was-was syetan adalah wajib bahkan fardhu ‘ain atas setiap hamba.
Suatu kewajiban yang tidak dapat dicapai kecuali dengan sesuatu maka sesuatu itu adalah
wajib. Sementara itu, mengusir syetan tidak dapat dilakukan kecuali dengan mengetahui
pintu-pintu masuknya. Karena itu, mengetahui pintu-pintu masuk syetan ke dalam hati
manusia adalah wajib

Syetan masuk ke hati manusia melalui pintu pintu, pintu yang digunakan untuk masuk ke hati
itu yang disebut pintu syetan. Jika ada orang yang pergi ke tempat maksiat, itu yang digoda
bukan kakinya melainkan hatinya. Kalau ada orang yang lidahnya membicarakan aib orang
lain, itu yang digoda bukan lidahnya tapi hatinya. Mengapa hati? Karena yang menggerakkan
seluruh anggota tubuh adalah hati.

Didalam kitab ihya’ ulumuddin karya imam al ghazali, ada 11 pintu masuk syetan kedalam
hati. Syetan mengetahui titik titik lemah hati agar ia bisa masuk kedalamnya. Cara menjaga
diri dari syetan adalah dengan cara mengetahui pintu pintu tersebut dan menutupnya rapat.
Imam al-ghazali mencontohkan, orang yang tidak menutup pintu masuk syetan dengan rapat
lalu ia mengusir syetan dengan ta’awudz maka tidak akan berhasil, mengapa? karena syetan
telah masuk bersemayam kedalam hatinya.

Menurut imam al-ghazali pintu masuk syetan itu ada banyak, namun yang 11 ini adalah pintu
masuk syetan yang terbesar, dengan menutup pintu-pintu ini maka insyaAllah pintu-pintu lain
akan tertutup juga. Adapun 11 pintu masuk syetan yang dimaksudkan oleh imam al-ghazali
dalam kitab ihya’ ulumuddin itu adalah Marah.

1. Marah
Sebenarnya marah itu datangnya bukan dari syetan, marah itu datangnya dari diri kita
sendiri. Ketika kita marah disaat itulah syetan masuk ke dalam hati kita. Kesalahan
kita selama ini adalah kita suka menyalahkan syetan karena telah membuat kita
marah, menurut imam al-ghazali tidak seperti itu, ternyata kita yang menghadirkan
marah itu, setelah kita marah baru disaat itulah syetan masuk dan membuat marah kita
tadi itu semakin menjadi-jadi, sampai-sampai marah kita yang telah dipengaruhi
syetan itu membuat luka hati orang. kalau sudah luka hati orang yang kita marahi itu,
istighfar sebanyak-banyaknya pun tak lagi bisa menyembuhkan luka hati orang yang
telah kita marahi.

Lalu bagaimana cara mengatasi marah ini? Diantaranya usahakan menghindari sebab-
sebab yang bisa membuat kita marah, misalnya kalau kita tidak suka digunjing maka
jangan bergaul dengan orang-orang yang suka bergunjing karena bisa jadi suatu saat
kita yang akan digunjingkan. kalau terlanjur mulai marah maka cepat-cepat berdzikir
mengingat Allah, ketika kita merasakan mulai marah atau emosi kita mulai naik maka
cepat berdzikir kepada Allah istighfar kepada Allah, jangan biarkan syetan masuk dan
membuat marah kita semakin berapi-api.

Akan tetapi ini bukan berarti kita tidak boleh marah sama sekali, kita boleh marah tapi
marahlah karena Allah, bukan marah karena dorongan nafsu dalam hati. Rasulullah
pernah marah, ketika ada laki-laki yang tidak sholat berjamaah dimasjid maka
Rasulullah marah, akan tetapi ketika ada seorang arab baui yang buang air kecil
didalam masjid hal ini tidak membuat Rasulullah marah. Mengapa? Karena orang
arab badui itu tidak mengetahui adab didalam masjid, adab menjaga kebersihan
sehingga Rasulullah tidak marah, akan tetapi ketika umat islam sudah diberitakan
perintah sholat berjamaah tetapi tidak dilaksanakan maka Rasulullah marah,
marahnya karena Allah.

Dalam sebuah hadist dikisahkan tentang sayyidina Ali, zaman dahulu sebelum perang
dimulai maka akan diadakan semacam adu tanding satu lawan satu terlebih dahulu
diantara pihak yang berperang. Saat itu sayyidina Ali maju berhadapan dengan
panglima musuh, ketika musuh sudah akan dikalahkan dengan sekali tebasan pedang,
panglima perang musuh ini mencaci maki sayyidina ali sehingga membuat sayyidina
Ali marah mendengar caciannya. Akan tetapi sayyidina Ali ketika mendengar cacian
dari musuh yang telah tersungkur dihadapannya itu, sayyidina Ali malah memasukkan
pedang kedalam sarungnya, musuhnya merasa heran lalu bertanya mengapa engkau
tidak membunuhku? Lalu dijawab sayyidina ali, bahwa tadi aku ingin membunuhmu
karena Allah, akan tetapi ucapanmu tadi membuatku marah dan aku tidak mau
membunuhmu karena marahku, aku tidak akan menolong syetan dalam
membunuhmu. Begitulah besarnya dampak marah ini, hingga diumpamakan dengan
menolong syetan jika kita bersahabat dengan marah.

2. Tamak
Keinginan yang sangat berlebihan, rakus. Tamak bukan disebabkan oleh syetan,
tamak itu datang dari diri kita, ketika tamak ada dalam diri kita maka disaat itu syetan
masuk dan membumbui rasa tamak yang ada didalam hati kita. Tamak itu berawal
dari rasa suka, suka kepada harta, terus menerus meningkat rasa sukanya hingga
akhirnya rasa suka itu berubah menjadi rasa tamak, rakus, punya keinginan yang
berlebihan. Ketika tamak itu ada didalam hati, lalu syetan masuk menghiasi rasa cinta
harta kita, maka tamak terhadap harta menyebabkan orang tak mau lagi berbagi,
tamak terhadap jabatan membuat orang menghalalkan segala cara. Ketika tamak
sudah dihiasi dengan sangat indahnya oleh syetan didalam hati kita, maka saat itu
nasehat orang tak lagi dihiraukan, sudah sekian banyak orang yang menasehati kita
bahwa mengenai cara kita mengumpulkan harta itu adalah salah, tapi kita malah
merasa biasa-biasa saja ketika mendengarnya, menganggap tak ada yang salah dengan
cara kita, itu karena apa? Itu karena tamak sudah tertanam dihati kita, dan serakah
sudah menguasai diri.

3. Kenyang
Ketika seseorang makan dan makannya itu sudah sampai pada tahap kenyang maka
itu artinya dia sudah membuka pintu masuk syetan. Menurut imam al-ghazali ada 6
hal yang hadir yang disebabkan oleh rasa kenyang

1. Menghilangkan rasa takut kepada Allah


2. Menghilangkan rasa kasih sayang kepada sesama makhluk,
3. Menghambat ketaatan
4. Menghambat pendengaran
5. Menimbulkan penyakit
6. Jika memyampaikan nasehat, nasehat tersebut tidak sampai ke hati pendengar.

4. Gemar berhias
Yang dimaksud dengan hiasan disini adalah hiasan yang bersifat tambahan, aksesoris.
Perumpamaannya ada orang yang makan itu cukup dengan nasi dan ikannya saja, itu
sudah cukup baginya, tapi ada pula orang yang kalau makan itu harus didahului
dengan appetizer makanan perbuka, setelah itu makanan utamanya, setelah itu nanti
dilanjutkan dengan desert makan penutupnya, banyak yang mau dimakan.
Begitu juga dengan aksesoris, aksesoris itu diperbolehkan asal tidak berlebihan, jika
pakaian sudah menutupi aurat maka cukup, tidak perlu ditambah rantai ini rantai itu,
berjilbab tapi ditempel bros disana ditempel lagi disini sehingga kepalanya itu lebih
berat mainan jilbabnya dari pada kepalanya, menggunakan aksesoris itu
diperbolehkan asalkan jangan berlebihan, karena berlebihan itu yang akan menjadi
pintu masuknya syetan kedalam hati, setelah syetan masuk maka keinginan kita untuk
menggunakan hiasan berlebihan itu akan semakin bertambah. hiasan ini juga berlaku
bagi pria, tidak hanya wanita saja, sekarang negeri ini sedang dilanda demam batu
cincin, di tangan seorang pria itu bisa ada 3-4 buah cincin, dan cincinnya itu besar-
besar pula. bukannya tidak boleh memakai cincin, tapi untuk apa berlebih-lebihan
pakailah sekadarnya saja bukan untuk berlomba-lomba apalagi untuk pamer. Segala
sesuatu yang berlebihan itu mubazir, innal mubazzirina ikhwanasy syayathin, mubazir
itu temannya syetan.
5. Terlalu mengharap kepada orang lain.
Kita boleh berteman dengan orang lain, boleh punya harapan terhadap orang lain,
boleh meminta pertolongan kepada atasan, akan tetapi ketika rasa terlalu berharap
kepada makhluk lain telah tumbuh dan menguasai hati maka ada 6 hal yang akan
terjadi:
a. Syetan menumbuhkan rasa senang mencari muka, riya’, yang
menyebabkan setiap ucapannya dibuat semanis mungkin selembut
mungkin, melakukan sesuatu agar dilihat orang lain. Pemicunya
bukan syetan, syetan hanya membungakan saja didalam hati,
pemicunya adalah karena terlalu berharap kepada orang lain. Kita
boleh berharap kepada orang lain, kita boleh melakukan interaksi
sosial, kita boleh meminta bantuan kepada bawahan, kita boleh
meminta pertolongan dari atasan, akan tetapi yang dilarang itu kita
tidak boleh terlalu mengharap yang berlebihan kepada orang lain
yang menyebabkan kita akhirnya senang mencari muka.

b. Selalu berfikir untuk menyenangkan, berbuat sesuatu agar seseorang


merasa senang kepada dirinya, entah itu agar atasan senang, agar
rekanan kerja senang, yang penting orang lain senang, senang
memuji, senang menyanjung-nyanjung orang lain yang ada
hubungan dengan kesenangan dirinya.

c. Sanjungan yang tidak sesuai dengan kenyataan, berlebih-lebihan


dalam memuji, berlebih-lebihan dalam memberikan sanjungan,
terlalu hiperbola bahkan mungkin mendekati kepada sifat munafik,
mengapa? Karena terlalu berlebihan mengharap kepada orang lain.

d. Sikap pura-pura, lain dihati lain dimulut

e. Meninggalkan amar ma’ruf nahi mungkar, ketika diajak berbuat baik


dia menolak, ketika diajak menjauhi kemungkaran malah
tersinggung.

f. Seolah-olah orang yang diharapkan itu sembahannya, karena terlalu


berharapnya kepada orang lain hingga membuatnya lupa bahwa satu-
satunya tempat berharap tertinggi itu adalah Allah Subhanahu Wa
Ta’ala.

6. Sikap terburu-buru sikap tergesa-gesa.


Dalam teorinya amal itu dilakukan setelah kita memahami, memahami itu butuh
perenungan, dan perenungan itu butuh waktu. Ketika kita mau sholat maka kita harus
faham terlebih dahulu, untuk faham maka kita harus belajar , dan proses belajar itu
butuh waktu. Sikap tergesa-gesa itu datang dari diri kita sendiri, ketika sholat terburu-
buru mengerjakannya lalu menjadi lupa, lupa ayat lupa rakaat, disaat itulah masuk
syetan. Karena itulah sikap terburu-buru itu membuka pintu syetan, sikap terburu-
buru menghalangi kematangan berfikir. Karena itu didalam sholat dalam rukunnya
disebutkan gerakannya harus disertai tuma’ninah (tenang), ruku’ dengan tuma’ninah,
i’tidal dengan tuma’ninah, sujud dengan tuma’ninah.
Apapun namanya, didalam tubuh kita ini butuh waktu dan salah satu yang butuh
waktu adalah proses berfikir otak, karena itu ada ungkapan yang mengatakan fikirkan
terlebih dahulu apa yang akan kamu katakan, jangan terburu-buru mengatakan baru
setelah itu berfikir. Ketika kita terburu-buru maka otak tak berfikir, lalu kita akan
jatuh dalam kesalahan dan disaat itu syetan akan masuk, kesempatan bagi syetan
memasukkan kejahatan tanpa kita disadari ketika kita terburu-buru.

7. Harta Kekayaan.
Ada harta kekayaan yang menyebabkan seseorang mendekatkan diri kepada Allah
yaitu orang yang dengan harta kekayaannya dia mampu membangun sebuah rumah
didalam syurga dengan cara membangun masjid, ada harta kekayaan yang
menyebabkan seseorang tetap mangalir amal kebaikannya hingga kedalam liang
kuburnya yaitu sadaqah jariyah. Tetapi ada harta kekayaan yang menjadikan
seseorang jauh dari Allah, lalai dari perintah Allah. Setiap yang melebihi takaran,
maka itu adalah tempat bersemayamnya syetan.
Ada seseorang yang mendapatkan uang 100 dinar, sebelum mendapatkan uang itu
tidak ada keinginan yang lebih dalam hidupnya karena semua sudah dirasakan cukup,
namun ketika dapat 100 dinar tersebut keinginan itu satu persatu mulai datang, ingin
membeli ini ingin membeli itu hingga pada akhirnya uang 100 dinar itupun kemudian
dirasa kurang, padahal mungkin pada saat sebelum memiliki 100 dinar tersebut, dia
berfikir bahwa jika ada 100 dinar maka cukuplah sudah, namun ketika telah dapat 100
dinar maka keinginan mulai bermunculan dan 100 dinar itu akhirnya dirasa kurang,
ingin lebih ingin lebih dan ingin lebih lagi.
Setiap bertambah pendapatan maka akan bertambah pula keinginan, setiap sesuatu
akan mengundang sesuatu yang lain, terus dan terus sehingga larut dalam harta dan
terjerumus dalam perangkap syetan yang membungakan mata kita dengan indahnya
harta.

Namun bukan berarti kita tidak boleh kaya tidak boleh punya harta, umat islam
dituntut untuk kaya karena sebagian ibadah itu hanya bisa dilaksanakan kalau kita
kaya, untuk melaksanakan ibadah haji butuh biaya perjalanan, meski senyum itu
sedekah namun senyuman tidak mampu mengenyangkan perut fakir miskin dan anak
yatim, untuk itu dibutuhkan sedekah harta, orang miskin hanya bisa berangkat haji,
namun orang kaya bisa berangkat haji dan memberangkatkan orang lain haji, orang
miskin bisa bersedekah ke masjid namun orang kaya bisa bersedekah membangun
sebuah masjid. Harta harus menuntun kita kepada Allah, bukan harta yang dihiasi
syetan agar kita lalai dari Allah.
8. Bakhil, Pelit, Kikir.
Bakhil mencegah seseorang berinfaq, bersadaqah, bakhil mengajak seseorang itu
menumpuk harta. Orang bakhil tidak ingin hartanya keluar atau berkurang dan orang
bakhil ini ingin agar harta orang lain bisa menjadi harta miliknya. Bakhil ini adalah
sifat manusia, setelah pintu bakhil ini terbuka maka masuklah syetan untuk
membungakan sifat bakhil ini, ditanamkan oleh syetan didalam diri orang bakhil itu
rasa takut miskin. Karena itu orang bakhil itu tidak mau sedekah, kalaupun
bersedekah jumlahnya sangat sedikit hanya seharga sepotong pisang goreng yang
dibagi 5, sangat pelit dengan hartanya. Rasa takut miskinnya menyebabkan dia jauh
dari Allah dan dekat dengan syetan. Syetan membungakan rasa bakhil yang tumbuh
didalam hatinya, karena itu buang jauh-jauh sifat bakhil karena bakhil itu salah satu
pintu masuk syetan ke dalam hati kita.

9. Sikap Fanatisme
Fanatisme yaitu sikap terlalu berlebihan, apakah itu kepada guru, apakah itu kepada
mazhab, apakah itu kepada tokoh, ataukah itu kepada suatu pendapat. Fanatisme yang
berlebihan hanya membuat seseorang sibuk dengan cacian, hari ini kita banyak
melihat disekitar kita banyak orang yang mencaci mengeluarkan sumpah serapah
hanya karena fanatisme. Fanatisme ini juga membuat seseorang sibuk mencari-cari
kekurangan kelompok lain, dan fanatisme yang berlebihan ini membuat syetan
membangkitkan imajinasi bahwa yang sedang dia lakukan itu suatu kebaikan, ketika
dia sedang mencaci maki dia menyangka bahwa apa yang sedang dia lakukan itu
suatu kebaikan.

Ada dua orang perempuan, yang satu berjilbab pendek dan yang satu berjilbab
panjang, yang berjilbab panjang mengejek perempuan yang berjilbab pendek dengan
mengatakan bahwa jilbabnya tidak syar’i, dia menyangka dia sedang melakukan suatu
kebaikan, padahal sebenarnya syetan sedang membangkitkan imajinasi. Ada dua
orang sholat subuh yang satu melakukan doa qunut dan yang satu lagi tidak, yang
berdoa qunut mengejek orang yg tidak berdoa qunut, dan yang tidak berdoa qunut
mencela orang yang berdoa qunut, masing-masing merasa sedang membangkitkan
kebenaran padahal sebenarnya syetan sedang membangkitkan imajinasi seolah-olah
dia sedang berada dalam kebenaran. Padahal jika kita mau lebih bersikap cerdas, kita
tahu bahwa melakukan qunut itu tidak salah, dan tidak melakukan qunut itu juga tidak
salah, yang salah adalah orang yang tidak sholat subuh.
Inilah godaan yang paling banyak yang tidak bisa dilepaskan umat islam, jika
godaannya meminum khamr maka orang yang meminum khamr itu tau bahwa
perbuatannya itu salah tapi tetap dilakukannya. Orang yang berzinah tahu bahwa
ketika dia berzina itu salah. Tapi ketika orang melakukan ibadah dia menyangka
ibadah itu baik, ternyata ibadah itu hanya imajinasi syetan yang dianggap baik
padahal tidak baik.

Oleh karena itu kita harus menghilangkan sikap fanatisme didalam diri kita, salah satu
cara menghilangkan sikap fanatisme dalam diri kita adalah dengan ilmu, keyakinan,
dan pemahaman yang benar, belajarlah dari banyak guru. Imam al-bukhari salah satu
dari periwayat hadist-hadist shahih, beliau memiliki 2000 orang guru. Pada zaman
dahulu, guru itu mengatakan kepada muridnya jika kamu sudah khatam mengaji ilmu
dariku maka carilah guru-guru yang lain, belajarlah kepada mereka, cara hidup seperti
ini yang membuat sikap fanatisme itu tidak ada didalam diri. Tapi dizaman sekarang,
guru itu mengatakan kamu mengajilah kepadaku sampai mati, sehingga membuat
banyak orang dizaman sekarang ini memiliki sikap fanatis hanya kepada gurunya.

Anda mungkin juga menyukai