Toaz - Info Pedoman Dasar 1 PR
Toaz - Info Pedoman Dasar 1 PR
PENDAHULUAN
BAGIAN I
NAMA, STATUS DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1
Nama
Badan ini bernama Badan Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam yang
disingkat BPL HMI.
Pasal 2
Status
Badan ini berstatus sebagai badan pembantu HMI. (pasal 15 Anggaran Dasar HMI,
pasal 51, 52 dan 55 Anggaran Rumah Tangga HMI)
Pasal 3
Tempat dan Kedudukan
a. BPL PB HMI berkedudukan di tingkat Pengurus Besar HMI.
b. BPL HMI Cabang berkedudukan di tingkat HMI Cabang.
BAGIAN II
TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 4
Tugas
a. Menyiapkan pengelola latihan atas permintaan pengurus HMI setingkat.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelola latihan dengan jalan
menyelenggarakan training pengelola latihan dan mengadakan forum-forum
internal di lingkungan intern BPL HMI.
Pasal 5
Wewenang
a. BPL PB HMI memiliki kewenangan untuk menyiapkan pengelolaan pelatihan di
tingkat nasional yang meliputi Latihan Kader III, Pusdiklat, Up Grading
Instruktur NDP dan Up Grading Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan.
b. BPL HMI Cabang memiliki kewenangan untuk menyiapkan penglolaan
pelatihan yang meliputi Latihan Kader I, Latihan Kader II dan latihan keHMIan
lainnya.
c. BPL dapat menyelenggarakan training lain yang berkenaan dengan
pengembangan sumberdaya manusia.
Pasal 6
Tanggungjawab
a. BPL PB HMI bertanggungjawab kepada Pengurus Besar HMI melalui
Musyawarah Nasional BPL HMI.
b. BPL HMI Cabang bertanggungjawab kepada Pengurus HMI Cabang melalui
Musyawarah BPL HMI Cabang.
BAGIAN III
KEANGGOTAAN
Pasal 7
Syarat dan Keanggotaan
a. Anggota BPL HMI adalah anggota HMI yang memenuhi kualifi kasi tertentu
sebagai pengelola latihan.
b. Kualifi kasi keanggotaan diatur dalam penjelasan terpisah.
c. Anggota BPL HMI dapat kehilangan status keanggotaan apabila :
1. Habis masa keanggotaan HMI.
2. Meninggal Dunia.
3. Mengundurkan diri.
4. Diskorsing atau Dipecat
BAGIAN IV
SKORSING DAN PEMECATAN
Pasal 8
Kriteria Skorsing dan Pemecatan
a. Anggota BPL HMI dapat diskorsing karena :
1. Bertindak bertentangan dengan kode etik pengelola latihan.
2. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik korps BPL HMI.
BAGIAN V
ORGANISASI
Pasal 9
Struktur
a. Struktur organisasi ini adalah di tingkat Pengurus Besar dan Pengurus HMI
Cabang.
b. Hubungan pengurus HMI setingkat dengan BPL HMI adalah instruktif.
c. Hubungan BPL PB HMI dengan BPL HMI Cabang adalah koordinatif.
Pasal 10
Kepengurusan.
a. Pengurus BPL HMI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua , Sekretaris dan
Bendahara.
b. Yang dapat menjadi pengurus BPL PB HMI adalah anggota BPL HMI yang telah
memenuhi kualifi kasi Instruktur Utama.
c. Yang dapat menjadi pengurus BPL HMI Cabang adalah anggota BPL HMI yang
telah memenuhi kualifi kasi Instruktur.
d. Periode BPL HMI disesuaikan dengan periode kepengurusan HMI setingkat.
e. Pengurus BPL HMI dilarang merangkap jabatan dalam jabatan struktur HMI,
dan badan khusus lainnya.
BAGIAN VI
MUSYAWARAH
Pasal 11
Musyawarah Nasional
a. Musyawarah Nasional (MUNAS) BPL HMI diadakan sekurang-kurangnya sekali
dalam 2 tahun.
b. MUNAS BPL HMI adalah musyawarah utusan BPL HMI Cabang, masing – masing
BPL HMI Cabang diwakili oleh 1 (satu) orang.
Pasal 12
Musyawarah Cabang
a. Musyawarah BPL HMI Cabang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun.
b. Musyawarah BPL HMI Cabang adalah musyawarah anggota BPL HMI di tingkat
HMI Cabang.
BAGIAN VII
ADMINISTRASI LEMBAGA
Pasal 13
Surat Menyurat
Pasal 14
Keuangan
a. Keuangan BPL HMI ini dapat dikelola bersama dengan pengurus HMI setingkat.
b. Sumber keuangan berasal dari sumbangan yang tidak mengikat dan usaha
halal.
BAB VIII
ATURAN PERALIHAN
Pasal 15
Untuk pertama pembentukan BPL HMI di bentuk oleh Pengurus HMI setingkat,
apabila BPL HMI belum terbentuk.
Pasal 16
a. MUNAS BPL HMI diselenggarakan oleh BPL PB HMI. BPL PB HMI berwenang
untuk menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembentukan BPL
HMI secara keseluruhan.
b. Setelah BPL HMI terbentuk, secara otomatis Bakornas LPL HMI dan LPL HMI
c. Cabang membubarkan diri dan/atau menyesuaikan diri dengan BPL HMI.
BAGIAN IX
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 17
Perubahan pedoman dasar ini dapat dilakukan dalam forum Musyawarah
Nasional (MUNAS) BPL HMI.
Pasal 18
a. Penjabaran tentang struktur organisasi, fungsi dan peran BPL HMI akan
dijelaskan dalam tata kerja BPL HMI.
b. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur dalam ketentuan
lain dengan tidak bertentangan dengan AD dan ART HMI serta pedoman
organisasi lainnya.
PENJELASAN
A. Pendahuluan
Bentuk-bentuk latihan yang di atas dalam organisasi ini adalah seluruh bentuk
latihan yang ada dalam pola perkaderan HMI yaitu :
1. Pelatihan Pengembangan Profesi.
2. Up Grading.
3. Latihan Kader.
4. Pusdiklat.
1.e. KOHATI :
- Mengadakan rekruitmen calon kader langsung melalui pelatihan.
- Bertanggungjawab atas terselenggaranya program pelatihan KOHATI.
1.g. Komisariat :
- Melaksanakan rekruitmen calon kader.
- Bertanggungjawab atas terlaksananya program Latihan Kader I, Up
Grading Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan, Up Grading
Kepengurusan.
- Bekerjasama dengan pengurus HMI Cabang untuk menindaklanjuti
program Latihan Kader I. Dapat mengadakan Program Latihan Kader II
atas persetujuan pengurus Cabang.
2.a. Instruktur :
Adalah pemateri yang berasal dari aktivis HMI, alumni, cendikiawan atau
orang-orang tertentu sebagaimana diatur dalam pedoman BPL dengan
klasifi kasi dan kualifi kasi pengelola latihan, yang ditugaskan untuk
menjampaikan materi latihan yang dipercayakan kepadanya.
2.c. Pemandu :
- Kader HMI yang diserahi tugas dan kepercayaan untuk memimpin,
mengawasi dan mengarahkan latihan.
- Memegang teguh dan melaksanakan kode etik pengelola latihan.
- Membuat laporan pengelolaan latihan.
- Bertanggungjawab atas keseluruhan jalannya acara latihan sesuai
dengan rencana.
11. Jika Cabang tidak/belum ada badan pengelola latihan maka tugas–
tugas di tangani langsung oleh bidang PA.
PENDAHULUAN
Sebaliknya pelaku yang cenderung lalai dalam mengemban kode etik, pada
saatnya akan mendapatkan tekanan sosial dari kelompoknya yang menyadari
dirinya untuk mengentalkan kesetiaan pada tata nilai kelompok dengan jalan
memberikan kepatuhan pada kode etik.
Demikian juga halnya pengelola latihan sebagai satu kelompok yang secara
sadar terlibat dalam proses pengelolaan pelatihan di HMI, perlu mendalami dan
mentaati kode etiknya yang dirumuskan sebagai berikut :
BAGIAN I
SIKAP DAN PERILAKU UMUM
Pasal 1
Peran Keilmuan
Pengelola pelatihan memberikan perhatian tinggi pada kegiatan keilmuan,
terutama pada materi yang menjadi spesialisasinya dalam pelatihan, serta
berusaha mencari relevansi penjelasan ilmu tersebut.
Pasal 2
Citra Kekaderan
Dalam forum manapun juga, pengelola pelatihan selalu menjaga nama baik
kelompok/himpunan serta mengembangkan citra kekaderan dengan tingkah laku
simpatik.
Pasal 3
Peran Kemasyarakatan
a. Pengelola pelatihan selalu berusaha menjadi satu dalam kegiatan masyarakat
di lingkungannya, serta berusaha memberikan andil agar kegiatan yang
Pasal 4
Membina Anggota
Pengelola pelatihan selalu berusaha mengikuti perkembangan kegiatan anggota
dan ikut serta dalam usaha meningkatkan kualitas anggota tersebut.
Pasal 5
Pengurus Struktur Kepemimpinan
a. Membagi waktu sebaik-baiknya agar tidak hanya ‘hanyut’ dalam kegiatan rutin
operasionalisasi program, dengan selalu berpartisipasi pada perumusan dan
evaluasi langkah strategis perkaderan.
b. Tugas dan tanggung jawab pada jabatan pada pengurus struktur
kepemimpinan disinergikan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai
kelompok pengelola latihan.
Pasal 6
Aktivitas Kampus
1. Pengelola pelatihan pada periode tertentu mengkhususkan diri pada kesibukan
kampus/intra universitas, tetap selalu menjaga dan memelihara komunikasi
serta terlibat secara adil dengan langkah pengelolaan pelatihan.
2. Pada waktu tertentu masih menyisihkan untuk berperan secara fisik pada
kegiatan pengelolaan pelatihan, tanpa mengacaukan suasana khas yang
masingmasing terdapat pada intra dan ekstra universitas.
Pasal 7
Pengembangan Diri
1. Pengelolaan pelatihan selalu berdaya upaya memperdalam persepsi
danpenguasaan ketrampilan serta pematangan kepribadian, baik secara
kolektif maupun aktivitas individual.
2. Secara periodik pengelola pelatihan menunjukkan prestasi di luar forum
kemahasiswaan, misalnya dunia kemahasiswaan, keilmuwan seperti penulisan
paper dan sebagainya.
BAGIAN II
PADA SAAT MENJADI PEMANDU
Pasal 8
Terhadap Diri Sendiri
a. Pemandu putra adalah : pakaian rapi, baju dengan krah, lengkap dengan
sabuk dan sepatu, serta mengenakan emblem kecil di dada dan muts.
b. Pemandu putri : pakaian sopan dengan mode yang menutup lutut dan lengan
secara tidak ketat, memakai sepatu, dan perhiasan seperlunya.
c. Sedapat mungkin full time di arena pelatihan atau hanya meninggalkan arena
apabila ada keperluan sangat penting.
d. Membawa bahan bacaan yang berhubungan dengan kebutuhan pelatihan
serta Al Qur’an dan terjemahnya.
Pasal 9
Sebagai Team Pemandu
a. Tim pemandu menjaga kerahasiaan penilaian terhadap peserta pelatihan
selama pelatihan berlangsung dan mengumumkan pada akhir pelatihan
setelah melakukan perhitungan prestasi secara teliti.
b. Mengadakan pembagian tugas yang seimbang pada setiap sesi bagi setiap
pemandu.
c. Memimpin studi Al Qur’an (ba’da magrib) bagi peserta pelatihan secara khusus
menurut tingkat kemampuannya.
d. Memilih ayat-ayat Alqur’an untuk dibacakan pada acara pembukaan sesuai
konteks langsung dengan materi acara.
e. Mengambil alih tanggungjawab mengisi materi, apabila pemateri yang
bertugas betul-betul berhalangan, sedangkan waktu untuk mencari
penggantinya sudah tidak mungkin.
f. Pada saat selesai pelatihan langsung meyelesaikan laporan pelatihan secara
rapi dan lengkap untuk dijilid.
Pasal 10
Terhadap Pemateri
a. Pemandu menyampaikan perkembangan pelatihan pada pemateri yang akan
memberikan materi, kemudian mempersilahkan mengisi materi apabila
waktunya sudah tiba.
b. Selama pemateri berada di arena pelatihan maupun di dalam forum pelatihan,
agar pemandu mengesankan sikap ukhuwah islamiyah terhadap pemateri.
c. Memanfaatkan waktu yang tersedia untuk berdiskusi (informal) dengan
pemateri, baik segala sesuatu yang berkaitan dengan perkaderan maupun
topik umum yang aktual.
d. Pada sesi berikutnya, pemandu dapat memantapkan materi yang disampaikan
terdahulu tanpa keluar dari pola yang sudah ada.
Pasal 11
Terhadap Peserta Pelatihan
a. Pemandu menunjukkan rasa penghargaan dan persaudaraan terhadap peserta
pelatihan, misalnya mulai pada penyebutan nama yang benar, memperhatikan
asal usul, bersabar mengikuti jalan pikirannya, memahami latar belakangnya
dan seterusnya.
b. Pemandu tidak menunjukkan sikap atau tindakan yang membawa kesan pilih
kasih.
c. Pemandu tidak menunjukkan senyum atau rasa geli yang wajar dalam
menyaksikan tindakan peserta pelatihan yang bersifat lucu.
d. Pemandu apabila terpaksa menjatuhkan sanksi terhadap peserta pelatihan,
hendaknya dengan cara mendidik dan teknik yang tidak berakibat
menimbulkan antipati.
e. Pada dasarnya pemandu harus menyesuaikan diri dengan kesepakatan
ketertiban peserta pelatihan. Dan memberi contoh shalat berjamaah maupun
aktivitas masjid.
Pasal 12
Terhadap Panitia
a. Pemandu selalu berusaha memahami kondisi dan permasalahan yang dihadapi
panitia, dengan memberikan bimbingan maupun dorongan moril.
b. Hal-hal yang menyangkut fasilitas kesekretariatan pelatihan maupun
konsumsinya diperlukan hanya sebatas kemampuan panitia.
c. Menyesuaikan pengaturan acara atau di dalam dan di luar lokasi dengan
persiapan teknis yang selesai dikerjakan panitia, dengan lebih dulu
mengadakan pemeriksaan.
d. Waktu luang dari panitia dimanfaatkan untuk melakukan diskusi tentang topik
yang bersifat memperdalam persepsi dan wawasan berfi kir panitia.
Pasal 13
Terhadap Sesama Anggota
Badan Pengelola Latihan (BPL)
a. Rekan BPL yang tidak bertugas diajak untuk mempelajari jalannya pelatihan
sekedar tukar fi kiran untuk mendapatkan hasil maksimal.
b. Dalam keadaan situasi pelatihan yang memerlukan bantuan untuk
mempertahankan target pelatihan maka rekan BPL yang berkunjung dapat
diminta tenaga khusus.
Pasal 14
Terhadap Alumni
a. Alumni (terutama yang pernah mengelola pelatihan) yang berkunjung ke
arena pelatihan, kalau mungkin diperkenalkan dengan peserta pelatihan
disertai dialog singkat tanpa merubah manual.
b. Terhadap alumni tersebut, pemandu melakukan diskusi intensif mengenai
perkembangan perkaderan.
Pasal 15
Terhadap Masyarakat
a. Pemandu bertanggungjawab memelihara nama baik HMI pada masyarakat
sekitar.
b. Pemandu mengatur kegiatan yang bersifat pengabdian masyarakat sekitar
sesuai kebutuhan masyarakat yang mungkin di tangani.
BAGIAN III
PADA SAAT MENJADI PEMATERI
Pasal 16
Terhadap Diri Sendiri
Pasal 17
Terhadap Peserta pelatihan
a. Pemateri memberikan kesempatan yang merata dan adil kepada peserta
pelatihan untuk bicara, serta menghargai pendapat peserta dan membimbing
merumuskan pendapat mereka.
b. Pada saat peserta pelatihan berbicara hendaknya pemateri memberikan
perhatian sunguh sungguh.
c. Peserta pelatihan yang konsentrasinya terganggu atau tertidur dan
semacamnya hendaknya ditegur.
d. Peserta pelatihan yang masih berminat berbincang di luar lokasi, hendaknya
dilayani selama kondisi memungkinkan
Pasal 18
Terhadap Sesama Pemateri
a. Diusahakan sebelum mengisi materi, berdialog dengan rekan pemateri yang
mengasuh metari sejenis dan yang berkaitan.
b. Saling mengisi dengan materi yang disampaikan.
Pasal 19
Terhadap Team Pemandu
a. Memberikan informasi dan membantu memberikan pertimbangan kepada
pemandu apabila diperlukan atau bila terjadi kekurangsiapan dari pemandu,
agar pelatihan berlangsung mencapai target.
b. Membuat penilaian tertulis kepada BPL tantang kondite pemandu, sebagai
bahan perbandingan evaluasi.
BAGIAN IV
SANKSI
Pasal 20
Pelanggaran terhadap kode etik pengelola pelatihan akan dikenakan sanksi, dari
sanksi paling ringan (teguran lisan) sampai dengan yang paling berat
(dikeluarkan dari BPL).
BAGIAN V
PENUTUP
Pasal 21
I. PENDAHULUAN
II. INSTITUSI
III. FORMAT
IV. AKREDITASI
V. SANKSI
Apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut di atas, Cabang tidak
dibenarkan mengikuti dan mengelola kegiatan perkaderan tingkat regional dan
nasional.