1. Bapak/Ibu baru saja mengikuti kegiatan Pelatihan kesehatan usia sekolah dan remaja (UKS, PKPR). Sebelum pelatihan, Puskesmas Anda belum PKPR, baru
melakukan kegiatan UKS namun masih sebatas penjaringan kesehatan dan penyuluhan kespro di sekolah-sekolah. Di wilayah Bapak/Ibu, angka kehamilan
remaja nya cukup tinggi. Faktornya karena kemiskinan, putus sekolah dan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD). Di wilayah kerja Anda juga, remaja hamil tersebut
biasanya mengalami KEK (Kurang Energi Protein), BBLR (Berat Badan Lahir Rendah). Sekitar 6 dari 10 balita stunting di wilayah Bapak/Ibu dilahirkan pada saat
ibunya masih berusia remaja <20 tahun. Anda juga melihat karena ibu-ibu tersebut hamil di usia dini, maka angka perceraiannya tinggi. Akibatnya ibu-ibu yang
bercerai tersebut pergi keluar negeri/ke kota besar untuk menjadi TKW/PRT dan balita mereka ditinggalkan dengan kakek neneknya yang sudah tua (yang
mana kemampuan fisiknya sudah menurun).
Mayoritas penduduk bekerja sebagai petani dan berkebun, berpenghasilan rendah. Anda melihat peluang, dengan mengembangkan PKPR maka Anda
sekaligus mendukung keberhasilan program KIA, program gizi dan program UKS di Puskesmas Anda. Untuk itu Anda mengadvokasi Kepala Puskesmas
mengenai PKPR, meminta persetujuannya agar PKPR dapat dilaksanakan di Puskesmas Anda. Jelaskan langkah-langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR di
puskesmas anda seandainya Kepala Puskesmas setuju dengan usulan Anda.
JAWABAN
Langkah-langkah pembentukan dan pelaksanaan PKPR
a. Identifikasi masalah melalui kajian sederhana
1) Jumlah remaja, Pendidikan, pekerjaan
2) Perilaku berisiko (seks pranikah, rokok, tawuran, kekerasan)
3) Masalah kesehatan (kehamilan remaja, gizi, HIV/AIDS, penyalahgunaan NAPZA)
4) Pandangan remaja tentang sikap dan nilai terhadap perilaku berisiko, msalah kesehatan dan pelayanan yang dikehendaki
5) Jenis upaya kesehatan remaja yang sudah ada
6) Kebutuhan sarana dan prasarana untuk upaya kesehatan remaja
b. Advokasi kepada pihak terkait pentingnya intervensi kesehatan remaja yang berkontribusi pada penurunan AKI, AKB dan stunting (melalui dinas
kesehatan, kecamatan, sekolah, masyarakat) untuk membangun jejaring dan mendapat dukungan (pengadaan media KIE, ruang konseling,
penyelenggaraan pelayanan luar gedung, biaya rujukan, pembebasan biaya retribusi puskesmas untuk remaja, pembentukan sistem rujukan khusus, misal
rujukan social, rujukan hokum dan rujukan medis)
c. Membuat plan of action berdasarkan hasil kajian sederhana, meliputi kegiatan, waktu, tujuan, sasaran, pelaksana, pembiayaan
d. Sosialisasi internal terhadap semua petugas puskesmas yang kontak dengan remaja, termasuk petugas loket
e. Pembentukan tim PKPR dan penunjukkan petugas PKPR
f. Mengusulkan pelatihan dan orientasi petugas
g. Menyiapkan sarana dan prasarana (ruangan, media KIE, obat-obatan, lemari dokumen lengkap dengan kunci, pedoman terkait, format pencatatan dan
pelaporan, kotak saran)
h. Penentuan prosedur pelayanan, mencakup biaya, jam buka, alur layanan, desain ruang, proses pemberian dan penyimpan kartu, penyediaan
kartu/formulir dan registrasi
i. Sosialisasi eksternal, baik dalam forum pertemuan, media cetak dan elektronik dll
j. Pelaksanaan PKPR
2. Remaja putri D, 14 tahun datang ke Poli PKPR dengan wajah tertunduk, ia datang ditemani sahabatnya. Di ruangan Poli PKPR, D hanya diam, berwajah
murung. Sahabat D bercerita bahwa D sudah 1 bulan ini putus dari pacarnya, sejak itu D menjadi lebih pendiam dan pemurung. Karena kasihan maka sahabat
D berinisiatif membawa D ke Puskesmas PKPR. Setelah petugas menjelaskan kepada D bahwa segala masalah yang akan D ceritakan akan dijaga kerahasiaanya
lalu D mulai berani bercerita.
D putus dari pacarnya Y, 14 tahun sejak 1 bulan yang lalu. Sejak saat itu D merasa “down” karena D sangat mencintai pacarnya tersebut. Y adalah pacar
pertama Y. D adalah anak tunggal, orang tua sibuk bekerja dari pagi sampai malam. Sesampai di rumah, orang tuanya pun jarang berkomunikasi dengan D
karena mereka sibuk dengan pekerjaan rumahnya masing-masing. Oleh karena itu, D merasa Y adalah satu-satunya orang yang bisa mengerti perasaannya dan
bisa menjadi tempat curahan hati D. Sejak putus, D sering kali menangis di kamar. D punya keinginan untuk bunuh diri karena ia merasa hidupnya sudah tidak
berarti lagi, namun D tidak berani melakukan bunuh diri, sehingga pikiran seperti itu ia pendam saja dalam hati.
Hasil pemeriksaan fisik Tekanan Darah 120/70, Nadi 68x/menit, Suhu 37°C dan pemeriksaan kepala, paru-paru, abdomen, extremitas dalam batas normal.
Tinggi Badan 151 cm. Berat badan 43 kg.
Buatlah pencatatan di lembar pencatatan PKPR sesuai dengan algoritma MTPKR, termasuk pembuatan informed consent persetujuan/penolakan tindakan
medis, lalu masukkan ke dalam register PKPR, sesuai format di dalam buku MTPKR.
LAMPIRAN 1
NO REGISTER KUNJUNGAN KE : TGL : Petugas
IDENTITAS REMAJA
Nama klien Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
D
Umur/Tempat Tgl Lahir 14 Suku Bangsa :
Alamat
Tempat Tinggal 1. Tinggal dengan orang tua 2. Asrama 3. Kontrak 4. Lain-lain :…………
Status Perkawinan Orang Tua 1. Menikah 2. Cerai 3. Berpisah tanpa cerai 4. Lain-lain
Home Anak Tunggal, Orang tua sibuk Bekerja, Jarang Berkomunikasi Drugs -
dengan orang tua
Eating - Safety -
Pemeriksaan Fisik
Lainnya sesuai algoritma
yang relevan
Klasifikasi sesuai algoritma
yang relevan
Tatalaksana sesuai algoritma
yang relevan
Konseling
KON
SELI
NG