Askeb Nifas & Menyusui Cicilia
Askeb Nifas & Menyusui Cicilia
NIM : P00324020058
TINGKATAN : 2B DIII-KEBIDANAN
b. Kulit Abdomen
c. Striae
Striae adalah suatu perubahan warna seperti jaringan parut pada dinding
abdomen. Striae pada dinding abdomen tidak dapat menghilang sempurna
melainkan membentuk garis lurus yang samar. Tingkat diastasis muskulus
rektus abdominis pada ibu post partum dapat dikaji melalui keadaan umum,
aktivitas, paritas dan jarak kehamilan, sehingga dapat membantu
menentukan lama pengembalian tonus otot menjadi normal.
d. Perubahan Ligamen
e. Simpisis Pubis
Pemisahan simpisis pubis jarang terjadi. Namun demikian, hal ini dapat
menyebabkan morbiditas maternal. Gejala dari pemisahan simpisis pubis
antara lain: nyeri tekan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak di tempat tidur ataupun waktu berjalan. Pemisahan simpisis
dapat dipalpasi. Gejala ini dapat menghilang setelah beberapa minggu
atau bulan pasca melahirkan, bahkan ada yang menetap.
Beberapa gejala sistem muskuloskeletal yang timbul pada masa pasca partum
antara lain
Pada minggu pertama dan tiga bulan setelah melahirkan, sakit kepala dan
migrain bisa terjadi. Gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan
ketidaknyamanan pada ibu post partum. Sakit kepala dan nyeri leher yang
jangka panjang dapat timbul akibat setelah pemberian anestasi umum.
c. Nyeri Pelvis Posterior
Nyeri pelvis posterior ditunjukan untuk rasa nyeri dan disfungsi area sendi
sakroiliaka. Gejala ini timbul sebelum nyeri punggung bawah dan
disfungsi simfisis pubis yang ditandai nyeri di atas sendi sakroiliaka pada
bagian otot penumpu berat badan serta timbul pada saat membalikan
tubuh di tempat tidur. Nyeri ini dapat menyebar ke bokong dan paha
posterior.
e. Diastasis Rekti
Diastasis rekti adalah pemisahan otot rektus abdominis lebih dari 2,5 cm
pada tepat setinggi umbilikus (Noble, 1995) sebagai akibat pengaruh
hormon terhadap linea alba serta akibat perenggangan mekanis dinding
abdomen. Kasus ini sering terjadi pada multi paritas, bayi besar, poli
hidramnion, kelemahan otot abdomen dan postur yang salah. Selain itu,
juga disebabkan gangguan kolagen yang lebih ke arah keturunan,
sehingga ibu dan anak mengalami diastasis.
f. Osteoporosis Akibat Kehamilan
Inkontinensia urin.
Inkontinensia alvi.
Prolaps.
2. Hormon Pituitary
Hormon pituitary antara lain: hormon prolaktin, FSH dan LH.
Hormon prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui
menurun dalam waktu 2 minggu. Hormon prolaktin berperan dalam
pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. FSH dan LH meningkat
pada fase konsentrasi folikuler pada minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga
ovulasi terjadi.
3. Hipotalamik Pituitary Ovarium
Hipotalamik pituitary ovarium akan mempengaruhi lamanya mendapatkan
menstruasi pada wanita yang menyusui maupun yang tidak menyusui. Pada
wanita manyusui mendapatkan menstruasi pada 6 minggu pasca melahirkan
berkisar 16% dan 45% setelah 12 minggu pasca melahirkan. Sedangkan pada
wanita yang tidak menyusui, akan mendapatkan menstruasi berkisar 40% setelah
6 minggu pasca melahirkan dan 90% setelah 24 minggu.
4. Hormon Oksitosin
Hormon oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang, bekerja
terhadap otot uterus dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan,
hormon oksitosin berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin, sehingga dapat membantu
involusi uteri.
5. Hormon Estrogen dan progesteron
Volume darah normal selama kehamilan, akan meningkat. Hormon estrogen yang
tinggi memperbesar hormon anti diuretik yang dapat meningkatkan volume
darah. Sedangkan hormon progesteron mempengaruhi otot halus yang
mengurangi perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva serta vagina.
F. PERUBAHAN TANDA-TANDA VITAL
Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:
1. Suhu Badan
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2 derajat Celcius. Pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal.
Kenaikan suhu badan ini akibat dari kerja keras sewaktu melahirkan, kehilangan
cairan maupun kelelahan. Kurang lebih pada hari ke-4 post partum, suhu badan
akan naik lagi. Hal ini diakibatkan ada pembentukan ASI,
kemungkinan payudara membengkak, maupun kemungkinan infeksi pada
endometrium, mastitis, traktus genetalis ataupun sistem lain. Apabila kenaikan
suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca melahirkan,
denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat. Denyut nadi yang
melebihi 100 kali per menit, harus waspada kemungkinan infeksi atau perdarahan
post partum.
3. Tekanan Darah
Tekanan darah adalah tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri ketika
darah dipompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah
normal manusia adalah sistolik antara 90-120 mmHg dan diastolik 60-80 mmHg.
Pasca melahirkan pada kasus normal, tekanan darah biasanya tidak berubah.
Perubahan tekanan darah menjadi lebih rendah pasca melahirkan dapat
diakibatkan oleh perdarahan. Sedangkan tekanan darah tinggi pada post partum
merupakan tanda terjadinya pre eklamsia post partum. Namun demikian, hal
tersebut sangat jarang terjadi.
4. Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per menit.
Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Hal ini
dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Keadaan
pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu
nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada
gangguan khusus pada saluran nafas. Bila pernafasan pada masa post partum
menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-tanda syok.
G. PERUBAHAN SISTEM KARDIOVASKULER
Volume darah normal yang diperlukan plasenta dan pembuluh darah uterin,
meningkat selama kehamilan. Diuresis terjadi akibat adanya penurunan hormon
estrogen, yang dengan cepat mengurangi volume plasma menjadi normal kembali.
Meskipun kadar estrogen menurun selama nifas, namun kadarnya masih tetap tinggi
daripada normal. Plasma darah tidak banyak mengandung cairan sehingga daya
koagulasi meningkat.
Aliran ini terjadi dalam 2-4 jam pertama setelah kelahiran bayi. Selama masa
ini ibu mengeluarkan banyak sekali jumlah urin. Hilangnya progesteron membantu
mengurangi retensi cairan yang melekat dengan meningkatnya vaskuler pada jaringan
tersebut selama kehamilan bersama-sama dengan trauma selama persalinan.
Kehilangan darah pada persalinan per vaginam sekitar 300-400 cc, sedangkan
kehilangan darah dengan persalinan seksio sesarea menjadi dua kali lipat. Perubahan
yang terjadi terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi. Pada persalinan per
vaginam, hemokonsentrasi akan naik dan pada persalinan seksio sesarea,
hemokonsentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6 minggu.
Pasca melahirkan, shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu
relatif akan bertambah. Keadaan ini akan menimbulkan dekompensasi kordis pada
penderita vitum cordia. Hal ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensasi dengan
timbulnya hemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Pada
umumnya, hal ini terjadi pada hari ketiga sampai kelima post patum.
Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-
alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama kira-kira 6
minggu, atau masa nifas adalah masa yang dimulai dari beberapa jam setelah lahir plasenta
sampai 6 minggu berikutnya. Periode masa nifas merupakan waktu d mana ibu mengalami
stres pascapersalinan, terutama pada ibu primipara.
Tanda dan gejala yang mungkin diperlihatkan pada penderita depresi postpartum adalah
sebagai berikut
1. Perasaan kecewa dan sedih
2. Sering menangis
3. Merasa gelisah dan cemas
4. Kehilangan ketertarikan terhadap hal-hal yang menyenangkan
5. Nafsu makan menurun
6. Kehilangan energi dan motivasi untuk melakukan sesuatu
7. Tidak bisa tidur (insomnia)
8. Perasaan bersalah dan putus harapan (hopeles)
9. Penurunan atau peningkatan berat badan yang tidak dapat dijelaskan
10. Memperlihatkan penurunan keinginan untuk mengurus bayinya
Walaupun banyak wanita mengalami depresi postpartum segera setelah melahirkan,
namun beberapa wanita tidak merasakan tanda depresi sampai beberapa minggu atau
beberapa bulan kemudian. Depresi dapat saja terjadi dalam kurun waktu enam bulan
berikutnya. Depresi postpartum mungkin saja berkembang menjadi postpartum psikosis,
walaupun jarang terjadi. Hal tersebut merupakan penyakit yang sangat serius dan semua
gejala depresi postaprtum dialami oleh mereka yang menderita postpartum psikoksis serta
bisa sampai melukai diri sendiri, bahkan membunuh anak-anaknya.
1. Perubahan Peran
Terjadinya perubahan peran, yaitu menjadi orang tua setelah kelahiran anak.
Sebenarnya suami dan istri sudah mengalami perubahan peran mereka sejak masa kehamilan.
Perubahan peran ini semakin meningkat setelah kelahiran anak. Contoh, bentuk perawatan
dan asuhan sudah mulai diberikan oleh si ibu kepada bayinya saat masih berada dalam
kandungan adalah dengan cara memelihara kesehatannya selama masih hamil,
memperhatikan makanan dengan gizi yang baik, cukup istirahat, berolah raga, dan
sebagainya. Selanjutnya, dalam periode postpartum atau masa nifas muncul tugas dan
tanggung jawab baru, disertai dengan perubahan-perubahan perilaku. Perubahan tingkah laku
ini akan terus berkembang dan selalu mengalami perubahan sejalan dengan perkembangan
waktu cenderung mengikuti suatu arah yang bisa diramalkan. Pada awalnya, orang tua belajar
mengenal bayinya dan sebaliknya bayi belajar mengenal orang tuanya lewat suara, bau badan
dan sebagainya. Orang tua juga belajar mengenal kebutuhan-kebutuhan bayinya akan kasih
sayang, perhatian, makanan, sosialisasi dan perlindungan. Periode berikutnya adalah proses
menyatunya bayi dengan keluarga sebagai satu kesatuan/unit keluarga. Masa konsolidasi ini
menyangkut peran negosiasi (suami-istri, ayah-ibu, orang tua-anak, anak dan anak).
Selama periode postpartum, tugas dan tanggung jawab baru muncul dan kebiasaan lama
perlu diubah atau ditambah dengan yang baru. Ibu dan ayah, orang tua harus mengenali
hubungan mereka dengan bayinya. Bayi perlu perlindungan, perawatan dan sosialisasi.
Periode ini ditandai oleh masa pembelajaran yang intensif dan tuntutan untuk mengasuh.
Lama periode ini bervariasi, tetapi biasanya berlangsung selama kira-kira empat minggu.
Periode berikutnya mencerminkan satu waktu untuk bersama-sama membangun kesatuan
keluarga. Periode waktu meliputi peran negosiasi (suami-istri, ibu-ayah, saudara-saudara)
orang tua mendemonstrasikan kompetensi yang semakin tinggi dalam menjalankan aktivitas
merawat bayi dan menjadi lebih sensitif terhadap makna perilaku bayi. Periode berlangsung
kira-kira selama 2 bulan.
Tugas pertama orang tua adalah mencoba menerima keadaan bila anak yang dilahirkan
tidak sesuai dengan yang diharapkan. Karena dampak dari kekecewaan ini dapat
mempengaruhi proses pengasuhan anak. Walaupun kebutuhan fisik terpenuhi, tetapi
kekecewaan tersebut akan menyebabkan orang tua kurang melibatkan diri secara penuh dan
utuh. Bila perasaan kecewa tersebut tidak segera diatasi, akan membutuhkan waktu yang
lama untuk dapat menerima kehadiran anak yang tidak sesuai dengan harapan tersebut.Orang
tua perlu memiliki keterampilan dalam merawat bayi mereka, yang meliputi kegiatan-
kegiatan pengasuhan, mengamati tanda-tanda komunikasi yang diberikan bayi untuk
memenuhi kebutuhannya serta bereaksi secara cepat dan tepat terhadap tanda-tanda tersebut.
Berikut ini adalah tugas dan tanggung jawab orang tua terhadap bayinya, antara lain:
Orang tua harus menerima keadaan anak yang sebenarnya dan tidak terus terbawa
dengan khayalan dan impian yang dimilikinya tentang figur anak idealnya. Hal ini
berarti orang tua harus menerima penampilan fisik, jenis kelamin, temperamen dan
status fisik anaknya.
Orang tua harus yakin bahwa bayinya yang baru lahir adalah seorang pdibadi yang
terpisah dari diri mereka, artinya seseorang yang memiliki banyak kebutuhan dan
memerlukan perawatan.
Orang tua harus bisa menguasai cara merawat bayinya. Hal ini termasuk aktivitas
merawat bayi, memperhatikan gerakan komunikasi yang dilakukan bayi dalam
mengatakan apa yang diperlukan dan member respon yang cepat
Orang tua harus menetapkan criteria evaluasi yang baik dan dapat dipakai untuk
menilai kesuksesan atau kegagalan hal-hal yang dilakukan pada bayi.
Orang tua harus menetapkan suatu tempat bagi bayi baru lahir di dalam keluarga.
Baik bayi ini merupakan yang pertama atau yang terakhir, semua anggota keluarga
harus menyesuaikan peran mereka dalam menerima kedatangan bayi.
Dalam menunaikan tugas dan tanggung jawabnya, harga diri orang tua akan tumbuh
bersama dengan meningkatnya kemampuan merawat/mengasuh bayi. Oleh sebab itu bidan
perlu memberikan bimbingan kepada si ibu, bagaimana cara merawat bayinya, untuk
membantu mengangkat harga dirinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa
transisi ke masa menjadi orang tua pada masa post partum adalah :
Ada tiga fase dalam masa adaptasi peran pada masa nifas, antara lain adalah:
Fase dependent
Pada hari pertama dan kedua setelah melahirkan, ketergantungan ibu sangat menonjol.
Pada saat ini ibu mengharapkan segala kebutuhannya dapat dipenuhi oleh orang lain. Rubin
(1991) menetapkan periode beberapa hari ini sebagai fase menerima yang disebut
dengan taking in phase.
Dalam penjelasan klasik Rubin, fase menerima ini berlangsung selama 2 sampai 3 hari.
Fase independent
Pada ibu-ibu yang mendapat perawatan yang memadai pada hari-hari pertama setelah
melahirkan, maka pada hari kedua sampai keempat mulai muncul kembali keinginan untuk
melakukan berbagai aktivitas sendiri. Di satu sisi ibu masih membutuhkan bantuan orang lain
tetapi disisi lain ia ingin melakukan aktivitasnya sendiri. Dengan penuh semangat ia belajar
mempraktekkan cara-cara merawat bayi. Rubin (1961) menggambarkan fase ini sebagai
fase taking hold. Pada fase taking hold, ibu berusaha keras untuk menguasai tentang
ketrampilan perawatan bayi, misalnya menggendong, menyusui, memandikan dan memasang
popok. Pada masa ini ibu agak sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-hal tsb,
cenderung menerima nasihat bidan atau perawat karena ia terbuka untuk menerima
pengetahuan dan kritikan yang bersifat pribadi. Pada tahap ini Bidan penting memperhatikan
perubahan yang mungkin terjadi. Pada beberapa wanita yang sulit menyesuaikan diri dengan
perannya, sehingga memerlukan dukungan tambahan. Hal ini dapat ditemukan pada :
Orang tua yang baru melahirkan untuk pertama kali dan belum pernah mempunyai
pengalaman mengasuh anak
Wanita karir
Wanita yang tidak mempunyai keluarga atau teman dekat untuk membagi suka dan
duka
Ibu dengan anak yang sudah remaja
Single parent
Fase interdependent
Periode ini biasanya terjadi “after back to home” dan sangat berpengaruh terhadap
waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu akan mengambil tanggung jawab
terhadap perawatan bayi, ia harus beradaptasi dengan kebutuhan bayi yang sangat tergantung,
yang menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial. Pada fase ini,
kegiatan-kegiatan yang ada kadang-kadang melibatkan seluruh anggota keluarga, tetapi
kadang-kadang juga tidak melibatkan salah satu anggota keluarga. Misalnya, dalam
menjalankan perannya, ibu begitu sibuk dengan bayinya sehingga sering menimbulkan
kecemburuan atau rasa iri pada diri suami atau anak yang lain. Pada fase ini harus dimulai
fase mandiri (letting go) dimana masing-masing individu mempunyai kebutuhan sendiri-
sendiri, namun tetap dapat menjalankan perannya dan masing-masing harus berusaha
memperkuat relasi sebagai orang dewasa yang menjadi unit dasar dari sebuah keluarga.
Setelah melahirkan, ibu mengalami perubahan fisik dan fisiologis yang juga
mengakibatkan adanya beberapa perubahan dari psikisnya. Ia mengalami stimulasi
kegembiraan yang luar biasa, menjalani proses ekplorasi dan similasi terhadap bayinya,
berada dibawah tekanan untuk dapat menyerap pembelajaran yang diperlukan tentang apa
yang harus diketahuinya dan perawatan untuk bayinya, dan merasa tanggung jawab yang luar
sekarang untuk menjadi seorang ibu. Tidak mengherankan bila ibu mengalami sedikit
perubahan perilaku dan sesekali merasa kerepotan. Masa ini adalah masa retan dan terbuka
untuk bimbingan dan pembelajaran
1. Periode ini terjadi 1-2 hari sesudah melahirkan. Ibu baru pada umumnya pasif dan
tergantung, perhatiannya tertuju pada kekhawatiran akan tubuhnya.
2. Ia mungkin akan mengulang-mengulang menceritakan pengalamannya waktu
melahirkan.
3. Tidur tanpa gangguan sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan akibat
kurang istirahat.
4. Peningkataan nutrisi dibutuhkan untuk mempercepat pemulihan dan penyembuhan
luka, serta persiapan proses laktasi aktif.
5. Dalam memberi asuhan, bidan harus dapat memfasilitasi kebutuhan psikologis ibu.
Pada tahan ini, bidan dapat menjadi pendengar yang baik ketika ibu menceritakan
pengalamannya. Berikan juga dukungan mental atau apresiasi atas hasil perjuangan
ibu sehingga dapat berhasil melahirkan anaknya. Bidan harus dapat menciptakan
suasana yang nyaman bagi ibu sehingga ibu dapat dengan leluasa dan terbuka
mengemukan permasalahan yang dihadapi pada bidan. Dalam hal ini, sering terjadi
kesalahan dalam pelaksanaan perawatan yang dilakukan oleh pasien terhadap dirinya
dan bayinya hanya karena kurangnya jalinan komunikasi yang baik antara pasien dan
bidan.
1. Periode ini biasanya terjadi setelah ibu pulang ke rumah. Periode ini pun sangat
berpengaruh terhadap waktu dan perhatian yang diberikan oleh keluarga.
2. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi
dengan segala kebutuhan bayi yang sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan
berkurangnya hak ibu, kebebasan, dan hubungan sosial.
3. Depresi post partum umunya terjadi pada periode ini
Faktor-faktor yang mempengaruhi suksesnya masa transisi ke masa menjadi orang tua pada
saat post partum, antara lain:
1. Respon dan dukungan keluarga dan teman
Bagi ibu post partum, apalagi pada ibu yang baru pertama kali melahirkan akan sangat
membutuhkan dukungan orang-orang terdekatnya karena ia belum sepenuhnya berada pada
kondisi stabil, baik fisik maupun psikologisnya. Ia masih sangat asing dengan perubahan
peran barunya yang begitu dantastis terjadi dalam waktu yang begitu cepat, yaitu peran
sebagai seorang “ibu” . Dengan respon positif dari lingkungan, akan mempercepat proses
adaptasi peran ini sehingga akan memudahkan bagi bidan untuk memberikan asuhan yang
sehat.
Hal yang dialami oleh ibu ketika melahirkan akan sangat mewarnai alam perasaannya
terhadap perannya sebagai ibu. Ia akhirnya menjadi tahu bahwa begitu beratnya bayinya dan
hal tersebut akan memperkaya pengalaman hidupnya untuk lebih dewasa. Banyak kasus
terjadi, setelah seorang ibu melahirkan anaknya yang pertama, ia akan bertekad untuk lebih
meningkatkan kualitas hubungannya dengan ibunya.
Walaupun kali ini adalah bukan lagi pengalamannya yang pertama melahirkan bayinya,
namun kebutuhan untuk mendapatkan dukungan positif dari lingkungannya tidak berbeda
dengan ibu yang baru melahirkan anak pertama. Hanya perbedaannya adalah teknik
penyampaian dukungan yag diberikan lebih kepada support dan apresisasi dari
keberhasilannya dalam melewati saat-saat sulit pada persalinannya yang lalu.
1. Pengaruh budaya
Adanya adat-istiadat yang dianut oleh lingkungan dan keluarga sedikt banyak akan
mempengaruhi keberhasilan ibu dalam melewati saat transisi ini. Apalagi jika hal yang tidak
sinkron antara arahan dari tenaga kesehatan dengan budaya yang dianut. Dalam hal ini, bidan
harus bijaksana dalam menyikapi, namun tidak mengurangi kualitas asuhan yang harus
diberikan. Keterlibatan keluarga dari awal dalam menentukan bentuk asuhan dan perawatan
yang harus diberikan pada ibu dan bayi akan memudahkan bidan dalam pemberian asuhan.
J. Nutrisi
Nutrisi adalah zat yang diperlukan oleh tubuh untuk keperluan metabolismenya.
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila menyusui akan meningkat 25%, karena
berguna untuk proses kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk memproduksi air
susu yang cukup untuk menyehatkan bayi semua itu akan meningkat tiga kali dari kebutuhan
biasa.
Nutrisi yang di konsumsi harus bermutu tinggi, bergizi dan cukup kalori. Kalori bagus
untuk proses metabolisms tubuh, kerja organ tubuh, proses pembentukan ASI. Wanita dewasa
memerlukan 2.200 k kalori. Ibu menyusui memerlukan kalori yang sama dengan wanita
dewasa + 700 k. kalori pada 6 bulan pertama kemudian + 500 k. kalori bulan selanjutnya.
Menu makanan seimbang yang harus dikonsumsi adalah porsi cukup dan teratur, tidak
terlalu asin, pedas atau berlemak, tidak mengandung alkohol, nikotin, serta bahan pengawet
atau pewarna. Disamping itu harus mengandung:
o Sumber tenaga atau energi
Untuk pembakaran tubuh, pembentukan jaringan baru, penghematan protein ( jika
sumber tenaga kurang, protein dapat digunakan sebagai cadangan untuk memenuhi
kebutuhan energi ). Zat gizi sebagai sumber karbohidrat terdiri dari beras, sagu,
jagung, tepung terigu dan ubi. Sedangkan zat lemak dapat diperoleh dari hewani
( lemak, mentega, keju ) Dan nabati ( kelapa sawit, minyak sayur, minyak kelapa dan
margarine )
o Sumber pembangun ( protein )
Protein diperlukan untuk pertumbuhan dan penggantian sel-sel yang rusak atau mati.
Sumber protein dapat diperoleh dari protein hewani ( ikan, udang, kerang, kepiting,
daging ayam, hati, telur, susu dan keju ) Dan protein nabati ( kacang tanah, kacang
merah, kacang hijau, kedelai, tahu dan tempe ).
o Sumber pengatur dan pelindung ( mineral, vitamin dan air )
Sumber pengatur dan pelindung digunakan untuk melindungi tubuh dari serangan
penyakit danpengatur kelancaran metabolisme dalam tubuh .Anjurkan ibu untuk
minum setiap sehabis menyusui. Sumber zat pengatur dan pelindung biasa diperolah
dari semua jenis sayuran dan buah-buahan segar.
Nutrisi pada ibu nifas
Penurunan berat badan lebih dari setengah kilogram perminggu dan pembatasan
kalori yang terlalu ketat akan rnengganggu gizi dan kesehatan ibu serta dapat membuat ibu
memproduksi ASI lcbih lanjut.
1. karbohidrat
Makanan yang dikonsumsi dianjurkan mengandung 50-60% karbohidrat. Laktosa
(gula susu) adalah bentuk utama dari karbohidrat yang ada dalam jumlah lebih besar
dibandingkan dalam susu sapi. Laktosa membantu bayi menyerap kalsium dan mudah di
metabolisme menjadi dua gula sederhana (galaktosa dan glukosa) yang dibutuhkan untuk
pertumbuhan otak yang cepat yang terjadi selama masa bayi.
2. lemak
Lemak 25-35% dari total makanan. Lemak menghasilkan kira-kira setengah kalori
yang diproduksi oleh air susu ibu.
3. protein
Jumlah kelebihan protein yang diperlukan oleh ibu pada masa nifas adalah sekitar 10-
15%. Protein utama dalam air susu ibu adalah whey. Mudah dicerna whey menjadi kepala
susu yang lembut yang memudahkan penyerapan nutrient kedalam aliran darah bayi. Sumber
karbohidrat yaitu :
1. Nabati :tahu, tempe dan kacang – kacangan
2. Hewani : daging, ikan, telur, hati, otak, usus, limfa, udang, kepiting
4. vitamin dan mineral
Kegunaan vitamin dan mineral adalah untuk melancarkan metabolisme tubuh. Beberapa
vitamin dan mineral yang ada pada air susu ibu perlu mendapat perhatian khusus karena
jumlahnya kurang mencukupi, tidak mampu memenuhi kebutuhan bayi sewaktu bayi
bertumbuh dan berkembang. Vitamin dan mineral yang paling mudah menurun
kandungannya dalam makanan adalah Vit B6, tiamin, As.folat, kalsium, seng, dan
magnesium. Kadar Vit B6, tiamin dan As.folat dalam air susu langsung berkaitan dengan diet
atau asupan suplemen yang dikonsumsi ibu. Asupan vitamin yang tidak memadai akan
mengurangi cadangan dalam tubuh ibu dan mempengaruhi kesehatan ibu maupun bayi.
1. Sumber vitamin : hewani dan nabati
2. Sumber mineral : ikan, daging banyak mengandung kalsium, fosfor, zat besi, seng dan
yodium.
.
Petunjuk untuk mengolah makanan sehat :
1. Pilih sayur-sayuran, buah-buahan, daging dan ikan yang segar.
2. Cuci tangan sampai bersih sebelum dan sesudah mengelola makanan.
3. Cuci bahan makanan sampai bersih lalu potong-potong.
4. Masak sayuran sampai layu.
5. Olah makanan sampai matang.
6. Hindari pemakaian zat pewarna, pengawet ( vetsin ).
7. Jangan memakai minyak yang sudah berkali-kali dipakai.
8. Perhatikan kadaluarsa dan komposisi zat gizi makanan. Jika dikemasan dalam
kaleng
9. jangan memilih kaleng yang telah penyok atau karatan
10. Simpan peralatan dapur dalam keadaan bersih dan aman.
11. Jangan biarkan binatang berkeliaran di dapur.
B. Cairan
Fungsi cairan sebagai pelarut zat gizi dalam proses metabolisme tubuh. Minumlah
cairan cukup untuk membuat tubuh ibu tidak dehidrasi. Asupan tablet tambah darah dan zat
besi diberikan seta= 40 hari post partum. Minum kapsul Vit A (200.000 unit)
3. Sistem urinarius
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan
peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar sterorid setelah wanita melahirkan
sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pasca partum. Fungsi
ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. diperlukan kira-
kira dua sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis
ginjal kembali ke keadaan sebelum hamil (Cunningham, dkk ; 1993). Pada sebagian kecil
wanita, dilaktasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.
a. Komponen Urine
Glikosuria ginjal diinduksikan oleh kehamilan menghilang. Laktosuria positif pada
ibu meyusui merupakan hal yang normal. BUN (blood urea nitrogen), yang meningkat
selama pasca partum, merupakan akibat otolisis uterus yang berinvolusi, Pemecahan
kelebihan protein di dalam sel otot uterus juga menyebabkan proteinuria ringan (+1) selama
satu sampai dua hari setelah wanita melahirkan. Hal ini terjadi pada sekitar 50% wanita.
Asetonuria bisa terjadi pada wanita yang tidak mengalami komplikasi persalinan atau setelah
suatu persalinan yang lama dan disertai dehidrasi.
b. Diuresis Postpartum
Dalam 12 jam pasca melahirkan, ibu mulai membuang kelebihan cairan yang
tertimbun di jaringan selama ia hamil. salah satu mekanisme untuk mengurangi cairan yang
teretensi selama masa hamil ialah diaforesis luas, terutama pada malam hari, selama dua
sampai tiga hari pertama setelah melahirkan. Diuresis pascapartum, yang disebabkan oleh
penurunan kadar estrogen, hilangnya peningkatan tekanan vena pada tingkat bawah, dan
hilangnya peningkatan volume darah akibat kehamilan, merupakan mekanisme tubuh untuk
mengatasi kelebihan cairan.
Kehilangan cairan melalui keringat dan peningkatan jumlah urine menyebabkan
penurunan berat badan sekitar 2,5 kg selama masa pasca partum. Pengeluaran kelebihan
cairan yang tertimbun selama hamil kadang-kadang disebut kebalikan metabilisme air pada
masa hamil (reversal of the water metabolisme of pregnancy)
c. Uretra dan Kandung Kemih
Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses melahirkan, yakni
sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan
edema, seringkali disertai di daerahdaerah kecil hemoragi. Kandung kemih yang oedema,
terisi penuh dan hipotonik dapat mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak
sempurna dan urine residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong terjadinya
pengosongan kandung kemih bahkan saat tidak merasa untuk berkemih.
Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter sering menunjukkan
adanya trauma pada kandung kemih. Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami
edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas kandung kemih setelah
bayi lahir, dan efek konduksi anestesi menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun.
Selain itu, rasa nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, leserasi
vagina, atau episiotomi menurunkan atau mengubah refleks berkemih. Penurunan berkemih,
seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung
kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan
berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan balk. pada masa
pascapartum tahap lanjut, distensi yang berlebihan ini dapat menyebabkan kandung kemih
lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih normal (Cinningham,
dkk, 1993). Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih dalam mengalami
kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus
kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari setelah bayi lahir
d. perubahan sistemik pascapartum, urinarius
Setelah melahirkan, sistem urinarius kembali kepada kondisi seperti sebelum hamil.
Perubahan ini merupakan perubahan yang retrogresif yang efeknya banyak menghabiskan
tenaga dan berat badan. Hamper segera setelah melahirkan,terjadi diuresis untuk
membersihkan tubuh dari kelebihan cairan yang di kumpulkan oleh tubuh selama kehamilan.
Temuan kajian :
1. Kehilangan tonus kandung kemih untuk sementara
2. Kehilangan sensasi untuk berkemih
3. Uterus terdesak oleh distensi kandung kemih
4. Peningkatan produksi urin
5. Peningkaatan keringat
K. SENAM NIFAS
adalah untuk :
1 Rehabilisasi jaringan yang mengalami penguluran akibat kehamilan dan persalinan.
2 Mengembalikan ukuran rahim kebentuk semula.
3 Melancarkan peredaran darah.
4 Melancarkan BAB dan BAK.
5 Melancarkan produksi ASI.
6 Memperbaiki sikap baik.
Seksual Hanya separuh wanita yang tidak kembali tingkat energi yang biasa pada 6
minggu PP, secara fisik, aman, setelah darah dan dapat memasukkan 2-3 jari kedalam vagina
tanpa rasa nyeri. Penelitian pada 199 ibu multipara hanya 35 % ibu melakukan hubungan
seks pada 6 minggu dan 3 bln, 40% nya rasa nyeri dan sakit. (Rogson dan Kumar,1981