Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MASUKNYA ISLAM KE ASIA

(TAIWAN,JEPANG,KOREA,CHINA)
DISUSUN :
O

KELOMPOK :

1. ABDUL LATIF
2. ANDINA SAPUTRI
3. ANGGIE RESTU AGUSTIN

MAN LIMA PULUH KOTA


A. Perkembangan Islam di Asia
1. Taiwan
Terletak di Kawasan Asia Timur, Taiwan merupakan negara bekas jajahan Belanda
pada abad XVI dan berbentuk republik. Taiwan resmi berdiri sebagai sebuah negara yang
independen pada 1 Januari 1912 dengan menjadikan Taipei sebagai ibukota negara. Islam
di Taiwan termasuk agama yang relatif kecil meski dianut oleh cukup banyak orang.

Sejarah masuknya agama Islam ke Taiwan sangat panjang mulai abad ke-17 M seiring
dengan datangnya Dinasti Ming dari China daratan, bersamaan dengan kedatangan
pedagang Muslim pada abad ketujuh Masehi yang kemudian menikahi perempuan
setempat.. Pada abad ke-17, suku Hui, yang mayoritas penganut agama Islam, melakukan
migrasi besar-besaran dari China daratan menyebrang menuju Taiwan. Dinasti Ming saat
itu mengirimkan tentara yang kebanyakan beragama Islam untuk mengusir penjajahan
Portugis atas Taiwan. Mereka membuat masjid di Desa Taixi dan Danshui. Namun sekarang
mesjid tersebut sudah tidak ada.

Di Tiongkok ada sekitar 20 juta orang beragama Islam. Sebagian di antara mereka
kemudian berhijrah ke Taiwan pada abad ke-17 saat orang Muslim yang tinggal di provinsi
Fujian yang berada di pesisir selatan Tiongkok bergabung dengan pasukan Koxinga (Cheng
Cheng-Kung) menyerbu Taiwan untuk mengusir pasukan Belanda yang menduduki pulau
itu. Usai perang, sebagian pasukan Koxinga yang beragama Islam itu ada yang memilih
menetap di Taiwan. Keturunan mereka kemudian menikah dan berasimilasi dengan
masyarakat setempat. Sebagian mereka ada yang tetap menjadi Muslim, sedangkan
sebagian lain berpindah agama.

Dan Sebagian besar orang Muslim yang ada di Taiwan sekarang ini adalah pendatang
yang tinggal sejak tahun 1949. Meskipun begitu selama 10 tahun sejak kedatangannya
tidak ada seorang pun yang mendirikan masjid. Ada dua Masjid yang besar di Taiwan yaitu
Taipei Grand Mosque yang terletak berseberangan dengan Daan Park di Xinsheng South
Road dan Taipei Cultural Mosque. Kedua masjid tersebut setiap jum’at mengadakan shalat
Jum’at dengan khutbah 2 bahasa yaitu China dan Arab.

Menurut Profesor Lien Ya Tang dalam bukunya yang berjudul History of Taiwan (1918),
meskipun mereka beragama Islam, orang Muslim yang menetap di pulau Formosa itu tidak
aktif menyebarkan agamanya. Mereka juga tidak membangun masjid di pulau tersebut.

Gelombang kedua kedatangan orang Muslim ke Taiwan berlangsung selama perang sipil
Tiongkok pada abad ke-20. Pada saat itu sekitar 20.000 tentara Muslim beserta
keluarganya yang pro partai nasionalis Kuomintang pimpinan Chiang Kai Shek ikut hijrah
ke Taiwan pada tahun 1949, karena tidak sudi berada di Tiongkok daratan yang dikuasai
Partai Komunis Tiongkok.

Kebanyakan mereka adalah tentara dan pegawai negeri yang berasal dari provinsi
Tiongkok bagian selatan dan barat yang banyak dihuni orang Islam, seperti Yunnan,
Xinjiang, Ningxia, dan Gansu.

Selama tahun 1950-an kontak antara etnis Hui (masyarakat Muslim) dan etnis Han
sangat terbatas karena perbedaan adat istiadat di antara mereka. Kebanyakan masyarakat
Muslim lebih mengandalkan hubungan antar mereka sendiri melalui pertemuan komunitas
mereka di sebuah rumah di Jalan Lishui (麗水街 di Taipei. Namun ketika tahun 1960-an
kaum Muslimin melihat kenyataan bahwa kembali ke Tiongkok daratan tidak lebih baik,
kontak dengan etnis Han jadi lebih sering. Meski begitu interaksi dan saling bantu dengan
sesama umat Islam tetap terus dijaga.

Pada tahun 1980-an ribuan umat Islam dari Myanmar dan Thailand bermigrasi ke
Taiwan untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Mereka adalah keturunan tentara pro
nasionalis yang melarikan diri dari provinsi Yunnan ketika kelompok komunis berhasil
menguasai Tiongkok daratan. Saat ini ada sekitar 53.000 orang Taiwan yang beragama
Islam serta lebih dari 80.000 orang Muslim Indonesia yang menjadi pekerja (TKI) di
Taiwan. Sehingga tahun 2007) ada sekitar 140.000 umat Islam di Taiwan.

Meskipun perkembangan umat Islam di negeri ini sangat lambat namun dilaporkan
setiap tahun ada sekitar 100 orang Taiwan yang masuk Islam, terutama karena menikah
dengan pria Muslim.

2.Jepang
Jepang adalah negara kesatuan berbentuk monarki parlementer di pimpin oleh Kaisar
dan perdana Menteri. Sejarah masuknya agama Islam ke Jepang sekitar tahun 1877 dan
hampir bersamaan dengan datangnya agama Kristen yang dibawa oleh Imperialisme Barat.
Titik perkembangan Islam di jepang adalah tahun 1890 saat sebuah kapal laut milik
Kerajaan Turki Ottoman singgah di Jepang dalam rangka menjalin hubungan diplomatik.
Dengan adanya hubungan tersebut warga Jepang jadi lebih mengenal Islam serta
kebudayaannya. Akan tetapi dalam perjalanan pulangnya, kapal bernama 'Entrugul' ini
karam. Adapun orang Jepang pertama yang memeluk Islam adalah Mitsutaro Takaoka
tahun 1909. Dia lantas mengganti namanya menjadi Omar Yamaoko setelah melaksanakan
ibadah haji.

Penelitian lain menyebutkan bahwa orang Jepang bernama Torajiro Yamada


kemungkinan merupakan pemeluk Islam pertama di sana dan pernah berkunjung ke Turki.
Sedangkan menurut Prof. Tanada, Islam masuk ke Jepang sekitar awal tahun 1920-an,
ketika ratusan Muslim Turki beremigrasi dari Rusia setelah Revolusi Rusia 1917. Pada
akhir 1930-an ada sekitar 1.000 Muslim dari berbagai asal-usul, kata Tanada. Gelombang
berikutnya datang pada 1980-an, ketika gelombang pekerja migran dari Iran, Pakistan dan
Bangladesh datang, secara signifikan meningkatkan populasi Muslim.

Islam di Jepang terbilang masih sangat baru. Dibanding negara Asia lain, Islam dikenal
paling akhir di negeri matahari terbit tersebut. Sekitar akhir abad ke-19, Jepang
bersentuhan dengan agama Islam. Dari dulu Jepang dikenal sebagai negara penganut
agama Shinto dan Buddha. Perkembangan Islam di Jepang mengalami peningkatan yang
signifikan dari tahun ke tahun. Jumlah Muslim di Jepang mencapai 100 ribu orang dan
mereka memiliki 40 masjid untuk menunaikan ibadah dan keagamaan mereka disana.

Awal mula Islam masuk ke Jepang yaitu melalui perdagangan dan niaga. Banyak orang
asing yang beragama Islam mulai berdatangan ke Jepang sudah sejak awal berdirinya
negara. Muslim pertama sebagian besar adalah pelaut Melayu yang melayani kapal Belanda
dan kapal Ingris. Saat ini pun Kobe menjadi salah satu metropolitan Jepang bersama Kyoto
dan Osaka. Kobe menjadi saksi sejarah panjang Jepang, termasuk sejarah awal ,mula
masuknya komunitas Muslim di Jepang. Muslimin Kobe bermula dari para Imigran Turki-
Tartar yang tiba di Jepang di tengah berkecamuknya Perang Dunia I. Mereka hijrah dari
Rusia yang diguncang revolusi Bolshevik dengan pimpinan Stalin yang komunis dan atheis
ke Jepang. Islam masuk pertama kali ke Jepang sekitar tahun 1877 hampir bersamaan
dengan kehadiran agama Nasrani dari barat ke negara tersebut. Pada sekitar tahun itu,
kehidupan Nabi Muhammad diterjemahkan dalam Bahasa Jepang.

Ini membantu agama Islam menempatkan diri dalam pemikiran intelek orang Jepang,
tetapi hanya sebagai satu pengetahuan dan pemikiran. Setelah krisis minyak tahun 1973,
media massa Jepang telah memberi penerbitan yang besar tentang Dunia Muslim dan
khusunya kepada Dunia Arab akan pentingnya negara-negara ini terhadap ekonomi Jepang.
Dengan penerbitan ini, banyak orang Jepang yang tidak mengetahui pengetahuan tentang
Islam mempunyai peluang untuk ibadah Haji di Mekkah serta mendengar Adzan (panggilan
islam untuk melaksanakan shalat) dan membaca Al-Qur’an. Selain itu banyak orang Jepang
yang memeluk agama Islam secara terang-terangan. Ketika itu, banyak terdapat upacara
Islamisasi massal yang diikuti dari berpuluh-puluh ribu orang.

Sebagian besar pemeluk Islam di Jepang saat ini adalah para pelajar dan imigran dari
negara Asia Tenggara dan TimurTengah. Hanya sedikit yang warga asliJepang. Umumnya
terkonsentrasi di kota-kota besar semisal Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka, dan Tokyo.
Secara rutin dakwah juga berjalan pada komunitaskomunitas Muslim ini. Beberapa tahun
lalu, Dr. Saleh Samarrai yang pernah belajar di negara Sakura itu dari tahun 1960,
membentuk Japan Islamic Center dan menyusun metode dakwah efektif di Jepang.
Sumbangsihnya ini akhirnya mampu mendorong upaya pengembangan Islam serta
mengenalkan Islam secara luas pada masyarakat Jepang yang cosmopolitan. Di kutip dari
situs niindo.com, Dr Zakaria Ziyad, kepala Lembaga Kaum Muslimin (LKM), di Jepang
mengungkapkan, Islamic Center yang terletak di ibukota Jepang, Tokyo tengah merintis
pendirian sekolah Islam pertama di Jepang. Ia menambahkan, sebagian data statistik
menunjukkan, dalam sehari, sekitar 10 WN Jepang masuk Islam .

3. China atau Tiongkok


China merupakan negara merdeka dengan sistem pemerintahan berbentuk republik dan
berideologi komunis .Islam adalah agama universal, yang bisa diterima oleh semua
golongan; suku, bangsa, dan adat istiadat. Karena itu, Islam cepat diterima masyarakat
karena prinsip toleran (tasammuh), moderat (tawasuth), berkeadilan, dan seimbang
(tawazzun). Hal ini pun terjadi pula pada masyarakat Cina. Negeri dengan penduduknya
kini lebih dari satu miliar ini, menerima Islam dengan sambutan hanga. Islam telah
tersebar di China selama lebih 1.300 tahun.

“Carilah ilmu walau sampai ke negeri China” demikian sebuah hadis Nabi Muhammad Saw.
Setidaknya beliau sudah mengenal negeri China karena hubungan perdagangan antara
bangsa arab dan China. Mulai abad ke-7 dan ke-8 (abad ke-1 orang Muslim Persia dan Arab
sudah turut serta dalam kegiatan pelayaran dan perdagangan sampai ke negeri China. Pada
masa pemerintahan Tai Tsung (627- 650) kaisar ke-2 dari Dinasti Tang, telah datang empat
orang Muslim dari jazirah Arabia. Yang pertama, bertempat di Canton (Guangzhou), yang
kedua menetap di kota Chow, yang ketiga dan keempat bermukim di Coang Chow. Orang
Muslim pertama, Sa’ad bin Abi Waqqas, adalah seorang muballigh dan sahabat Nabi
Muhammad Saw. dalam sejarah Islam di China. Ia mendirikan masjid di Canto, yang disebut
masjid Wa-Zhin-Zi (masjid kenangan atas nabi)

Sejarah mencatat, Islam masuk ke Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 M), yang dibawa
oleh salah seorang panglima Muslim, Saad bin Abi Waqqash RA, di masa Khalifah Utsman
bin Affan RA. Menurut Chen Yuen, dalam karyanya, A Brief Study of the Introduction of
Islam to China, masuknya Islam ke Cina sekitar tahun 30 H atau sekitar 651 M. Sebelumnya,
banyak hikayat yang berkembang mengenai masuknya Islam ke Negeri Tirai Bambu ini.
Namun, semua hikayat itu menceritakan adanya tokoh utama di balik penyebaran agama
Islam di Cina.

Versi pertama menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina dibawa sahabat
Rasulullah SAW yang hijrah ke al-Habasha Abyssinia (Ethiopia). Sahabat Nabi hijrah ke
Ethiopia untuk menghindari kemarahan dan amuk massa kaum Quraisy jahiliyah. Mereka
antara lain Ruqayyah, anak perempuan Nabi; Utsman bin Affan, suami Ruqayyah; Sa'ad bin
Abi Waqqash dan sejumlah sahabat lainnya.
Para sahabat yang hijrah ke Ethiopia itu mendapat perlindungan dari Raja Atsmaha
Negus di Kota Axum. Banyak sahabat yang memilih menetap dan tak kembali ke tanah
Arab. Konon, mereka inilah yang kemudian berlayar dan tiba di daratan Cina pada saat
Dinasti Sui berkuasa (581-618 M). Sumber lainnya menyebutkan, ajaran Islam pertama kali
tiba di Cina ketika Saad bin Abi Waqqash dan tiga sahabatnya berlayar ke Cina dari
Ethiopia pada 616 M. Setelah sampai di Cina, Saad kembali ke Arab dan 21 tahun kemudian
kembali lagi ke Guangzhou membawa Kitab Suci Alquran.

Ada pula yang menyebutkan, ajaran Islam pertama kali tiba di Cina pada 615 M--kurang
lebih 20 tahun setelah Rasulullah SAW tutup usia. Adalah Khalifah Utsman bin Affan yang
menugaskan Saad bin Abi Waqqash untuk membawa ajaran Islam ke daratan Cina. Konon,
Saad meninggal dunia di Cina pada 635 M. Kuburannya dikenal sebagai Geys' Mazars.
Menurut Ibrahim Tien Ying Ma dalam bukunya, Muslims in China, versi terakhir ini yang
lebih valid.

Utusan Khalifah Utsman itu diterima secara terbuka oleh Kaisar Yong Hui dari Dinasti
Tang. Kaisar Yong Hui menghargai ajaran Islam dan menganggap ajaran Islam punya
kesamaan dengan ajaran Konfusionisme. Untuk menunjukkan kekagumannya terhadap
Islam, kaisar mengizinkan berdirinya masjid pertama di Chang-an (Kanton). Masjid itu
bernama Huaisheng atau Masjid Memorial.

Menurut versi Ibrahim Tien Ying Ma, masjid itu diberi nama Kwang Tah Se, yang berarti
menara Cemerlang, dan dibangun oleh Yusuf. Sedangkan, masjid lainnya yang dibangun di
sini adalah Chee Lin Se, yang berarti masjid dengan tanduk satu. Kedua masjid itu masih
tetap berdiri hingga saat ini setelah 14 abad.

Ketika Dinasti Tang berkuasa, Cina tengah mencapai masa keemasan dan menjadi
kosmopolitan budaya. Sehingga, dengan mudah ajaran Islam tersebar dan dikenal
masyarakat Tiongkok.

Pada zaman Wudai, China utara sering berperang dan China selatan lebih aman, banyak
penganut agama Islam telah berpindah ke China selatan. Masjid pada zaman dinasti Tang
dan Wudai masih mempunyai corak seni Arab dan belum menerima pengaruh seni
tradisional China. Kebanyakan masjid pada zaman itu terletak di pelabuhan atau bandar,
pusat politik dan ekonomi. Masjid Huaizheng di bandar Guangzhou yang dibina pada
dinasti Tang di anggap sebagai masjid yang tertua di China. Masjid itu masih mempunyai
corak seni Arab. Pada masa Dinasti Song, agama Islam dianggap lebih mulia oleh rakyat
China. Masjid pada zaman Dinasti Song yang masih ada sekarang sudah tidak banyak, yang
paling terkenal ialah masjid “Qing Jing Si” dibandar Quanzhou.

Pada zaman Dinasti Ming, perkembangan agama Islam di China telah menghadapi
rintangan, maharaja pertama Dinasti Ming memandang rendah terhadap agama Islam.
Baginda mengeluarkan perintah untuk melarang rakyat menyembelih lembu secara
tersendiri dan beberapa dasar yang mendiskriminasi umat Islam, termasuk orang Islam
tidak boleh menjadi pegawai kerajaan dan lain-lainnya.

Pada zaman Dinasti Qing Islam mempunyai kedudukan yang penting dalam sejarah
perkembangan agama Islam di China. pada zaman Dinasti Yuan, jumlah penduduk Islam
telah meningkat secara besar-besaran, mutu agama Islam telah ditingkatkan dan pengaruh
Islam kepada masyarakat China semakin hari semakin luas.

Zaman Dinasti Ming dan Qing merupakan abad perkembangan dan peralihan bagi masjid
di China, seni masjid secara beransur-ansur berubah dari seni Arab ke seni China. Umat
Islam di China pernah memberi sumbangan yang besar terhadap perkembangan sains dan
teknologi China. Kalender yang dicipta oleh umat Islam pernah digunakan di China dalam
waktu yang panjang. Alat pandu arah angkasa yang dicipta oleh seorang ahli ilmu falak
yang bernama Zamaruddin pada Dinasti Yuan sangat populer di China. Ilmu matematika
yang dikembangkan dari Arab telah diterima oleh orang China. Ilmu perobatan Arab juga
menjadi sebagian dari pada ilmu perobatan China. Umat Islam juga terkenal dengan
pembuatan meriam di China, Dinasti Yuan menggunakan sejenis meriam yang dikenali
sebagai meriam etnik Huizu yang diciptakan oleh orang Islam China. Meriam itu tidak
menggunakan bahan letupan, tetapi menggunakan batu sebagai peluru, dan meriam itu
sangat populer di China pada zaman itu. Selain itu, orang Islam juga terkenal dengan teknik
pembinaan dan menenun.

Sejak PRC didirikan pada tahun 1949, agama Islam telah berkembang pesat. kerajaan
China mengamalkan dasar bebas agama, tidak menggalakkan rakyat beragama, tetapi
semua agama yang sah dilindungi. Kerajaan juga menyediakan biaya untuk memperbaiki
masjid, dan memberi dasar keutamaan kepada umat Islam. Kerajaan juga memberi bantuan
kepada masjid dan Persatuan Islam untuk memperbaiki bangunan dan biaya harian.
Misalnya semasa masjid Niujie, yaitu masjid yang tertua dan terkenal di Beijing merayakan
ulang tahun ke-1000, kerajaan memberi dana sebanyak beberapa juta Yuan RMB untuk
memperbaiki masjid itu.

4. KOREA SELATAN DAN KOREA UTARA

Sebagaian besar masyarakat di Korea tidak beragama (atheis), yang jumlahnya mencapai
sekitar 45%. Kemudian, diikuti dengan pemeluk agama Budha (23%), Kristen (18%) dan
Katolik (10%) secara berturut-turut.

Islam pertama kali mulai dikenal di Korea sejak tahun 1955 dengan datangnya tentara
Turki untuk misi perdamaian di bawah PBB. Mereka membangun sebuah tempat sholat
sederhana dari tenda dan mengenalkan tentang Islam di Korea. Sejak saat itu, kaum
muslimin mulai ada dan jumlahnya terus bertambah. Meski demikian, sangat berbeda
dengan di Indonesia, jumlah penduduk asli Korea yang beragama Islam sampai saat ini
tidak lebih 0,1% dari sekitar 50 juta jiwa total populasi penduduk. Di samping jumlah
tersebut, terdapat sekitar 200.000 muslim pendatang dari berbagai negara di dunia, baik
untuk bekerja, belajar, ataupun menetap di Korea.

Masyarakat asli Korea yang Muslim, kebanyakan adalah keturunan dari para mualaf
yang masuk Islam saat berlangsung Perang Korea. Masjid pertama yang dibangun di Korea
adalah Seoul Central Masjid and Islamic Center yang berada di kota Itaewon. Masjid ini
selesai dibangun dan dibuka untuk publik pada tahun 1974. Masjid ini dibangun untuk
kegiatan Shalat, Ruang Kantor, ruang kelas (sekolah) dan aula konferensi. Selain itu juga
digunakan untuk aktifitas dakwah dan pendidikan. Di Busan juga dibangun Masjid di atas
lahan sekitar 3.500 m². Masjid yang berada sekitar 400 m dari pintu keluar stasiun kereta
bawah tanah di daerah Dusil itu dibangun dengan bantuan dana dari pengusaha Libya
bernama Ali B Fellagh pada tahun 1980.

kegiatan ibadah dan aktivitas dakwah dikoordinasi oleh Korean Muslim Federation
(KMF) yang didirikan tahun 1967. kaum muslimin yang di Korea adalah pendatang, maka
seluruh aktivitas ibadah di masjid meliputi sholat jumat, idul fitri dan yang lainnya,
disampaikan dalam 3 bahasa, yakni arab, inggris dan korea. Sampai sekarang ada sekitar
21 masjid/Islamic center yang tersebar di beberapa pusat kota di Korea, yang seluruhnya
dibawah koordinasi oleh KMF. Selain masjid dan Islamic center, beberapa
universitas/perusahaan menyediakan ruangan untuk tempat sholat bagi mahasiswa
maupun karyawannya. Adapun di sebagian besar tempat, tidak pernah dijumpai tempat
sholat khusus, sehingga kebanyakan kaum muslimin menjalankan sholat saat datang
waktunya di mana saja, asalkan suci.

1) PERKEMBANGAN ISLAM DI KOREA UTARA

Perdagangan kedua negara berlanjut hingga abad ke-15. Mereka pun akhirnya banyak
yang menetap di Korea, terutama Muslim Timur dan Asia Tengah. Beberapa Muslim Hui
dari Cina juga menetap di Kerajaan Goryeo. Kontak dengan masyarakat Muslim terus
berlanjut. Pada akhir periode Goryeo dibangunlah sebuah masjid di ibu kota Kaesong
bernama Yekung.

Setelah penaklukan Mongol terhadap wilayah-wilayah kekuasaan Islam pada 1270, tak
terkecuali Baghdad, Muslim masuk di wilayah Korsel secara signifikan. Namun, selama
berabad-abad kehadiran Islam tidak berdampak apa pun terhadap warga setempat. Baru
pada awal abad ke-20 Islam mengalami kebangkitan kedua.

Dengan aneksasi Jepang di Semenanjung Korea pada 1910, lebih dari satu juta orang
Korea melarikan diri ke Cina dan mereka bertemu dengan komunitas Muslim Cina. Pada
dekade berikutnya beberapa orang Korea masuk Islam dan akhirnya kembali setelah
pembebasan negara tersebut pada 1945.

Perang Korea 1950-1953 adalah periode berikutnya di mana Islam mulai memiliki
dampak nyata bagi masyarakat Korsel. Setelah invasi Korea Utara, PBB memobilisasi
kekuatan multinasional untuk membantu pertahanan Korsel.

Turki adalah salah satu negara yang menanggapi permintaan ini dan mengirim lebih dari
5.000 tentara. Bantuan Turki kemudian berpengaruh terhadap sikap Korsel terhadap Turki
dan Islam.

Selain berperang melawan Korea Utara, tentara Turki juga banyak mengislamkan warga
Korsel. Bersama dengan Imam Abdulgafur Karaismailoglu yang mendampingi pasukan
Turki dan Muslim Korea pertama (mereka yang tinggal di Cina selama era penjajahan
Jepang) membentuk Yayasan Komunitas Muslim Korea.

2) PERKEMBANGAN ISLAM DI KOREA SELATAN

Salah satu organisasi yang mensyiarkan Islam di Korea Selatan adalah Nahdlatul Ulama
(NU). Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahlatul Ulama (PCINU) Korea Selatan, Mohamad
Habibi, mengatakan perkembangan Islam di Korsel saat ini mengalami perkembangan
yang cukup drastis.

“Perkembangan Islam di Korsel itu sekarang mengalami peningkatan yang cukup drastis.
Jadi, selain warga Muslim yang datang ke Korea juga banyak orang-orang Korea yang mulai
mualaf,” ujar Habibi kepada Republika, beberapa waktu lalu.

Alumnus Pondok Pesantren Salafiyah Syafiiyah Sukorejo Situbondo ini mengatakan,


selama ini warga NU di Korsel aktif melakukan dakwah lewat pengajian di masjid-masjid.
Namun, menurut dia, kedepannya NU juga akan mensyiarkan Islam lewat kebudayaan.

“Karena kebetulan baru dapat amanah sebagai ketua tanfidziyah, saya mencoba mencari
cela-cela, kira-kira dakwah yang lewat kebudayaan. Kita masih formulasikan bersama kira-
kira dakwah seperti apa yang bisa menarik orang-orang Korea,” kata kandidat master di
Kongju Nasional University Korea Selatan ini.

Dia mengatakan, di Korea Selatan banyak yang melakukan mix married. Misalnya, orang
Korea menikah dengan orang Islam asal Indonesia, baik yang laki-laki maupun
perempuan.Namun, kebanyakan orang Korea itu tidak mempercayai adanya Tuhan atau
agnostik. Karena itu, sebelum menikah mereka harus memeluk agama Islam dulu. Dengan
banyaknya mix married ini, maka perkembangan Islam pun menjadi sangat pesat.

Dia menyebutkan, indikator perkembangan Islam di Korea Selatan antara lain yaitu yang
pertama adalah masjid di Korea Selatan sekarang banyak sekali. Masjid umat Islam yang
dibangun orang Indonesia saja ada sekitar 90 masjid, belum lagi masjid yang dibangun
umat Islam dari Bangladesh, Pakistan, negara Timur Tengah, dan lain-lain.

Jadi, teman-teman Muslim Indonesia di sini itu mayoritas adalah Pekerja Migran
Indonesia (PMI). Karena sangat ingin beribadah, mereka bahkan sampai iuran menyewa
ruko yang kemudian dikonversi menjadi masjid. Bahkan, beberapa ruko itu sudah ada yang
dibeli secara permanen.Mereka biasanya berkumpul di masjid itu setiap hari Sabtu dan
Ahad. Karena, Senin sampai Jumat mereka itu harus bekerja. Sedangkan yang mahasiswa
kuliah. Jadi, saat kumpul bareng di akhir pekan itu, mereka melakukan sejumlah amaliah
seperti tahlilan, yasinan, dan berzanji. Kemudian, habis itu biasanya masak bareng dan
makan bareng.

“Sebenarnya kumpul-kumpul seperti itu saja sudah cukup mengobati rasa rindu mereka
terhadap Indonesia. Selain itu, kegiatan kumpul-kumpul di masjid tersebut sebenarnya
juga bisa membentengi mereka dari gaya hidup yang menghambur-hamburkan uang. Jadi,
geliat-geliat agama Islam di sini progresnya sangat bagus,” papar dia.

Sementara, kata dia, umat Islam dari berbagai negara itu biasanya berkumpul di masjid
permanen di daerah Ansan. Kota Ansan itu memang daerah yang terkenal dengan warga
negara asingnya.

Masjid Ansan itu menjadi pusat ibadah kaum Muslimin dari berbagai negara. Bahkan, imam
masjid itu berasal dari empat negara, seperti dari Indonesia, Bangladesh, dan Pakistan.

Anda mungkin juga menyukai