Studi Potensi Interaksi Obat pada Pasien Fraktur di RSUD Tarakan Jakarta
Article in PHARMACY Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) · December 2020
CITATIONS
READS
0
12
3 authors, including:
SEE PROFILE
All content following this page was uploaded by Annisa Farida Muti on 16 March 2021.
Studi Potensi Interaksi Obat pada Pasien Fraktur di RSUD Tarakan Jakarta
1
Pharmacy Program, Faculty of Medicine, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jl. RS Fatmawati No. 1, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta, 12450, Indonesia.
2
Pharmacy Program, Faculty of Pharmacy, Institut Sains dan Teknologi Nasional,
Jl. M. Kahfi II, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta, 12630, Indonesia
ABSTRAK
Fraktur adalah suatu patahan yang terjadi di dalam kontinuitas struktur tulang. Fraktur
dapat berupa retakan, pengisutan atau pecahnya korteks, bahkan patahan yang
sempurna dimana fragmen tulang yang dihasilkan mungkin akan berada di tempatnya
atau keluar dari tempatnya. Pasien fraktur merupakan kelompok beresiko yang dapat
mengalami interaksi obat akibat penggunaan regimen kombinasi multiobat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat-obat potensial pada pasien fraktur di
Instalasi Rawat Inap RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan metode cross sectional dan pengambilan data
menggunakan data sekunder secara retrospektif dari rekam medis pasien. Data interaksi
obat-obat potensial diidentifikasi menggunakan Drug Interaction Facts meliputi jenis
mekanisme dan tingkat keparahan terjadinya interaksi obat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 123 pasien terdapat 85 pasien yang mengalami interaksi obat-
obat potensial (69,1%) dengan jumlah kasus sebanyak 436 kasus. Kejadian interaksi
obat-obat potensial terbanyak adalah mekanisme farmakodinamika sebanyak 345 kasus
(79,1%) dan tingkat keparahan moderat sebanyak 255 kasus (58,5%). Interaksi obat-obat
potensial yang paling banyak terjadi adalah asam mefenamat-ketorolak sebanyak 37
kasus (8,5%).
Kata kunci: Drug Interaction Facts, ortopedi, pasien fraktur, potensi interaksi obat.
ABSTRACT
317
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
intact it is a closed (or simple) fracture; if the skin or one of the body cavities is
breached it is an open (or compound) fracture, liable to contamination and
infection. Fractured patients are risky of potential drug interactions as drugs are
used in multi-drug combination regimens. This study aimed to determine
potential drug-drug interactions in fractured patients at RSUD Tarakan Jakarta in
2018. This study was an observational-cross sectional study with retrospective
data collection from medical records. Potential drug-drug interactions were
identified using Drug Interaction Facts and classified according to their
mechanism and severity. From 123 patients, it was found that 85 patients (69,1
%) having 436 cases of a potential drug-drug interactions. The proportion based
on mechanism was 345 cases (79,1%) for pharmacodynamic and the severity was
255 cases (58,5%) for moderates. The most common interaction was mefenamic
acid-ketorolac in 37 cases (8,5%).
318
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
319
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
yang menggunakan lebih dari satu kecelakaan kerja lebih tinggi. Selain lebih
macam obat dan terdaftar rawat inap banyak berada di jalan raya
per 1 Januari sampai 31 Desember 2018. dibandingkan dengan perempuan, juga
Kriteria eksklusi adalah pasien dengan dikarenakan pola perilaku atau tindakan
data rekam medis yang tidak lengkap, yang tidak aman di jalan raya (Tana &
tidak dapat dibaca dan rusak. Ghani, 2015).
Analisis data penelitian Kelompok usia muda lebih
Data subyek penelitian banyak melakukan aktivitas yang berat
diklasifikasikan berdasarkan demografi daripada kelompok usia tua. Aktivitas
(usia, jenis kelamin), karakteristik klinis masyarakat usia muda di luar rumah
(jenis fraktur, penyebab fraktur, penyakit cukup tinggi dengan pergerakan yang
penyerta), profil penggunaan obat; cepat dapat meningkatkan risiko
sedangkan data interaksi obat-obat terjadinya benturan atau kecelakaan
potensial diidentifikasi menggunakan yang menyebabkan fraktur. Tulang yang
Drug Interactions Facts meliputi jenis mendapatkan tekanan terus menerus di
mekanisme (farmasetika, luar kapasitas dapat mengalami
farmakokinetika dan farmakodinamika) keretakan tulang (Sjamsuhidajat & Jong,
dan tingkat keparahan (minor, moderat, 2010). Orang lanjut usia lebih berisiko
mayor). Semua data dianalisis secara patah tulang karena osteoporosis,
univariat dengan presentase (%) yang pengurangan kepadatan mineral tulang
disajikan dalam bentuk tabel distribusi (bone mineral density/ BMD) dan
frekuensi. menopause (Furquan et al., 2015).
Hasil ini sejalan dengan hasil
Hasil dan Pembahasan penelitian Arain et al. (2018) pada pasien
Tabel 1 menunjukkan demografi trauma di bagian darurat ortopedi
pasien fraktur yang dirawat inap di RSUD rumah sakit universitas di Pakistan yang
Tarakan Jakarta tahun 2018 paling menunjukkan laki-laki dominan
banyak adalah laki-laki sebanyak 79 mengalami trauma (83,83%)
pasien (64%) dan berusia 56-65 tahun dibandingkan perempuan (16,16%);
sebanyak 31 pasien (25%). Pengaruh dimana dari jumlah tersebut terdapat
jenis kelamin dan kejadian fraktur masih 42,42% pasien yang mengalami fraktur.
belum dapat dipastikan (Liang & Dominasi pasien laki-laki dengan
Chikritzhs, 2016). Kejadian fraktur lebih beberapa jenis fraktur juga ditemukan
sering terjadi pada laki-laki daripada pada beberapa penelitian di Indonesia
perempuan dikarenakan tingginya yaitu di Surabaya (Noorisa dkk., 2017),
aktivitas laki-laki saat bekerja di luar Denpasar (Desiartama & Aryana, 2017),
ruangan (Lukman & Ningsih, 2009). Tomohon (Mandagi dkk., 2017),
Penelitian lain melaporkan bahwa laki- Samarinda (Sulistiani dkk., 2018) dan
laki memiliki trend cedera karena Bandung (Ramadhani dkk., 2019).
320
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
Tabel 1. Distribusi demografi pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Demografi pasien Deskripsi Jumlah pasien (n=123) Persentase (%)
Jenis kelamin Laki-laki 79 64
Perempuan 44 36
Usia 0-5 tahun 1 1
6-11 tahun 2 2
12-16 tahun 5 4
17-25 tahun 23 29
26-35 tahun 29 24
36-45 tahun 15 12
46-55 tahun 4 3
56-65 tahun 31 25
>65 tahun 13 11
321
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
Tabel 2. Distribusi jenis dan penyebab fraktur pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta
tahun 2018
Jenis dan penyebab Deskripsi Jumlah pasien Persentase (%)
fraktur pasien (n=123)
Jenis fraktur Tertutup 92 75
Terbuka 31 25
Penyebab fraktur Kecelakaan rumah tangga 59 48
Kecelakaan lalu lintas 54 43,9
Penyebab lainnya 6 4,9
Kecelakaan kerja 4 3,3
322
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
Tabel 3. Distribusi penyakit penyerta pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Penyakit penyerta pasien Frekuensi Persentase (%)
Hipertensi 27 48,2
Anemia 9 16,1
Diabetes mellitus 5 8,9
Tuberkulosis 4 7,1
Bronkopneumonia 1 1,8
Epilepsi terkontrol 1 1,8
Epistaksis 1 1,8
Gagal ginjal kronis 1 1,8
Gout 1 1,8
Infeksi saluran kemih 1 1,8
Rhinitis 1 1,8
Vertigo 1 1,8
Tabel 4. Profil penggunaan obat pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Kelas terapi Frekuensi Persentase (%)
Analgesik 325 30,2
Antibiotika 194 18,0
Obat sistem pencernaan 156 14,5
Anastesi 81 7,5
Obat sistem kardiovaskular 80 7,4
Vitamin, mineral dan antianemia 75 7,0
Obat sistem respirasi 35 3,3
Obat hemostasis 31 2,9
Terapi cairan dan elektrolit 29 2,7
Vaksin dan produk imunologis lainnya 15 1,4
Obat neurologi 11 1,0
Obat tuberkulosis dan kusta 9 0,8
Antihistamin dan antialergi 9 0,8
Kortikosteroid 8 0,7
Obat sistem endokrin 6 0,6
Antiamuba 5 0,5
Obat psikiatri 2 0,2
Obat sistem muskuloskeletal 2 0,2
Obat topikal kulit 2 0,2
Antifungi 1 0,1
323
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
324
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
Tabel 5. Distribusi mekanisme sepuluh besar kasus interaksi obat-obat potensial pada
pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Mekanisme Obat A Obat B Frekuensi Persentase
interaksi obat (%)
Farmakokinetik Ketorolak Candesartan 7 1,6
Ketorolak Kaptopril 5 1,1
Kaptopril Candesartan 4 0,9
Asam Mefenamat Kaptopril 4 0,9
Tramadol Atropin Sulfat 2 0,5
Ferro Sulfat Ranitidin 2 0,5
Gentamisin Ketorolak 2 0,5
Gentamisin Asam Mefenamat 2 0,5
Ketorolak Ramipril 2 0,5
Siprofloksasin Kalsium Laktat 2 0,5
Farmakodinamik Asam Mefenamat Ketorolak 37 8,5
Fentanil Propofol 18 4,1
Siprofloksasin Asam Mefenamat 17 3,9
Fentanil Midazolam 14 3,2
Siprofloksasin Ketorolak 13 3,0
Fentanil Ondansentron 12 2,8
Propofol Midazolam 9 2,1
Tramadol Ondansentron 7 1,6
Parasetamol Tramadol 6 1,4
Fentanil Atropin Sulfat 5 1,1
Tidak diketahui Amlodipin Ketorolak 9 2,1
Klopidogrel Amlodipin 1 0,2
Allopurinol Ramipril 1 0,2
Valsartan Gemfibrozil 1 0,2
Flukonazol Ranitidin 1 0,2
325
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 123 pasien terdapat 85
pasien yang mengalami interaksi obat-
obat potensial (69,1%) dengan jumlah
kasus sebanyak 436 kasus. Kejadian
Grafik 2. Distribusi tingkat keparahan interaksi obat-obat potensial terbanyak
seluruh kasus interaksi obat- adalah mekanisme farmakodinamika
obat potensial sebanyak 345 kasus (79,1%) dan tingkat
keparahan moderat sebanyak 255 kasus
Tingkat keparahan interaksi
(58,5%). Interaksi obat-obat potensial
terbanyak selanjutnya adalah mayor
yang paling banyak terjadi adalah asam
sebanyak 127 kasus (29,1%). Sebuah
mefenamat-ketorolak sebanyak 37 kasus
interaksi termasuk ke dalam keparahan
(8,5%). Tidak semua interaksi obat
mayor jika terdapat probabilitas yang
bermakna secara klinis, namun beberapa
tinggi, berpotensi mengancam jiwa
interaksi obat potensial secara teoritis
atau dapat menyebabkan kerusakan
mungkin terjadi, sedangkan interaksi
permanen. Kasus interaksi dengan
obat yang lain harus dihindari
tingkat keparahan mayor terbanyak
kombinasinya atau memerlukan
adalah interaksi obat asam mefenamat
pemantauan yang cermat.
326
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
Tabel 6. Distribusi tingkat keparahan sepuluh besar kasus interaksi obat-obat potensial
pada pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Tingkat keparahan Obat A Obat B Frekuensi Persentase (%)
Major Asam mefenamat Ketorolak 37 8,5
Fentanil Propofol 18 4,1
Fentanil Midazolam 14 3,2
Kaptopril Candesartan 4 0,9
Fentanil Pethidin 3 0,7
Fentanil Tramadol 3 0,7
Tramadol Propofol 3 0,7
Pethidin Midazolam 2 0,5
Tramadol Loratadin 2 0,5
Ibuprofen Ketorolak 2 0,5
Moderate Siprofloksasin Asam Mefenamat 17 3,9
Siprofloksasin Ketorolak 13 3,0
Fentanil Ondansentron 12 2,8
Propofol Midazolam 9 2,1
Tramadol Ondansentron 7 1,6
Ketorolak Candesartan 7 1,6
Ketorolak Kaptopril 5 1,1
Fentanil Atropin Sulfat Inj 5 1,1
Enoksaparin Ketorolak 4 0,9
Asam mefenamat Kaptopril 4 0,9
Minor Amlodipin Ketorolak 9 2,1
Parasetamol Tramadol 6 1,4
Amlodipin Asam Mefenamat 4 0,9
Ondansentron Propofol 3 0,7
Ranitidin Natrium Bikarbonat 3 0,7
Parasetamol Ondansentron 2 0,5
Amlodipin Natrium Diklofenak 2 0,5
Nikardipin Asam Mefenamat 2 0,5
Nifedipin Ketorolak 2 0,5
Klopidogrel Atorvastatin 2 0,5
Arain, A.A., Ali, S.M. and Khanzada, M.H. Badan Penelitian dan Pengembangan
2018. Bone Fractures and Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
327
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
328
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
329
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
330
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331
331
Abstract: The Effects of Deep Breathing Relaxation Techniques of Pain Reduction Fracture
Patient. Fracture is a crack on bones that is caused by trauma, or other physical energy so that the
medical fracture patient will experience start from light until a heavy level of pain. According to
data RSI Siti Khadijah Palembang, the number one of patients fractures tend to increase in 2016 as
many 423 people. The aim of this study is to see whether there is or is not any breath relaxation
technique in case of relieving the pain of fracture patients. This study is using the pre-experimental
design in an involving a subject group, with One group Pretest-Posttest project. Sample taking
technique is performed with Purposive Sampling method that consumes 30 respondents. This
study is performed on 15th of June- 14th of July 2017 in RSI Siti Khadijah Palembang. The
summary of the research shows that before the internal breath relaxation technique is done from 30
respondents, 10 of them experience the pain on scale of 4 as equal as (35,7%), either experience
the reduction after the breath relaxation technique is done on scale of 2 and 3 each 8 respondents
or as equal as (28,6%). The statistics test result that is using the Wilcoxon check (p-value=0.001) <
α (0,05) is obtained which that means there is an effect of breath relaxation technique according to
the pain revelation of medical fracture patients in RSI Siti Khadijah Palembang on 2017. With this
study, it is expected that health workers can implement deep breathing relaxation techniques to
reduce pain in fracture patients.
Abstrak: Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien
Fraktur. Fraktur adalah retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma, atau tenaga fisik
lainnya sehingga pasien fraktur akan mengalami nyeri dari ringan hingga berat. Di RSI Siti
Khadijah Palembang jumlah pasien fraktur pada tahun 2016 mencapai 423 orang. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri pada pasien fraktur. Penelitian ini menggunakan desain Pra-eksperimental
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, dengan rancangan One Group pretest-posttest.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang berjumlah 30
responden. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di RSI Siti Khadijah Palembang. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxon didapatkan (p-value=0.001) yang artinya ada
pengaruh teknik relaksasi nafas dalan terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur di RSI Siti
Khadijah Palembang. Dengan adanya penelitian ini diharapkan petugas kesehatan dapat
mengimplementasikan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur.
Fraktur adalah setiap retak atau patah fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Tingkat
tulang yang disebabkan oleh trauma, tenaga fisik, kecelakaan transportasi jalan di kawasan Asia
kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan Pasifik memberikan kontribusi sebesar 44% dari
lunak disekitar tulang yang akan menentukan total kecelakaan di dunia, yang didalamnya
apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau termasuk Indonesia.
tidak lengkap. Gangguan kesehatan yang banyak Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
dijumpai dan menjadi salah satu masalah dipusat- (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia salah Pengembangan Depkes RI (2013) di Indonesia
satunya adalah fraktur (Budhiartha, 2013). terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat antara lain karena jatuh, kecelakaan lalulintas dan
pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987
meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur
262
Aini, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur 263
sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus Hasil observasi awal di RSI Siti Khadijah
kecelakaan lalulintas, yang mengalami fraktur Palembang, pemberian tindakan non farmakologi
sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 trauma untuk mengatasi nyeri fraktur misalnya relaksasi
benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur nafas dalam masih jarang dilakukan.Berdasarkan
sebanyak 236 orang (1,7%) (Kemenkes RI, uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
2013). penelitian berjudul Pengaruh teknik relaksasi
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 didapatkan pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang
sekitar 2.900 orang yang mengalami insiden Tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
fraktur, 56% diantaranya mengalami kecacatan mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas
fisik, 24% mengalami kematian, 15% dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien
mengalami kesembuhan dan 5% mengalami fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang.
gangguan psikologis atau depresi.
Menurut data RSI Siti Khadijah
Palembang jumlah pasien fraktur cenderung METODE
meningkat berturut-turut dari tahun 2014
mencapai 338 orang, pada tahun 2015 397 orang, Penelitian ini menggunakan desain Pra-
dan pada tahun 2016 mencapai 423 orang. eksperimental dengan cara melibatkan satu
Fraktur lebih dominan terjadi pada laki-laki kelompok subjek, dengan rancangan One Group
dengan persentase 75%. pretest-posttest. Penelitian ini dilakukan pada
Menurut Helmi (2012), manifestasi klinik tanggal 15 Juni-14 Juli 2017 di RSI Siti Khadijah
dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri pada Palembang.Populasi pada penelitian ini semua
penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk pasien fraktur yang mendapat perawatan di RSI
(Brunner & Suddarth, 2011). Seseorang dapat Siti Khadijah Palembang. Sampel dalam
belajar menghadapi nyeri melalui aktivitas penelitian ini didapat menggunakan rumus
kognitif dan perilaku, seperti distraksi, guided sampel rerata menurut Nursalam (2016) dengan
imagery dan banyak tidur. Individu dapat perkiraan besar populasi 30 (Nursalam dalam
berespons terhadap nyeri dan mencari intervensi Agung, 2013) dan proporsi kasus sebesar 50
fisik untuk mengatasi nyeri, seperti analgesik, persen sehingga didapatkan jumlah sampel
masase, dan olahraga (Kozier, et al., 2009). sebanyak 30 responden diambil menggunakan
Gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi
mengindikasikan adanya nyeri, seperti gigi usia 16-55 tahun, grade fraktur 1-3, pengukuran
mengatup, menutup mata dengan rapat, wajah skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale
meringis, merengek, menjerit dan imobilisasi dengan skala 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan)
tubuh (Kozier, et al., 2009). Penanganan nyeri dan 4-6 (nyeri sedang), responden diberikan
dengan melakukan teknik relaksasi merupakan analgetik yang sama dan telah lebih dari 8 jam.
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk Data dianalisa secara 2 tahapan yaitu: analisa
mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan
menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat analisa bivariat dengan statistik nonparametrik
efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui
(Sehono, 2010). skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri teknik relaksasi napas dalam.
dengan merilekskan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas
nafas abdomen dengan frekuensi lambat, HASIL
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya
dan bernafas dengan perlahan dan nyaman Tabel 1. Rerata Skala Nyeri Responden
(Smeltzer et al., 2010). berdasarkan Skala Nyeri Sebelum
Menurut Ayudianingsih (2009) dalam hasil Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas
penelitiannya menginterpretasikan bahwa Dalam
terdapat pengaruh yang signifikan teknik Variabel Mean Median± SD Min-Max
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri Sebelum 4,21 4±1,074 2-6
pada pasien pasca operasi fraktur femur di dilakukan
Rumah Sakit Karima Utama Surakarta. Nilai Teknik
p- Relaksasi
value sebesar (0,006) dengan taraf signifikan
(0.05). Nafas Dalam
264 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 262-266
yang sering muncul pada pasien fraktur adalah intensitas nyeri pada pasien post operasi
nyeri ringan dengan ciri-ciri yang tidak apendiktomi di ruang perawatan bedah RSU TK
menimbulkan gelisah dan secara objektif dapat II Pelamonia Makassar, menunjukkan bahwa
berkomunikasi dengan baik. Hal ini disebabkan intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah
melalui pemberin teknik relaksasi nafas dalam pemberian teknik relaksasi mengalami
menciptakan kenyamanan, pasien merasa rileks peningkatan penurunan nyeri dari nyeri ringan
dengan kegiatan tersebut mampu meningkatkan 20,00% ke 66,67%, nyeri sedang 53,33% ke
suplai oksigen dalam sel tubuh yang akhirnya 20,00%, dan nyeri berat 26,67% ke 13,33%. Uji
dapat mengurangi nyeri yang dialami responden lebih lanjut membuktikan ada pengaruh
pemberian teknik relaksasi terhadap perubahan
Pengaruh Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah intensitas nyeri pada pasien post operasi
Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam apendiktomi di ruang perawatan bedah RSU TK
II Pelamonia Makassar.
Dari hasil penelitian variabel peneliti Priliana and Kardiyudiani (2016) hasil
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap pengujian menunjukkan hasil uji statistik
penurunan skala nyeri pada pasien fraktur di RSI menunjukkan nilai p<0.05 pada kelompok
Siti Khadijah Palembang (p-value=0,001). Hal perlakuan p-value=0.000 yang berarti terdapat
ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sesudah pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
mendapatkan perlakuan teknik relaksasi nafas penurunan nyeri secara bermakna sebelum dan
dalam pada pasien fraktur, yaitu rata-rata skala setelah diberikan perlakan pada pasien fraktur di
nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas bangsal bedah RSPAU dr. S. Hardjo Lukito
dalam adalah 4 dan setelah dilakukan teknik Yogyakarta.
relaksasi nafas dalan adalah 2,80. Keadaan ini Hasil penelitian Agung (2013) menyatakan
menggambarkan bahwa teknik relaksasi nafas bahwa teknik relaksasi napas dalam dapat
dalan mempengaruhi skaka nyeri pada pasien dilakukan oleh semua responden. Hasil penelitian
fraktur. menunjukkan adanya pengaruh signifikan teknik
Respon nyeri yang dirasakan oleh setiap relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri
pasien berbeda-beda sehingga perlu dilakukan pasien post operasi anastesi umum di Rumah
eksplorasi untuk menentukan nilai nyeri tersebut. Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
Menurut Syahriyani (2010, dalam Menurut asumsi peneliti bahwa pada
Cahyaningrum, 2016), perbedaan tingkat nyeri pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan
yang dipersepsikan oleh pasien disebabkan oleh teknik relaksasi nafas dalam mengalami
kemampuan sikap individu dalam merespon dan penurunan, dimana diperoleh tingkat nyeri
mempersepsikan nyeri yang dialami. sedang menjadi ringan, tingkat nyeri sedang
Kemampuan mempersepsikan nyeri dipengaruhi dengan sikap responden yang meringis,
oleh beberapa faktor dan berbeda diantara menyeringai dapat menujukkan lokasi nyeri,
individu. Tidak semua orang terpajan terhadap dapat medeskripsikannya, dan dapat mengikuti
stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri perintah dengan baik, sedangkan intensitas nyeri
yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi ringan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi dalam secara objektif dapat berkomunikasi
orang lain. Salah satu upaya untuk menurunkan dengan baik, aktif, tersenyum, bercanda dan ceria
nyeri adalah dengan menggunakan teknik serta pasien terlihat tampak lebih rileks dari
farmakologis dan teknik non-farmakologis. sebeumnya. Hal ini disebabkan dengan teknik
Teknik farmakologis yaitu dengan menggunakan relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh
obat-obatan sedangkan teknik nonfarmakologis untuk melepaskan opoid endogen yaitu
salah satunya yaitu dengan relaksasi nafas. endorphin dan enkafalin. Hormon endorphin
Terapi nyeri non farmakologi seperti merupakan substansi sejenis morfin yang
teknik relaksasi nafas dalam mempunyai resiko berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls
yang sangat rendah. Penanganan nyeri dengan nyeri ke otak. Sehingga pada saat neuron nyeri
melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan mengirimkan sinyal ke otak, terjadi sinapsis
keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi antara neuron perifer dan neuron yang menuju
nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan otak tempat seharusnya subtansi p akan
bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menghasilkan impuls. Pada saat tersebut
menurunkan nyeri pasca operasi (Sehono, 2010). endorphin akan memblokir lepasnya substansi p
Penelitian yang dilakukan oleh Syahriyani dari neuron sensorik, sehingga sensasi nyeri
(2010, dalam Cahyaningrum, 2016), tentang menjadi berkurang.
pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan
266 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 262-266
DAFTAR PUSTAKA
Agung, S., Andriyani, A., & Sari, D. K. 2013. Kementrian Kesehatan, R. I. 2013. Riset
Terdapat Pengaruh Pemberian Teknik Kesehatan Dasar
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat (Riskesdas) 2013.
Nyeri pada Pasien Post Operasi dengan Jakarta: Badan Penelitian dan
Anestesi Umum di RSUD Dr. Moewardi Pengembangan Kesehatan.
Surakarta. Jurnal Infokes Apikes Citra Kozier B, Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik
Medika Surakarta, 3(1). Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta:
Ayudianingsih. G. 2014. Pengaruh Teknik Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Relaksasi Nafas Dalam terhadap LeMone, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Penurunan Nyeri pada Pasien Pasca Medikal Bedah. Vol.1, Edisi.5. Jakarta:
Operasi Fraktur Femur di RS Karima EGC.
Utama Surakarta. Berita ilmu Priliana, W. K., & Kardiyudiani, N. K. 2016.
Keperawatan, Volume 02 No. 4. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, pada Pasien Post OP Fraktur
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Femur. Jurnal Keperawatan
Kedokteran EGC. Sehono, Endrayani. 2010. Pengaruh Teknik
Budhiarta, Arif. 2013. Buku Saku Gangguan Relaksasi Guided Imagery terhadap
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Penurunan Nyeri pada Pasien Pasca
Kedokteran EGC. Operasi Fraktur di RSUD Dr. Moewardi
Cahyaningrum, D. A., & SN, M. S. A. 2016. Surakarta. [Skripsi]. Fakultas Ilmu
Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Intensitas Nyeri Pasien Post Orif di RS Surakarta.
Telogorejo Semarang. Jurnal Ilmu Smetltzer, S dan Brenda Bare. 2002. Buku Ajar
Keperawatan dan Kebidanan, 1(1). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1,
Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
2010. Profil Kesehatan Indonesia 2008. EGC.
Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Smeltzer, S. C., Bare. G., Hinkle, J. L., &
Indnesia Cheever, K. H. 2008. Brunner and
Helmi, Z. N 2012. Buku Ajar Gangguan Suddarth textbook of medical surgical
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. nursing. (11thed). Philadelphia: Lippincot
Williams.
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018
ABSTRAK
Kecelakaan lalu lintas telah menjadi perhatian oleh banyak pihak. Data WHO tahun 2015 angka
kecelakan lalu lintas yang terjadi di 180 negara terdapat korban fraktur yang paling sering terjadi
pada bagian ekstremitas atas sebesar 36, 9% dan ekstremitas bawah sebesar 65,2%. Tingginya angka
kejadian fraktur dapat mempengaruhi lamanya masa rawat di rumah sakit sehingga memerlukan
perawat yang mempunyai kompetensi yang baik. Penelitian ini bertujuan diketahuainya hubungan
pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksanaan pembidaian pasien fraktur.Lokasi penelitian
di Rumah Sakit Bhayangkara di IGD dan ruang Jana Nuraga 2. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat berjumlah 32
responden yang dipilih dengan mengunakan teknik total sampling. Data dalam penelitian ini didapat
dengan mengunakan instrumen kuesioner, selanjutnya dianalisis dengan mengunakan uji chi square.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 April-11 Mei 2018 bertempat di Rumah Sakit
Bhayangkara Palembang. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan
dan sikap dalam penatalaksanaan pembidaian pada pasien fraktur di IGD dan ruang jana nuraga 2
Rumah Sakit Bahyangkara Palembang dengan nilai (p<0,05). Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit
Bhayangkara Palembang agar terus meningkatkan pengetahuan perawat dengan melalui berbagai
pelatihan dan seminar khusunya dalam perawatan fraktur sehingga menghasilkan perawat yang
memliki kompetensi skill dalam memberikan pelayanan pada pasien faktur.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Pembidaian Fraktur.
ABSTRACT
Traffic accidents have been the concern of many parties. WHO data in 2015 the number of traffic
accidents occurring in 180 countries have the most frequent fracture victims in the upper extremity by
36, 9% and lower extremities of 65.2%. The high rate of incidence of fractures can affect the length of
time in hospital so require urses who have good competence. This study aims to know the relationship
of knowledge and attitude of nurses in the splint management of fracture patients. The location of
research was at Bhayangkara Hospital in IGD and Jana Nuraga . This research was a quantitative
research with cross sectional design. The sample in this research amounted 32 respondents selected
by using total sampling technique. The data in this research was obtained by using questionnaire
instrument, then analyzed by using chi square test. This research was conducted on April 26th -May
11th , 2018 held at Bhayangkara Hospital Palembang. The result of data analysis showed the
correlation between knowledge and attitude in the management of the fracture in the IGD and the
Jana Nuraga 2 Hospital Bahyangkara Palembang with the value (p value <0,005). It is expected that
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
64
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018
the Bhayangkara Palembang Hospital to continue to improve the knowledge of nurses by through
various training and seminars especially in the treatment of fractures so as to generates nurses who
have the competence of skill in providing services to the fracture patient.
Keywords: Knowledge, Attitude, and Splint Of Fracture
PENDAHULUAN
Dewasa ini masyarakat 6000 kasus yang meninggal pada tahun
menempatkan transportasi sebagai 2017. Jumlah kejadian kecelakaan di
kebutuhan turunan, akibat aktivitas Sumatera Selatan pada tahun 2017
ekonomi, sosial dan sebagainya. Bahkan mencapai 262 kasus dan jumlah korban
dalam kerangka ekonomi makro, meninggal mencapai 177 jiwa, luka berat
transportasi menjadi tulang punggung 177 dan luka ringan 189 jiwa maka total
perekonomian baik tingkat nasional, 435 jiwa yang menjadi korban dari kasus
regional dan lokal. Oleh karena itu, kecelakaan lalu lintas pada tahun 2017
kecelakaan dalam dunia transportasi (Korlantas Polri, 2018).
memiliki dampak signifikan dalam Dengan data kecelakaan diatas pun
berbagai bidang kehidupan masyarakat di masalah keperawatan yang perlu dihadapi
Indonesia jumlah kendaraan bermotor yang dewasa sekarang semakin kompleks
meningkat setiap tahunnya dan kelalaian dimana penyakit tidak menular semakin
manusia, menjadi faktor utama terjadinya meningkat sedangkan penyakit menular
peningkatan kecelakaan lalu lintas (Profil harus tetap menjadi perhatian serius. Hal
Badan Intelejen Negara, 2013). ini berpengaruh pada ruang lingkup
Kecelakaan lalu lintas dan kerja telah epidemiologi, dimana terjadi perubahan
menjadi perhatian dan bahkan banyak pola dari penyakit menular ke penyakit
menjadi pekajian oleh banyak pihak. tidak menular yang disebut transisi
Bahkan World Health Organization epidemiologi sering dengan perkembangan
(WHO) mencatat tahun 2015 menunjukan kehidupan masyarakat penyebab kematian
angka kecelakanlalu lintas yang terjadi penduduk di dunia52% diakibatkan
sepanjang tahun 180 negara. Faktanya penyakit tidak menular, 9% akibat
Indonesia menjadi negara ketiga Asia di kecelakaan dan 39% akibat penyakit
bawah Tiongkok dan India dengan total menular dan penyakit lainnya (Fauzan,
38.279 total kematian akibat lalu lintas. 2017).
Meskipun Indonesia secara data memang World Health Organization mencatat
menduduki peringkat ketiga namun dilihat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta
dari persentase statistik dari jumlah orang menderita fraktur akibat akibat
populasi, Indonesia menduduki peringkat kecelakaan lalu lintas (Noorisa, 2017).
pertama kematian dengan 0,015% dari Fraktur merupakan suatu keadaan
jumlah populasi dibawah Tiongkok dengan dimana terjadi dintegritas pada tulang.
persentase 0,018% dan India dengan Penyebab terbanyaknya ialah insisden
persentase 0,017% (WHO, 2016). kecelakaan, tetapi faktor degenaratif dan
Hasil besar penelitian profil 10 besar osteoporosis juga dapat berpengaruh
kasus instalasi bedah RSUP Prof. R.D. terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI,
Kandoun tahun 2015, menunjukan insiden 2011 dikutip dalam buku Musliha, 2010).
kecelakaan juga mengakibatkan fraktur Fraktur adalah patah tulang, biasanya
bahu dan lengan atas (1,68%), fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
femur (1,45%) (Takaendengan, dkk, 2016). Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
Menurut data kepolisian RI angka keadaan tulang dan jaringan lunak
kejadian kecelakaan tercatat 28.000 kali disekitar tulang akan menentkan apakah
terjadi kecelakaan pada tahun 2017, total fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
65
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018
lengkap. (Price & Wilson, 2006 dikutip fraktur yang ditangani oleh pihak Rumah
dalam buku Amin dan Ardhi 2015 ). Sakit Bhayangkara Palembang Dengan
Pada tahun 2015 angka kecelakaan tenaga perawat sebanyak 16 orang perawat
sebanyak 8.282 kasus dengan 9.620 orang yang ditugaskan di ruang Instalasi Gawat
korban yang mengalami luka ringan, Darurat dan 16 orang perawat di ruang
20776 orang luka berat dan 2.243 orang Jana Nuraga 2 Rumah Sakit Bahyangkara
korban meninggal dunia. Sedangkan pada Palembang. (Medical Record Rumah Sakit
tahun 2016 terdapat peningkatan jumlah Bahyangkara Palembang, 2018).
angka kecelakaan sebanyak 8.491 kasus Dari data diatas peneliti tertarik untuk
10.246 orang korban yang mengalami luka mengetahui hubungan pengetahuan dan
ringan, 2.004 orang luka berat dan 2.289 sikap perawat dalam penatalaksanaan
orang korban meninggal dunia. (Depkes pembidaian pada pasien fraktur pada ruang
RI, 2016). Instalasi Gawat Darurat dan ruang Jana
Dari jumlah total peristiwa Nuraga 2 Rumah Sakit Bhayangkara
kecelakaan yang terjadi, terdapat 5,8% Palembang tahun 2018. Tujuan ketahuinya
korban cedera atau sekitar delapan juta hubungan pengetahuan dan sikap perawat
mengalami fraktur dengan jenis fraktur dalam penatalaksanaan pembidaian pada
yang paling terjadi karena fraktur pada pasien fraktur pada ruang Instalasi Gawat
bagian ekstremitas atas sebesar 36, 9% dan Darurat dan ruang Jana Nuraga 2 Rumah
ekstremitas bawah sebesar 65,2% Sakit Bhayangkara Palembang tahun 2018.
(Maisyaroh, dkk, 2015).
Pelayanan keperawatan adalah suatu METODE PENELITIAN
bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat Penelitian ini merupakan penelitian
professional dalam memeuhi kebutuhan kuantitatif dengan desain cross sectional.
dasar manusia meliputi bio-psiko-sosio- Populasi dalam penelitian ini adalah
kultural dan spiritual yang dapat ditunjuk perawat berjumlah 32 responden yang
pada individu dan masyarakat dalam dipilih dengan mengunakan teknik total
rentang sehat, sakit (Martini, 2007 dikutip sampling. Data dalam penelitian ini
pada buku Boediono & Sumirah, 2015). didapat dengan mengunakan instrumen
Pelayanan pasien gawat darurat adalah kuesioner, selanjutnya dianalisis dengan
pelayanan yang memerlukan pertolongan mengunakan uji chi square. Sampel dalam
segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk penelitian ini adalah 16 responden di ruang
mencengah kematian dan kecacatan atau Instalasi Gawat darurat dan 16 responden
pelayanan pasien gawat darurat memegang ruang Jana Nuraga 2 Rumah Sakit
peranan yang sangat penting (time saving Bhayangkara Palembang. Penelitian ini
is life saving) bahwa waktu adalah nyawa dilaksanakan pada tanggal 26 April-11 Mei
(Maryani, 2009 dikutip dalam buku 2018 bertempat di Rumah Sakit
Musliha, 2010 ). Bhayangkara Palembang.
Berdasarkan studi pendahuluan di
Rumah Sakit Bahyangkara Palembang
dalam kurun waktu 3 tahun terakhir telah HASIL DAN PEMBAHASAN
terjadi 3.015 (30,15%) kasus kejadian Tabel 1 Hubungan pengetahuan dengan
fraktur yang ditangani oleh pihak Rumah pentalaksanaan pembidaian pada pasien
Sakit Bhayangkara Palembang dengan fraktur di Rumah sakit Bhayangkara
rincian per tahun 2015 dengan 541 kasus, Palembang 2018
tahun 2016 dengan 1.471 dan di tahun Dari hasil distribusi frekuensi
2017 dengan 1.003 kasus fraktur. Dalam didapatkan pengetahuan baik (53,1%)
data 3 bulan terakhir dari data November sedangkan pengetahuan kurang baik
hingga Januari 2018 tercatat 313 kasus (46,9%). Dari hasil uji stastik chi square
didapatkan p value= 0,035 yang jika
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
66
Penatalaksanaan Pembidaian
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018
Pada Pasien fraktur
35.345
2. Kurang
Baik 6 40.0 9 60.0 15 100.0 menunjukkan bahwa tidak ada
Jumlah 20 62.5 12 37.5 32 100.0 hubungan pengetahuan terhadap
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka tindakan penanganan fraktur pada pasien di
p value < 0,05 sehingga hasil penelitian ini Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
dapat disimpulkan adanya hubungan Palembang tahun 2017 dengan nilai (P value
pengetahuan dengan penatalaksanaan >0,005).
pembidaian pada pasien fraktur di Rumah Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Sakit Bhayangkara 2018. diatas, penulis berasumsi bahwa pengetahuan
yang baik dari perawat dapat menjadikan
perawat bertindak lebih baik dalam melakukan
tindakan keperawatan. Dengan pengetahuan
Menurut Teori Notoatmodjo (2010) tingkat yang baik maka diharapkan perawat lebih
pengetahuan seseorang juga empengaruhi dinamis dalam menerima informasi baru
praktik atau prilaku individu yang mana berkaitan dengan penatalaksanaan pembidaian
semakin baik pengetahuan maka semakin pada pasien fraktur.
baik pula praktik individu. Pengetahuan
adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi Tabel 2 Hubungan sikap dengan
setelah orang mengadakan pengindraan pentalaksanaan pembidaian pada pasien
terhadap suatu objek tertentu . fraktur di Rumah sakit Bhayangkara
penginderaan terhadap objek terjadi Palembang 2018
melalui panca indera manusia yakni Penatalaksanaan Pembidaian
Pada Pasien fraktur
penglihatan , pendengaran, penciuman rasa No.
Sika
p Dilaksanakan
dialksanakan
Tidak Jumlah P Value ORCI
95%
N % N % N %
dan raba dengan sendiri. Pada waktu 1. Baik 11 50.0 11 5.0 22 100.
0
pengindraan sampai menghasilkan Kur
100. 0.111
akan lebih langgeng dari pada perilaku Dari hasil distribusi frekuensi sikap
yang tidak disadari pengetahuan dan didapatkan sikap baik (65,6%) sedangkan
kesadaran. Sebelum seseorang sikap yang kurang baik (34,4%).
mengadopsi perilaku ia harus tahu terlebih Dari hasil uji stastik chi square
dahulu apa arti dan manfaat tersebut bagi didapatkan p value = 0.050 yang jika
dirinya atau organisasi. dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka
Hasil penelitian sejalan dengan p value ≤ 0,05 sehingga hasil penelitian ini
penelitian yang dilakukan oleh Eriawan dapat disimpulkan adanya hubungan sikap
(2013) bahwa ada hubungan yang dengan penatalaksanaan pembidaian pada
bermakna anatara tingkat pengetahuan pasien fraktur di Rumah Sakit
perawat dengan tindakan keperawatan Bhayangkara 2018.
pasca operasi dengan general. Menurut Teori (Notoatmodjo, 2010)
Perawat harus mempunyai dorongan untuk
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
67
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
70
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
71
Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)
ABSTRACT
Fracture in Indonesia becomes the third rank death causing under the coronary heart attack and
tuberculosis. Fracture is dissolution of the bone continuality which is caused by suddenly or more
spirit, causing the according to licking, bending destruction, twisting and pulling. The research aims
to determine effectivity of the Asmaul Husna therapy on the fracture patient in the dahlia room of
Arifin Achmad general hospital of riau province. The research was operated on 01 March until 26
March. The research design was quasy experiment by pre test design and post test design with
control. Sample in this research is as many as 30 peoples, 15 peoples for the experiment group and
15 peoples for the control group. The used measurement equipment was observation sheet and given
the Asmaul Husna therapy for the experiment group. The use analisys was univariate and bivariate by
T-test . Outcome of the T-test showed that there is the difference of asmaul husna therapy average on
p = 0,000 / p > 5 % (0,05), then it can be concluded than Ho rejected. The research outcome shows
that the Asmaul Husna therapy is effective to reduce the pai scale on the fracture patient. Based on
the research outcome, hopefully the nurse teaches the Asmaul Husna therapy for the patient and
applies for the fracture patient.
ABSTRAK
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di bawah penyakit jantung koroner
dan tuberkulosis. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh kekuatan yang
tiba- tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran penekukan, pemuntiran atau
penarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi Asmaul Husna pada pasien
fraktur di ruangan Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 01 Maret sampai 26 Maret Desain penelitian ini quasy eksperiment dengan
rancangan pre test and post test design with control. Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang, 15
orang sampel untuk kelompok eksperimen dan 15 orang untuk kelompok kontrol. Alat ukur yang
digunakan adalah lembaran observasi dan diberikan terapi asmaul husna pada kelompok eksperimen.
Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji T-test. Hasil uji T-test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata terapi Asmaul Husna dengan nilai p=0,000 / p<5 % (0,05). Jadi
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi Asmaul Husna
efektif untuk mengurangi skala nyeri pada pasien fraktur. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan
perawat mengajarkan penggunaan terapi asmaul husna pada pasien dan menerapkannya pada pasien
fraktur.
yang akan diatur oleh alat-alat lokomotif Kesehatan Dasar (2011) Menemukan ada
aktif dari otot (Syaifuddin, 2009) sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang
Tulang manusia saling mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
berhubungan satu dengan yang lain dalam (3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas
berbagai bentuk untuk memperoleh fungsi sebanyak 20.829 kasus, dan yang
sistem muskuloskeletal yang optimal. mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang
Jumlah tulang ada 206 buah, yang terbagi (8,5 %), dari 14.127 trauma benda
dalam empat kategori ; tulang panjang tajam/tumpul, yang mengalami fraktur
(misalnya femur, humerus dan klavikula), sebanyak 236 orang (1,7 %).
tulang pendek (misalnya tulang tarsia dan Berdasarkan data Departemen
karpia), tulang pipih ( misalnya tulang Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES
sternum dan skapula) dan tulang tidak RI) 2009 bahwa sekitar delapan juta orang
beraturan (misalnya tulang panggul) mengalami kejadian fraktur dengan jenis
(Lakman & Ningsih, 2011) fraktur yang berbeda dengan penyebab
Kehilangan fungsi utama dari yang berbeda. Hasil survey tim
tulang dapat menyebabkan gangguan pada Departemen kesehatan Republik Indonesia
organ pada organ tubuh lain seperti risiko (DEPKES RI) ini didapatkan 25 % klien
cedera pada organ dalam bagian rongga fraktur mengalami kematian, 45 %
toraks (jantung, paru dan sebagainya) atau mengalami kecacatan fisik, 15 %
kehilangan fungsi penyangga dan gerak. mengalami stress psikologis karena cemas
Bentuk gangguan pada fungsi bahkan depresi dan 10 % mengalami
muskuloskeletal yang paling sering adalah kesembuhan dengan baik.
fraktur (Lakman & Ningsih, 2011) Salah satu manifestasi klinis dari
Fraktur adalah terputusnya fraktur adalah nyeri. Nyeri merupakan
kontinuitas tulang yang disebabkan oleh perasaan yang tidak menyenangkan yang
kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, sering kali dialami oleh individu yang
yang dapat berupa pemukulan, didefinisikan dalam berbagai perspektif
penghancuran penekukan, pemuntiran atau (Andarmoyo, 2013). Mengantisipasi nyeri
penarikan (Smeltzer dan Bare, 2000 pada pasien fraktur dapat dilakukan secara
dalam(Hasan, 2013). Brunner dan farmakologis yaitu dengan menggunakan
Suddarth (2000) dalam (Suratun, 2008). obat-obatan dan nonfarmakologis. Salah
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas satu pengobatan nonfarmakologis yaitu
jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dengan teknik distraksi (Firman, 2012).
dan luasnya. Distraksi adalah memfokuskan
World Health Organization (WHO) perhatian klien pada sesuatu selain nyeri,
mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari atau dapat diartikan lain bahwa distraksi
5,6 juta orang meninggal dikarenakan adalah suatu tindakan pengalihan perhatian
insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta klien ke hal-hal diluar nyeri. Dengan
orang mengalami kecacatan fisik. demikian diharapkan, klien tidak terfokus
Kecelakaan memiliki prevalensi cukup pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas kewaspadaan klien terhadap nyeri bahkan
bawah sekitar 40% (Depkes RI, 2011). meningkatkan toleransi terhadap nyeri
Fraktur di Indonesia menjadi (Andarmoyo, 2013).
penyebab kematian terbesar ketiga di Mendengarkan musik merupakan
bawah penyakit jantung koroner dan salah satu teknik distraksi yang efektif.
tuberculosis. Menurut hasil data Riset Musik dapat menurunkan nyeri fisiologis,
Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2011, di stress dan kecemasan dengan mengalihkan
Indonesia terjadi fraktur yang disebabkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik
oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan terbukti menunjukkan efek antara lain
lalu lintas dan trauma tajam/tumpul. Riset menurunkan frekuensi denyut jantung,
Rumah Penelitian
Sakit Umumini akan dilakukan
Daerah di
(RSUD) post
test
4.000 1
0 5
.75593 .1951
8
ruangan Dahlia. Alasan peneliti ingin
meneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Berdasarkan table 1 diatas
(RSUD) Arifin Achmad adalah Rumah menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata
Sakit ini merupakan rumah sakit rujukan pemberian terapi asmaul husna pada
utama di Provinsi Riau dan dirumah sakit kelompok eksperimen sebelum dan
ini penanganan pada pasien Fraktur masih sesudah diberikan perlakuan pada terapi
berfokus pada terapi farmakologis. Asmaul Husna pada pasien fraktur . Dapat
Hipotesis penelitian (1) Hipotesa Nol (Ho) dilihat bahwa rata-rata skala nyeri sebelum
yakni Tidak ada pengaruh pemberian diberikan terapi Asmaul Husna adalah 5,
terapi mendengarkan Asmaul husna 2667 dan setelah diberikan terapi asmaul
terhadap penurunan skala nyeri pada husna adalah 4,0000. Hasil uji statistik
pasien fraktur. didapatkan nila p-Value= 0,000 dengan
(2) Hipotesa Alternatif (Ha) yakni Ada nilai α = 0,05 berarti p-Value 0,000 <
pengaruh pemberian terapi mendengarkan 0,005
sehingga Ha gagal ditolak. Hasil penelitian Fraktur”. Pada penelitian ini, peneliti
ini menunjukkan bahwa pemberian terapi melakukan tindakan terapi Asmaul Husna
Asmaul Husna memiliki pengaruh yang pada kelompok eksperimen selama 15
signifikan terhadap penurunan skala nyeri menit.
pada pasien fraktur.
Table 2 1. Karakteristik responden
Distribusi Skala Nyeri Pada Kelompok Berdasarkan dari analisa dapat
Kontrol Sebelum Dan Sesudah dilihat bahwa responden berjenis kelamin
Dilakukan Pengukuran Skala Nyeri laki-laki 28 orang (93%) dan berjenis
Std. Std. P- kelamin perempuan 2 orang (7%). Hasil
Mean N Deviatio Error Valu penelitian ini sejalan dengan hasil
n Mean e
penelitian yang dilakukan (Moesbhar,
2007
Kelompo Pretest 4.6667 1 .97590 .2519 0
k Kontrol 8
dalam Eldawati, 2011). Hal ini disebabkan
a 5
oleh aktifitas yang dilakukan laki-laki
lebih
Posttes 4.6667 1 .97590 .2519 banyak dan lebih bervariasi dibandingkan
t a
5 8
perempuan, selain itu laki-laki bergerak
Berdasarkan table 2 diatas lebih aktif dibandingkan perempuan
menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata sehingga beresiko lebih tinggi mengalami
skala nyeri pada kelompok kontrol fraktur, namun setelah menopause,
sebelum dan sesudah tanpa diberi perempuan beresiko lebih tinggi
perlakuan. Dapat dilihat bahwa rata-rata mengalami fraktur, dimana menurut Black
skala nyeri sebelum 4,6667 dan sesudah & Hawks, 2005 dalam Eldawati (2011).
4,6667, terdapat perbedaan rata-rata Hal ini disebabkan oleh kehilangan
dengan nilai p=0. Jadi dapat disimpulkan estrogen dan kekurangan protein sehingga
bahwa Ho gagal ditolak. terjadi penurunan masa tulang.
Sedangkan berdasarkan
b. Uji independen T-tes
karakteristik usia mayoritas responden
Tabel. 3
pada kelompok eksperimen dan Kontrol
Perbedaan Skala Nyeri Pada Kelompok
adalah dewasa awal (26-35 tahun) 16
Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
orang (53%)
Mean N Std. p-
Std.
Deviation Error . Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Value
Mean Eldawati (2011), kejadian fraktur dapat
Pair post 4.00 15 .756 .195 0,86 terjadi pada semua tingkatan usia,
1 eksperimen Efektifitas Terapi Asmaul Husna Terhadap
post control 4.67 15 .976 .252 Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien
A. Pembahasan
Dari hasil yang telah dilakukan,
maka pada bab ini dibahas tentang “
Kopertis Wilayah X 379
Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)
puncaknya terjadi pada masa usia
dewasa. Usia juga dapat
berpengaruh terhadap persepsi
nyeri pada pasien fraktur. Pada usia
dewasa umumnya akan melaporkan
nyeri jika nyeri yang dirasakan
bersifat patologis dan merusak
fungsi fisik.
Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan McCaffrey
menemukan bahwa intensitas nyeri
menurun Musik menghasilkan
perubahan status kesadaran melalui
bunyi, kesunyian, ruang, dan
waktu. Musik harus didengarkan
minimal
15 menit agar dapat memberikan
efek teraupeutik. Pada keadaan
perawatan akut, mendengarkan
musik dapat memberikan hasil
yang sangat efektif dalam upaya
mengurangi nyeri pasca operasi
pasien (Chiang, 2012).
Fadlani.(2010).
Efektifitas
MendengarkanMurrotal
Al-
Qur’an Dan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada
Pasien Pasca Bedah Fraktur.
Skripsi tidak dipublikasikan
Harmoko.(2011).
Notoatmojo.(2010).Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Jakarta : RinekaCipta
Rosyidi, Kholid.
Kopertis Wilayah X 383
Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)
Syaifuddin.(2009).Sistem
Muskulokeletal. Jakarta : EGC
Abstrak. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan pengobatan pasien fraktur di RSUD
Raden Mattaher Jambi. Penelitian dengan desain Cross-Sectional, dilakukan dari tanggal 23 Mei sampai dengan 25 September
2018. Populasi penelitian adalah pasien fraktur dengan sampel 64 orang pasien fraktur ekstremitas. Pengumpulan data dengan
kuisioner, terdiri dari: pemilihan pengobatan fraktur, tingkat keparahan fraktur, keyakinan, budaya, efek samping pengobatan, dan
biaya pengobatan. Data dianalisis dengan tes Chi-Square. Faktor determinan pemilihan pengobatan pasien fraktur adalah tingkat
keparahan fraktur (p 0,001; 95% CI 2,13-32,60), keyakinan (p 0,003; 95% CI 1,70-20,53), dan biaya pengobatan (p 0,009; 95% CI
1,41 – 33,14). Terdapat hubungan antara tingkat keparahan, keyakinan, dan biaya dengan pemilihan pengobatan pasien fraktur di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Direkomendasikan pada tenaga professional, khususnya perawat untuk melakukan pendekatan
persuasif dan edukasi dengan komunikasi dan media yang tepat agar pasien fraktur dan keluarga dapat mengambil keputusan yang
tepat dalam pengobatan fraktur.
Kata kunci: keputusan pengobatan; keparahan; kepercayaan; budaya; efek samping; biaya
Abstract. To determine factors that influence fracture patients on the selection of fracture treatment in Raden Mattaher General
Hospital of Jambi. A cross-sectional study was conducted from May 23 to September 25, 2018, using a questionnaire with limb
fracture patients as participants. The survey included questions about the selection of fracture treatment, severity fracture, beliefs,
culture, side effects, and treatment costs, and was completed by 64 patients. Data analysis used for this study were chi-square
test. The factors affecting the selection of fracture treatment were fracture severity (p 0.001; 95% CI 2.13-32.60), beliefs (p
0.003; 95% CI 1.70-20.53), and treatment costs (p 0.009; 95% CI 1.41 – 33.14). Professional personnel, especially nurses, need a
persuasive approach and education with appropriate communication and media in fracture patients and families so that they can
make the right decisions in fracture treatment.
207
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
Pemanfaatan tempat pengobatan tradisional masih Tabel 1. Gambaran Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di
menjadi pilihan seseorang yang mengalami patah tulang RSUD Raden Mattaher Jambi (n=64)
untuk mengobati sakitnya. Biaya kesehatan di rumah Pemilihan Pengobatan Fraktur f %
sakit yang tergolong cukup mahal membuat masyarakat Tidak melanjutkan pengobatan 21 32,8
lebih memilih pengobatan alternatif (Notoadmodjo, fraktur dan meminta pulang
2010). Tetap dirawat di rumah sakit untuk 43 67,2
Berdasarkan data dari RSUD Raden Mattaher pengobatan fraktur
Total 114 100.0
Jambi menunjukan bahwa pasien yang terdiagnosa
fraktur di ruang rawat inap dari tahun 2015-2017
sebanyak 947 orang dan menolak untuk operasi Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
sebanyak 451 orang (RSUD Raden Mattaher Jambi, responden memilih pengobatan di rumah sakit dengan
2018). cara tetap dirawat sampai proses pengobatan fraktur
Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti selesai (67,2%).
pada tanggal 9-19 Februari 2018 di ruangan perawatan Hasil analisis terhadap faktor determinan
bedah terhadap 10 orang penderita fraktur terutama pemilihan pengobatan pasien fraktur didapatkan bahwa
perilaku pasien yang akan dilakukan operasi fraktur. sebagian besar responden memiliki fraktur yang simpel
Dari 10 orang pasien yang diwawancarai ditemukan 8 (56,2%), akan tetapi tidak memiliki keyakinan terhadap
pasien diantaranya menolak dikarenakan alasan biaya pengobatan yang sedang dijalani (54,7%). Tabel 2 juga
operasi yang belum terjangkau, takut akan operasi memperlihatkan bahwa sebagian besar responden
dengan pemasangan alat, kebiasaan masyarakat lebih memiliki persepsi pengobatan fraktur yang dijalani tidak
memilih untuk ke dukun patah tulang dan 2 orang memiliki efek samping (70,3%), separuh responden
lainnya menyatakan penanganan dirumah sakit lebih mempunyai latar belakang budaya yang baik untuk
jelas dan sesuai dengan keadaan masalah kesehatan yang mendukung program pengobatan fraktur (50%), dan
dialami pasien. sebagian besar responden berpendapat biaya pengobatan
fraktur cukup terjangkau bagi mereka (68,8%).
Metode Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik berikut ini:
dengan desain cross-sectional. Variabel dependen adalah
Tabel 2. Faktor Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien
pemilihan pengobatan fraktur, dan variabel independen
Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi (n=64)
adalah tingkat keparahan, keyakinan, budaya, efek
Variabel f %
samping, dan biaya pengobatan. Penelitian dilakukan di Tingkat Keparahan
RSUD Raden Mattaher Jambi dari tanggal 23 Mei s/d 25 1. Tidak simpel 28 43,8
September 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah 2. Simpel 36 56,2
semua pasien fraktur ekstremitas yang berjumlah 334 Keyakinan
orang, dengan jumlah sampel 64 orang yang diambil 1. Tidak yakin 35 54,7
secara purposive sampling. Pengumpulan data 2. Yakin 29 45,3
menggunakan kuisioner, dan data dianalisis dengan chi- Efek Samping
square. 1. Ada 19 29,7
2. Tidak ada 45 70,3
Budaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kurang baik 32 50,0
2. Baik 32 50.0
Biaya
1. Tidak terjangkau 44 68,8
2. Terjangkau 20 31,2
Tabel 3. Hubungan Tingkat Keparahan, Keyakinan dan Efek Samping dengan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD
Raden Mattaher Jambi (n = 64)
Pemilihan Pengobatan
Total OR
Faktor Determinan Tidak Dirawat Tetap Dirawat p-value
f % f % f % (95% CI)
Tingkat Keparahan
1. Complicated 18 50,0 18 50,0 36 100 8,333 0,001*
2. Simple 3 10,7 25 89,3 28 100 (2,13-32,60)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
Keyakinan
1. Tidak yakin 17 48,6 18 51,4 35 100 5,903; 0.003*
2. Yakin 4 13,8 25 86,2 29 100 (1,70-20,53)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
Efek Samping
208
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
1. Ada 8 42,1 11 57,9 19 100 1,790 0,304
2. Tidak ada 13 28,9 32 71,1 45 100 (0,587-5,464)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui faktor-faktor terhadap pengobatan fraktur (51,4%). Hasil analisis
yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan pasien didapatkan adanya hubungan antara keyakinan dengan
fraktur. Pertama, pasien dengan tipe fraktur simple kepatuhan pengobatan pasien fraktur (p 0,003 ˂ α 0,05).
(89,3%) lebih banyak memilih untuk tetap dirawat Selain itu, pasien yang yakin terhadap pengobatan
dibandingkan pasien dengan tipe fraktur complicated mempunyai peluang 5,9 kali untuk tetap dirawat
(50%). Hasil analisis didapatkan adanya hubungan dibandingkan pasien yang tidak yakin (OR = 5,903; 95%
antara tingkat keparahan fraktur dengan kepatuhan CI 1,70-20,53).
pengobatan pasien fraktur (p 0,001 ˂ α 0,05). Selain itu, Ketiga, pasien yang mempunyai persepsi tidak
pasien dengan fraktur simpel mempunyai peluang 8,3 terdapat efek samping pengobatan fraktur (71,1%) lebih
kali untuk tetap dirawat dibandingkan pasien fraktur banyak memilih untuk tetap dirawat dibandingkan
tidak simpel (OR = 8,333; 95% CI 2,13-32,60). pasien berpersepsi terdapat efek samping pengobatan
Kedua, pasien yang memiliki keyakinan fraktur (57,9%). Hasil analisis didapatkan tidak ada
pengobatan (86,2%) lebih banyak memilih untuk tetap hubungan antara efek samping pengobatan dengan
dirawat dibandingkan pasien tidak memiliki keyakinan kepatuhan pengobatan pasien fraktur (p 0,304 > α 0,05).
Tabel 4. Hubungan Budaya dan Biaya Pengobatan dengan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi
(n = 64)
Pemilihan Pengobatan
Total OR
Faktor Determinan Tidak Dirawat Tetap Dirawat p-value
f % f % f % (95% CI)
Budaya
1. Kurang baik 14 43,8 18 56,2 32 100 2,778 0,062
2. Baik 7 21,9 25 78,1 32 100 (0,933-8,270)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
Biaya Pengobatan
1. Tidak terjangkau 19 43,2 25 56,8 44 100 6,840 0.009*
2. Terjangkau 2 10,0 18 90,0 20 100 (1,41-33,14)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
* bermakna pada α = 0.05
Tabel 4 menunjukkan bahwa pasien dengan diselaraskan dan diposisikan dalam kondisi anatomi, 2)
budaya baik (78,1%) lebih banyak memilih untuk tetap imobilisasi dengan fiksasi internal atau eksternal, yaitu
dirawat dibandingkan pasien dengan budaya kurang baik fragmen tulang harus diimobilisasi dan dipertahankan
(56,2%). Hasil analisis didapatkan tidak ada hubungan dan diselaraskan dalam posisi yang tepat sampai terjadi
antara budaya dengan kepatuhan pengobatan pasien penyatuan, 3) memelihara dan memulihkan fungsi tubuh
fraktur (p 0,062 > α 0,05). secara bertahap.
Pada tabel 4 juga digambarkan bahwa pasien Penanganan fraktur yang cepat dan tepat akan
fraktur dengan biaya pengobatan terjangkau (90%) lebih mempengaruhi proses penyembuhan dan pemulihan
banyak memilih untuk tetap dirawat dibandingkan tulang yang patah (Ignatavicius dan Workman, 2013).
pasien dengan biaya pengobatan yang tidak terjangkau Kecepatan dan ketepatan manajemen fraktur ditentukan
(56,8%). Hasil analisis didapatkan adanya hubungan oleh perilaku sakit yang ditunjukkan oleh pasien fraktur.
antara biaya pengobatan dengan kepatuhan pengobatan Perilaku sakit adalah suatu mekanisme koping, yang
pasien fraktur (p 0,009 ˂ α 0,05). Selain itu, pasien melibatkan cara individu menggambarkan, memantau,
dengan biaya pengobatan terjangkau mempunyai dan menafsirkan gejala-gejalanya, mengambil tindakan
peluang 6,8 kali untuk tetap dirawat dibandingkan pasien perbaikan, dan menggunakan sistem perawatan
dengan biaya pengobatan tidak terjangkau (OR = 6,840; kesehatan (Berman, Snyder, dan Frandsen, 2016).
95% CI 1,41-33,14). Menurut Suchman (1979) dalam Berman, Snyder,
dan Frandsen (2016), terdapat 5 tahap perilaku sakit
Pembahasan individu, yaitu: 1) merasakan gejala, 2) menerima peran
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas yang sakit, 3) mencari pelayanan kesehatan untuk
tulang, baik bersifat total maupun sebagian yang mendapatkan pengobatan, 4) menunjukkan
ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya (William dan ketergantungan pada tenaga professional, 5) pemulihan
Hopper, 2011). Menurut Hinkle dan Cheever (2018), dan rehabilitasi, dimana pasien melepaskan
penanganan fraktur terdiri dari: 1) reduksi (terbuka atau ketergantungan peran sakit dan melanjutkan peran dan
tertutup), yaitu pemulihan fragmen fraktur untuk
209
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
tanggung jawab sebelumnya.
210
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku sakit Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang ditunjukkan pasien fraktur dalam mencari Setyoningsih dan Artaria (2016) tentang “Pemilihan
kesembuhannya antara lain: 67,2% responden memilih Penyembuhan Penyakit Melalui Pengobatan Tradisional
tetap dirawat di rumah sakit untuk melanjutkan Non Medis atau Medis di Desa Jeru, Kecamatan
pengobatan fraktur dan terdapat 32,8% yang meminta Tumpang, Kabupaten Malang”, dengan pendekatan
pulang dan tidak melanjutkan pengobatan di rumah kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa alasan
sakit. Penelitian Tarigan (2016) yang berjudul dipilihnya metode penyembuhan yang tepat yakni
“Karakteristik Pasien Fraktur di RSUP H. Adam Malik berdasarkan kepercayaan, tingkat keparahan sakit, dan
Medan Pasca Penanganan Awal oleh Pengobatan penyebab timbulnya penyakit.
Tradisional” juga menunjukkan bahwa 44,5% responden Menurut peneliti, tingkat keparahan pasien yang
memilih pengobatan tradisional selama 1 bulan, akan tidak melanjutkan pengobatan sangat menentukan
tetapi akhirnya tetap ke rumah sakit setelah mengalami pemilihan terhadap suatu pengobatan. Rumah sakit
neglected fracture. khususnya DPJP (dokter penanggung jawab pasien) dan
Notoadmodjo (2010) menjelaskan bahwa perawat diharapkan memberikan informasi dan edukasi
pencarian pelayanan kesehatan (health seeking yang lebih jelas tentang tindakan dan prosedur
behavior), mencakup tindakan-tindakan yang diambil pengobatan terhadap pasien, sehingga pasien mengetahui
seseorang bila sakit atau terkena masalah kesehatan kondisinya dan memiliki motivasi untuk melanjutkan
untuk mendapatkan kesembuhan atau terlepas dari pengobatan. Dukungan dari pihak rumah sakit akan
masalah kesehatan yang dideritanya. Pencarian mendorong pasien untuk membuat suatu keputusan yang
kesembuhan ini dilakukan pada fasilitas pelayanan baik untuk dirinya.
kesehatan, baik bersifat tradisional (dukun, shinse, Penelitian Rahman, Prabamurti, dan Riyanti
paranormal), maupun pengobatan profesional (rumah (2016) tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan
sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya). dengan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan pada
Menurut Berman, Snyder, dan Frandsen (2016) Santri di Pondok Pesantren Al Bisyri Tinjomoyo
yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang Semarang” menunjukan bahwa santri memiliki
mempengaruhi pasien untuk tetap memilih pengobatan keyakinan terhadap pelayanan kesehatan sebesar 52,1%.
dengan tenaga profesional, antara lain: 1) motivasi Secara keseluruhan santri sudah yakin terhadap
pasien untuk sehat, 2) pentingnya tingkat perubahan pelayanan kesehatan, akan tetapi masih ada santri yang
gaya hidup, 3) menghargai upaya pentingnya penurunan lebih yakin penyakitnya akan sembuh apabila melakukan
ancaman kesehatan, 4) kemampuan untuk memahami pengobatan sendiri, membeli obat-obatan di warung obat
dan menunjukan perilaku khusus, 5) tingkat keparahan dan berobat kepengobatan tradisional dibandingkan
penyakit, 6) meyakini bahwa terapi yang ditentukan atau berobat ke pelayanan kesehatan
disarankan akan membantu atau tidak dalam pengobatan, Keyakinan individu dalam pemilihan pengobatan
7) kompleksitas efek samping dari pengobatan, 8) merupakan salah satu keputusan pasien berdasarkan
warisan budaya dan keyakinan atau praktik yang informasi pengobatan, pengalaman, dan lainnya.
mendukung atau bertentangan dengan cara hidup, 9) Pemilihan pengobatan pada pasien fraktur dapat berupa
tingkat kepuasan dan kualitas dari jenis hubungan pengobatan secara medis, maupun non medis. Hal ini
dengan penyedia layanan kesehatan, dan 10) biaya total tidak terlepas dari efek samping yang ditimbulkan setiap
terapi keseluruhan. pengobatan pasien karena setiap usaha yang dilakukan
Hasil penelitian ini menemukan terdapat 3 faktor didasari pada persepsi pasien dalam memandang
yang berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan pasien masalah penyakit tersebut. Selain itu, budaya yang
fraktur, yaitu: tingkat keparahan, keyakinan, dan biaya merupakan suatu kebiasaan yang dijalani oleh pasien,
pengobatan. Tingkat keparahan penyakit dilihat dari juga dapat memberikan dampak pada keberhasilan suatu
jenis fraktur yang dialami pasien, dimana didapatkan pengobatan penyakit yang dijalani pasien (Potter, Perry,
sebagian besar responden memiliki fraktur yang simple Stockert, dan Hall, 2011).
(56,2%). Keyakinan pasien fraktur untuk menjalani Peneliti berpendapat, pasien yang sudah yakin
pengobatan di rumah sakit sebesar 45,3%, dan biaya terhadap pelayanan kesehatan akan memiliki
pengobatan fraktur yang terjangkau sebesar 31,2%. kepercayaan penuh pada tenaga professional di rumah
Menurut Berman, Snyder, dan Frandsen (2016), sakit untuk membantu proses penyembuhan fraktur yang
tingkat keparahan penyakit merupakan salah cara yang dialaminya. Pasien akan mematuhi apa yang
dapat dilihat melalui batasan-batasan masalah yang diinstruksikan dan dapat berkoordinasi dengan baik
ditemukan dalam suatu penyakit. Tingkat keparahan selama proses pengobatan. Sedangkan pasien yang
penyakit yang dialami pasien fraktur dapat dilihat kurang yakin dengan pengobatan professional akan
berdasarkan jenis terjadinya fraktur, hasil dari fraktur memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, membeli
yang berupa pemeriksaan fisik yang dilihat secara obat-obatan di warung obat, dan berobat ke pengobatan
langsung melalui hasil rontgent (apabila fraktur tidak tradisional.
menembus kulit).
211
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa (jenis fraktur yang dialami), keyakinan pasien terhadap
pemanfaatan tempat pengobatan tradisional masih pengobatan medis dan keterjangkauan biaya pengobatan.
menjadi pilihan seseorang yang mengalami patah tulang Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi
untuk mengobati sakitnya. Biaya kesehatan di rumah terhadap tenaga professional khususnya perawat, bahwa
sakit yang tergolong cukup mahal membuat masyarakat diperlukan pendekatan secara persuasif dan edukasi
lebih memilih pengobatan alternatif. Faktor ekonomi dengan komunikasi dan media yang tepat pada pasien
mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau fraktur dan keluarga agar mereka dapat mengambil
penolakan suatu pengobatan. Faktor ini diperkuat keputusan yang tepat dalam pengobatan fraktur yang
dengan persepsi masyarakat bahwa pengobatan alternatif dialaminya.
membutuhkan sedikit tenaga, biaya, dan waktu.
Pada penelitian ini, berdasarkan wawancara DAFTAR PUSTAKA
terhadap responden, diketahui bahwa responden Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
menyatakan selama biaya yang dimiliki cukup maka Balitbangkes RI; 2013.
pasien akan berusaha untuk menjalani pengobatan secara Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi.
teratur, tetapi jika biaya yang mereka tidak ada maka Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
mereka memilih untuk tidak lanjut dalam pengobatan. RSUD Raden Mattaher Jambi. Data Rekam Medis
Hasil penelitian Wijaya (2016) tentang “Persepsi Pasien Tahun 2017. Jambi: RSUD Raden Mattaher;
Fraktur Tentang Pengobatan Alternatif di Cimande 2018.
Ciputat Tangerang” menunjukan bahwa pengobatan Berman, Snyder, dan Frandsen. Kozier & Erb’s
alternatif lebih terjangkau biayanya dibandingkan Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
pengobatan medis (53%). Practice. Tenth Edition. USA: Pearson; 2016.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa Potter, Perry, Stockert, & Hall. Basic Nursing. Seventh
solusi yang dapat diterapkan. Pertama, pada pasien Edition. St. Louis: Mosby Elsevier; 2011.
fraktur yang mempunyai keinginan tidak melanjutkan Hinkle, J.L. dan Cheever, K.H. Brunner & Suddarth’s
pengobatan dapat diberikan informasi yang jelas tentang Textbook of Medical-Surgical Nursing. Fourth
efek samping pengobatan (operasi) dan dampak jika Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
tidak operasi, serta kecacatan yang mungkin terjadi. Wilkins; 2018.
Pemberian informasi dapat dilakukan dengan cara Ignatavicius, D.D. dan Workman, M.L. Medical
pendidikan kesehatan maupun pemberian leaflet. Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative
Kedua, rumah sakit mengadakan pendekatan Care. Seventh Edition. St.Louis: Elsevier
dengan pasien dan keluarga terlebih dahulu dengan Saunders; 2013.
komunikasi yang efektif sehingga ada kepercayaan William, L.S. dan Hopper, P.D. Understanding Medical
pasien dan keluarga terhadap pengobatan yang Surgical Nursing. Fifth Edition. Philadelphia: F.A.
disarankan oleh pihak rumah sakit. Edukasi dengan Davis Company; 2011.
komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarga Tarigan, A.B. Karakteristik Pasien Fraktur di RSUP H.
sangat penting dilakukan, karena tidak semua pasien Adam Malik Medan Pasca Penanganan Awal oleh
yang dirawat mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi Pengobatan Tradisional. Karya Tulis Ilmiah.
dan mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Medan: USU; 2016. Diunduh dari
Ketiga, diharapkan untuk rumah sakit dalam https://pdfs.semanticscholar.org. pada tanggal 2
mengatasi keluhan dari pasien fraktur terkait September 2018.
pembiayaan, sebaiknya ada sebuah kebijakan terhadap Setyoningsih, A dan Artaria, M.D. Pemilihan
waktu pengurusan surat-surat jaminan pasien, baik Penyembuhan Penyakit Melalui Pengobatan
jaminan BPJS, Kesda, SKTM, dan Jasa Raharja. Badan– Tradisional Non Medis atau Medis di Desa Jeru,
badan pemberi penjaminan biaya sebaiknya duduk Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Jurnal
bersama untuk lebih memperjelas tentang pembiayaan Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Volume 29
pasien, baik fraktur yang hanya dirawat maupun No. 1 Tahun 2016 halaman 46-59. Diunduh dari
tindakan pemasangan alat atau plate. Sehingga pasien https://www. researchgate.net/publication pada
tidak lagi takut dengan biaya alat dan tindakan operasi tanggal 2 September 2018.
yang akan dilakukan kepadanya ataupun keluarganya. Rahman, Prabamurti, dan Riyanti. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Pencarian
SIMPULAN Pelayanan Kesehatan (Health Seeking Behavior)
Pemilihan pengobatan pasien fraktur sudah dalam pada Santri di Pondok Pesantren Al Bisyri
kategori baik, karena sebagian besar pasien fraktur Tinjomoyo Semarang. Jurnal Kesehatan
memilih untuk tetap dirawat di rumah sakit dan Masyarakat (e-Journal) Volume 4 No.5 Tahun
melanjutkan pengobatan frakturnya. Determinan 2016. Diunduh dari https://ejournal3.undip.ac.id
pemilihan pengobatan adalah tingkat keparahan penyakit pada tanggal 2 September 2018.
212
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
Wijaya, M.M. Persepsi Pasien Fraktur Tentang
Pengobatan Alternatif Di Cimande Ciputat
Tangerang. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah; 2016. Diunduh dari
http://repository.uinjkt.ac.id pada tanggal 2
September 2018.
213