Anda di halaman 1dari 54

Keperawatan Gawat Darurat

Ns. Maryam Jamaluddin, S.Kep., M.Kes., M.Kep


TELAAH JURNAL SISTEM MUSKULOSKELETAL
“FRAKTUR”

Anis Ilahi Saraswati (NH0118009)


Arfianti (NH0118011)
Fitri Ramadhani (NH0118020)
Fizriani Pandiali (NH0118022)
Heppi Listra (NH0118028)
Jeanuwarita Mirari Watidjan (NH0118036)
Joni Ardiansah (NH0118037)
Jusita Kristelina (NH0118038)
Khusnul Khatimah (NH0118039)
Masdalia (NH0118043)
Wan Haslinda (NH0117150)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
NANI HASANUDDIN
MAKASSAR
2021
No Nama Tahun Judul Tujuan Penelitian Metode yang Responden Hasil Penelitian
Penulis digunakan
1 - Annisa 2020 Studi Potensi Untuk mengetahui Penelitian 123 responden Hasil penelitian menunjukkan
Farida Interaksi Obat interaksi obat-obat observasional - Laki-laki 79 bahwa dari 123 pasien terdapat
Muti pada Pasien potensial pada dengan metode responden 85 pasien yang mengalami
- Asri Yani Fraktur di pasien fraktur di cross sectional dan - Perempuan interaksi obat-obat potensial
- Refdanita RSUD Tarakan Instalasi Rawat pengambilan data 44 (69,1%) dengan jumlah kasus
Jakarta Inap RSUD menggunakan data responden sebanyak 436 kasus. Kejadian
Tarakan Jakarta sekunder secara interaksi obat-obat potensial
tahun 2018 retrospektif dari terbanyak adalah mekanisme
rekam medis pasien farmakodinamika sebanyak 345
kasus (79,1%) dan tingkat
keparahan moderat sebanyak 255
kasus (58,5%). Interaksi obat-
obat potensial yang paling
banyak terjadi adalah asam
mefenamat-ketorolak sebanyak
37 kasus (8,5%).
2 - Lela Aini 2018 Pengaruh Untuk melihat ada Penelitian ini 30 responden Hasil penelitian menunjukkan
- Reza Teknik atau tidaknya menggunakan rata-rata skala nyeri pasien
Reskita Relaksasi Nafas pengaruh teknik desain Pra- frakur sebelum dilakukan teknik
Dalam terhadap relaksasi nafas eksperimental relaksasi nafas dalam adalah
Penurunan dalam terhadap dengan cara skala 4 (nyeri sedang) dan untuk
Nyeri pada penurunan nyeri melibatkan satu skor tingkat skala nyeri tertinggi
Pasien Fraktur pada pasien fraktur kelompok subjek, dan terendah yaitu 2 (nyeri
dengan rancangan ringan) dan 6 (nyeri sedang).
One Group pretest- Sedangkan rata-rata skala nyeri
posttest setelah dilakukan teknik
relaksasi nafas dalam adalah
2,80 atau dengan skala 3 (nyeri
ringan) dan untuk skor tertinggi
dan terendah yaitu 1 (nyeri
ringan) dan 5 (nyeri sedang)
3 - Sasono 2018 Hubungan Untuk mengetahui Penelitian ini 32 responden Adanya hubungan antara
Mardiono Pengetahuan hubungan menggunakan pengetahuan perawat dengan
- Herwin Dan Sikap pengetahuan dan Kuantitatif dengan penatalaksanaan pembidaian
Tri Putra Perawat Dalam sikap perawat desain Cross pada pasien fraktur
Penatalakasanaa dalam Sectional
n Pembidaian penatalaksanaan
Pasien Fraktur pembidaian pasien
Di RS fraktur
Bhayangkara
Palembang 2018
4 - Sovia 2020 Determinan Untuk mengetahui Penelitian ini 64 responden Hasil penelitian Pertama, pasien
- Daryono Pemilihan faktor-faktor yang adalah deskriptif dengan tipe fraktur simple
- Mashudi Pengobatan berhubungan analitik dengan (89,3%) lebih banyak memilih
- Debi Pasien Fraktur dengan desain cross- untuk tetap dirawat
Sintia di RSUD Raden pengambilan sectional dibandingkan pasien dengan tipe
Dewi Mattaher Jambi keputusan fraktur complicated (50%).
pengobatan pasien Kedua, pasien yang memiliki
fraktur di RSUD keyakinan pengobatan (86,2%)
Raden Mattaher lebih banyak memilih untuk
Jambi tetap dirawat dibandingkan
pasien tidak memiliki keyakinan
terhadap pengobatan fraktur
(51,4%).
Ketiga, pasien yang mempunyai
persepsi tidak terdapat efek
samping pengobatan fraktur
(71,1%) lebih banyak memilih
untuk tetap dirawat
dibandingkan pasien berpersepsi
terdapat efek samping
pengobatan fraktur (57,9%)
5 - Putri 2018 Efektifitas Untuk mengetahui Penelitian ini quasy 30 responden Hasil penelitian ini menunjukkan
Wulandini Terapi Asmaul efektifitas terapi eksperiment bahwa terapi Asmaul Husna
- Andalia Husna Terhadap Asmaul Husna dengan rancangan efektif untuk mengurangi skala
Rosa Penurunan Skala pada pasien fraktur pre test and post nyeri pada pasien fraktur.
- Santi Nyeri Pada di ruangan Dahlia test design with
Riska Pasien Fraktur Rumah Sakit control
Safitri Di Rsud Umum Daerah
Provinsi Riau Arifin Achmad
Provinsi Riau.
asam mefenamat-
ketorolak sebanyak 37
kasus (8,5%).
2 Lela Aini 2018 Pengaruh Teknik Untuk melihat ada Penelitian ini 30 responden Hasil penelitian
Reza Reskita Relaksasi Nafas atau tidaknya menggunakan menunjukkan rata-rata
Dalam terhadap pengaruh teknik desain Pra- skala nyeri pasien frakur
Penurunan Nyeri relaksasi nafas eksperimental sebelum dilakukan teknik
pada Pasien Fraktur dalam terhadap dengan cara relaksasi nafas dalam
penurunan nyeri melibatkan satu adalah skala 4 (nyeri
pada pasien fraktur kelompok subjek, sedang) dan untuk skor
dengan rancangan tingkat skala nyeri
One Group tertinggi dan terendah
pretest-posttest yaitu 2 (nyeri ringan) dan
6 (nyeri sedang).
Sedangkan rata-rata skala
nyeri setelah dilakukan
teknik relaksasi nafas
dalam adalah 2,80 atau
dengan skala 3 (nyeri
ringan) dan untuk skor
tertinggi dan terendah
yaitu 1 (nyeri ringan) dan
5 (nyeri sedang)
3 Sasono Mardiono, 2018 Hubungan Untuk mengetahui Penelitian ini 32 responden Adanya hubungan antara
Herwin Tri Putra Pengetahuan Dan hubungan menggunakan pengetahuan perawat
Sikap Perawat Dalam pengetahuan dan Kuantitatif dengan dengan penatalaksanaan
Penatalakasanaan sikap perawat dalam desain Cross pembidaian pada pasien
Pembidaian Pasien penatalaksanaan Sectional fraktur
Fraktur Di RS pembidaian pasien
Bhayangkara fraktur
Palembang 2018
4 Sovia 2020 Determinan Untuk mengetahui Penelitian ini 64 responden Hasil penelitian Pertama,
Daryono Pemilihan faktor-faktor yang adalah deskriptif pasien dengan tipe
Mashudi Pengobatan Pasien berhubungan dengan analitik dengan fraktur simple (89,3%)
Debi Sintia Dewi Fraktur di RSUD pengambilan desain cross- lebih banyak memilih
Raden Mattaher keputusan sectional untuk tetap dirawat
Jambi pengobatan pasien dibandingkan pasien
fraktur di RSUD dengan tipe fraktur
Raden Mattaher complicated (50%).
Jambi Kedua, pasien yang
memiliki keyakinan
pengobatan (86,2%) lebih
banyak memilih untuk
tetap dirawat
dibandingkan pasien
tidak memiliki keyakinan
terhadap pengobatan
fraktur (51,4%).
Ketiga, pasien yang
mempunyai persepsi
tidak terdapat efek
samping pengobatan
fraktur (71,1%) lebih
banyak memilih untuk
tetap dirawat
dibandingkan pasien
berpersepsi terdapat efek
samping pengobatan
fraktur (57,9%)
5 Putri Wulandini 2018 Efektifitas Terapi Untuk mengetahui Penelitian ini 30 responden Hasil penelitian ini
Andalia Rosa Asmaul Husna efektifitas terapi quasy eksperiment menunjukkan bahwa
Santi Riska Safitri Terhadap Penurunan Asmaul Husna pada dengan rancangan terapi Asmaul Husna
Skala Nyeri Pada pasien fraktur di pre test and post efektif untuk mengurangi
Pasien Fraktur Di ruangan Dahlia test design with skala nyeri pada pasien
Rsud Provinsi Riau Rumah Sakit Umum control fraktur.
Daerah Arifin
Achmad Provinsi
Riau.
See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/350088661

Studi Potensi Interaksi Obat pada Pasien Fraktur di RSUD Tarakan Jakarta

Article in PHARMACY Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical Journal of Indonesia) · December 2020

CITATIONS
READS
0
12

3 authors, including:

Annisa Farida Muti


Universitas Pembanguan Nasional "Veteran" Jakarta
7 PUBLICATIONS 3 CITATIONS

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Annisa Farida Muti on 16 March 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

Studi Potensi Interaksi Obat pada Pasien Fraktur di RSUD Tarakan Jakarta

Study of Potential Drug-drug Interactions in Fractured Patients at RSUD


Tarakan Jakarta

Annisa Farida Muti1*, Asri Yani2, Refdanita2

1
Pharmacy Program, Faculty of Medicine, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Jl. RS Fatmawati No. 1, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta, 12450, Indonesia.
2
Pharmacy Program, Faculty of Pharmacy, Institut Sains dan Teknologi Nasional,
Jl. M. Kahfi II, Srengseng Sawah, Jagakarsa, Jakarta, 12630, Indonesia

*Corresponding author email: afmuti@upnvj.ac.id

Received 26-5-2020 Accepted 11-12-2020 Available online 31-12-2020

ABSTRAK

Fraktur adalah suatu patahan yang terjadi di dalam kontinuitas struktur tulang. Fraktur
dapat berupa retakan, pengisutan atau pecahnya korteks, bahkan patahan yang
sempurna dimana fragmen tulang yang dihasilkan mungkin akan berada di tempatnya
atau keluar dari tempatnya. Pasien fraktur merupakan kelompok beresiko yang dapat
mengalami interaksi obat akibat penggunaan regimen kombinasi multiobat. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui interaksi obat-obat potensial pada pasien fraktur di
Instalasi Rawat Inap RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018. Penelitian ini merupakan
penelitian observasional dengan metode cross sectional dan pengambilan data
menggunakan data sekunder secara retrospektif dari rekam medis pasien. Data interaksi
obat-obat potensial diidentifikasi menggunakan Drug Interaction Facts meliputi jenis
mekanisme dan tingkat keparahan terjadinya interaksi obat. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari 123 pasien terdapat 85 pasien yang mengalami interaksi obat-
obat potensial (69,1%) dengan jumlah kasus sebanyak 436 kasus. Kejadian interaksi
obat-obat potensial terbanyak adalah mekanisme farmakodinamika sebanyak 345 kasus
(79,1%) dan tingkat keparahan moderat sebanyak 255 kasus (58,5%). Interaksi obat-obat
potensial yang paling banyak terjadi adalah asam mefenamat-ketorolak sebanyak 37
kasus (8,5%).

Kata kunci: Drug Interaction Facts, ortopedi, pasien fraktur, potensi interaksi obat.

ABSTRACT

A fracture is a break in the structural continuity of bone. It may be no more than


a crack, a crumpling or a splintering of the cortex; more often the break is
complete and the bone fragments are displaced. If the overlying skin remains

317
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

intact it is a closed (or simple) fracture; if the skin or one of the body cavities is
breached it is an open (or compound) fracture, liable to contamination and
infection. Fractured patients are risky of potential drug interactions as drugs are
used in multi-drug combination regimens. This study aimed to determine
potential drug-drug interactions in fractured patients at RSUD Tarakan Jakarta in
2018. This study was an observational-cross sectional study with retrospective
data collection from medical records. Potential drug-drug interactions were
identified using Drug Interaction Facts and classified according to their
mechanism and severity. From 123 patients, it was found that 85 patients (69,1
%) having 436 cases of a potential drug-drug interactions. The proportion based
on mechanism was 345 cases (79,1%) for pharmacodynamic and the severity was
255 cases (58,5%) for moderates. The most common interaction was mefenamic
acid-ketorolac in 37 cases (8,5%).

Keywords: Drug Interaction Facts, fractured patients, orthopedics, potential drug-drug


interactions.

Pendahuluan Penanganan fraktur yang cepat


Fraktur adalah suatu patahan dan tepat akan mempengaruhi proses
yang terjadi di dalam kontinuitas penyembuhan dan pemulihan tulang
struktur tulang. Fraktur dapat berupa yang patah (Ignatavicius & Workman,
retakan, pengisutan atau pecahnya 2013). Penatalaksanaan cedera fraktur
korteks, bahkan patahan yang sempurna dapat dilakukan dengan terapi
dimana fragmen tulang yang dihasilkan farmakologi dan terapi nonfarmakologi
mungkin akan berada di tempatnya atau (Sjamsuhidajat & Jong, 2010). Terapi
keluar dari tempatnya (Nayagam, 2010). farmakologi diperlukan dalam
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) membantu proses penyembuhan fraktur
oleh Badan Penelitian dan misalnya analgesik diberikan jika rasa
Pengembangan Kementerian Kesehatan nyeri tidak dapat ditoleransi. Selain
Republik Indonesia 2018 menunjukkan analgesik, diberikan juga antibiotik
peningkatan proporsi cedera yang sebagai profilaksis dan berbagai macam
mengganggu kegiatan sehari-hari pada obat lainnya untuk membantu
semua umur menjadi 9,2% dibandingkan mempercepat terapi penyembuhannya
pada tahun 2013 sebesar 8,2%. Proporsi (Arain et al., 2018).
bagian tubuh yang terkena cedera Pemberian dua atau lebih obat
terbanyak adalah anggota gerak bawah dapat menyebabkan interaksi yang
(67,9%) dan kecacatan fisik permanen mengakibatkan perubahan respon
akibat cedera terbanyak berupa bekas terapeutik atau efek yang tidak
luka permanen yang mengganggu diinginkan yang tidak teramati dengan
kenyamanan (9,2%) (Balitbangkes salah satu obat saat dikonsumsi sendiri
Kemenkes RI, 2018). (Bajracharya et al., 2018). Interaksi obat

318
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

dipercaya berhubungan erat dengan disebutkan dalam Peraturan Menteri


adanya polifarmasi dan merupakan salah Kesehatan No.72 Tahun 2016 tentang
satu masalah utama dalam Pelayanan Farmasi Klinik di Rumah Sakit
farmakoterapi yang dapat memicu (Kemenkes RI, 2016). Hal ini perlu
kegagalan terapi (Abubakar et al., 2015). dilakukan agar dapat mencegah efek
Bhagavathula et al. (2014) melaporkan merugikan terkait obat, menurunkan
sebanyak 40% interaksi obat terjadi tingkat kematian pasien serta
dalam resep dengan lima obat dan 80% memberikan rekomendasi terkait terapi
dengan tujuh obat atau lebih. Hasil meta untuk meningkatkan kualitas hidup
analisis menunjukkan interaksi obat pasien (Faizah et al., 2018). Hal inilah
menyebabkan 0,054% kunjungan rawat mendorong peneliti untuk melakukan
gawat darurat, 0,57% rawat inap rumah penelitian yang bertujuan untuk
sakit dan 0,12% rehospitalisasi (Becker et mengetahui interaksi obat-obat
al., 2007). potensial pada pasien fraktur di RSUD
Pasien fraktur merupakan Tarakan Jakarta.
kelompok beresiko yang dapat
mengalami interaksi obat akibat Metode Penelitian
penggunaan regimen kombinasi Desain penelitian
multiobat. Tingginya kejadian interaksi Penelitian ini merupakan studi
obat pada pasien ortopedi berkaitan observasional jenis cross sectional.
dengan penggunaan antibiotik, Pengambilan data dilakukan secara
analgesik dan adanya polifarmasi retrospektif menggunakan data
(Ramya et al., 2018; Jabeen et al., sekunder yang diperoleh dari rekam
2020). Kejadian interaksi obat pada medis pasien fraktur yang dirawat inap
pasien ortopedi yang dirawat di rumah di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018.
sakit menduduki peringkat ketiga Penelitian ini telah mendapatkan
tertinggi (Khandeparkar & Rataboli, persetujuan kelaikan etik (ethical
2017; Jabeen et al., 2020). Studi clearance) dari Komite Etik Penelitian
interaksi obat pada pasien ortopedi di Kesehatan Universitas Pembangunan
India menunjukkan sebanyak 73% resep Nasional “Veteran” Jakarta dengan
memiliki potensi interaksi obat. Dari nomor B/2151/VIII/2019/KEPK, dan izin
660 kasus interaksi obat potensial, 444 penelitian dari Direktur Utama RSUD
(67%) kasus merupakan interaksi obat Tarakan Jakarta.
yang bermakna dan 216 (33%) kasus Populasi dan sampel penelitian
merupakan interaksi obat ringan Populasi penelitian adalah
(Solanki & Patel, 2019). seluruh pasien yang didiagnosis fraktur
Identifikasi masalah terkait obat yang menjalani rawat inap di RSUD
termasuk interaksi obat merupakan Tarakan Jakarta tahun 2018. Teknik
salah satu tugas farmasis dalam bagian sampling adalah purposive sampling
standar pelayanan kefarmasian yang dengan kriteria inklusi pasien fraktur

319
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

yang menggunakan lebih dari satu kecelakaan kerja lebih tinggi. Selain lebih
macam obat dan terdaftar rawat inap banyak berada di jalan raya
per 1 Januari sampai 31 Desember 2018. dibandingkan dengan perempuan, juga
Kriteria eksklusi adalah pasien dengan dikarenakan pola perilaku atau tindakan
data rekam medis yang tidak lengkap, yang tidak aman di jalan raya (Tana &
tidak dapat dibaca dan rusak. Ghani, 2015).
Analisis data penelitian Kelompok usia muda lebih
Data subyek penelitian banyak melakukan aktivitas yang berat
diklasifikasikan berdasarkan demografi daripada kelompok usia tua. Aktivitas
(usia, jenis kelamin), karakteristik klinis masyarakat usia muda di luar rumah
(jenis fraktur, penyebab fraktur, penyakit cukup tinggi dengan pergerakan yang
penyerta), profil penggunaan obat; cepat dapat meningkatkan risiko
sedangkan data interaksi obat-obat terjadinya benturan atau kecelakaan
potensial diidentifikasi menggunakan yang menyebabkan fraktur. Tulang yang
Drug Interactions Facts meliputi jenis mendapatkan tekanan terus menerus di
mekanisme (farmasetika, luar kapasitas dapat mengalami
farmakokinetika dan farmakodinamika) keretakan tulang (Sjamsuhidajat & Jong,
dan tingkat keparahan (minor, moderat, 2010). Orang lanjut usia lebih berisiko
mayor). Semua data dianalisis secara patah tulang karena osteoporosis,
univariat dengan presentase (%) yang pengurangan kepadatan mineral tulang
disajikan dalam bentuk tabel distribusi (bone mineral density/ BMD) dan
frekuensi. menopause (Furquan et al., 2015).
Hasil ini sejalan dengan hasil
Hasil dan Pembahasan penelitian Arain et al. (2018) pada pasien
Tabel 1 menunjukkan demografi trauma di bagian darurat ortopedi
pasien fraktur yang dirawat inap di RSUD rumah sakit universitas di Pakistan yang
Tarakan Jakarta tahun 2018 paling menunjukkan laki-laki dominan
banyak adalah laki-laki sebanyak 79 mengalami trauma (83,83%)
pasien (64%) dan berusia 56-65 tahun dibandingkan perempuan (16,16%);
sebanyak 31 pasien (25%). Pengaruh dimana dari jumlah tersebut terdapat
jenis kelamin dan kejadian fraktur masih 42,42% pasien yang mengalami fraktur.
belum dapat dipastikan (Liang & Dominasi pasien laki-laki dengan
Chikritzhs, 2016). Kejadian fraktur lebih beberapa jenis fraktur juga ditemukan
sering terjadi pada laki-laki daripada pada beberapa penelitian di Indonesia
perempuan dikarenakan tingginya yaitu di Surabaya (Noorisa dkk., 2017),
aktivitas laki-laki saat bekerja di luar Denpasar (Desiartama & Aryana, 2017),
ruangan (Lukman & Ningsih, 2009). Tomohon (Mandagi dkk., 2017),
Penelitian lain melaporkan bahwa laki- Samarinda (Sulistiani dkk., 2018) dan
laki memiliki trend cedera karena Bandung (Ramadhani dkk., 2019).

320
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

Tabel 1. Distribusi demografi pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Demografi pasien Deskripsi Jumlah pasien (n=123) Persentase (%)
Jenis kelamin Laki-laki 79 64
Perempuan 44 36
Usia 0-5 tahun 1 1
6-11 tahun 2 2
12-16 tahun 5 4
17-25 tahun 23 29
26-35 tahun 29 24
36-45 tahun 15 12
46-55 tahun 4 3
56-65 tahun 31 25
>65 tahun 13 11

Tabel 2 menunjukkan pasien fraktur tertutup juga ditemukan pada


fraktur yang dirawat inap di RSUD beberapa penelitian di Indonesia yaitu di
Tarakan Jakarta tahun 2018 didominasi Surabaya (Noorisa dkk., 2017), Denpasar
oleh jenis fraktur tertutup sebanyak 92 (Desiartama & Aryana, 2017), Samarinda
pasien (75%) dan disebabkan kecelakaan (Sulistiani dkk., 2018) dan Bandung
rumah tangga sebanyak 59 pasien (48%). (Ramadhani dkk., 2019).
Fraktur tertutup adalah fraktur di mana Kecelakaan rumah tangga adalah
fragmen fraktur tidak menembus kulit kecelakaan yang terjadi di rumah atau di
atau struktur jaringan kulit di sekitar sekitar rumah, semua kecelakaan rumah
fraktur masih utuh sehingga tidak tangga tidak berhubungan dengan lalu
berhubungan dengan dunia luar lintas, kendaraan, atau olahraga
(Sjamsuhidajat & Jong, 2010). Tingginya (Bhanderi & Choudhary, 2008). Menurut
kejadian fraktur tertutup dapat hasil penelitian Chigblo et al. (2017),
diakibatkan oleh mekanisme cedera dan kejadian fraktur didominasi akibat
kekuatan energi yang tidak terlalu besar, kecelakaan rumah tangga (75,8%) diikuti
tidak terdapat perlibatan benda tajam, oleh kecelakaan lalu lintas (10,2%),
dan kronologis seperti terjatuh, terkilir, kecelakaan kerja (5,7%) dan penyebab
dan tertimpa benda berat yang terjadi lainnya (8,1%). Kecelakaan rumah tangga
pada kecelakaan non-lalu lintas. terdiri dari kecelakaan akibat judi (2,7%),
Sementara fraktur terbuka diakibatkan salah langkah (2,1%), tergelincir (1,6%)
oleh mekanisme direct force dengan jatuh di tangga (1,1%), jatuh dari kursi
kekuatan high-energy dan keterlibatan (0,8%), jatuh dari tempat tidur (0,4%),
benda tajam seperti badan kendaraan jatuh dari ketinggian (0,7%) dan tertimpa
yang lebih sering terjadi pada kecelakaan benda jatuh dari tempat yang tinggi
lalu lintas (López-Arquillos & Rubio- (0,8%).
Romero, 2016). Dominasi pasien dengan

321
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

Tabel 2. Distribusi jenis dan penyebab fraktur pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta
tahun 2018
Jenis dan penyebab Deskripsi Jumlah pasien Persentase (%)
fraktur pasien (n=123)
Jenis fraktur Tertutup 92 75
Terbuka 31 25
Penyebab fraktur Kecelakaan rumah tangga 59 48
Kecelakaan lalu lintas 54 43,9
Penyebab lainnya 6 4,9
Kecelakaan kerja 4 3,3

Tabel 3 menunjukkan penyakit Tabel 4 menunjukkan profil


penyerta pasien fraktur yang dirawat penggunaan obat pasien fraktur yang
inap di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018 dirawat inap di RSUD Tarakan Jakarta
paling banyak adalah hipertensi sebesar terbanyak adalah analgesik sebesar 30,2
27 kasus (48,2%). Penyakit penyerta % dan antibiotika sebesar 18,0%. Pada
adalah kondisi dimana pasien yang akan fraktur umumnya timbul rasa nyeri dan
menjalani tata laksana fraktur memiliki memiliki risiko infeksi, sehingga
penyakit lain yang meningkatkan resiko diberikan terapi farmakologi analgesik
timbulnya komplikasi jangka pendek dan antibiotik (Gillespie & Walenkamp,
maupun jangka panjang atau dalam kata 2010). Menurut Sulistiani dkk. (2018),
lain adalah penyakit lain yang menyertai analgesik dan antibiotik merupakan
penyakit primer (Asmadi, 2008). terapi utama pada pasien fraktur;
Tekanan darah yang terlalu dimana berbagai macam jenis fraktur
tinggi dapat menyebabkan pusing dan mendapatkan terapi analgesik dan
tubuh terasa tidak stabil sehingga terjadi antibiotik yang berbeda-beda.
cedera fraktur (Tana & Ghani, 2015). Fraktur merupakan suatu cedera
Hipertensi juga berperan dalam yang menimbulkan rasa nyeri yang
pengurangan kepadatan mineral tulang disebabkan oleh kerusakan syaraf dan
(BMD), baik dengan mengurangi suplai pembuluh darah. Nyeri yang ditimbulkan
darah lokal tulang atau oleh efek obat karena pada pasien fraktur bukan hanya
antihipertensi (Ye et al., 2017). karena frakturnya saja namun nyeri juga
Pengobatan antihipertensi golongan dapat ditimbulkan karena luka jaringan
calcium channel blocker (CCB) secara disekitar tulang yang patah dan
signifikan dapat meningkatkan risiko pergerakan fragmen tulang (Fakhrurrizal,
fraktur tulang belakang (OR 2,3, P = 2015). Peringanan nyeri pada pasien
0,0320) (Takaoka et al., 2013). Hal ini fraktur dapat menjamin penyatuan
sejalan dengan hasil penelitian (Irianto tulang pada posisi yang benar serta
et al., 2019) bahwa hipertensi mempercepat pergerakan dan
merupakan confounding disease yang pengembalian fungsi tubuh (Nayagam,
paling sering dialami oleh 42% pasien di 2010).
Surabaya Orthopedic and Traumatology
Hospital.

322
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

Tabel 3. Distribusi penyakit penyerta pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Penyakit penyerta pasien Frekuensi Persentase (%)
Hipertensi 27 48,2
Anemia 9 16,1
Diabetes mellitus 5 8,9
Tuberkulosis 4 7,1
Bronkopneumonia 1 1,8
Epilepsi terkontrol 1 1,8
Epistaksis 1 1,8
Gagal ginjal kronis 1 1,8
Gout 1 1,8
Infeksi saluran kemih 1 1,8
Rhinitis 1 1,8
Vertigo 1 1,8

Tabel 4. Profil penggunaan obat pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Kelas terapi Frekuensi Persentase (%)
Analgesik 325 30,2
Antibiotika 194 18,0
Obat sistem pencernaan 156 14,5
Anastesi 81 7,5
Obat sistem kardiovaskular 80 7,4
Vitamin, mineral dan antianemia 75 7,0
Obat sistem respirasi 35 3,3
Obat hemostasis 31 2,9
Terapi cairan dan elektrolit 29 2,7
Vaksin dan produk imunologis lainnya 15 1,4
Obat neurologi 11 1,0
Obat tuberkulosis dan kusta 9 0,8
Antihistamin dan antialergi 9 0,8
Kortikosteroid 8 0,7
Obat sistem endokrin 6 0,6
Antiamuba 5 0,5
Obat psikiatri 2 0,2
Obat sistem muskuloskeletal 2 0,2
Obat topikal kulit 2 0,2
Antifungi 1 0,1

Nonsteroidal anti-inflammatory Pada fraktur terutup, risiko


drugs (NSAID) dan opioid adalah dua infeksi rendah karena tidak ada kontak
analgesik yang banyak digunakan untuk antara udara luar dengan fraktur.
membantu mengontrol rasa sakit dalam Namun, jika dilakukan tindakan operasi
pengaturan pascaoperasi akut (Richards bedah pada fraktur tertutup, bakteri
et al., 2017). Studi di Pakistan dapat mengkontaminasi luka dan
menunjukkan mayoritas pasien diberikan menyebabkan infeksi luka operasi (ILO)
NSAID, sedangkan opioid hanya (Gillespie & Walenkamp, 2010). Bakteri
digunakan jika nyerinya tidak ditoleransi yang mungkin menginfeksi pada kasus ini
oleh pasien (Arain et al., 2018). adalah S. aureus dan Pseudomonas

323
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

(Nayagam, 2010). Untuk mencegah yang berlawanan. Interaksi ini dapat


terjadi ILO, maka perlu dilakukan disebabkan karena kompetisi pada
pemberian antibiotik profilaksis yang reseptor yang sama, atau terjadi antara
sesuai (Bratzler, et al., 2013). Antibiotik obat dengan obat yang bekerja pada
profilaksis adalah antibiotik yang sistem fisiologik yang sama (Baxter,
diberikan sebelum, saat, dan hingga 24 2010).
jam pasca operasi pada kasus secara
klinis tidak terdapat tanda-tanda infeksi,
yang bertujuan untuk menurunkan dan
mencegah kejadian ILO, menurunkan
morbiditas dan mortalitas pasca operasi,
menghambat muncul flora normal
resisten, dan meminimalkan biaya
pelayanan kesehatan (Kementerian
Kesehatan RI, 2011).
Data penggunaan obat setiap
pasien fraktur yang dirawat inap di RSUD
Tarakan Jakarta tahun 2018 dianalisis Grafik 1. Distribusi mekanisme seluruh
kasus interaksi obat-obat
interaksi obat-obat potensialnya dengan
potensial pasien fraktur di
menggunakan Drug Interactions Facts RSUD Tarakan Jakarta tahun
meliputi jenis mekanisme (farmasetika, 2018
farmakokinetika dan farmakodinamika)
dan tingkat keparahan (minor, moderat, Berdasarkan Tabel 5, kasus
mayor). Hasil penelitian menunjukkan interaksi dengan mekanisme
bahwa dari 123 pasien terdapat 85 farmakodinamik terbanyak adalah
pasien yang mengalami interaksi obat- interaksi obat asam mefenamat dengan
obat potensial (69,1%) dengan jumlah ketorolak (8,5%) dimana jika keduanya
kasus sebanyak 436 kasus (40,52%). dikombinasikan maka ketorolak akan
Gambar 1 menunjukkan meningkatkan resiko toksisitas aditif
interaksi obat-obat potensial pasien atau sinergis (misalnya pendarahan
fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun gastrointestinal dan disfungsi ginjal) dari
2017 didominasi oleh jenis asam mefenamat. Penggunaan
farmakodinamika sebanyak 345 kasus bersamaan ketorolak dengan asam
(79,1%). Interaksi farmakodinamik mefenamat dikontraindikasikan dan
merupakan interaksi antara obat dengan harus dihindari dengan pertimbangan
obat yang mempunyai efek farmakologi terapi lain (Hartshorn & Tatro, 2012).
atau efek samping yang serupa atau

324
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

Tabel 5. Distribusi mekanisme sepuluh besar kasus interaksi obat-obat potensial pada
pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Mekanisme Obat A Obat B Frekuensi Persentase
interaksi obat (%)
Farmakokinetik Ketorolak Candesartan 7 1,6
Ketorolak Kaptopril 5 1,1
Kaptopril Candesartan 4 0,9
Asam Mefenamat Kaptopril 4 0,9
Tramadol Atropin Sulfat 2 0,5
Ferro Sulfat Ranitidin 2 0,5
Gentamisin Ketorolak 2 0,5
Gentamisin Asam Mefenamat 2 0,5
Ketorolak Ramipril 2 0,5
Siprofloksasin Kalsium Laktat 2 0,5
Farmakodinamik Asam Mefenamat Ketorolak 37 8,5
Fentanil Propofol 18 4,1
Siprofloksasin Asam Mefenamat 17 3,9
Fentanil Midazolam 14 3,2
Siprofloksasin Ketorolak 13 3,0
Fentanil Ondansentron 12 2,8
Propofol Midazolam 9 2,1
Tramadol Ondansentron 7 1,6
Parasetamol Tramadol 6 1,4
Fentanil Atropin Sulfat 5 1,1
Tidak diketahui Amlodipin Ketorolak 9 2,1
Klopidogrel Amlodipin 1 0,2
Allopurinol Ramipril 1 0,2
Valsartan Gemfibrozil 1 0,2
Flukonazol Ranitidin 1 0,2

Kasus interaksi dengan yang akan menentukan tata laksana


mekanisme tidak diketahui terbanyak yang harus dilakukan, agar interaksi yang
adalah interaksi obat amlodipin dengan merugikan dapat dihindari. Sebuah
ketorolak (2,1%). NSAID dapat interaksi termasuk dalam keparahan
mengurangi efek antihipertensi CCB. moderat jika efek yang ditimbulkan
Pertimbangkan penggantian terapi dapat menyebabkan penurunan status
hipertensi CCB dengan antihipertensi klinis pasien. Pengobatan tambahan,
lain yang tidak terpengaruh dengan rawat inap, atau perpanjangan
NSAID (Hartshorn & Tatro, 2012). perawatan di rumah sakit mungkin
Gambar 2 menunjukkan diperlukan (Hartshorn & Tatro, 2012).
interaksi obat-obat potensial pasien Berdasarkan Tabel 6, kasus
fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun interaksi dengan tingkat keparahan
2017 didominasi oleh tingkat keparahan moderat terbanyak adalah interaksi obat
moderat yaitu sebanyak 255 kasus siprofloksasin dengan asam mefenamat
(58,5%). Tingkat keparahan merupakan (3,9%). NSAID dapat meningkatkan
tingkat bahaya interaksi obat tersebut konsentrasi serum kuinolon dan

325
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

meningkatkan efek potensiasi dengan ketorolak dimana jika keduanya


neuroexcitatory dan/ atau kejang dikombinasikan maka ketorolak akan
kuinolon. Hanya beberapa NSAID yang meningkatkan resiko toksisitas atau
berpotensi epileptogenik dan sinergis (misalnya pendarahan
meningkatkan inhibisi GABA dari gastrointestinal, dan disfungsi ginjal) dari
kuinolon. Antibiotik kuinolon dapat asam mefenamat. Penggunaan
menimbulkan risiko kejang pada pasien bersamaan ketorolak dengan asam
dengan gagal ginjal, riwayat kejang mefenamat dikontraindikasikan dan
sebelumnya, atau gangguan neurologis harus dihindari dengan pertimbangan
lainnya. Jika kedua obat ini harus terapi lain (Hartshorn & Tatro, 2012).
dikombinasikan maka perlu dilakukan Kasus interaksi dengan tingkat
pengawasan terhadap peningkatan risiko keparahan minor terbanyak adalah
kejang yang mungkin menyertai interaksi obat amlodipin dengan
penggunaan NSAID dan antibiotik ketorolak (2,1%). NSAID dapat
kuinolon secara bersamaan (Hartshorn & mengurangi efek antihipertensi dari CCB.
Tatro, 2012). Penanganan interaksi ini dapat dilakukan
dengan penggantian CCB dengan agen
antihipertensi lainnya (Hartshorn &
Tatro, 2012)

Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa dari 123 pasien terdapat 85
pasien yang mengalami interaksi obat-
obat potensial (69,1%) dengan jumlah
kasus sebanyak 436 kasus. Kejadian
Grafik 2. Distribusi tingkat keparahan interaksi obat-obat potensial terbanyak
seluruh kasus interaksi obat- adalah mekanisme farmakodinamika
obat potensial sebanyak 345 kasus (79,1%) dan tingkat
keparahan moderat sebanyak 255 kasus
Tingkat keparahan interaksi
(58,5%). Interaksi obat-obat potensial
terbanyak selanjutnya adalah mayor
yang paling banyak terjadi adalah asam
sebanyak 127 kasus (29,1%). Sebuah
mefenamat-ketorolak sebanyak 37 kasus
interaksi termasuk ke dalam keparahan
(8,5%). Tidak semua interaksi obat
mayor jika terdapat probabilitas yang
bermakna secara klinis, namun beberapa
tinggi, berpotensi mengancam jiwa
interaksi obat potensial secara teoritis
atau dapat menyebabkan kerusakan
mungkin terjadi, sedangkan interaksi
permanen. Kasus interaksi dengan
obat yang lain harus dihindari
tingkat keparahan mayor terbanyak
kombinasinya atau memerlukan
adalah interaksi obat asam mefenamat
pemantauan yang cermat.

326
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

Tabel 6. Distribusi tingkat keparahan sepuluh besar kasus interaksi obat-obat potensial
pada pasien fraktur di RSUD Tarakan Jakarta tahun 2018
Tingkat keparahan Obat A Obat B Frekuensi Persentase (%)
Major Asam mefenamat Ketorolak 37 8,5
Fentanil Propofol 18 4,1
Fentanil Midazolam 14 3,2
Kaptopril Candesartan 4 0,9
Fentanil Pethidin 3 0,7
Fentanil Tramadol 3 0,7
Tramadol Propofol 3 0,7
Pethidin Midazolam 2 0,5
Tramadol Loratadin 2 0,5
Ibuprofen Ketorolak 2 0,5
Moderate Siprofloksasin Asam Mefenamat 17 3,9
Siprofloksasin Ketorolak 13 3,0
Fentanil Ondansentron 12 2,8
Propofol Midazolam 9 2,1
Tramadol Ondansentron 7 1,6
Ketorolak Candesartan 7 1,6
Ketorolak Kaptopril 5 1,1
Fentanil Atropin Sulfat Inj 5 1,1
Enoksaparin Ketorolak 4 0,9
Asam mefenamat Kaptopril 4 0,9
Minor Amlodipin Ketorolak 9 2,1
Parasetamol Tramadol 6 1,4
Amlodipin Asam Mefenamat 4 0,9
Ondansentron Propofol 3 0,7
Ranitidin Natrium Bikarbonat 3 0,7
Parasetamol Ondansentron 2 0,5
Amlodipin Natrium Diklofenak 2 0,5
Nikardipin Asam Mefenamat 2 0,5
Nifedipin Ketorolak 2 0,5
Klopidogrel Atorvastatin 2 0,5

Daftar Pustaka Analgesia: Figures from the


Abubakar, A.R., Chedi, B.A.Z., Orthopedic Emergency.
Mohammed, K.G., and Haque, Orthopedics and Rheumatology
M. 2015. Drug Interaction and Its Open Access Journal, 10(1):001-
Implication in Clinical Practice 004.
and Personalized Medicine. http://dx.doi.org/10.19080/ORO
National Journal of Physiology, AJ.2018.10.555778
Pharmacy and Pharmacology,
5(5):343-349. Asmadi. 2008. Konsep Dasar
http://dx.doi.org/10.5455/njppp Keperawatan. Jakarta: Penerbit
.2015.5.2005201557 Buku Kedokteran EGC

Arain, A.A., Ali, S.M. and Khanzada, M.H. Badan Penelitian dan Pengembangan
2018. Bone Fractures and Kesehatan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

327
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

2018. Hasil Utama Riskesdas


2018. Jakarta: Kementerian Bratzler, D.W., Dellinger, E.P., Olsen,
Kesehatan RI K.M., et al. 2013. Clinical Practice
Guidelines for Antimicrobial
Bajracharya, N., Swaroop, A.M., Prophylaxis in Surgery. American
Rajalekshmi, S.G., Viswam, S.K., Society of Health-System
Mahewsari, E. 2018. Incidence of Pharmacists, 70(3):195–283.
Drug-Drug Interactions among https://doi.org/10.2146/ajhp120
Patients Admitted to the 568
Department of General Medicine
in a Tertiary Care Hospital. J Chigblo, P., Lawson, E., Tidjani, I.F.,
Young Pharm, 10(4):450-455 Padonou, A., Nezien, C.T.,
Goukodadja, O., Madougou, S.,
Baxter, K. 2010. Stockley’s of Drug Akue, A.H. 2017. Epidemiology
Interactions, 9th ed., USA: of Fractures in a Tropical
Pharmaceutical Press Country. European Scientific
Journal, 13(24):416-426. DOI:
Becker, M.L., Kallewaard, M., Caspers, 10.19044/esj.2017.v13n24p416
P.W., Visser, L.E., Leufkens, H.G.,
and Stricker, B.H. 2007. Desiartama, A. dan Aryana, I.G.N. 2017.
Hospitalisations and Emergency Gambaran Karakteristik Pasien
Department Visits due to Drug– Fraktur Femur Akibat Kecelakaan
Drug Interactions: A Literature Lalu Lintas pada Orang Dewasa
Review. Pharmacoepidemiol di Rumah Sakit Umum Pusat
Drug Saf, 16(6):641–651. Sanglah Denpasar Tahun 2013.
https://doi.org/10.1002/pds.135 E-Jurnal Medika, 6 (5):1-4.
1
Faizah, A.K., Hardyono, dan Najih, A.
Bhanderi, D.J. and Choudhary, S. 2008. A 2018. Analisis Keparahan
Study of Occurrence of Domestic Interaksi Obat-Obat Potensial Di
Accidents in Semi-Urban Apotek Daerah Pesisir Pantai
Community. Indian Journal of Surabaya. Journal of Pharmacy
Community Medecine, Science and Technology, 1(1):1-
33(2):104-106. 7.
https://dx.doi.org/10.4103%2F0
970-0218.40878 Fakhrurrizal, A. 2015. Pengaruh
Pembidaian Terhadap
Bhagavathula AS, Berhanie A, Tigistu H, Penurunan Rasa Nyeri Pada
Abraham Y, Getachew Y, Khan Pasien Fraktur Tertutup di Ruang
TM, et al. Prevalence of IGD Rumah Sakit Umum Daerah
Potential Drug-Drug Interactions A.M. Parikesit Tenggarong.
among Internal Medicine Ward Jurnal Ilmu Kesehatan, 3(2):1-10.
in University of Gondar Teaching
Hospital, Ethiopia. Asian Pac J Furquan, Q.M., Solangi, N.A., Chachar,
Trop Biomed. 4(1):204-8. M.B., Khamisani, G.M., Ahmed,
https://doi.org/10.12980/apjtb.4 M.W., et al. 2015. Intra-articular
.2014c1172 Distal Radius Fractures;

328
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

Functional Outcomes of Dermatology Of A Tertiary Care


Percutaneous Kirschner Wire Teaching Hospital In Southern
Fixation and Short Arm Cast in India. Int J Pharm Pharm Sci,
Patients of 20-70 years. The 12(6):59-67.
Professional Medical Journal, https://doi.org/10.22159/ijpps.2
22(7):944-948. 020v12i6.37704

Gillespie, W.J. and Walenkamp, G.H.I.M. Kementerian Kesehatan Republik


2010. Antibiotic Prophylaxis for Indonesia (Kemenkes RI). 2011.
Surgery for Proximal Femoral Peraturan Menteri Kesehatan
and Other Closed Long Bone Republik Indonesia Nomor
Fractures. Cochrane Database of 2406/MENKES/PER/2011
Systematic Reviews, Issue 3, Art, tentang Pedoman Umum
No: CD000244. Penggunaan Antibiotik. Jakarta:
https://doi.org/10.1002/146518 Kementerian Kesehatan
58.CD000244 Republik Indonesia.

Hartshorn, E.A. and Tatro, D.S. 2012. Kementerian Kesehatan Republik


Principles of Drug Interactions. Indonesia (Kemenkes RI). 2016.
In: Tatro DS (Eds.), Drug Peraturan Menteri Kesehatan
Interaction Facts. California: Republik Indonesia Nomor 72
Wolters Kluwel Health Inc. Tahun 2016 tentang Standar
Pelayanan Kefarmasian di
Ignatavicius, D.D. and Workman, M.L. Rumah Sakit. Jakarta:
2013. Medical Surgical Nursing: Kementerian Kesehatan
Patient-Centered Collaborative Republik Indonesia.
Care (7th ed). St.Louis: Elsevier
Saunders. Khandeparkar, A. and Rataboli, P.V.
2017. A study of harmful drug–
Irianto, K.A., Rianto, D., Sukmajaya, W.P., drug interactions due to
dan Alina, O. 2019. Geriatric polypharmacy in hospitalized
Fractures in Single Orthopedic patients in Goa Medical College.
Hospital: The Role of Domestic Perspect Clin Res, 8(4):180–186.
Fall and Comprehensive Geriatric doi: 10.4103/picr.PICR_132_16
Assessment. Bali Medical
Journal, 8(2):480-485. Liang, W., and Chikritzhs, T. 2016. The
https://dx.doi.org/10.15562/10. Effect of Age on Fracture Risk: A
15562/bmj.v8i2.1432 Population-Based Cohort Study.
Journal of Aging Research, 2016.
Jabeen, T., Khader, M.A., Babu, A.V.K., https://doi.org/10.1155/2016/5
Rao, A.S. 2020. Study Of 071438
Potential Drug Interactions
Among Eight Major Lopez-Arquilos, A. and Rubio-Romero,
Departments-General Medicine, J.C. 2016. Analysis of Workplace
Orthopedics, Gynecology, Accidents in Automotive Repair
Pulmonology, General Surgery, Workshops in Spain. Safety and
Psychiatry, Otolaryngology And Health at Work, 7(3).

329
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

https://doi.org/10.1016/j.shaw.2 2018. Study of drug-drug


016.01.004 interactions: a potential need for
safe and effective usage of drugs
Lukman dan Ningsih, N. 2009. Asuhan in a teritary care hospital. IOSR J
Keperawatan Klien dengan Pharm, 8(4):24-9
Gangguan Sistem
Musculoskeletal. Jakarta: Sjamsuhidajat dan Jong, W.D. 2010.
Salemba Medika Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.
Jakarta: Penerbit Buku
Mandagi, C.A.F., Bidjuni, H., dan Hamel, Kedokteran EGC
R.S. 2017. Karakteristik yang
Berhubungan dengan Tingkat Solanki, N. and Patel, Y. 2018. Drug
Nyeri pada Pasien Fraktur di Utilization Pattern and Drug
Ruang Bedah Rumah Sakit Interaction Study of Antibiotics
Umum GMIM Bethesda Prescribed to Orthopedic
Tomohon. E-journal Patients in Private Hospital.
Keperawatan (e-Kp), 5(1) Archives of Pharmacy Practice,
10(4):114-117
Nayagam, S. 2010. Principles of
Fractures. In: Solomon, L., Sulistiani, N.D., Ardana, M., dan
Warwick, D. and Nayagam, S. Fadraersada, J. 2018. Studi
Editors. Apley's System of Penggunaan Analgesik dan
Orthopedics and Fractures (9th Antibiotik pada Pasien Fraktur.
ed). London: Hodder Arnold Proceeding of The 8th
Mulawarman Pharmaceuticals
Noorisa, R., Apriliwati, D., Aziz, A., and Conferences, ISSN 2614-4778
Bayusentono, S. 2017. The (pp. 89-96). Samarinda: Fakultas
Characteristic of Patients With Farmasi Universitas
Femoral Fracture In Department Mulawarman
Of Orthopaedic And
Traumatology RSUD Dr. Takaoka, S., Yamaguchi, T., Tanaka, K.,
Soetomo Surabaya 2013-2016. Morita, M., Yamamoto, M.,
Journal of Orthopaedi & Yamauchi, M., Yano, S.,
Traumatology Surabaya, 6(1):1- Sugimoto, T. 2013. Fracture Risk
11 is Increased by The Complication
of Hypertension and Treatment
Ramadhani, R.P., Romadhona, N., with Calcium Channel Blockers in
Djojosugito, M.A., Dyana, E.H., Postmenopausal Women with
dan Rukanta, D. 2019. Hubungan Type 2 Diabetes. Journal of Bone
Jenis Kecelakaan dengan Tipe and Mineral Metabolism,
Fraktur pada Fraktur Tulang 31(1):102-109.
Panjang Ekstremitas Bawah. https://doi.org/10.1007/s00774-
Jurnal Integrasi Kesehatan & 012-0389-6
Sains, 1(1):32-35
Tana, L. dan Ghani, L. 2015. Determinan
Ramya, B.G., Sai, M.Ch., Aparna, K., Kejadian Cedera pada Kelompok
Vikas, P.N., Shikha, S., Abbulu, K. Pekerja Usia Produktif di

330
PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia p-ISSN 1693-3591
(Pharmaceutical Journal of Indonesia) e-ISSN 2579-910X
Vol.17 No. 02 Desember 2020: 317-331

Indonesia. Buletin Penelitian


Kesehatan, 43(3):183-194. Ye, Z., Lu, H., and Liu, P. 2017.
http://dx.doi.org/10.22435/bpk. Association between Essential
v43i3.4346.183-194 Hypertension and Bone Mineral
Density: A Systematic Review
Tatro, D.S. 2012. Drug Interaction Facts: and Meta-Analysis. Oncotarget,
Facts and Comparison, 8(40):68916–68927.
California: Wolters Kluwer https://dx.doi.org/10.18632%2F
Health oncotarget.20325

331

View publication stats


Jurnal Kesehatan
Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018
ISSN 2086-7751 (Print), ISSN 2548-5695 (Online)
http://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK

Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap


Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur

Lela Aini1, Reza Reskita2


1,2
Program Studi Ners, STIK Siti Khadijah Palembang, Indonesia
Email: lela.aini15@gmail.com

Abstract: The Effects of Deep Breathing Relaxation Techniques of Pain Reduction Fracture
Patient. Fracture is a crack on bones that is caused by trauma, or other physical energy so that the
medical fracture patient will experience start from light until a heavy level of pain. According to
data RSI Siti Khadijah Palembang, the number one of patients fractures tend to increase in 2016 as
many 423 people. The aim of this study is to see whether there is or is not any breath relaxation
technique in case of relieving the pain of fracture patients. This study is using the pre-experimental
design in an involving a subject group, with One group Pretest-Posttest project. Sample taking
technique is performed with Purposive Sampling method that consumes 30 respondents. This
study is performed on 15th of June- 14th of July 2017 in RSI Siti Khadijah Palembang. The
summary of the research shows that before the internal breath relaxation technique is done from 30
respondents, 10 of them experience the pain on scale of 4 as equal as (35,7%), either experience
the reduction after the breath relaxation technique is done on scale of 2 and 3 each 8 respondents
or as equal as (28,6%). The statistics test result that is using the Wilcoxon check (p-value=0.001) <
α (0,05) is obtained which that means there is an effect of breath relaxation technique according to
the pain revelation of medical fracture patients in RSI Siti Khadijah Palembang on 2017. With this
study, it is expected that health workers can implement deep breathing relaxation techniques to
reduce pain in fracture patients.

Keywords: Deep breathing relaxation technique, Fracture pain

Abstrak: Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien
Fraktur. Fraktur adalah retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma, atau tenaga fisik
lainnya sehingga pasien fraktur akan mengalami nyeri dari ringan hingga berat. Di RSI Siti
Khadijah Palembang jumlah pasien fraktur pada tahun 2016 mencapai 423 orang. Penelitian ini
bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
penurunan nyeri pada pasien fraktur. Penelitian ini menggunakan desain Pra-eksperimental
dengan cara melibatkan satu kelompok subjek, dengan rancangan One Group pretest-posttest.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling yang berjumlah 30
responden. Penelitian ini dilakukan pada tahun 2017 di RSI Siti Khadijah Palembang. Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan uji wilcoxon didapatkan (p-value=0.001) yang artinya ada
pengaruh teknik relaksasi nafas dalan terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur di RSI Siti
Khadijah Palembang. Dengan adanya penelitian ini diharapkan petugas kesehatan dapat
mengimplementasikan teknik relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien fraktur.

Kata kunci: Nyeri fraktur, Teknik relaksasi nafas dalam

Fraktur adalah setiap retak atau patah fraktur akibat kecelakaan lalu lintas. Tingkat
tulang yang disebabkan oleh trauma, tenaga fisik, kecelakaan transportasi jalan di kawasan Asia
kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan Pasifik memberikan kontribusi sebesar 44% dari
lunak disekitar tulang yang akan menentukan total kecelakaan di dunia, yang didalamnya
apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap atau termasuk Indonesia.
tidak lengkap. Gangguan kesehatan yang banyak Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
dijumpai dan menjadi salah satu masalah dipusat- (RISKESDAS) oleh Badan Penelitian dan
pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia salah Pengembangan Depkes RI (2013) di Indonesia
satunya adalah fraktur (Budhiartha, 2013). terjadi kasus fraktur yang disebabkan oleh cedera
Badan Kesehatan Dunia (WHO) mencatat antara lain karena jatuh, kecelakaan lalulintas dan
pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta orang trauma benda tajam/tumpul. Dari 45.987
meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita peristiwa terjatuh yang mengalami fraktur

262
Aini, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur 263

sebanyak 1.775 orang (3,8%), dari 20.829 kasus Hasil observasi awal di RSI Siti Khadijah
kecelakaan lalulintas, yang mengalami fraktur Palembang, pemberian tindakan non farmakologi
sebanyak 1.770 orang (8,5%) dari 14.127 trauma untuk mengatasi nyeri fraktur misalnya relaksasi
benda tajam/tumpul, yang mengalami fraktur nafas dalam masih jarang dilakukan.Berdasarkan
sebanyak 236 orang (1,7%) (Kemenkes RI, uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan
2013). penelitian berjudul Pengaruh teknik relaksasi
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan nafas dalam terhadap penurunan nyeri pada
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 didapatkan pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang
sekitar 2.900 orang yang mengalami insiden Tahun 2017. Penelitian ini bertujuan untuk
fraktur, 56% diantaranya mengalami kecacatan mengetahui pengaruh teknik relaksasi nafas
fisik, 24% mengalami kematian, 15% dalam terhadap penurunan nyeri pada pasien
mengalami kesembuhan dan 5% mengalami fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang.
gangguan psikologis atau depresi.
Menurut data RSI Siti Khadijah
Palembang jumlah pasien fraktur cenderung METODE
meningkat berturut-turut dari tahun 2014
mencapai 338 orang, pada tahun 2015 397 orang, Penelitian ini menggunakan desain Pra-
dan pada tahun 2016 mencapai 423 orang. eksperimental dengan cara melibatkan satu
Fraktur lebih dominan terjadi pada laki-laki kelompok subjek, dengan rancangan One Group
dengan persentase 75%. pretest-posttest. Penelitian ini dilakukan pada
Menurut Helmi (2012), manifestasi klinik tanggal 15 Juni-14 Juli 2017 di RSI Siti Khadijah
dari fraktur ini berupa nyeri. Nyeri pada Palembang.Populasi pada penelitian ini semua
penderita fraktur bersifat tajam dan menusuk pasien fraktur yang mendapat perawatan di RSI
(Brunner & Suddarth, 2011). Seseorang dapat Siti Khadijah Palembang. Sampel dalam
belajar menghadapi nyeri melalui aktivitas penelitian ini didapat menggunakan rumus
kognitif dan perilaku, seperti distraksi, guided sampel rerata menurut Nursalam (2016) dengan
imagery dan banyak tidur. Individu dapat perkiraan besar populasi 30 (Nursalam dalam
berespons terhadap nyeri dan mencari intervensi Agung, 2013) dan proporsi kasus sebesar 50
fisik untuk mengatasi nyeri, seperti analgesik, persen sehingga didapatkan jumlah sampel
masase, dan olahraga (Kozier, et al., 2009). sebanyak 30 responden diambil menggunakan
Gerakan tubuh dan ekspresi wajah dapat teknik purposive sampling dengan kriteria inklusi
mengindikasikan adanya nyeri, seperti gigi usia 16-55 tahun, grade fraktur 1-3, pengukuran
mengatup, menutup mata dengan rapat, wajah skala nyeri menggunakan Numeric Rating Scale
meringis, merengek, menjerit dan imobilisasi dengan skala 0 (tidak nyeri), 1-3 (nyeri ringan)
tubuh (Kozier, et al., 2009). Penanganan nyeri dan 4-6 (nyeri sedang), responden diberikan
dengan melakukan teknik relaksasi merupakan analgetik yang sama dan telah lebih dari 8 jam.
tindakan keperawatan yang dilakukan untuk Data dianalisa secara 2 tahapan yaitu: analisa
mengurangi nyeri. Beberapa penelitian telah univariat untuk melihat distribusi frekuensi dan
menunjukkan bahwa relaksasi nafas dalam sangat analisa bivariat dengan statistik nonparametrik
efektif dalam menurunkan nyeri pasca operasi menggunakan uji wilcoxon untuk mengetahui
(Sehono, 2010). skala nyeri sebelum dan sesudah dilakukan
Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri teknik relaksasi napas dalam.
dengan merilekskan ketegangan otot yang
menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas
nafas abdomen dengan frekuensi lambat, HASIL
berirama. Pasien dapat memejamkan matanya
dan bernafas dengan perlahan dan nyaman Tabel 1. Rerata Skala Nyeri Responden
(Smeltzer et al., 2010). berdasarkan Skala Nyeri Sebelum
Menurut Ayudianingsih (2009) dalam hasil Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas
penelitiannya menginterpretasikan bahwa Dalam
terdapat pengaruh yang signifikan teknik Variabel Mean Median± SD Min-Max
relaksasi nafas dalam terhadap penurunan nyeri Sebelum 4,21 4±1,074 2-6
pada pasien pasca operasi fraktur femur di dilakukan
Rumah Sakit Karima Utama Surakarta. Nilai Teknik
p- Relaksasi
value sebesar (0,006) dengan taraf signifikan
(0.05). Nafas Dalam
264 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 262-266

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa PEMBAHASAN


rerata skala nyeri pasien fraktur sebelum
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam adalah Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Teknik
4,21 median 4 dengan standar deviasi 1,074 dan Relaksasi
skala nyeri terendah 2 (nyeri ringan) dan tertinggi
6 (nyeri sedang). Berdasarkan hasil analisis univariat pada nyeri
fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas
Tabel 2. Rerata Skala Nyeri Responden dalam dari 30 responden yang mengalami nyeri
berdasarkan Skala Nyeri Sesudah fraktur rata-rata mengalami nyeri pada skala
Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas nyeri 4 (sedang).
Dalam Menurut LeMone dkk (2016) Nyeri adalah
Min-
Variabel Mean Median±SD pengalaman sensorik dan emosional yang tidak
max
menyenangkan yang didapat terkait dengan
Sesudah 2,80 3±1,218 1-5 kerusakan jaringan actual atau potensial, atau
dilakukan teknik menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
relaksasi nafas Berdasarkan teori dan penelitian terkait
dalam
peneliti berasumsi bahwa nyeri fraktur
disebabkan terputusnya kontinuitas jaringan
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa sehingga mengirimkan impuls ke hipothalamus.
rerata nyeri sesudah dilakukan teknik relaksasi Nyeri yang dirasakan sebelum dilakukan teknik
nafas dalam adalah 2.80 median 3 dengan standar relaksasi nafas dalam yang sering muncul adalah
deviasi 1,218 dan nilai terendah skala nyeri 1 rata-rata pada skala sedang disebabkan fraktur
(nyeri ringan) dan tertinggi skala nyeri 5 (nyeri yang dialami cukup komplels, dengan ciri-ciri
sedang). responden meringis, menyeringai, dapat
mendeskripsikan nyeri nya dan menunjukkan
Tabel 3. Pengaruh Skala Nyeri Sebelum dan lokasi nyeri serta dapat mengikuti perintah
Sesudah Dilakukan Teknik Relaksasi dengan baik.
Nafas DalamMedian
Variabel p- Skala Nyeri Sesudah Dilakukan Teknik
value
(min-max) Relaksasi.
Sebelum Teknik
4
Relaksasi nafas
(2-6) Berdasarkan hasil analisis univariat pada
dalam
Sesudah Teknik 0,001 nyeri fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi
3 nafas dalam dari 30 responden yang mengalami
Relaksasi Nafas
(1-5)
dalam nyeri fraktur rata-rata mengalami nyeri pada
skala nyeri 3 atau dalam tingkat nyeri ringan.
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat rata- Teknik relaksasi dapat menurunkan nyeri
rata skala nyeri pasien frakur sebelum dilakukan dengan merilekskan ketegangan otot yang
teknik relaksasi nafas dalam adalah skala 4 (nyeri menunjang nyeri. Teknik relaksasi terdiri atas
sedang) dan untuk skor tingkat skala nyeri nafas abdomen dengan frekuensi lambat,
tertinggi dan terendah yaitu 2 (nyeri ringan) dan berirama.Pasien dapat memejamkan matanya dan
6 (nyeri sedang). Sedangkan rata-rata skala nyeri bernafas dengan perlahan dan nyaman (Smeltzer
setelah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam et al., 2010).
adalah 2,80 atau dengan skala 3 (nyeri ringan) Hasil penelitian Agung dkk (2013) dengan
dan untuk skor tertinggi dan terendah yaitu 1 judul Terdapat pengaruh pemberian teknik
(nyeri ringan) dan 5 (nyeri sedang). Hasil uji relaksasi nafas dalam terhadap tingkat nyeri pada
statistik didapatkan nilai p-value=0,001, maka pasien post operasi Dengan anestesi umum di
dapat disimpulkan ada pengaruh yang signifikan rsud dr. Moewardi Surakarta menunjukan bahwa
tingkat skala nyeri sebelum dan sesudah teknik relaksasi nafas dalam menunjukkan
dilakukan teknik relaksasi nafas dalam pada sebagian besar tingkat nyeri yang dirasakan
pasien fraktur di RSI Siti Khadijah Palembang responden sebelum diberikan teknik relaksasi
Tahun 2017. nafas dalam adalah skala 6 atau nyeri sedang dan
setelah diberikan teknik relaksasi nafas dalam
menjadi skala 3 atau nyeri ringan.
Berdasarkan teori dan penelitian terkait
peneliti berasumsi bahwa nyeri yang dirasakan
sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas dalam
Aini, Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam terhadap Penurunan Nyeri pada Pasien Fraktur 265

yang sering muncul pada pasien fraktur adalah intensitas nyeri pada pasien post operasi
nyeri ringan dengan ciri-ciri yang tidak apendiktomi di ruang perawatan bedah RSU TK
menimbulkan gelisah dan secara objektif dapat II Pelamonia Makassar, menunjukkan bahwa
berkomunikasi dengan baik. Hal ini disebabkan intensitas nyeri responden sebelum dan sesudah
melalui pemberin teknik relaksasi nafas dalam pemberian teknik relaksasi mengalami
menciptakan kenyamanan, pasien merasa rileks peningkatan penurunan nyeri dari nyeri ringan
dengan kegiatan tersebut mampu meningkatkan 20,00% ke 66,67%, nyeri sedang 53,33% ke
suplai oksigen dalam sel tubuh yang akhirnya 20,00%, dan nyeri berat 26,67% ke 13,33%. Uji
dapat mengurangi nyeri yang dialami responden lebih lanjut membuktikan ada pengaruh
pemberian teknik relaksasi terhadap perubahan
Pengaruh Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah intensitas nyeri pada pasien post operasi
Dilakukan Teknik Relaksasi Nafas Dalam apendiktomi di ruang perawatan bedah RSU TK
II Pelamonia Makassar.
Dari hasil penelitian variabel peneliti Priliana and Kardiyudiani (2016) hasil
pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap pengujian menunjukkan hasil uji statistik
penurunan skala nyeri pada pasien fraktur di RSI menunjukkan nilai p<0.05 pada kelompok
Siti Khadijah Palembang (p-value=0,001). Hal perlakuan p-value=0.000 yang berarti terdapat
ini berarti terjadi penurunan skala nyeri sesudah pengaruh teknik relaksasi nafas dalam terhadap
mendapatkan perlakuan teknik relaksasi nafas penurunan nyeri secara bermakna sebelum dan
dalam pada pasien fraktur, yaitu rata-rata skala setelah diberikan perlakan pada pasien fraktur di
nyeri sebelum dilakukan teknik relaksasi nafas bangsal bedah RSPAU dr. S. Hardjo Lukito
dalam adalah 4 dan setelah dilakukan teknik Yogyakarta.
relaksasi nafas dalan adalah 2,80. Keadaan ini Hasil penelitian Agung (2013) menyatakan
menggambarkan bahwa teknik relaksasi nafas bahwa teknik relaksasi napas dalam dapat
dalan mempengaruhi skaka nyeri pada pasien dilakukan oleh semua responden. Hasil penelitian
fraktur. menunjukkan adanya pengaruh signifikan teknik
Respon nyeri yang dirasakan oleh setiap relaksasi napas dalam terhadap penurunan nyeri
pasien berbeda-beda sehingga perlu dilakukan pasien post operasi anastesi umum di Rumah
eksplorasi untuk menentukan nilai nyeri tersebut. Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta.
Menurut Syahriyani (2010, dalam Menurut asumsi peneliti bahwa pada
Cahyaningrum, 2016), perbedaan tingkat nyeri pengukuran sebelum dan sesudah dilakukan
yang dipersepsikan oleh pasien disebabkan oleh teknik relaksasi nafas dalam mengalami
kemampuan sikap individu dalam merespon dan penurunan, dimana diperoleh tingkat nyeri
mempersepsikan nyeri yang dialami. sedang menjadi ringan, tingkat nyeri sedang
Kemampuan mempersepsikan nyeri dipengaruhi dengan sikap responden yang meringis,
oleh beberapa faktor dan berbeda diantara menyeringai dapat menujukkan lokasi nyeri,
individu. Tidak semua orang terpajan terhadap dapat medeskripsikannya, dan dapat mengikuti
stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri perintah dengan baik, sedangkan intensitas nyeri
yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi ringan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas
seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi dalam secara objektif dapat berkomunikasi
orang lain. Salah satu upaya untuk menurunkan dengan baik, aktif, tersenyum, bercanda dan ceria
nyeri adalah dengan menggunakan teknik serta pasien terlihat tampak lebih rileks dari
farmakologis dan teknik non-farmakologis. sebeumnya. Hal ini disebabkan dengan teknik
Teknik farmakologis yaitu dengan menggunakan relaksasi nafas dalam mampu merangsang tubuh
obat-obatan sedangkan teknik nonfarmakologis untuk melepaskan opoid endogen yaitu
salah satunya yaitu dengan relaksasi nafas. endorphin dan enkafalin. Hormon endorphin
Terapi nyeri non farmakologi seperti merupakan substansi sejenis morfin yang
teknik relaksasi nafas dalam mempunyai resiko berfungsi sebagai penghambat transmisi impuls
yang sangat rendah. Penanganan nyeri dengan nyeri ke otak. Sehingga pada saat neuron nyeri
melakukan teknik relaksasi merupakan tindakan mengirimkan sinyal ke otak, terjadi sinapsis
keperawatan yang dilakukan untuk mengurangi antara neuron perifer dan neuron yang menuju
nyeri. Beberapa penelitian telah menunjukkan otak tempat seharusnya subtansi p akan
bahwa relaksasi nafas dalam sangat efektif dalam menghasilkan impuls. Pada saat tersebut
menurunkan nyeri pasca operasi (Sehono, 2010). endorphin akan memblokir lepasnya substansi p
Penelitian yang dilakukan oleh Syahriyani dari neuron sensorik, sehingga sensasi nyeri
(2010, dalam Cahyaningrum, 2016), tentang menjadi berkurang.
pengaruh teknik relaksasi terhadap perubahan
266 Jurnal Kesehatan, Volume 9, Nomor 2, Agustus 2018, hlm 262-266

SIMPULAN dan sesudah dilakukan teknik relaksasi nafas


dalam. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian yang telah tindakan teknik relaksasi nafas dalam yang
dilakukan di RSI Siti Khadijah Palembang pada dilakukan sesuai dengan aturan dapat
tanggal 15 Juni-14 Juli didapatkan bahwa: menurunkan intensitas nyeri pada pasien
1. Nilai rata-rata intensitas nyeri pada pasien fraktur.
fraktur sebelum dilakukan teknik relaksasi
nafas dalam adalah 4,21 dan median 4
dengan standar deviasi 1,074 SARAN
2. Nilai rata-rata intensitas nyeri pada pasien
fraktur sesudah dilakukan teknik relaksasi Peran petugas kesehatan sangat dibutuhkan
nafas dalam adalah 2,80 dan median 3 untuk mengajarkan teknik relaksasi kepada
dengan standar deviasi 1,218 pasien yang mengalami nyeri. Dengan teknik
3. Berdasarkan hasil uji Wilcoxon relaksasi nyeri dapat membuat sesorang lebih
menunjukkan (p-value=0,001, α=0,05), rileks, sehingga dapat mengurangi kuantintas
maka didapatkan perbedaan yang signifikan nyeri.
antara pengukuran intensitas nyeri sebelum

DAFTAR PUSTAKA

Agung, S., Andriyani, A., & Sari, D. K. 2013. Kementrian Kesehatan, R. I. 2013. Riset
Terdapat Pengaruh Pemberian Teknik Kesehatan Dasar
Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat (Riskesdas) 2013.
Nyeri pada Pasien Post Operasi dengan Jakarta: Badan Penelitian dan
Anestesi Umum di RSUD Dr. Moewardi Pengembangan Kesehatan.
Surakarta. Jurnal Infokes Apikes Citra Kozier B, Erb G. 2009. Buku Ajar Praktik
Medika Surakarta, 3(1). Keperawatan Klinis Edisi 5. Jakarta:
Ayudianingsih. G. 2014. Pengaruh Teknik Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Relaksasi Nafas Dalam terhadap LeMone, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan
Penurunan Nyeri pada Pasien Pasca Medikal Bedah. Vol.1, Edisi.5. Jakarta:
Operasi Fraktur Femur di RS Karima EGC.
Utama Surakarta. Berita ilmu Priliana, W. K., & Kardiyudiani, N. K. 2016.
Keperawatan, Volume 02 No. 4. Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi
Brunner & Suddarth. 2010. Buku Ajar Nafas Dalam Terhadap Penurunan Nyeri
Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8, pada Pasien Post OP Fraktur
Volume 1. Jakarta: Penerbit Buku Femur. Jurnal Keperawatan
Kedokteran EGC. Sehono, Endrayani. 2010. Pengaruh Teknik
Budhiarta, Arif. 2013. Buku Saku Gangguan Relaksasi Guided Imagery terhadap
Muskuloskeletal. Jakarta: Penerbit Buku Penurunan Nyeri pada Pasien Pasca
Kedokteran EGC. Operasi Fraktur di RSUD Dr. Moewardi
Cahyaningrum, D. A., & SN, M. S. A. 2016. Surakarta. [Skripsi]. Fakultas Ilmu
Pengaruh Slow Deep Breathing terhadap Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Intensitas Nyeri Pasien Post Orif di RS Surakarta.
Telogorejo Semarang. Jurnal Ilmu Smetltzer, S dan Brenda Bare. 2002. Buku Ajar
Keperawatan dan Kebidanan, 1(1). Keperawatan Medikal Bedah. Volume 1,
Departemen Kesehatan Repoblik Indonesia. Edisi 8. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
2010. Profil Kesehatan Indonesia 2008. EGC.
Jakarta: Depertemen Kesehatan Republik Smeltzer, S. C., Bare. G., Hinkle, J. L., &
Indnesia Cheever, K. H. 2008. Brunner and
Helmi, Z. N 2012. Buku Ajar Gangguan Suddarth textbook of medical surgical
Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika. nursing. (11thed). Philadelphia: Lippincot
Williams.
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018

Jurnal Kesehatan Saelmakers Perdana


ISSN 2615-6571 (Print), ISSN 2615-6563 (Online)
Tersedia online di http://ojs.ukmc.ac.id/index.php/JOH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAWAT DALAM


PENATALAKSANAAN PEMBIDAIAN PASIEN FRAKTUR DI
RS BHAYANGKARA PALEMBANG 2018

RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE AND ATTITUDE AT MANAGEMENT OF THE


DEFINITION OF THE FRACTURE PATIENT IN BHAYANGKARA HOSPITAL
PALEMBANG 2018

Sasono Mardiono1, Herwin Tri Putra1


1
Program Studi Ilmu Keperawatan STIK bina Husada Palembang
Email : sasonomardiono@rocketmail.com

Submisi: 20 Juli 2018 ; Penerimaan: 10 Agustus 2018 ; Publikasi 31 Agustus 2018

ABSTRAK

Kecelakaan lalu lintas telah menjadi perhatian oleh banyak pihak. Data WHO tahun 2015 angka
kecelakan lalu lintas yang terjadi di 180 negara terdapat korban fraktur yang paling sering terjadi
pada bagian ekstremitas atas sebesar 36, 9% dan ekstremitas bawah sebesar 65,2%. Tingginya angka
kejadian fraktur dapat mempengaruhi lamanya masa rawat di rumah sakit sehingga memerlukan
perawat yang mempunyai kompetensi yang baik. Penelitian ini bertujuan diketahuainya hubungan
pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksanaan pembidaian pasien fraktur.Lokasi penelitian
di Rumah Sakit Bhayangkara di IGD dan ruang Jana Nuraga 2. Penelitian ini merupakan penelitian
kuantitatif dengan desain cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah perawat berjumlah 32
responden yang dipilih dengan mengunakan teknik total sampling. Data dalam penelitian ini didapat
dengan mengunakan instrumen kuesioner, selanjutnya dianalisis dengan mengunakan uji chi square.
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 26 April-11 Mei 2018 bertempat di Rumah Sakit
Bhayangkara Palembang. Hasil analisis data menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan
dan sikap dalam penatalaksanaan pembidaian pada pasien fraktur di IGD dan ruang jana nuraga 2
Rumah Sakit Bahyangkara Palembang dengan nilai (p<0,05). Diharapkan kepada pihak Rumah Sakit
Bhayangkara Palembang agar terus meningkatkan pengetahuan perawat dengan melalui berbagai
pelatihan dan seminar khusunya dalam perawatan fraktur sehingga menghasilkan perawat yang
memliki kompetensi skill dalam memberikan pelayanan pada pasien faktur.
Kata kunci : Pengetahuan, Sikap, dan Pembidaian Fraktur.

ABSTRACT
Traffic accidents have been the concern of many parties. WHO data in 2015 the number of traffic
accidents occurring in 180 countries have the most frequent fracture victims in the upper extremity by
36, 9% and lower extremities of 65.2%. The high rate of incidence of fractures can affect the length of
time in hospital so require urses who have good competence. This study aims to know the relationship
of knowledge and attitude of nurses in the splint management of fracture patients. The location of
research was at Bhayangkara Hospital in IGD and Jana Nuraga . This research was a quantitative
research with cross sectional design. The sample in this research amounted 32 respondents selected
by using total sampling technique. The data in this research was obtained by using questionnaire
instrument, then analyzed by using chi square test. This research was conducted on April 26th -May
11th , 2018 held at Bhayangkara Hospital Palembang. The result of data analysis showed the
correlation between knowledge and attitude in the management of the fracture in the IGD and the
Jana Nuraga 2 Hospital Bahyangkara Palembang with the value (p value <0,005). It is expected that

Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
64
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018

the Bhayangkara Palembang Hospital to continue to improve the knowledge of nurses by through
various training and seminars especially in the treatment of fractures so as to generates nurses who
have the competence of skill in providing services to the fracture patient.
Keywords: Knowledge, Attitude, and Splint Of Fracture

PENDAHULUAN
Dewasa ini masyarakat 6000 kasus yang meninggal pada tahun
menempatkan transportasi sebagai 2017. Jumlah kejadian kecelakaan di
kebutuhan turunan, akibat aktivitas Sumatera Selatan pada tahun 2017
ekonomi, sosial dan sebagainya. Bahkan mencapai 262 kasus dan jumlah korban
dalam kerangka ekonomi makro, meninggal mencapai 177 jiwa, luka berat
transportasi menjadi tulang punggung 177 dan luka ringan 189 jiwa maka total
perekonomian baik tingkat nasional, 435 jiwa yang menjadi korban dari kasus
regional dan lokal. Oleh karena itu, kecelakaan lalu lintas pada tahun 2017
kecelakaan dalam dunia transportasi (Korlantas Polri, 2018).
memiliki dampak signifikan dalam Dengan data kecelakaan diatas pun
berbagai bidang kehidupan masyarakat di masalah keperawatan yang perlu dihadapi
Indonesia jumlah kendaraan bermotor yang dewasa sekarang semakin kompleks
meningkat setiap tahunnya dan kelalaian dimana penyakit tidak menular semakin
manusia, menjadi faktor utama terjadinya meningkat sedangkan penyakit menular
peningkatan kecelakaan lalu lintas (Profil harus tetap menjadi perhatian serius. Hal
Badan Intelejen Negara, 2013). ini berpengaruh pada ruang lingkup
Kecelakaan lalu lintas dan kerja telah epidemiologi, dimana terjadi perubahan
menjadi perhatian dan bahkan banyak pola dari penyakit menular ke penyakit
menjadi pekajian oleh banyak pihak. tidak menular yang disebut transisi
Bahkan World Health Organization epidemiologi sering dengan perkembangan
(WHO) mencatat tahun 2015 menunjukan kehidupan masyarakat penyebab kematian
angka kecelakanlalu lintas yang terjadi penduduk di dunia52% diakibatkan
sepanjang tahun 180 negara. Faktanya penyakit tidak menular, 9% akibat
Indonesia menjadi negara ketiga Asia di kecelakaan dan 39% akibat penyakit
bawah Tiongkok dan India dengan total menular dan penyakit lainnya (Fauzan,
38.279 total kematian akibat lalu lintas. 2017).
Meskipun Indonesia secara data memang World Health Organization mencatat
menduduki peringkat ketiga namun dilihat pada tahun 2011-2012 terdapat 5,6 juta
dari persentase statistik dari jumlah orang menderita fraktur akibat akibat
populasi, Indonesia menduduki peringkat kecelakaan lalu lintas (Noorisa, 2017).
pertama kematian dengan 0,015% dari Fraktur merupakan suatu keadaan
jumlah populasi dibawah Tiongkok dengan dimana terjadi dintegritas pada tulang.
persentase 0,018% dan India dengan Penyebab terbanyaknya ialah insisden
persentase 0,017% (WHO, 2016). kecelakaan, tetapi faktor degenaratif dan
Hasil besar penelitian profil 10 besar osteoporosis juga dapat berpengaruh
kasus instalasi bedah RSUP Prof. R.D. terhadap terjadinya fraktur (Depkes RI,
Kandoun tahun 2015, menunjukan insiden 2011 dikutip dalam buku Musliha, 2010).
kecelakaan juga mengakibatkan fraktur Fraktur adalah patah tulang, biasanya
bahu dan lengan atas (1,68%), fraktur disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik.
femur (1,45%) (Takaendengan, dkk, 2016). Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut,
Menurut data kepolisian RI angka keadaan tulang dan jaringan lunak
kejadian kecelakaan tercatat 28.000 kali disekitar tulang akan menentkan apakah
terjadi kecelakaan pada tahun 2017, total fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak

Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
65
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018

lengkap. (Price & Wilson, 2006 dikutip fraktur yang ditangani oleh pihak Rumah
dalam buku Amin dan Ardhi 2015 ). Sakit Bhayangkara Palembang Dengan
Pada tahun 2015 angka kecelakaan tenaga perawat sebanyak 16 orang perawat
sebanyak 8.282 kasus dengan 9.620 orang yang ditugaskan di ruang Instalasi Gawat
korban yang mengalami luka ringan, Darurat dan 16 orang perawat di ruang
20776 orang luka berat dan 2.243 orang Jana Nuraga 2 Rumah Sakit Bahyangkara
korban meninggal dunia. Sedangkan pada Palembang. (Medical Record Rumah Sakit
tahun 2016 terdapat peningkatan jumlah Bahyangkara Palembang, 2018).
angka kecelakaan sebanyak 8.491 kasus Dari data diatas peneliti tertarik untuk
10.246 orang korban yang mengalami luka mengetahui hubungan pengetahuan dan
ringan, 2.004 orang luka berat dan 2.289 sikap perawat dalam penatalaksanaan
orang korban meninggal dunia. (Depkes pembidaian pada pasien fraktur pada ruang
RI, 2016). Instalasi Gawat Darurat dan ruang Jana
Dari jumlah total peristiwa Nuraga 2 Rumah Sakit Bhayangkara
kecelakaan yang terjadi, terdapat 5,8% Palembang tahun 2018. Tujuan ketahuinya
korban cedera atau sekitar delapan juta hubungan pengetahuan dan sikap perawat
mengalami fraktur dengan jenis fraktur dalam penatalaksanaan pembidaian pada
yang paling terjadi karena fraktur pada pasien fraktur pada ruang Instalasi Gawat
bagian ekstremitas atas sebesar 36, 9% dan Darurat dan ruang Jana Nuraga 2 Rumah
ekstremitas bawah sebesar 65,2% Sakit Bhayangkara Palembang tahun 2018.
(Maisyaroh, dkk, 2015).
Pelayanan keperawatan adalah suatu METODE PENELITIAN
bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat Penelitian ini merupakan penelitian
professional dalam memeuhi kebutuhan kuantitatif dengan desain cross sectional.
dasar manusia meliputi bio-psiko-sosio- Populasi dalam penelitian ini adalah
kultural dan spiritual yang dapat ditunjuk perawat berjumlah 32 responden yang
pada individu dan masyarakat dalam dipilih dengan mengunakan teknik total
rentang sehat, sakit (Martini, 2007 dikutip sampling. Data dalam penelitian ini
pada buku Boediono & Sumirah, 2015). didapat dengan mengunakan instrumen
Pelayanan pasien gawat darurat adalah kuesioner, selanjutnya dianalisis dengan
pelayanan yang memerlukan pertolongan mengunakan uji chi square. Sampel dalam
segera yaitu cepat, tepat dan cermat untuk penelitian ini adalah 16 responden di ruang
mencengah kematian dan kecacatan atau Instalasi Gawat darurat dan 16 responden
pelayanan pasien gawat darurat memegang ruang Jana Nuraga 2 Rumah Sakit
peranan yang sangat penting (time saving Bhayangkara Palembang. Penelitian ini
is life saving) bahwa waktu adalah nyawa dilaksanakan pada tanggal 26 April-11 Mei
(Maryani, 2009 dikutip dalam buku 2018 bertempat di Rumah Sakit
Musliha, 2010 ). Bhayangkara Palembang.
Berdasarkan studi pendahuluan di
Rumah Sakit Bahyangkara Palembang
dalam kurun waktu 3 tahun terakhir telah HASIL DAN PEMBAHASAN
terjadi 3.015 (30,15%) kasus kejadian Tabel 1 Hubungan pengetahuan dengan
fraktur yang ditangani oleh pihak Rumah pentalaksanaan pembidaian pada pasien
Sakit Bhayangkara Palembang dengan fraktur di Rumah sakit Bhayangkara
rincian per tahun 2015 dengan 541 kasus, Palembang 2018
tahun 2016 dengan 1.471 dan di tahun Dari hasil distribusi frekuensi
2017 dengan 1.003 kasus fraktur. Dalam didapatkan pengetahuan baik (53,1%)
data 3 bulan terakhir dari data November sedangkan pengetahuan kurang baik
hingga Januari 2018 tercatat 313 kasus (46,9%). Dari hasil uji stastik chi square
didapatkan p value= 0,035 yang jika
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
66
Penatalaksanaan Pembidaian
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018
Pada Pasien fraktur

Penelitian ini sejalan dengan


Penget Tidak Jumlah
P penelitian yang dilakukan Bawelle (2013)
OR
No. Dilaksanakan 95%
ahuan dialksanakan Value
menujukkan adanya hubungan
CI
sikap
perawat dengan penalatalaksanaan
N % N % N % keselamatan pasien dengan p value =
0,000 (a<0,005).
1. Baik 14 8.4 3 17.6 17 100.0
Namun penelitian ini tidak sejalan dengan
1.368- penelitian yang dilakukan oleh Fauzan (2017)
0,035 7.000

35.345
2. Kurang
Baik 6 40.0 9 60.0 15 100.0 menunjukkan bahwa tidak ada
Jumlah 20 62.5 12 37.5 32 100.0 hubungan pengetahuan terhadap
dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka tindakan penanganan fraktur pada pasien di
p value < 0,05 sehingga hasil penelitian ini Rumah Sakit Islam Siti Khadijah
dapat disimpulkan adanya hubungan Palembang tahun 2017 dengan nilai (P value
pengetahuan dengan penatalaksanaan >0,005).
pembidaian pada pasien fraktur di Rumah Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
Sakit Bhayangkara 2018. diatas, penulis berasumsi bahwa pengetahuan
yang baik dari perawat dapat menjadikan
perawat bertindak lebih baik dalam melakukan
tindakan keperawatan. Dengan pengetahuan
Menurut Teori Notoatmodjo (2010) tingkat yang baik maka diharapkan perawat lebih
pengetahuan seseorang juga empengaruhi dinamis dalam menerima informasi baru
praktik atau prilaku individu yang mana berkaitan dengan penatalaksanaan pembidaian
semakin baik pengetahuan maka semakin pada pasien fraktur.
baik pula praktik individu. Pengetahuan
adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi Tabel 2 Hubungan sikap dengan
setelah orang mengadakan pengindraan pentalaksanaan pembidaian pada pasien
terhadap suatu objek tertentu . fraktur di Rumah sakit Bhayangkara
penginderaan terhadap objek terjadi Palembang 2018
melalui panca indera manusia yakni Penatalaksanaan Pembidaian
Pada Pasien fraktur
penglihatan , pendengaran, penciuman rasa No.
Sika
p Dilaksanakan
dialksanakan
Tidak Jumlah P Value ORCI
95%

N % N % N %
dan raba dengan sendiri. Pada waktu 1. Baik 11 50.0 11 5.0 22 100.
0
pengindraan sampai menghasilkan Kur
100. 0.111

pengetahuan tersebut dapat sangat 2. ang


baik
9 90.0 1 10.0 10 0 0,050 0.012-
1.032

dipengaruhi oleh intensitas perhatian Jumlah 20 62.5 12 37.5


100.

persepsi terhadap obyek. Perilaku yang


didasari oleh pengetahuan dan kesadaran 32
0

akan lebih langgeng dari pada perilaku Dari hasil distribusi frekuensi sikap
yang tidak disadari pengetahuan dan didapatkan sikap baik (65,6%) sedangkan
kesadaran. Sebelum seseorang sikap yang kurang baik (34,4%).
mengadopsi perilaku ia harus tahu terlebih Dari hasil uji stastik chi square
dahulu apa arti dan manfaat tersebut bagi didapatkan p value = 0.050 yang jika
dirinya atau organisasi. dibandingkan dengan nilai α = 0,05 maka
Hasil penelitian sejalan dengan p value ≤ 0,05 sehingga hasil penelitian ini
penelitian yang dilakukan oleh Eriawan dapat disimpulkan adanya hubungan sikap
(2013) bahwa ada hubungan yang dengan penatalaksanaan pembidaian pada
bermakna anatara tingkat pengetahuan pasien fraktur di Rumah Sakit
perawat dengan tindakan keperawatan Bhayangkara 2018.
pasca operasi dengan general. Menurut Teori (Notoatmodjo, 2010)
Perawat harus mempunyai dorongan untuk
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
67
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018

mengerti dengan suatu tindakan, dengan Saran


pengalamannya untuk memperoleh 1. Bagi rumah sakit Bhayangkara
pengetahuan. Elemen-elemen dan Palembang: Hasil penelitian ini
pengalamannya yang tidak konsisten nantinya dapat menjadi acuan bagi
dengan apa yang diketahuai oleh perawat, Rumah Sakit Bhayangkara Palembang
akan disusun kembali dan diubah untuk dapat meningkatkan
sedekimian rupa untuk menjadi konsisten. penatalaksanaan pembidaian pada
Ini berarti menunjukkan tentang pasien fraktur dan khusunya untuk
pengetahuan tindakan perawat terhadap perawat dapat memberikan kualitas
sikap perawat. Karena sikap merupakan pelayanan kesehatan terbaik dalam
reaksi atau respon yang masih tertutup dari penatalaksanaan pembidaian pasien
seseorang terhadap suatu stimulus atau fraktur di Rumah Sakit Bhayangkara
objek. Sikap belum merupakan suatu Palembang.
tindakan atau aktivitas. Sikap merupakan
kesiapan untuk berekasi terhadap objek 2. Bagi institusi pendidikan: Hasil
lingkungan tertentu sebagai pernyataan penelitian ini di harapkan dapat
dari suatu objek menambah pengetahuan dalam proses
Namun penelitian ini tidak sejalan belajar mengajar guna meningkatkan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Sari mutu pendidikan serta menjadi
(2016) menunjukkan bahwa tidak ada referensi atau informasi yang berguna
hubungan hubungan tingkat pengetahuan sebagai bahan pustaka bagi
perawat dalam intervensi dalam Tindakan mahasiswa-mahasiswi STIK Bina
pasien fraktur di RS Bhayangkara Husada Palembang.
Palembang dengan nilai ( P value >
0,005).
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diatas, peneliti
menganalisisbahwa responden harus
memiliki kesiapan atau sesiapan untuk
bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dengan
demikian semakin positif sikap perawat
maka akan semakin baik pula tindakan
penatalaksanaan pembidaian pada pasien
fraktur.

KESIMPULAN DAN SARAN

Hasil penelitian tentang “Hubungan


Pengetahuan Dan Sikap Perawat Dalam
Penatalaksaan Pembidaian Pada Pasien
Fraktur Di Rumah Sakit Bhayangkara
Palembang 2018” dapat disimpulkan yaitu
adanya hubungan antara pengetahuan
perawat dengan penatalaksaan pembidaian
dan sikap perawat dengan penatalaksaan
pembidaian pada pasien fraktur di ruang
Instalasi Gawat Darurat dan Ruang Januna
raga 2 Rumah Sakit Bhayangkara
Palembang tahun 2018.
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
68
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018

REFERENSI Eriawan, Dwi Riezky, 2013.


Alimul Hidayat, Aziz. 2011. Hubungan Tingkat Pengetahuan
Metode Penelitian Keperawatan Dan Perawat Dengan
teknik Analisa Data. Mediction Tindakan Keperawatan
Jojgakarta: Jojgakarta. Pada Pasien Pasca Operasi Dengan
Amin Dan Ardhi. 2015. General Aenesthesia
Distribusi aplikasi asuhan keperawatan di Ruang Pemulihan IBS RSD dr.
berdasarkan diagnose medis & NANDA Soebandi Jember. Jurnal Pustaka
NIC-NOC. Salemba Medika : Jakarta. Kesehatan Vol. 1, No. 6 tahun 2013
Arikunto, Suharsimi. 2013. fakultas Keperawatan Universitas
Prosedur penelitian suatu pendekatan Jember. (Online)
praktik edisi revisi VI. Salemba : (http://journal.unej.ac.id
Jakarta. diakses pada 21 Maret 2018).
Bawelle, Selleya Cintiya. 2013. Erlangga. 2011.
Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Pertolongan pertama edisi kelima.
Perawat Dengan Pelaksanaan Gelora aksara pratama:Jakarta.
Keselamtan Pasien (Patient Safety) Fauzan, Abi Muhammad 2017.
Di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Hubungan pengetahuan, sikap perawat
Kendange Tahuna.. Jurnal terhadap tindakan penanganan fraktur
Keperawatan Vol. 1, No. 1 tahun pada pasien di rumah sakit islam siti
2013 fakultas Kedokteran khadijah palembang. Skripsi Program
Universitas Sam Ratulangi Manado. Studi Ilmu Keperawatan STIK Bina
(Online) (http://ejournal.unsrat.ac.id Husada Palembang.
diakses pada 18 Maret 2018). Wirawan. 2016.
Budiman Dan Agus. 2013. Asuhan keperawatan pasien fraktur.
Kapita selekta: pengetahuan dan sikap Jurnal Kesehatan. (Online)
dalam penelitian kesehatan. Salemba (http://erepo.ac.id diakses pada 15
medika: Jakarta. Maret 2018).
Boediono Dan Sumirah. 2015. Korlantas Polri.
Konsep dasar keperawatan. Bumi Data Statistik Kecelakaan Lalu Lintas
medika: Jakarta. 2018. (online)
Dewi, Vivian Nany Lia dan Sunarsih, Tri. (http://korlantas.polri.go.id/statistic-2/
2011. diakses pada 01 Maret 2018).
Asuhan Kehamilan Untuk Kebidanan. Istianah, Umi. 2017.
Salemba Medika: Jakarta. Asuhan Keperawatan Klien dengan
Depkes RI, 2016. ganguan sistem muskuloskletal. Pustaka
Kemenkes Dorong Pengemudi Lakukan buku press: Yogyakarta.
Pemeriksaan Kesehatan Untuk Lah Ode, Syarif. 2012
Kurangi ResikoKecelakaan.(Online) Konsep dasar keperawatan. Nuha
(http://www.depkes.go.id/article/view/1 Medika: Yogyakarta.
6111800001/kemenkes-dorong- Maryana, Dian. 2017.
pengemudi-lakukan-pemeriksaan- Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas
kesehatan-untuk-kurangi-risiko- Dalam Terhadap Skala Nyeri Pada
kecelakaan.html diakses pada 17 Maret Pasien Fraktur Di Instlasi Rawat Inap
2018). Bedah Rumah Sakit TK.II Dr. AK.Gani
Palembang. Jurnal keperawatan STIK
Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
69
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018
Bina Husada 2017.

Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
70
JKSP – Volume 1 Nomor 2 , 31Agustus 2018

Maisyaroh, Seviya Gani., dkk. 2015. Hubungan tingkat dalam intervensi


Tingkat kecemasan pasien post dalam pencegahan DM di RS.
operasional mengalami fraktur Bhayangkara Palembang. Skripsi
ekstremtas. Jurnal keperawatan Program Studi Ilmu Keperawatan STIK
universitas padjadjaran tahun 2015. Bina Husada Palembang.
(Online) (http://jkp.fkep.unpad.ac.id Sugiyono. 2014.
diakses pada 23 Maret 2018). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif
Medical Record R&D. Alfabeta: Bandung.
Rumah Sakit Bhayangkara Palembang Takaendengan, Dwika, Dkk. 2016.
2015-2018. Profil 10 besar kasus di instlasi gawat
Musliha. 2010. darurat bedah RSUP profil Dr. R. D.
Keperawatan Gawat Darurat. Nuha Kandou periode januari-desember
medika: Yogyakarta. 2015. Dwika T.Takaendengan, P.A.V.
Noorisa, Riswanda, 2017. Womling, angelica M.J. wagiu. Jurnal
The characteristic of patiens with Kedokteran Vol. 4, No. 2 tahun 2016
femoral fracture in department of fakultas kedokteran universitas Sam
orthopaedic and traumtology RSUD dr. Ratulangi Manado. (Online)
soetomo Surabaya 2013-2016. Jurnal (http://ejournal.unsrat.ac diakses pada
Kedokteran Vol. 6, No. 1 tahun 2017 17 Maret 2018).
fakultas kedokteran universitas Wawan. 2016.
airlangga. (Online) Asuhan keperawatan pasien fraktur.
(http://ejournal.unair.ac.id diakses pada Jurnal Kesehatan, (Online),
17 Maret 2018). (http://erepo.ac.id diakses pada 15
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Maret 2018).
Metodelogi penelitian kesehatan. Wahid, Abdul. 2013.
Rineka cipta: Jakarta. Asuhan keperawatan dengan ganguan
Nursalam. 2013. muskuloskletal. Salemba medika:
Meteodelogi penelitian Jakarta.
ilmu keperawatan: WHO, 2016.Angka Kecelakaan Lalulintas
pendekatan praktis edisi ketiga. Rineka di Indonesia Tertinggi Se-Asia.
cipta: Jakarta. (Online)
Profil Badan Intelejen Negara, (2013). (http://entertainment.analisadaily.com/re
Kecelakaan lalu lintas menjadi ad/who-angka-kecelakaan-lalu-lintas-di-
pembunuhan terbesar ketiga. (online) indonesia-tertinggi-
(www.bin.go.id diakses pada 17 Maret seasia/240063/2016/05/29 diakses pada
2018). 17 Maret 28
Sari, Pelita. 2016.

Sasono Mardiono, Herwin Tri Putra: Hubungan pengetahuan dan sikap perawat dalam penatalaksnaan
pembidaian pasien fraktur di RS Bhayangkara Palembang 2018
71
Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)

EFEKTIFITAS TERAPI ASMAUL HUSNA TERHADAP PENURUNAN


SKALA NYERI PADA PASIEN FRAKTUR
DI RSUD PROVINSI RIAU

Putri Wulandini*, Andalia Roza, Santi Riska Safitri


Keperawatan Universitas Abdurrab
*
Email: putri.wulandini@univrab.ac.id
Submitted :07-02-2018, Reviewed:14-03-2018, Accepted:03-04-2018
DOI: http://doi.org/10.22216/jen.v3i2.3116

ABSTRACT
Fracture in Indonesia becomes the third rank death causing under the coronary heart attack and
tuberculosis. Fracture is dissolution of the bone continuality which is caused by suddenly or more
spirit, causing the according to licking, bending destruction, twisting and pulling. The research aims
to determine effectivity of the Asmaul Husna therapy on the fracture patient in the dahlia room of
Arifin Achmad general hospital of riau province. The research was operated on 01 March until 26
March. The research design was quasy experiment by pre test design and post test design with
control. Sample in this research is as many as 30 peoples, 15 peoples for the experiment group and
15 peoples for the control group. The used measurement equipment was observation sheet and given
the Asmaul Husna therapy for the experiment group. The use analisys was univariate and bivariate by
T-test . Outcome of the T-test showed that there is the difference of asmaul husna therapy average on
p = 0,000 / p > 5 % (0,05), then it can be concluded than Ho rejected. The research outcome shows
that the Asmaul Husna therapy is effective to reduce the pai scale on the fracture patient. Based on
the research outcome, hopefully the nurse teaches the Asmaul Husna therapy for the patient and
applies for the fracture patient.

Keywords : Asmaul Husna therapy, pain

ABSTRAK
Fraktur di Indonesia menjadi penyebab kematian terbesar ketiga di bawah penyakit jantung koroner
dan tuberkulosis. Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang yang disebabkan oleh kekuatan yang
tiba- tiba dan berlebihan, yang dapat berupa pemukulan, penghancuran penekukan, pemuntiran atau
penarikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas terapi Asmaul Husna pada pasien
fraktur di ruangan Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad Provinsi Riau. Penelitian ini
dilakukan pada tanggal 01 Maret sampai 26 Maret Desain penelitian ini quasy eksperiment dengan
rancangan pre test and post test design with control. Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang, 15
orang sampel untuk kelompok eksperimen dan 15 orang untuk kelompok kontrol. Alat ukur yang
digunakan adalah lembaran observasi dan diberikan terapi asmaul husna pada kelompok eksperimen.
Analisis yang digunakan adalah univariat dan bivariat dengan uji T-test. Hasil uji T-test menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata terapi Asmaul Husna dengan nilai p=0,000 / p<5 % (0,05). Jadi
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terapi Asmaul Husna
efektif untuk mengurangi skala nyeri pada pasien fraktur. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan
perawat mengajarkan penggunaan terapi asmaul husna pada pasien dan menerapkannya pada pasien
fraktur.

Kata kunci : Terapi Asmaul Husna, Nyeri

PENDAHULUAN Tulang manusia dihubungkan dengan yang


Sistem skelet merupakan susunan lain melalui sambungan tulang atau
tulang (kerangka) yang merupakan salah persendian sehingga terbentuk kerangka
satu unsur sistem penegak dan penggerak. yang merupakan sistem lokomotif pasif,

Kopertis Wilayah X 375


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)

yang akan diatur oleh alat-alat lokomotif Kesehatan Dasar (2011) Menemukan ada
aktif dari otot (Syaifuddin, 2009) sebanyak 45.987 peristiwa terjatuh yang
Tulang manusia saling mengalami fraktur sebanyak 1.775 orang
berhubungan satu dengan yang lain dalam (3,8 %). Kasus kecelakaan lalu lintas
berbagai bentuk untuk memperoleh fungsi sebanyak 20.829 kasus, dan yang
sistem muskuloskeletal yang optimal. mengalami fraktur sebanyak 1.770 orang
Jumlah tulang ada 206 buah, yang terbagi (8,5 %), dari 14.127 trauma benda
dalam empat kategori ; tulang panjang tajam/tumpul, yang mengalami fraktur
(misalnya femur, humerus dan klavikula), sebanyak 236 orang (1,7 %).
tulang pendek (misalnya tulang tarsia dan Berdasarkan data Departemen
karpia), tulang pipih ( misalnya tulang Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES
sternum dan skapula) dan tulang tidak RI) 2009 bahwa sekitar delapan juta orang
beraturan (misalnya tulang panggul) mengalami kejadian fraktur dengan jenis
(Lakman & Ningsih, 2011) fraktur yang berbeda dengan penyebab
Kehilangan fungsi utama dari yang berbeda. Hasil survey tim
tulang dapat menyebabkan gangguan pada Departemen kesehatan Republik Indonesia
organ pada organ tubuh lain seperti risiko (DEPKES RI) ini didapatkan 25 % klien
cedera pada organ dalam bagian rongga fraktur mengalami kematian, 45 %
toraks (jantung, paru dan sebagainya) atau mengalami kecacatan fisik, 15 %
kehilangan fungsi penyangga dan gerak. mengalami stress psikologis karena cemas
Bentuk gangguan pada fungsi bahkan depresi dan 10 % mengalami
muskuloskeletal yang paling sering adalah kesembuhan dengan baik.
fraktur (Lakman & Ningsih, 2011) Salah satu manifestasi klinis dari
Fraktur adalah terputusnya fraktur adalah nyeri. Nyeri merupakan
kontinuitas tulang yang disebabkan oleh perasaan yang tidak menyenangkan yang
kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, sering kali dialami oleh individu yang
yang dapat berupa pemukulan, didefinisikan dalam berbagai perspektif
penghancuran penekukan, pemuntiran atau (Andarmoyo, 2013). Mengantisipasi nyeri
penarikan (Smeltzer dan Bare, 2000 pada pasien fraktur dapat dilakukan secara
dalam(Hasan, 2013). Brunner dan farmakologis yaitu dengan menggunakan
Suddarth (2000) dalam (Suratun, 2008). obat-obatan dan nonfarmakologis. Salah
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas satu pengobatan nonfarmakologis yaitu
jaringan tulang dan ditentukan sesuai jenis dengan teknik distraksi (Firman, 2012).
dan luasnya. Distraksi adalah memfokuskan
World Health Organization (WHO) perhatian klien pada sesuatu selain nyeri,
mencatat di tahun 2011 terdapat lebih dari atau dapat diartikan lain bahwa distraksi
5,6 juta orang meninggal dikarenakan adalah suatu tindakan pengalihan perhatian
insiden kecelakaan dan sekitar 1,3 juta klien ke hal-hal diluar nyeri. Dengan
orang mengalami kecacatan fisik. demikian diharapkan, klien tidak terfokus
Kecelakaan memiliki prevalensi cukup pada nyeri lagi dan dapat menurunkan
tinggi yaitu insiden fraktur ekstremitas kewaspadaan klien terhadap nyeri bahkan
bawah sekitar 40% (Depkes RI, 2011). meningkatkan toleransi terhadap nyeri
Fraktur di Indonesia menjadi (Andarmoyo, 2013).
penyebab kematian terbesar ketiga di Mendengarkan musik merupakan
bawah penyakit jantung koroner dan salah satu teknik distraksi yang efektif.
tuberculosis. Menurut hasil data Riset Musik dapat menurunkan nyeri fisiologis,
Kesehatan Dasar (Rikesdas) tahun 2011, di stress dan kecemasan dengan mengalihkan
Indonesia terjadi fraktur yang disebabkan perhatian seseorang dari nyeri. Musik
oleh cidera seperti terjatuh, kecelakaan terbukti menunjukkan efek antara lain
lalu lintas dan trauma tajam/tumpul. Riset menurunkan frekuensi denyut jantung,

Kopertis Wilayah X 376


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)

mengurangi kecemasan dan depresi, penyakit. Secara aplikatif mendengarkan


menghilangkan nyeri , menurunkan Asmaul Husna tidak sulit dilakukan, serta
tekanan darah, dan mengubah persepsi mudah dan cepat dilaksanakan. Terapi ini
waktu. Mendengarkan musik harus dapat dijadikan terapi pelengkap bagi
didengarkan minimal 15 menit supaya terapi farmakologi. Terapi medik saja
dapat memberikan efek terapeutik. Dalam tidak lengkap tanpa disertai dengan agama
keadaan perawatan akut, mendengarkan (agama dan dzikir) dan begitu juga
musik dapat memberikan hasil yang sangat sebaliknya, terapi agama tidak juga
efektif dalam upaya mengurangi nyeri lengkap tanpa terapi medik ( Lukman,
pascaoperasi klien terhadap nyeri bahkan 2012).
meningkatkan toleransi terhadap nyeri Penelitian terdahulu yang telah
(Firman, 2012). dilakukan oleh Hasan (2013) menunjukkan
Salah satu bentuk teknik distraksi adanya pengaruh yang signifikan setelah
yang sering digunakan adalah distraksi mendengarkan terapi Asmaul-Husna
pendengaran. Distraksi pendengaran terhadap penurunan skala nyeri pada
biasanya dilakukan dengan mendengarkan pasien pasca operasi fraktur. Penelitian ini
suara alam atau instruksi meditasi dan juga juga didukung oleh penelitian sebelumnya,
dapat berupa suara-suara yang penelitian Kartika (2010) tentang pengaruh
mengandung unsur-unsur spiritual sesuai mendengarkan murottal Al-Quran terhadap
dengan keyakinan yang dianut (Perry & penurunan intensitas nyeri pada pasien
Potter, 2008). pasca operasi apendisitis, yang mana
Suara-suara yang mengandung didapatkan bahwa terdapat penurunan
unsur spiritual tersebut seperti skala nyeri yang signifikan.
mendengarkan Al-Qur’an, salah satu yang Data dari rekam medik Rumah
terkandung dalam Al-Qur’an yaitu Asmaul Sakit Umum Daerah (RSUD) Arifin
Husna. Asmaul Husna secara harfiah ialah Achmad Provinsi Riau pada tahun 2010
nama, sebutan, gelar Allah SWT yang baik tercatat kasus fraktur sebanyak 597 kasus.
dan agung sesuai dengan sifat-sifat-Nya. Pada tahun 2011 penderita fraktur
Membaca atau mendengar Asmaul Husna meningkat sebanyak 671 kasus, dan pada
memiliki banyak manfaat dan setiap nama- tahun 2012 penderita fraktur kembali
nama yang terkandung dalam Asmaul meningkat yaitu sebanyak 689 kasus. Pada
Husna memiliki manfaat atau khasiat tahun 2013 penderita fraktur meningkat
tersendiri (Al-Ashqiya, 2011). sebanyak 764 kasus. Pada tahun 2014
Salah satu manfaat dari Asmaul penderita fraktur sebanyak 510 kasus.
Husna yaitu untuk penyembuhan. Nama- Pada tahun 2015 Januari sampai dengan
nama yang terkandung dalam Asmaul September tercatat sebanyak 306 kasus.
Husna bermanfaat untuk penyembuhan Kasus yang paling sering terjadi dari tahun
tersebut yaitu As-Salam (Maha ke tahun adalah fraktur tulang panjang
Penyelamat), Al-Ghafur (Maha seperti fraktur femur, humerus, tibia,
Pengampun), Asy-Syakur (Maha Penerima radius, ulna dan klavikula baik yang
syukur), Al-Majid (Maha Mulia), Al- tertutup maupun yang terbuka. Data ini
Hayyu (Maha Hidup). Nama-nama menunjukkan tingginya angka kejadian
tersebut diyakini apabila dibaca atau fraktur setiap tahunnya (Rekam Medik
dibacakan (diperdengarkan) kepada orang RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, 2015).
yang sakit dapat mengurangi atau member Peneliti melakukan studi
kesembuhan kepada orang yang sakit pendahuluan di RSUD Arifin Achmad
(Nafisa, 2011). khususnya di ruangan rawat inap Dahlia.
Mendengarkan bacaan Asmaul Peneliti menemukan sebanyak 10 klien
Husna dapat digunakan dalam menangani mengalami fraktur, 2 diantaranya
kecemasan atau nyeri pada berbagai mengalami nyeri berat, 5 klien mengalami
nyeri sedang dan 3 klien mengalami nyeri

Kopertis Wilayah X 377


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)

ringan. Penatalaksanaan yang diberikan Asmaul husna terhadap penurunan skala


kepada klien tersebut hanya nyeri pada pasien fraktur.
penatalaksanaan terapi farmakologi, yaitu Populasi merupakan seluruh subjek
dengan pemberian analgetik. atau objek dengan karakteristik tertentu
Berdasarkan latar belakang diatas, yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Pada
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini yang akan menjadi populasi
penelitian tentang “Efektifitas Terapi adalah seluruh pasien yang mengalami
Asmaul Husna Terhadap Penurunan Skala nyeri akibat fraktur di ruangan Dahlia
Nyeri Pada Pasien Fraktur di Ruangan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Arifin Achmad. Dari survey awal jumlah
Achmad Provinsi Riau Pada Tahun 2016”. pasien fraktur diruangan Dahlia Rumah
Tujuan Penelitian Untuk Sakit Umum Daerah Arifin Achmad ini
mengetahui efektifitas terapi Asmaul pada tahun 2015 bulan Januari hingga
Husna pada pasien fraktur di ruangan September adalah 306 kasus.pengambilan
Dahlia Rumah Sakit Umum Daerah Arifin sampel pada penelitian ini menggunakan
Achmad Provinsi Riau. teknik purposive sampling Pengambilan
sampel dilakukan mulai bulan Februari
METODE PENELITIAN hingga Maret 2016. Jumlah sampel pada
Desain penelitian adalah bentuk penelitian ini adalah 30 orang yang dibagi
rancangan yang digunakan dalam menjadi dua kelompok, yaitu lima belas
melakukan prosedur penelitian (Hidayat, untuk kelompok eksperimen dan lima
2007). Jenis penelitian ini quasy belas untuk kelompok kontrol.
eksperiment dengan rancangan pre test
and post test design with control. HASIL DAN PEMBAHASAN
Rancangan ini bertujuan untuk Analisa Bivariat
membandingkan hasil yang didapat a. Uji Dependen T-tes
sebelum dan sesudah dilakukan tindakan. Table 1
Pada rancangan ini kedua kelompok Distribusi Skala Nyeri Pada Kelompok
diberikan perlakuan berbeda (Burns Eksperimen Sebelum Dan Sesudah
&Groves, 2003 dalam Harmoko, 2011). Dilakukan Tindakan Terapi Asmaul
Pada kedua kelompok ini diawali dengan Husna
pengukuran sebelum pemberian
perlakuan (Pre test) dan setelah pemberian Std. Std. p-
Mean N Deviatio Error Valu
perlakuan diadakan pengukuran kembali (Post test) n Mean e
Kelompok
(Nursalam, 2003 dalam Harm Eksperime Ppretes 5.266 1 .70373 .1817 0,000
oko, 2011). n t 7 5 0

Rumah Penelitian
Sakit Umumini akan dilakukan
Daerah di
(RSUD) post
test
4.000 1
0 5
.75593 .1951
8
ruangan Dahlia. Alasan peneliti ingin
meneliti di Rumah Sakit Umum Daerah Berdasarkan table 1 diatas
(RSUD) Arifin Achmad adalah Rumah menunjukkan bahwa perbedaan rata-rata
Sakit ini merupakan rumah sakit rujukan pemberian terapi asmaul husna pada
utama di Provinsi Riau dan dirumah sakit kelompok eksperimen sebelum dan
ini penanganan pada pasien Fraktur masih sesudah diberikan perlakuan pada terapi
berfokus pada terapi farmakologis. Asmaul Husna pada pasien fraktur . Dapat
Hipotesis penelitian (1) Hipotesa Nol (Ho) dilihat bahwa rata-rata skala nyeri sebelum
yakni Tidak ada pengaruh pemberian diberikan terapi Asmaul Husna adalah 5,
terapi mendengarkan Asmaul husna 2667 dan setelah diberikan terapi asmaul
terhadap penurunan skala nyeri pada husna adalah 4,0000. Hasil uji statistik
pasien fraktur. didapatkan nila p-Value= 0,000 dengan
(2) Hipotesa Alternatif (Ha) yakni Ada nilai α = 0,05 berarti p-Value 0,000 <
pengaruh pemberian terapi mendengarkan 0,005

Kopertis Wilayah X 378


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)

sehingga Ha gagal ditolak. Hasil penelitian Fraktur”. Pada penelitian ini, peneliti
ini menunjukkan bahwa pemberian terapi melakukan tindakan terapi Asmaul Husna
Asmaul Husna memiliki pengaruh yang pada kelompok eksperimen selama 15
signifikan terhadap penurunan skala nyeri menit.
pada pasien fraktur.
Table 2 1. Karakteristik responden
Distribusi Skala Nyeri Pada Kelompok Berdasarkan dari analisa dapat
Kontrol Sebelum Dan Sesudah dilihat bahwa responden berjenis kelamin
Dilakukan Pengukuran Skala Nyeri laki-laki 28 orang (93%) dan berjenis
Std. Std. P- kelamin perempuan 2 orang (7%). Hasil
Mean N Deviatio Error Valu penelitian ini sejalan dengan hasil
n Mean e
penelitian yang dilakukan (Moesbhar,
2007
Kelompo Pretest 4.6667 1 .97590 .2519 0
k Kontrol 8
dalam Eldawati, 2011). Hal ini disebabkan
a 5
oleh aktifitas yang dilakukan laki-laki
lebih
Posttes 4.6667 1 .97590 .2519 banyak dan lebih bervariasi dibandingkan
t a
5 8
perempuan, selain itu laki-laki bergerak
Berdasarkan table 2 diatas lebih aktif dibandingkan perempuan
menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata sehingga beresiko lebih tinggi mengalami
skala nyeri pada kelompok kontrol fraktur, namun setelah menopause,
sebelum dan sesudah tanpa diberi perempuan beresiko lebih tinggi
perlakuan. Dapat dilihat bahwa rata-rata mengalami fraktur, dimana menurut Black
skala nyeri sebelum 4,6667 dan sesudah & Hawks, 2005 dalam Eldawati (2011).
4,6667, terdapat perbedaan rata-rata Hal ini disebabkan oleh kehilangan
dengan nilai p=0. Jadi dapat disimpulkan estrogen dan kekurangan protein sehingga
bahwa Ho gagal ditolak. terjadi penurunan masa tulang.
Sedangkan berdasarkan
b. Uji independen T-tes
karakteristik usia mayoritas responden
Tabel. 3
pada kelompok eksperimen dan Kontrol
Perbedaan Skala Nyeri Pada Kelompok
adalah dewasa awal (26-35 tahun) 16
Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
orang (53%)
Mean N Std. p-
Std.
Deviation Error . Hal tersebut didukung oleh pernyataan
Value
Mean Eldawati (2011), kejadian fraktur dapat
Pair post 4.00 15 .756 .195 0,86 terjadi pada semua tingkatan usia,
1 eksperimen Efektifitas Terapi Asmaul Husna Terhadap
post control 4.67 15 .976 .252 Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien

Berdasarkan tabel 3 diatas rata-rata skala


nyeri responden pada kelompok kontrol
dengan SD 0, 976 Rata-rata pada
kelompok eksperimen dengan SD 0, 756
Hasil uji statistik independen didapat nilai
P > 5 % Hal ini menunjukkan bahwa tidak
ada perbedaan rata-rata yang signifikan
antara kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen.

A. Pembahasan
Dari hasil yang telah dilakukan,
maka pada bab ini dibahas tentang “
Kopertis Wilayah X 379
Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)
puncaknya terjadi pada masa usia
dewasa. Usia juga dapat
berpengaruh terhadap persepsi
nyeri pada pasien fraktur. Pada usia
dewasa umumnya akan melaporkan
nyeri jika nyeri yang dirasakan
bersifat patologis dan merusak
fungsi fisik.
Sejalan dengan penelitian
yang dilakukan McCaffrey
menemukan bahwa intensitas nyeri
menurun Musik menghasilkan
perubahan status kesadaran melalui
bunyi, kesunyian, ruang, dan
waktu. Musik harus didengarkan
minimal
15 menit agar dapat memberikan
efek teraupeutik. Pada keadaan
perawatan akut, mendengarkan
musik dapat memberikan hasil
yang sangat efektif dalam upaya
mengurangi nyeri pasca operasi
pasien (Chiang, 2012).

Kopertis Wilayah X 380


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)

2. Efektifitas Pemberian Terapi kelompok kontrol dan kelompok


Asmaul Husna Terhadap eksperimen.
Penurunan Skala Nyeri Pada Pasien Dari hasil penelitian ini juga dapat
Fraktur dilihat perbandingan keefektifan terapi
a. Hasil Uji Dependen T-Test Asmaul Husna terhadap penurunan skala
Dari hasil uji dependen T-test nyeri pada pasien fraktur. Rata rata
menunjukkan perbedaan rata-rata skala perubahan skala nyeri sebesar 4.00, saat
nyeri kelompok eksperimen sebelum dan diberikan terapi Asmaul Husna pada
sesudah diberikan perlakuan terapi Asmaul responden. Menurut Asmadi (2008) teknik
Husna pada pasien fraktur. Dapat dilihat relaksasi maupun distraksi didasarkan pada
bahwa rata-rata skala nyeri sebelum keyakinan bahwa tubuh berespon pada
diberikan terapi adalah 5,2667 dan setelah ansietas yang merangsang pikiran karena
diberikan terapi asmaul husna menjadi terkena nyeri atau kondisi penyakitnya.
4,0000. Terdapat perbedaan rata-rata terapi Terapi Asmaul Husna dapat
dengan nilai p=0,000 dengan nilai α=0,05 menurunkan nyeri fisiologis, stress dan
berarti p-Value 0,0000 < 0,05 sehingga kecemasan dengan mengalihkan perhatian
dapat disimpulkan bahwa Ha gagal seseorang dari nyeri. Terapi ini dapat
ditolak. Hasil penelitian ini menunjukkan dijadikan terapi pelengkap bagi terapi
bahwa pemberian terapi Asmaul Husna farmakologi. Terapi medik saja tidak
memiliki pengaruh yang signifikan lengkap tanpa disertai dengan agama dan
terhadap penurunan skala nyeri. Saat begitu juga sebaliknya, terapi agama tidak
diberikan terapi asmaul husna selama 15 juga lengkap tanpa terapi medik ( Lukman,
menit pada responden sebagian responden 2012).
mengatakan terapi ini menenangkan Berdasarkan hasil penelitian
fikiran dan membuat mereka nyaman. peneliti mengasumsikan bahwa ketika
Pada kelompok kontrol seseorang mendengarkan bacaan Asmaul
menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata Husna, hal ini dapat mengurangi
skala nyeri pada kelompok kontrol kecemasan seseorang bahkan nyeri yang
sebelum dan sesudah tanpa diberikan disebabkan dari proses penyembuhan/
perlakuan. Dapat dilihat bahwa rata-rata penyakit sehingga terapi asmaul husnah
skala nyeri sebelum 4,6667 dan sesudah dapat menjadi salah satu teknik distraksi.
4,6667. Terdapat perbedaan rata-rata
dengan nilai p=0, jadi dapat disimpulkan SIMPULAN
bahwa Ho gagal ditolak. Setelah dilakukan penelitian
Penurut asumsi peneliti, Pemberian tentang “Efektifitas Terapi Asmaul Husna
terapi asmaul husnah sendiri merupakan Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada
salah satu terapi non farmakologis yang Pasien Fraktur” maka dapat disimpulkan
dapat digunakan untuk menjadi analgesic bahwa ada perbedaan yang signifikan
guna mengurangi nyeri. Dimana asmaul antara pretest dan posttest. Hal ini
husna dapat menyentuh jiwa, psikologis menunjukkan Ha di terima yang berarti
dari sesorang. bahwa terapi Asmaul Husna efektif
mengurangi skala nyeri pada pasien
b. Hasil uji independen T-test fraktur.
Berdasarkan hasil independent T-
test menunjukkan rata-rata skala nyeri DAFTAR PUSTAKA
responden pada kelompok kontrol dengan Al-Ashqiya. (2011). Quantum Asmaul
SD 0,252 Rata-rata pada kelompok Husna For Entrepreneur.
eksperimen dengan SD 0,195 Hasil uji Yogyakarta : pustaka raja
statistik independent didapat nilai P = > 5
% hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan rata-rata yang signifikan antara

Kopertis Wilayah X 381


Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)

Andarmoyo, Sulistyo. (2013). Konsep Fraktur Di Ruangan


Dan Proses Keperawatan Nyeri. Cendrawasih II RSUD Arifin
Jogjakarta : AR-RUZZ MEDIA

Chiang, L (2012). The effect of music and


nature sounds on cancer pain and
anxiety in hospice cancer patients.
Frances payne Bolton scool of
nursing case western reserve
university. (unpublished
dissertation paper)

Eldawati. (2011). Pengaruh Latihan


Kekuatan Otot Pre Operasi
Terhadap

Kemampuan Ambulasi Dini Pasien Pasca


Operasi Fraktur Ekstimitas
Bawah Di RSUP Fatmawati
Jakarta. Diperoleh pada tanggal
26 Oktober 2015. Dari
http://lontar.ui.ac.id

Fadlani.(2010).

Efektifitas
MendengarkanMurrotal
Al-
Qur’an Dan Teknik Relaksasi
Nafas Dalam Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pada
Pasien Pasca Bedah Fraktur.
Skripsi tidak dipublikasikan

Firman. (2012). Distraksi Diperoleh Pada


Tanggal 26 Oktober 2015 Dari
http://distraksipadapengolahannye
ri.co.id\

Harmoko.(2011).

EfektifitasTeknik Relaksasi Nafas


Dalam Terhadap Perubahan
Skala Nyeri Pada Pasien Infeksi
Saluran Kemih Di Ruang Murai
II RSUD Arifin Achmad
Pekanbaru. Karya Tulis tidak
dipublikasikan

Hasan.(2013). Pengaruh Mendengarkan


Terapi Asmaul Husna Terhadap
Penurunan Skala Nyeri Pasien
Kopertis Wilayah X 382
Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)
Achmad Pekanbaru. Karya (2013).
Tulis tidak dipublikasikan Muskuloskeletal. Jakarta : Trans
Info Media
Lakman & Ningsih.(2011).
Asuhan Keperawatan
Pada Klien Dengan
GangguanSystem
Musculoskeletal. Jakarta :
Salemba

Lakman. (2012). Pengaruh


Intervensi Dzikir
Asmaul Husna Terhadap
Tingkat Kecemasan
Sindrom Koroner Akut Di
RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Palembang.
Diperoleh
pada tanggal 26
Oktober 2015 dari
http://pustaka.unpad.co.id//
pengar uh-intervensi-
dzikir-asmaul- husna.html

Muttaqin, Arif. (2008). Buku Ajar


Asuhan Keperawatan
Klien Gangguan System
Musculoskeletal. Jakarta :
EGC

Nafisa. (2011). Asmaul Husnah Untuk


Ibu Hamil. Jakarta :
RinekaCipta

Notoatmojo.(2010).Metodologi
Penelitian Kesehatan.
Jakarta : RinekaCipta

Perry & Potter. (2008),


Asuhan Keperawatan.
Jakarta : EGC

Prasetyo. (2010). Manajemen Nyeri.


Jakarta : EGC

Rekam Medik (2015) RSUD


Achmad Provinsi Riau.

Ridley, J. (2008) Kesehatan Dan


Keselamatan Kerja Edisi
3.Jakarta
: Erlangga

Rosyidi, Kholid.
Kopertis Wilayah X 383
Jurnal Endurance 3(2) Juni 2018 (375-382)

Suratun.(2008). Asuhan Keperawatan


Klien Gangguan Muskulokeletal.
Jakarta :EGC

Syaifuddin.(2009).Sistem
Muskulokeletal. Jakarta : EGC

Kopertis Wilayah X 384


JIUBJ
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi, 20(1), Februari 2020, pp.207-212
DOI 10.33087/jiubj.v20i1.862
ISSN 1411-8939 (Online) | ISSN 2549-4236 (Print)
Sovia, Daryono, Mashudi, Debi Sintia Dewi

Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden


Mattaher Jambi Tahun 2018
Sovia1, Daryono2, Mashudi3, Debi Sintia Dewi4
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
1, 2, 3

Jambi 4 Rumah Sakit Umum Daerah Raden Mattaher Jambi


Correspondence email: soviadamhur@gmail.com

Abstrak. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pengambilan keputusan pengobatan pasien fraktur di RSUD
Raden Mattaher Jambi. Penelitian dengan desain Cross-Sectional, dilakukan dari tanggal 23 Mei sampai dengan 25 September
2018. Populasi penelitian adalah pasien fraktur dengan sampel 64 orang pasien fraktur ekstremitas. Pengumpulan data dengan
kuisioner, terdiri dari: pemilihan pengobatan fraktur, tingkat keparahan fraktur, keyakinan, budaya, efek samping pengobatan, dan
biaya pengobatan. Data dianalisis dengan tes Chi-Square. Faktor determinan pemilihan pengobatan pasien fraktur adalah tingkat
keparahan fraktur (p 0,001; 95% CI 2,13-32,60), keyakinan (p 0,003; 95% CI 1,70-20,53), dan biaya pengobatan (p 0,009; 95% CI
1,41 – 33,14). Terdapat hubungan antara tingkat keparahan, keyakinan, dan biaya dengan pemilihan pengobatan pasien fraktur di
RSUD Raden Mattaher Jambi. Direkomendasikan pada tenaga professional, khususnya perawat untuk melakukan pendekatan
persuasif dan edukasi dengan komunikasi dan media yang tepat agar pasien fraktur dan keluarga dapat mengambil keputusan yang
tepat dalam pengobatan fraktur.

Kata kunci: keputusan pengobatan; keparahan; kepercayaan; budaya; efek samping; biaya

Abstract. To determine factors that influence fracture patients on the selection of fracture treatment in Raden Mattaher General
Hospital of Jambi. A cross-sectional study was conducted from May 23 to September 25, 2018, using a questionnaire with limb
fracture patients as participants. The survey included questions about the selection of fracture treatment, severity fracture, beliefs,
culture, side effects, and treatment costs, and was completed by 64 patients. Data analysis used for this study were chi-square
test. The factors affecting the selection of fracture treatment were fracture severity (p 0.001; 95% CI 2.13-32.60), beliefs (p
0.003; 95% CI 1.70-20.53), and treatment costs (p 0.009; 95% CI 1.41 – 33.14). Professional personnel, especially nurses, need a
persuasive approach and education with appropriate communication and media in fracture patients and families so that they can
make the right decisions in fracture treatment.

Keywords: selection of treatment; severity; beliefs; culture; side effects; costs

PENDAHULUAN Pengobatan fraktur secara tradisional cukup


Cidera adalah kejadian atau peristiwa yang popular di masyarakat, seperti: dukun patah tulang, guru
mengalami cidera yang menyebabkan aktivitas sehari- singa, atau lebih dikenal dengan sebutan sangkal putung.
hari terganggu. Cidera umumnya terjadinya di jalan raya Tidak sedikit pasien fraktur yang datang ke pengobatan
akibat dari kecelakaan lalu lintas, dengan angka kejadian tradisional terlebih dahulu, kemudian baru datang ke
42,8% di Indonesia dan 43,4% di Propinsi Jambi rumah sakit setelah tidak berhasil atau mengalami
(Kemenkes RI, 2013). komplikasi akibat penanganan pertamanya yang tidak
Jenis cedera yang dialami dapat berupa patah baik atau tidak sesuai prinsip yang benar
tulang luka (lecet, robek), terkilir, anggota tubuh (Notoadmodjo,2010).
terputus, cidera mata, gegar otak, dan lain-lainnya Menurut riset kesehatan dasar pada tahun 2013,
Angka kejadian patah tulang (fraktur) di Indonesia 5,8% pemanfaatan pengobatan tradisional di masyarakat
dan di Propinsi Jambi 6,9% pada tahun 2013 (Kemenkes Indonesia sebesar 30,4 %, sedangkan di Provinsi Jambi
RI, 2013). menurut data dalam satu tahun terakhir memanfaatkan
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. pelayanan pengobatan kesehatan tradisional sebesar
Penatalaksanaan fraktur terdiri dari reduksi, imobilisasi, 29,4% (Kemenkes RI, 2013).
pemeliharaan dan pemulihan fungsi tubuh (Hinkle dan Pengobatan tradisional masih digunakan oleh
Cheever, 2018). Manajemen fraktur yang cepat dan tepat sebagian besar masyarakat bukan hanya karena
akan menentukan proses pemulihan fraktur. Penanganan kekurangan fasilitas pelayanan kesehatan formal yang
fraktur seharusnya dilakukan di rumah sakit dengan terjangkau, melainkan lebih disebabkan oleh faktor
tenaga professional. Akan tetapi perilaku masyarakat kebudayaan terhadap pengobatan tradisional. Budaya
dalam pengobatan fraktur masih bervariasi, antara lain yang melekat pada individu mempengaruhi bagaimana
penanganan secara medis di rumah sakit atau individu itu berpikir dan bertindak (Notoadmodjo,
pengobatan tradisional dengan dukun patah. 2010).

207
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
Pemanfaatan tempat pengobatan tradisional masih Tabel 1. Gambaran Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di
menjadi pilihan seseorang yang mengalami patah tulang RSUD Raden Mattaher Jambi (n=64)
untuk mengobati sakitnya. Biaya kesehatan di rumah Pemilihan Pengobatan Fraktur f %
sakit yang tergolong cukup mahal membuat masyarakat Tidak melanjutkan pengobatan 21 32,8
lebih memilih pengobatan alternatif (Notoadmodjo, fraktur dan meminta pulang
2010). Tetap dirawat di rumah sakit untuk 43 67,2
Berdasarkan data dari RSUD Raden Mattaher pengobatan fraktur
Total 114 100.0
Jambi menunjukan bahwa pasien yang terdiagnosa
fraktur di ruang rawat inap dari tahun 2015-2017
sebanyak 947 orang dan menolak untuk operasi Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar
sebanyak 451 orang (RSUD Raden Mattaher Jambi, responden memilih pengobatan di rumah sakit dengan
2018). cara tetap dirawat sampai proses pengobatan fraktur
Hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti selesai (67,2%).
pada tanggal 9-19 Februari 2018 di ruangan perawatan Hasil analisis terhadap faktor determinan
bedah terhadap 10 orang penderita fraktur terutama pemilihan pengobatan pasien fraktur didapatkan bahwa
perilaku pasien yang akan dilakukan operasi fraktur. sebagian besar responden memiliki fraktur yang simpel
Dari 10 orang pasien yang diwawancarai ditemukan 8 (56,2%), akan tetapi tidak memiliki keyakinan terhadap
pasien diantaranya menolak dikarenakan alasan biaya pengobatan yang sedang dijalani (54,7%). Tabel 2 juga
operasi yang belum terjangkau, takut akan operasi memperlihatkan bahwa sebagian besar responden
dengan pemasangan alat, kebiasaan masyarakat lebih memiliki persepsi pengobatan fraktur yang dijalani tidak
memilih untuk ke dukun patah tulang dan 2 orang memiliki efek samping (70,3%), separuh responden
lainnya menyatakan penanganan dirumah sakit lebih mempunyai latar belakang budaya yang baik untuk
jelas dan sesuai dengan keadaan masalah kesehatan yang mendukung program pengobatan fraktur (50%), dan
dialami pasien. sebagian besar responden berpendapat biaya pengobatan
fraktur cukup terjangkau bagi mereka (68,8%).
Metode Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2
Jenis penelitian ini adalah deskriptif analitik berikut ini:
dengan desain cross-sectional. Variabel dependen adalah
Tabel 2. Faktor Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien
pemilihan pengobatan fraktur, dan variabel independen
Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi (n=64)
adalah tingkat keparahan, keyakinan, budaya, efek
Variabel f %
samping, dan biaya pengobatan. Penelitian dilakukan di Tingkat Keparahan
RSUD Raden Mattaher Jambi dari tanggal 23 Mei s/d 25 1. Tidak simpel 28 43,8
September 2018. Populasi dalam penelitian ini adalah 2. Simpel 36 56,2
semua pasien fraktur ekstremitas yang berjumlah 334 Keyakinan
orang, dengan jumlah sampel 64 orang yang diambil 1. Tidak yakin 35 54,7
secara purposive sampling. Pengumpulan data 2. Yakin 29 45,3
menggunakan kuisioner, dan data dianalisis dengan chi- Efek Samping
square. 1. Ada 19 29,7
2. Tidak ada 45 70,3
Budaya
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kurang baik 32 50,0
2. Baik 32 50.0
Biaya
1. Tidak terjangkau 44 68,8
2. Terjangkau 20 31,2

Tabel 3. Hubungan Tingkat Keparahan, Keyakinan dan Efek Samping dengan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD
Raden Mattaher Jambi (n = 64)
Pemilihan Pengobatan
Total OR
Faktor Determinan Tidak Dirawat Tetap Dirawat p-value
f % f % f % (95% CI)
Tingkat Keparahan
1. Complicated 18 50,0 18 50,0 36 100 8,333 0,001*
2. Simple 3 10,7 25 89,3 28 100 (2,13-32,60)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
Keyakinan
1. Tidak yakin 17 48,6 18 51,4 35 100 5,903; 0.003*
2. Yakin 4 13,8 25 86,2 29 100 (1,70-20,53)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
Efek Samping
208
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
1. Ada 8 42,1 11 57,9 19 100 1,790 0,304
2. Tidak ada 13 28,9 32 71,1 45 100 (0,587-5,464)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100

Berdasarkan tabel 3 dapat diketahui faktor-faktor terhadap pengobatan fraktur (51,4%). Hasil analisis
yang berhubungan dengan kepatuhan pengobatan pasien didapatkan adanya hubungan antara keyakinan dengan
fraktur. Pertama, pasien dengan tipe fraktur simple kepatuhan pengobatan pasien fraktur (p 0,003 ˂ α 0,05).
(89,3%) lebih banyak memilih untuk tetap dirawat Selain itu, pasien yang yakin terhadap pengobatan
dibandingkan pasien dengan tipe fraktur complicated mempunyai peluang 5,9 kali untuk tetap dirawat
(50%). Hasil analisis didapatkan adanya hubungan dibandingkan pasien yang tidak yakin (OR = 5,903; 95%
antara tingkat keparahan fraktur dengan kepatuhan CI 1,70-20,53).
pengobatan pasien fraktur (p 0,001 ˂ α 0,05). Selain itu, Ketiga, pasien yang mempunyai persepsi tidak
pasien dengan fraktur simpel mempunyai peluang 8,3 terdapat efek samping pengobatan fraktur (71,1%) lebih
kali untuk tetap dirawat dibandingkan pasien fraktur banyak memilih untuk tetap dirawat dibandingkan
tidak simpel (OR = 8,333; 95% CI 2,13-32,60). pasien berpersepsi terdapat efek samping pengobatan
Kedua, pasien yang memiliki keyakinan fraktur (57,9%). Hasil analisis didapatkan tidak ada
pengobatan (86,2%) lebih banyak memilih untuk tetap hubungan antara efek samping pengobatan dengan
dirawat dibandingkan pasien tidak memiliki keyakinan kepatuhan pengobatan pasien fraktur (p 0,304 > α 0,05).

Tabel 4. Hubungan Budaya dan Biaya Pengobatan dengan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi
(n = 64)
Pemilihan Pengobatan
Total OR
Faktor Determinan Tidak Dirawat Tetap Dirawat p-value
f % f % f % (95% CI)
Budaya
1. Kurang baik 14 43,8 18 56,2 32 100 2,778 0,062
2. Baik 7 21,9 25 78,1 32 100 (0,933-8,270)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
Biaya Pengobatan
1. Tidak terjangkau 19 43,2 25 56,8 44 100 6,840 0.009*
2. Terjangkau 2 10,0 18 90,0 20 100 (1,41-33,14)
Total 21 32,8 43 67,2 64 100
* bermakna pada α = 0.05

Tabel 4 menunjukkan bahwa pasien dengan diselaraskan dan diposisikan dalam kondisi anatomi, 2)
budaya baik (78,1%) lebih banyak memilih untuk tetap imobilisasi dengan fiksasi internal atau eksternal, yaitu
dirawat dibandingkan pasien dengan budaya kurang baik fragmen tulang harus diimobilisasi dan dipertahankan
(56,2%). Hasil analisis didapatkan tidak ada hubungan dan diselaraskan dalam posisi yang tepat sampai terjadi
antara budaya dengan kepatuhan pengobatan pasien penyatuan, 3) memelihara dan memulihkan fungsi tubuh
fraktur (p 0,062 > α 0,05). secara bertahap.
Pada tabel 4 juga digambarkan bahwa pasien Penanganan fraktur yang cepat dan tepat akan
fraktur dengan biaya pengobatan terjangkau (90%) lebih mempengaruhi proses penyembuhan dan pemulihan
banyak memilih untuk tetap dirawat dibandingkan tulang yang patah (Ignatavicius dan Workman, 2013).
pasien dengan biaya pengobatan yang tidak terjangkau Kecepatan dan ketepatan manajemen fraktur ditentukan
(56,8%). Hasil analisis didapatkan adanya hubungan oleh perilaku sakit yang ditunjukkan oleh pasien fraktur.
antara biaya pengobatan dengan kepatuhan pengobatan Perilaku sakit adalah suatu mekanisme koping, yang
pasien fraktur (p 0,009 ˂ α 0,05). Selain itu, pasien melibatkan cara individu menggambarkan, memantau,
dengan biaya pengobatan terjangkau mempunyai dan menafsirkan gejala-gejalanya, mengambil tindakan
peluang 6,8 kali untuk tetap dirawat dibandingkan pasien perbaikan, dan menggunakan sistem perawatan
dengan biaya pengobatan tidak terjangkau (OR = 6,840; kesehatan (Berman, Snyder, dan Frandsen, 2016).
95% CI 1,41-33,14). Menurut Suchman (1979) dalam Berman, Snyder,
dan Frandsen (2016), terdapat 5 tahap perilaku sakit
Pembahasan individu, yaitu: 1) merasakan gejala, 2) menerima peran
Fraktur merupakan istilah hilangnya kontinuitas yang sakit, 3) mencari pelayanan kesehatan untuk
tulang, baik bersifat total maupun sebagian yang mendapatkan pengobatan, 4) menunjukkan
ditentukan berdasarkan jenis dan luasnya (William dan ketergantungan pada tenaga professional, 5) pemulihan
Hopper, 2011). Menurut Hinkle dan Cheever (2018), dan rehabilitasi, dimana pasien melepaskan
penanganan fraktur terdiri dari: 1) reduksi (terbuka atau ketergantungan peran sakit dan melanjutkan peran dan
tertutup), yaitu pemulihan fragmen fraktur untuk
209
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
tanggung jawab sebelumnya.

210
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
Hasil penelitian ini menunjukkan perilaku sakit Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang ditunjukkan pasien fraktur dalam mencari Setyoningsih dan Artaria (2016) tentang “Pemilihan
kesembuhannya antara lain: 67,2% responden memilih Penyembuhan Penyakit Melalui Pengobatan Tradisional
tetap dirawat di rumah sakit untuk melanjutkan Non Medis atau Medis di Desa Jeru, Kecamatan
pengobatan fraktur dan terdapat 32,8% yang meminta Tumpang, Kabupaten Malang”, dengan pendekatan
pulang dan tidak melanjutkan pengobatan di rumah kualitatif. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa alasan
sakit. Penelitian Tarigan (2016) yang berjudul dipilihnya metode penyembuhan yang tepat yakni
“Karakteristik Pasien Fraktur di RSUP H. Adam Malik berdasarkan kepercayaan, tingkat keparahan sakit, dan
Medan Pasca Penanganan Awal oleh Pengobatan penyebab timbulnya penyakit.
Tradisional” juga menunjukkan bahwa 44,5% responden Menurut peneliti, tingkat keparahan pasien yang
memilih pengobatan tradisional selama 1 bulan, akan tidak melanjutkan pengobatan sangat menentukan
tetapi akhirnya tetap ke rumah sakit setelah mengalami pemilihan terhadap suatu pengobatan. Rumah sakit
neglected fracture. khususnya DPJP (dokter penanggung jawab pasien) dan
Notoadmodjo (2010) menjelaskan bahwa perawat diharapkan memberikan informasi dan edukasi
pencarian pelayanan kesehatan (health seeking yang lebih jelas tentang tindakan dan prosedur
behavior), mencakup tindakan-tindakan yang diambil pengobatan terhadap pasien, sehingga pasien mengetahui
seseorang bila sakit atau terkena masalah kesehatan kondisinya dan memiliki motivasi untuk melanjutkan
untuk mendapatkan kesembuhan atau terlepas dari pengobatan. Dukungan dari pihak rumah sakit akan
masalah kesehatan yang dideritanya. Pencarian mendorong pasien untuk membuat suatu keputusan yang
kesembuhan ini dilakukan pada fasilitas pelayanan baik untuk dirinya.
kesehatan, baik bersifat tradisional (dukun, shinse, Penelitian Rahman, Prabamurti, dan Riyanti
paranormal), maupun pengobatan profesional (rumah (2016) tentang “Faktor-Faktor yang Berhubungan
sakit, puskesmas, poliklinik, dan sebagainya). dengan Perilaku Pencarian Pelayanan Kesehatan pada
Menurut Berman, Snyder, dan Frandsen (2016) Santri di Pondok Pesantren Al Bisyri Tinjomoyo
yang menjelaskan bahwa faktor-faktor yang Semarang” menunjukan bahwa santri memiliki
mempengaruhi pasien untuk tetap memilih pengobatan keyakinan terhadap pelayanan kesehatan sebesar 52,1%.
dengan tenaga profesional, antara lain: 1) motivasi Secara keseluruhan santri sudah yakin terhadap
pasien untuk sehat, 2) pentingnya tingkat perubahan pelayanan kesehatan, akan tetapi masih ada santri yang
gaya hidup, 3) menghargai upaya pentingnya penurunan lebih yakin penyakitnya akan sembuh apabila melakukan
ancaman kesehatan, 4) kemampuan untuk memahami pengobatan sendiri, membeli obat-obatan di warung obat
dan menunjukan perilaku khusus, 5) tingkat keparahan dan berobat kepengobatan tradisional dibandingkan
penyakit, 6) meyakini bahwa terapi yang ditentukan atau berobat ke pelayanan kesehatan
disarankan akan membantu atau tidak dalam pengobatan, Keyakinan individu dalam pemilihan pengobatan
7) kompleksitas efek samping dari pengobatan, 8) merupakan salah satu keputusan pasien berdasarkan
warisan budaya dan keyakinan atau praktik yang informasi pengobatan, pengalaman, dan lainnya.
mendukung atau bertentangan dengan cara hidup, 9) Pemilihan pengobatan pada pasien fraktur dapat berupa
tingkat kepuasan dan kualitas dari jenis hubungan pengobatan secara medis, maupun non medis. Hal ini
dengan penyedia layanan kesehatan, dan 10) biaya total tidak terlepas dari efek samping yang ditimbulkan setiap
terapi keseluruhan. pengobatan pasien karena setiap usaha yang dilakukan
Hasil penelitian ini menemukan terdapat 3 faktor didasari pada persepsi pasien dalam memandang
yang berpengaruh terhadap pemilihan pengobatan pasien masalah penyakit tersebut. Selain itu, budaya yang
fraktur, yaitu: tingkat keparahan, keyakinan, dan biaya merupakan suatu kebiasaan yang dijalani oleh pasien,
pengobatan. Tingkat keparahan penyakit dilihat dari juga dapat memberikan dampak pada keberhasilan suatu
jenis fraktur yang dialami pasien, dimana didapatkan pengobatan penyakit yang dijalani pasien (Potter, Perry,
sebagian besar responden memiliki fraktur yang simple Stockert, dan Hall, 2011).
(56,2%). Keyakinan pasien fraktur untuk menjalani Peneliti berpendapat, pasien yang sudah yakin
pengobatan di rumah sakit sebesar 45,3%, dan biaya terhadap pelayanan kesehatan akan memiliki
pengobatan fraktur yang terjangkau sebesar 31,2%. kepercayaan penuh pada tenaga professional di rumah
Menurut Berman, Snyder, dan Frandsen (2016), sakit untuk membantu proses penyembuhan fraktur yang
tingkat keparahan penyakit merupakan salah cara yang dialaminya. Pasien akan mematuhi apa yang
dapat dilihat melalui batasan-batasan masalah yang diinstruksikan dan dapat berkoordinasi dengan baik
ditemukan dalam suatu penyakit. Tingkat keparahan selama proses pengobatan. Sedangkan pasien yang
penyakit yang dialami pasien fraktur dapat dilihat kurang yakin dengan pengobatan professional akan
berdasarkan jenis terjadinya fraktur, hasil dari fraktur memilih untuk melakukan pengobatan sendiri, membeli
yang berupa pemeriksaan fisik yang dilihat secara obat-obatan di warung obat, dan berobat ke pengobatan
langsung melalui hasil rontgent (apabila fraktur tidak tradisional.
menembus kulit).

211
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
Notoatmodjo (2010) menyatakan bahwa (jenis fraktur yang dialami), keyakinan pasien terhadap
pemanfaatan tempat pengobatan tradisional masih pengobatan medis dan keterjangkauan biaya pengobatan.
menjadi pilihan seseorang yang mengalami patah tulang Hasil penelitian ini memberikan rekomendasi
untuk mengobati sakitnya. Biaya kesehatan di rumah terhadap tenaga professional khususnya perawat, bahwa
sakit yang tergolong cukup mahal membuat masyarakat diperlukan pendekatan secara persuasif dan edukasi
lebih memilih pengobatan alternatif. Faktor ekonomi dengan komunikasi dan media yang tepat pada pasien
mempunyai peranan besar dalam penerimaan atau fraktur dan keluarga agar mereka dapat mengambil
penolakan suatu pengobatan. Faktor ini diperkuat keputusan yang tepat dalam pengobatan fraktur yang
dengan persepsi masyarakat bahwa pengobatan alternatif dialaminya.
membutuhkan sedikit tenaga, biaya, dan waktu.
Pada penelitian ini, berdasarkan wawancara DAFTAR PUSTAKA
terhadap responden, diketahui bahwa responden Kemenkes RI. Hasil Riset Kesehatan Dasar. Jakarta:
menyatakan selama biaya yang dimiliki cukup maka Balitbangkes RI; 2013.
pasien akan berusaha untuk menjalani pengobatan secara Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan: Teori & Aplikasi.
teratur, tetapi jika biaya yang mereka tidak ada maka Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.
mereka memilih untuk tidak lanjut dalam pengobatan. RSUD Raden Mattaher Jambi. Data Rekam Medis
Hasil penelitian Wijaya (2016) tentang “Persepsi Pasien Tahun 2017. Jambi: RSUD Raden Mattaher;
Fraktur Tentang Pengobatan Alternatif di Cimande 2018.
Ciputat Tangerang” menunjukan bahwa pengobatan Berman, Snyder, dan Frandsen. Kozier & Erb’s
alternatif lebih terjangkau biayanya dibandingkan Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and
pengobatan medis (53%). Practice. Tenth Edition. USA: Pearson; 2016.
Berdasarkan hasil penelitian ini, ada beberapa Potter, Perry, Stockert, & Hall. Basic Nursing. Seventh
solusi yang dapat diterapkan. Pertama, pada pasien Edition. St. Louis: Mosby Elsevier; 2011.
fraktur yang mempunyai keinginan tidak melanjutkan Hinkle, J.L. dan Cheever, K.H. Brunner & Suddarth’s
pengobatan dapat diberikan informasi yang jelas tentang Textbook of Medical-Surgical Nursing. Fourth
efek samping pengobatan (operasi) dan dampak jika Edition. Philadelphia: Lippincott Williams &
tidak operasi, serta kecacatan yang mungkin terjadi. Wilkins; 2018.
Pemberian informasi dapat dilakukan dengan cara Ignatavicius, D.D. dan Workman, M.L. Medical
pendidikan kesehatan maupun pemberian leaflet. Surgical Nursing: Patient-Centered Collaborative
Kedua, rumah sakit mengadakan pendekatan Care. Seventh Edition. St.Louis: Elsevier
dengan pasien dan keluarga terlebih dahulu dengan Saunders; 2013.
komunikasi yang efektif sehingga ada kepercayaan William, L.S. dan Hopper, P.D. Understanding Medical
pasien dan keluarga terhadap pengobatan yang Surgical Nursing. Fifth Edition. Philadelphia: F.A.
disarankan oleh pihak rumah sakit. Edukasi dengan Davis Company; 2011.
komunikasi yang baik terhadap pasien dan keluarga Tarigan, A.B. Karakteristik Pasien Fraktur di RSUP H.
sangat penting dilakukan, karena tidak semua pasien Adam Malik Medan Pasca Penanganan Awal oleh
yang dirawat mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi Pengobatan Tradisional. Karya Tulis Ilmiah.
dan mempunyai persepsi yang berbeda-beda. Medan: USU; 2016. Diunduh dari
Ketiga, diharapkan untuk rumah sakit dalam https://pdfs.semanticscholar.org. pada tanggal 2
mengatasi keluhan dari pasien fraktur terkait September 2018.
pembiayaan, sebaiknya ada sebuah kebijakan terhadap Setyoningsih, A dan Artaria, M.D. Pemilihan
waktu pengurusan surat-surat jaminan pasien, baik Penyembuhan Penyakit Melalui Pengobatan
jaminan BPJS, Kesda, SKTM, dan Jasa Raharja. Badan– Tradisional Non Medis atau Medis di Desa Jeru,
badan pemberi penjaminan biaya sebaiknya duduk Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang. Jurnal
bersama untuk lebih memperjelas tentang pembiayaan Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Volume 29
pasien, baik fraktur yang hanya dirawat maupun No. 1 Tahun 2016 halaman 46-59. Diunduh dari
tindakan pemasangan alat atau plate. Sehingga pasien https://www. researchgate.net/publication pada
tidak lagi takut dengan biaya alat dan tindakan operasi tanggal 2 September 2018.
yang akan dilakukan kepadanya ataupun keluarganya. Rahman, Prabamurti, dan Riyanti. Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Perilaku Pencarian
SIMPULAN Pelayanan Kesehatan (Health Seeking Behavior)
Pemilihan pengobatan pasien fraktur sudah dalam pada Santri di Pondok Pesantren Al Bisyri
kategori baik, karena sebagian besar pasien fraktur Tinjomoyo Semarang. Jurnal Kesehatan
memilih untuk tetap dirawat di rumah sakit dan Masyarakat (e-Journal) Volume 4 No.5 Tahun
melanjutkan pengobatan frakturnya. Determinan 2016. Diunduh dari https://ejournal3.undip.ac.id
pemilihan pengobatan adalah tingkat keparahan penyakit pada tanggal 2 September 2018.

212
Sovia et al, Determinan Pemilihan Pengobatan Pasien Fraktur di RSUD Raden Mattaher Jambi Tahun
2018
Wijaya, M.M. Persepsi Pasien Fraktur Tentang
Pengobatan Alternatif Di Cimande Ciputat
Tangerang. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah; 2016. Diunduh dari
http://repository.uinjkt.ac.id pada tanggal 2
September 2018.

213

Anda mungkin juga menyukai