Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

KEDUDUKAN AKAL DAN WAHYU DALAM ISLAM

Makalah ini dibuat untuk memnuhi tugas dari: Bapak Iqbal Muzaqi, S.P. Ag

Disusun oleh

Aldy Kurnia Putra 1910631030060

Candra Gunawan 1910631030163

UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG

S1 AKUNTANSI

2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sumber Agama Dan Ajaran Islam” tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen
kami pada mata kuliah Agama.

Kami menyampaikan terima kasih kepada Bapak Iqbal Muzaqi, S.P. Ag


selaku dosen pengajar dalam mata kuliah Agama yang telah memberikan banyak
ilmu dan bimbingan, serta semua pihak yang telah memberikan dukungan moril
dan materil sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan


dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun dari para pembaca, yang nantinya dapat digunakan untuk
penyempurnaan makalah ini dan kami berharap semoga makalah ini berguna bagi
para pembaca dan pihak-pihak lain yang berkepentingan.

Karawang, 7 April 2021

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I.......................................................................................................................4

PENDAHULUAN...................................................................................................4

Latar Belakang masalah.......................................................................................4

Rumusan Masalah................................................................................................5

Tujuan...................................................................................................................5

BAB II......................................................................................................................6

PEMBAHASAN......................................................................................................6

Pengertian akal.....................................................................................................6

Pengertian wahyu.................................................................................................7

Kedudukan Akal dan Wahyu...............................................................................8

Karakteristik Wahyu.............................................................................................9

Pentingnya akal....................................................................................................9

Kekuatan akal dan wahyu...................................................................................10

Fungsi akal dan wahyu dalam perspektif kalam................................................10

BAB III..................................................................................................................13

PENUTUP..............................................................................................................13

Kesimpulan.........................................................................................................13

Saran...................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang masalah
Kedudukan akal dan wahyu dalam Islam menempati posi yang sangat terhormat,
melebihi agama-agama lain. karena Akal dan wabyu adalah suatu yang sangat
urgen untuk manusia, dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk
mencapai derajat ketaqwaan kepada Sang Kholiq, akal pun harus dibina dengan
ilmu-ilmu sehingga menghasilkan budi pekerti yang sangat mulia yang menjadi
dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari peanutan kita Baginda Rasulullah
SAW. Tidak hanya itu dengan akal juga manusia bisa menjadi ciptaan pilihan
yang Allah amatkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini, begitu juga
dengan wahyu yang dimana wahyu adalah pemberian Allah yang sangat luar biasa
untuk membimbing manusia pada jalan yang urus.

Namun dalam mengeunakan akal terbatas akan hal-hal bersikat tauhid,


karena Ketahuitan Sang pencipta tak akan terukur dalam menemukan titik akhir,
begitu pula dengan wahyu sang Esa, karena wahyu dberikan kepada orang-orang
terpilih dan semata-mata untuk menunjukkan kebesaran Alah Maka dalam
menangani antara wahyu dan akal harus selalu mengingat bahwa semua itu karena
Allah semata. Dan tidak akan terjadi jika Allah tak mengizinkannya. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah kemusyrikan terhadap Allah karena kesombangnnya.

Akal mengandung arti daya untuk memperoleh pengetahuan, membuat


seseorang dapat membedakan antara benda yang atu dengan benda yang lainya.
disamping memiliki kemampuan yang kongkrit, akal dapat mengabstrakan benda-
benda yang ditangkap panca indra atau benda-benda konkrit bahkan membedakan
antara kebaikan dan keburukan atau mempunyai fungsi moral.

Akal dalam pengertian Isam adalah daya berpkir yang terdapat dalam jiwa
manusia memperoleh pengetahuan dengan menperhatikan alam sekitarya.
Pengertian inilah yang dikontraskan dengan wahyu yang membawa pengetahunn
dari luar diri manusia.
Walyu berasal dari bahas Arab al-wahyu. artinya suara, api dan kecepatan,
bisikan, isyarat, dan tulisan. Juga berati pemberitahuan secara sembunyi dan
cepat. Pemberitahuan yang dimaksud datang dari luar diri munusia. Yaitu Tuhan
Dengan demikian wahyu diartikan penyampaian sabda Tuhan kepada pilihanya
agar diteruskan kepada umat manusia untuk djadikan pegangan hidup. Berbeda
dengan akal yang memberi kemampuan kepada manusia untuk berpikir agar
mereka bisa mampu memilah/memilih mana yang baik dan yang buruk. maka dari
itu kita bedakan akal dan wahyu serta hubungannya dengan ilmu kedudukan
islam.

Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akal dan wahyu?
2. Bagaimana Pentingnya akal dan wahyu dalam kehidupan ?
3. Bagaimana fungsi akal dan wahyu dalam prespektif kalam
4. Bagaimana kedudukan akal dan wahyu dalam pemikiran islam?

Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian akal dan wahyu
2. Menjelaskan pentingnya akal dan wahyu kehidupan islam
3. Untuk menjelaskan fungsi akal dan wahyu dalam perspektif kalam
4. Menjabarkan kedudukan akal dan wahyu dalam pemikiran islam
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian akal
Akal berasal dari bahasa Arab Al-‘aql yang mengandung arti mengerti,
memahami, dan berpikir. Kata Al-‘aql mengandung arti yang sama
dengan nous, yang berarti daya berpikir yang terkandung dalam jiwa manusia.
Pada zaman jahiliyah term akal digunakan dalam arti kecerdasan praktis, yang
dalam istilah psikologi disebut kecakapan memecahkan masalah.[4] Dalam
Alqur’an akal disebut lebih dari 45 ayat, diantaranya Al-baqarah ayat 242, Al-
Anfal ayat 22, An-Nahl ayat 11-12, dll.[5]
Pengetahuan dalam bentuk akal meliputi pengetahuan indra, ilmu
pengetahuan, dan filsafat. Pengetahuan indra diperoleh dari pengalaman indrawi
(pancaindra), ilmu pengetahuan diperoleh melalui penyelidikan dan penelitian,
sedangkan pengetahuan filsafat merupakan hasil proses berfikir.[6]
Wahyu berasal dari bahasa Arab Al-wahy yang berarti suara, api, dan
kecepatan. Di samping itu ia juga mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan, dan
kitab. Al-wahy juga mengandung arti “pemberitahuan secara tersembunyi dan
dengan cepat” atau juga “apa yang disampaikan Tuhan kepada Nabi”. Agaknya
dari beberapa pengertian di atas, pengertian terakhirlah yang banyak kita pahami
sekarang ini.[7]
Dalam Islam, wahyu atau sabda Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad s.a.w. terkumpul dalam Al-qur’an. Penjelasan tentang cara terjadinya
komunikasi antara Allah dengan Nabi ada dalam Al-qur’an itu sendiri. Dalam
surat Ash-Shura ayat 51[8] dijelaskan bahwa ada 3 cara Allah untuk
menyampaikan wahyu kepada Nabi, yaitu:
1)    Melalui jantung hati Nabi dalam bentuk ilham
2)    Dari belakang tabir, dan
3)    Mengirimkan utusan.
dan dijelaskan juga dalam 3 ayat Al-qur’an yaitu Ash-Shu’ara ayat 192-195,
An-Nahl ayat 102, dan Al-Baqarah ayat 97, bahwa Nabi Muhammad memperoleh
wahyu dengan cara ketiga melalui Jibril.[9]
Jadi, akal diberikan Allah kepada seluruh umat manusia agar manusia dapat
berfikir dan berhasil menemukan kebenaran. Pada umumnya akal banyak
digunakan oleh kaum rasionalis dan para filosof. Sedangkan wahyu hanya
diturunkan kepada para nabi dan rasul Allah, selanjutnya para nabi dan rasul
itulah yang menyampaikan kepada umat manusia.[10]

2. Pengertian wahyu
Wahyu adalah sabda Tuhan yang mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman
yang diperlukan umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik di dunia maupun
akhirat yaitu yang sudah tertulis di dalam Al-Qur;an Dalam Islam wahyu atau
sabda yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, terkumpul semuanya
dalam Al-Qur‟an. Penjelasan tentang cara terjadinya komunikasi antara Tuhan
dan nabi-nabiNya, yang diberikan oleh Alqur‟an sendiri.Salah satu di dalam
Alqur‟an surat An-Nahl ayat 102 yang artinya “Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril)
menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati)
orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".

Telah digambarkan dalam konsep wahyu terkandung pengertian adanya


komunikasi antara Tuhan, yang bersifat imateri dan manusia yang bersifat materi.
Sebagai telah disebut wahyu yang disampaikan Tuhan kepada Nabi Muhammad
Saw, melalui Jibril mengambil bentuk Al-Qur‟an. Alqur‟an mengandung sabda,
firman, dan wahyu, sebagai yang disebut dalam satu ayat di atas, diturunkan
dalam bentuk berbahasa Arab. Wahyu turun juga untuk memberi penjelasan
tentang perincian hukuman dan balasan yang akan diterima manusia di akhirat
kelak. Al-Qodi „Abd Al-Jabbar menegaskan bahwa akal tidak dapat mengetahui
besar kecilnya pahala di surga dan hukuman di neraka nanti. Menurut Al-Jubba‟I
wahyulah yang menjelaskan semua itu. Wahyu akan datang untuk memperkuat
apa yang telah diketahu akal. Rasul-rasul datang untuk memperkuat apa yang
telah ditempatkan Tuhan dalam akal manusia dan untuk menerangkan perincian
apa yang telah diketahui akal. Jelas kiranya bahwa wahyu yang memberi daya
yang kuat kepada akal, tidak membelakangkan wahyu, tetapi tetap berpegang dan
berhajat pada wahyu yang disampaikan oleh Allah Swt.

Menurut bahasa, wahyu mempunyai arti pemberian isyarat, pembicaraan rahasia,


dan mengerakan hati. Sedangkan menurut istilah adalah wahyu merupakan
pemberitahuan yang datangnya dari Allah kepada para nabi-Nya yang di
dalamnya terdapat penjelasan-penjelasan dan petunjuk kepada jalan yang lurus
dan benar. Jadi bisa disimpulkan dari beberapa pendapat bahwa wahyu secara
syara‟ yaitu pengetahuan yang diberikan oleh Allah kepada Nabi-NabiNya, secara
langsung maupun tidak langsung dengan perantaraan malaikat ataupun tidak,
dengan suara atau tidak tetap dia paham dengan apa yang telah diterimanya.
Wahyu itu adalah suatu kebenaran yang datang dari Allah kepada manusia
tertentu. Wahyu itu terjadi karena adanya komunikasi yang langsung antara Tuhan
dan Manusia.

3. Kedudukan Akal dan Wahyu


Akal mempunyai kedudukan yang tinggi dalam setiap pemikiran islam. Akal tidak
pernah menentang wahyu, akal akan selalu tunduk terhadap wahyu. Akal yang
digunakan oleh manusia untuk memahami wahyu yang turun dan kemudian
menyampaikannya kembali kepada selurut umat. Peningkatan daya akal adalah
salah satu hal penting dalam membina perilaku dan budi pekerti manusia dan
menjadi dasar dalam sumber kehidupan manusia.

Sedangkan wahyu memiliki kedudukan sebagai petujuk. Wahyu juga diartikan


sebagai pemberitahuan dari Allah SWT kepada utusannya yaitu para nabi dan
rasul lalu disampaikan kepada umatnya yang akan digunakan sebagai pedoman
hidup. Wahyu berisi kandungan ajaran, petunjuk, pedoman yang berguna bagi
manusia untuk kehidupan di dunia maupun di akhirat.

Manusia adalah makhluk yang memiliki akal. kecerdasan akal manusialah yang
telah menempatkan manusia pada posisi yang mulia di dunia dibandingkan
dengan hewan dan tumbuhan. Dengan kemampuan akal inilah manusia dapat
mengembangkan ilmu alam dan teknologi. Namun akal tidak serta merta mampu
membuat manusia memahami hakikat eksistensinya. Hakikat eksistensi manusia
tidak dapat di capai dengan menggunakan refleksi dan perenungan rasional
semata.

Hakikat dari eksistensi manusia hanya dapat dipahami dengan perantaraan wahyu
dari tuhan (Allah.SWT). Filsafat yang dibuat oleh manusia sebagi upaya
pencarian makna dan hikmah dari eksistensi manusia tidak akan mencapai suatu
kepuasan dan ketetapan hati, karena akal tidak berfungsi untuk menetapkan
hukum dan penetapan makna hidup,yang berhak menentukan hukum dan makna
hidup adalah tuhan dan tuhan tidak membiarkan ciptaannya itu hidup tanpa di beri
petunjuk (wahyu).

4. Karakteristik Wahyu

Adapun karakteristik wahyu adalah sebagai berikut:

1) Wahyu yang berasal dari al-quran dan al-hadist bersumber dari Allah
SWT, sedangkan Nabi Muhammad hanya menyampaikan wahyu ini
kepada seluruh umat manusia.
2) Wahyu merupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat
manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik itu perintah disampaikan
dalam bentuk umum atau khusus.
3) Wahyu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya ungkap
dan gaya bahasa yang berlaku.
4) Hal-hal yang dibawa dalam wahyu Allah SWT tidak ada yang
bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal.
5) Wahyu merupakan satu-kesatuan yang lengkap tanpa terpisah-pisah.
6) Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. Baik
itu berupa perintah maupun larangan.
7) Sesungguhnya wahyu yang diturunkan ke bumi berupa Al-quran dan
Sunah rasul turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang
cukup lama.
5. Pentingnya akal
Akal menurut pendapat Muhammad Abduh adalah suatu daya yang hanya dimiliki
manusia dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap
kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan
sumber kehidupan dan kebahagian bangsa-bangsa.

Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau
tidak didasarkan akal. Iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat
dan akalah yang menjad sumber keyakinan pada tuhan. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman dalam al-Quran Surah Ali Imran ayat 191 yang artinya ” (yaitu) orang-
orang yang mengingat allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaaan langit dan bumi (seraya
berkata): ”ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha
suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka”. (QS: Ali Imran: 191).

6. Kekuatan akal dan wahyu


a. Kekuatan akal
Adapun kekuatan akal yang dimilikinya adalah sebagai berikut :
1) Mampu mengetahui allah beserta sifatnya.
2) Mengetahui adanya kehidupan setelah dunia yakni akhirat.
3) Mengetahui mana yang haq dan yang bathil.
4) Mengetahui kebahagian atau kesengsaraan di akhirat bergantung
pada amalan yang diperbuat selama hidup di dunia.
5) Membuat hukum-hukum yang berlaku di masyarakat
b. Kekuatan wahyu
Adapun kekuatan wahyu adalah sebagai berikut :
1) Mampu meyakinkan hati manusia yang memiliki keraguan
2) Memiliki 2 mukjizat yakni Al-quran dan As-sunah
3) Diturunkan kepada manusia terpilih yaitu nabi dan rasul
7. Fungsi akal dan wahyu dalam perspektif kalam
Akal dan wahyu merupakan sumber pengetahuan manusia tentang keberadaan
tuhan, tentang bagaimana cara bersyukur atas nikmat yang telah didapat, serta
bagaimana manusia mampu menjalankan perintah tuhan dan menjauhi segala
larangannya. Adapun perspektif kalam dalam menjelaskan fungsi akal dan wahyu
adalah sebagai berikut:

1. Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah dikenal sebagai aliran yang bersifat rasionalis islam. Hal
ini dikarenakan Mu’tazilah banyak menggunakan akal dalam pembahasan-
pembahasan teologisnya. Aliran ini berpendapat bahwa semua hal yang
ada di dunia ini termasuk pengetahuan itu diperoleh dengan adanya akal
dan kewajiban yang harus dilakukan juga menggunakan perantara akal.
Tokoh-tokoh aliran ini berpendapat bahwa hal-hal yang berkaitan dengan
tuhan serta baik buruknya manusia dalam mensyukuri nikmat tuhan adalah
wajib, bahkan sebelum wahyu turun. Namun pendapat mereka tentang
peranan wahyu sangatlah penting. Dalam hal ini peran wahyu yaitu
konfirmasi dan informasi, yang memperkuat apa yang diketahui oleh akal
dan menjabarkan hal apa saja yang tidak diketahui akal. Akan tetapi,
wahyu tidak selamanya menentukan mana yang baik maupun yang buruk.
Secara artian akal mengetahui secara garis besarnya, tetapi wahyu mampu
menjelaskan secara perinciannya.

2. Aliran Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah kebalikan dari aliran Mu’tazilah yakni segala kewajiban
manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu. Akal tidak adapat
membantu sesuatu menjadi wajib dan tidak dapat mengetahui hal yang
baik dan buruk. Aliran ini berpendapat bahwa akal dapat nmengetahui
tuhan, namun melalui wahyulah manusia dapat mengetahui orang yang
baik akan mendapat pahala dan orang yang berbuat maksiat akan
mendapat hukuman. Menurut Asy’ari, akal tidak mampu mengetahui
kewajiban manusia hanya mampu mengetahui tuhan. Dengan demikian
Asy’ariyah berpendapat yang menetapkan kewajiban adalah al-hakim
(pembuat hukum) yakni Allah SWT. Berbeda dengan Mu’tazilah yang
menjadikan akal sebagai al-hakim. Sehingga Asy’ariyah memberikan
fungsi yang lebih kecil kepada akal, sedangkan Mu’tazilah memiliki
fungsi yang jauh lebih banyak.

3. Aliran maturidiyah
Aliran ini termasuk ke dalah ahlusunnah wal jama’ah . dalam aliran ini,
akal memiliki peranan penting dalam teologi dan ajaran agamanya. Akal
dapat membantu memahami keesaan Allah, sifat, dan zatnya. Aliran
maturidiyah menempati posisi tengah antara Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
Aliran maturidiyah dibagi menjadi dua kelompok, yakni Maturidiyah
Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Dari kedua kelompok ini
Maturidiyah Samarkand mendekati aliran Mu’tazilah sedangkan
Maturidiyah Bukhara menempatkan akal dan wahyu dalam kedudukan
yang sama.

Tabel perbandingan fungsi akal dan wahyu

Aliran Fungsi Akal Fungsi Wahyu


Mu’tazilah Mengetahui adanya tuhan Hanya sebagai konfirmasi dan
Kewajiban mengetahui tuhan informasi atas apa yang didapat
Mengetahui baik dan buruk melalui akal
Kewajiban mengerjakan yang baik
dan meninggalkan yang buruk
Asy’ariyah Mengetahui adanya tuhan Kewajiban mengetahui tuhan
Mengetahui baik dan buruk
Kewajiban mengerjakan yang baik
dan meninggalkan yang buruk
Maturidiyah Mengetahui adanya tuhan Kewajiban mengerjakan yang baik
Samarkhand Mengetahui baik dan buruk dan meninggalkan yang buruk
Kewajiban mengetahui adanya
tuhan
Maturidiyah Mengetahui adanya tuhan Kewajiban mengetahui adanya
Bukhara Mengetahui baik dan buruk tuhan
Kewajiban mengerjakan yang baik
dan meninggalkan yang buruk

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Akal dan wahyu memiliki kedudukan yang sangat penting dalam islam. Akal
dapat dimiliki oleh setiap manusia, sedangkan wahyu merupakan informasi yang
diturunkan oleh Allah SWT tanpa diketahui oleh manusia. Akal dan wahyu sama-
sama menghasilkan pengetahuan, meskipun tingkatan kebenarannya berbeda.
Dalam hal ini kebenaran yang didapat melalui akal hanya bersifat relatif
sedangkan kebernaran yang diperoleh melalui wahyu bersifat absolut. Wahyu juga
bersumber dari Allah SWT sedangkan akal bersumber dari manusia.

Saran
Setiap manusia harus menggunakan akal dengan sebaik-baiknya. Sementara
wahyu yang diperoleh harus dipahami oleh setiap manusia sehingga dapat
menuntun manusia ke dalam kebaikan dan menjauhi keburukan.
DAFTAR PUSTAKA

Hutasuhut, E. (2017). Akal dan Wahyu Dalam Islam. 18-31.

Anda mungkin juga menyukai