MAKALAH Kedudukan Akal Dan Wahyu Dalam Islam
MAKALAH Kedudukan Akal Dan Wahyu Dalam Islam
Makalah ini dibuat untuk memnuhi tugas dari: Bapak Iqbal Muzaqi, S.P. Ag
Disusun oleh
S1 AKUNTANSI
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Sumber Agama Dan Ajaran Islam” tepat pada waktunya. Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas yang diberikan dosen
kami pada mata kuliah Agama.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I.......................................................................................................................4
PENDAHULUAN...................................................................................................4
Rumusan Masalah................................................................................................5
Tujuan...................................................................................................................5
BAB II......................................................................................................................6
PEMBAHASAN......................................................................................................6
Pengertian akal.....................................................................................................6
Pengertian wahyu.................................................................................................7
Karakteristik Wahyu.............................................................................................9
Pentingnya akal....................................................................................................9
BAB III..................................................................................................................13
PENUTUP..............................................................................................................13
Kesimpulan.........................................................................................................13
Saran...................................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang masalah
Kedudukan akal dan wahyu dalam Islam menempati posi yang sangat terhormat,
melebihi agama-agama lain. karena Akal dan wabyu adalah suatu yang sangat
urgen untuk manusia, dialah yang memberikan perbedaan manusia untuk
mencapai derajat ketaqwaan kepada Sang Kholiq, akal pun harus dibina dengan
ilmu-ilmu sehingga menghasilkan budi pekerti yang sangat mulia yang menjadi
dasar sumber kehidupan dan juga tujuan dari peanutan kita Baginda Rasulullah
SAW. Tidak hanya itu dengan akal juga manusia bisa menjadi ciptaan pilihan
yang Allah amatkan untuk menjadi pemimpin di muka bumi ini, begitu juga
dengan wahyu yang dimana wahyu adalah pemberian Allah yang sangat luar biasa
untuk membimbing manusia pada jalan yang urus.
Akal dalam pengertian Isam adalah daya berpkir yang terdapat dalam jiwa
manusia memperoleh pengetahuan dengan menperhatikan alam sekitarya.
Pengertian inilah yang dikontraskan dengan wahyu yang membawa pengetahunn
dari luar diri manusia.
Walyu berasal dari bahas Arab al-wahyu. artinya suara, api dan kecepatan,
bisikan, isyarat, dan tulisan. Juga berati pemberitahuan secara sembunyi dan
cepat. Pemberitahuan yang dimaksud datang dari luar diri munusia. Yaitu Tuhan
Dengan demikian wahyu diartikan penyampaian sabda Tuhan kepada pilihanya
agar diteruskan kepada umat manusia untuk djadikan pegangan hidup. Berbeda
dengan akal yang memberi kemampuan kepada manusia untuk berpikir agar
mereka bisa mampu memilah/memilih mana yang baik dan yang buruk. maka dari
itu kita bedakan akal dan wahyu serta hubungannya dengan ilmu kedudukan
islam.
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian akal dan wahyu?
2. Bagaimana Pentingnya akal dan wahyu dalam kehidupan ?
3. Bagaimana fungsi akal dan wahyu dalam prespektif kalam
4. Bagaimana kedudukan akal dan wahyu dalam pemikiran islam?
Tujuan
1. Untuk menjelaskan pengertian akal dan wahyu
2. Menjelaskan pentingnya akal dan wahyu kehidupan islam
3. Untuk menjelaskan fungsi akal dan wahyu dalam perspektif kalam
4. Menjabarkan kedudukan akal dan wahyu dalam pemikiran islam
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian akal
Akal berasal dari bahasa Arab Al-‘aql yang mengandung arti mengerti,
memahami, dan berpikir. Kata Al-‘aql mengandung arti yang sama
dengan nous, yang berarti daya berpikir yang terkandung dalam jiwa manusia.
Pada zaman jahiliyah term akal digunakan dalam arti kecerdasan praktis, yang
dalam istilah psikologi disebut kecakapan memecahkan masalah.[4] Dalam
Alqur’an akal disebut lebih dari 45 ayat, diantaranya Al-baqarah ayat 242, Al-
Anfal ayat 22, An-Nahl ayat 11-12, dll.[5]
Pengetahuan dalam bentuk akal meliputi pengetahuan indra, ilmu
pengetahuan, dan filsafat. Pengetahuan indra diperoleh dari pengalaman indrawi
(pancaindra), ilmu pengetahuan diperoleh melalui penyelidikan dan penelitian,
sedangkan pengetahuan filsafat merupakan hasil proses berfikir.[6]
Wahyu berasal dari bahasa Arab Al-wahy yang berarti suara, api, dan
kecepatan. Di samping itu ia juga mengandung arti bisikan, isyarat, tulisan, dan
kitab. Al-wahy juga mengandung arti “pemberitahuan secara tersembunyi dan
dengan cepat” atau juga “apa yang disampaikan Tuhan kepada Nabi”. Agaknya
dari beberapa pengertian di atas, pengertian terakhirlah yang banyak kita pahami
sekarang ini.[7]
Dalam Islam, wahyu atau sabda Allah yang disampaikan kepada Nabi
Muhammad s.a.w. terkumpul dalam Al-qur’an. Penjelasan tentang cara terjadinya
komunikasi antara Allah dengan Nabi ada dalam Al-qur’an itu sendiri. Dalam
surat Ash-Shura ayat 51[8] dijelaskan bahwa ada 3 cara Allah untuk
menyampaikan wahyu kepada Nabi, yaitu:
1) Melalui jantung hati Nabi dalam bentuk ilham
2) Dari belakang tabir, dan
3) Mengirimkan utusan.
dan dijelaskan juga dalam 3 ayat Al-qur’an yaitu Ash-Shu’ara ayat 192-195,
An-Nahl ayat 102, dan Al-Baqarah ayat 97, bahwa Nabi Muhammad memperoleh
wahyu dengan cara ketiga melalui Jibril.[9]
Jadi, akal diberikan Allah kepada seluruh umat manusia agar manusia dapat
berfikir dan berhasil menemukan kebenaran. Pada umumnya akal banyak
digunakan oleh kaum rasionalis dan para filosof. Sedangkan wahyu hanya
diturunkan kepada para nabi dan rasul Allah, selanjutnya para nabi dan rasul
itulah yang menyampaikan kepada umat manusia.[10]
2. Pengertian wahyu
Wahyu adalah sabda Tuhan yang mengandung ajaran, petunjuk dan pedoman
yang diperlukan umat manusia dalam perjalanan hidupnya baik di dunia maupun
akhirat yaitu yang sudah tertulis di dalam Al-Qur;an Dalam Islam wahyu atau
sabda yang disampaikan kepada Nabi Muhammad Saw, terkumpul semuanya
dalam Al-Qur‟an. Penjelasan tentang cara terjadinya komunikasi antara Tuhan
dan nabi-nabiNya, yang diberikan oleh Alqur‟an sendiri.Salah satu di dalam
Alqur‟an surat An-Nahl ayat 102 yang artinya “Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril)
menurunkan Al Quran itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati)
orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi
orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)".
Manusia adalah makhluk yang memiliki akal. kecerdasan akal manusialah yang
telah menempatkan manusia pada posisi yang mulia di dunia dibandingkan
dengan hewan dan tumbuhan. Dengan kemampuan akal inilah manusia dapat
mengembangkan ilmu alam dan teknologi. Namun akal tidak serta merta mampu
membuat manusia memahami hakikat eksistensinya. Hakikat eksistensi manusia
tidak dapat di capai dengan menggunakan refleksi dan perenungan rasional
semata.
Hakikat dari eksistensi manusia hanya dapat dipahami dengan perantaraan wahyu
dari tuhan (Allah.SWT). Filsafat yang dibuat oleh manusia sebagi upaya
pencarian makna dan hikmah dari eksistensi manusia tidak akan mencapai suatu
kepuasan dan ketetapan hati, karena akal tidak berfungsi untuk menetapkan
hukum dan penetapan makna hidup,yang berhak menentukan hukum dan makna
hidup adalah tuhan dan tuhan tidak membiarkan ciptaannya itu hidup tanpa di beri
petunjuk (wahyu).
4. Karakteristik Wahyu
1) Wahyu yang berasal dari al-quran dan al-hadist bersumber dari Allah
SWT, sedangkan Nabi Muhammad hanya menyampaikan wahyu ini
kepada seluruh umat manusia.
2) Wahyu merupakan perintah yang berlaku umum atas seluruh umat
manusia, tanpa mengenal ruang dan waktu, baik itu perintah disampaikan
dalam bentuk umum atau khusus.
3) Wahyu adalah nash-nash yang berupa bahasa arab dengan gaya ungkap
dan gaya bahasa yang berlaku.
4) Hal-hal yang dibawa dalam wahyu Allah SWT tidak ada yang
bertentangan dengan akal, bahkan ia sejalan dengan prinsip-prinsip akal.
5) Wahyu merupakan satu-kesatuan yang lengkap tanpa terpisah-pisah.
6) Wahyu itu menegakkan hukum menurut kategori perbuatan manusia. Baik
itu berupa perintah maupun larangan.
7) Sesungguhnya wahyu yang diturunkan ke bumi berupa Al-quran dan
Sunah rasul turun secara berangsur-angsur dalam rentang waktu yang
cukup lama.
5. Pentingnya akal
Akal menurut pendapat Muhammad Abduh adalah suatu daya yang hanya dimiliki
manusia dan oleh karena itu dialah yang membedakan manusia dengan makhluk
lainnya. Akal adalah tonggak kehidupan manusia yang mendasar terhadap
kelanjutan wujudnya, peningkatan daya akal merupakan salah satu dasar dan
sumber kehidupan dan kebahagian bangsa-bangsa.
Akal adalah jalan untuk memperoleh iman sejati, iman tidaklah sempurna kalau
tidak didasarkan akal. Iman harus berdasar pada keyakinan, bukan pada pendapat
dan akalah yang menjad sumber keyakinan pada tuhan. Dalam hal ini Allah SWT
berfirman dalam al-Quran Surah Ali Imran ayat 191 yang artinya ” (yaitu) orang-
orang yang mengingat allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaaan langit dan bumi (seraya
berkata): ”ya tuhan kami, tiadalah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, maha
suci engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka”. (QS: Ali Imran: 191).
1. Aliran Mu’tazilah
Aliran Mu’tazilah dikenal sebagai aliran yang bersifat rasionalis islam. Hal
ini dikarenakan Mu’tazilah banyak menggunakan akal dalam pembahasan-
pembahasan teologisnya. Aliran ini berpendapat bahwa semua hal yang
ada di dunia ini termasuk pengetahuan itu diperoleh dengan adanya akal
dan kewajiban yang harus dilakukan juga menggunakan perantara akal.
Tokoh-tokoh aliran ini berpendapat bahwa hal-hal yang berkaitan dengan
tuhan serta baik buruknya manusia dalam mensyukuri nikmat tuhan adalah
wajib, bahkan sebelum wahyu turun. Namun pendapat mereka tentang
peranan wahyu sangatlah penting. Dalam hal ini peran wahyu yaitu
konfirmasi dan informasi, yang memperkuat apa yang diketahui oleh akal
dan menjabarkan hal apa saja yang tidak diketahui akal. Akan tetapi,
wahyu tidak selamanya menentukan mana yang baik maupun yang buruk.
Secara artian akal mengetahui secara garis besarnya, tetapi wahyu mampu
menjelaskan secara perinciannya.
2. Aliran Asy’ariyah
Aliran Asy’ariyah kebalikan dari aliran Mu’tazilah yakni segala kewajiban
manusia hanya dapat diketahui melalui wahyu. Akal tidak adapat
membantu sesuatu menjadi wajib dan tidak dapat mengetahui hal yang
baik dan buruk. Aliran ini berpendapat bahwa akal dapat nmengetahui
tuhan, namun melalui wahyulah manusia dapat mengetahui orang yang
baik akan mendapat pahala dan orang yang berbuat maksiat akan
mendapat hukuman. Menurut Asy’ari, akal tidak mampu mengetahui
kewajiban manusia hanya mampu mengetahui tuhan. Dengan demikian
Asy’ariyah berpendapat yang menetapkan kewajiban adalah al-hakim
(pembuat hukum) yakni Allah SWT. Berbeda dengan Mu’tazilah yang
menjadikan akal sebagai al-hakim. Sehingga Asy’ariyah memberikan
fungsi yang lebih kecil kepada akal, sedangkan Mu’tazilah memiliki
fungsi yang jauh lebih banyak.
3. Aliran maturidiyah
Aliran ini termasuk ke dalah ahlusunnah wal jama’ah . dalam aliran ini,
akal memiliki peranan penting dalam teologi dan ajaran agamanya. Akal
dapat membantu memahami keesaan Allah, sifat, dan zatnya. Aliran
maturidiyah menempati posisi tengah antara Mu’tazilah dan Asy’ariyah.
Aliran maturidiyah dibagi menjadi dua kelompok, yakni Maturidiyah
Samarkand dan Maturidiyah Bukhara. Dari kedua kelompok ini
Maturidiyah Samarkand mendekati aliran Mu’tazilah sedangkan
Maturidiyah Bukhara menempatkan akal dan wahyu dalam kedudukan
yang sama.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Akal dan wahyu memiliki kedudukan yang sangat penting dalam islam. Akal
dapat dimiliki oleh setiap manusia, sedangkan wahyu merupakan informasi yang
diturunkan oleh Allah SWT tanpa diketahui oleh manusia. Akal dan wahyu sama-
sama menghasilkan pengetahuan, meskipun tingkatan kebenarannya berbeda.
Dalam hal ini kebenaran yang didapat melalui akal hanya bersifat relatif
sedangkan kebernaran yang diperoleh melalui wahyu bersifat absolut. Wahyu juga
bersumber dari Allah SWT sedangkan akal bersumber dari manusia.
Saran
Setiap manusia harus menggunakan akal dengan sebaik-baiknya. Sementara
wahyu yang diperoleh harus dipahami oleh setiap manusia sehingga dapat
menuntun manusia ke dalam kebaikan dan menjauhi keburukan.
DAFTAR PUSTAKA