#6.TOR - Smokefree Training 3 August 2021 - Final
#6.TOR - Smokefree Training 3 August 2021 - Final
LOKAKARYA
PENYUSUNAN KEBIJAKAN REGULASI KAWASAN TANPA ROKOK
UNTUK 147 KABUPATEN/KOTA
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
A. Pendahuluan
Prevalensi perokok laki-laki di Indonesia merupakan yang tertinggi di dunia dan diprediksi lebih dari
97 juta penduduk Indonesia terpapar asap rokok (Riskesdas, 2013).
Kecenderungan peningkatan prevalensi merokok terlihat lebih besar pada kelompok anak-anak dan
remaja, Riskesdas 2018 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan prevalensi merokok penduduk
usia 18 tahun dari 7,2% menjadi 9,1%. Kajian Badan Litbangkes Tahun 2015 menunjukkan Indonesia
menyumbang lebih dari 230.000 kematian akibat konsumsi produk tembakau setiap tahunnya.
Globocan 2018 menyatakan, dari total kematian akibat kanker di Indonesia, kanker paru menempati
urutan pertama penyebab kematian yaitu sebesar 12,6%. Berdasarkan data Rumah Sakit Umum
Pusat Persahabatan 87% kasus kanker paru berhubungan dengan merokok. Tren kenaikan
prevalensi perokok ini tidak lepas dari kuatnya intervensi industri rokok pada setiap lini
pengambilan kebijakan dan penegakan hukum peraturan perundangan.
Riskesdas 2018 menunjukkan penyebab kematian tertinggi di Indonesia adalah kanker, stroke,
penyakit jantung kronis, diabetes, dan hipertensi; yang semuanya memiliki faktor risiko yang sama
yaitu merokok. Prevalensi perokok di Indonesia yang tinggi ditandai dengan 63% laki-laki (usia 10
tahun keatas) merokok (Riskesdas 2018) yang memperburuk kejadian Penyakit Tidak Menular
(PTM). Merokok juga berkontribusi terhadap lebih dari 235.000 kematian setiap tahun, dan
merupakan faktor risiko COVID-19. Data BPS 2020 menunjukkan keluarga rumah tangga
berpenghasilan rendah menghabiskan lebih banyak uang untuk rokok daripada makanan dengan
pemenuhan zat gizi.
Beberapa strategi yang diupayakan oleh Kementerian Kesehatan adalah penyediaan layanan
nasional berhenti merokok; meningkatkan penyuluhan masyarakat melalui media sosial; melibatkan
banyak pihak untuk mempercepat pelaksanaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) di daerah dan
mendukung kenaikan cukai rokok setinggi mungkin.
Upaya pengendalian dampak konsumsi rokok bagi kesehatan di Indonesia, saat ini memiliki
kekuatan berupa Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, Peraturan Pemerintah
(PP) Nomor 109 Tahun 2012 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung Zat Adiktif Berupa
Produk Tembakau Bagi Kesehatan serta Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2017,
tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2013 tentang
Pencantuman Peringatan Kesehatan dan Informasi Kesehatan pada Kemasan Produk Tembakau.
Untuk memperkuat regulasi pengendalian tembakau, maka Kementerian Kesehatan dalam proses
merevisi PP 109/2012 memberikan usulan termasuk memperbesar peringatan kesehatan
bergambar pada bungkus rokok menjadi 90%; larangan menjual rokok per batang; melarang rokok
elektronik & produk tembakau yang dipanaskan; dan melarang total iklan, promosi dan sponsorship
produk tembakau baik luring maupun daring;. Hal-hal tersebut dalam revisi PP 109 menjadi penting
mengingat upaya industri rokok untuk terus memasarkan produknya dan meningkatkan konsumen
melalui berbagai taktik dan strateginya. Seperti menggunakan CSR sebagai strategi pemasaran
terselubung. Iklan rokok yang membuai masyarakat khususnya kaum remaja dengan menggunakan
narasi-narasi memikat dan dalam situasi pandemi COVID-19 ini industri rokok menawarkan
bantuan2 strategis kepada pemerintah yang di perlukan untuk penanganan COVID-19.
Sementara itu Kementerian Dalam Negeri juga telah memberikan dukungan dalam proses revisi PP
109 dan arahan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah Tahun 2022 terkait
penerapan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR), sehingga berdampak pada target upaya
menurunkan prevalensi perokok pemula. Rapat Koordinasi Teknis Perencanaan Pembangunan
Daerah yang diselenggarakan oleh Kementerian Dalam Negeri pada tahun 2021 telah menetapkan
target penurunan prevalensi perokok pada setiap Provinsi untuk dicapai. Untuk mencapai hal
tersebut, maka menjadi sangat penting adanya kegiatan untuk mendorong lahirnya kebijakan
berupa Perda atau Perkada bagi daerah untuk melaksanakan KTR sebagai instrumen kunci
menurunkan target prevalensi perokok pemula sesuai amanat Peraturan Presiden No. 18 tahun
2020 tentang RPJMN Tahun 2020-2024.
B. Tujuan
Tujuan kegiatan ini adalah adanya Perda/Perkada bagi 147 daerah Kabupaten/Kota yang belum
memiliki kebijakan tersebut saat ini.
Tujuan khusus:
Meningkatkan pemahaman pemerintahan daerah tentang kebijakan Pusat untuk
menurunkan prevalensi perokok.
Meningkatkan keterampilan daerah dalam menyusun dan mengupayakan adanya kebijakan
daerah (Perda / Perkada) tentang KTR
Meningkatkan pengetahuan daerah dalam penegakan dan implementasi kebijakan KTR
(Perda/Perkada)
Adanya rencana daerah untuk menyusun dan menetapkan Perda/Perkada KTR pada tahun
2021.
C. Kegiatan
Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode webinar di mana ADINKES akan melibatkan Kementerian
Dalam Negeri dalam pelaksanaan webinar dan kegiatan pasca webinar. Kegiatan webinar akan
berisi:
Paparan / Presentasi
Diskusi Kelompok
Tanya Jawab
D. Peserta
Daftar 147 Kabupaten/Kota yang belum memiliki Perda/Perkada sebagaimana terlampir dalam
TOR ini. Lokakarya akan dilaksanakan dalam tiga batch; di mana masing-masing batch diikuti
oleh 147 peserta (49 kabupaten/kota)
E. Pelaksanaan
Webinar ini akan diselenggarakan pada:
hari/tanggal : Pembukaan (Kick off) : 23 Agustus 2021
Lokakarya Batch 1 : 24 Agustus 2021
Lokakarya Batch 2 : 25 Agustus 2021
Lokakarya Batch 3 : 26 Agustus 2021 :
waktu : pukul 08.00 WIB s.d selesai
platform : Zoom Meeting ID: 863 3582 3239 Passcode: STOPROKOK
F. Pelaksana
ADINKES bekerjasama dengan Kementrian Dalam Negeri.
H. Penutup
Demikian kerangka acuan kerja Lokakarya Penyusunan Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok untuk
147 Kabupaten dan Kota di Indonesia, semoga bisa memberikan gambaran rencana kerja yang
akan dilaksanakan.
JADWAL ACARA
LOKAKARYA PENYUSUNAN KEBIJAKAN KTR PADA 147 DAERAH
Hari Pertama (Semua Batch)
09.05-09.15 Sambutan
Direktur Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian
Kesehatan
dr. Cut Putri Arianie, MH.Kes
- Situasi terkini pengendalian tembakau di Indonesia
- Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Daerah
09.05-09.20 Sambutan kunci
Dirjen Bina Bangda Kementerian Dalam Negeri
Dr. Hari Nur Cahaya Murni, M.Si.
- Integrasi program Kawasan Tanpa Rokok dalam RPJMD
- Penyusunan regulasi Kawasan Tanpa Rokok
Dana pajak rokok untuk program Kawasan Tanpa Rokok yang
09.20-09.30 berkelanjutan
Merokok dan COVID-19
Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia DKI Jakarta
dr. Erlina Burhan, Sp.P (K), M.Sc., Ph.D.
- Hubungan antara perilaku merokok dan penularan COVID-19
- Mengungkap mitos nikotin rokok dapat mencegah COVID-19
Penutupan
15.45-16.00 ADINKES, The UNION, Kementerian Kesehatan, Kementerian
Dalam Negeri
Referensi:
Provinsi Gorontalo
1. Kota Gorontalo
Provinsi Maluku
2. Kabupaten Buru
3. Kabupaten Maluku Tengah
4. Kabupaten Seram Bagian Timur
Provinsi Papua
10. Kabupaten Asmat
11. Kabupaten Biak Numfor
12. Kabupaten Bovendigul
13. Kabupaten Deiyeai
14. Kabupaten Dogiyai
15. Kabupaten Intan Jaya
16. Kabupaten Jayapura
17. Kabupaten Jayawijaya
18. Kabupaten Keerom
19. Kabupaten Kepulauan Yapen
20. Kabupaten Lanny Jaya
21. Kabupaten Mamberamo Raya
22. Kabupaten Mamberamo Tengah
23. Kabupaten Mappi
24. Kabupaten Merauke
25. Kabupaten Mimika
26. Kabupaten Nabire
27. Kabupaten Nduga
Provinsi Aceh
1. Kabupaten Aceh Selatan
2. Kabupaten Pidie Jaya
3. Kota Lhokseumawe
Provinsi Banten
4. Kabupaten Pandeglang
Provinsi Jambi
25. Kabupaten Tanjung Jabung Timur
Provinsi Riau
45. Kabupaten Bengkalis
46. Kabupaten Indragiri Hulu