Anda di halaman 1dari 7

Isian Substansi Proposal l

PENELITIAN DOSEN PEMULA (PDP)


Petunjuk:Pengusul hanya diperkenankan mengisi di tempat yang telah disediakan sesuai dengan petunjuk
pengisian dan tidak diperkenankan melakukan modifikasi template atau penghapusan di setiap bagian.

Tuliskan judul usulan penelitian


JUDUL USULAN
Teh Celup Jahe Kelor Sebagai Minuman Kesehatan di Masa Pandemi

Ringkasan penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang penelitian, tujuan dan
tahapan metode penelitian, luaran yang ditargetkan, serta uraian TKT penelitian yang
diusulkan.

RINGKASAN
Masa pandemi sering dikaitkan dengan masalah kesehatan. Bukan hanya diakibatkan oleh virus
korona, namun penyakit musiman atau adanya masalah kesehatan lain yang jika tidak ditangani
akan menyebabkan tubuh mudah terserang virus corona. Sistem imun yang kuat dapat
membuat tubuh kita terhindar dari berbagai penyakit. Salah satu cara untuk memperkuat sistem
imun adalah dengan mengkonsumsi minuman kesehatan seperti teh herbal. Teh herbal
merupakan minuman kesehatan yang bukan berasal dari daun teh (Camellia sinensis). Teh
herbal dibuat dari bunga, biji, daun dan akar dari berbagai tanaman. Teh herbal dapat
dikonsumsi dalam bentuk tunggal maupun campuran berbagai herbal. Tanaman yang banyak
dikembangkan untuk menjadi minuman kesehatan adalah kelor. Kelor merupakan tanaman
yang memiliki senyawa imunomodulator atau zat yang dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
Selain daun kelor, herbal lain yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan
teh adalah jahe merah. Rimpang-rimpangan digunakan untuk membantu mengatasi infeksi
tenggorokan, panas, batuk kering, infeksi pencernaan dan influenza. Jahe merupakan booster
imun yang sangat kuat untuk meningkatkan imunitas tubuh. Salah satu faktor yang
mempengaruhi tersedianya senyawa yang bermanfaat pada teh adalah lama penyeduhan. Oleh
karena itu selain formulasi bahan, diperlukan juga penelitian mengenai lama penyeduhan yang
tepat agar senyawa yang meningkatkan imunitas tubuh tersedia dalam jumlah yang tinggi dan
tidak hilang selama penyeduhan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi teh
kelor dan jahe merah disertai dan lama penyeduhan terhadap mutu kimia, organoleptik dan uji
efektifitas (in vivo). Selain itu agar dihasilkan teh herbal yang kandungan senyawa peningkat
imunitas tubuhnya tinggi. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yaitu
formulasi teh kelor dan jahe merah serta suhu dan lama penyeduhan. Penelitian ini dilakukan
pembuatan teh kelor dan bubuk jahe merah. Setelah itu dilanjutkan dengan pengemasan teh
menggunakan kantong teh celup dan analisa produk seperti kimia (kadar air, mineral, pH dan
aktifitas antioksidan) organoleptik (aroma, rasa dan warna) dan uji efektifitas in-vivo
(antiinflamasi dan antianalgesik). Luaran yang ditargetkan dari penelitian ini adalah publikasi
satu artikel ilmiah di jurnal nasional terakreditasi sinta 5. Untuk TKT penelitian yang diusulkan
adalah TKT 2 dimana peneltiannya sudah dilakukan sebelumnya dan saat ini diikuti dengan
pengembangan penelitian dan dilanjutkan dengan aplikasi formulasi secara in-vivo.

Kata kunci maksimal 5 kata


KATA KUNCI
Teh, kelor, jahe merah, waktu

Latar belakang penelitian tidak lebih dari 500 kata yang berisi latar belakang dan permasalahan
yang akan diteliti, tujuan khusus dan studi kelayakannya. Pada bagian ini perlu dijelaskan
uraian tentang spesifikasi keterkaitan skema dengan bidang fokus atau renstra penelitian PT.
LATAR BELAKANG
Pandemi adalah epidemi penyakit yang menyebar di seluruh dunia. Catatan pandemi dalam
sejarah adalah penyakit flu (H1N1), HIV/AIDS maupun virus korona yang terjadi mulai tahun 2020
(Wikipedia, 2021). Pandemi sering dikaitkan dengan masalah kesehatan (Gruszczynski, 2020).
Pencegahan dan peningkatan sistem imun adalah salah satu pilihan terbaik untuk menghindari diri
dari infeksi akibat penyakit yang disebabkan oleh virus korona (Singh, 2020).

Sistem imun tubuh membutuhkan asupan jumlah zat gizi mikro yang seimbang termasuk
vitamin A, D, C, E, B6 dan B12 maupun mineral seperti folat, seng, zat besi, tembaga dan selenium
yang memiliki fungsi penting dan sinergis pada untuk respon imun tubuh. Cara pencegahan yang dapat
dilakukan untuk meningkatkan imun tubuh yaitu dengan mengkonsumsi minuman herbal baik dalam
bentuk jus, jamu, seduhan teh maupun dalam bentuk lainnya (Nganji et al., 2021). Teh herbal
merupakan minuman ringan yang tidak berkarbonasi yang dikonsumsi dalam keadaan panas untuk
mengekstrak aromanya. Bagian pada tanaman yang baik untuk digunakan sebagai teh herbal adalah
akar, bunga, buah, kulit dan daun (Gallo et al., 2019).
Kelor merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan seluruh bagian tanamannya.
Daun kelor memiliki kandungan mineral (K, Ca, P, Fe) vitamin (A, D dan C), flavonoid, karotenoid,
asam amino dan protein. Daun kelor memiliki senyawa niaziminin A, niaziminin B dan niaziminin yang
memiliki aktifitas imunomodulator (Das, 2022). Daun kelor dapat dibuat menjadi teh. Selain daun
kelor, herbal lain yang dapat digunakan sebagai bahan tambahan dalam pembuatan teh adalah jahe
merah.

Jahe merupakan salah satu rempah yang dapat dijadikan minuman fungsional yang memiliki
banyak manfaat untuk kesehatan (Na’imah, 2020). Rimpang-rimpangan digunakan untuk membantu
infeksi tenggorokan, panas, batuk kering, infeksi pencernaan dan influenza. Jahe merupakan booster
imun yang sangat kuat untuk meningkatkan imun humoral dan respon imunitas tubuh (Carrasco et al.,
2009). Penelitian pembuatan minuman berbahan baku kelor dan jahe merah telah dilakukan, seperti
minuman jahe dan serai (Na’imah, 2020), teh kelor (Britany dan Sumarni, 2020 dan Nganji et al.,
2021), teh jahe (Rizki et al., 2021) dan teh celup kelor jahe merah (Fatima et al., 2020).
Salah satu faktor yang mempengaruhi tersedianya senyawa yang bermanfaat pada teh adalah
suhu dan lama penyeduhan. Beberapa penelitian tentang suhu dan penyeduhan teh menggunakan
perlakuan suhu 70, 85 dan 100oC dan lama penyeduhan 5, 10 dan 15 menit (Mutmainnah, 2018;
Sasmito, et al., 2020 dan Chadijah et al., 2021). Suhu maupun waktu penyeduhan akan menentukan
mutu dan kandungan ekstrak bioaktif pada minuman teh. Penyeduhan yang tepat dapat menghasilkan
air seduhan teh yang kaya akan senyawa yang bermanfaat bagi imun tubuh (Sasmito et al., 2020).
Namun, banyak masyarakat yang kurang memperhatikan dan paham mengenai proses penyeduhan
(Chadijah et al., 2020).

Meskipun penelitian tentang teh kelor dengan jahe merah bubuk sudah dilakukan, namun
hanya terfokus pada organoleptiknya saja sehingga peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh lama
penyeduhan terhadap mutu teh kelor dan jahe merah. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat
menghasilkan minuman yang dapat meningkatkan imun tubuh dalam mengatasi pandemi. Oleh
karena itu akan dilakukan penelitian mengenai teh celup jahe kelor sebagai minuman kesehatan di
masa pandemi.

Tinjauan pustaka tidak lebih dari 1000 kata dengan mengemukakan state of the art dalam
bidang yang diteliti/teknologi yang dikembangkan. Sumber pustaka/referensi primer yang
relevan dan dengan mengutamakan hasil penelitian pada jurnal ilmiah dan/atau paten yang
terkini.
TINJAUAN PUSTAKA
Kelor merupakan salah satu tanaman yang tumbuh diberbagai Negara baik Spanyol, Asia
Tenggara seperti India, Pakistan, Afganistan, Sri Lanka, Amerika Tengah seperti Florida Selatan dan
Amerika Selatan seperti Meksiko, Peru hingga Paraguay dan Brazil (Gupta, 2010). Di Indonesia
tanaman kelor dapat tumbuh dengan subur. Konsumsi kelor biasanya diolah seperti tanaman sayuran
pada umumnya dengan cara dimasak (Razis et al., 2014). Kelor memiliki kandungan nutrisi yang tinggi
dan memiliki sifat fungsional sehingga disebut sebagai Miracle Tree dan Mother’s Best Friend (Aminah
et al., 2015).
Manfaat dari daun kelor yaitu memiliki kandungan nutrisi yang melebihi dari tanaman pada
umumnya dan kelor sangat penting untuk penyembuhan berbagai penyakit. Bagian tanaman kelor
mulai dari daun, buah, biji, bunga, kulit, batang, hingga akar memiliki manfaat yang luar biasa yang
berkhasiat untuk kesehatan dan maupun dibidang industri (Simbolan et al., 2007). Kelor (Moringa
oleifera) dapat berfungsi sebagai obat maupun untuk terapi kesehatan karena memiliki aktifitas anti
inflamasi, antioksidan dan melindungi sel saraf. Daun kelor dpat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Daun kelor (Sumber: Dokumentasi Pribadi, 2017)

Proses pengeringan daun kelor dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pengeringan matahari
dan pengeringan menggunakan alat pengering kabinet. Menurut Alakali et al. (2015) bahwa suhu yang
digunakan untuk mengeringkan daun kelor tidak boleh lebih dari 50 oC. Pengeringan pada suhu di atas
50oC dapat menurunkan kandungan karoten dan vitamin C sedangkan untuk kandungan kimia suhu
tinggi dapat menurunkan kandungan lemak dan protein. Langkah-langkah pembuatan teh adalah
sortasi, pencucian, penirisan selama 24 jam dan penjemuran menggunakan sinar matahari selama ± 3
hari (tergantung intensitasnya) di bawah naungan plastik paranet (Nganji et al., 2021). Tepung/bubuk
daun kelor kering (100 g bahan) mengandung zat gizi seperti kadar air 13,64%, kadar abu 9,03%,
protein 24,06%, Lemak 33,54%, karbohidrat 17,74% dan betakaroten 238,95 mg/100 g (Dwiani dan
Rahman, 2017).

Jahe merah (Zingiber officinale var. rubrum) merupakan salah satu jenis tanaman rimpang jahe unggul
yang ada di Indonesia. Kulit jahe merah berwarna merah muda hingga jingga muda, dan dagingnya
sedikit cokelat. Jahe merah merupakan salah satu dari varian jahe yang memiliki rasa pahit dan pedas
lebih tinggi dibandingkan dengan jahe jenis yang lain (Martani, 2015).Komponen utama pembentuk
rasa pedas pada jahe merah ialah gingerol dan shogaol (Srikandi, 2020). Jahe merah dapat dilihat pda
Gambar 2.

Gambar 2. Jahe merah (Z. officinale var. rubrum)


(Sumber: Supu et al., 2018)

Aroma khas yang dihasilkan rimpang jahe merah seringkali dimanfaatkan sebagai bumbu dalam
masakan indonesia. Selain itu, jahe juga biasa dibuat menjadi minuman tradisional seperti jamu yang
berkhasiat untuk menghangatkan tubuh (Meilanisari, 2017). Banyak penelitian yang telah
membuktikan manfaat dari jahe merah sebagai anti inflamasi, antiemetic, antitumor, anti nyeri, anti
hemoragik/anti stroke, melindungi sel saraf, antirematik, anti jamur dan antibakteri (Mesomo et al.,
2012; Kumar et al., 2011). Menurut Munadi (2020) ekstrak jahe merah (Zingiber officinale Rosc.var
rubrum) mengandung senyawa tannin, flavonoid, saponin, alkaloid dan terpenoid serta memiliki
aktifitas antioksidan yang sangat kuat (IC50) sebesar 10,35 μg/ mL. Komponen-komponen senyawa ini
banyak dibutuhkan oleh tubuh manusia, baik untuk kesehatan maupun sebagai zat nutrisi/gizi.

Bubuk jahe merupakan hasil dari penghalusan jahe yang sudah kering yang digiling selanjutnya diayak
dengan ukuran ayakan 50-100 mesh. Jahe yang digunakan sebagai bubuk yaitu jahe yang telah
mengalami pengeringan sempurna (kadar air sekitar 8-10%). Kemudian digiling halus dengaan ukuran
sekitar 100 mesh dan dikemas dalam wadah kering (Anwar, 2016). Jahe merah segar dengan berat 700
g dicuci bersih, setelah itu rimpang jahe dipotong kecil-kecil lalu dijemur di bawah sinar matahari
sampai benar-benar kering. Kemudian jahe kering di blender hingga halus, setelah itu diayak dengan
ayakan nomor 60 dilanjutkan dengan ayakan nomor 80. Rimpang jahe dengan berat 700 g
menghasilkan 350 g bubuk jahe (Armansyah et al., 2018).

Menurut Muchtadi dan Sugiyono (2013) suhu pengeringan tergantung pada jenis herbal dan cara
pengeringannya. Kemampuan bahan untuk melepaskan air dari bagian permukaan semakin besar
seiring dengan peningkatan suhu udara yang digunakan. Herbal yang mengandung senyawa aktif yang
tidak tahan panas atau mudah menguap harus dikeringkan pada suhu serendah mungkin. Menurut
Kencana (2015), herbal dapat dikeringkan pada suhu 30-90 oC dan hasil menunjukan pengeringan lebih
dari 60oC dan lama waktu pengeringan lebih dari 2 jam menghasilkan teh herbal dengan kadar vitamin
C rendah. Semakin tinggi suhu dan waktu yang digunakan maka akan semakin berkurang zat gizi yang
terkandung di dalam teh herbal.

Teh herbal merupakan istilah yang digunakan untuk minuman yang bukan berasal dari daun teh
(Camellia sinensis). Teh herbal lebih aman dikonsumsi karena tidak mengandung alkaloid yang dapat
mengganggu kesehatan seperti kafein. Teh herbal dibuat dari bunga, biji, daun dan akar dari berbagai
tanaman. Teh herbal dapat dikonsumsi dalam bentuk tunggal maupun campuran. Teh herbal
dikonsumsi dengan cara diseduh dan disajikan seperti teh biasa. Teh herbal disajikan dalam bentuk
kering seperti penyajian teh dari tanaman teh. Tanaman herbal dalam bentuk kering yang
diformulasikan menjadi teh herbal dapat dimanfaatkan untuk konsumsi sehari-hari oleh rumah tangga
maupun industri (Hambali et al., 2005).

Waktu penyeduhan akan menentukan mutu dan kandungan ekstrak bioaktif pada minuman teh
(Sasmito et al., 2020). Beberapa penelitian tentang teh sebagian besar menggunakan perlakuan lama
penyeduhan pada 5, 10 dan 15 menit yang hasilnya adalah adalah sebagai berikut:
1. Pada teh hijau daun mangrove (Sonneratia alba) dihasilkan perlakuan terbaik pada suhu 100°
C selama 10 menit yang mengandung senyawa polifenol termasuk tanin dan memiliki aktivitas
cukup tinggi, yaitu nilai IC50 terhadap DPPH sebesar 96,5 ppm, nilai FRAP sebesar 105 ppm,
dan total fenol 84,94 mgGAE/g (Sasmito, et al., 2020).
2. Pada batang teh hijau dihasilkan perlakuan terbaik untuk waktu optimum penyeduhan batang
teh terhadap kandungan antioksidan dan kadar kafein yaitu penyeduhan 15 menit, kadar tanin
pada penyeduhan 5 menit dan kadar katekin pada penyeduhan 5 menit. Kadar antioksidan
yang diperoleh untuk kondisi optimum yaitu pada penyeduhan suhu 70 oC selama 5 menit
dengan menggunakan metode DPPH sebesar 56,75 % (Mutmainnah, 2018).
3. Pada teh hijau p+3 (jenis daun peko ke 3) dihasilkan perlakuan terbaik untuk waktu optimum
penyeduhan terhadap kandungan kafein, katekin dan tanin yaitu 5 menit, 15 menit dan 10
menit. Aktivitas antioksidan pada suhu 70 oC selama 10 menit adalah 42,0452% (Chadijah et al.,
2020).
Metode atau cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan ditulis tidak melebihi 600 kata.
Bagian ini dilengkapi dengan diagram alir penelitian yang akan dikerjakan selama waktu yang
diusulkan. Bagan penelitian harus dibuat secara utuh dengan penahapan yang jelas, semua
tahapan untuk mecapai luaran beserta indikator capaian yang ditargetkan. Pada bagian ini harus
juga dijelaskan tugas masing-masing anggota pengusul sesuai tahapan penelitian yang
diusulkan.

METODA
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………
………………………………..
……………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………. dst.

Jadwal penelitian disusun dengan mengisi langsung tabel berikut dengan memperbolehkan
penambahan baris sesuai banyaknya kegiatan.
JADWAL PENELITIAN

Bulan
No Nama Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1                           
2                          
 dst.                          

Daftar pustaka disusun dan ditulis berdasarkan sistem nomor sesuai dengan urutan pengutipan.
Hanya pustaka yang disitasi pada usulan penelitian yang dicantumkan dalam Daftar Pustaka.
DAFTAR PUSTAKA
1. ………………………………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………………………………
3. …………………………………………………………………..……………………… dst.

Anda mungkin juga menyukai