PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Arah Kebijakan RPJMN Bidang Kesehatan Tahun 2020-2024 adalah
meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama
penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong
peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Strategi yang dilakukan meliputi: Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB dan kesehatan
reproduksi, Percepatan perbaikan gizi masyarakat, Peningkatan pengendalian
penyakit, Pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
Penguatan Sistem Kesehatan serta Pengawasan Obat dan Makanan.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengambil langkah nyata melalui penguatan
pelayanan kesehatan dasar dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan
preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi melalui pelaksanaan program
prioritas bidang kesehatan yaitu TANTISTAS (Layanan Kesehatan Gratis dan
Berkualitas) yang terdiri dari SAJADAH (Santri Jatim Sehat dan Berkah, berupa
Pendampingan Poskestren 36 kabupaten/kota), BUAIAN (Bunda Anak Impian) yang
terdiri dari Pendampingan Ibu Hamil Risiko Tinggi dan Pendampingan Bumil
Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan Anemia oleh kader Posyandu, KOPIPU
(Konseling dari Pintu ke Pintu) yang dilaksanakan di wilayah kerja Ponkesdes.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga memberikan alokasi anggaran melalui
Bantuan Keuangan (BK) Khusus Bidang Kesehatan untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan tersebut, berupa:
a. Honorarium Perawat Ponkesdes.
b. Honorarium Dokter Umum Puskesmas Sesuai Standar.
c. Honorarium Dokter Umum Puskesmas di Wilayah Kepulauan Sumenep (pulau
Raas, pulau Sapeken, pulau Masalembu, pulau Giligenting, pulau Nonggunong
danpulau Gayam).
d. Kunjungan konseling kesehatan pada keluarga dengan masalah kesehatan oleh tim
yang terdiri dari bidan/perawat Ponkesdes dibantu oleh mitra dari unsur
masyarakat/organisasi kemasyarakatan.
B. Tujuan
Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan adalah anggaran dari Pemerintah Provinsi
Jawa Timur kepada Pemerintah Daerah yang peruntukan dan penggunaannya diarahkan
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
dengan tujuan:
1. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2. Menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi.
3. Menurunkan prevalensi stunting.
4. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di Pondok Pesantren.
C. Sasaran
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Puskesmas
3. Ponkesdes
4. Pondok Pesantren
5. Organisasi Masyarakat
6. Kader Kesehatan
E. Dasar Hukum
1. Undang - Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan
Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan yang Menjadi Beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
3. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Standar Harga Satuan
Regional;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi,
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren);
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2019Tentang Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga;
C. PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan realisasi anggaran dan program
kegiatan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan SiLPA atas kegiatan yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Kebijakan penyaluran anggaran mengacu pada Pergub No 77 tahun 2012 tentang
Pengelolaan Keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur.
Apabila ada perubahan kebijakan penyaluran anggaran/Pergub maka kebijakan
penyaluran anggaran BK dalam Juknis ini akan menyesuaikan.
A. LATAR BELAKANG
Ponkesdes adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan dengan lebih mengutamakan promotif dan preventif dalam menjamin derajat
kesehatan masyarakat di wilayah desa/kelurahan.
Ponkesdes merupakan pengembangan Polindes dengan tambahan 1 (satu) orang
tenaga perawat dalam rangka mendekatkan akses dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di desa/kelurahan. Dimana honor tenaga perawat dialokasikan oleh pemerintah
provinsi Jawa Timur melalui dana Bantuan Keuangan Khusus sharing dengan
kabupaten/kota. Pada tahun 2022 ada 26 kabupaten/kota yang melaksanakan Ponkesdes
dengan honor perawat menggunakan dana sharing pemerintah provinsi Jawa Timur.
B. PENYELENGGARAAN
Perekrutan perawat Ponkesdes setiap tahun dilakukan oleh kabupaten/kota sesuai
peraturan yang berlaku. Dinas Kesehatan kabupaten/kota diharapkan dapat
memfasilitasi perawat Ponkesdes untuk menjadi pegawai daerah. Apabila Perawat
Ponkesdes di terima sebagai ASN/PPPK, diharapkan tetap mengisi formasi di
Ponkesdes.
Apabila yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas lagi (misal: mengundurkan
diri atau diterima menjadi ASN/PPPK), maka Dinas Kesehatan kabupaten/kota segera
menghentikan honornya. Sesuai surat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Nomor 445/2385/102.4/2021 tanggal 9 Desember 2021 Perihal Perawat Pokesdes, maka
Ponkesdes yang perawatnya menjadi ASN/PPPK diharapkan tetap mengisi formasi di
Ponkesdes. Apabila kabupaten/kota akan mengisi kekosongan Ponkesdes yang
perawatnya menjadi ASN/PPPK, maka pembiayaan dibebankan anggaran Pemerintah
Kabupaten/Kota sendiri.
Perawat dan bidan di Ponkesdes menyelenggarakan upaya kesehatan dengan
strategi PERGI BERDANSA DI MASA SENJA (Perawat Bersinergi Bersama Bidan Di
Desa Demi Masyarakat Sehat dan Sejahtera) yang mengutamakan upaya promotif
preventif. Pelaksanaan kegiatan sesuai buku Panduan Ponkesdes Provinsi Jawa Timur.
Untuk meningkatkan kualitas Ponkedes maka hasil kegiatan Ponkesdes sekurang-
kurangnya memenuhi kriteria BAIK dengan menggunakan format Penilaian Ponkesdes
sesuai buku Panduan Ponkesdes Provinsi Jawa Timur.
C. PELAPORAN
Pelaporan untuk kegiatan ini meliputi:
1. Ponkesdes
a. Perawat Ponkesdes diwajibkan membuat Laporan tahunan penyelenggaraan
kegiatan pelayanan kesehatan dalam bentuk profil yang akan menjadi bahan
evaluasi kabupaten/kota dalam penilaiankinerja perawat.
b. Melaporkan hasil self assesmen Ponkesdes sesuai petunjuk dalam buku
panduan Ponkesdes.
2. Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
a. Melaporkan data hasil rekrutmen perawat ke Dinas Kesehatan Provinsi.
b. Melakukan update data bila ada perubahan.
c. Melaporkan bila ada perubahan lokasi Ponkesdes.
A. LATAR BELAKANG
Puskesmas Sesuai Standar adalah Puskesmas yang mempunyai sarana, prasarana
dan sumberdaya manusia sesuai Permenkes Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Pada tahun 2021 terdapat 6 Puskesmas di 2 kabupaten
(kabupaten Probolinggo dan kabupaten Nganjuk) yang tidak mempunyai tenaga dokter
umum dari 971 puskesmas di Jawa Timur.
Untuk mendukung pemenuhan tenaga dokter di Puskesmas agar memenuhi
standar ketenagaan, pemerintah Provinsi Jawa Timur mengalokasikan anggaran untuk
rekrutmen dokter umum melalui dana Bantuan Keuangan Khusus sebanyak 99 dokter di
99 Puskesmas yang tersebar di 23 kabupaten/kota.
B. PENYELENGGARAAN
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan rekrutmen dan atau rekrutmen
ulang dokter umum yang akan ditempatkan di Puskesmas Sesuai Standar melalui seleksi.
Tata cara seleksi sesuai kebijakan dan peraturan kabupaten/kota (contoh persyaratan
seleksi terlampir), kemudian ditugaskan di Puskesmas Sesuai Standar di Kabupaten/Kota
masing-masing. Dokter umum di Puskesmas Sesuai Standar yang sudah ditunjuk
sebelumnya dapat dialihkan ke puskesmas lain yang tidak mempunyai tenaga dokter
umum.
Apabila yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas lagi (misal: mengundurkan
diri, diterima CPNS atau Mutasi Kerja), maka Dinas Kesehatan kabupaten/kota segera
menghentikan honornya dan melakukan rekrutmen kembali untuk mengisi kekosongan
formasi.
C. PELAPORAN
Pelaporan untuk kegiatan ini meliputi:
1. Puskesmas
Dokter umum Puskesmas Standar diwajibkan membuat Laporan tahunan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan dan capaian
kinerja Puskesmas dalam bentuk profil yang akan menjadi bahan evaluasi
kabupaten/kota.
A. LATAR BELAKANG
Untuk mendukung pemenuhan tenaga dokter dan peningkatan pelayanan
kesehatan di puskesmas daerah kepulauan, pemerintah Provinsi Jawa Timur
mengalokasikan anggaran untuk honor dokter umum melalui dana Bantuan Keuangan
Khusus sebanyak 9 (sembilan) dokter di puskesmas kepulauan (pulau Raas, pulau
Sapeken, pulau Masalembu, pulau Giligenting, pulau Nonggunong dan pulau Gayam)
kabupaten Sumenep.
Pemenuhan tenaga dokter di puskesmas daerah kepulauan ini bertujuan
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat daerah kepulauan.
B. PENYELENGGARAAN
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep melakukan rekruitmen dokter umum yang
akan ditempatkan di puskesmas kepulauan (pulau Raas, pulau Sapeken, pulau
Masalembu, pulau Giligenting, pulau Nonggunong dan pulau Gayam) sesuai dengan
aturan yang berlaku. Dokter umum yang lulus seleksi ditempatkan di Puskesmas
Kepulauan (pulau Raas, pulau Sapeken,pulau Masalembu, pulau Giligenting, pulau
Nonggunong dan pulau Gayam) dengan surat penugasan penempatan melalui Surat
Keputusan Bupati Sumenep.
Apabila yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas lagi (misal: mengundurkan
diri, diterima CPNS atau Mutasi Kerja), maka Dinas Kesehatan kabupaten Sumenep
segera menghentikan honornya dan melakukan rekrutmen kembali untuk mengisi
kekosongan formasi.
Tugas dokter umum yang telah ditempatkan di puskesmas daerah kepulauan
meliputi:
1. Melakukan pelayanan kesehatan di dalam gedung maupun luar gedung.
Yang terdiri dari UKM Esensial dan Pengembangan serta UKP.
2. Melakukan pelayanan gawat darurat 24 jam.
3. Melakukan pelayanan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan
kunjungan rumah.
4. Menjalankan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.
A. LATAR BELAKANG
Kunjungan konseling kesehatan dilaksanakan oleh petugas kesehatan di Ponkesdes
dibantu oleh mitra dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan berkunjung ke
rumah keluarga yang mempunyai masalah kesehatan untuk memberikan konseling sesuai
permasalahan kesehatan di masing-masing keluarga. Kunjungan konseling kesehatan ini
disebut juga Konseling dari Pintu ke Pintu (KOPIPU).
Keluarga yang dikunjungi merupakan keluarga yang masuk kriteria tidak sehat/pra
sehat menurut hasil pencapaian Indikator Keluarga Sehat, tidak menutup kemungkinan
keluarga dengan permasalahan kesehatan lain di luar 12 Indikator Keluarga Sehat sesuai
Permenkes Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga. Tujuan kegiatan ini untuk mengintervensi
keluarga tidak sehat dan pra sehat agar menjadi keluarga yang sehat.
Pada masa pandemi Covid-19, pelaksanaan kunjungan kepada keluarga sasaran
harus berkoordinasi dengan satgas Covid tingkat kecamatan untuk penentuan zona risiko
penularan. Tim dapat melakukan kunjungan rumah sesuai rekomendasi dari satgas Covid
tingkat kecamatan atau kebijakan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
B. PENYELENGGARAAN
KOPIPU dilakukan oleh Tim yang terdiri dari bidan/perawat Ponkesdes dibantu
oleh mitra dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan yang ditetapkan dengan SK
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pada saat melakukan kunjungan konseling keluarga dapat dilakukan oleh:
a. 1 perawat Ponkesdes dan 1 orang dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan;
atau
b. 1 bidan Ponkesdes dan 1 orang dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, Tim KOPIPU melakukan kunjungan rumah
keluarga sasaran sesuai protokol kesehatan, yaitu:
a. Petugas kesehatan menggunakan APD (masker, faceshield, gaun).
C. PELAPORAN
1. Tim Kopipu diwajibkan membuat laporan penyelenggaraan kegiatan kunjungan
konseling kesehatan kepada Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setiap bulan.
2. Dinas Kesehatan kabupaten/kota membuat rekap laporan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan.
A. LATAR BELAKANG
Kunjungan konseling kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan di
Ponkesdes dibantu oleh mitra dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan
memerlukan dukungan sarana prasarana, media informasi dan peningkatan wawasan tim
terkait kunjungan konseling kesehatan (KOPIPU) agar pelaksanaan kegiatan berjalan
dengan baik. Pendamping kegiatan KOPIPU ini diberikan pada 27 kabupaten/kota di
Jawa Timur yang melaksanakan KOPIPU.
B. PENYELENGGARAAN
Pendamping kegiatan kunjungan konseling kesehatan digunakan untuk mendukung
pelaksanaan Kunjungan Konseling yaitu:
a. Rapat koordinasi antara Dinkes Kabupaten/Kota dengan ormas yang dilibatkan
dalam pelaksanaan kegiatan Konseling dari Pintu Ke Pintu. Rapat koordinasi
dapat berisi sosialisasi, evaluasi maupun rencana kegiatan KOPIPU yang
dilakukan sekurang-kurangnya1 (satu) kali setahun.
b. Penggandaan buku saku Kopipu untuk Tim KOPIPU.
c. Pembelian ATK untuk mendukung pelaporan, seperti: kertas HVS, buku
laporan kegiatan, pulpen, tinta printer.
d. Pembelian bahan habis pakai dalam rangka perlindungan Tim ketika melakukan
kunjungan konseling, seperti: masker, hand sanitizer, face shield dan gaun untuk
petugas Ponkesdes.
A. LATAR BELAKANG
Masyarakat terutama ibu hamil perlu mendapatkan informasi tentang deteksi dini
resiko tinggi dan pengenalan tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Selain itu ibu hamil memerlukan persiapan yang matang untuk menghadapi proses
kelahiran, baik berupa materi, kesiapan fisik dan mentalnya supaya bisa menentukan
tempat kelahiran dan mengambil keputusan tindakan pertolongan yang tepat.
Untuk mempersiapkan kondisi ibu hamil, keluarga dan lingkungannya supaya
bisa melahirkan dengan selamat dan sehat, maka diperlukan sosok seorang yang paling
dekat dengan masyarakat yang mengerti dan memahami budaya sosial masyarakat
sehingga bisa memberikan informasi, bimbingan dan suport kepada ibu hamil dan
keluarganya. Sosok yang kita pilih adalah kader Posyandu dengan menyebutnya sebagai
Kader Pendamping Ibu Hamil.
Tujuan kegiatan pendampingan ibu hamil risiko tinggi oleh kader adalah agar ibu
hamil dapat melahirkan dengan selamat dan bayi yang terlahir juga sehat dan selamat di
fasilitas kesehatan yang tersedia.
Pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan pada tahun 2013 s/d 2021 telah
melibatkan 8.866 kader dengan mendampingi sebanyak 15.338 ibu maternal sehingga
1(satu) kader mendampingi rata-rata 2 (dua) bumil, dengan jumlah ibu yang meninggal
33 orang, sehingga tingkat keberhasilan pendampingan ini 99,8 %. Untuk tahun 2022 ini
jumlah kader pendamping bumil resiko tinggi setiap kabupaten/kota sebanyak 200 kader.
B. PENYELENGGARAAN
Penyelenggara kegiatan pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh kader adalah
kolaborasi antara program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dengan
program Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat (KGM). Secara teknis kader
mendapatkan bimbingan dari bidan sedangkan cara pendekatan ibu hamil dan keluarga
atau lingkungannya mendapatkan bimbingan dari program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.
C. KETENAGAAN
Pelaksana:
Pelaksana pendampingan adalah:
1. Kader Pendamping, yang bertugas mendampingi ibu hamil resiko tinggi
selama 6 (enam) bulan.
2. Bidan Desa, yang bertugas memberikan bimbingan kepada kader dan
memberikan tindak lanjut hasil pendampingan oleh kader berupa keluhan
atau pemeriksaan.
3. Petugas Promkes Puskesmas dan Bidan Koordinator, yang bertugas
memberikan bimbingan dan mengkoordinasikan kegiatan pendampingan
yang ada di wilayahnya.
4. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta program KGM, yang bertugas membina dan
mengkoordinasikan kegiatan pendampingan baik secara teknis maupun
pemberdayaannya yang berada di wilayah kabupaten/kota.
F. PELAPORAN
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan cakupan program setiap 3 (tiga)
bulan sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur cq Sub Subtansi
Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai format dalam Lampiran.
A. LATAR BELAKANG
Kondisi kekurangan gizi pada ibu hamil ini akan berdampak terhadap
pertumbuhan janin yang dikandung dan perkembangan intelektual anak yang dilahirkan.
pada anak yang kekurangan gizi saat usia baduta akan tumbuh pendek dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya
tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak terjadi saat dalam kandungan sampai
usia 2 (dua) tahun.
Dari hasil pendampingan selama 3 (tiga) tahun mulai tahun 2019 sd 2021
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Jumlah kader yang mendampingi sebanyak 5.117 kader.
2. Jumlah Ibu KEK yang didampingi sebanyak 6.722 Ibu Hamil.
3. Hasil sebagai berikut:
No Tahun TIDAK BBLR PB > 48 CM
(%) (%)
1. 2019 93,3 91,3
2. 2020 90,57 88,35
3. 2021 89,43 84,20
Untuk tahun 2022 ini jumlah kader pendamping pencegahan stunting setiap kabupaten
sebanyak 200 kader.
Tujuan kegiatan Pendampingan Pencegahan Stunting Bagi Ibu Hamil adalah agar
ibu hamil dapat melahirkan bayi normal dan tidak berisiko stunting.
B. PENYELENGGARAAN
Penyelenggara kegiatan pendampingan Pencegahan Stunting adalah kolaborasi
antara program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan program
KGM. Secara teknis pendamping (kader Posyandu) mendapatkan bimbingan dari tenaga
kesehatan yaitu tenaga gizi dan bidan, sedangkan cara pendekatan ibu hamil dan
keluarga atau lingkungannya mendapatkan bimbingan dari tenaga promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.
C. KETENAGAAN
Pelaksana pendampingan adalah:
1. Kader Pendamping, yang bertugas mendampingi ibu hamil KEK dan atau
anemia selama 6 (enam) bulan.
2. Bidan Desa, yang bertugas memberikan bimbingan kepada kader dan
memberikan tindak lanjut hasil pendampingan oleh kader berupa keluhan atau
pemeriksaan dan menentukan sasaran ibu hamil KEK dan atau anemia.
3. Tenaga Gizi, yang bertugas untuk ikut menentukan sasaran ibu hamil KEK dan
atau anemia serta konseling gizi pada bumil.
4. Petugas Promkes Puskesmas dan Bidan Koordinator, yang bertugas
memberikan bimbingan dan mengkoordinasikan kegiatan pendampingan yang
ada di wilayahnya.
5. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta program Kesehatan Ibu Anak, yang bertugas
membina dan mengkoordinasikan kegiatan pendampingan baik secara teknis
maupun pemberdayaannya yang berada di wilayah kabupaten.
F. PELAPORAN
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan cakupan program setiap 3 (tiga)
bulan sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur cq Sub Subtansi
Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai format dalam Lampiran.
A. LATAR BELAKANG
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) atau yang lebih dikenal dengan SAJADAH
(Santri Jatim Sehat dan Berkah) merupakan salah satu wujud Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat yang ada di lingkungan Pondok Pesantren yang bertujuan
untuk mewujudkan Pondok Pesantren Sehat melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat dengan sasaran individu baik santri, pengasuh pondok pesantren, pimpinan
pondok pesantren, pengunjung dan masyarakat sekitar pondok pesantren di bawah
binaan dari Puskesmas setempat. Kegiatan yang dilaksanakan di Poskestren lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Saat ini pondok pesantren juga menjadi prioritas untuk penerapan adaptasi
kebiasaan baru dan penerapan protokol kesehatan. Jadi kegiatan pendampingan ditujukan
untuk meningkatkan kualitas Poskestren yang dilakukan oleh mitra yaitu dari Organisasi
Masyarakat Keagamaan serta penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB) di Pondok
Pesantren Poskestren.
B. PENYELENGGARAAN
Kegiatan Pendampingan Poskestren digunakan untuk:
1. Rapat Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor.
2. Orientasi Pendampingan Poskestren bagi pendamping dan kader santri husada.
3. Pendampingan Poskestren oleh Ormas termasuk didalamnya Survey Mawas Diri
(SMD) dan Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren (MMPP).
4. Evaluasi kegiatan Pendampingan Poskestren.
5. Pengadaan media promosi kesehatan.
C. KETENTUAN PENYELENGGARAAN
1. Kegiatan Rapat Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dilaksanakan bagi
Kemenag, Kepala Puskesmas, perwakilan ormas, perwakilan pondok pesantren.
2. Kegiatan Orientasi Pendampingan Poskestren bagi pendamping dan kader santri
husada
E. PELAPORAN
Pelaporan meliputi:
- Realisasi anggaran pada bulan Agustus dan Desember 2022.
- Kualitas poskestren pada bulan Desember 2022.
- Klasifikasi PHBS pada bulan Desember 2022.
- Catatan hasil pendampingan ditulis di dalam buku rapor pendamping pada
setiap saat melaksanakan pendampingan.
A. PELAPORAN
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan realisasi Bantuan Keuangan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur meliputi:
a. Realisasi penyerapan anggaran
b. Realisasi kegiatan
c. Permasalahan pelaksanaan kegiatan.
2. Kepatuhan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyampaikan laporan
realisasi penyerapan anggaran dan realisasi kegiatan akan dijadikan pertimbangan
dalam pengalokasian bantuan Keuangan pada tahun berikutnya sesuai peraturan
perundangan.
B. PEMBINAAN
Pemerintah Provinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pembinaan
kegiatan yang difokuskan pada aspek-aspek:
1) Ketepatan sasaran, waktu, dan penggunaan Bantuan Keuangan Bidang
Kesehatan;
2) Kelancaran pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;
3) Permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya;
4) Kelanjutan dari kegiatan di tahun berikutnya.