Anda di halaman 1dari 62

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Arah Kebijakan RPJMN Bidang Kesehatan Tahun 2020-2024 adalah
meningkatkan pelayanan kesehatan menuju cakupan kesehatan semesta terutama
penguatan pelayanan kesehatan dasar (Primary Health Care) dengan mendorong
peningkatan upaya promotif dan preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi.
Strategi yang dilakukan meliputi: Peningkatan kesehatan ibu, anak, KB dan kesehatan
reproduksi, Percepatan perbaikan gizi masyarakat, Peningkatan pengendalian
penyakit, Pembudayaan Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS),
Penguatan Sistem Kesehatan serta Pengawasan Obat dan Makanan.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur mengambil langkah nyata melalui penguatan
pelayanan kesehatan dasar dengan mendorong peningkatan upaya promotif dan
preventif, didukung inovasi dan pemanfaatan teknologi melalui pelaksanaan program
prioritas bidang kesehatan yaitu TANTISTAS (Layanan Kesehatan Gratis dan
Berkualitas) yang terdiri dari SAJADAH (Santri Jatim Sehat dan Berkah, berupa
Pendampingan Poskestren 36 kabupaten/kota), BUAIAN (Bunda Anak Impian) yang
terdiri dari Pendampingan Ibu Hamil Risiko Tinggi dan Pendampingan Bumil
Kekurangan Energi Kronis (KEK) dan Anemia oleh kader Posyandu, KOPIPU
(Konseling dari Pintu ke Pintu) yang dilaksanakan di wilayah kerja Ponkesdes.
Pemerintah Provinsi Jawa Timur juga memberikan alokasi anggaran melalui
Bantuan Keuangan (BK) Khusus Bidang Kesehatan untuk mendukung pelaksanaan
kegiatan tersebut, berupa:
a. Honorarium Perawat Ponkesdes.
b. Honorarium Dokter Umum Puskesmas Sesuai Standar.
c. Honorarium Dokter Umum Puskesmas di Wilayah Kepulauan Sumenep (pulau
Raas, pulau Sapeken, pulau Masalembu, pulau Giligenting, pulau Nonggunong
danpulau Gayam).
d. Kunjungan konseling kesehatan pada keluarga dengan masalah kesehatan oleh tim
yang terdiri dari bidan/perawat Ponkesdes dibantu oleh mitra dari unsur
masyarakat/organisasi kemasyarakatan.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 1


e. Pendamping kegiatan kunjungan konseling kesehatan pada keluarga dengan masalah
kesehatan.
f. Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi.
g. Pendampingan Pencegahan Stunting.
h. Pendampingan Poskestren.
Pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang
Penetapan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat menetapkan Covid-19 sebagai jenis
penyakit yang menimbulkan Kedaruratan Kesehatan masyarakat yang wajib diupayakan
penanggulangan sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Demi mencegah
terjadinya penularan Covid-19, pelayanan kesehatan program prioritas ini harus
dilaksanakan dengan adaptasi kebiasaan baru yaitu perubahan perilaku untuk tetap
menjalankan aktifitas normal namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan guna
mencegah penularan Covid-19.

B. Tujuan
Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan adalah anggaran dari Pemerintah Provinsi
Jawa Timur kepada Pemerintah Daerah yang peruntukan dan penggunaannya diarahkan
oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur melalui Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
dengan tujuan:
1. Meningkatkan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2. Menurunkan jumlah kematian ibu dan bayi.
3. Menurunkan prevalensi stunting.
4. Meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat di Pondok Pesantren.

C. Sasaran
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
2. Puskesmas
3. Ponkesdes
4. Pondok Pesantren
5. Organisasi Masyarakat
6. Kader Kesehatan

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 2


D. Ruang Lingkup
1. Honorarium Perawat Ponkesdes.
2. Honorarium Dokter Umum Puskesmas Sesuai Standar.
3. Honorarium Dokter Umum Puskesmas di Wilayah Kepulauan (pulau Raas,
pulau Sapeken, pulau Masalembu,pulau Giligenting, pulau Nonggunong dan
pulau Gayam).
4. Kunjungan konseling kesehatan pada keluarga dengan masalah kesehatan oleh
tim yang terdiri dari bidan/perawat Ponkesdes dibantu oleh mitra dari unsur
masyarakat/organisasi kemasyarakatan.
5. Pendamping kegiatan kunjungan konseling kesehatan pada keluarga dengan
masalah kesehatan.
6. Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi.
7. Pendampingan Pencegahan Stunting.
8. Pendampingan Poskestren.

E. Dasar Hukum
1. Undang - Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Pemerintah RI Nomor 80 Tahun 2010 tentang Tarif Pemotongan dan
Pengenaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Atas Penghasilan yang Menjadi Beban
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah;
3. Peraturan Presiden Nomor 33 Tahun 2020 Tentang Standar Harga Satuan
Regional;
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 90 Tahun 2019 Tentang Klasifikasi,
Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaan Pembangunan dan Keuangan Daerah;
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 2052/MENKES/PER/X/2011 Tentang Izin
Praktik dan Pelaksanaan Praktik Kedokteran;
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan dan Pembinaan Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren);
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 43 Tahun 2019Tentang Puskesmas;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga;

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 3


9. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan
Praktik Bidan;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 26 Tahun 2019 tentang Peraturan
Pelaksanaan Undang – Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang Keperawatan;
11. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2021 Tentang
Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 7 Tahun 2019
tentangRencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Timur
2019-2024;
12. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 5 Tahun 2021 Tentang APBD
Tahun Anggaran 2022;
13. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 4 Tahun 2010 tentang Pondok
Kesehatan Desa di Jawa Timur;
14. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 116 Tahun 2021 Tentang Penjabaran
APBD tahun Anggaran 2022.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 4


BAB II
PEMANFAATAN ANGGARAN

Bantuan Keuangan Khusus Bidang Kesehatan yang dibiayai oleh Pemerintah


Provinsi Jawa Timur Tahun 2022 dimanfaatkan sebagai berikut:
1. Honorarium Perawat Ponkesdes
Alokasi anggaran Pemerintah Provinsi Jawa Timur dipergunakan untuk:
a. Honor perawat Ponkesdes setiap bulan Rp 1.550.000, dialokasikan selama 12
(dua belas) bulan.
b. Pembayaran honor perawat Ponkesdes direalisasikan terhitung mulai tanggal
(TMT).
Alokasi anggaran Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Pemerintah Kabupaten/Kota diwajibkan menyediakan sharing sehingga honor
yang diterima perawat Ponkesdes minimal setara UMK kabupaten/kota masing-
masing. Apabila dikarenakan keterbatasan anggaran atau kebijakan lainnya,
kabupaten/kota mengalokasikan honor perawat ponkesdes kurang dari UMK
agar membuat surat pernyataan kemampuan/kesanggupan besaran dana sharing
yang dapat disediakan di tahun 2022 (format terlampir).
b. Anggaran dari APBD Kabupaten/Kota digunakan sebagai dana sharing untuk
honor perawat sesuai dengan Perjanjian Kerjasama (PKS) antara Pemerintah
Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota. Kabupaten/Kota diharapkan juga
menyiapkan anggaran untuk biaya operasional pelayanan kesehatan di
Ponkesdes, penyediaan gedung Ponkesdes dan biaya-biaya lain yang timbul
berkaitan dengan pelaksanaan pengadaan barang (biaya lelang, administrasi, dll)
yang bukan bagian dari dana Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan
c. Apabila Kab/Kota menambah ponkesdes baru, maka pembiayaan sepenuhnya
dari APBD kab/kota dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
2. Honorarium Dokter Umum Puskesmas Sesuai Standar
Alokasi anggaran dipergunakan untuk:
a. Honor dokter umum yang bekerja di Puskesmas Sesuai Standar sebesar Rp
3.750.000 per bulan dialokasikan selama12 (dua belas) bulan.
b. Pembayaran dokter umum direalisasikan terhitung mulai tanggal (TMT).

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 5


c. Kab/Kota dapat memberi tambahan honor untuk dokter umum yang bekerja di
Puskesmas Sesuai Standar.
3. Honorarium Dokter Umum Puskesmas di Wilayah Kepulauan (pulau Raas, pulau
Sapeken, pulau Masalembu, pulau Giligenting, pulau Nonggunong dan pulau
Gayam)
Alokasi anggaran dipergunakan untuk:
a. Honor 9 orang dokter umum sebesar Rp. 11.000.000 per bulan dialokasikan
selama 12 (dua belas) bulan.
b. Pembayaran honor dokter direalisasikan terhitung mulai tanggal (TMT).
c. Pemerintah kabupaten Sumenep menyediakan tempat tinggal.
4. Kunjungan konseling kesehatan pada keluarga dengan masalah kesehatan oleh tim
yang terdiri dari bidan/perawat Ponkesdes dibantu oleh mitra dari unsur
masyarakat/organisasi kemasyarakatan;
Anggaran Kunjungan Konseling Kesehatan digunakan untuk bantuan transport,
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Diberikan kepada tim yang terdiri dari bidan/perawat Ponkesdes, mitra dari
unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan.
b. Penganggaran dan besaran bantuan transport sesuai dengan peraturan/pedoman
keuangan masing-masing kabupaten/kota.
c. Apabila tidak ada rekening bantuan transport di kabupaten/kota, maka dapat
dibuat kebijakan kepala daerah masing-masing.
5. Pendamping kegiatan kunjungan konseling kesehatan pada keluarga dengan masalah
kesehatan;
Anggaran Pendamping kegiatan kunjungan konseling kesehatan digunakan untuk
mendukung pelaksanaan Kunjungan Konseling yaitu:
a. Rapat koordinasi antara Dinkes Kabupaten/Kota dengan ormas yang dilibatkan
dalam pelaksanaan kegiatan Konseling dari Pintu Ke Pintu (KOPIPU) sekurang-
kurangnya 1 (satu) kali. Anggaran digunakan untuk biaya makan minum rapat
dan bantuan transport ormas dengan besaran sesuai aturan masing-masing
kabupaten/kota.
b. Penggandaan buku saku Kopipu untuk Tim KOPIPU (perawat Ponkesdes, bidan
Ponkesdes, unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan).

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 6


c. Pembelian ATK untuk mendukung pelaporan, seperti: kertas HVS, buku
laporan kegiatan untuk petugas Ponkesdes dan unsur masyarakat/ormas, pulpen,
tinta printer.
d. Pembelian bahan habis pakai dalam rangka perlindungan Tim ketika melakukan
kunjungan konseling, seperti: masker, hand sanitizer, face shield dan gaun untuk
petugas Ponkesdes.
Pertanggungjawaban administrasi keuangan kegiatan sesuai dengan aturan masing-
masing kabupaten/kota.
6. Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi
Pemanfaatan dana bantuan keuangan dapat digunakan untuk kegiatan sebagai
berikut:
a. Pertemuan Sosialisasi Kegiatan Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi di
kabupaten/kota.
b. Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi oleh Kader selama 6 (enam) bulan.
Anggaran dapat dipergunakan untuk:
- Bantuan transport/honor bagi kader selama 6 (enam) bulan atau
menyesuaikan dengan regulasi kabupaten/kota
- Pembuatan buku saku kader pendampingan Ibu hamil resiko tinggi
c. Pertemuan Koordinasi dan Evaluasi Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi di
kabupaten/kota.
d. Media edukasi era Adaptasi Kebiasaan Baru bagi Kader, Ibu Hamil Resiko
Tinggiserta petugas Kesehatan.
e. Kit Pendamping (tas, bollpoint, buku rapor pendampingan, payung serta APD
level satu (masker, face shield, hand sanitizer)).
Anggaran untuk kegiatan Pendampingan Ibu Hamil Resiko Tinggi diberikan kepada
10 kabupaten/kota berdasarkan jumlah kematian ibu tahun 2020, yaitu:
1. Kabupaten Tulungagung 6. Kabupaten Banyuwangi
2. Kabupaten Blitar 7. Kabupaten Probolinggo
3. Kabupaten Malang 8. Kabupaten Bojonegoro
4. Kabupaten Lumajang 9. Gresik
5. Kabupaten Jember 10.Kota Malang

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 7


Total anggaran sebesar Rp. 2.391.290.000 (Dua miliar tiga ratus sembilan puluh satu
juta dua ratus sembilan puluh ribu rupiah).
Setiap kabupaten/kota mendapat anggaran sebesar Rp. 239.129.000 (Dua ratus tiga
puluh sembilan juta seratus dua puluh sembilan ribu rupiah).
7. Pendampingan Pencegahan Stunting
Pemanfaatan dana bantuan keuangan dapat digunakan untuk kegiatan sebagai
berikut:
a. Pertemuan sosialisasi pendampingan pencegahan stunting di kabupaten.
b. Pendampingan pencegahan stunting oleh kader selama 6 bulan.
Anggaran dapat dipergunakan untuk:
- Bantuan transport/honor bagi kader selama 6 bulan atau menyesuaikan
dengan regulasi kabupaten
- Pembuatan buku saku kader pendampingan Ibu hamil untuk mencegah
stunting pada bayi dan balita
c. Pertemuan koordinasi dan evaluasi pendampingan pencegahan stunting di
kabupaten.
d. Media edukasi era Adaptasi Kebiasaan Baru bagi kader, bumil KEK serta
petugas kesehatan.
e. Kit pendamping (tas, bollpoint, buku rapor pendampingan, payung serta APD
level satu (masker, face shield, hand sanitizer)).
Anggaran untuk kegiatan Pendampingan pencegahan stunting di 10 Kabupaten
berdasarkan data stunting SSGBI tahun 2019, yaitu:
1. Kabupaten Pacitan 6. Kabupaten Probolinggo
2. Kabupaten Tulungagung 7. Kabupaten Bojonegoro
3. Kabupaten Lumajang 8. Kabupaten Jombang
4. Kabupaten Jember 9. Kabupaten Sampang
5. Kabupaten Bondowoso 10. Kabupaten Sumenep
Setiap kabupaten mendapat alokasi anggaran sebesar Rp. 238.954.000 (Dua ratus
tiga puluh delapan juta sembilan ratus lima puluh empat ribu rupiah), alokasi di 10
kabupaten sebesar Rp. 2.389.540.000 (Dua miliar tiga ratus delapan puluh sembilan
juta lima ratus empat puluh ribu rupiah).

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 8


8. Pendampingan Poskestren
Alokasi anggaran dipergunakan untuk:
a. Pertemuan koordinasi lintas program dan lintas sektor.
b. Orientasi bagi pendamping dan Santri Husada.
c. Pendampingan Poskestren oleh ormas.
d. Pengadaan media promosi kesehatan.
e. Pertemuan evaluasi pendampingan Poskestren.
f. Pengadaan masker, face shield dan hand sanitizer bagi pendamping dan santri
husada (tidak wajib).
g. Honor narasumber, bantuan transport peserta, bantuan transport pendamping,
honor/transport panitia, atau semua pemanfaatan anggaran menyesuaikan
peraturan di kabupaten/kota
Anggaran Pendampingan Poskestren diberikan kepada 36 kabupaten/kota yaitu:
1. Kabupaten Pacitan 19. Kabupaten Magetan
2. Kabupaten Ponorogo 20. Kabupaten Ngawi
3. Kabupaten Trenggalek 21. Kabupaten Bojonegoro
4. Kabupaten Tulungagung 22. Kabupaten Tuban
5. Kabupaten Blitar 23. Kabupaten Lamongan
6. Kabupaten Kediri 24. Kabupaten Gresik
7. Kabupaten Malang 25. Kabupaten Bangkalan
8. Kabupaten Lumajang 26. Kabupaten Sampang
9. Kabupaten Jember 27. Kabupaten Pamekasan
10. Kabupaten Banyuwangi 28. Kabupaten Sumenep
11. Kabupaten Bondowoso 29. Kota Kediri
12. Kabupaten Situbondo 30. Kota Blitar
13. Kabupaten Probolinggo 31. Kota Malang
14. Kabupaten Pasuruan 32. Kota Pasuruan
15. Kabupaten Mojokerto 33. Kota Probolinggo
16. Kabupaten Jombang 34. Kota Madiun
17. Kabupaten Nganjuk 35. Kota Mojokerto
18. Kabupaten Madiun 36. Kota Batu

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 9


Setiap kabupaten/kota mendapat alokasi anggaran sebesarRp. 72.733.000 (Tujuh
puluh dua juta tujuh ratus tiga puluh tiga ribu rupiah), alokasi di 36 Kabupaten /
Kota sebesar Rp. 2.618.000.000 (Dua miliar enam ratus delapan belas juta rupiah).

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 10


BAB III
KEBIJAKAN PENYALURAN ANGGARAN

A. PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN BANTUAN KEUANGAN


BIDANG KESEHATAN
1. Bantuan Keuangan tersebut harus dianggarkan dalam Dokumen Pelaksanaan
Anggaran (DPA) APBD Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2022 sesuai
dengan rincian pemanfaatan anggaran Bantuan Keuangan Khusus Bidang
Kesehatan dalam lampiran beserta anggaran sharing yang harus disediakan oleh
Kabupaten/Kota sesuai Perjanjian Kerjasama (PKS);
2. Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten/Kota se Jawa
Timur membuat Perjanjian Kerja Sama (PKS) tentang pelaksanaan Peningkatan
Program Puskesmas Dan Jaringannya tahun 2022;
3. Kabupaten/Kota diperkenankan memberi tambahan honor kepada dokter umum
dan perawat Ponkesdes di luar dana Bantuan Keuangan;
4. Pengelolaan Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan disesuaikan dengan
pengelolaan anggaran APBD Kabupaten/Kota yang bersangkutan;
5. Pemerintah Kabupaten/Kota menyediakan dana sharing dalam APBD
Kabupaten/Kota;
6. Bupati/Walikota wajib menerbitkan Surat Keputusan Bupati/Walikota tentang
nama-nama perawat, lokasi Ponkesdes serta Puskesmas yang ditetapkan
mendapat alokasi Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan;
7. Kepala Dinas Kabupaten/Kota menerbitkan Surat Keputusan Kepala Dinas
tentang:
a. Nama-nama kader pelaksana pendampingan ibu hamil resiko tinggi.
b. Nama-nama kader pelaksana pendampingan pencegahan stunting.
c. Nama-nama pendamping Poskestren.
d. Nama-nama Tim KOPIPU di masing-masing desa.
8. Sisa Dana dalam pemanfaatan anggaran pada akhir tahun dilaporkan ke
DPPKAD dan Bappeda Kabupaten/Kota ditembuskan kepada BPKAD Provinsi
Jawa Timur dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur;

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 11


9. Sesuai Surat Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur perihal Pagu Anggaran
Definitif Belanja Bantuan Keuangan Khusus kepada Kabupaten/Kota pada
APBD Provinsi Jawa Timur Tahun Anggaran 2022 maka:
a) Apabila Kabupaten/Kota telah menetapkan Peraturan Daerah tentang APBD
Tahun Anggaran 2022, maka Kabupaten/Kota bersangkutan harus
menyesuaikan alokasi anggaran dimaksud dengan melakukan Perubahan
Peraturan Kepala Daerah tentang Penjabaran APBD Tahun Anggaran 2022
dengan pemberitahuan kepada Pimpinan DPRD, untuk selanjutnya
dicantumkan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
b) Apabila dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud terjadi hal-hal bersifat force
majour yang mengakibatkan penundaan dan atau keterlambatan sehingga
tidak dapat diselesaikan sampai dengan akhir tahun anggaran 2022 dan/atau
dalam pelaksanaannya terdapat SiLPA, agar dianggarkan kembali pada
APBD Tahun Anggaran 2023 sesuai dengan peruntukannya dengan
berpedoman kepada peraturan perundangan yang berlaku.
c) Apabila Kabupaten/Kota tidak melaksanakan atau tidak dapat
mempertanggungjawabkan penggunaan dana Bantuan Keuangan tersebut
sesuai dengan peruntukannya, maka dana Bantuan Keuangan tersebut harus
disetor kembali pada rekening Kas Umum Daerah Provinsi Jawa Timur.
10. Honor yang diperlakukan sebagai penghasilan dan diterimakan secara rutin
setiap bulan apabila belum mencapai PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)
maka tidak dikenakan pajak. Hal ini berlaku bagi honorarium perawat dan
honorarium dokter umum;
11. Pertanggungjawaban anggaran Bantuan Keuangan Khusus Bidang Kesehatan
sesuai dengan mekanisme aturan keuangan daerah yang berlaku di masing-
masing Kabupaten/Kota;
12. Pertanggungjawaban dana Bantuan Keuangan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
13. Pemotongan dan penyetoran pajak honorarium atas imbalan lain dengan nama
apapun yang menjadi beban APBD oleh bendahara pemerintah yang
membayarkan, sesuai PP Nomor 80 Tahun 2010, yaitu:
Bagi PNS Gol I + II sebesar 0 %
Bagi PNS Gol III sebesar 5 %

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 12


Bagi PNS Gol IV sebesar 15 %
14. Alokasi yang diterima Kabupaten/Kota untuk honor perawat Ponkesdes dan
honor dokter umum di Puskesmas Sesuai Standar adalah 12 bulan.
15. Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
menunjuk koordinator pada setiap program untuk berkoordinasi dengan Dinas
Kesehatan Provinsi.

B. PROSEDUR PENCAIRAN ANGGARAN


Belanja Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan akan ditransfer dari Kas Umum
Daerah Provinsi Jawa Timur ke rekening kas daerah Kabupaten/Kota. Untuk pencairan
dana Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan perlu persyaratan sebagai berikut:
1. Surat permohonan pencairan dana dari Bupati/Walikota yang ditandatangani
Bupati/Walikota rangkap 2 (dua) yang ditujukan kepada Gubernur Jawa Timur
cq Kepala BPKAD Provinsi Jawa Timur;
2. Kwitansi pencairan dana dibuat rangkap 3 (tiga) asli bermaterai cukup yang
ditandatangani oleh Bupati/Walikota yang ditujukan kepada Gubernur Jawa
Timur;
3. Melampirkan fotokopi rekening Kas Umum Daerah Kabupaten/Kota (Bank
Jatim);
4. Untuk pencairan anggaran Bantuan Keuangan Bidang Kesehatan agar
berkoordinasi dengan badan pengelola keuangan Kabupaten/Kota masing-
masing.

C. PERTANGGUNGJAWABAN ANGGARAN
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan realisasi anggaran dan program
kegiatan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan SiLPA atas kegiatan yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan ke Dinas Kesehatan Provinsi.
Kebijakan penyaluran anggaran mengacu pada Pergub No 77 tahun 2012 tentang
Pengelolaan Keuangan Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah Provinsi Jawa Timur.
Apabila ada perubahan kebijakan penyaluran anggaran/Pergub maka kebijakan
penyaluran anggaran BK dalam Juknis ini akan menyesuaikan.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 13


BAB IV
HONORARIUM PERAWAT PONKESDES

A. LATAR BELAKANG
Ponkesdes adalah sarana pelayanan kesehatan yang berada di desa atau
kelurahan dengan lebih mengutamakan promotif dan preventif dalam menjamin derajat
kesehatan masyarakat di wilayah desa/kelurahan.
Ponkesdes merupakan pengembangan Polindes dengan tambahan 1 (satu) orang
tenaga perawat dalam rangka mendekatkan akses dan meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan di desa/kelurahan. Dimana honor tenaga perawat dialokasikan oleh pemerintah
provinsi Jawa Timur melalui dana Bantuan Keuangan Khusus sharing dengan
kabupaten/kota. Pada tahun 2022 ada 26 kabupaten/kota yang melaksanakan Ponkesdes
dengan honor perawat menggunakan dana sharing pemerintah provinsi Jawa Timur.

B. PENYELENGGARAAN
Perekrutan perawat Ponkesdes setiap tahun dilakukan oleh kabupaten/kota sesuai
peraturan yang berlaku. Dinas Kesehatan kabupaten/kota diharapkan dapat
memfasilitasi perawat Ponkesdes untuk menjadi pegawai daerah. Apabila Perawat
Ponkesdes di terima sebagai ASN/PPPK, diharapkan tetap mengisi formasi di
Ponkesdes.
Apabila yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas lagi (misal: mengundurkan
diri atau diterima menjadi ASN/PPPK), maka Dinas Kesehatan kabupaten/kota segera
menghentikan honornya. Sesuai surat Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur
Nomor 445/2385/102.4/2021 tanggal 9 Desember 2021 Perihal Perawat Pokesdes, maka
Ponkesdes yang perawatnya menjadi ASN/PPPK diharapkan tetap mengisi formasi di
Ponkesdes. Apabila kabupaten/kota akan mengisi kekosongan Ponkesdes yang
perawatnya menjadi ASN/PPPK, maka pembiayaan dibebankan anggaran Pemerintah
Kabupaten/Kota sendiri.
Perawat dan bidan di Ponkesdes menyelenggarakan upaya kesehatan dengan
strategi PERGI BERDANSA DI MASA SENJA (Perawat Bersinergi Bersama Bidan Di
Desa Demi Masyarakat Sehat dan Sejahtera) yang mengutamakan upaya promotif
preventif. Pelaksanaan kegiatan sesuai buku Panduan Ponkesdes Provinsi Jawa Timur.
Untuk meningkatkan kualitas Ponkedes maka hasil kegiatan Ponkesdes sekurang-
kurangnya memenuhi kriteria BAIK dengan menggunakan format Penilaian Ponkesdes
sesuai buku Panduan Ponkesdes Provinsi Jawa Timur.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 14


Untuk meningkatkan kinerja perawat Ponkesdes maka Kepala Puskesmas
melakukan evaluasi dengan menggunakan format Instrumen Penilaian Kinerja Perawat
(terlampir).

C. PELAPORAN
Pelaporan untuk kegiatan ini meliputi:
1. Ponkesdes
a. Perawat Ponkesdes diwajibkan membuat Laporan tahunan penyelenggaraan
kegiatan pelayanan kesehatan dalam bentuk profil yang akan menjadi bahan
evaluasi kabupaten/kota dalam penilaiankinerja perawat.
b. Melaporkan hasil self assesmen Ponkesdes sesuai petunjuk dalam buku
panduan Ponkesdes.
2. Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
a. Melaporkan data hasil rekrutmen perawat ke Dinas Kesehatan Provinsi.
b. Melakukan update data bila ada perubahan.
c. Melaporkan bila ada perubahan lokasi Ponkesdes.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 15


BAB V
HONORARIUM DOKTER UMUM PUSKESMAS SESUAI STANDAR

A. LATAR BELAKANG
Puskesmas Sesuai Standar adalah Puskesmas yang mempunyai sarana, prasarana
dan sumberdaya manusia sesuai Permenkes Nomor 43 tahun 2019 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat. Pada tahun 2021 terdapat 6 Puskesmas di 2 kabupaten
(kabupaten Probolinggo dan kabupaten Nganjuk) yang tidak mempunyai tenaga dokter
umum dari 971 puskesmas di Jawa Timur.
Untuk mendukung pemenuhan tenaga dokter di Puskesmas agar memenuhi
standar ketenagaan, pemerintah Provinsi Jawa Timur mengalokasikan anggaran untuk
rekrutmen dokter umum melalui dana Bantuan Keuangan Khusus sebanyak 99 dokter di
99 Puskesmas yang tersebar di 23 kabupaten/kota.

B. PENYELENGGARAAN
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan rekrutmen dan atau rekrutmen
ulang dokter umum yang akan ditempatkan di Puskesmas Sesuai Standar melalui seleksi.
Tata cara seleksi sesuai kebijakan dan peraturan kabupaten/kota (contoh persyaratan
seleksi terlampir), kemudian ditugaskan di Puskesmas Sesuai Standar di Kabupaten/Kota
masing-masing. Dokter umum di Puskesmas Sesuai Standar yang sudah ditunjuk
sebelumnya dapat dialihkan ke puskesmas lain yang tidak mempunyai tenaga dokter
umum.
Apabila yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas lagi (misal: mengundurkan
diri, diterima CPNS atau Mutasi Kerja), maka Dinas Kesehatan kabupaten/kota segera
menghentikan honornya dan melakukan rekrutmen kembali untuk mengisi kekosongan
formasi.

C. PELAPORAN
Pelaporan untuk kegiatan ini meliputi:
1. Puskesmas
Dokter umum Puskesmas Standar diwajibkan membuat Laporan tahunan
penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan dan capaian
kinerja Puskesmas dalam bentuk profil yang akan menjadi bahan evaluasi
kabupaten/kota.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 16


2. Dinas Kesehatan kabupaten/Kota
a. Melaporkan data hasil rekrutmen dokter umum ke Dinas Kesehatan Provinsi.
b. Melakukan update data bila ada perubahan.
c. Melaporkan bila ada perubahan lokasi Puskesmas.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 17


BAB VI
HONORARIUM DOKTER UMUM PUSKESMAS
DI WILAYAH KEPULAUAN

A. LATAR BELAKANG
Untuk mendukung pemenuhan tenaga dokter dan peningkatan pelayanan
kesehatan di puskesmas daerah kepulauan, pemerintah Provinsi Jawa Timur
mengalokasikan anggaran untuk honor dokter umum melalui dana Bantuan Keuangan
Khusus sebanyak 9 (sembilan) dokter di puskesmas kepulauan (pulau Raas, pulau
Sapeken, pulau Masalembu, pulau Giligenting, pulau Nonggunong dan pulau Gayam)
kabupaten Sumenep.
Pemenuhan tenaga dokter di puskesmas daerah kepulauan ini bertujuan
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan masyarakat daerah kepulauan.

B. PENYELENGGARAAN
Dinas Kesehatan Kabupaten Sumenep melakukan rekruitmen dokter umum yang
akan ditempatkan di puskesmas kepulauan (pulau Raas, pulau Sapeken, pulau
Masalembu, pulau Giligenting, pulau Nonggunong dan pulau Gayam) sesuai dengan
aturan yang berlaku. Dokter umum yang lulus seleksi ditempatkan di Puskesmas
Kepulauan (pulau Raas, pulau Sapeken,pulau Masalembu, pulau Giligenting, pulau
Nonggunong dan pulau Gayam) dengan surat penugasan penempatan melalui Surat
Keputusan Bupati Sumenep.
Apabila yang bersangkutan tidak melaksanakan tugas lagi (misal: mengundurkan
diri, diterima CPNS atau Mutasi Kerja), maka Dinas Kesehatan kabupaten Sumenep
segera menghentikan honornya dan melakukan rekrutmen kembali untuk mengisi
kekosongan formasi.
Tugas dokter umum yang telah ditempatkan di puskesmas daerah kepulauan
meliputi:
1. Melakukan pelayanan kesehatan di dalam gedung maupun luar gedung.
Yang terdiri dari UKM Esensial dan Pengembangan serta UKP.
2. Melakukan pelayanan gawat darurat 24 jam.
3. Melakukan pelayanan dengan mengutamakan upaya promotif dan preventif dengan
kunjungan rumah.
4. Menjalankan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 18


C. PELAPORAN
Pelaporan untuk kegiatan ini meliputi:
1. Puskesmas
Dokter umum yang ditempatkan di kepulauan diwajibkan membuat Laporan
tahunan penyelenggaraan kegiatan pelayanan kesehatan yang dilakukan dan
capaian kinerja Puskesmas dalam bentuk profil yang akan menjadi bahan
evaluasi kabupaten/kota.
2. Dinas Kesehatan kabupaten Sumenep
a. Melaporkan data hasil rekrutmen dokter umum yang ditempatkan di kepulauan
ke Dinas Kesehatan Provinsi.
b. Melakukan update data bila ada perubahan.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 19


BAB VII
KUNJUNGAN KONSELING KESEHATAN PADA KELUARGA DENGAN
MASALAH KESEHATAN OLEH TIM YANG TERDIRI DARI
BIDAN/PERAWAT PONKESDES DIBANTU OLEH MITRA
DARI UNSUR MASYARAKAT/ORGANISASI KEMASYARAKATAN

A. LATAR BELAKANG
Kunjungan konseling kesehatan dilaksanakan oleh petugas kesehatan di Ponkesdes
dibantu oleh mitra dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan berkunjung ke
rumah keluarga yang mempunyai masalah kesehatan untuk memberikan konseling sesuai
permasalahan kesehatan di masing-masing keluarga. Kunjungan konseling kesehatan ini
disebut juga Konseling dari Pintu ke Pintu (KOPIPU).
Keluarga yang dikunjungi merupakan keluarga yang masuk kriteria tidak sehat/pra
sehat menurut hasil pencapaian Indikator Keluarga Sehat, tidak menutup kemungkinan
keluarga dengan permasalahan kesehatan lain di luar 12 Indikator Keluarga Sehat sesuai
Permenkes Nomor 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program
Indonesia Sehat Dengan Pendekatan Keluarga. Tujuan kegiatan ini untuk mengintervensi
keluarga tidak sehat dan pra sehat agar menjadi keluarga yang sehat.
Pada masa pandemi Covid-19, pelaksanaan kunjungan kepada keluarga sasaran
harus berkoordinasi dengan satgas Covid tingkat kecamatan untuk penentuan zona risiko
penularan. Tim dapat melakukan kunjungan rumah sesuai rekomendasi dari satgas Covid
tingkat kecamatan atau kebijakan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.

B. PENYELENGGARAAN
KOPIPU dilakukan oleh Tim yang terdiri dari bidan/perawat Ponkesdes dibantu
oleh mitra dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan yang ditetapkan dengan SK
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Pada saat melakukan kunjungan konseling keluarga dapat dilakukan oleh:
a. 1 perawat Ponkesdes dan 1 orang dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan;
atau
b. 1 bidan Ponkesdes dan 1 orang dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan.
Pada masa pandemi Covid-19 ini, Tim KOPIPU melakukan kunjungan rumah
keluarga sasaran sesuai protokol kesehatan, yaitu:
a. Petugas kesehatan menggunakan APD (masker, faceshield, gaun).

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 20


Unsur masyarakat/ormas menggunakan masker.
b. Melakukan cuci tangan dengan sabun dibawah air mengalir atau menggunakan hand
sanitizer sebelum melakukan kegiatan.
c. Menjaga jarak sesuai protokol kesehatan ketika melakukan wawancara.
Tim KOPIPU ketika melakukan kunjungan rumah wajib memakai identitas berupa
seragam (Ponkesdes sesuai kebijakan pakaian seragam Puskesmas, ormas sesuai seragam
asal ormas).
Pada tahun 2022 kegiatan KOPIPU harus menjangkau minimal 244.800 keluarga
di wilayah 3.060 ponkesdes pada 27 kabupaten/kota di Jawa Timur. Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota dapat membreakdown target minimal yang harus di penuhi kepada
Ponkesdes di wilayahnya untuk tahun 2022. Untuk memenuhi target minimal sasaran
keluarga, setiap jadwal kunjungan Tim agar menjangkau lebih dari 1 keluarga sasaran.
Target minimal masing-masing kabupaten kota adalah sebagai berikut:

TARGET SASARAN KOPIPU TAHUN 2022


Target minimal
Jumlah
NO KABUPATEN keluarga sasaran
Ponkesdes
KOPIPU
1 Kab. Pacitan 45 3.600
2 Kab. Ponorogo 181 14.480
3 Kab. Trenggalek 81 6.480
4 Kab. Tulungagung 159 12.720
5 Kab. Blitar 51 4.080
6 Kab. Malang 385 30.800
7 Kab. Lumajang 127 10.160
8 Kab. Jember 72 5.760
9 Kab. Banyuwangi 26 2.080
10 Kab. Bondowoso 157 12.560
11 Kab. Situbondo 82 6.560
12 Kab. Probolinggo 92 7.360
13 Kab. Pasuruan 85 6.800
14 Kab. Sidoarjo 121 9.680
15 Kab. Mojokerto 211 16.880
16 Kab. Jombang 34 2.720
17 Kab. Madiun 38 3.040
18 Kab. Magetan 104 8.320
19 Kab. Bojonegoro 173 13.840
20 Kab. Tuban 20 1.600
21 Kab. Lamongan 117 9.360
22 Kab. Gresik 204 16.320
23 Kab. Bangkalan 92 7.360
24 Kab. Sampang 90 7.200
25 Kab. Pamekasan 68 5.440
26 Kab. Sumenep 225 18.000
27 Kota Kediri 20 1.600
Jumlah Total Jawa Timur 3.060 244.800

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 21


Sebelum pelaksanaan kunjungan rumah, Tim melakukan persiapan sebagai
berikut:
1. Membuat pemetaan/mapping keluarga dengan masalah kesehatan.
2. Melakukan koordinasi dengan organisasi masyarakat (Ormas) untuk pelaksanaan
kegiatan.
3. Membuat jadwal kegiatan kunjungan konseling kesehatan pada keluarga dengan
masalah kesehatan.
4. Menginformasikan jadwal kegiatan pada keluarga yang akan dikunjungi.
5. Merencanakan penyelesaian masalah kesehatan.
6. Mempersiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan saat kunjungan.

Alat dan bahan yang dibawa saat kunjungan antara lain:


1. Hasil pemetaan/mapping keluarga dengan masalah kesehatan di tingkat desa.
2. Jadwal kegiatan kunjungan konseling.
3. Lembar isian/ceklist pelaksanaan kegiatan.
4. Alat pemeriksaan kesehatan sederhana untuk kunjungan rumah (Tensi, Stetoskop,
Termometer, Timbangan, Alat Ukur LILA).
5. Media konseling.

C. PELAPORAN
1. Tim Kopipu diwajibkan membuat laporan penyelenggaraan kegiatan kunjungan
konseling kesehatan kepada Seksi Pelayanan Kesehatan Primer Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota setiap bulan.
2. Dinas Kesehatan kabupaten/kota membuat rekap laporan kepada Dinas
Kesehatan Provinsi selambat-lambatnya tanggal 10 setiap bulan.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 22


BAB VIII
PENDAMPING KEGIATAN KUNJUNGAN KONSELING KESEHATAN
PADA KELUARGA DENGAN MASALAH KESEHATAN

A. LATAR BELAKANG
Kunjungan konseling kesehatan yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan di
Ponkesdes dibantu oleh mitra dari unsur masyarakat/organisasi kemasyarakatan
memerlukan dukungan sarana prasarana, media informasi dan peningkatan wawasan tim
terkait kunjungan konseling kesehatan (KOPIPU) agar pelaksanaan kegiatan berjalan
dengan baik. Pendamping kegiatan KOPIPU ini diberikan pada 27 kabupaten/kota di
Jawa Timur yang melaksanakan KOPIPU.

B. PENYELENGGARAAN
Pendamping kegiatan kunjungan konseling kesehatan digunakan untuk mendukung
pelaksanaan Kunjungan Konseling yaitu:
a. Rapat koordinasi antara Dinkes Kabupaten/Kota dengan ormas yang dilibatkan
dalam pelaksanaan kegiatan Konseling dari Pintu Ke Pintu. Rapat koordinasi
dapat berisi sosialisasi, evaluasi maupun rencana kegiatan KOPIPU yang
dilakukan sekurang-kurangnya1 (satu) kali setahun.
b. Penggandaan buku saku Kopipu untuk Tim KOPIPU.
c. Pembelian ATK untuk mendukung pelaporan, seperti: kertas HVS, buku
laporan kegiatan, pulpen, tinta printer.
d. Pembelian bahan habis pakai dalam rangka perlindungan Tim ketika melakukan
kunjungan konseling, seperti: masker, hand sanitizer, face shield dan gaun untuk
petugas Ponkesdes.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 23


BAB IX
PENDAMPINGAN IBU HAMIL RESIKO TINGGI

A. LATAR BELAKANG
Masyarakat terutama ibu hamil perlu mendapatkan informasi tentang deteksi dini
resiko tinggi dan pengenalan tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan masa nifas.
Selain itu ibu hamil memerlukan persiapan yang matang untuk menghadapi proses
kelahiran, baik berupa materi, kesiapan fisik dan mentalnya supaya bisa menentukan
tempat kelahiran dan mengambil keputusan tindakan pertolongan yang tepat.
Untuk mempersiapkan kondisi ibu hamil, keluarga dan lingkungannya supaya
bisa melahirkan dengan selamat dan sehat, maka diperlukan sosok seorang yang paling
dekat dengan masyarakat yang mengerti dan memahami budaya sosial masyarakat
sehingga bisa memberikan informasi, bimbingan dan suport kepada ibu hamil dan
keluarganya. Sosok yang kita pilih adalah kader Posyandu dengan menyebutnya sebagai
Kader Pendamping Ibu Hamil.
Tujuan kegiatan pendampingan ibu hamil risiko tinggi oleh kader adalah agar ibu
hamil dapat melahirkan dengan selamat dan bayi yang terlahir juga sehat dan selamat di
fasilitas kesehatan yang tersedia.
Pelaksanaan kegiatan ini telah dilakukan pada tahun 2013 s/d 2021 telah
melibatkan 8.866 kader dengan mendampingi sebanyak 15.338 ibu maternal sehingga
1(satu) kader mendampingi rata-rata 2 (dua) bumil, dengan jumlah ibu yang meninggal
33 orang, sehingga tingkat keberhasilan pendampingan ini 99,8 %. Untuk tahun 2022 ini
jumlah kader pendamping bumil resiko tinggi setiap kabupaten/kota sebanyak 200 kader.

B. PENYELENGGARAAN
Penyelenggara kegiatan pendampingan ibu hamil resiko tinggi oleh kader adalah
kolaborasi antara program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat dengan
program Kesehatan Keluarga dan Gizi Masyarakat (KGM). Secara teknis kader
mendapatkan bimbingan dari bidan sedangkan cara pendekatan ibu hamil dan keluarga
atau lingkungannya mendapatkan bimbingan dari program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 24


Pendampingan ibu hamil beresiko tinggi ini dilaksanakan oleh kader Posyandu.
Satu orang ibu hamil didampingi oleh satu orang kader selama 6 (enam) bulan, mulai
dari awal kehamilan sampai dengan masa nifas. Selama masa pendampingan, kader
melaksanakan berbagai tugas memberikan motivasi kepada ibu hamil untuk selalu
memeriksakan kehamilannya kepada tenaga kesehatan, selain itu kader juga memberikan
informasi dan edukasi baik kepada ibu hamil, suami, keluarga dan lingkungannya untuk
memeriksakan kehamilan dan menolongkan persalinannya ke tenaga kesehatan dan
fasilitas kesehatan, sehingga ibu akan melahirkan dengan selamat.
Langkah-langkah penyelenggaraan:
1. MEMILIH WILAYAH DAN SASARAN
 Menyiapkan data ibu hamil untuk menentukan wilayah/Puskesmas mana yang
mempunyai jumlah ibu hamil yang tinggi/terutama yang berisiko.
 Menentukan 200 orang ibu hamil yang akan didampingi dari wilayah yang
sudah ditentukan.
 Teknik penapisan/pemilihan ibu hamil berisiko ditentukan oleh Bidan/tenaga
kesehatan. Sedangkan untuk menentukan ibu hamil berisiko yang harus
didampingi atau tidak, ditapis dengan bantuan Kartu Skor Poedji Rochjati
(KSPR). Penapisan ibu hamil oleh bidan desa berdasarkan urutan prioritas,
yaitu:
- Bumil risti/komplikasi dgn KSPR ≥ 10 dan umur kehamilan maksimal
trimester 2.
- Bumil risti/komplikasi dgn KSPR ≥ 10 dan umur kehamilan maksimal
trimester 3.
 Menginformasikan hasil pemilihan sasaran kepada Kepala Puskesmas.
2. MEMILIH KADER PENDAMPING
 Memilih kader pendamping sebanyak 200 orang yang akan mendampingi ibu
hamil.
 Kriteria kader pendamping adalah:
- Bertempat tinggal dekat/mudah menjangkau ibu hamil yang didampingi.
- Mempunyai kemampuan membaca dan menulis.
- Dapat memberikan informasi kesehatan dan motivasi kepada ibu hamil,
keluarga dan lingkungannya.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 25


 Membuat Surat Keputusan dan Surat Tugas dari Kepala Dinas Kesehatan
tentang nama-nama kader pendamping yang akan mendampingi ibu hamil
resiko tinggi yang sudah terpilih.
3. PERTEMUAN SOSIALISASI KEGIATAN PENDAMPINGAN IBU HAMIL
RESIKO TINGGI DI KABUPATEN/KOTA
Pengertian:
Merupakan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan untuk mensosialisasikan
kepada para kader pendamping tentang penyelenggaraan dan tugas yang
dilaksanakan selama proses pendampingan.
Sasaran:
200 orang kader pendamping, bidan desa, bidan koordinator, petugas Promkes
Puskesmas, petugas Dinkes kabupaten/kota, PKK kecamatan dan
kabupaten/kota.
4. PROSES PENDAMPINGAN
Kegiatan pendampingan dilaksanakan oleh 1 orang kader mendampingi 1 orang
ibu hamil risiko tinggi selama 6 (enam) bulan. Dalam proses pendampingan ibu
hamil ini, kader tidak bekerja sendiri, namun tetap berkoordinasi dengan bidan atau
tenaga kesehatan, jika terdapat keluhan atau tanda-tanda gangguan kehamilan.
Sehingga secara medis segera ditangani oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas
kesehatan. Selama kegiatan pendampingan ibu hamil, kader pendamping dan bidan
desa mempunyai tugas tugas khusus terhadap ibu hamil, keluarga dan
lingkungannya. Adapun uraian tugas tersebut, dijelaskan secara terinci didalam
“Buku Rapor Pendampingan”.
Jika masa pendampingan bumil telah berakhir sampai masa nifas, tetapi lama
kader mendampingi belum sampai 6 bulan, maka akan mendampingi bumil risti
baru yang telah dipilih/ditapis oleh bidan, sampai masa pendampingan kader
lengkap 6 bulan. Jika telah terpilih ibu hamil beresiko yang dimaksud, maka bidan
akan menginformasikan ke kader untuk memulai melakukan kegiatan
pendampingan.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 26


5. KOORDINASI DAN EVALUASI PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DI
KABUPATEN/KOTA.
Melakukan pertemuan dalam rangka koordinasidan evaluasi pelaksanaan
pendampingan bumil risti antara bidan di desa, kader, petugas Promkes di
puskesmas serta pengelola pendampingan bumil risti di kabupaten/kota.

C. KETENAGAAN
Pelaksana:
Pelaksana pendampingan adalah:
1. Kader Pendamping, yang bertugas mendampingi ibu hamil resiko tinggi
selama 6 (enam) bulan.
2. Bidan Desa, yang bertugas memberikan bimbingan kepada kader dan
memberikan tindak lanjut hasil pendampingan oleh kader berupa keluhan
atau pemeriksaan.
3. Petugas Promkes Puskesmas dan Bidan Koordinator, yang bertugas
memberikan bimbingan dan mengkoordinasikan kegiatan pendampingan
yang ada di wilayahnya.
4. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta program KGM, yang bertugas membina dan
mengkoordinasikan kegiatan pendampingan baik secara teknis maupun
pemberdayaannya yang berada di wilayah kabupaten/kota.

D. MEDIA EDUKASI ADAPTASI KEBIASAAN BARU BAGI KADER, BUMIL


RISTI SERTA PETUGAS KESEHATAN.
Media ini diperuntukan kepada pihak yang terkait dalam pelaksanaan
pendampingan bumil Risti yaitu kader, bumil Risti serta petugas seperti bidan desa,
petugas Promkes yang berada di lapangan. Media edukasi yang diberikan adalah
berupa penerapan protokol kesehatan dalam pelaksanaan pendampingan bumil risti.

E. PENDAMPINGAN BUMIL RISTI DI ERA ADAPTASI KEBIASAAN BARU


( AKB ).
1. Bidan desa, kader pendamping dan ibu hamil Risti saat melakukan proses
pendampingan tetap melakukan protokol kesehatan yaitu memakai masker,
menjaga jarak serta mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 27


2. Kader menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) level satu menggunakan masker
dan face shield saat bertemu dengan ibu hamil risti serta membawa handsanitizer.
3. Waktu kunjungan kader kepada bumil risti dilakukan dengan janji temu melalui
telpon terlebih dulu sehingga tidak terlalu lama saat kunjungan maksimal 1 (satu)
jam untuk mengurangi resiko penularan.
4. Demikian juga apabila ibu hamil risti ada keluhan maka bisa menghubungi kader
terlebih dahulu melalui telpon, sehingga waktu jumpa tidak terlalu lama,
selanjutnya ke bidan desa untuk mendapatkan pertolongan.
5. Dalam era AKB ini kader dilengkapi dengan masker, face shield, hand sanitizer.

F. PELAPORAN
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan cakupan program setiap 3 (tiga)
bulan sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur cq Sub Subtansi
Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai format dalam Lampiran.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 28


BAB X
PENDAMPINGAN PENCEGAHAN STUNTING

A. LATAR BELAKANG
Kondisi kekurangan gizi pada ibu hamil ini akan berdampak terhadap
pertumbuhan janin yang dikandung dan perkembangan intelektual anak yang dilahirkan.
pada anak yang kekurangan gizi saat usia baduta akan tumbuh pendek dan mengalami
gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya
tingkat kecerdasan, karena tumbuh kembang otak terjadi saat dalam kandungan sampai
usia 2 (dua) tahun.
Dari hasil pendampingan selama 3 (tiga) tahun mulai tahun 2019 sd 2021
didapatkan hasil sebagai berikut :
1. Jumlah kader yang mendampingi sebanyak 5.117 kader.
2. Jumlah Ibu KEK yang didampingi sebanyak 6.722 Ibu Hamil.
3. Hasil sebagai berikut:
No Tahun TIDAK BBLR PB > 48 CM
(%) (%)
1. 2019 93,3 91,3
2. 2020 90,57 88,35
3. 2021 89,43 84,20

Untuk tahun 2022 ini jumlah kader pendamping pencegahan stunting setiap kabupaten
sebanyak 200 kader.
Tujuan kegiatan Pendampingan Pencegahan Stunting Bagi Ibu Hamil adalah agar
ibu hamil dapat melahirkan bayi normal dan tidak berisiko stunting.

B. PENYELENGGARAAN
Penyelenggara kegiatan pendampingan Pencegahan Stunting adalah kolaborasi
antara program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat dengan program
KGM. Secara teknis pendamping (kader Posyandu) mendapatkan bimbingan dari tenaga
kesehatan yaitu tenaga gizi dan bidan, sedangkan cara pendekatan ibu hamil dan
keluarga atau lingkungannya mendapatkan bimbingan dari tenaga promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 29


Pendampingan ibu hamil ini dilaksanakan oleh kader. Satu orang ibu hamil
didampingi oleh satu orang kader selama 6 (enam) bulan, mulai dari kehamilan sampai
dengan masa nifas. Selama masa pendampingan, kader bertugas memberikan motivasi
kepada ibu hamil untuk selalu makan makanan yang beranekaragam dan bergizi
seimbang, rutin ke Posyandu serta rutin memeriksakan kehamilannya kepada tenaga
kesehatan, selain itu kader juga memberikan informasi dan edukasi baik kepada ibu
hamil, suami, keluarga dan lingkungannya untuk memeriksakan kehamilan dan
menyarankan untuk melakukan persalinannya ke tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan,
sehingga ibu melahirkan dengan selamat demikian juga bayinya.
Langkah-langkah penyelenggaraan:
1. MEMILIH WILAYAH DAN SASARAN
 Menyiapkan data ibu hamil untuk menentukan wilayah/Puskesmas mana yang
mempunyai jumlah ibu hamil yang KEK (Lila < 23,5 cm) dan atau Anemia.
 Menentukan 200 orang ibu hamil KEK (Lila < 23,5 cm) dan atau Anemia yang
akan didampingi dari wilayah yang sudah ditentukan.
 Teknik penapisan/pemilihan ibu hamil KEK dan Anemia ditentukan oleh tenaga
kesehatan yaitu bidan dan tenaga gizi, berdasarkan urutan prioritas, yaitu:
- Bumil KEK ( Lila < 23,5 cm ) dan atau Anemia dan umur kehamilan maksimal
tribulan 1.
- Bumil KEK ( Lila < 23,5 cm ) dan atau Anemia dan umur kehamilan maksimal
tribulan 2.
- Bumil KEK ( Lila < 23,5 cm ) dan atau Anemia dan umur kehamilan maksimal
tribulan 3.
 Menginformasikan hasil pemilihan sasaran kepada Kepala Puskesmas.
2. MEMILIH KADER PENDAMPING
 Memilih kader pendamping sebanyak 200 orang yang akan mendampingi ibu
hamil KEK dan atau Anemia.
 Kriteria kader pendamping adalah:
a. Bertempat tinggal dekat/mudah menjangkau ibu hamil yang didampingi.
b. Mempunyai kemampuan membaca dan menulis.
c. Dapat memberikan informasi kesehatan dan motivasi kepada ibu hamil,
keluarga dan lingkungannya.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 30


 Membuat Surat Keputusan dan Surat Tugas dari Kepala Dinas Kesehatan tentang
nama-nama kader pendamping yang akan mendampingi ibu hamil KEK dan atau
Anemia yang sudah terpilih.
3. SOSIALISASI PENDAMPINGAN PENCEGAHAN STUNTING
Pengertian:
Merupakan kegiatan pertemuan yang diselenggarakan untuk mensosialisasikan
kepada para kader pendamping, bidan, tenaga gizi, promkes dan lintas sektor
terkait tentang penyelenggaraan dan tugas yang dilaksanakan selama proses
pendampingan.
Sasaran:
200 orang kader pendamping, bidan desa, bidan koordinator, petugas Promkes
Puskesmas, petugas gizi Puskesmas, petugas Dinkes Kabupaten, PKK kecamatan
dan kabupaten.
4. PROSES PENDAMPINGAN
Kegiatan pendampingan dilaksanakan oleh 1 (satu) orang kader mendampingi 1
(satu) orang ibu hamil KEK ( Lila < 23,5 cm ) dan atau Anemia selama 6(enam)
bulan. Dalam proses pendampingan ibu hamil ini, kader tidak bekerja sendiri,
namun tetap berkoordinasi dengan bidan, dan tenaga gizi, jika terdapat keluhan
atau tanda-tanda gangguan kehamilan. Sehingga secara medis segera ditangani
oleh tenaga kesehatan dan di fasilitas kesehatan.Selama kegiatan pendampingan
ibu hamil, kader pendamping dan bidan desa mempunyai tugas tugas khusus
terhadap ibu hamil, keluarga dan lingkungannya.Adapun uraian tugas
tersebut,dijelaskan secara terinci didalam “Buku Rapor Pendampingan Pencegahan
Stunting Pada Bumil”.
Jika masa pendampingan bumil telah berakhir sampai masa nifas, tetapi masih
ada sisa waktu pendampingan kurang atau sama dengan 2 (dua) bulan maka
pendampingan dilanjutkan pada sasaran yang sama di 6 (enam) bulan. Jika sisa
waktu pendampingan masih lebih dari 2 (dua) bulan maka mencari bumil baru
yang telah dipilih/ditapis oleh bidan dan tenaga gizi, sampai masa pendampingan
kader lengkap 6 (enam) bulan. Jika telah terpilih ibu hamil KEK dan atau anemia
yang dimaksud, maka bidan akan menginformasikan ke kader untuk memulai
melakukan kegiatan pendampingan.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 31


5. KOORDINASI DAN EVALUASI PENDAMPINGAN
Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan koordinasi dan mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan pendampingan pencegahan stunting pada bumil agar kegiatan
dapat berjalan sesuai dengan Juknis serta angka bumil KEK dan bumil anemia
semakin berkurang, khususnya bumil yg didampingi. Kegiatan ini dilakukan pada
akhir pendampingan.
Sasaran:
200 orang kader pendamping, bidan desa, bidan koordinator, petugas Promkes
Puskesmas, petugas gizi Puskesmas, petugas Dinkes Kabupaten, PKK kecamatan
dan kabupaten.

C. KETENAGAAN
Pelaksana pendampingan adalah:
1. Kader Pendamping, yang bertugas mendampingi ibu hamil KEK dan atau
anemia selama 6 (enam) bulan.
2. Bidan Desa, yang bertugas memberikan bimbingan kepada kader dan
memberikan tindak lanjut hasil pendampingan oleh kader berupa keluhan atau
pemeriksaan dan menentukan sasaran ibu hamil KEK dan atau anemia.
3. Tenaga Gizi, yang bertugas untuk ikut menentukan sasaran ibu hamil KEK dan
atau anemia serta konseling gizi pada bumil.
4. Petugas Promkes Puskesmas dan Bidan Koordinator, yang bertugas
memberikan bimbingan dan mengkoordinasikan kegiatan pendampingan yang
ada di wilayahnya.
5. Petugas Dinas Kesehatan Kabupaten program promosi kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat serta program Kesehatan Ibu Anak, yang bertugas
membina dan mengkoordinasikan kegiatan pendampingan baik secara teknis
maupun pemberdayaannya yang berada di wilayah kabupaten.

D. MEDIA EDUKASI ADAPTASI KEBIASAAN BARU BAGI KADER, BUMIL


KEK SERTA PETUGAS KESEHATAN.
Media ini diperuntukan kepada pihak yang terkait dalam pelaksanaan
pendampingan bumil KEK yaitu kader, bumil KEK serta petugas seperti bidan desa,
petugas promkes, petugas gizi yang berada di lapangan. Media edukasi yang

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 32


diberikan adalah berupa penerapan protokol kesehatan dalam pelaksanaan
pendampingan bumil KEK.

E. PENDAMPINGAN PENCEGAHAN STUNTING DI ERA ADAPTASI


KEBIASAAN BARU.
1. Bidan desa, kader pendamping dan ibu hamil KEK saat melakukan proses
pendampingan tetap melakukan protokol kesehatan yaitu memakai masker,
menjaga jarak serta mencuci tangan pakai sabun dengan air mengalir.
2. Kader menggunakan APD level satu menggunakan masker dan face shield saat
bertemu dengan ibu hamil KEK serta membawa handsanitizer.
3. Waktu kunjungan kader kepada bumil KEK dilakukan dengan janji temu
melalui telpon terlebih dulu sehingga tidak terlalu lama saat kunjungan
maksimal 1 jam (mengurangi resiko penularan).
4. Demikian juga apabila ibu hamil KEK ada keluhan maka bisa menghubungi
kader terlebih dahulu melalui telpon, sehingga waktu jumpa tidak terlalu lama,
selanjutnya ke bidan desa untuk mendapatkan pertolongan.
5. Dalam era AKB ini kader dilengkapi dengan masker, face shield, hand
sanitizer.

F. PELAPORAN
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan cakupan program setiap 3 (tiga)
bulan sekali kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur cq Sub Subtansi
Promkes dan Pemberdayaan Masyarakat sesuai format dalam Lampiran.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 33


BAB XI
PENDAMPINGAN POSKESTREN

A. LATAR BELAKANG
Pos Kesehatan Pesantren (Poskestren) atau yang lebih dikenal dengan SAJADAH
(Santri Jatim Sehat dan Berkah) merupakan salah satu wujud Upaya Kesehatan
Bersumberdaya Masyarakat yang ada di lingkungan Pondok Pesantren yang bertujuan
untuk mewujudkan Pondok Pesantren Sehat melalui penerapan Perilaku Hidup Bersih
dan Sehat dengan sasaran individu baik santri, pengasuh pondok pesantren, pimpinan
pondok pesantren, pengunjung dan masyarakat sekitar pondok pesantren di bawah
binaan dari Puskesmas setempat. Kegiatan yang dilaksanakan di Poskestren lebih
mengutamakan upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
Saat ini pondok pesantren juga menjadi prioritas untuk penerapan adaptasi
kebiasaan baru dan penerapan protokol kesehatan. Jadi kegiatan pendampingan ditujukan
untuk meningkatkan kualitas Poskestren yang dilakukan oleh mitra yaitu dari Organisasi
Masyarakat Keagamaan serta penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB) di Pondok
Pesantren Poskestren.

B. PENYELENGGARAAN
Kegiatan Pendampingan Poskestren digunakan untuk:
1. Rapat Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor.
2. Orientasi Pendampingan Poskestren bagi pendamping dan kader santri husada.
3. Pendampingan Poskestren oleh Ormas termasuk didalamnya Survey Mawas Diri
(SMD) dan Musyawarah Masyarakat Pondok Pesantren (MMPP).
4. Evaluasi kegiatan Pendampingan Poskestren.
5. Pengadaan media promosi kesehatan.

C. KETENTUAN PENYELENGGARAAN
1. Kegiatan Rapat Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor dilaksanakan bagi
Kemenag, Kepala Puskesmas, perwakilan ormas, perwakilan pondok pesantren.
2. Kegiatan Orientasi Pendampingan Poskestren bagi pendamping dan kader santri
husada

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 34


Kegiatan ini dilaksanakan untuk 5 (lima) Poskestren yang pernah didampingi di
tahun 2019-2021 dengan syarat stratanya belum mencapai mandiri dan PHBS
belum mencapai klasifikasi IV. Peserta terdiri dari Ormas, Santri Husada,
Pembina dari puskesmas atau desa/kelurahan.
3. Kegiatan Pendampingan oleh Ormas dilaksanakan di 5 (lima) Poskestren.
Termasuk di dalamnya kegiatan survey mawas diri (SMD) dan musyawarah
masyarakat pondok pesantren. Pendampingan dilakukan oleh anggota Ormas
keagamaan Islam, setiap poskestren didampingi 2 orang.
4. Kegiatan Evaluasi Pendampingan Poskestren dilaksanakan untuk menyampaikan
evaluasi kegiatan pendampingan.
5. Pengadaan media promosi kesehatan
Media promosi kesehatan dibuat sesuai kearifan lokal dan mengutamakan tema
terkait adaptasi kebiasaan baru di pondok pesantren, informasi seputar Covid-19,
vaksinasi dan diperuntukkan bagi pondok pesantren
6. Poskestren
Poskestren yang didampingi sejumlah 5 (lima) poskestren setiap
Kabupaten/Kota dengan syarat sudah pernah didampingi pada tahun 2019-2021,
belum mencapai strata mandiri dan PHBS belum mencapai klasifikasi IV.
7. Pendamping
- Pendamping merupakan anggota Ormas Keagamaan baik laki laki atau
perempuan yang mempunyai kemampuan dan bersedia untuk melaksanakan
tugas pendampingan di Poskestren.
- Total pendamping 10 orang, setiap poskestren didampingi oleh 2 (dua) orang
pendamping.
- Melaksanakan tugas pendampingan selama 1 (satu) tahun anggaran.
- Ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/
Kota.
8. Pembina teknis
- Lintas Program terkait Dinas Kesehatan dan Puskesmas.
- Kantor Kementerian Agama Kabupaten/Kota (tentatif).
- Tenaga Kesehatan Puskesmas Wilayah.
Tidak diperbolehkan membuat kegiatan di luar yang telah ditetapkan di dalam
Petunjuk Teknis ini.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 35


C. TAHAP-TAHAP KEGIATAN
1. Menentukan Pondok Pesantren yang Poskestrennya akan didampingi.
2. Berkoordinasi dengan Pengurus Daerah Ormas Keagamaan untuk mengusulkan
nama Kader pendamping.
3. Menentukan 1 pembina teknis dari Kantor Kementrian Agama Kabupaten/Kota
(tentatif), Pembina teknis dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan
Puskesmas.
4. Menentukan nakes desa/kelurahan sebagai Pembina Teknis (tentatif).
5. Melaksanakan Rapat Koordinasi Lintas Program dan Lintas Sektor.
6. Melaksanakan kegiatan Orientasi bagi pendamping dan kader santri husada
yang ditindaklanjuti dengan Surat Keputusan Pendamping dari Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.
7. Melaksanakan pengadaan media KIE.
8. Melaksanakan kegiatan Pendampingan termasuk di dalamnya SMD dan MMPP
selama 1 (satu) tahun anggaran.
9. Melaksanakan kegiatan Evaluasi Pendampingan.
10. Membuat laporan kegiatan hasil pendampingan.

D. PENJELASAN MASING-MASING KEGIATAN


1. Rapat koordinasi dilakukan untuk menginformasikaan tentang pelaksanaan
kegiatan pendampingan dengan peserta : lintas program, perwakilan puskesmas
dan tenaga kesehatan desa/kelurahan, perwakilan pengurus daerah ormas
pendamping, perwakilan kantor kementerian agama, perwakilan dari pondok
pesantren
2. Orientasi Pendampingan Poskestren bagi pendamping dan kader santri husada
Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan materi tentang Pendampingan
Poskestren yaitu:
- Konsep dasar Poskestren dan PHBS di Pondok Pesantren dalam masa
adaptasi kebiasaan baru.
- SMD, MMPP dan pencatatan pelaporan.
- Kesehatan lingkungan di Pondok Pesantren, penyakit-penyakit yang sering
terjadi di Pondok Pesantren serta pemenuhan gizi bagi Santri.
- Tugas-tugas pendamping.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 36


- Unsur peserta: pendamping dan santri husada.
3. Pendampingan Poskestren
Kegiatan ini bertujuan:
- Meningkatkan kualitas Poskestren (strata dan PHBS)
- Meningkatkan penerapan adaptasi kebisaan baru di pondok pesantren
5. Pengadaan media promosi kesehatan
Pengadaaan media promosi kesehatan bertujuan sebagai sarana informasi dan
edukasi tentang PHBS dan adaptasi kebiasaan baru bagi seluruh masyarakat
pondok pesantren sehingga diharapkan akan terjadi perubahan perilaku,
kebijakan berwawasan kesehatan khususnya adaptasi kebiasaan baru di masa
pandemi Covid-19
6. Evaluasi Pendampingan Poskestren oleh Ormas
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui hasil pendampingan.
Pendampingan diawali dengan memetakan kondisi pondok pesantren sebelum
didampingi dan setelah didampingi.

E. PELAPORAN
Pelaporan meliputi:
- Realisasi anggaran pada bulan Agustus dan Desember 2022.
- Kualitas poskestren pada bulan Desember 2022.
- Klasifikasi PHBS pada bulan Desember 2022.
- Catatan hasil pendampingan ditulis di dalam buku rapor pendamping pada
setiap saat melaksanakan pendampingan.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 37


BAB XII
PELAPORAN DAN PEMBINAAN

A. PELAPORAN
1. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan realisasi Bantuan Keuangan
kepada Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur meliputi:
a. Realisasi penyerapan anggaran
b. Realisasi kegiatan
c. Permasalahan pelaksanaan kegiatan.
2. Kepatuhan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam menyampaikan laporan
realisasi penyerapan anggaran dan realisasi kegiatan akan dijadikan pertimbangan
dalam pengalokasian bantuan Keuangan pada tahun berikutnya sesuai peraturan
perundangan.

B. PEMBINAAN
Pemerintah Provinsi melalui Dinas Kesehatan Provinsi melakukan pembinaan
kegiatan yang difokuskan pada aspek-aspek:
1) Ketepatan sasaran, waktu, dan penggunaan Bantuan Keuangan Bidang
Kesehatan;
2) Kelancaran pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota;
3) Permasalahan yang timbul dan upaya pemecahannya;
4) Kelanjutan dari kegiatan di tahun berikutnya.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 38


BAB XIII
PENUTUP

Petunjuk Teknis Bantuan Keuangan Khusus Bidang Kesehatan Tahun 2022


disusun dengan tujuan memberikan kejelasan tentang pemanfaatan anggaran Bantuan
Keuangan Khusus Bidang Kesehatan Tahun 2022 yang disalurkan ke Kabupaten/Kota.
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota diharapkan agar lebih efektif dan efisien dalam
melaksanakan dan memanfaatkan anggaran Bantuan Keuangan tersebut melalui
pengelolaan keuangan yang tepat sasaran dan sesuai kebutuhan.
Kerjasama Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam
pengelolaan program ini dilaksanakan secara berkesinambungan dan terus ditingkatkan
dalam rangka meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu.

PETUNJUK TEKNIS BANTUAN KEUANGAN KHUSUS BIDANG KESEHATAN 2022 39

Anda mungkin juga menyukai