Anda di halaman 1dari 4

HIJRAH CINTA

Seorang pemuda yang hidupnya dipenuhi dengan kemaksiatan. Ia bernama Firman, tumbuh
dikeluarga yang berada, kaya material namun miskin kasih sayang. Siswa disekolah elit,
diberi uang yang lebih dari cukup, tapi orang tuanya tidak pernah tahu untuk apa uang itu
digunakan. Mereka tidak pernah peduli terhadap pergaulan anaknya, mereka hanya akan
bernapas lega bila anaknya mendapatkan kecukupan materi,bukan kecukupan rohani.

Kehidupan kota besar yang sangat bebas, membuatnya masuk kedalam gemerlapnya dunia.
Setiap hari keluar masuk ketempat hiburan malam, kadang tidak pulang hanya untuk
meminum seteguk air haram tapi tidak main perempuan.

Namun semuanya berubah saat dia bertemu dengan wanita berjilbab yang tidak memandang
dirinya rendah meskipun memiliki kekurangan disaat dirinya benar-benar kacau, tidak tahu
arah, menuju kehancuran. Namun secercah cahaya datang tiba-tiba, Allah mengirimkan
Adiba, wanita berjilbab itu.

“ Bukalah hati dan matamu, orang tuamu membesarkanmu untuk menjadi orang yang sholeh,
pelan – pelan saja”.

Lalu ia menggerutu dalam hati “ orang tuaku saja tidak peduli kemana arah jalanku, tidak
peduli dengan goyahnya imanku dan apakah mereka bangga jika aku menjadi anak yang
sholeh?”.

Namun, kata- kata perempuan itu terus mengiang ditelinganya,wajahnya pun terus
membayangi pikiranku. Awalnya dia terpaksa beribadah hanya karena untuk mendapatkan
hatinya.

Beberapa bulan kemudian Firman bertemu lagi dengan wanita berjilbab yang ia kagumi itu.

“ Alhamdulillah ternyata dia sudah berubah menjadi lebih baik” suaranya pelan.

“ Assalamu’alaikum Adiba...”

“ Wa’alaikum salam warahmatullah” balas wanita itu

“ Bagaimana kabarmu?”

“Alhamdulillah bikhoir, sekarang kamu sudah berhijrah ya?”

“ Ya alhamdulillah sedikit demi sedikit aku berubah karenamu dan hanya untukmu”

“ Apa maksudmu? Saya ingatkan padamu, jika kita ingin berhijrah mantapkanlah hati kita
untuk selalu istiqamah dan niatklanlah hijrah hanya karena Allah, bukan karena makhlukNya
apalagi jika kita berhijrah untuk mendapatkan jodoh. Allah SWT berfirman didalam Al-
Qur’an, laki-laki yang baik itu untuk wanita yang baik pula begitupun sebaliknya. Tugasmu
hanyalah menjalankan syari’at dan terus berusaha memperbaiki diri karena Allah.” Ucapnya
panjang lebar.
“Tetapi sekarang aku sudah memantaskan diri untukmu, memang penampilanku belum
sepenuhnya berubah, namun hatiku sudah pantas untuk kau miliki”.

Adiba langsung pergi meninggalkan Firman, dia sangat kecewa dengannya. Ia tak henti-
hentinya mengucapkan istighfar. Ia juga merasa sedih dan tidak terima, karena ia yang hanya
seorang hamba yang lemah, lebih diutamakan diatas Sang Maha Pencipta.

“Ya Allah... sekiranya hambaMu ini jatuh cinta, jatuhkanlah hatiku kepada seseorang yang
melabuhkan cintanya padaMu supaya bertambah besar kekuatanku untuk mencintaiMu”.
Untaian doa yang selalu Adiba panjatkan kepada Sang Maha Cinta.

Hidup dilingkungan pesantren membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang berbudi pekerti,
seorang muslimah berakhlaqul karimah, pintar berbahasa, bertututur kata, pandai mengaji dan
selalu menjaga kehormatan diri.Ya, tentu saja Adiba demikian, karena ia terlahir dari rahim
seorang ummii yang sholeha dan dididik oleh seorang abi yang paham ilmu agama. Karena
buah apel yang jatuh itu tidak akan jauh dari tangkainya.

Setelah Firman menyelesaikan pendidikannya di SMA, ia berniat untuk melamar Adiba, ia


pergi ke Pondok Pesantren Al-Kautsar yang tak lain merupakan Pondok Pesantren pimpinan
abinya Adiba.

Lima langkah lagi masuk kedalam gerbang Pesantren, ia tidak tahu kemana harus pergi.
Pesantren itu sangat luas, yang ada dipikirannya hanya ingin memiliki Adiba. Dengan wajah
polos dan percaya diri, ia berjalan di asrama santriyah, karena ia tidak tahu kalau
dilingkungan Pesantren itu ada hijab antara laki-laki dan perempuan. Tiba-tiba terlihat Bapak
tua menghampirinya.

“Assalamu’alaikum, man ismuka?”

“Wa’alaikum salam, tadi bicara apa Pak? Ismuk-ismuk apa?”

“Berarti anta bukan santri dipesantren ya? Untuk apa anta kemari?”

“Saya sedang mencari wanita bernama Adiba, apakah bapak tahu?”

“Adiba Zahra Khoerunnisa maksudmu?”

“Iya mungkin, saya mau melamarnya tapi dia belum siap, saya ingin mengenalnya lebih
dekat”.

“Ta’aruf maksudnya?”

“Pacaran lebih tepatnya, ta’aruf itu apa ya?”

Bapak tua itu menghiraukan pertanyaan dari Firman. Amarahnya meluap, darahnya
mendidih, nafsunya tidak terkendali, mukanya merah padam terbakar amarah. Namun
kemarahannya terhenti saat Adiba datang.

“ Assalamu’alaikum abi, ada apa ini?”


“Wa’alaikum salam, kebetulan kamu datang nak, jelaskan siapa laki-laki ini!”

Firman kaget dadanya tersentak ketika Adiba memanggil bapak tua itu dengan sebutan abi.

“Firman untuk apa kamu kemari?”

Belum sempat ia menjawab, abi Adiba berbicara lebih dulu.

“ Lebih baik, kamu pergi dari sini dan jangan temui anak saya lagi, kecuali jika kamu sudah
berubah!”

“Maafkan saya abi, jika saya tidak sopan. Saya seperti ini karena saya belum paham ilmu
agama dan berniat untuk mempelajarinya disini, jika abi berkenan untuk membimbing saya”

“Jika kamu sungguh-sungguh dan berniat hanya karena Allah, Insyaa Allah saya akan
membimbingmu”

Hati Adiba merasa lega, dia sangat bersyukur dan bahagia karena laki-laki yang ia cintai
karena Allah ,juga mencintai Allah. Adiba memberikan kitab suci Al-Qur’an dan sebuah
novel yang berjudul “Don’t love the one who doesn’t love Allah” yang dapat memberikan
motivasi sekaligus sindiran untuknya, karena dulu ia tidak mencintai Allah, dan itu alasan
Adiba menolaknya.

Setelah beberapa tahun ia berada dilingkungan pesantren, ia tumbuh menjadi laki-laki sholeh,
pandai membaca Al-Qur’an, dia juga menjadi contoh untuk santri- santri lain. Tak jarang
memberikan ilmu agama yang ia paham keteman-temannya. Dibandingkan dengan
perilakunya sebelum menginjak pesantren ini, bagaikan langit dan bumi.

Keesokan harinya ia ditugaskan untuk menyampaikan materi, karena pak kiai saat itu sedang
sakit. Ia pun berceramah, untuk seorang penceramah suaranya memang bagus. Gema dan
nadanya membawa wibawa, suara bagus itu, tambah indah terdengarnya dengan pembawaan
materi yang cemerlang. Ia membahas tentang munakahat. Abinya Adiba senang melihat
perubahan Firman, apalagi ia sudah paham dengan ilmu munakahat. Setelah
mempertimbangkan, abinya Adiba membuka hatinya untuk merestui hubungan mereka
berdua.

Setelah selesai berceramah, ia melamar seorang gadis yang selama ini ia kagumi, yang
membuatnya berubah menjadi orang yang sholeh dan bermanfaat bagi orang lain, yaitu
Adiba. Kali ini ia mengajukan lamaran kepada pihak keluarga Adiba, atau dalam ilmu
munakahat yaitu mengkhitbah. Kedua orang tua Adiba merestuinya tapi semua keputusan ada
ditangan Adiba.

“Sungguh cinta adalah kekuatan terbesar didunia dan besar rasanya hanya untuk Allah Sang
Maha Cinta. Saya menerimamu karena kau menerima Rabbku dan saya mencintaimu karena
kau mencintai Rabbku.” Jawab Adiba padanya.

Ucapan Adiba membuat Firman bahagia dan sangat bersyukur atas nikmat yang diberikan
Allah padanya. Mereka hidup bahagia karena keduanya membangun cinta karena Allah.

Anda mungkin juga menyukai