Anda di halaman 1dari 16

MARKETING MANAGEMENT

Disusun oleh :

Dwi Wahyu Pagau NRP 134121500


Jechy Yohanes De Marcos NRP 134121501
Chandya NRP 134121502
Lusthya Resita Zonara NRP 134121508
Adelia Intan D A Pitaloka NRP 134121513
Yoseph Mario Leonard NRP 134121516

Magister Manajemen Angkatan LXII


Fakultas Bisnis & Ekonomika
Universitas Surabaya

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Le Minerale


Le Minerale merupakan salah satu merek air minum dalam kemasan (AMDK) di
Indonesia. Produk ini dikeluarkan oleh PT Tirta Fresindo Jaya. Salah satu anak perusahaan dari
Mayora Indah ini hadir di Indonesia sejak tahun 2015 yang merupakan salah satu merek yang
baru saja memasuki dunia air minum dalam kemasan di Indonesia. Saat ini Le Mineral sendiri
telah memiliki tujuh buah pabrik yang berdiri di Ciawi, Sukabumi, Pasuruan, Medan, Makassar,
Cianjur, dan Palembang. Dengan mengedepankan titel kandungan mineral alami, membuat Le
Minerale mengalami peningkatan yang sangat signifikan dari awal pembuatannya. Hal ini
membuat pertumbuhan volume dan value produk ini berada di nilai 252,5% dan juga 283,4%
pada tahun 2016. Selain itu Le Minerale memiliki klaim bahwa produknya dapat mempercepat
kapasitas aerobic dan kekuatan otot tungkai, meningkatkan kapasitas jantung serta menurunkan
indikator kerusakan otot. Hal ini dipercaya karena adanya kandungan Bikarbonat, Klorida,
Potassium, Kalsium, Magnesium, Sodium, Nitrate, dan Sulfat. Pada tahun 2017 Le Minerale
telah memproduksi lebih dari 5 juta karton dan pada tahun 2018 Le Minerale telah melakukan
kerjasama dengan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) mengenai pentingnya mengkonsumsi air
mineral. Le Minerale tidak hanya melakukan pemasaran dalam negeri saja melainkan telah
memulai melakukan kegiatan ekspor ke beberapa negara tetangga antara lain adalah Filipina,
Brunei Darussalam, Papua New Guinea, Timor Leste, dan juga melakukan ekspor ke Singapura.
Hal ini dilakukan untuk mengangkat martabat dan nilai Indonesia di mata dunia.Kemudian pada
tahun 2020 Le Mineral dikabarkan memiliki kandungan zat besi yang terkandung didalamnya.
Hingga saat ini produk Le Minerale sendiri masih memiliki 4 buah produk yaitu ukuran botol
330 ml, 600 ml, 1,5 liter, dan juga galon 15 liter.

1.2 Visi Le Minerale


Visi dari Le Mineral yaitu “berkomitmen untuk menghadirkan air mineral alami yang baik untuk
tubuh Anda”.
1.3 Misi Le Mineral
Adapun misi dari Le Mineral yaitu sebagai berikut:
1. Menghadirkan air minum dalam kemasan yang mampu menyerap kebaikan mineral alami
tanah pegunungan vulkanik.
2. Menghadirkan air minum dalam kemasan yang melewati bebatuan hutan tropis di Indonesia
dan melewati berbagai lapisan tanah sehingga menyerap kandungan mineral yang ada di
setiap lapisan.
3. Menghasilkan mata air yang jernih, menyegarkan dan kaya akan kandungan mineral.
4. Menghasilkan produk yang halal, aman, bermutu tinggi dan memuaskan pelanggan.
5. Membangun kehidupan sehat untuk Indonesia.

1.4 Values Le Minerale


Value atau nilai-nilai yang ingin diberikan oleh produk Le Mineral kepada konsumennya
yaitu sebagai berikut:
1. Menciptakan produk air minum dalam kemasan yang berasal dari sumber mata air
pegunungan terpilih yang diambil dari kedalaman 100 meter dibawah tanah sehingga
mampu menghadirkan air yang kaya akan kandungan mineral alami yang baik untuk
dikonsumsi oleh manusia.
2. Menciptakan produk air minum dalam kemasan yang dikemas secara higienis dengan
menggunakan Mineral Protection System tanpa tersentuh oleh tangan manusia untuk
menjaga kemurnian mineral yang terkandung hingga ke tangan konsumen.
3. Menciptakan produk air minum dalam kemasan yang berasal dari sumber mata air
pegunungan terpilih yang diambil dari kedalaman 100 meter dibawah tanah sehingga
mampu memberikan kesegaran khas mineral alami yang ditandai dengan adanya sedikit rasa
manis ketika dikonsumsi.
4. Menghadirkan air minum dalam kemasan yang bebas dari kandungan BPA berbahaya
dengan kode segitiga nomor 1 sehingga aman dikonsumsi oleh konsumen.
5. Menghadirkan air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan yang selalu baru
(bukan dicuci ulang).
6. Menghadirkan air minum dalam kemasan dengan menggunakan proteksi tutup ulir anti
rembes dan tersegel rapat sehingga menjamin kebersihan dan keamanan air didalamnya.
1.5 Le Minerale Symptoms
Dalam berjalannya waktu Le Minerale juga mengalami isu-isu permasalahan yang dapat
mengancam keberlangsungan usahanya, antara lain adalah sebagai berikut :
1. Munculnya isu terkait kandungan besi berbahaya yang mencapai 1400 yang terkandung
dalam le minerale. Adanya isu negatif tersebut tentu bertentangan dengan brand equity
dari le minerale yang kaya akan kandungan mineral dan dapat mengancam keberadaan
brand equity dari le minerale. Maka dari itu, bagaimana cara yang digunakan oleh Le
Minerale dalam menjaga brand equity nya setelah munculnya isu negatif tersebut?
Dengan demikian, kata kunci yang terdapat dalam isu untuk poin pertama ini yaitu terkait
menjaga brand equity yang tetap kuat setelah muncul isu negatif tersebut. Hal itu sesuai
dengan buku Kotler et al., (2017, 279; 284; 296) terkait cara yang digunakan untuk
menjaga brand equity terhadap konsumennya yaitu dengan menggunakan pendekatan
consumer based brand equity, building brand equity, dan managing brand equity.
2. Munculnya isu terkait peningkatan sampah plastik di Indonesia yang mencemari
ekosistem di laut sehingga hal ini tentu akan mengancam keberadaan brand equity le
minerale yang menggunakan kemasan botol plastik. Maka dari itu, bagaimana cara yang
dilakukan oleh Le Minerale yang menggunakan kemasan botol plastik dalam managing
brand equity dan building brand equity untuk meminimalisir peningkatan sampah plastik
yang mencemari ekosistem laut di Indonesia? Dengan demikian, kata kunci yang terdapat
dalam isu untuk poin kedua ini yaitu terkait brand equity, managing brand equity dan
building brand equity. Hal itu sesuai dengan buku Kotler et al., (2017, 278; 284; 296)
terkait brand equity, building brand equity, dan managing brand equity.
3. Aqua bersama dengan distributornya dengan jelas menerapkan monopoli pasar terhadap
Le Minerale dengan melarang beberapa toko yang sama untuk menjual produk Le
Minerale. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) telah menyatakan bahwa Aqua
bersama dengan distributornya telah melakukan monopoli pasar dan persaingan usaha
tidak sehat. Tindakan tersebut mengakibatkan badan usaha lain tidak memiliki
kesempatan dalam melakukan usaha yang sama dalam bidang air minum dalam kemasan
(AMDK). Maka dari itu bagaimana cara Le Minerale melakukan managing brand equity
terhadap produknya setelah dimonopoli oleh Aqua dan distributornya? Dengan demikian
kata kunci untuk isu ketiga ini yaitu brand equity dan managing brand equity (khususnya
pada bagian brand revitalization karena munculnya pesaing dalam industri yang sama
akan mempengaruhi nasib dari suatu merek),. Hal itu sesuai dengan buku Kotler et al.,
(2017, 278; 284) terkait brand equity dan building brand equity.

1.6 Le Minerale Main Problem


Dari ketiga symptoms yang telah diuraikan sebelumnya, kelompok kami memilih isu
yang kedua untuk dibahas lebih lanjut. Alasan yang melatarbelakangi pemilihan isu kedua
tersebut karena sampah plastik yang ada di Indonesia masih belum dapat dikelola dengan baik.
Hal itu semakin didukung dengan adanya fakta dalam berita bahwa dalam beberapa waktu
terakhir ini sampah plastik mengalami peningkatan. Maka dari itu, Le Minerale sebagai
perusahaan yang menggunakan botol plastik harus turut serta dalam upaya penanggulangan
sampah plastik sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan untuk meningkatkan brand
equity dari Le Minerale itu sendiri. Dengan memilih isu yang ke-2, maka kelompok kami
menggugurkan isu pertama dan isu ketiga. Alasan yang melatarbelakangi untuk menggugurkan
isu pertama karena dalam isu pertama terjadi kesalahan dalam pengetesan kandungan air mineral
yang pada akhirnya berimbas pada penyudutan le minerale oleh salah satu pihak saja. Hingga
pada akhirnya, BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan) telah memberikan klarifikasi
bahwa isu tersebut tidak benar. Dengan kata lain, BPOM telah mampu mengatasi terjadinya isu
negatif tersebut sehingga tidak akan dibahas lebih lanjut dalam karya tulis ini bagaimana le
minerale meningkatkan brand equity setelah adanya isu negatif tersebut dengan menggunakan
pendekatan consumer based brand equity, building brand equity, dan managing brand equity. Di
sisi lain, alasan yang melatarbelakangi untuk menggugurkan isu ketiga karena letak
kesalahannya terletak pada kompetitor Le Minerale yaitu Aqua bersama distributornya. Hingga
pada akhirnya, isu ketiga ini sudah dapat diatasi dimana pengadilan KPPU (Komisi Pengawasan
Persaingan Usaha) telah menyatakan bahwa Aqua bersama distributornya telah melakukan
praktek monopoli dan persaingan usaha tidak sehat sehingga tidak akan dilakukan analisis dan
pembahasan lebih lanjut jika dikaitkan dengan teori brand equity khususnya brand revitalization
untuk mengatasi nasib suatu merek setelah adanya pesaing dalam bidang industri yang sama.
BAB II
TEORI DAN KONSEP

2.1 Pengertian Brand Equity

Brand equity merupakan nilai tambah yang diberikan yang diberikan pada produk
atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Perspektif yang digunakan oleh pemasar
dan peneliti terkait brand equity yaitu mengacu pada customer-based brand equity.
Customer-based brand equity menyatakan bahwa kekuatan dari suatu brand bergantung
pada apa yang dilihat, dirasakan, dipelajari, dibaca dan dipikirkan oleh konsumen yang
kemudian memberikan respon konsumen terhadap suatu brand atau merek. Suatu brand
dianggap memiliki customer-based brand equity yang dinilai positif jika konsumen
memberikan respon lebih baik terhadap produk atau jasa yang ditawarkan, dan sebaliknya
jika suatu brand dianggap memiliki customer-based brand equity yang dinilai negatif jika
konsumen memberikan respon kurang baik terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
Tiga komponen penting yang terdapat dalam customer-based brand equity yaitu sebagai
berikut:
1. Brand equity muncul karena adanya perbedaan respon konsumen terhadap suatu
brand.
2. Adanya perbedaan respon konsumen disebabkan karena adanya perbedaan
pengetahuan, pikiran, perasaan, pengalaman dan keyakinan konsumen terhadap
suatu brand. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka suatu brand harus
menciptakan suatu brand yang kuat, unik, dan disukai oleh pelanggan.
3. Brand equity tercermin dalam preferensi, perilaku, dan persepsi yang berhubungan
dengan aspek pemasaran dalam suatu brand.
Maka dari itu, tantangan bagi pihak pemasar yaitu memastikan bahwa konsumen telah
mendapatkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga mampu
memunculkan pengalaman terhadap produk atau jasa yang pada akhirnya konsumen
memiliki brand knowledge yang diinginkan.

2.2 Brand Equity Model

Brand equity model dikembangkan oleh agen periklanan Young dan Rubicam
yang disebut sebagai Brand Asset Valuator (BAV). Terdapat empat komponen brand
equity menurut BAV yaitu sebagai berikut:

1. Differentiation
Mengacu pada perbedaan suatu brand yang satu dengan yang lain.
2. Relevance
Mengacu pada kesesuaian dan daya tarik dari suatu brand.
3. Esteem
Mengacu pada persepsi kualitas dan loyalitas atau seberapa baik suatu brand
dianggap dan dihormati.
4. Knowledge Mengacu pada seberapa akrab konsumen terhadap suatu brand.

2.3 Building Brand Equity

Pemasar membangun Brand Equity dengan cara membangun pengetahuan yang


sesuai dengan produk kepada konsumen yang sesuai. Berdasarkan prespektif manajemen
pemasaran terdapat 3 hal ini yang menjadi hal utama dalam membangun brand equity
antara lain:

1. Pilihan awal untuk brand atau identitas yang diciptakan untuk brand
Hal-hal penting yang harus diperhatikan antara lain nama produk, URLs (laman
website), logo, simbol, slogan, jingles, kemasan, juru bicara, dan rambu dari
produk tersebut. Pemilihan hal-hal tersebut sangatlah penting untuk
memperkenalkan produk ke masyarakat. Hal ini juga dilakukan dengan cara
sekreatif mungkin agar meninggalkan kesan tersendiri kepada masyarakat.
Contohnya perusahaan Korea Hanmi Whole Soymilk yang mengeluarkan produk
Kong-Doo Soy Milk dengan botol yang berbeda dari umumnya. Memiliki label
dan juga berbentuk seperti kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa produk ini dapat
diketahui secara jelas, meskipun bukan hanya kepada orang Korea.

2. Produk dan pelayanan berjalan sesuai dengan aktivitas pemasaran dan juga
mendukung program pemasaran
Salah satu merek dari Liz Claiborne's yang merupakan salah satu label yang
berkembang cepat adalah Juify Couture. Memiliki produk yang nyentrik, pakaian
olahraga kontemporer, dan juga aksesoris yang memiliki tipe kuat dalam kegiatan
sehari-hari. Produk ini ditujukan untuk pria, wanita, dan anak kecil. Merek sendiri
memposisikan dirinya menjadi barang mewah yang masih terjangkau,
menciptakan produk yang terbatas distribusinya. Hal ini termasuk menciptakan
risiko untuk namanya dan juga termasuk tindakan rebel.

3. Asosiasi lain secara tidak langsung menyalurkan ke merek dengan cara


menghubungkan dengan hal-hal lainnya
Semulanya Li Ning merupakan merek asal China bergantung kepada pemiliknya
yang sekaligus sebagai model percontohan. Li Ning sendiri merupakakan seorang
atlet gimnastik profesional yang berlaga di olimpiade. Namun seiring berjalannya
waktu, maka digunakanlah atlet-atlet muda dari berbagai cabang olahraga lainnya.
Merek ini juga mengaitkan produk-produknya pada olimpiade. Selain itu untuk
meningkatkan nama dari brand sendiri Li Ning memberikan sponsor kepada
beberapa cabang olahraga seperti tenis meja, selam, gimnastik, dan tim tembak.
Hal ini membawa dampak baik bagi nama Li Ning.

2.3.1 Choosing Brand Elements

Brand elements (elemen merek) merupakan perangkat, dimana dapat diberi merek
dagang, yang mengidentifikasi dan membedakan merek tersebut. Pemasar harus memilih elemen
merek untuk membangun ekuitas merek sebanyak mungkin.

Brand Element Choice Criteria Terdapat enam kriteria untuk memilih elemen merek:

1. Memorable : Seberapa mudah konsumen mengingat kembali dan menyadari elemen


merek tersebut (contoh: nama singkat seperti Tide, Crest, Puffs)

2. Meaningful : Apakah elemen merek tersebut masuk akal? Apakah dia menyarankan
kategori, bahan produk, dan orang yang akan menggunakannya sesuai? (contoh: merek
baterai otomatis Die Hard memberi kesan baterai tersebut tahan lama)

3. Likable : Seberapa menariknya elemen merek tersebut secara estetika? (contoh:


Instagram, Pinterest, Tumblr)

4. Transferable : Dapatkah elemen merek memperkenalkan produk baru dalam kategori


yang sama atau berbeda? Apakah ia menambah ekuitas merek melintasi perbatasan
geografis dan segmen pasar? (contoh: Amazon.com)

5. Adaptable : Seberapa dapat beradaptasi dan diperbarui elemen merek tersebut? Logo
dapat mudah diperbarui (contoh: Shell yang selama 100 tahun ini sudah mengubah
logonya sebanyak 10 kali)

6. Protectable : Sebaik apa elemen merek terlindungi secara hukum? Bagaimana bisa
dilindungi secara kompetitif? (contoh: seperti yang terjadi pada Kleenex, pembuat merek
tersebut harus menahan hak merek dagang mereka dan tidak membiarkan merek tersebut
menjadi umum)
2.3.2 Designing Holistic Marketing Activities

Menciptakan suatu konsep pemasaran holistik yang merupakan salah satu


strategis pemasaran yang diciptakan dengan seluruh unsur bisnis di dalam perusahaan,
jadi dalam strategi ini mempertimbangkan bisnis secara keseluruhan dan bukan
merupakan suatu entitas dengan berbagai macam bagian yang berbeda-beda. Segi
pendekatan inilah yang membedakan konsep pemasaran holistik berbeda dari konsep
pemasaran lainnya.
Terdapat 4 pilar penting yang ada dalam pemasaran holistik, yaitu relationship
marketing, integrated marketing, internal marketing, dan performance marketing.
Relationship marketing yaitu tujuan dari konsep pemasaran ini adalah untuk membangun
dan mementingkan hubungan dengan semua pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung mempengaruhi kesuksesan aktivitas pemasaran perusahaan. Empat komponen
penting dalam relationship marketing adalah pelanggan, karyawan, rekan, dan anggota
komunitas keuangan. Relationship marketing ini juga berkaitan dengan pemeliharaan
karyawan. Pemeliharaan karyawan ini juga dianggap bagian yang penting karena biaya
untuk menarik pelanggan baru yang lebih besar dibandingkan dengan memelihara
karyawan yang sudah ada.
Integrated marketing merupakan suatu kegiatan membagi dan menyatukan
kegiatan pemasaran untuk menciptakan, berkomunikasi, dan menyampaikan nilai kepada
konsumen dengan prinsip “menyeluruh lebih baik daripada tiap bagian”. Dengan
komunikasi yang terpadu (integrated) dan saling memperkuat, mendukung satu sama lain,
diharapkan berdampak langsung pada penjualan produk dan brand equity.
Internal marketing adalah elemen dari holistik marketing yang bertujuan untuk
mempekerjakan, melatih, dan memotivasi karyawan yang ingin melayani pelanggan
dengan baik. Strategis marketing yang cerdas adalah ketika mengenali bahwa marketing
di dalam perusahaan adalah bagian yang penting, sama penting, atau lebih penting dari
pemasaran ke luar perusahaan karena tidak mungkin karyawan akan memberikan
pelayanan yang baik apabila dalam kondisi yang tidak baik/ siap.
Performance marketing dalam hari ini konsep marketing tidak hanya
meningkatkan penjualan, dan hal yang terjadi di pasar seperti, kehilangan pelanggan,
kepuasan pelanggan, dan kualitas produk. Tetapi lebih mempertimbangkan dampak
produk program dan aktivitas terhadap hukum, sosial, dan lingkungan.
Keuntungan apabila perusahaan menjalankan program ini adalah menyelaraskan
produk dengan pasar sehingga dapat berjalan beriringan dan meningkatkan kesuksesan
penjualan, mengeksplorasi nilai produk secara lebih menyeluruh sehingga menciptakan
pola pikir yang sama pada produk di pasaran, durasi penerapannya dapat dimodifikasi
dengan mudah, melibatkan hubungan manajemen dengan masyarakat sehingga dapat
menciptakan produk bisnis yang sesuai dengan kehidupan masyarakat, dan apabila kita
dapat membangun relasi dengan pelanggan yang baik dan rutin maka kita akan
memperoleh investasi jangka panjang.

2.3.3 Brand Communities

Brand community merupakan komunitas yang terspesialisasi, terhubung bukan


berbasis geografis, namun lebih didasarkan pada seperangkat hubungan sosial di antara
penggemar brand tertentu. Kotler dan Keller (2012:275) menyatakan bahwa brand
community merupakan komunitas spesial atas konsumen atau karyawan yang
teridentifikasi dan beraktivitas fokus pada brand tertentu. Keuntungan dari adalah brand
community ini adalah memfasilitasi dan menyebarluaskan informasi, mengkaji ulang
sejarah dan budaya dari suatu merek, menyediakan bantuan pelanggan, dan
mempengaruhi brand loyalty secara positif.
Terdapat elemen penting di dalam brand community yakni, kesadaran setiap
anggota bahwa hubungannya dengan merek itu penting, namun lebih penting lagi merasa
bahwa hubungannya lebih kuat satu sama lain antar anggota. Selain itu juga terdapat
sharing ritual dan tradisi terkait pada pengalaman dalam menggunakan merek dan
berbagi cerita pada seluruh anggota komunitas, serta adanya tanggung jawab moral
bersama yang dapat dilakukan dengan mempertahankan anggota lama dan mengintegrasi
baru, dan juga membantu penggunaan sesame anggota komunitas memperbaiki produk
yang diperoleh dari pengalaman mereka menggunakan produk.

2.3.4 Leveraging Secondary Association

Menciptakan ekuitas merek dengan menghubungkan merek ke informasi lain


dalam ingatan yang menyampaikan arti ke konsumen.

Sumber sekunder dari pengetahuan merek:


Asosiasi merek “sekunder” tersebut dapat menghubungkan merek ke sumber seperti:

1. Perusahaan itu sendiri (melalui strategi pemberian merek)

2. Negara atau wilayah geografis lainnya (melalui identifikasi asal produk)

3. Saluran distribusi (melalui strategi saluran)

4. Merek lain (melalui bahan atau co-branding)

5. Karakter (melalui perizinan)

6. Juru bicara (melalui endorsement)

7. Kegiatan olahraga atau kebudayaan (melalui sponsorship)

8. Beberapa sumber pihak ketiga (melalui penghargaan atau ulasan)

Memanfaatkan asosiasi sekunder dapat menjadi cara yang efisien dan efektif
untuk memperkuat suatu merek. Tapi menghubungkan merek ke seseorang atau sesuatu
yang lainnya dapat menjadi berisiko karena berbagai hal buruk bisa saja terjadi ke entitas
tersebut yang dapat mempengaruhi merek.

2.4 Managing Brand Equity

Manajemen merek yang efektif menuntut tinjauan keputusan pemasaran jangka


panjang. Karena tanggapan konsumen terhadap kegiatan pemasaran tergantung pada apa
yang mereka ketahui dan ingat tentang merek, sebagai sarana rantai nilai merek, tindakan
pemasaran jangka pendek, dengan mengubah pengetahuan merek, perlu meningkatkan
atau mengurangi kesuksesan jangka panjang tindakan pemasaran yang akan datang.

2.4.1 Brand Reinforcement

Pemasar dapat memperkuat ekuitas merek dengan secara konsisten


menyampaikan pengertian merek sehubungan dengan:
(1) Produk apa yang diwakilinya, inti manfaat apa yang dipasoknya, dan kebutuhan apa
yang dipuaskan.
(2) Bagaimana merek membuat produk tersebut istimewa dan dimana asosiasi merek
yang kuat, menguntungkan, dan unik harus ada di benak konsumen.
Memperkuat ekuitas merek membutuhkan merek untuk selalu bergerak maju pada
arah yang benar dan dengan penawaran baru dan menarik serta cara memasarkan mereka.
Bagian penting dari memperkuat merek adalah menyediakan dukungan pemasaran yang
konsisten. Konsisten tidak berarti seragam tanpa perubahan. Ketika terdapat sedikit
kebutuhan untuk menyimpang dari posisi sukses, berbagai taktik perubahan bisa menjadi
perlu untuk mempertahankan dorongan dan arahan strategis dari merek. Ketika
perubahan diperlukan, pemasar harus bersemangat mempertahankan dan membela
sumber – sumber ekuitas merek

2.4.2 Brand Revitalization

Perubahan terhadap perilaku dan pertumbuhan dari konsumen dalam


menginginkan sesuatu terhadap produk yang diinginkan. Biasanya terjadinya
revitalization seperti kedatangan kompetitor, teknologi baru, atau perkembangan pada
pemasaran lingkungan.
Sering kali terjadinya kedatangan kompetitor membuat malapetaka pada merek
lainnya. Dan yang harus dilakukan dalam mengatasi ini adalah “Back to Basic”.
Mengingat kembali tujuan awal dan membangun awareness dengan keberadaan merek di
muka umum untuk memberikan nilai positif kepada para konsumen.

2.5 Devising a Branding Strategy


Strategi pemberian merek perusahaan sering disebut brand architecture
mencerminkan jumlah dan sifat dari kedua elemen merek yang umum dan khas.
Menentukan bagaimana cara memperbarui merek produk sangat kritis. Perusahaan
memiliki tiga pilihan utama:
1. Hal ini dapat mengembangkan elemen merek baru untuk produk baru.
2. Hal ini dapat menempatkan beberapa elemen merek yang sudah ada.
3. Hal ini dapat menggunakan kombinasi dari elemen baru dan yang sudah ada.

2.5.1 Branding Decisions


Alternative Branding strategies Terdapat tiga strategi yang terkenal:
1. Individual or separate family brand names : perusahaan barang kemasan konsumen
memiliki tradisi lama dari pemberian merek produk yang berbeda dengan nama yang juga
berbeda.
2. Corporate umbrella or company brand name : banyak perusahaan yang menggunakan
merek perusahaan mereka sebagai merek seluruh produk mereka.
3. Sub-brand name : nama sub-merek menggabungkan dua atau lebih merek perusahaan,
merek keluarga, atau nama merek produk individu.

2.5.2 Brand Portfolios


Pemasar seringkali membutuhkan beberapa merek yang bertujuan untuk
membujuk beberapa segmen. Beberapa alasan lainnya untuk memperkenalkan beberapa
merek dalam sebuah kategori mencakup:
1. Meningkatkan adanya rak dan ketergantungan pengecer di toko.
2. Menarik konsumen mencari varietas yang mungkin telah beralih ke merek lain.
3. Meningkatkan persaingan internal dalam perusahaan.
4. Menghasilkan skala ekonomi dalam periklanan, penjualan, memperdagangkan, dan
distribusi fisik.
Brand portfolio (portofolio merek) adalah sekumpulan semua merek dan lini
merek yang perusahaan tertentu tawarkan untuk dijual dalam kategori atau segmen pasar
tertentu. Membangun portofolio merek yang baik membutuhkan pemikiran hati – hati dan
eksekusi kreatif. Prinsip dasar dalam mendesain portofolio merek adalah memaksimalkan
cakupan pasar sehingga tidak ada pelanggan berpotensi yang diabaikan, tapi harus
meminimalkan tumpang tindih merek sehingga merek tidak berkompetensi untuk
persetujuan pelanggan.

2.5.3 Brand Extensions


Banyak perusahaan yang memutuskan untuk memanfaatkan aset paling bernilai mereka
dengan memperkenalkan sejumlah besar produk baru di bawah nama merek terkuat mereka.
Advantages brand extensions meliputi :
1. Meningkatkan peluang kesuksesan produk baru. Biasanya konsumen membentuk
ekspektasi tentang produk baru berdasarkan pada apa yang mereka ketahui
tentang merek induknya dan sejauh mana mereka merasakan informasi tentang
produk tersebut berhubungan.
2. Memberikan umpan balik positif ke merek induk dan perusahaan. Selain
membuat produk baru mudah diterima, brand extensions juga dapat memberikan
manfaat umpan balik. Mereka dapat membantu mengklarifikasi pengertian merek
dan nilai intinya atau meningkatkan loyalitas konsumen terhadap perusahaan.

Disadvantages brand extensions meliputi


1. Pada sisi negatifnya, line extensions bisa saja menyebabkan nama merek kurang
kuat teridentifikasi dengan satu produk lain.
2. Brand dilution (pencairan merek) dapat terjadi ketika konsumen tidak lagi
mengaitkan merek dengan produk tertentu atau produk yang sangat mirip dan
mulai kurang memikirkan mereknya.
3. Jika perusahaan mengeluarkan brand extensions yang konsumen anggap tidak
pantas, mereka dapat mempertanyakan integritas dari merek tersebut atau menjadi
bingung dan bahkan kecewa: “mana versi yang baik untuk mereka?”
4. Parahnya lagi, tidak hanya gagal, tapi brand extensions bisa saja membahayakan
merek induknya.
DAFTAR REFERENSI
https://lifestyle.kompas.com/read/2015/05/05/092847423/Fakta.Seputar.Air.Mineral

https://www.leminerale.com/

https://www.liputan6.com/health/read/4296686/viral-video-air-mineral-mengandung-besi-ini-
kata-bpom-dan-produsen

https://www.jawapos.com/lifestyle/08/04/2022/ancam-ekosistem-83-persen-sampah-plastik-
bocor-di-laut-indonesia/

https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/23/063026426/aqua-vs-le-minerale-pemilik-toko-
diminta-tidak-pajang-le-minerale?page=all

LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil screenshoot berita untuk isu pertama
Lampiran 2: Hasil screenshot berita untuk isu kedua

Lampiran 3: Hasil screenshot berita untuk isu ketiga

Anda mungkin juga menyukai