Disusun oleh :
2022
BAB I
PENDAHULUAN
Brand equity merupakan nilai tambah yang diberikan yang diberikan pada produk
atau jasa yang ditawarkan kepada konsumen. Perspektif yang digunakan oleh pemasar
dan peneliti terkait brand equity yaitu mengacu pada customer-based brand equity.
Customer-based brand equity menyatakan bahwa kekuatan dari suatu brand bergantung
pada apa yang dilihat, dirasakan, dipelajari, dibaca dan dipikirkan oleh konsumen yang
kemudian memberikan respon konsumen terhadap suatu brand atau merek. Suatu brand
dianggap memiliki customer-based brand equity yang dinilai positif jika konsumen
memberikan respon lebih baik terhadap produk atau jasa yang ditawarkan, dan sebaliknya
jika suatu brand dianggap memiliki customer-based brand equity yang dinilai negatif jika
konsumen memberikan respon kurang baik terhadap produk atau jasa yang ditawarkan.
Tiga komponen penting yang terdapat dalam customer-based brand equity yaitu sebagai
berikut:
1. Brand equity muncul karena adanya perbedaan respon konsumen terhadap suatu
brand.
2. Adanya perbedaan respon konsumen disebabkan karena adanya perbedaan
pengetahuan, pikiran, perasaan, pengalaman dan keyakinan konsumen terhadap
suatu brand. Dengan adanya perbedaan tersebut, maka suatu brand harus
menciptakan suatu brand yang kuat, unik, dan disukai oleh pelanggan.
3. Brand equity tercermin dalam preferensi, perilaku, dan persepsi yang berhubungan
dengan aspek pemasaran dalam suatu brand.
Maka dari itu, tantangan bagi pihak pemasar yaitu memastikan bahwa konsumen telah
mendapatkan produk atau jasa yang sesuai dengan kebutuhan konsumen sehingga mampu
memunculkan pengalaman terhadap produk atau jasa yang pada akhirnya konsumen
memiliki brand knowledge yang diinginkan.
Brand equity model dikembangkan oleh agen periklanan Young dan Rubicam
yang disebut sebagai Brand Asset Valuator (BAV). Terdapat empat komponen brand
equity menurut BAV yaitu sebagai berikut:
1. Differentiation
Mengacu pada perbedaan suatu brand yang satu dengan yang lain.
2. Relevance
Mengacu pada kesesuaian dan daya tarik dari suatu brand.
3. Esteem
Mengacu pada persepsi kualitas dan loyalitas atau seberapa baik suatu brand
dianggap dan dihormati.
4. Knowledge Mengacu pada seberapa akrab konsumen terhadap suatu brand.
1. Pilihan awal untuk brand atau identitas yang diciptakan untuk brand
Hal-hal penting yang harus diperhatikan antara lain nama produk, URLs (laman
website), logo, simbol, slogan, jingles, kemasan, juru bicara, dan rambu dari
produk tersebut. Pemilihan hal-hal tersebut sangatlah penting untuk
memperkenalkan produk ke masyarakat. Hal ini juga dilakukan dengan cara
sekreatif mungkin agar meninggalkan kesan tersendiri kepada masyarakat.
Contohnya perusahaan Korea Hanmi Whole Soymilk yang mengeluarkan produk
Kong-Doo Soy Milk dengan botol yang berbeda dari umumnya. Memiliki label
dan juga berbentuk seperti kedelai. Hal ini menunjukkan bahwa produk ini dapat
diketahui secara jelas, meskipun bukan hanya kepada orang Korea.
2. Produk dan pelayanan berjalan sesuai dengan aktivitas pemasaran dan juga
mendukung program pemasaran
Salah satu merek dari Liz Claiborne's yang merupakan salah satu label yang
berkembang cepat adalah Juify Couture. Memiliki produk yang nyentrik, pakaian
olahraga kontemporer, dan juga aksesoris yang memiliki tipe kuat dalam kegiatan
sehari-hari. Produk ini ditujukan untuk pria, wanita, dan anak kecil. Merek sendiri
memposisikan dirinya menjadi barang mewah yang masih terjangkau,
menciptakan produk yang terbatas distribusinya. Hal ini termasuk menciptakan
risiko untuk namanya dan juga termasuk tindakan rebel.
Brand elements (elemen merek) merupakan perangkat, dimana dapat diberi merek
dagang, yang mengidentifikasi dan membedakan merek tersebut. Pemasar harus memilih elemen
merek untuk membangun ekuitas merek sebanyak mungkin.
Brand Element Choice Criteria Terdapat enam kriteria untuk memilih elemen merek:
2. Meaningful : Apakah elemen merek tersebut masuk akal? Apakah dia menyarankan
kategori, bahan produk, dan orang yang akan menggunakannya sesuai? (contoh: merek
baterai otomatis Die Hard memberi kesan baterai tersebut tahan lama)
5. Adaptable : Seberapa dapat beradaptasi dan diperbarui elemen merek tersebut? Logo
dapat mudah diperbarui (contoh: Shell yang selama 100 tahun ini sudah mengubah
logonya sebanyak 10 kali)
6. Protectable : Sebaik apa elemen merek terlindungi secara hukum? Bagaimana bisa
dilindungi secara kompetitif? (contoh: seperti yang terjadi pada Kleenex, pembuat merek
tersebut harus menahan hak merek dagang mereka dan tidak membiarkan merek tersebut
menjadi umum)
2.3.2 Designing Holistic Marketing Activities
Memanfaatkan asosiasi sekunder dapat menjadi cara yang efisien dan efektif
untuk memperkuat suatu merek. Tapi menghubungkan merek ke seseorang atau sesuatu
yang lainnya dapat menjadi berisiko karena berbagai hal buruk bisa saja terjadi ke entitas
tersebut yang dapat mempengaruhi merek.
https://www.leminerale.com/
https://www.liputan6.com/health/read/4296686/viral-video-air-mineral-mengandung-besi-ini-
kata-bpom-dan-produsen
https://www.jawapos.com/lifestyle/08/04/2022/ancam-ekosistem-83-persen-sampah-plastik-
bocor-di-laut-indonesia/
https://ekonomi.kompas.com/read/2017/08/23/063026426/aqua-vs-le-minerale-pemilik-toko-
diminta-tidak-pajang-le-minerale?page=all
LAMPIRAN
Lampiran 1: Hasil screenshoot berita untuk isu pertama
Lampiran 2: Hasil screenshot berita untuk isu kedua