Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : TRIOPIYANTI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 836120255

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4202/Pembelajaran IPA di SD

Kode/Nama UPBJJ : 20/BANDAR LAMPUNG

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. a. Tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang terjadi karena
terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan liat yang
terkandung pada tanah (Badan Pertanahan Nasional). dari ketiga jenis fraksi tersebut
partikel pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu
dengan ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm (penggolongan
berdasarkan USDA). keadaan tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap keadaan
sifat-sifat tanah yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas tanah, porositas dan
lain-lain.
Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas tekstur
tanah. ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi
tanah tersebut, misalkan hasil analisis lab menyatakan bahwa persentase pasir (X)
32%, liat (Y) 42% dan debu (Z) 26%, berdasarkan diagram segitiga tekstur maka
tanah tersebut masuk kedalam golongan tanah bertekstur pasir.

b. Struktur tanah merupakan salah satu sifat morfologi (penampakan) tanah yang
dapat diamati secara langsung. Morfologi tanah adalah deskripsi tubuh tanah yang
menunjukkan kenampakan-kenampakan, ciri-ciri dan sifat-sifat umum dalam suatu
profil tanah. Ciri-ciri morfologi tanah merupakan petunjuk dari proses – proses yang
pernah dialami suatu jenis tanah selama pelapukan, pembentukan dan perkembangan.

c. Warna tanah merupakan campuran dari komponen-komponen warna lain yang


terjadi oleh pengaruh berbagai faktor yang memberi jenis warna tertentu. Warna tanah
yang tampak sehari-hari adalah : - merah - coklat - abu-abu - kuning - hitam warna
tanah yang tidak dominan, bukan warna tanah yang murni.

d. pH merupakan kependekan dari potensial of hydrogen. Sedangkan pH tanah adalah


suatu standar pengukuran tingkat keasaman atau kebasaan pada suatu lahan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH ;
• Dekomposisi bahan organik
Bahan organik tanah secara terus menerus terdekomposisi oleh mikroorganisme
kedalam bentuk asam asam organik, karbondioksida (CO2) dan air, senyawa
pembentuk asam karbonat. Selanjutnya, asam karbonat bereaksi dengan Ca dan Mg
karbonat di dalam tanah untuk membentuk bikarbonat yang lebih larut, yang bisa
tercuci keluar, yang akhirnya meninggalkan tanah lebih masam.
• Bahan induk
Tanah berkembang dari bahan induk yang berupa batuan dan bahan organik.
Selanjutnya batuan di kelompokkan menjadi batuan beku, sedimen dan metamorfose.
Batuan basa umumnya mempunyai pH tinggi dibandingkan dengan tanah yang
berkembang dari batuan masam
• Pengendapan
Jika air berasal dari air hujan melewati tanah, kation kation basa seperti Ca dan Mg
akan tercuci. Kation kation basa yang hilang tersebut kedudukannya di tapak jerapan
tanah akan di ganti oleh kation kation masam seperti Al, H, dan Mn. Oleh karena itu,
tanah yang terbentuk pada lahan dengan curah hujan tinggi biasanya lebih masam
dibandingkan pada tanah tanah pada lahan kering atau acid.
• Vegetasi alami
Tanah tanah yang berada di bawah kondisi vegetasi hutan akan cenderung lebih
masam di bandingkan dengan yang berkembang di bawah padang rumput. Hutan
tanaman dengan daun kecil (konifer) dapat menyebabkan lebih masam dibandingkan
dengan hutan tanaman berdaun lebar.
• Pertumbuhan tanaman
Tanah sering menjadi masam jika di tanami atau untuk aktifitas pertanian, sebab basa
basa akan hilang (ikut terpanen).
• Kedalaman tanah
Pada lahan dengan curah hujan tinggi, umumnya kemasaman meningkat sesuai
dengan kedalaman lapisan tanah, sehingga kehilangan topsoil oleh erosi dapat
menyebabkan lapisan olah tanah menjadi lebih masam.
• Pupuk nitrogen
Nitrogen tanah dapat berasal dari pupuk, bahan organik, sisa hewan, fiksasi N oleh
leguminose dapat menyebabkan tanah lebih masam.
Untuk memperbaiki kemasaman lahan pertanian agar sesuai dengan tanaman yang
akan dibudidayakan dipergunakan Dolomite yang mengandung unsur Magnesium
(MgO) dengan kehalusan minimal 100 mesh (MESH = TINGKAT KEHALUSAN
TEPUNG) agar mudah/ cepat meresap ke dalam tanah.

2. Ekoefisiensi artinya semua bentuk pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan
harus dengan meminimalkan resiko.
a. Prinsi Ekofisiensi Dalam Pemanfaatan Hutan
Pemanfaatan hutan harus menggunakan prinsip ekoefisiensi. Penebangan hutan secara
liar (illegal logging) harus dihentikan. Penebangan hutan hendaknya dilakukan
dengan prinsip ekoefisiensi dengan melakukan pembibitan, sistem tebang pilih, dan
reboisasi.
Tujuan reboisasi dan rehabilitasi hutan adalah sebagai berikut :
1. Meningkatkan kelestarian hutan, tanah, dan air
2. Memperluas persediaan sumber bahan baku yang berharga bagi masyarakat.
3. Menyelamatkan hasil usaha pembangunan di bidang pengairan.

Usaha pelestarian hutan di antaranya sebagai berikut :


1. Penebangan pohon bersifat selektif serta mengganti pohon dengan pohon yang
mempunyai peranan penting bagi lingkungan hidup dan ekonomi
2. Hendaknya diusahakan keseimbangan antara penebangan dan penghijauan kembali
3. Penebangan fungsi hutan sebagai pengawet sumber air, tanah, dan tempat rekreasi
perlu digalakkan.

b. Prinsip Ekoefisiensi dalam Pemanfaatan Tambang


Barang tambang merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui.
Prinsip ekoefisiensi pemanfaatan tambang dapat dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Penghematan dalam pemakaian dengan selalu mengingat generasi penerus
2. Melakukan ekspor bahan tambang sebagai barang jadi atau setengah jadi
3.Mengadakan penyelidikan dan penelitian untuk menemukan daerah penambangan
baru
4. Diusahakan bahan pengganti. Misalnya pemakaian BBM diganti dengan tenaga
surya, gas atau alkohol.

3. a.) Konsep Dasar Etika Lingkungan


Etika lingkungan merupakan pemikiran etis terhadap alam dan hubungan antara
manusia dan alam. Etika lingkungan juga dat diartikan sebagai suatu disiplin ilmu
filsafat yang mempelajari hubungan dan status moral serta nilai dalam kehidupan
manusia terhadap lingkungan. Etika lingkungan ini berkembang sejalan dengan cara
pandang dan pemikiran manusia.
Dalam etika lingkungan ada dua nilai penting yang melekat pada setiap individu yang
ada di alam, yaitu nilai instrumental dan nilai intrinsik.

b.) 1. seorang warga diterkam seekor harimau liar yang kelaparan hingga mati,
kemudian masyaralkat secara beramai ramai membunuh kelompok harimauyang ada
di hutan tersebut kasus kedua, seorang petani membakar hutan untuk kepentingan
membuka lahan perkebunan, hasilnya memang menguntungkan petani tersebut,karna
tanpa susah payah diperoleh lahan yang siap digarapuntuk perkebunan.
2. Penebangan hutan secara liar oleh manusia. Hal tersebut menguntungkan bagi
bebarapa pihak namun juga merugikan. Ketika hutan gundul maka potensi terjadinya
longsor dan banjir bandang akan semakin meningkat.

c.) Etika lingkungan sudah ada sejak dimulainya peradaban manusia. Nenek moyang
kita bahkan secara disadari atau tidak telah menerapkan etika lingkungan.
Sejak lama para ahli menyadari tentang kekhawatirannya terkait hubungan manusia
dengan alam. Mereka memperkirakan pada akhir Abad XX akan terjadi ledakan
penduduk dan krisis lingkungan. Thomas R. Malthus bahkan memperkirakan akan
terjadinya kelaparan akibat pertumbuhan populasi manusia yang ia sebut sebagai deret
ukur (kurva eksponsial) dan pertumbuhan pangan sebagai deret hitung (kurva linear).
Dalam prakteknya pertumbuhan populais manusia di dunia mengalami hambatan baik
secara alami (bencana alam) maupun dibuat sendiri oleh manusia (peperangan,
program keluarga berencana, gaya hidup modern).

4. a.) Orang baduy memiliki kepercayaan bahwa mereka orang yang pertama diciptakan
Tuhan dan bertempat tinggal di pusat bumi. Segala gerak laku masyarakat baduy
harus berpedoman kepada buyut yang telah ditentukan dalam bentuk pikukuh
karuhun. Seorang tidak berhal untuk melanggar dan mengubah tatanan kehidupan
yang telah ada dan sudah berlaku turun temurun. Pikukuh itu harus ditaati masyarakat
baduy dan masyarakat luar yang sedang berkunjung kebaduy.
Dalam mengelola lingkungan, masyarakat Baduy juga mengenal sistem zonasi daerah
yang telah dipraktikkan seacara turun-temurun.
(1) sasaka domas (daerah baduy dalam) merupakan daerah paling sakral
(2) tangtu (daerah baduy dalam), daerah sakral
(3) baduy luar, kurang sakral
(4) daerah dangka, daerah makin kurang sakral.

b.) Masyarakay Toro bermukim di kecamatan Kulawi, Donggala, Sulawesi Tengah.


Mereka telah memiliki kelembagaan adat yang sangat kuat yang diturunkan dari
nenek moyang mereka sejak ribuan tahun lalu. Masyarakat toro memiliki kearifan
sendiri dalam hal pengelolaaan SDA, yang mampu melestarikan alam sekitarnya.
Dalam mengelola alam, misalnya, masyarakat Toro membaginya menjadi zona-zona
tertentu.
Selain pembagian zona tersebut mereka memiiki sistem pengolahan lahan layaknya
peadang berpindah. Ketika lahan telah diolah bebarapa kali panen dan mulai
berkurang kesuburannya, mereka tinggalkan (1-25 tahun) hinggu kesuburannnya
kembali baru diolah ulang.
Adat Toro juga melarang adanya perusakan hutan dan perburuan terhadap hewan-
hewan tertentu, seperti : Anoa, Babirusa, Burung Enggang, Burung Maleo. Setiap
orang yang melanggar adattersebut aka akan mendapat hukuman sesuai ketentuan
adat.

c.) Masyarakat daratan Lindu terdiri dari emat desa, yaitu Puroo, Langko, Tomado,
dan Anca, termasuk wilayah kecamatan Kulawi, Kabupaten Donggala. Seperti halnya
dengan masyarakat Ngata Toro masyarakat dataran Lindu telah membagi kawasan
hutan kedalam suaka-suaka/kawasan-kawasan yang bersifat menjaga lingkungan dan
menguntungkan manusia.

Anda mungkin juga menyukai