Anda di halaman 1dari 12

PENERAPAN BALANCED SCORECARD

UNTUK BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN


KEMENTERIAN DALAM NEGERI

THE APPLICATION OF BALANCED SCORECARD FOR


BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
KEMENTERIAN DALAM NEGERI

Teguh Narutomo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesatuan Bangsa, Politik dan Otonomi Daerah
Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri
Jalan Kramat Raya No. 132, Senen – Jakarta Pusat
e-mail: narutomo_litbang@yahoo.com
Diterima: 16 Juli 2012; direvisi: 23 Juli 2012; disetujui: 10 Agustus 2012

Abstrak
Balance Scorecard dapat menuntun manajemen dan anggota organisasi dalam menterjemahkan visi, misi
serta strategi organisasi ke dalam tindakan yang nyata. Dalam Balanced Scorecard, pengukuran kinerja
dilihat dari 4 perspektif yaitu Customer and Stakeholder Perspective, Financial Perspective, Employees and
Organization Capacity Perspective, dan Internal Bussiness Process Perspective. Pengukuran kinerja dengan
pendekatan Balanced Scorecard tidak terbatas digunakan pada organisasi swasta melainkan juga bisa
diterapkan pada organisasi sektor publik. Tulisan ini menguraikan tentang perlunya Balanced Scorecard
untuk organisasi pemerintah dan peluangnya apabila digunakan di Badan Penelitian dan Pengembangan
(BPP) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) berdasarkan beberapa analisis dan hasil penelitian yang
pernah dilakukan.
Kata kunci: penilaian kinerja, pemerintah, balanced scorecard,BPP Kemendagri.

Abstract
Balance Scorecard to guide the management and members of the organization in translating the vision,
mission and strategy of the organization into the real action. In the Balanced Scorecard performance
measurement viewed from four perspectives, namely Customer and Stakeholder Perspective, Financial
Perspective, Employees and Organization Capacity Perspective and Bussiness Internal Process Perspective.
Measuring the performance of the Balanced Scorecard approach is not limited to use in private
organizations but also can be applied to public sector organizations. This paper describes the need for
Balanced Scorecard for government organizations and opportunities when used in BPP Kemendagri based
on some analysis and results of studies that have been conducted
Keywords: performance appraisal, government, balanced scorecard, BPP Kemendagri.

PENDAHULUAN pada kinerja keuangan. Penerapan sistem manajemen


strategis yang demikian di banyak perusahaan swasta
Balanced scorecard sebagai alat akuntansi mengalami kegagalan. Namun sistem manajemen
manajemen telah berkembang dari suatu sistem strategis tetap diperlukan karena perusahaan dituntut
pengukuran kinerja menjadi suatu sistem manajemen untuk berkembang secara terencana dan terukur,
strategi. Hal ini berarti organisasi swasta maupun sehingga memerlukan peta perjalanan menghadapi
organisasi pemerintah yang inovatif dapat masa depan yang tidak pasti, memerlukan langkah-
menggunakan balanced scorecard tidak hanya untuk langkah strategis, dan perlu mengarahkan kemampuan
menjelaskan dan mengkomunikasikan strategi, dan komitmen SDM untuk mewujudkan tujuan
melainkan juga untuk mengelola strateginya dalam perusahaan.
jangka panjang. Peran balanced scorecard dalam sistem
Sistem manajemen strategis adalah proses manajemen strategis adalah: memperluas perspektif
merumuskan dan mengimplementasikan strategi untuk dalam setiap tahap sistem manajemen strategis,
mewujudkan visi secara terus menerus secara membuat fokus manajemen menjadi seimbang,
terstruktur. Strategi adalah pola tindakan terpilih untuk mengaitkan berbagai sasaran secara koheren, dan
mencapai tujuan tertentu. Pada mulanya, sistem mengukur kinerja secara kuantitatif. Penggunaan
manajemen strategis bercirikan: mengandalkan balanced scorecard dalam konteks perusahan swasta
anggaran tahunan, berjangka panjang dan berfokus ditujukan untuk menghasilkan proses yang produktif

Penerapan Balanced Scorecard untuk Badan Penelitian dan Pengembangan


Kementerian Dalam Negeri – Teguh Narutomo | 189
dan cost effective, menghasilkan financial return yang ini semakin mempopulerkan balanced scorecard,
berlipat ganda dan berjangka panjang, mengembangkan sampai ke negara-negara di Eropa, Australia dan Asia.
sumber daya manusia yang produktif dan berkomitmen, Belum lama ini mereka menerbitkan buku The Strategy
mewujudkan produk dan jasa yang mampu Focused Organisation – How BSC Companies Thrive
menghasilkan value terbaik bagi customer/pelanggan. in the New Business Environment (2001). Para penemu
Balanced scorecard diyakini dapat mengubah dan rekan-rekannya membangun sebuah lembaga
strategi menjadi tindakan menjadikan strategi sebagai Balanced Scorecard Collaboration untuk mem-
pusat organisasi, mendorong terjadinya komunikasi opulerkan penggunaan balanced scorecard pada
yang lebih baik antar karyawan/pegawai dan berbagai institusi di berbagai negara. Secara teratur
manajemen, meningkatkan mutu pengambilan Norton dan Kaplan menyelenggarakan konferensi di
keputusan dan memberikan informasi peringatan dini, berbagai negara untuk memperkenalkan dan membahas
serta mengubah budaya kerja. Potensi untuk mengubah konsep-konsep terbaru mereka. Disayangkan Indonesia
budaya kerja ada karena dengan balanced scorecard, sampai saat ini belum mampu menghadirkan pencetus
organisasi lebih transparan, informasi dapat diakses ide balanced scorecard ini, namun kursus-kursus dan
dengan mudah, pembelajaran organisasi dipercepat, buku-buku mengenai balanced scorecard sudah ada,
umpan balik menjadi obyektif, terjadwal, dan tepat walau masih bersifat terbatas.
untuk organisasi dan individu; dan membentuk sikap Balanced scorecard terdiri dari 2 suku kata
mencari konsensus karena adanya perbedaan awal yaitu kartu nilai (scorecard) dan balanced (berimbang)
dalam menentukan sasaran, langkah-langkah strategis adalah suatu sistem manajemen untuk mengelola
yang diambil, ukuran yang digunakan, dll. implementasi strategi, mengukur kinerja secara utuh,
Kelebihan sistem manajemen strategis berbasis mengkomunikasikan visi, strategi dan sasaran kepada
balanced scorecard dibandingkan konsep manajemen stakeholders. Kata balanced dalam balanced scorecard
yang lain adalah bahwa ia menunjukkan indikator merujuk pada konsep keseimbangan antara berbagai
outcome dan output yang jelas, indikator internal dan perspektif, jangka waktu (pendek dan panjang), lingkup
eksternal, indikator keuangan dan non-keuangan, dan perhatian (intern dan ekstern) artinya (a) Pengukuran
indikator sebab dan akibat. Balanced scorecard paling kinerja eksternal (masyarakat) dan pengukuran kinerja
tepat disusun pada saat-saat tertentu, ketika akan internal (proses bisnis internal, inovasi, proses belajar
melaksanakan strategi besar dan ketika organisasi dan pertumbuhan); (b) Pengukuran kinerja masa lalu
berubah haluan atau akan mendorong proses perubahan. (finansial) dan pengukuran yang mendorong kinerja
Balanced scorecard juga diterapkan dalam situasi- masa datang (non finansial); (c) Unsur objektivitas
situasi yang rutin, antara lain: pada saat menyusun (pengukuran berupa hasil kuantitatif) dengan unsur
rencana alokasi anggaran, menyusun manajemen subjektivitas (pengukuran pemicu kinerja yang
kinerja, melakukan sosialisasi terhadap kebijakan baru, membutuhkan pertimbangan/ kualitatif); dan (d) Tujuan
memperoleh umpan balik, meningkatkan kapasitas staf. jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Kata
Siapa yang menggunakan balanced scorecard? scorecard mengacu pada rencana kinerja organisasi dan
Banyak organisasi swasta, pemerintah dan nirlaba yang bagian-bagiannya serta ukurannya secara kuantitatif.
telah menggunakan balanced scorecard 60% dari 1000 Maksudnya adalah kartu nilai untuk mengukur kinerja
organisasi dalam Fortune menggunakan balanced personil yang dibandingkan dengan kinerja yang
scorecard. Balanced scorecard semakin banyak direncanakan, serta dapat digunakan sebagai evaluasi.
diadopsi di Eropa, Australia dan Asia oleh organisasi Balanced scorecard menerjemahkan visi dan
besar, menengah dan kecil. Perusahaan yang strategi organisasi kedalam tujuan konkrit terorganisasi
menunjukkan keberhasilan luar biasa setelah di sepanjang jalur 4 perspektif yang berbeda: finansial,
menerapkan balanced scorecard adalah antara lain: pelanggan, proses internal, dan pembelajaran dan
MOBIL Oil yang pada tahun 1993 menempati posisi ke pertumbuhan. Untuk organisasi pemerintah Balanced
6 dalam provitability, kemudian menjadi nomor satu Scorecard menyediakan jawaban atas empat pertanyaan
pada periode 1995–1998; CIGNA pada tahun 1993 rugi yang mendasar melalui perspektif, yaitu:
$275 M, tahun 1994 menjadi untung sebesar $15 M dan 1. How do customers see us? (Customer and
tahun 1997 sebesar $98 M; BROWN & ROOT ENG. Stakeholders Perspective menggantikan
tahun 1993 rugi namun tahun 1996 menjadi nomor satu Customers Perspective)
dalam pertumbuhan profit. 2. How do we look to shateholders? (Financial
Kemunculan gagasan balanced scorecard Perspective)
berawal dari temuan riset Kaplan dan Norton (dari 3. Can we continue to improve and create value?
Harvard Business School) pada awal tahun 1990an. (Employee and organisation capacity Perspective
Konsep awal balanced scorecard berdasarkan riset menggantikan Learning And Growth Perspective)
tersebut ditulis pada tahun 1992 di majalah prestisius 4. What must we excel at? (Internal Business
Harvard Business Review. Pada tahun 1996 Norton dan Process Perspective)
Kaplan menerbitkan buku The Balanced Scorecard – Selanjutnya dalam menerapkan balanced
Translating Strategy into Action, berdasarkan scorecard, Robert Kaplan dan David Norton,
pengalaman mereka dalam menerapkan balanced mensyaratkan dipegangnya lima prinsip utama berikut:
scorecard pada banyak perusahaan di Amerika. Buku

190 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
1. Menerjemahkan sistem manajemen strategi Kinerja Instansi Pemerintah, Undang-Undang No. 25
berbasis balanced scorecard ke dalam tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Surat Menteri
terminologi operasional sehingga semua orang Negara PAN Nomor B/1301/M.PAN/04/2009 Perihal
dapat memahami Kebijakan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Tahun 2009,
2. Menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dan Peraturan MENPAN dan Reformasi Birokrasi
dengan strategi itu. Ini untuk memberikan arah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penilaian
dari eksekutif kepada staf garis depan Kinerja Unit Pelayanan Publik.
3. Membuat strategi merupakan pekerjaan bagi Pengukuran kinerja organisasi publik
semua orang melalui kontribusi setiap orang merupakan suatu alat perencanaan dan sistem
dalam implementasi strategis pengendalian manajemen yang bertujuan untuk
4. Membuat strategi suatu proses terus menerus membantu manajer publik menilai pencapaian suatu
melalui pembelajaran dan adaptasi organisasi dan strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial.
5. Melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif Pengukuran kinerja sector publik dilakukan untuk
guna memobilisasi perubahan. memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja
Kinerja merujuk pada hasil yang dapat sektor publik dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja
diselesaikan oleh seorang karyawan dalam periode pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat
waktu tertentu. Kinerja juga merujuk pada perilaku membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan
karyawan dalam bekerja. Hersey dan Blanchard (1993) sasaran program unit kerja. Kedua, ukuran kinerja
mendefinisikan kinerja sebagai suatu fungsi dari sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber
motivasi dan kemampuan seseorang untuk daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja
menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Kinerja adalah sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
hasil seseorang secara keseluruhan selama periode pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar komunikasi pelanggan.
hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah Sebagian besar organisasi publik telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama menyadari kebutuhan akan pengukuran kinerja dalam
(Rivai dan Basri, 2004). instansinya (‘bottom-line’ performance). Namun
Sejalan dengan definisi-definisi sebelumnya, pengukuran tersebut masih dilakukan dengan
Robbins (1997) menggambarkan kinerja sebagai fungsi menggunakan sistem tradisional, yaitu pengukuran
interaksi antara kemampuan (ability), motivasi pencapaian finansial yang didasarkan pada pelaporan
(motivation) dan kesempatan (opportunity). Kinerja keuangan. Padahal, menurut Mulyadi dan Setyawan
seorang karyawan merupakan hal yang bersifat (1999), ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan
individual karena setiap karyawan mempunyai tingkat kondisi riil perusahaan di masa lalu dan tidak mampu
kemampuan yang berbeda dalam melaksanakan menjadi pedoman bagi suatu organisasi ke arah yang
tugasnya. Keberhasilan kinerja seseorang diukur dari lebih baik, serta hanya berorientasi jangka pendek. Jadi,
sejauh mana ia dapat mencapai tujuan yang ditetapkan sistem pengukuran kinerja finansial organisasi publik
baginya. Ikopin (2008) juga menyatakan bahwa ini lebih dirancang untuk memenuhi kebutuhan
pengukuran kinerja karyawan identik dengan apakah shareholders, daripada untuk menyediakan informasi
karyawan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. dalam membantu pengelolaan suatu organisasi.
Artinya, karyawan memiliki tanggung jawab, mampu Suatu sistem pengukuran kinerja organisasi
melaksanakan pekerjaannya tepat waktu dan dapat publik yang seimbang harus dapat meningkatkan
mencapai target yang telah ditentukan. perhatian dan kesejajaran, mempermudah komunikasi,
Definisi tersebut sejalan dengan apa yang dan menyiapkan suatu visi yang jauh ke depan (a
tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun forward-looking vision), sehingga semua orang dapat
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah termotivasi untuk mengubah perilaku mereka agar
yang menguraikan bahwa Akuntabilitas Kinerja adalah sejalan dengan tujuan organisasi publik. Suatu sistem
perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk pengukuran yang baik haruslah menyeluruh atau
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan komprehensif, termasuk pengukuran-pengukuran
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan- penting dari seluruh bidang operasional maupun dari
tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan semua jenis pengukuran. Sistem tersebut juga harus
melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. termasuk pengukuran-pengukuran finansial maupun
Demikian pula yang dicantumkan pada Keputusan non finansial, indikator-indikator dari hasil di masa
Kepala Lembaga Administrasi Negara Tanggal 25 lampau dan prediktor-prediktor dari kinerja di masa
Maret 2003 Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan datang, dan pengukuran-pengukuran yang mencakup
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja faktor waktu, biaya dan kualitas.
Instansi Pemerintah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun Parayudha (2009) menyatakan bahwa desain
2004 tentang Pemerintahan Daerah, Surat Keputusan balanced scorecard mampu meningkatkan manajemen
MENPAN Nomor KEP-135/M.PAN/2004 tentang strategis dan tata kelola dalam organisasi publik.
Pedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Balanced scorecard dapat menciptakan perilaku
Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah manajemen umum yang lebih baik melalui persamaan
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan yang kuat antara pendekatan yang diusulkan dan desain

Penerapan Balanced Scorecard untuk Badan Penelitian dan Pengembangan


Kementerian Dalam Negeri – Teguh Narutomo | 191
lainnya, sebagaimana yang diterapkan dalam sektor Agar organisasi pemerintah dapat berfokus pada
komersial. strategi yang sudah dirumuskan, maka organisasi
Tujuan pengukuran kinerja sektor publik pemerintah juga harus menterjemahkan strategi ke
menurut Mardiasmo (2002: 122) adalah: dalam terminologi operasional, menyelaraskan
1. Mengkomunikasikan strategi secara lebih mantap. organisasi dengan strategi (dan bukan sebaliknya),
2. Mengukur kinerja finansial dan non-finansial memotivasi staf sehingga membuat strategi merupakan
secara berimbang sehingga dapat ditelusuri tugas setiap orang, menggerakkan perubahan melalui
perkembangan pencapaian strategi. kepemimpinan eksekutif, dan membuat strategi sebagai
3. Mengakomodasi pemahaman kepentingan suatu proses yang berkesinambungan.
manajer level menengah dan bawah serta Adapun perbedaan karakteristik organisasi
memotivasi untuk mencapai goal congruence. swasta dan pemerintah adalah sebagai mana
4. Alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan ditunjukkan dalam tabel berikut.
pendekatan individual dan kemampuan kolektif
rasional. Tabel 1. Perbedaan Karakteristik Organisasi Swasta dan
Manfaat pengukuran kinerja sektor publik Pemerintah
menurut Lynch dan Cross (dalam Yuwono, 2002)
adalah: NO Perspektif Swasta Pemerintah
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan 1 Finansial Pemegang DPR, pembayar
saham pajak, konstituen
sehingga akan membawa perusahaan lebih dekat 2 Pelanggan Pelanggan Orang yang
kepada pelanggannya dan membuat seluruh orang menggunakan
dalam organisasi terlibat dalam upaya memberi jasa/pelayanan
kepuasan kepada pelanggan publik
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan 3 Proses Proses Membuat Memberikan
sebagai bagian dari mata rantai pelanggan dan Internal produk yang pelayanan secara
pemasok internal. diunggulkan kompetitif
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus 4 Pertumbuhan karyawan, pejabat politik
mendorong upaya-upaya pengurangan terhadap & direksi (menteri),
Pembelajaran pegawai
pemborosan tersebut (reduction of waste). pemerintah
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya
masih kabur menjadi lebih konkrit sehingga
Cahyono (2000), melakukan penelitian tentang
mempercepat proses pembelajaran. Balanced scorecard di sektor publik. Penelitian tersebut
5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu mengambil judul “Pengukuran Kinerja Balanced
perubahan dengan memberi reward atas perilaku Scorecard untuk Organisasi Sektor Publik”. Hasil
tersebut
penelitian adalah bahwa untuk penilaian kinerja
organisasi sektor publik diperlukan banyak pendekatan
PEMBAHASAN selain pendekatan keuangan yang menjadi kendala.
Secara tidak langsung organisasi sektor publik sudah
Balanced Scorecard pada Organisasi Pemerintah menerapkan pengukuran kinerja Balanced scorecard
Mengapa institusi pemerintah perlu mengadopsi akan tetapi belum mengetahui apa yang hendak dipakai
balanced scorecard ? Pemerintah pada era sekarang ini, dalam mengukur kinerjanya.
baik pemerintah pusat, daerah maupun lokal diharapkan Kusuma (2003), melakukan penelitian dengan
untuk menjadi: akuntabel, kompetitif, ramah, merakyat,
judul “Penerapan BSC sebagai alat ukur kinerja pada
dan berfokus pada kinerja. Organisasi pemerintah juga organisasi nirlaba (Studi kasus yayasan setara
ditantang untuk memenuhi harapan berbagai kelompok Semarang). Hasil penelitian tersebut adalah
stakeholders (yaitu penerima layanan, karyawan, menyebutkan bahwa selama tahun 2000-2002 masing-
lembaga pemberi pinjaman/hibah, masyarakat, dan masing perspektif yang diterapkan pada yayasan
pembayar pajak). Tuntutan ini mengharuskan
tersebut mengalami peningkatan yaitu: perspektif
organisasi pemerintah untuk bertindak profesional
pembelajaran dan pertumbuhan naik sebesar 11%,
sebagaimana yang dilakukan oleh organisasi swasta. perspektif proses internal bisnis sebesar 74%, perspektif
Organisasi pemerintah harus mempunyai sistem pelanggan sebesar 68% dan perspektif keuangan
manajemen strategis. Karena dunia eksternal adalah sebesar 63%.
sangat tidak stabil, maka sistem perencanaan harus Herlina (2004), melakukan penelitian dengan
mengendalikan ketidak-pastian yang ditemui. judul “analisis penerapan BSC sebagai pengukuran
Organisasi pemerintah, dengan demikian, harus
kinerja komprehensif pada perusahaan jasa (studi kasus
berfokus strategi. Strategi ini lebih bersifat hipotesis,
RS. Roemani Muhammadiyah Semarang). Bahwa
suatu proses yang dinamis, dan merupakan pekerjaan rumah sakit masih menggunakan penilaian kinerja yang
setiap staf. Organisasi pemerintah harus juga bersifat tradisional. Dari analisis data dapat diketahui
merasakan, mengadakan percobaan, belajar, dan
bahwa dari perspektif keuangan mengalami penurunan
menyesuaikan dengan perkembangan.
meski diatas rata-rata, profitabilitas pasien mengalami
fluktuasi yang disebabkan peningkatan laba operasional

192 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
dibanding dengan total keuntungan yang didapat, langsung dengan wajib pajak. KPP sangat menentukan
retensi pasien mengalami penurunan yang kemudian baik buruknya citra Direktorat Jendral Pajak dimata
meningkat, dalam proses internal bisnis menunjukkan masyarakat. Penelitian yang dilakukan terhadap KPP
adanya peningkatan jasa pelayanan yang efisien dan Klaten melalui empat pespektif Balanced scorecard
efektif. diperoleh kesimpulan bahwa efektifitas organisasi
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ternyata dapat tercapai.
terdapat peningkatan produktivitas karyawan, retensi
karyawan juga meningkat. Zakir (2006), melakukan Contoh Penerapan Balanced Scorecard di Kota
penelitian yang berkaitan dengan balanced scorecard Charlotte (AS)
dengan judul “Pengukuran dengan Pendekatan Berikut ini adalah konsep BSC yang diterapkan
Balanced Scorecard (Studi kasus PT. Bank BPD Jawa pada kota Charlotte (AS) sebagai organisasi
Tengah) menunjukkan bahwa pada perspektif keuangan pemerintah. Ada tujuh komponen dalam BSC Kota
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, Charlotte, yaitu: visi, tema strategis (atau area fokus),
perspektif pelanggan terlihat dari kurang optimalnya prinsip strategis, perspektif, sasaran, kaitan, dan ukuran
pencapaian pelanggan baru selama 3 tahun dan & target.
mengalami penurunan yaitu berawal pada tahun 2002, 1. Visi: Visi Kota Charlotte secara singkat adalah
tahun 2003 angka persentase akuisisi pelanggan untuk menjadi “pilihan masyarakat untuk hidup,
(pelanggan baru) mengalami penurunan sebesar bekerja dan berekreasi”.
25,76% jika dibandingkan dengan tahun 2002, dan 2. Tema strategis atau area fokus: Dewan Kota
selanjutnya mengalami penurunan yang signifikan pada menetapkan lima tema strategis atau area fokus
tahun 2004 yang mencapai 64,71%. perspektif bisnis sebagai strategi untuk mencapai visi kota:
internal berhasil melakukan efisiensi biaya operasional ketenteraman warga (community safety),
mampu meningkatkan pendapatan produk. Perspektif kemandirian kota (city-within-city), kemajuan
pembelajaran dan pertumbuhan terlihat dari hasil ekonomi (economic development), tranportasi
survey menunjukkan kepuasan karyawan dalam (transportation) dan mereformasi birokrasi
kategori cukup puas. Sehingga hasil penelitian tersebut (restructuring government).
menyebutkan bahwa selama tahun 2002-2004 beberapa 3. Prinsip strategis: Penerapan prinsip strategis
kinerja belum baik atau belum mampu mencapai target adalah untuk membantu memastikan bahwa kota
yang telah ditetapkan. Charlotte akan menjadi pilihan masyarakat. Ada
Darwanto (2009) menyatakan bahwa balanced delapan prinsip strategis yang ditetapkan dan
scorecard membuat organisasi, termasuk organisasi disebut Prinsip Pertumbuhan Cerdas (Smart
publik, berfokus pada strategi, karena penerapan Growth Principles), yaitu:
balanced scorecard memungkinkan semua unit dalam a. Mempertahankan kapasitas perencanaan
organisasi memberikan kontribusi secara terukur pada penggunaan lahan
pelaksanan strategi organisasi. Balanced scorecard b. Mengupayakan keputusan penggunaan
seyogyanya dikembangkan oleh setiap organisasi lahan yang efektif
pemerintah untuk mempertajam perannya dalam c. Memperkuat masyarakat melalui lingkungan
menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, sehingga yang sehat
membedakannya dengan organisasi pemerintah lain. d. Merancang kota untuk mendukung
Tugas pengawasan oleh DPR terhadap pemerintah akan kehidupan yang harmonis
dipermudah jika instansi pemerintah memiliki strategi e. Melindungi lingkungan
berbasis balanced scorecard. Perumusan balanced f. Memperluas aneka pilihan transportasi
scorecard bukan suatu pekerjaan sekali jadi, melainkan g. Menggunakan investasi publik sebagai
tugas yang terus menerus, dengan setiap saat ada proses katalisator untuk mencapai hasil yang
penyempurnaan dan yang terpenting adalah ia diinginkan
dimanfaatkan untuk mencapai visi dan misi organisasi. 4. Perspektif: Dengan penekanan pada
Organisasi sektor publik yang digunakan dalam "keseimbangan", balanced scorecard Kota
penelitian Fitria (2008) adalah Direktorat Jendral Pajak. Charlotte menggunakan empat perspektif untuk
Direktorat Jendral Pajak sebagai instansi pemerintah menjawab kebutuhan pelayanan yang diinginkan
dibawah Departemen Keuangan memiliki visi oleh masyarakat.
“Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang a. Perspektif Pelanggan: Melayani pelanggan.
Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan Manajer kota harus mengetahui apakah
Kelas Dunia dan Dibanggakan Masyarakat”. Untuk pemerintah kota betul-betul memenuhi
mengimplemen-tasikan visi tersebut, Direktorat Jendral kebutuhan masyarakat. Mereka harus
Pajak menjabarkan beberapa misinya ke dalam misi menjawab pertanyaan: Apakah organisasi
fiskal, misi ekonomi misi politik dan misi kelembagaan. menyediakan apa yang diinginkan oleh
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya di daerah, masyarakat?
Direktorat Jendral Pajak memiliki unit pelaksana, yaitu b. Perspektif Proses Internal: Menyediakan
Kantor Pelayanan Pajak (KPP). KPP merupakan ujung pelayanan secara kompetitif.
tombak Direktorat Jendral Pajak yang berhubungan

Penerapan Balanced Scorecard untuk Badan Penelitian dan Pengembangan


Kementerian Dalam Negeri – Teguh Narutomo | 193
Manajer kota harus berfokus pada tugas hukum yaitu menerbitkan Peraturan Menteri Dalam
penting yang memungkinkan mereka untuk Negeri Nomor 20 Tahun 2011 tentang Pedoman
memenuhi kebutuhan masyarakat. Manajer Penelitian dan Pengembangan di Lingkungan
kota harus menjawab pertanyaan: Dapatkah Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan Daerah
pemerintah kota meningkatkan pelayanan dan Peraturan Bersama Menteri Negara Riset dan
dengan mengubah cara pelayanan itu Teknologi dan Menteri Dalam Negeri Nomor 03 dan 36
disampaikan? Tahun 2012 tentang Penguatan Sistem Inovasi Daerah.
c. Perspektif Keuangan: Mengelola anggaran Disamping itu telah dikeluarkan beberapa peraturan
secara akuntabel. kebijakan yang terkait dengan operasional kelitbangan.
Manajer kota harus berfokus pada bagaimana Untuk menerapkan balanced scorecard pada
cara memenuhi kebutuhan pelayanan secara BPP Kemendagri yaitu harus berfokus pada strategi
efisien. Mereka harus menjawab pertanyaan: yang lebih bersifat hipotesis, suatu proses yang dinamis,
Apakah pelayanan yang diberikan telah dan merupakan pekerjaan setiap staf. BPP Kemendagri
dilaksanakan dengan biaya yang rendah? juga harus merasakan, mengadakan percobaan, belajar,
d. Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan: dan menyesuaikan dengan perkembangan. BPP
Mengembangkan kapasitas karyawan. Kemendagri dapat berfokus pada strategi yang sudah
Kemampuan organisasi untuk meningkatkan dirumuskan, karena itu harus menerjemahkan strategi
dan memenuhi permintaan masyarakat terkait ke dalam terminologi operasional, menyelaraskan
secara langsung dengan kemampuan organisasi dengan strategi (dan bukan sebaliknya),
karyawan untuk memenuhi permintaan itu. memotivasi seluruh karyawan sehingga membuat
Pemerintah kota harus menjawab pertanyaan: strategi yang merupakan tugas setiap orang,
Apakah pemerintah kota menggunakan menggerakkan perubahan melalui kepemimpinan
teknologi yang sesuai dan melakukan eksekutif, dan membuat strategi sebagai suatu proses
pelatihan karyawan untuk kemajuan yang yang berkesinambungan.
berlanjut? Implementasi balanced scorecard pada BPP
5. Sasaran Kemendagri dengan merujuk pada konsep
Kota Charlotte memilih 16 sasaran keseimbangan antara berbagai sudut pandang seperti,
perusahaan untuk scorecard organisasinya. Setiap jangka waktu (pendek dan panjang), lingkup perhatian
sasaran organisasi secara garis besar digambarkan (intern dan ekstern) pengukuran kinerja eksternal dan
sedemikian rupa sehingga ia memberikan konteks kinerja internal, pengukuran kinerja masa lalu
untuk mencapai apa organisasi itu dibentuk. (finansial) dan pengukuran yang mendorong kinerja
Hubungan antara lima area fokus, empat masa datang (non finansial), unsur objektivitas
perspektif dan 16 sasaran organisasi merupakan (pengukuran berupa hasil kuantitatif) dengan unsur
panduan bagi setiap unit dan karyawan dalam subjektivitas (pengukuran pemicu kinerja yang
melaksanakan kegiatannya. membutuhkan pertimbangan/kualitatif), dan tujuan
6. Kaitan jangka pendek dan tujuan jangka panjang.
Sasaran yang strategis harus saling Contoh penerapan balanced scorecard, dapat
dihubungkan dalam suatu hubungan sebab-akibat. diterapkan yaitu sebagaimana berikut:
Misalnya, jika suatu organisasi memberikan 1. Visi BPP Kemendagri
karyawan dengan pelatihan yang perlu untuk Terwujudnya Kebijakan Pemerintahan
“Mempromosikan Pembelajaran & Dalam Negeri yang Berkualitas Berdasarkan
Pertumbuhan”, maka organisasi itu akan dapat Hasil Penelitian dan Pengembangan.
“Menyampaikan Pelayanan secara Kompetitif”. 2. Tema strategis atau area fokus (misi)
Ini akan mempengaruhi kemampuan organisasi a. Meningkatkan kualitas penelitian,
itu untuk “Meningkatkan Pelayanan bagi pengkajian dan pengembangan di bidang
Masyarakat” yang pada akhirnya “Menyediakan pemerintahan daalam negeri.
Aneka Pilihan Pelayanan”. b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber
7. Ukuran & Target daya kelitbangan.
Untuk setiap sasaran strategis, ada satu set c. Memantapkan koordinasi dan kerjasama
ukuran dan target strategis. Ini dijabarkan dalam melalui pendayagunaan jejaring penelitian
rencana strategis untuk setiap area fokus. dan teknologi informasi di lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dan
Penerapan Balanced Scorecard pada BPP pemerintahan daerah, serta institusi
Kemendagri penelitian dan pengembangan Kementerian/
Balanced Scorecard dapat diterapkan pada BPP LPND.
Kemendagri, karena potensi-potensi yang sudah d. Meningkatkan kualitas pembinaan penelitian
dimiliki. Hal ini dikarenakan BPP Kemendagri sudah dan pengembangan bidang pemerintahan
melakukan perubahan mendasar dengan mereformasi daerah melalui fasilitasi, supervisi,
dan mereposisi kelembagaannya. Pondasi yang telah penyusunan norma, standar, prosedur, dan
ditetapkan adalah dengan melakukan perubahan dasar kriteria.

194 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
e. Memantapkan kelembagaan dan ketata- memberikan pelayanan yang efektif pada
laksanaan Badan Penelitian dan masyarakat dengan biaya jasa yang murah.
Pengembangan Kementerian Dalam Negeri Menurut Kaplan dan Norton, siklus
dan Pemerintahan daerah. bisnis terbagi 3 tahap, yaitu: bertumbuh
3. Prinsip strategis (growth), bertahan (sustain), dan menuai
Prinsip strategis BPP Kemendagri (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus
sehubungan dengan telah ditetapkannya misi BPP tersebut mempunyai tujuan finansial yang
Kemendagri di atas, maka telah ditetapkan tujuan berbeda. Growth merupakan tahap awal
sebagai penjabaran dari misi adalah sebagai dalam siklus. Pada tahap ini diharapkan
berikut: kinerja organisasi pemerintah memiliki
a. Meningkatkan kualitas kebijakan produk yang dirasa sangat potensial dan
Kementerian Dalam Negeri di bidang meningkatkan layanan, membangun serta
pemerintahan dalam negeri (T1). mengembangkan fasilitas yang menunjang
b. Meningkatkan pendayagunaan hasil-hasil produksi, investasi pada sistem, infrastruktur
penelitian dan pengembangan (T2). dan jaringan distribusi yang akan
c. Meningkatkan kemampuan profesionalitas mendukung terbentuknya hubungan kerja
SDM Struktural, Peneliti, Perekayasa, secara menyeluruh dalam mengembangkan
Fungsional Khusus Lainnya, dan Fungsional hubungan yang baik dengan pihak yang
Umum di lingkungan Kementerian Dalam berkepentingan. Secara keseluruhan tujuan
Negeri dan Pemerintahan Daerah (T3). finansial pada tahap ini adalah mengukur
d. Mengoptimalkan peran BPP dalam persentase tingkat pertumbuhan pendapatan
melaksanakan dan mengkoordinasikan atau investasi, dan tingkat pertumbuhan
kegiatan penelitian, pengkajian, dan produk dari organisasi.
pengembangan di lingkungan Kementerian Tahap selanjutnya adalah sustain
Dalam Negeri (T4). (bertahan), di mana pada tahap ini timbul
e. Mewujudkan kerjasama penelitian dan pertanyaan mengenai akan ditariknya
pengembangan dengan berbagai lembaga investasi atau melakukan investasi kembali
penelitian Kementerian/LPNK, dengan mempertimbangkan tingkat
pemerintahan daerah, dan negara/lembaga pengembalian yang mereka investasikan.
donor asing (T5). Pada tahap ini tujuan finansial yang hendak
f. Mengoptimalkan peran dan fungsi dicapai adalah untuk memperoleh
kelembagaan penelitian dan pengembangan keuntungan. Berikutnya suatu usaha akan
daerah dalam peningkatan kualitas kebijakan mengalami suatu tahap yang dinamakan
pemerintahan dalam negeri (T6). harvest (menuai), di mana suatu organisasi
g. Mendorong penguatan kelembagaan, atau badan usaha akan berusaha untuk
perbaikan substansi program dan mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial
peningkatan kualitas sumber daya penelitian dari tahap ini adalah untuk untuk
dan pengembangan daerah (T7). meningkatkan aliran kas dan mengurangi
h. Meningkatkan dukungan manajemen dan aliran dana.
dukungan pelayanan teknis lainnya dalam Dalam konteks perspektif finansial
rangka menunjang tugas pokok dan fungsi untuk BPP Kemendagri, kinerja dapat
BPP (T8). diukur dengan menggunakan analisis
4. Perspektif realisasi anggaran, tingkat efisiensi dan
a. Financial Perspective: How Do We Look To efektifitas penggunaan anggaran, dan
Stakeholders? analisis vertikal. Implementasinya dengan
Pengukuran kinerja organisasi publik melakukan langkah atau tahapan yang
dari perspektif finansial di dalam balanced ditempuh melalui tahapan tumbuh (growth)
scorecard masih tetap dipertahankan, karena lebih dahulu. Dalam tahapan tumbuh ini,
pengukuran kinerja keuangan sangat kinerja BPP Kemendagri harus melahirkan
berharga di dalam menyarikan konsekuensi- produk kelitbangan yang potensial. Untuk
konsekuensi ekonomis yang dapat diukur mendapatkan produk tersebut maka BPP
dari tindakan-tindakan yang telah diambil Kemendagri harus melakukan program
oleh organisasi publik. Pengukuran kinerja investasi organisasi dengan menata
keuangan menunjukkan apakah strategi komponen organisasi baik sumber daya
suatu organisasi publik, penerapan, dan manusia, struktur, tata laksana maupun
pelaksanaannya telah dapat memberikan sarana dan prasarana organisasi. Dalam
kontribusi yang berarti bagi perbaikan- tahap ini BPP Kemendagri harus dapat
perbaikan yang mendasar (bottom-line mengukur persentase tingkat pertumbuhan
improvement). Selain itu, perspektif finansial pendapatan atau investasi dan tingkat
dalam organisasi publik bertujuan untuk pertumbuhan produk dari organisasi.

Penerapan Balanced Scorecard untuk Badan Penelitian dan Pengembangan


Kementerian Dalam Negeri – Teguh Narutomo | 195
Kemudian secara berkesinambungan BPP Kemendagri adalah pemerintah daerah
memasuki tahap (sustain) bertahan yang Provinsi maupun kabupaten/kota sebagai
lebih cenderung melakukan evaluasi pihak yang berkepentingan, kementerian dan
terhadap tahap pertumbuhan dan lembaga non kementerian lainnya serta
mempertimbangkan langkah menghentikan secara umum adalah masyarakat.
investasi dan menata ulang atau melanjutkan BPP Kemendagri perlu membuat
investasi organisasi. Ketika dirasakan hasil suatu sistem pengukuran yang spesifik agar
evaluasi sudah mulai mendapatkan hasil, dapat menerjemahkan tujuan dalam kategori
maka selanjutnya masuk ke dalam tahap time, quality, dan performance and service
(harvest) menuai, dimana investasi yang dari kinerja yang dihasilkan BPP
dilakukan organisasi telah memperoleh Kemendagri. Perspektif time adalah ukuran
keuntungan. Karena tahapan ini merupakan waktu yang tepat atau justru lebih cepat
siklus dan berkesinambungan, maka tahapan dalam menghasilkan produk kelitbangan
selanjutnya adalah kembali lagi ke dalam sesuai yang dibutuhkan customer dan
tahap (growth) tumbuh untuk terus menerus stakeholder. Perspektif quality diberlakukan
meningkatkan kinerja BPP Kemendagri. terhadap proses dan produk kelitbangan
b. Customer and Stakeholder Perspective: yang berkualitas bagi customer dan
How Do Customers See Us? stakeholder. Kemudian perspektif
Organisasi publik harus memiliki performance and service adalah peningkatan
orientasi untuk mengutamakan kualitas pelayanan dan kinerja yang
kesejahteraan dan kepuasan customer dan dilakukan dan diberikan oleh BPP
stakeholder-nya, dalam hal ini masyarakat. Kemendagri kepada customer and
Oleh karena itu, balanced scorecard stakeholder. Langkah awal menerapkan
menuntut para pimpinan organisasi perspektif ini dapat dilakukan dengan
pemerintah untuk dapat menerjemahkan penerapan Standard Operasional Procedure
misi organisasi publik mengenai pelayanan (SOP) terhadap semua kegiatan yang ada di
kepada masyarakat secara umum ke dalam BPP Kemendagri. Kemudian untuk
suatu pengukuran spesifik yang penerapan lebih lanjut, BPP Kemendagri
mencerminkan faktor-faktor penting bagi harus mampu mengimplementasikannya
masyarakat. menjadi budaya kerja.
Perhatian masyarakat terhadap c. Internal Business Process Perspective: What
organisasi cenderung tertuju pada empat Must We Excel at?
faktor penting yaitu time, quality, Pengukuran internal dalam balanced
performance and service, dan cost. Lead scorecard berasal dari proses bisnis yang
time mengukur waktu yang dibutuhkan oleh mempunyai pengaruh paling besar terhadap
organisasi publik untuk memenuhi kepuasan masyarakat (customer satisfaction)
kebutuhan masyarakat. Quality mengukur yaitu misalnya faktor-faktor yang
tingkat kegagalan pelayanan yang dirasakan mempengaruhi cycle time, quality, employee
dan dinilai sendiri oleh masyarakat. Quality skills, and productivity. Dalam Internal
juga dapat digunakan untuk mengukur on- Business Process Perspective ini, organisasi
time delivery, yaitu keakurasian dari publik dituntut untuk dapat mengidentifikasi
perkiraan penyelesaian layanan. Kombinasi proses bisnis internal mana yang penting dan
performance and service mengukur mengandung nilai-nilai yang diinginkan oleh
bagaimana pelayanan yang diberikan oleh pelanggan, yang harus dilakukan dengan
organisasi publik memberi kontribusi dalam sebaik-baiknya oleh organisasi publik.
penciptaan nilai bagi masyarakat. Untuk Di dalam perspektif ini balanced
memposisikan balanced scorecard di dalam scorecard akan memasukkan proses inovasi
lingkungan kerja, masyarakat harus yaitu suatu proses perancangan dan
menyatakan tujuan (goals) bagi time, pengembangan produk, dimana organisasi
quality, dan performance and service dan pemerintah/publik akan dimotivasi untuk
kemudian menerjemahkan tujuan tersebut ke mempunyai kemampuan bersaing jangka
dalam suatu sistem pengukuran yang panjang dalam rangka untuk memuaskan
spesifik. masyarakat di masa mendatang. Setelah
BPP Kemendagri perlu berinovasi, organisasi publik harus
menempatkan lembaganya agar lebih melakukan perbaikan pada proses
profesional. Dalam perspektif pandangan operasionalnya. Proses terakhir yang harus
customer-nya BPP Kemendagri adalah dilakukan oleh organisasi publik untuk
Menteri Dalam Negeri melalui komponen- memperbaiki proses bisnis internalnya
komponen di lingkungan Kementerian adalah mengukur proses pelayanannya.
Dalam Negeri. Sedangkan stakeholder-nya BPP Kemendagri adalah lembaga

196 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang kepuasan masyarakat tersebut terus menerus
spesifik. Spesifikasi ini diatur dalam berubah. Di dalam perspektif ini, organisasi
peraturan perundang-undangan, bahwa publik memandang tiga faktor utama yaitu
kelitbangan pemerintahan dalam negeri di aparat, sistem, dan prosedur organisasi.
lingkungan Kemendagri merupakan Ketiga faktor ini yang memegang peranan
kewenangan dan tanggung jawab BPP dalam pertumbuhan jangka panjang
Kemendagri. Spesifikasi ini merupakan perusahaan. Oleh sebab itu organisasi publik
kelebihan yang dimiliki BPP Kemendagri. harus melakukan investasi dalam ketiga
Dalam perspektif proses bisnis internal, BPP faktor di atas untuk menjamin tercapainya
Kemendagri harus memanfaatkan kelebihan tujuan organisasi publik.
yang dimilikinya menjadi sesuatu yang BPP Kemendagri perlu membangun
dapat memberikan kepuasan kepada user dan mengembangkan kapasitas
dan stakeholder. Untuk itu perlu organisasinya secara terus menerus.
dipertimbangkan faktor cycle time, quality, Indikator yang ada dalam pembangunan
employee skills, and productivity dari kapasitas (capacity building) yaitu tingkatan
kegiatan kelitbangan BPP Kemendagri. sumber daya manusia (aparat), tingkatan
Penerapan inovasi dalam kelembagaan dan tingkatan sistem, harus
melaksanakan kegiatan kelitbangan perlu selalu siap berubah, semakin hari menjadi
dilakukan secara terus menerus, sehingga semakin lebih baik, dapat menjawab
selalu ada perubahan yang posistif dan tantangan jaman, dan memenuhi tuntutan
menghasilkan perbaikan hasil kelitbangan. customer and stakeholder dan secara umum
Secara internal, BPP Kemendagri perlu kepada masyarakat.
melakukan terobosan inovatif terhadap Untuk menjaga kesinambungan
siklus waktu yang dibutuhkan dalam proses sumber daya manusia kelitbangan yang
kegiatan kelitbangan, dengan mencari dimiliki, harus ada kaderisasi yang
alternatif waktu yang lebih cepat dan lebih terprogram. Pembinaan karier dan
baik. profesional bagi sumber daya manusia
Perbaikan kualitas (quality) terhadap kelitbangan harus dijaga pelaksanaannya,
produk kelitbangan harus ada sentuhan dengan meningkatkan kapasitasnya dari
inovasi yang dilakukan BPP Kemendagri, mulai siklus rekruitmen sampai dengan
baik dari sisi proses, hasil ataupun dampak pengembangan profesionalitas sumber daya
yang dihasilkan produk kelitbangan. manusia kelitbangan secara
Disamping itu peningkatan kompetensi berkesinambungan. Dalam tataran sistem
sumber daya manusia kelitbangan harus harus ada interaksi yang saling bersinergi
ditingkatkan secara berkesinambungan. dari semua unit organisasi internal maupun
Langkah-langkah strategis dan terobosan pihak-pihak yang berkepentingan.
inovatif dalam mengembangkan Mekanisme prosedur organisasi harus
profesionalitas sumber daya manusia dilakukan penataan terus menerus terhadap
kelitbangan menjadi sebuah keharusan kelembagaan kelitbangan, baik secara
dalam perspektif bisnis internal BPP mendasar dalam tataran hukum maupun
Kemendagri. Kemudian semua produk yang implementasi pengorganisasiannya.
dihasilkan BPP Kemendagri harus 5. Sasaran
menghasilkan produk yang sesuai dengan Adapun sasaran yang akan dicapai
harapan user dan stakeholder. Bahkan dalam berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai
perspektif ini, dalam setiap produk berikut:
kelitbangan perlu diberikan sentuhan a. Untuk mencapai tujuan pada T1, maka sasaran
inovatif. Sehingga user and stakeholder yang ditetapkan yaitu:
tidak hanya menerima produk yang sesuai 1) Meningkatnya kualitas penyelenggaraan
harapan, tapi juga mendapatkan kepuasan tugas dan fungsi Pusat-Pusat Litbang di
yang lebih. lingkungan BPP Kemendagri.
d. Employee and Organization Capacity 2) Meningkatnya keterlibatan dan keikutsertaan
Perspective: Can We Continue to Improve BPP dalam perumusan kebijakan strategis
and Create Value? lingkup Kementerian Dalam Negeri.
Di dalam pengukuran yang berdasar b. Untuk mencapai tujuan pada T2, maka sasaran
pada perspektif pelanggan dan perspektif yang ditetapkan yaitu:
proses bisnis internal, balanced scorecard 1) Meningkatnya pemanfaatan hasil
mengidentifikasi parameter-parameter yang kelitbangan bagi perumusan kebijakan
dianggap paling penting oleh organisasi pemerintahan dalam negeri.
publik untuk dapat melayani masyarakat 2) Meningkatnya publikasi hasil-hasil
dengan baik. Tetapi sasaran untuk mencapai kelitbangan yang berkualitas.

Penerapan Balanced Scorecard untuk Badan Penelitian dan Pengembangan


Kementerian Dalam Negeri – Teguh Narutomo | 197
c. Untuk mencapai sasaran pada T3, maka sasaran Pada Umumnya” yang pada akhirnya “Menyediakan
yang ditetapkan yaitu: Aneka Pilihan Produk Kelitbangan”.
1) Meningkatnya kinerja pejabat struktural, 7. Ukuran & Target
pejabat Fungsional peneliti, Perekayasa dan Untuk setiap sasaran strategis, ada satu set
fungsional lainnya. ukuran dan target strategis. Ini dijabarkan dalam
2) Tersedianya SDM Struktural dan Pejabat rencana strategis BPP Kemendagri untuk setiap area
Fungsional Peneliti dan Perekayasa yang fokus (misi).
profesional dan berkualitas.
d. Untuk mencapai sasaran pada T4, maka sasaran PENUTUP
yang ditetapkan yaitu:
1) Meningkatnya hasil-hasil kelitbangan, Balanced scorecard adalah sebuah cara pandang
sebagai bahan kebijakan strategis lingkup baru bagaimana suatu organisasi akan dapat lebih baik
Kementerian Dalam Negeri. lagi dikelola. Balanced scorecard merupakan bagian
2) Meningkatnya koordinasi kegiatan dari sistem manajemen strategis, yang perlu
kelitbangan lingkup Kementerian Dalam dirumuskan oleh setiap organisasi, agar dapat mencapai
Negeri. visi dan misinya secara efektif. Balanced scorecard
e. Untuk mencapai sasaran pada T5, maka sasaran memberikan prosedur bagaimana tujuan organisasi
yang ditetapkan yaitu: dirinci ke dalam sasaran-sasaran dalam berbagai
1) Meningkatnya sinergitas program dan perspektif secara lengkap, dengan ukuran-ukuran yang
kegiatan kelitbangan melalui koordinasi dan jelas.
jejaring antara BPP Kemendagri dan Balanced scorecard merupakan mekanisme
Pemerintahan Daerah. untuk membuat organisasi, berfokus pada strategi,
2) Meningkatnya kerjasama penelitian dan karena penerapan balanced scorecard memungkinkan
pengembangan dengan berbagai lembaga semua unit dalam organisasi memberikan kontribusi
penelitian Kementerian/LPNK, pemerintah secara terukur pada pelaksanan strategi organisasi. Oleh
daerah, dan negara/ lembaga donor asing. karena itu balanced scorecard seyogyanya
f. Untuk mencapai sasaran pada T6, maka sasaran dikembangkan oleh setiap organisasi pemerintah untuk
yang ditetapkan yaitu: mempertajam perannya dalam menjalankan fungsi-
1) Meningkatnya peran lembaga litbang daerah fungsi pemerintahan, sehingga pencapaian tujuan
sebagai think tank penyelenggaraan menjadi lebih efektif. Disamping itu peran dari semua
pemerintahan dalam negeri. unit dalam organisasi pemerintah dapat dimaksimalkan
2) Meningkatnya kapasitas lembaga litbang kontribusinya.
daerah sebagai sumber data dan informasi BPP Kemendagri sebagai organisasi pemerintah
bagi penyelenggaraan pemerintahan dalam yang sedang mereformasi dan mereposisi
negeri. kelembagaannya, menjadi sangat strategis dalam
g. Untuk mencapai sasaran pada T7, maka sasaran memfungsikan perannya di lingkungan Kemendagri
yang ditetapkan yaitu: maupun pemerintahan dalam negeri. Penggunaan BSC
1) Meningkatnya kapasistas lembaga litbang menjadi sebuah kebutuhan, sebagai alternatif utama
daerah. mengingat tantangan peran strategis BPP Kemendagri
2) Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber ke depan.
daya kelitbangan daerah. Meskipun begitu, perumusan balanced
h. Untuk mencapai tujuan pada T8, maka sasaran scorecard bukan suatu pekerjaan sekali jadi, melainkan
yang ditetapkan yaitu: tugas yang harus dilakukan terus menerus, dengan
1) Meningkatnya kualitas perencanaan, setiap saat ada proses penyempurnaan dan yang
pelaksanaan, monitoring, evaluasi, fasilitasi, terpenting adalah ia dimanfaatkan untuk mencapai visi
kerjasama dalam menunjang tugas dan dan misi organisasi.
fungsi BPP.
2) Meningkatnya tertib administrasi DAFTAR PUSTAKA
kepegawaian, ketatausahaan, keuangan,
sarana dan prasarana perkantoran BPP. Anderson, L K., dan Horald M. Sollenberger. 1992.
6. Kaitan Managerial Accounting 8th Edition. Cincinnati,
Sasaran yang strategis harus saling dihubungkan Ohio: South Western Publishing.
dalam suatu hubungan sebab-akibat. . Jika BPP Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan. 2005.
Kemendagri memberikan karyawan dengan pelatihan Management Control Systems. 11th Edition.
yang perlu untuk “Mempromosikan Pembelajaran & Jakarta: Salemba Empat.
Pertumbuhan”, maka BPP Kemendagri akan dapat Astri, W.W. 2009. Laporan Akuntabilitas Kinerja
“Menyampaikan Produk Kelitbangan secara Pemerintah (LAKIP). http://gitacintanyawilis.
blogspot.com/2009/11/laporan-akuntabilitaskinerja
Kompetitif”. Ini akan mempengaruhi kemampuan
(diakses pada Oktober 2010).
organisasi itu untuk “Meningkatkan Produk
Baihaqi. 2006. Pilih Yang Mana: Six Sigma, Lean, TQM,
Kelitbangan bagi Kemendagri, Pemda dan Masyarakat ISO? Htpp://baihaqi/wordpress.com (diakses pada

198 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
Oktober 2010). Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba
Budiarti, Isniar. 2004. Balanced Scorecard sebagai Alat Empat.
Ukur Kinerja dan Alat Pengendali Sistem Munawir, S. 2008. Analisa Informasi Keuangan. Edisi
Manajemen Strategis. Majalah Ilmiah Unikom 6: Keempat. Yogyakarta: Liberty.
51-59. Natha, K.S. 2008. Total Quality Management sebagai
Darwanto, H. 2009. Balanced Scorecard untuk Organisasi Perangkat Manajemen Baru untuk Optimisasi.
Pemerintah. http://www.bappenas.go.id/node/48/ Buletin Studi Ekonomi 13 (1): 1-12
2294/balanced-scorecard-untukorganisasi- Niviari, N. 2008. Six Sigma, Balance Scorecard, dan
pemerintah (diakses pada Oktober 2010). Kaitannya dengan Audit Manajemen. Audit Jurnal
Edition, Thomson. Helmi, S. 2009. Rasio-Rasio keuangan Akuntansi dan Bisnis 3(1)
Perusahaan. http://shelmi. wordpress.com/2009/03/ Ostrenga, R. Michael; Terrence R. Ozan; Robert D. Mc.
04/rasio-E2%80%93-rasiokeuangan-perusahaan/ Ilhattan; dan Marcus D. Harwood. 1992. The
(diakses pada September 2010). Earnst And Young Guide To Total Cost
Hansen, Don R, dan Maryanne M. Mowen. 2005. Management. New York: John Wiley And Son.
Management Accounting.7th. Rahmawati, A.D., Suwitri, dan Maesaroh, 2006. Analisis
Horngren, Charles T., Walter T. Harrison Jr., dan Michael Kinerja Organisasi Publik dengan Metode
A. Robinson. 1994. Principles Of Financial And ”Balanced Scorecard". Dialog Jurnal Ilmu
Management Accounting. Englewood Cliffs, New Administrasi dan Kebijakan Publik 3(1):78-88.
Jersey: Prentice Hall International Inc. Raymond McLoad, Jr. Sistem Informasi Manajemen.
Hsieh, H.-F., dan S.E.Shannon. 2005. Three Approaches Jakarta: PT. Prenhallindo.
To Qualitativen Content Analysis. Qualitative Rivai, V. dan A. Fawzi, M.. Basri. 2004. Performance
Health Research, 15(9): 1277-1288. Appraisal: Sistem yang Tepat untuk Menilai
Ikopin. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing
Kinerja Karyawan. http://one.indoskripsi.com. Perusahaan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
(diakses pada November 2010). Robbins, S.P. 1997. Perilaku Organisasi: Konsep
Imelda, R.H.N. 2004. Implementasi Balanced Scorecard Kontroversi dan Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia.
pada Organisasi Publik. Jurnal Akuntansi dan Jakarta: Prenhallindo.
Keuangan 6(2): 106-122. Ross, Westerfeld, Jordan. 2009. Pengantar Keuangan
Johannes. 2005. Balanced Scorecard Konsep dan Perusahaan. Corporaten Finace Fundamentals.
Implementasi sebagai Strategi Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Unpublish Sony Yuwono, et.al. 2003. Petunjuk Praktis Penyusunan
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 1996. The Balanced Scorecard.
Balanced Scorecard: Translating Strategy Into Suharsono, E.G. 2005. Kerangka Balance Scorecard
Action. Harvard Business School Press: 150-161 dalam Menciptakan Keunggulan Bersaing Bagi
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 1996. Using The Perusahaan. Unpublished
Balanced Scorecard As A Strategic Management Sulastri, A. 2003. Penerapan Balanced Scorecard sebagai
System. Harvard Business Review. Sistem Penilaian Kinerja Pada Rumah Sakit Islam
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 1992. The Surakarta Skripsi, Unpublished, Fakultas Ekonomi
Balanced Scorecard -Measures That Drive Universitas Sebelas Maret
Performance, Harvard Business Review: 71-79. Timpe, A.D. 1993. Kinerja. Cetakan Kedua. Jakarta: PT.
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 1993. Putting The Gramedia Asri Media.
Balanced Scorecard To Work. Harvard Business Vincent Gaspersz. 2002. Sistem Manajemen Kinerja
Review. Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six
Killough, Larry N. dan Wayne E. Leininger. 1994. Cost Sigma.
Accounting: For Managerial Decision Making. 1st Weygandt, Jerry J.; Donald E. Kieso; dan Terry D. 2007.
Edition California: Dickenson Publishing Waffield, Intermediate Accounting. 12th Canada:
Company Inc. Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Maciariello, Joseph A. 1991. Management Control System. Widjaja T., Amin. 2002. Memahami Balanced Scorecard.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Wild, John J; K.R. Subranyaman; dan Robert F Halsey,
International Inc. 2005. Financial Statement Analysis. Jakarta:
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Salemba Empat.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Yuli. 2006. TQM, Six Sigma dan Balanced Scorecard
Mangkuprawira. 2009. Komitmen Karyawan dan Budaya http://kucingmeong.multiply.com (diakses pada
Kerja. http://ronawajah.wordpress. com (diakses November 2010).
pada Januari 2010).
Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Milkovitch, George T. dan John W. Boudreau. 1994.
Human Resource Management. 6th Edition,
Homewood, Illinois: Richard D. Irwin Inc.
Mulyadi dan Setyawan, J. 2001. Sistem Perencanaan dan
Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipatgandaan

Penerapan Balanced Scorecard untuk Badan Penelitian dan Pengembangan


Kementerian Dalam Negeri – Teguh Narutomo | 199
200 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200

Anda mungkin juga menyukai