Teguh Narutomo
Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesatuan Bangsa, Politik dan Otonomi Daerah
Badan Penelitian dan Pengembangan (BPP) Kementerian Dalam Negeri
Jalan Kramat Raya No. 132, Senen – Jakarta Pusat
e-mail: narutomo_litbang@yahoo.com
Diterima: 16 Juli 2012; direvisi: 23 Juli 2012; disetujui: 10 Agustus 2012
Abstrak
Balance Scorecard dapat menuntun manajemen dan anggota organisasi dalam menterjemahkan visi, misi
serta strategi organisasi ke dalam tindakan yang nyata. Dalam Balanced Scorecard, pengukuran kinerja
dilihat dari 4 perspektif yaitu Customer and Stakeholder Perspective, Financial Perspective, Employees and
Organization Capacity Perspective, dan Internal Bussiness Process Perspective. Pengukuran kinerja dengan
pendekatan Balanced Scorecard tidak terbatas digunakan pada organisasi swasta melainkan juga bisa
diterapkan pada organisasi sektor publik. Tulisan ini menguraikan tentang perlunya Balanced Scorecard
untuk organisasi pemerintah dan peluangnya apabila digunakan di Badan Penelitian dan Pengembangan
(BPP) Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) berdasarkan beberapa analisis dan hasil penelitian yang
pernah dilakukan.
Kata kunci: penilaian kinerja, pemerintah, balanced scorecard,BPP Kemendagri.
Abstract
Balance Scorecard to guide the management and members of the organization in translating the vision,
mission and strategy of the organization into the real action. In the Balanced Scorecard performance
measurement viewed from four perspectives, namely Customer and Stakeholder Perspective, Financial
Perspective, Employees and Organization Capacity Perspective and Bussiness Internal Process Perspective.
Measuring the performance of the Balanced Scorecard approach is not limited to use in private
organizations but also can be applied to public sector organizations. This paper describes the need for
Balanced Scorecard for government organizations and opportunities when used in BPP Kemendagri based
on some analysis and results of studies that have been conducted
Keywords: performance appraisal, government, balanced scorecard, BPP Kemendagri.
190 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
1. Menerjemahkan sistem manajemen strategi Kinerja Instansi Pemerintah, Undang-Undang No. 25
berbasis balanced scorecard ke dalam tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Surat Menteri
terminologi operasional sehingga semua orang Negara PAN Nomor B/1301/M.PAN/04/2009 Perihal
dapat memahami Kebijakan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Tahun 2009,
2. Menghubungkan dan menyelaraskan organisasi dan Peraturan MENPAN dan Reformasi Birokrasi
dengan strategi itu. Ini untuk memberikan arah Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penilaian
dari eksekutif kepada staf garis depan Kinerja Unit Pelayanan Publik.
3. Membuat strategi merupakan pekerjaan bagi Pengukuran kinerja organisasi publik
semua orang melalui kontribusi setiap orang merupakan suatu alat perencanaan dan sistem
dalam implementasi strategis pengendalian manajemen yang bertujuan untuk
4. Membuat strategi suatu proses terus menerus membantu manajer publik menilai pencapaian suatu
melalui pembelajaran dan adaptasi organisasi dan strategi melalui alat ukur finansial dan non finansial.
5. Melaksanakan agenda perubahan oleh eksekutif Pengukuran kinerja sector publik dilakukan untuk
guna memobilisasi perubahan. memenuhi tiga maksud. Pertama, pengukuran kinerja
Kinerja merujuk pada hasil yang dapat sektor publik dimaksudkan untuk memperbaiki kinerja
diselesaikan oleh seorang karyawan dalam periode pemerintah. Ukuran kinerja dimaksudkan untuk dapat
waktu tertentu. Kinerja juga merujuk pada perilaku membantu pemerintah berfokus pada tujuan dan
karyawan dalam bekerja. Hersey dan Blanchard (1993) sasaran program unit kerja. Kedua, ukuran kinerja
mendefinisikan kinerja sebagai suatu fungsi dari sektor publik digunakan untuk pengalokasian sumber
motivasi dan kemampuan seseorang untuk daya dan pembuatan keputusan. Ketiga, ukuran kinerja
menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Kinerja adalah sektor publik dimaksudkan untuk mewujudkan
hasil seseorang secara keseluruhan selama periode pertanggungjawaban publik dan memperbaiki
tertentu di dalam melaksanakan tugas, seperti standar komunikasi pelanggan.
hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah Sebagian besar organisasi publik telah
ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama menyadari kebutuhan akan pengukuran kinerja dalam
(Rivai dan Basri, 2004). instansinya (‘bottom-line’ performance). Namun
Sejalan dengan definisi-definisi sebelumnya, pengukuran tersebut masih dilakukan dengan
Robbins (1997) menggambarkan kinerja sebagai fungsi menggunakan sistem tradisional, yaitu pengukuran
interaksi antara kemampuan (ability), motivasi pencapaian finansial yang didasarkan pada pelaporan
(motivation) dan kesempatan (opportunity). Kinerja keuangan. Padahal, menurut Mulyadi dan Setyawan
seorang karyawan merupakan hal yang bersifat (1999), ukuran keuangan tidak dapat menggambarkan
individual karena setiap karyawan mempunyai tingkat kondisi riil perusahaan di masa lalu dan tidak mampu
kemampuan yang berbeda dalam melaksanakan menjadi pedoman bagi suatu organisasi ke arah yang
tugasnya. Keberhasilan kinerja seseorang diukur dari lebih baik, serta hanya berorientasi jangka pendek. Jadi,
sejauh mana ia dapat mencapai tujuan yang ditetapkan sistem pengukuran kinerja finansial organisasi publik
baginya. Ikopin (2008) juga menyatakan bahwa ini lebih dirancang untuk memenuhi kebutuhan
pengukuran kinerja karyawan identik dengan apakah shareholders, daripada untuk menyediakan informasi
karyawan mampu melaksanakan tugasnya dengan baik. dalam membantu pengelolaan suatu organisasi.
Artinya, karyawan memiliki tanggung jawab, mampu Suatu sistem pengukuran kinerja organisasi
melaksanakan pekerjaannya tepat waktu dan dapat publik yang seimbang harus dapat meningkatkan
mencapai target yang telah ditentukan. perhatian dan kesejajaran, mempermudah komunikasi,
Definisi tersebut sejalan dengan apa yang dan menyiapkan suatu visi yang jauh ke depan (a
tercantum dalam Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun forward-looking vision), sehingga semua orang dapat
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah termotivasi untuk mengubah perilaku mereka agar
yang menguraikan bahwa Akuntabilitas Kinerja adalah sejalan dengan tujuan organisasi publik. Suatu sistem
perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk pengukuran yang baik haruslah menyeluruh atau
mempertanggungjawabkan keberhasilan/kegagalan komprehensif, termasuk pengukuran-pengukuran
pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan- penting dari seluruh bidang operasional maupun dari
tujuan dan sasaran-sasaran yang telah ditetapkan semua jenis pengukuran. Sistem tersebut juga harus
melalui alat pertanggungjawaban secara periodik. termasuk pengukuran-pengukuran finansial maupun
Demikian pula yang dicantumkan pada Keputusan non finansial, indikator-indikator dari hasil di masa
Kepala Lembaga Administrasi Negara Tanggal 25 lampau dan prediktor-prediktor dari kinerja di masa
Maret 2003 Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan datang, dan pengukuran-pengukuran yang mencakup
Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja faktor waktu, biaya dan kualitas.
Instansi Pemerintah, Undang-Undang Nomor 32 Tahun Parayudha (2009) menyatakan bahwa desain
2004 tentang Pemerintahan Daerah, Surat Keputusan balanced scorecard mampu meningkatkan manajemen
MENPAN Nomor KEP-135/M.PAN/2004 tentang strategis dan tata kelola dalam organisasi publik.
Pedoman Umum Evaluasi Laporan Akuntabilitas Balanced scorecard dapat menciptakan perilaku
Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Pemerintah manajemen umum yang lebih baik melalui persamaan
Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan yang kuat antara pendekatan yang diusulkan dan desain
192 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
dibanding dengan total keuntungan yang didapat, langsung dengan wajib pajak. KPP sangat menentukan
retensi pasien mengalami penurunan yang kemudian baik buruknya citra Direktorat Jendral Pajak dimata
meningkat, dalam proses internal bisnis menunjukkan masyarakat. Penelitian yang dilakukan terhadap KPP
adanya peningkatan jasa pelayanan yang efisien dan Klaten melalui empat pespektif Balanced scorecard
efektif. diperoleh kesimpulan bahwa efektifitas organisasi
Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran ternyata dapat tercapai.
terdapat peningkatan produktivitas karyawan, retensi
karyawan juga meningkat. Zakir (2006), melakukan Contoh Penerapan Balanced Scorecard di Kota
penelitian yang berkaitan dengan balanced scorecard Charlotte (AS)
dengan judul “Pengukuran dengan Pendekatan Berikut ini adalah konsep BSC yang diterapkan
Balanced Scorecard (Studi kasus PT. Bank BPD Jawa pada kota Charlotte (AS) sebagai organisasi
Tengah) menunjukkan bahwa pada perspektif keuangan pemerintah. Ada tujuh komponen dalam BSC Kota
mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, Charlotte, yaitu: visi, tema strategis (atau area fokus),
perspektif pelanggan terlihat dari kurang optimalnya prinsip strategis, perspektif, sasaran, kaitan, dan ukuran
pencapaian pelanggan baru selama 3 tahun dan & target.
mengalami penurunan yaitu berawal pada tahun 2002, 1. Visi: Visi Kota Charlotte secara singkat adalah
tahun 2003 angka persentase akuisisi pelanggan untuk menjadi “pilihan masyarakat untuk hidup,
(pelanggan baru) mengalami penurunan sebesar bekerja dan berekreasi”.
25,76% jika dibandingkan dengan tahun 2002, dan 2. Tema strategis atau area fokus: Dewan Kota
selanjutnya mengalami penurunan yang signifikan pada menetapkan lima tema strategis atau area fokus
tahun 2004 yang mencapai 64,71%. perspektif bisnis sebagai strategi untuk mencapai visi kota:
internal berhasil melakukan efisiensi biaya operasional ketenteraman warga (community safety),
mampu meningkatkan pendapatan produk. Perspektif kemandirian kota (city-within-city), kemajuan
pembelajaran dan pertumbuhan terlihat dari hasil ekonomi (economic development), tranportasi
survey menunjukkan kepuasan karyawan dalam (transportation) dan mereformasi birokrasi
kategori cukup puas. Sehingga hasil penelitian tersebut (restructuring government).
menyebutkan bahwa selama tahun 2002-2004 beberapa 3. Prinsip strategis: Penerapan prinsip strategis
kinerja belum baik atau belum mampu mencapai target adalah untuk membantu memastikan bahwa kota
yang telah ditetapkan. Charlotte akan menjadi pilihan masyarakat. Ada
Darwanto (2009) menyatakan bahwa balanced delapan prinsip strategis yang ditetapkan dan
scorecard membuat organisasi, termasuk organisasi disebut Prinsip Pertumbuhan Cerdas (Smart
publik, berfokus pada strategi, karena penerapan Growth Principles), yaitu:
balanced scorecard memungkinkan semua unit dalam a. Mempertahankan kapasitas perencanaan
organisasi memberikan kontribusi secara terukur pada penggunaan lahan
pelaksanan strategi organisasi. Balanced scorecard b. Mengupayakan keputusan penggunaan
seyogyanya dikembangkan oleh setiap organisasi lahan yang efektif
pemerintah untuk mempertajam perannya dalam c. Memperkuat masyarakat melalui lingkungan
menjalankan fungsi-fungsi pemerintahan, sehingga yang sehat
membedakannya dengan organisasi pemerintah lain. d. Merancang kota untuk mendukung
Tugas pengawasan oleh DPR terhadap pemerintah akan kehidupan yang harmonis
dipermudah jika instansi pemerintah memiliki strategi e. Melindungi lingkungan
berbasis balanced scorecard. Perumusan balanced f. Memperluas aneka pilihan transportasi
scorecard bukan suatu pekerjaan sekali jadi, melainkan g. Menggunakan investasi publik sebagai
tugas yang terus menerus, dengan setiap saat ada proses katalisator untuk mencapai hasil yang
penyempurnaan dan yang terpenting adalah ia diinginkan
dimanfaatkan untuk mencapai visi dan misi organisasi. 4. Perspektif: Dengan penekanan pada
Organisasi sektor publik yang digunakan dalam "keseimbangan", balanced scorecard Kota
penelitian Fitria (2008) adalah Direktorat Jendral Pajak. Charlotte menggunakan empat perspektif untuk
Direktorat Jendral Pajak sebagai instansi pemerintah menjawab kebutuhan pelayanan yang diinginkan
dibawah Departemen Keuangan memiliki visi oleh masyarakat.
“Menjadi Model Pelayanan Masyarakat yang a. Perspektif Pelanggan: Melayani pelanggan.
Menyelenggarakan Sistem dan Manajemen Perpajakan Manajer kota harus mengetahui apakah
Kelas Dunia dan Dibanggakan Masyarakat”. Untuk pemerintah kota betul-betul memenuhi
mengimplemen-tasikan visi tersebut, Direktorat Jendral kebutuhan masyarakat. Mereka harus
Pajak menjabarkan beberapa misinya ke dalam misi menjawab pertanyaan: Apakah organisasi
fiskal, misi ekonomi misi politik dan misi kelembagaan. menyediakan apa yang diinginkan oleh
Dalam menjalankan tugas dan wewenangnya di daerah, masyarakat?
Direktorat Jendral Pajak memiliki unit pelaksana, yaitu b. Perspektif Proses Internal: Menyediakan
Kantor Pelayanan Pajak (KPP). KPP merupakan ujung pelayanan secara kompetitif.
tombak Direktorat Jendral Pajak yang berhubungan
194 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
e. Memantapkan kelembagaan dan ketata- memberikan pelayanan yang efektif pada
laksanaan Badan Penelitian dan masyarakat dengan biaya jasa yang murah.
Pengembangan Kementerian Dalam Negeri Menurut Kaplan dan Norton, siklus
dan Pemerintahan daerah. bisnis terbagi 3 tahap, yaitu: bertumbuh
3. Prinsip strategis (growth), bertahan (sustain), dan menuai
Prinsip strategis BPP Kemendagri (harvest), di mana setiap tahap dalam siklus
sehubungan dengan telah ditetapkannya misi BPP tersebut mempunyai tujuan finansial yang
Kemendagri di atas, maka telah ditetapkan tujuan berbeda. Growth merupakan tahap awal
sebagai penjabaran dari misi adalah sebagai dalam siklus. Pada tahap ini diharapkan
berikut: kinerja organisasi pemerintah memiliki
a. Meningkatkan kualitas kebijakan produk yang dirasa sangat potensial dan
Kementerian Dalam Negeri di bidang meningkatkan layanan, membangun serta
pemerintahan dalam negeri (T1). mengembangkan fasilitas yang menunjang
b. Meningkatkan pendayagunaan hasil-hasil produksi, investasi pada sistem, infrastruktur
penelitian dan pengembangan (T2). dan jaringan distribusi yang akan
c. Meningkatkan kemampuan profesionalitas mendukung terbentuknya hubungan kerja
SDM Struktural, Peneliti, Perekayasa, secara menyeluruh dalam mengembangkan
Fungsional Khusus Lainnya, dan Fungsional hubungan yang baik dengan pihak yang
Umum di lingkungan Kementerian Dalam berkepentingan. Secara keseluruhan tujuan
Negeri dan Pemerintahan Daerah (T3). finansial pada tahap ini adalah mengukur
d. Mengoptimalkan peran BPP dalam persentase tingkat pertumbuhan pendapatan
melaksanakan dan mengkoordinasikan atau investasi, dan tingkat pertumbuhan
kegiatan penelitian, pengkajian, dan produk dari organisasi.
pengembangan di lingkungan Kementerian Tahap selanjutnya adalah sustain
Dalam Negeri (T4). (bertahan), di mana pada tahap ini timbul
e. Mewujudkan kerjasama penelitian dan pertanyaan mengenai akan ditariknya
pengembangan dengan berbagai lembaga investasi atau melakukan investasi kembali
penelitian Kementerian/LPNK, dengan mempertimbangkan tingkat
pemerintahan daerah, dan negara/lembaga pengembalian yang mereka investasikan.
donor asing (T5). Pada tahap ini tujuan finansial yang hendak
f. Mengoptimalkan peran dan fungsi dicapai adalah untuk memperoleh
kelembagaan penelitian dan pengembangan keuntungan. Berikutnya suatu usaha akan
daerah dalam peningkatan kualitas kebijakan mengalami suatu tahap yang dinamakan
pemerintahan dalam negeri (T6). harvest (menuai), di mana suatu organisasi
g. Mendorong penguatan kelembagaan, atau badan usaha akan berusaha untuk
perbaikan substansi program dan mempertahankan bisnisnya. Tujuan finansial
peningkatan kualitas sumber daya penelitian dari tahap ini adalah untuk untuk
dan pengembangan daerah (T7). meningkatkan aliran kas dan mengurangi
h. Meningkatkan dukungan manajemen dan aliran dana.
dukungan pelayanan teknis lainnya dalam Dalam konteks perspektif finansial
rangka menunjang tugas pokok dan fungsi untuk BPP Kemendagri, kinerja dapat
BPP (T8). diukur dengan menggunakan analisis
4. Perspektif realisasi anggaran, tingkat efisiensi dan
a. Financial Perspective: How Do We Look To efektifitas penggunaan anggaran, dan
Stakeholders? analisis vertikal. Implementasinya dengan
Pengukuran kinerja organisasi publik melakukan langkah atau tahapan yang
dari perspektif finansial di dalam balanced ditempuh melalui tahapan tumbuh (growth)
scorecard masih tetap dipertahankan, karena lebih dahulu. Dalam tahapan tumbuh ini,
pengukuran kinerja keuangan sangat kinerja BPP Kemendagri harus melahirkan
berharga di dalam menyarikan konsekuensi- produk kelitbangan yang potensial. Untuk
konsekuensi ekonomis yang dapat diukur mendapatkan produk tersebut maka BPP
dari tindakan-tindakan yang telah diambil Kemendagri harus melakukan program
oleh organisasi publik. Pengukuran kinerja investasi organisasi dengan menata
keuangan menunjukkan apakah strategi komponen organisasi baik sumber daya
suatu organisasi publik, penerapan, dan manusia, struktur, tata laksana maupun
pelaksanaannya telah dapat memberikan sarana dan prasarana organisasi. Dalam
kontribusi yang berarti bagi perbaikan- tahap ini BPP Kemendagri harus dapat
perbaikan yang mendasar (bottom-line mengukur persentase tingkat pertumbuhan
improvement). Selain itu, perspektif finansial pendapatan atau investasi dan tingkat
dalam organisasi publik bertujuan untuk pertumbuhan produk dari organisasi.
196 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
yang memiliki tugas pokok dan fungsi yang kepuasan masyarakat tersebut terus menerus
spesifik. Spesifikasi ini diatur dalam berubah. Di dalam perspektif ini, organisasi
peraturan perundang-undangan, bahwa publik memandang tiga faktor utama yaitu
kelitbangan pemerintahan dalam negeri di aparat, sistem, dan prosedur organisasi.
lingkungan Kemendagri merupakan Ketiga faktor ini yang memegang peranan
kewenangan dan tanggung jawab BPP dalam pertumbuhan jangka panjang
Kemendagri. Spesifikasi ini merupakan perusahaan. Oleh sebab itu organisasi publik
kelebihan yang dimiliki BPP Kemendagri. harus melakukan investasi dalam ketiga
Dalam perspektif proses bisnis internal, BPP faktor di atas untuk menjamin tercapainya
Kemendagri harus memanfaatkan kelebihan tujuan organisasi publik.
yang dimilikinya menjadi sesuatu yang BPP Kemendagri perlu membangun
dapat memberikan kepuasan kepada user dan mengembangkan kapasitas
dan stakeholder. Untuk itu perlu organisasinya secara terus menerus.
dipertimbangkan faktor cycle time, quality, Indikator yang ada dalam pembangunan
employee skills, and productivity dari kapasitas (capacity building) yaitu tingkatan
kegiatan kelitbangan BPP Kemendagri. sumber daya manusia (aparat), tingkatan
Penerapan inovasi dalam kelembagaan dan tingkatan sistem, harus
melaksanakan kegiatan kelitbangan perlu selalu siap berubah, semakin hari menjadi
dilakukan secara terus menerus, sehingga semakin lebih baik, dapat menjawab
selalu ada perubahan yang posistif dan tantangan jaman, dan memenuhi tuntutan
menghasilkan perbaikan hasil kelitbangan. customer and stakeholder dan secara umum
Secara internal, BPP Kemendagri perlu kepada masyarakat.
melakukan terobosan inovatif terhadap Untuk menjaga kesinambungan
siklus waktu yang dibutuhkan dalam proses sumber daya manusia kelitbangan yang
kegiatan kelitbangan, dengan mencari dimiliki, harus ada kaderisasi yang
alternatif waktu yang lebih cepat dan lebih terprogram. Pembinaan karier dan
baik. profesional bagi sumber daya manusia
Perbaikan kualitas (quality) terhadap kelitbangan harus dijaga pelaksanaannya,
produk kelitbangan harus ada sentuhan dengan meningkatkan kapasitasnya dari
inovasi yang dilakukan BPP Kemendagri, mulai siklus rekruitmen sampai dengan
baik dari sisi proses, hasil ataupun dampak pengembangan profesionalitas sumber daya
yang dihasilkan produk kelitbangan. manusia kelitbangan secara
Disamping itu peningkatan kompetensi berkesinambungan. Dalam tataran sistem
sumber daya manusia kelitbangan harus harus ada interaksi yang saling bersinergi
ditingkatkan secara berkesinambungan. dari semua unit organisasi internal maupun
Langkah-langkah strategis dan terobosan pihak-pihak yang berkepentingan.
inovatif dalam mengembangkan Mekanisme prosedur organisasi harus
profesionalitas sumber daya manusia dilakukan penataan terus menerus terhadap
kelitbangan menjadi sebuah keharusan kelembagaan kelitbangan, baik secara
dalam perspektif bisnis internal BPP mendasar dalam tataran hukum maupun
Kemendagri. Kemudian semua produk yang implementasi pengorganisasiannya.
dihasilkan BPP Kemendagri harus 5. Sasaran
menghasilkan produk yang sesuai dengan Adapun sasaran yang akan dicapai
harapan user dan stakeholder. Bahkan dalam berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan adalah sebagai
perspektif ini, dalam setiap produk berikut:
kelitbangan perlu diberikan sentuhan a. Untuk mencapai tujuan pada T1, maka sasaran
inovatif. Sehingga user and stakeholder yang ditetapkan yaitu:
tidak hanya menerima produk yang sesuai 1) Meningkatnya kualitas penyelenggaraan
harapan, tapi juga mendapatkan kepuasan tugas dan fungsi Pusat-Pusat Litbang di
yang lebih. lingkungan BPP Kemendagri.
d. Employee and Organization Capacity 2) Meningkatnya keterlibatan dan keikutsertaan
Perspective: Can We Continue to Improve BPP dalam perumusan kebijakan strategis
and Create Value? lingkup Kementerian Dalam Negeri.
Di dalam pengukuran yang berdasar b. Untuk mencapai tujuan pada T2, maka sasaran
pada perspektif pelanggan dan perspektif yang ditetapkan yaitu:
proses bisnis internal, balanced scorecard 1) Meningkatnya pemanfaatan hasil
mengidentifikasi parameter-parameter yang kelitbangan bagi perumusan kebijakan
dianggap paling penting oleh organisasi pemerintahan dalam negeri.
publik untuk dapat melayani masyarakat 2) Meningkatnya publikasi hasil-hasil
dengan baik. Tetapi sasaran untuk mencapai kelitbangan yang berkualitas.
198 | Jurnal Bina Praja | Volume 4 No. 3 September 2012 | 189 – 200
Oktober 2010). Kinerja Keuangan Perusahaan. Jakarta: Salemba
Budiarti, Isniar. 2004. Balanced Scorecard sebagai Alat Empat.
Ukur Kinerja dan Alat Pengendali Sistem Munawir, S. 2008. Analisa Informasi Keuangan. Edisi
Manajemen Strategis. Majalah Ilmiah Unikom 6: Keempat. Yogyakarta: Liberty.
51-59. Natha, K.S. 2008. Total Quality Management sebagai
Darwanto, H. 2009. Balanced Scorecard untuk Organisasi Perangkat Manajemen Baru untuk Optimisasi.
Pemerintah. http://www.bappenas.go.id/node/48/ Buletin Studi Ekonomi 13 (1): 1-12
2294/balanced-scorecard-untukorganisasi- Niviari, N. 2008. Six Sigma, Balance Scorecard, dan
pemerintah (diakses pada Oktober 2010). Kaitannya dengan Audit Manajemen. Audit Jurnal
Edition, Thomson. Helmi, S. 2009. Rasio-Rasio keuangan Akuntansi dan Bisnis 3(1)
Perusahaan. http://shelmi. wordpress.com/2009/03/ Ostrenga, R. Michael; Terrence R. Ozan; Robert D. Mc.
04/rasio-E2%80%93-rasiokeuangan-perusahaan/ Ilhattan; dan Marcus D. Harwood. 1992. The
(diakses pada September 2010). Earnst And Young Guide To Total Cost
Hansen, Don R, dan Maryanne M. Mowen. 2005. Management. New York: John Wiley And Son.
Management Accounting.7th. Rahmawati, A.D., Suwitri, dan Maesaroh, 2006. Analisis
Horngren, Charles T., Walter T. Harrison Jr., dan Michael Kinerja Organisasi Publik dengan Metode
A. Robinson. 1994. Principles Of Financial And ”Balanced Scorecard". Dialog Jurnal Ilmu
Management Accounting. Englewood Cliffs, New Administrasi dan Kebijakan Publik 3(1):78-88.
Jersey: Prentice Hall International Inc. Raymond McLoad, Jr. Sistem Informasi Manajemen.
Hsieh, H.-F., dan S.E.Shannon. 2005. Three Approaches Jakarta: PT. Prenhallindo.
To Qualitativen Content Analysis. Qualitative Rivai, V. dan A. Fawzi, M.. Basri. 2004. Performance
Health Research, 15(9): 1277-1288. Appraisal: Sistem yang Tepat untuk Menilai
Ikopin. 2008. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan dan Meningkatkan Daya Saing
Kinerja Karyawan. http://one.indoskripsi.com. Perusahaan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
(diakses pada November 2010). Robbins, S.P. 1997. Perilaku Organisasi: Konsep
Imelda, R.H.N. 2004. Implementasi Balanced Scorecard Kontroversi dan Aplikasi. Edisi Bahasa Indonesia.
pada Organisasi Publik. Jurnal Akuntansi dan Jakarta: Prenhallindo.
Keuangan 6(2): 106-122. Ross, Westerfeld, Jordan. 2009. Pengantar Keuangan
Johannes. 2005. Balanced Scorecard Konsep dan Perusahaan. Corporaten Finace Fundamentals.
Implementasi sebagai Strategi Perusahaan. Jakarta: Salemba Empat.
Unpublish Sony Yuwono, et.al. 2003. Petunjuk Praktis Penyusunan
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 1996. The Balanced Scorecard.
Balanced Scorecard: Translating Strategy Into Suharsono, E.G. 2005. Kerangka Balance Scorecard
Action. Harvard Business School Press: 150-161 dalam Menciptakan Keunggulan Bersaing Bagi
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton, 1996. Using The Perusahaan. Unpublished
Balanced Scorecard As A Strategic Management Sulastri, A. 2003. Penerapan Balanced Scorecard sebagai
System. Harvard Business Review. Sistem Penilaian Kinerja Pada Rumah Sakit Islam
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 1992. The Surakarta Skripsi, Unpublished, Fakultas Ekonomi
Balanced Scorecard -Measures That Drive Universitas Sebelas Maret
Performance, Harvard Business Review: 71-79. Timpe, A.D. 1993. Kinerja. Cetakan Kedua. Jakarta: PT.
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 1993. Putting The Gramedia Asri Media.
Balanced Scorecard To Work. Harvard Business Vincent Gaspersz. 2002. Sistem Manajemen Kinerja
Review. Terintegrasi Balanced Scorecard dengan Six
Killough, Larry N. dan Wayne E. Leininger. 1994. Cost Sigma.
Accounting: For Managerial Decision Making. 1st Weygandt, Jerry J.; Donald E. Kieso; dan Terry D. 2007.
Edition California: Dickenson Publishing Waffield, Intermediate Accounting. 12th Canada:
Company Inc. Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Maciariello, Joseph A. 1991. Management Control System. Widjaja T., Amin. 2002. Memahami Balanced Scorecard.
Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Wild, John J; K.R. Subranyaman; dan Robert F Halsey,
International Inc. 2005. Financial Statement Analysis. Jakarta:
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Salemba Empat.
Yogyakarta: UPP STIM YKPN. Yuli. 2006. TQM, Six Sigma dan Balanced Scorecard
Mangkuprawira. 2009. Komitmen Karyawan dan Budaya http://kucingmeong.multiply.com (diakses pada
Kerja. http://ronawajah.wordpress. com (diakses November 2010).
pada Januari 2010).
Mathis, Robert L. dan John H. Jackson. 2001. Manajemen
Sumber Daya Manusia. Edisi 1. Jakarta: Salemba
Empat.
Milkovitch, George T. dan John W. Boudreau. 1994.
Human Resource Management. 6th Edition,
Homewood, Illinois: Richard D. Irwin Inc.
Mulyadi dan Setyawan, J. 2001. Sistem Perencanaan dan
Pengendalian Manajemen: Sistem Pelipatgandaan