Anda di halaman 1dari 11

TANGGAPAN ATAS

“KEBIJAKAN MAKRO PRUDENSIAL DI INDONESIA”

PAIDI HIDAYAT, S.E., M.Si


WAKIL DEKAN III - FAKULTAS EKONOMI & BISNIS USU
Kebijakan Makro Prudensial di Indonesia

1. Selamat atas peluncuran buku “Kebijakan Makroprudensial di Indonesia: Konsep, Kerangka dan Implementasi”
2. Dari sisi akademik, buku ini sangat menarik untuk dibaca dalam memahami kebijakan makroprudensial serta
peranan BI dalam mendukung stabilitas sistem keuangan dan ini memberikan kontribusi yang sangat besar
dalam pembelajaran khususnya pembelajaran dengan basis pembelajaran implementasi di Indonesia
3. Meskipun buku ini relatif dikatakan sebagai sebuah buku dasar yang menjelaskan konsep, kerangka dan
implementasi kebijakan makro, tetapi memang buku ini sedikit sulit dibaca oleh pemula dalam pembahasan
buku ekonomi
KRISIS EKONOMI DI INDONESIA
Krisis Moneter 1998
Bank Runs – Masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap
sektor perbankan dan memindahkan seluruh dana miliknya
ke tempat yang dirasakan lebih aman

Masyarakat yang memiliki kelebihan dana kehilangan


kepercayaan kepada lembaga keuangan sehingga supply untuk 1
keuangan menjadi semakin rendah
Di sisi lain lembaga keuangan juga menjadi ‘enggan’ untuk
menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman karena 2
khawatir akan muncul masalah kredit macet
Sektor usaha sulit memperoleh dana untuk keperluan Permasalahan Ekonomi
likuiditas dan operasional usaha 3

Kelangsungan usaha terancam dan potensial meningkatkan


pengangguran 4
KRISIS EKONOMI DI INDONESIA

Mikroprudensial
Kebijakan yang fokus dalam mempengarhui institusi secara
individual sehingga hanya berkaitan dengan risiko-risiko
individual pula
Krisis 2008

! Kebijakan yang ada belum


Fokusnya pada sustainable employmennt, stabilitas harga, cukup untuk menjaga
dan moderate term interest rates yang memiliki keterkaitan stabilitas keuangan dan
dengan stabilitas namun kurang kuat mengatur stabilitas ekonomi Indonesia secara
tersebut menyeluruh

Kebijakan Moneter Negara Maju dan Berkembang mulai mengadaptasikan


kebijakan Makroprudensial untuk menjaga stabilitas
keuangan
Keunggulan Kebijakan Makroprudensial
Kebijakan Makroprudensial
1. Instrumen dari kebijakan makroprudensial bersifat lebih fleksibel dibanding kebijakan fiskal serta memiliki
kecepatan implementasi yang lebih baik
2. Instrumen makroprudensial dapat disesuaikan untuk risiko tertentu atau sektor spesifik tanpa menyebabkan
penurunan aktivitas ekonomi
3. Biaya penerapan instrumen makroprudensial cukup rendah karena dapat dengan mudah disesuaikan
sehingga cenderung mudah mencapai efisiensi dari sisi cost-benenift-nya
4. Instrumen makroprudensial tertentu (caps on foreign currency lending) dapat bermanfaat pada saat
pengetatan kebijakan moneter tidak bisa diterapkan (ketika inflasi di bawah target).
Stabilitas Sistem Keuangan

Stabilitas Sistem Keuangan (SSK)


Stabilitas Sistem Keuangan Didukung melalui 1. Merupakan kemampuan dari sistem keuangan untuk
Kebijakan: memfasilitasi alokasi sumber daya ekonomi secara
1. Moneter efisien serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan
aset secara efektif
2. Fiskal
3. Mikroprudensial 2. Dalam hal ini sistem keuangan dikatakan stabil
4. Makroprudensial apabila mampu menfasilitasi pertumbuhan ekonomi
bukannya menghambat pertumbuhan tersebut
5. Capital Control
6. Infrastruktur Sistem Keuangan 3. Mampu bertahan terhadap economics shock yang
mungkin muncul akibat perubahan-perubahan yang
terjadi pada sistem keuangan
Stabilitas Sistem Keuangan
Trade-Off Stabilitas dan Kedalaman Institusi Keuangan Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)
Dalam upaya menjaga stabilitas keuangan di Indonesia berdiri
empat lembaga komite stabilitas sistem keuangan (KSSK)
meliputi:
1. Kementerian Keuangan
(Kebijakan Fiskal)
2. Bank Indonesia
(Kebijakan Moneter, Makroprudensial, Sistem Pembayaran)
3. Otoritas Jasa Keuangan
(Kebijakan Mikroprudensial)
4. Lembaga Penjamin Simpanan
(Penjaminan Simpanan dan Resolusi Bank)
Interaksi Kebijakan

Interaksi Kebijakan
Kebijakan Makroprudensial sebagai pendukung dalam
menciptakan stabilitas sistem keuangan (SSK) berinteraksi
dengan kebijakan lainnya.

Moneter
Sebagai contoh pada saat pelepasan kebijakan countercyclical
capital buffer, kebijakan makroprudensial umumnya
menargetkan pelonggaran kebijakan kredit; namun mungkin
Makro sektor lain menargetkan peningkatan reserve untuk menjaga
prudensial
stabilitas kekuatan perbankan

Mikro Contoh lain kebijakan makroprudensial dapat mendukung


Fiskal prudensial kebijakan moneter dengan membantu dalam mengevaluasi dan
menangani risiko sistemik melalui bauran kebijakan
Tantangan Sinergi KSSK
Tantangan Terkait Koordinasi antara
Komite

“Shared Responsibility”

1. Information sharing, terutama informasi-informasi yang sifatnya sensitif dalam mengevaluasi


systemic risk
2. Tantangan dalam Risk Assessment, setiap lembaga otoritas keuangan memiliki penilaian risiko
yang berbeda. Akan menjadi tantangan untuk menyamakan risk assessment dari seluruh
lembaga otoritas keuangan yang ada
3. Penyesuaian Timing dalam penerapan intervensi dari masing-masing lembaga. Intervensi
kebijakan harus diperhatikan pula keterkaitannya dengan kebijakan lainnya
4. Pengambilan Keputusan yang terpisah antara satu lembaga dengan lembaga lainnya yang
memiliki fungsi yang berbeda perlu memperhatikan dampakya terhadap lembaga lainnya
5. Joint communication, dalam hal membangun komunikasi bersama sebagai bentuk sinergitas
antara empat lembaga yang menjadi bagian dalam KSSK.
Evaluasi Kebijakan Makroprudensial

Efektivitas
Efisiensi
1. Sejauh mana permasalahan market failure yang
terjadi dapat diatasi oleh kebijakan yang telah
1. Perlu dilakukan penilaian cost-benefit
assessment untuk melihat perbandingan ditetapkan
antara biaya dan manfaat dari kebijakan yang 2. Perlu ditekankan timing dari penerapan kebijakan
diambil makroprudensial dengan catatan:
2. Perlu pula diperhatikan pengorbanan atas a. Risiko akan menjadi problem apabila
growth dan resilience yang mungkin diperoleh kebijakan telat diterapkan
dari penerapan kebijakan
b. Biaya yang tidak diperlukan akan muncul
akibat terlalu cepat menerapkan kebijakan ->
memicu inefisiensi
Terima Kasih
Paidi Hidayat, S.E., M.Si
Kuliah Umum Batch II – Sumatera Utara, 29 Oktober 2021

Anda mungkin juga menyukai