Anda di halaman 1dari 15

Bank pusat bauran kebijakan

isu,tantangan, dan tanggapan


kebijakan
Nama anggota:
 Vera Erika Aisyah
 Dio Cahyono
 Yuli Rahma Sari
 Faratita
 Bessek Tenri Ampa
01
Bauran kebijakan bank sentral:
konsep utama dan pengalaman
indonesia.
Apa yang bisa kita
pelajari dari krisis
keuangan global?
3 hal penting dalam pembelajaran bagi bank
sentral dari latar belakang GFC

2. Krisis keuangan global mengajarkan kita


pentingnya hubungan antara ekonomi makro
dan sistem keuangan atau keuangan makro
mirip dengan yang kita kenal sekarang
( Morley 2016 ).

1. Mandat bank sentral tidak bisa di


batasi hanya untuk mencapai stabilitas 3. Pelajaran yang didapatkan dari krisis
harga. Melainkan harus diperluaskan keuangan global adalah volatilitas arus
dengan juga mendorong stabilitas harga, modal (hannan 2017). Masalah ini
tetapi juga harus diperluaskan untuk berlaku dari prespektif ekonomi pasar
mencangkup peningkatan stabilitas berkembang (EME) sebagian besarnya.
keuangan.
Dapat dilihat dari penilaian dan ketidak seimbangan ekonomi makro dan
keuangan makro, membentuk 3 bauran kebijakan bank sentral yaitu:
1.
Stabilitas sistem keuangan dapat terintegrasi dalam konteks kebijakan moneter
melalui debat dan versus clean. Salah satu pendekatannya adalah dengan
memasukkan stabilitas sistem keuangan

2
Kebijakan prudensial terdiri dari pengaturan dan pengawasan lembaga jasa
keuangan makro dengan penekanan pada resiko sistematik untuk mendorong
stabilitas sistem keuangan.

3
Capital Flow management, yang memiliki tujuan untuk menanggulangi
prodikikalitas dan penumpukan resiko sistematik dan akumulas utang luar
negeri serta vocatilitas arus modal.
Bauran Kebijakan Bank
Indonesia
Saya ingin berbagi dengan Anda beberapa pengalaman Indonesia dalam hal merumuskan dan menerapkan
bauran kebijakan bank sentral. Untuk mendukung perumusan bauran kebijakan bank sentral dan untuk
memperkaya pemahaman kita yang lebih baik tentang keterkaitan makro-keuangan, kami telah memperluas
model peramalan dan analisis makroekonomi kami untuk memasukkan keterkaitan makro-keuangan.
Bank Indonesia adalah bank sentral pertama yang bereaksi terhadap Taper Tantrum The Fed
melalui respons kebijakan suku bunga. Kami masih mendasarkan bauran kebijakan bank
sentral pada kerangka penargetan inflasi dengan merespons melalui kebijakan suku bunga. Namun, kami
perlu melengkapi bauran kebijakan tersebut dengan instrumen kebijakan lainnya. Oleh karena itu, kami juga
melakukan intervensi di pasar FX melalui kebijakan intervensi ganda untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Selama dua tahun terakhir kami telah mengadakan rapat bersama komite kebijakan moneter dan
sistem keuangan sebelum rapat dewan bulanan, yang sebelumnya diadakan secara terpisah. Pada pertemuan
tersebut, kami membahas keterkaitan keuangan makro dan merekomendasikan bauran kebijakan yang
optimal. Hal ini sangat positif dan memperkuat bauran kebijakan. Campuran kebijakan ekonomi makro dan
reformasi struktural sangat penting.
Kami berharap hal ini dapat memperkuat bauran kebijakan bank sentral untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi yang berkelanjutan dengan stabilitas makroekonomi dan keuangan yang sehat.
Menghadapi Globalisasi yang Menurun dan Digitalisasi yang
Meningkat
Berikut ini ciri-ciri globalisasi yang semakin berkurang dan digitalisasi yang
meningkat :
• munculnya kebijakan inward looking, anti perdagangan global. Saat ini
kita masih menghadapi perang dagang antara AS versus China dan
lainnya.
• Karakteristik kedua adalah di sektor keuangan global
• Karakteristik ketiga adalah pada respon kebijakan.
• Karakteristik keempat adalah digitalisasi.

Ada beberapa aspek dari baruan kebijakan bank sentral


• Aspek kebijakan makroprudensial.
• Aspek kedua adalah pengaturan kelembagaan bauran kebijakan publik di
bank Sentral maupun di lembaga publik.
• Aspek ketiga adalah era meningkatnya digitalisasi yang sangat menantang
karena masih banyak hal yang harus diungkap.
• Aspek keempat adalah menemukan keseimbangan antara inovasi versus
stabilitas dan manajemen risiko, serta mengetahui pelanggan Anda dan
kebijakan persaingan
02
Bauran Kebijakan Bank Sentral:
Pertanyaan, Tantangan dan Tanggapan
Kebijakan Krisis Keuangan dan Tantangan
Kebijakan Bank Sentral
Ruang lingkup

• Krisis keuangan
• Bauran
dan tantangan
kebijakan
kebijakan bank
sentral.

• Tanggapan • Tantangan
kebijakan penting: kedepan
Pro-stabilitas
pro-pertumbuhan
Krisis Keuangan dan Tantangan
Kebijakan Bank Sentral
Krisis Financial Asia 1997/98 dan ekonomi
global yang dicairkan oleh KKG pernah
menghambat ekonomi asia 1998 sehingga
pemahaman tentang sumber krisis perlu
ditingkatkan. Krisis ini beraneka ragam mulai
dari segi krisis mata uang, krisis utang, dan
krisis perbankan. Krisis global menunjukkan
bahwa menjaga stabilitas harga tanpa menjaga
stabilitas sistem keuangan tidak cukup untuk
mencapai stabilitas ekonomi makro.

Dengan munculnya ketidapastian global yang


meluas, tujuan utama kebijakan moneter yaitu
mencapai keseimbangan antara memitigasi
tekanan penurunan pertunmbuhan ekonomi
domestik yang timbul dari penurunan ekonomi
global sambil memastikan stabilitas dalam
jangka menengah
Mengelola kerangka stabilitas moneter
memang untuk mengelola trilemma kebijakan
moneter yaitu secara bersamaan mencapai
tiga tujuan antara tergantung pada preferensi
bank sentral dalam tiga kondisi.
● Pertama, menjaga otonomi kebijakan
moneter dalam mencapai stabilitas harga
dengan memanfaatkan bauran (instrumen)
kebijakan moneter dan makroprudensial.
● Kondisi kedua; adalah menstabilkan
pergerakan nilai tukar sesuai dengan nilai
fundamental mata uang dengan
menerapkan manajemen nilai tukar.
● Ketiga, mengelola dinamika arus modal
untuk mendukung stabilitas ekonomi
makro dengan menerapkan manajemen
arus modal.
Bauran kebijakan
prioritas utama BI adalah membangun kredibilitas kebijakan bank
sentral. Tantangan kebijakan moneter adalah menahan tekanan
inflasi yang meningkat tanpa menghambat pertumbuhan ekonomi.

Ada tiga karakteristik yang menonjol dari ITF terintegrasi.


• Pertama, berangkat dari ITF fleksibel konvensional target bukan
hanya stabilitas harga tetapi juga menjaga stabilitas sistem
keuangan.
• Kedua, serupa dengan fleksibel ITF, instrumen yang digunakan
adalah kebijakan moneter, makroprudensial, dan pengelolaan
arus modal asing dalam satu bauran yang optimal.
• Ketiga, yang juga seperti fleksibel ITF, perumusan bauran
kebijakan memerlukan kerangka analisis dan proyeksi ekononi
makro yang mempertimbangkan keterkaitan keuangan makro.
Dalam implementasi bauran kebijakan bank
sentral terdapat 3 aspek yaitu :

1 2 3
Bagaimana integrasi target Perpaduan instrumen Efektifvitas mekanisme
ganda stabilitas harga dan kebijakan yang akan transmisi.
sistem keuangan digunakan
Tanggapan Kebijakan Penting :
Pro-Stabilitas Pro-Pertumbuhan
Preferensi utama bank sentral adalah deviasi inflasi dan deviasi
output. Oleh karena itu, strategi yang digunakan yaitu Pro-
Stabilitas dan Pro-Pertumbuhan.

Untuk itu beberapa respons kebijakan penting perlu


dilakukan.
1. Kebijakan suku bunga akan terus diarahkan agar inflasi
tetap terkendali untuk mencapai targetnya yaitu 3,5%± 1%
pada 2019 dan 3,0% ± 1% pada tahun 2020.
2. Mekanisme pasar untuk menjaga stabilitas nilai tukar
rupiah terus digalakkan tanpa mengurangi perlunya
intervensi.
3. Kecukupan cadangan devisa akan terus terjaga
4. Kecukupan likuiditas di pasar uang dan industri
perbankan juga akan terjaga
Tantangan ke Depan

Ditengah segala tantangan global dan domestik akibat meluasnya dampak AFC dan GFC, penting juga
untuk memahami potensi krisis baru jika kebangkitas ekonomi tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu,
kita harus mengantisipasi tantangan ke depan seperti munculnya bentuk-bentuk baru intermediasi
keuangan secara masif dan eksposur risiko menyusul pertumbuhan eksponensial dari perkembangan
shadow banking dan financial technology.

Krisis global telah menunjukkan bahwa menjaga stabilitas harga tanpa menjaga stabilitas sistem keuangan
tidak cukup untuk mencapai stabilitas ekonomi makro. Tanpa stabilitas keuangan, tidak ada stabilitas
makro. Dinamika arus modal dengan cepat memengaruhi efektivitas kebijakan moneter, sehingga otoritas
kebijakan moneter harus menggunakan alat yang berbeda untuk keluar dari situasi biasa di mana bank
sentral bereaksi terhadap inflasi dan badan fiskal membiayai.

Anda mungkin juga menyukai