Anda di halaman 1dari 6

NAMA : NI WAYAN YENI ANTARI

NIM : 1508505045

HUBUNGAN KUALITATIF STRUKTUR DAN AKTIVITAS OBAT


TURUNAN SALISILAT

Obat turunan salisilat memiliki beberapa aktivitas tergantung dari substituent yang
menggantikan posisi R1 dan R2. Aktivitasnya dapat meningkat atau menurun tergantung
substituent itu pula. Berikut itu struktur umum dari senyawa golongan salisilat:

Gambar 1. Struktur umum dari Salisilat

1. Asam Salisilat
Apabila pada posisi R1 diganti dengan –H dan posisi R2 diganti dengan –OH pada struktur
salisilat maka akan membentuk senyawa asam salisilat. Asam salisilat memiliki aktivitas sebagai
analesik-antipiretik. Adapun struktur dari asam salisilat sebagai berikut :

R2 OH

R1 H

Ada beberapa modifikasi yang dapat dilakukan pada struktur asam salisilat yang dapat
meningkatkan atau menurunkan aktivitasnya sebagai analgesic-antipiretik (Siswandono dan
Sukardjo, 2008).
Modifikasi dari asam salisilat dapat dilakukan dengan mengganti atom H pada gugus
karboksilat dengan atom Na yang membetuk senyawa natrium salisilat. Natrium salisilat
diperoleh dari campuran pasta asam salisilat dalam air suling dengan natrium karbonat. Hasil
campuran disaring dengan iron-free filter paper dan diuapkan sampai kering di bawah tekanan.
Berikut ini struktur dari natrium salisilat :

Natrium salisilat umumnya digunakan untuk mengurangi demam dan menghilangkan


nyeri. Natrium salisilat juga memiliki anti-inflamasi mirip dengan aspirin. Disarankan pada
rematik akut dan dalam terapi gejala gout (Ashutosh Kar, 2005).
Selain melakukan modifikasi dari struktur senyawa asam salisilat, juga dapat dilaukan
penambahan gugus pada senyawa tersebut. Penambahan gugus ini juga dapat berpengaruh
terhadap aktivitasnya.
Penambahan gugus amino pada posisi 4 dari struktur asam salisilat dapat menghilangkan
aktivitasnya sebagai analgesik-antipiretik. Senyawa ini merupakan senyawa para-amino salisilat
yang memiliki aktivitas sebagai anti tuberkolosis dan merupakan struktur yang khas untuk anti
tuberkolosis. Bentuk ester atau asil dari gugus amino, menimbulkan efek samping ititasi lambung
lebih rendah. Struktur senyawa ini memberikan aktivitas anti tuberkolosis yang paling
maksimum. Berikut ini struktur dari para-amino salisilat :

gugus amino

Beberapa modifikasi dari struktur p-amino salisilat yang menghasilkan senyawa tidak
aktif atau kurang aktif, sebagai berikut:
a) Penggantian gugus amino dengan gugus alkoksi, amida, amin tersier atau hidroksi
b) Pengubahan gugus asam karboksilat menjadi alkil ester, aminda, amidin atau nitrat
c) Substitusi gugus hidroksi dengan gugus amino atau tiol
d) Modisikasi posisi dari gugus amino atau hidroksi terhadap gugus karbosilat
(Siswandono dan Sukardjo, 2008).
Pemasukan gugus metil pada posisi 3 dari struktur asam salisilat dapat menyebabkan
metabolisme atau hidrolisis gugus asetil menjadi lebih lambat sehingga masa kerja obat menjadi
lebih panjang.

gugus metil

(Siswandono dan Soekardjo, 2008)


Penambahan gugus difluorofenil pada posisi meta dari struktur asam sallisilat dapat
meningkatkan aktivitas analgesik, memperpanjang masa kerja obat dan menghilangkan efek
samping, seperti iritasi saluran cerna dan peningkatan waktu pembekuan darah. Berikut ini
struktur senyawanya :

Gugus difluorofenil

2. Salisilamid
Apabila pada posisi R1 diganti dengan –H dan posisi R 2 diganti dengan – NH2 akan
membentuk senyawa salisilamid.

R2 NH2

R1 H
Hubungan struktur-aktivitas salisilamid:
a. Salisilamid diperoleh dengan cara modifikasi struktur turunan asam salisilat yang dilakukan
dengan mengubah gugus karboksil melalui pembentukan amida.
b. Adanya gugus amino pada salisilamid dapat menurunkan efektivitas dari senyawa. Substitusi
gugus –COOH dengan amida menyebabkan penurunan atau mengurangi aktivitas
antiinflamasi dari senyawa.
c. Posisi orto dari gugus –OH sangat penting dalam aktivitas salisilamida sebagai analgesik dan
antipiretik.
d. Penghapusan gugus –OH akan menyebabkan penurunan aktivitas salisilamida.
e. Pergeseran gugus –OH ke posisi meta atau para akan mengurangi aktivitas dari salisilamida.
f. Salisilamid tidak terhidrolisis menjadi asam salisilat maka yang bertanggung jawab terhadap
aktivitas analgesik adalah seluruh molekul. Dibanding aspirin, salisilamid mempunyai awal
kerja yang lebih cepat diekskresikan (masa kerja pendek) dan menimbulkan toksisitas yang
relative lebih rendah. Pada sediaan sering dikombinasikan dengan obat analgesik lain seperti
asetaminofen. Absorbsi obat dalam saluran cerna cepat, kadar plasma tertinggi dicapai dalam
waktu 0,3-2 jam dengan waktu paruh ± 1 jam. Dosis analgesik 500 mg 3 dd.
(Rainsford, 1984; Siswandono dan Soekardjo, 2008)

3. Asam Asetilsalisilat (Aspirin)


Apabila pada posisi R1 diganti dengan –COCH3 dan posisi R2 diganti dengan – OH akan
membentuk senyawa salisilamid.

R2 OH

R1 COCH3

Hubungan Struktur-Aktivitas Asam Asetilsalisilat:


1. Efek samping aspirin, terutama gangguan pada GI tampaknya terkait dengan fungsi asam
karboksilat.
2. Pergantian baik pada karboksilat atau kelompok fenolik hidroksil dapat mempengaruhi
potensi dan toksisitas.
3. Menempatkan kelompok hidroksil fenolik dalam posisi meta atau para, akan
menghilangkan aktivitas aspirin.
(Siswandono dan Soekardjo, 2008)
Struktur dari senyawa aspirin ini dapat dimodifikasi dengan menambahkan gugus aril
yang bersifat hidrofob pada posisi 5 yang membentuk senyawa flufenisal. Adanya gugus aril
pada senyawa tersebut dapat meningkatkan aktivitasnya, durasi yang lebih lama dan memiliki
efek minimal pada sekresi lambung karena pada dasarnya memiliki bagian hidrofobik di C5.

Gugus aril
DAFTAR PUSTAKA

Ashutosh Kar. 2005. Medicinal Chemistry. Thirdh Edition. New Delhi : New Age International
Publisher.

Rainsford. 1984. Aspirin and The Salycilates. London: Butterworth

Siswandono dan B. Soekardjo. 2008. Kimia Medisinal Edisi kedua. Yogyakarta: Airlangga
University Press

Anda mungkin juga menyukai