Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH

PROFESI KEPENDIDIKAN
“Program Pembinaan Guru”
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok mata kuliah Profesi Kependidikan
yang diampuh oleh Dosen Sigit Budiyanto, S.Pd.B., M.Pd.

Disusun Oleh Kelompok 5:

Eka Merlin (2021.22.0735)


Keristina (2021.22.0741)
Putra Yadi (2021.22.0760)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA


SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA
(STAB) KERTARAJASA BATU
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami haturkan kepada Tiratana (Buddha, Dhamma dan Saṅgha) karena
berkat pancaran cinta kasih dan limpahan berkah-Nya, kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudul “Program Pembinaan Guru” dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas kelompok Profesi
Kependidikan .

Penulisan makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak yang secara langsung
maupun tidak langsung memberi dukungan dan dorongan material. Oleh karena itu, kami
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
pembuatan makalah ini. Ucapan terima kasih ini kami tujukan kepada orang tua, dosen, serta
pihak lain yang telah mendukung proses pembuatan makalah ini.

Semoga berkat jasa kebajikan yang telah dilakukan dapat membuahkan kebahagiaan
dan semoga selalu dalam lindungan Tiratana. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
memiliki kekurangan. Kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kebaikan dan kesempurnaan penulisan di masa mendatang. Penulisan makalah ini diharapkan
dapat menambah wawasan dalam bidang Kependidikan di Indonesia.

Akhir kata sabbe sattā bhavantu sukhitattā, semoga semua makhluk berbahagia.

Batu, 26 Februari 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................................................... 1


1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 2
1.3 Tujuan Makalah ..................................................................................................... 2
1.4 Manfaat .................................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................ 3

2.1 Program Pembinaan Guru Pada Umumnya .......................................................... 3


2.2 Menentukan Pihak Yang Berwenang Dalam Program Pembinaan Guru ............. 5
2.3 Program Peningkatan Kompetensi Guru .............................................................. 7
2.4 Sistem Pembinaan Profesional Guru ..................................................................... 11
2.5 Fungsi PKG Dan MGMP Dalam Peningkatan Mutu Guru ................................... 18
2.6 Program Peningkatan Kualifikasi Guru ................................................................ 20
2.7 Peningkatan Kualifikasi Mandiri .......................................................................... 21
2.8 Peningkatan Kualifikasi Oleh Pemerintah ............................................................ 22
BAB III PENUTUP ......................................................................................................... 24

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 24

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dikatakan bahwa profesional guru merupakan salah satu elemen penting dalam
pembangunan pendidikan di Indonesia dalam rangka mencerdaskan bangsa.
(Danumihardja, 2005) Pada saat ini tuntutan masyarakat terhadap mutu Pendidikan
semakin meningkat. Sekolah dituntut untuk melahirkan anak-anak yang mandiri dan
inovatif untuk dapat membangun masyarakat. Sementara itu, Seperti yang dikatakan
(Musfiqon, 2019) dalam jurnalnya bahwa banyak faktor yang mempengaruhi mutu
pendidikan seperti kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), terutama pada tenaga akademik.
Tenaga akademik menjadi faktor utama dalam penentu keberhasilan dalam mencetak anak
didik yang mandiri, inovatif, cerdas, dan berprestasi.
Melihat daya saing SDM Indonesia yang rendah, perilaku dan kemampuan lulusan yang
tidak relevan dengan jenjang pendidikannya, serta tersingkirnya nilai-nilai kejujuran adalah
bukti gagalnya para guru dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional yaitu
mengembangkan peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta
menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab (Sutrisno & Abidin, 2014).
Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, guru tidak hanya sebatas
memberikan tugas tetapi juga bagaimana mendidik, membimbing, melatih dengan
professional. Etos kerja guru yang professional dituntut dengan sejumlah persyaratan,
memiliki kualifikasi pendidikan profesi yang kompeten dibidangnya. Sehingga untuk
mencapai hal tersebut dibutuhkan pembinaan. Pembinaan menurut Miftah Toha dalam
Ahmad Susanto bahwa pembinaan ialah suatu tindakan, proses, hasil atau pernyataan
menjadi baik (Apriliani, 2022).
Perlu disadari bahwa dengan pembinaan kedisiplinan maka dapat membantu guru
dalam meningkatkan kinerjanya sebagai guru professional. Dalam proses belajar dan
mengajar, disiplin terhadap peratur dan tata tertib harus diterapkan, karena peraturan dan
tata tertib merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan sebagai pembentukan
disiplin siswa dalam mentaati peraturan di dalam kelas maupun di luar kelas. Tanpa disiplin
yang baik, suasana sekolah dan kelas menjadi kurang kondusif bagi kegiatan pembelajaran,
seingga proses belajar mengajar tidak akan berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana
(Raka, 2020).

1
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang yang terdapat diatas dapat dirumuskan rumusan
masalah sebagai berikut:
A. Pengertian Program Pembinaan?
B. Bagaimana Program Pembinaan Guru Pada Umumnya?
C. Siapa Yang Memiliki Wewenang Dalam Program Pembinaan Guru?
D. Bagaimana Program Peningkatan Kompetensi Guru?
E. Jelaskan Sistem Pembinaan Profesional Guru?
F. Apa Fungsi PKG dan MGMP Dalam Peningkatan Mutu Guru?
G. Bagaimana Program Peningkatan Kualifikasi Guru?
H. Bagaimana Peningkatan Kualifikasi Mandiri?
I. Bagaimana Peningkatan Kualifikasi Oleh Pemerintah?
1.3 Tujuan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan makalah ini adalah
dengan menjelaskan:
A. Program pembinaan
B. Program pembinaan guru pada umumnya
C. Pemilik wewenang dalam program pembinaan guru
D. Program peningkatan kompetensi guru
E. Sistem pembinaan professional guru
F. Fungsi PKG dan MGMP dalam peningkatan mutu guru
G. Program peningkatan kualifikasi guru
H. Peningkatan kualifikasi mandiri
I. Peningkatan kualifikasi oleh pemerintahan
1.4 Manfaat
Makalah ini disusun dengan harapan dapat memberikan manfaat, baik untuk penyusun
makalah maupun pembaca makalah. Diharapkan makalah ini dapat membuat penyusun dan
pembaca memahami bagaimana proses menjadi guru dengan mutu yang sangat baik,
melalui program pembinaan yang telah dibuat oleh pihak yang berwewenang. Kemudian
agar pembaca dan penyusun dapat menambah wawasan dengan mengetahu program
pembinaan untuk pengembangan kualitas guru, kemudian diharapkan agar pembaca dan
penyusun makalah dapat mengatasi berbagai permasalahan dalam tenaga pengajar dengan
memberikan inovasi baru terhadap program pembinaan keguruan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Program Pembinaan Guru Pada Umumnya


Suatu serangkaian kegiatan yang saling berkesinambungan dan terjadi dalam satu
organisasi yang melibatkan banyak orang, disebut dengan program. Program memiliki arti
khusus dan arti umum. Secara umum program merupakan rencana atau rancangan kegiatan
yang akan dilakukan. Sedangkan program secara umum adalah suatu unit atau kesatuan
kegiatan yang merupakan realisasi dari suatu kebijakan yang berlangsung dalam proses
yang berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi (Apriliani, 2022).
Pembinaan merupakan suatu kegiatan membina, membarui atau proses perbuatan,
cara membina, usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan
berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Pembinaan adalah sebagai suatu
usaha mengorganisasi atau cara mencapai suatu tujuan. Pada dasarnya pembinaan terjadi
melalui proses melepaskan hal-hal yang bersifat menghambat, dan mempelajari
pengetahuan dengan kecakapan baru yang dapat meningkatkan taraf hidup dan kerja yang
lebih baik.
Sehingga program pembinaan ialah suatu proses pemberian bantuan yang diberikan
oleh seorang ahli kepada individu dalam mencapai kemandiriannya dengan berbagai bahan,
interaksi, nasihat, gagasan, alat, dan asuhan yang didasarkan atas norma-norma yang
berlaku (Apriliani, 2022). Tujuan dilakukannya program pembinaan, yaitu agar dapat
mengembangkan keahlian, sehingga pekerja dapat menyelesaikan pekerjaannya lebih cepat,
agar dapat mengembangkan pengetahuan, sehingga pekerja dapat menyelesaikan pekerjaan
secara rasional, dan untuk mengembangkan sikap, sehingga menimbulkan kemajuan
kerjasama dengan teman-teman pegawai dengan manajemen yang lebih baik. Rangkaian
usaha pembinaan profesional guru dapat memperlancar pencapaian tujuan kegiatan belajar
mengajar. Pembinaan guru bertujuan untuk memberikan bantuan dalam mengembangkan
situasi belajar mengajar yang lebih baik melalui usaha peningkatan professional mengajar,
menilai kemampuan guru sebagai pendidik dan pengajar dalam bidang masing-masing guna
membantu mereka melakukan perbaikan (TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan
pengembangan Bahasa, 2017)
Pembinaan dilakukan karena memiliki beberapa fungsi, yaitu memupuk kesetiaan dan
ketaatan, meningkatkan adanya rasa pengabdian, rasa tanggung jawab, kesungguhan dan
kegairahan bekerja dalam melaksanakan tugasnya, meningkatkan produktivitas kerja secara
3
optimal, dan meningkatkan kemampuan dan kehidupan pegawai melalui proses pendidikan
dan latihan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan organisasi.
Sesuai dengan tujuan Pendidikan Nasional sebagai mana tercantum dalam UUSPN
No. 20 tahun 2003 pemerintah berkewajiban menyelenggara kan pendidikan dalam upaya
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya. Strategi
yang paling tepat untuk membawa manusia agar mampu memperbaiki kualitas hidupnya
dapat di lakukan dengan metode pembinaan secara simultan dan professional. Pembinaan
kemampuan professional tenaga kependidikan dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992,
bahwa yang bertanggung jawab secara makro tentang kualitas tenaga kependidikan adalah
menteri pendidikan dan menteri lainnya dalam departemen terkait (Danumihardja, 2005).
Menurut (Pemerintah Indonesia, 2004) Undang-Undang No. 25 Tahun 2000 tentang
Program Pembangunan Nasional yang berisi perintisan pembentukan Badan Akreditasi dan
Sertifikasi mengajar di daerah merupakan bentuk dari upaya peningkatan kualitas tenaga
kependidikan secara nasional.
Penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran sangat penting untuk dilakukan,
karena pengelolaan pembelajaran yang baik berpengaruh pada penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran sesuai indikator. Berikut ini adalah program pembinaan untuk
meningkatkan mutu guru
• Program Pembinaan CLCK (Contoh, Latihan, Control, Kerja mandiri)
Pembinaan CLCK (Contoh, Latihan, Control, Kerja mandiri) merupakan pola usaha,
tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil
yang lebih baik untuk ditiru dari hasil latihan dalam pengawasan sehingga dalam
melakukan sesuatu tidak bergantung pada orang lain (Naibaho, 2018). Dengan model
pembinaan CLCK, maka seorang guru akan diberikan pembinaan dalam melaksanakan
penelitian tindakan kelas dengan memberikan contoh, kemudian guru akan latihan
melaksanakan penelitian yang diiringi dengan adanya pengawasan kemudian
melaksanakan penelitian tersebut secara mandiri yang diseratai dengan penulisan laporan
penelitian tindakan kelas. Program pembinaan CLCK dilakukan sebagai upaya
peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas, model
pembinaan CLCK yang dilaksanakan adalah model pembinaan CLCK berbasis
mentoring. Hal ini didasarkan atas adanya asumsi bahwa dengan adanya mentor maka
guru akan mendapatkan bimbingan secara langsung dalam melaksanakan dan menulis
laporan penelitian tindakan kelas sehingga kesulitan yang ditemui oleh guru dalam

4
melaksanakan dan membuat laporan penelitian tindakan kelas dapat langsung
didiskusikan dengan mentor (T Irwansyah, 2020).
• Program Pembinaan MGMP (Musayawarah Guru Mata Pelajaran)
MGMP adalah wadah pembinaan professional bagi para guru yang tergabung dalam
organisasi gugus sekolah dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Secara oprasional
MGMP dapat dibagi menjadi kelompok yang lebih kecil berdasarkan jenjang kelas dan
berdasarkan mata pelajaran.
Selain mendapatkan pembinaan secara langsung oleh kepala sekolah dan pengawasan
sekolah juga dari para tutor dan guru pemandu mata pelajaran mekanisme pembinaan
profesional guru secara terus menerus dan berkesinambungan (Naibaho, 2018).
• Program Pembinaan KKG (Kelompok Kerja Guru)
KKG merupakan kegiatan yang sudah diprogramkan dari pembuat keputusan, dalam hal
ini pemerintah mengharapkan kegiatan KKG dijalankan sebagai upaya peningkatan
kompetensi guru. KKG adalah sebuah organisasi atau perkumpulan guru-guru mata
pelajaran yang mempunyai kegiatan khusus memberikan informasi-informasi
pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas pribadi guru dalam proses belajar
mengajar. Selain KKG terdapat KKKS (Kelompok Kerja Kepala Sekolah) dan PKG
(Pusat Kegiatan Guru). Pembinaan PKG dilakukan dengan memberikan bantuan kepada
guru untuk memperluas pengetahuan, meningkatkan keterampilan sehingga guru
menjadi lebih ahli mengelola kegiatan belajar mengajar dalam mendidik anak murid. Hal
ini dilakukan dalam rangka memberikan berbagai bantuan dengan cara memberikan
bimbingan, pengarahan, dan memotivasi para guru agar mereka mempunyai pengetahuan
yang luas dan keterampilan yang baik dalam bidangnya sehingga mereka dapat
melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya (Resmini, 2010).
Dengan melakukan program pembinaan guru pada umumnya diharapkan guru dapat
mengatasi hambatan dalam melakukan kegiatan belajar dan mengajar, kemudian munculnya
rasa percaya diri dalam mengembangkan instrument penilaian yang akan digunakan, dan
meningkatkan keterampilan guru setelah mendapatkan pelatihan (Wicaksana, 2013).

2.2 Menentukan Pihak Yang Berwenang Dalam Program Pembinaan Guru


Berdasarkan Permendikbud RI No. 15 Tahun 2019 tentang Pemenuhan Beban Kerja
Guru, Kepala Sekolah, Dan Pengawas Sekolah, disebutkan dalam pasal 11 ayat (1) Guru,
Kepala Sekolah, dan Pengawas Sekolah wajib melaksanakan kegiatan PKB untuk

5
pengembangan kapasitas sebagai Guru, Kepala Sekolah, atau Pengawas Sekolah. Maka
disebutkan dalam pasal 15 bahwa, ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan pemenuhan
beban kerja guru, kepala sekolah, dan pengawas sekolah, diatur dalam petunjuk teknis yang
ditetapkan oleh Direktur Jenderal yang bertanggung jawab dalam pembinaan guru dan
tenaga Kependidikan Kementerian Kebudayaan Pendidikan dan Kebudayaan
(Permendikbud, 2018).
Standar mutu pengawasan yang telah ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Peningkatan
Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Direktorat Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional (Sudjana, 2006) menyatakan bahwa pengawasan sekolah berfungsi
sebagai supervisor baik supervisior akademik, pengawas sekolah berkewajiban untuk
membantu kemampuan profesional guru agar guru dapat meningkatkan mutu proses
pembelajaran. Sedangkan sebagai supervisor manajerial, pengawas berkewajiban
membantu kepala sekolah agar mencapai sekolah yang efektif. Pembinaan dan pengawasan
kedua aspek tersebut hendaknya menjadi tugas pokok pengawas sekolah. (Slameto, 2016)
Rencana kerja pengawas yang berkaitan dengan supervisi manajerial dituntut
mengacu pada aspek fungsi dan substansi manajemen sekolah. Aspek fungsi manajemen
mencakup perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian, pengendalian, monitoring
dan evaluasi serta pelaporan. Sedangkan aspek substansi manajerial sekolah mencakup
pengelolaan kurikulum dan pembelajaran, pengelolaan ketenagaan, pengelolaan kesiswaan,
pengelolaan keuangan dan pembiayaan sekolah, pengelolaan sarana dan prasarana sekolah
serta pengelolaan hubungan sekolah dengan masyarakat. Pengawas dituntut memiliki
pengetahuan yang mumpuni dalam memandang manajemen sekolah sebagai satu kesatuan
sistem yang di dalamnya berpadu antara aspek fungsi dan substansi manajerial. Keefektifan
pelaksanaan substansi manajemen di sekolah tergantung pada kemampuan kepala sekolah
menerapkan fungsi-fungsi manajemen mulai dari perencanaan sampai pada pelaporan
sebagaimana terlihat pada figur. Tugas pengawas untuk membantu kepala sekolah dalam
menyusun visi dan misi sekolah binaan sampai dituangkan dalam rencana kerja sekolah
sangat dibutuhkan (Slameto, 2016).
Supervisi merupakan suatu proses yang diterapkan terhadap suatu pekerjaan yang
telah dilaksanakan bahkan menilai dan mengoreksi pekerjaan tersebut agar sesuai dengan
apa yang telah ditetapkan sejak awal (Handayani, 2019). Supervisi di sekolah dilaksanakan
oleh kepala sekolah yang bertindak sebagai supervisor, maka ia harus mampu melakukan
berbagai pengawasan dan pengendalian untuk meningkatkan kinerja guru. Seorang guru
memiliki potensi untuk berkreasi dan meningkatkan kinerjanya. Namun ada beberapa faktor
6
yang menghambat dalam pengembangan potensi tersebut baik berupa kemampuan guru
dalam belajar mengajar, maupun sarana dan prasarana pendidikan yang tersedia. Oleh
karena itu, supervisi sangat diperlukan dalam manajemen pendidikan. Sebagai seorang
supervisor maka kepala sekolah harus mampu melaksanakan berbagai pengawasan dan
pengendalian untuk meningkatkan kinerja guru. (Fitri & Afriansyah, 2019). Berdasarkan
hasil keputusan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, RI. Nomor: 0134/1977, yang
menyebutkan siapa saja yang berhak disebut supervisor di sekolah, yaitu kepala sekolah,
pemilik sekolah untuk tingkat kecamatan dan para pengawas di tingkat kabupaten/
kotamadya serta staf kantor bidang yang ada disetiap provinsi. Di dalam PP Nomor
38/Tahun 1992, terdapat perubahan istilah pengawas dan pemilik. Istilah pengawas
dikhususkan untuk supervisor pendidikan di sekolah sedangkan pemilik khusus untuk
pendidikan di luar sekolah (Fitri & Afriansyah, 2019).
Suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai
sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan secara efektif disebut supervise. Kemudian
orang yang melakukan supervisi disebut sebagai supervisor, sasaran supervise adalah guru
dan staf sekolah lainnya. Tujuan supervise ialah sebagai pengendalian kualitas,
pengembangan professional, dan untuk memotivasi guru. Kemudian supervisi memiliki
prinsip ilmiah, prinsip demokratis, prinsip kerjasama dan prinsip konstruktif, prinsip kreatif,
prinsip fundamental, dan prinsip praktis. Supervise memiliki tiga kategori yaitu supervise
akademik, supervise administrasi, dan supervise lembaga. (Fitri & Afriansyah, 2019).

2.3 Program Peningkatan Kompetensi Guru


Pendidikan merupakan kunci kemajuan dan keunggulan bangsa. Melalui pendidikan
akan dihasilkan manusia-manusia cakap yang dibutuhkan dalam proses pembangunan.
Hasil studi Heyneman dan Loxley dalam (Tyasmaning, 2019) di 29 negara menemukan
bahwa di antara berbagai masukan (inputs) yang menentukan mutu pendidikan (yang
ditunjukkan oleh prestasi belajar siswa), ditentukan oleh guru. Peranan guru sangatlah
penting dalam keterbatasan sarana dan prasarana di negara berkembang. Terbukti pada16
negara berkembang guru memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar sebesar 34%,
sedangkan manajemen 22%, waktu belajar 18%, sarana fisik 26%. Sedangkan 13 negara
industri kontribusi guru adalah 36%, manajemen 23%, waktu belajar 22% dan sarana fisik
19% (Esti, n.d.).
Kompetensi merupakan pemilikan pengetahuan, keterampilan, kecakapan atau
kemampuan sebagai seorang guru dalam menentukan atau memutuskan sesuatu berdasarkan
7
kekuasaan yang dimilikinya agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik
(Tedjawati, 2011). Dikatakan juga dalam jurnal (Tedjawati, 2011) bahwa kompetensi guru
merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajibannya secara
bertanggung jawab dan layak. Sehingga, kompetensi professional guru merupakan suatu
kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi keguruannya.
Guna memenuhi standar mutu guru tersebut, pemerintah perlu mengembangkan
program peningkatan mutu guru. Program peningkatan mutu guru seperti pendidikan,
pengembangan dan pelatihan guru membutuhkan biaya besar sehingga perlu diupayakan
keefektifannya dengan melakukan analisis kebutuhan. Analisis kebutuhan memberikan
informasi tentang pengetahuan dan keterampilan guru yang perlu ditingkatkan. Analisis
kebutuhan akan menghindarkan terjadinya program peningkatan mutu guru yang tidak
tepat, baik dilihat dari sasaran, materi, maupun tujuan.
Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 8 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14, Tahun 2005 meliputi Kompetensi Pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional yang diperoleh melalui
Pendidikan profesi (Tedjawati, 2011).
• Kebijakan Peningkatan Mutu Guru
Salah satu kebijakan yang mendasar yang memayungi berbagai kebijakan
peningkatan mutu guru adalah penetapan standar mutu guru melalui Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan Permendiknas Nomor 17 Tahun
2007 tentang Kualifikasi dan Standar Kompetensi Guru. Mengacu pada
perundangundangan tersebut, kriteria kompetensi guru profesional tidak lagi terbatas
pada penguasaan kompetensi mengajar atau pedagodik, namun juga pada kemampuan
untuk mengembangkan profesionalitas secara terus menerus, kemampuan menjadi agen
pembelajar, membuat karya ilmiah bidang pendidikan, dan sebagainya sebagaimana
tertuang dalam kompetensi profesional. Guru juga dituntut mampu menjalin
komunikasi yang efektif dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat sebagaimana disyaratkan dalam kompetensi sosial serta memiliki
kepribadian yang baik sebagaimana dideskripisikan pada kompetensi pribadi. (Esti,
n.d.)
Selain itu, guru juga harus memiliki kualifikasi akademik atau latar belakang
pendidikan yang memadai dan relevan dengan bidang ajarnya. Kualifikasi akademik
adalah jenjang dan bidang studi tertentu yang dimiliki guru untuk mampu menjalankan
tugas keprofesionalannya dengan baik. Adapun standar kualifikasi akademik untuk
8
guru SMP yaitu minimum diploma empat (D-IV) atau sarjana (S1), latar belakang
pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang
diajarkan dan sertifikat profesi guru untuk SMP/MTS.
Penguasaan standar kompetensi guru dan juga pemenuhan standar kualifikasi guru
dibuktikan dengan kepemilikian sertifikat pendidik. Sertifikat pendidik adalah
pengakuan formal bahwa seorang guru telah memenuhi kualifikasi akademik dan
kompetensi guru. Sertifikat pendidik diperoleh dari sertifikasi yang diperoleh melalui
program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh PT yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi (pemerintah, masyarakat). Bagi guru
yang telah memegang sertifikat pendidik, ia berhak menyandang status guru profesional
yang diharapkan mampu menyelenggarakan proses belajar mengajar yang efektif.
• Pengembangan Program Peningkatan Mutu Guru
Guru bermutu adalah guru yang memenuhi atau melampaui standar kualifikasi
akademik dan kompetensi guru dan mampu mengakualisasikannya dalam pelaksanaan
tugas profesionalnya. Ketersediaan guru bermutu perlu diupayakan melalui berbagai
program seperti pendidikan (studi lanjut), pengembangan dan pelatihan guru.
Pengembangan mutu sumber daya manusia penting dilakukan untuk memberikan
pengetahuan dan keterampilan yang memadai untuk melaksanakan tugas; memberikan
berbagai pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan pegawai untuk dapat fleksibel
dan adaptif dengan strategi dan teknologi baru; memberikan pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkan personel jika diberi tugas yang belum pernah
dilakukannya; meng-upgrade pengetahuan dan keterampilan personel yang telah usang
akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Perencanaan pengadaan guru merupakan kegiatan mengidentifikasi jumlah dan
kualifikasi guru yang dibutuhkan organisasi serta penetapan berbagai
kebijakan/program untuk memenuhinya. Rekrutmen dan seleksi merupakan proses
untuk mengadakan dan mendapatkan guru dengan kualifikasi sesuai yang dibutuhkan.
Perencanaan pengadaan, rekrutmen, dan juga seleksi menghasilkan informasi tentang
kondisi guru baru maupun lama dari aspek jumlah dan juga mutunya. Informasi ini
sangat bermanfaat sebagai dasar dalam mendesain program pengembangan dan
pelatihan guru. Selanjutnya peningkatan pengetahuan dan kompetensi guru karena
partisipasi guru dalam kegiatan peningkatan mutu guru hendaknya diperhatikan dalam
kegiatan penempatan, penugasan, penghargaan, pemberian kompensasi, dan penilaian
kinerja guru.
9
Program peningkatan mutu guru hendaknya didesain berdasarkan analisis
kebutuhan yang dilaksanakan sebelum implementasi program. Hal ini penting
dilakukan.
• Program peningkatan mutu guru berbasis kebutuhan guru
Program peningkatan mutu guru pelatihan contextual teaching and learning, diklat
multimedia, diklat sekolah berstandar nasional, dan bintek kepala sekolah. Namun,
frekuensi, tujuan, dan sasaran peserta pelatihan dalam penyelenggaraan program-
program tersebut masih perlu peninjauan kembali dan penyesuaian dengan kondisi dan
kebutuhan guru. Relevansi program/kegiatan peningkatan mutu guru dengan kebutuhan
guru juga masih perlu ditingkatkan agar efektif (Darling-Hammond, 2006).
• Program peningkatan kompetensi guru
Program peningkatan kompetensi guru dibutuhkan oleh semua guru. Berdasarkan
data dari guru, komponen-komponen program kompetensi guru yang perlu diperhatikan
mencakup: sasaran kompetensi, bentuk program, lokasi, dan sumber daya pendukung.
Sasaran kompetensi yang perlu ditingkatkan pada diri guru mencakup kompetensi
pedagogik, profesional, dan pembuatan karya tulis ilmiah. Memperhatikan variasi
tingkat penguasaan kompetensi guru dan juga aspek kompetensi yang perlu
dikembangkan, penetapan peserta program hendaknya didahului dengan analisis
kebutuhan. Bentuk program dapat berupa diklat, shortcource (1 s.d. 3 bulan), workshop,
lokakarya, penataran, seminar, dan sebagainya dengan prioritas pilihan yaitu diklat.
Program pelatihan dilaksanakan di daerah guru tinggal. Peserta mendapatkan izin dan
bantuan dana untuk mengikuti pelatihan (Darling-Hammond, 2006).
Program ini hendaknya berbasis pada kebutuhan guru agar efektif. Program
Peningkatan Mutu Guru yang dibutuhkan guru mencakup, program peningkatan
kualifikasi akademik dan program peningkatan kompetensi guru. Komponen-
komponen yang perlu diperhatikan mencakup: bentuk program, relevansi program, dan
sumber daya pendukung bagi peserta untuk mengikuti program. (Esti, n.d.)
Program peningkatan kualifikasi akademik guru SMP berbasis kebutuhan
mencakup: program penyetaraan D3 ke S1, studi lanjut S1 dan S2. Studi lanjut
dilaksanakan di daerah sendiri dan peserta mendapatan bantuan biaya pendidikan, biaya
operasional selama mengikuti pendidikan, dan ijin/ penugasan studi lanjut. Sedangkan
program peningkatan kompetensi guru SMP berbasis kebutuhan ditujukan untuk
meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional, dan didasarkan pada hasil analisis

10
kebutuhan. Bentuk program yang diprioritaskan adalah diklat yang dilaksanakan di
daerah guru. Dukungan izin dan bantuan dana akan membantu peserta mengikuti
program dengan baik. Sehingga, sangat diperlukan koordinasi dan kerjasama antar
lembaga penyelenggara program peningkatan mutu guru. Sekolah-sekolah hendaknya
memberikan dukungan baik moril maupun materil bagi para guru mereka yang
berkeinginan melanjutkan studi dan mengikuti program peningkatan penguasaan
kompetensi guru. (Esti, n.d.)
2.4 Sistem Pembinaan Profesional Guru
Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara merupakan hal-hal yang harus segera direspon di dalam penyelenggaraan
kegiatan pendidikan. Beberapa perubahan yang terjadi di Indonesia dan berpengaruh
terhadap penyelenggaraan pendidikan. (Marlina, 2016)
Pertama, pelaksanaan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi
Daerah dan PP Nomor 25 Tahun 2000 tentang Pembagian Kewenangan antara Pusat dan
Daerah telah membawa perubahan pada sistem pengelolaan pendidikan nasional, dari
sentralistik kepada desentralistik.
Kedua, penetapan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional serta beberapa peraturan perundang-undangan lainnya telah menjadi arah baru
bagi pengelolaan pendidikan nasional sebagai suatu sistem.
ketiga, perubahan global dalam berbagai sektor kehidupan yang terjadi demikian
cepat, merupakan tantangan dan peluang nasional bagi upaya peningkatan mutu
pendidikan.
Keempat, ketidaksesuaian antara kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia kerja
perlu segera dikaji secara serius, konsisten, dan berkelanjutan. Dengan demikian
diperlukan adanya paradigma baru dalam pengelolaan pendidikan yang mampu
mempersiapkan generasi muda yang memiliki kompetensi multi dimensial. Salah satu
upaya strategis yang dilakukan pemerintah dimasa mendatang adalah pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Pendidikan merupakan kebutuhan dan hak asasi setiap manusia untuk mempersiapkan
kehidupannya, baik sebagai makhluk pribadi maupun sosial. Kebutuhan dasar manusia
dalam peran pribadinya berkaitan dengan kebutuhan mempertahankan hidup, dan
memerankan diri dalam sistem sosialnya. Pada tingkat persekolahan, pelaksanaan
pendidikan menuntut kemampuan guru dapat mengelola proses pembelajarannya secara
efektif. Tingkat produktivitas sekolah dalam memberikan pelayanan secara efisien kepada
11
pengguna (peserta didik/masyarakat) akan sangat tergantung pada kualitas guru-gurunya
yang terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan pada keefektifan mereka dalam
melaksanakan tanggung jawab individual dan kelompok. Guru harus mampu berperan
sebagai desainer (perencana), implementor (pelaksana), dan evaluator (penilai) kegiatan
pembelajaran. Guru merupakan faktor yang paling dominan, karena ditangan guru
keberhasilan pembelajaran dapat dicapai. Kualitas mengajar guru secara langsung maupun
tidak langsung dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran pada umumnya. Peran strategis
guru tersebut menuntut pemahaman, dan pengembangan yang terus-menerus dalam
menghadapi perkembangan teknologi dan informasi yang mengglobal. Upaya
meningkatkan kemampuan professional guru memerlukan pemahaman, yang terus-
menerus melalui supervisi atau pengawasan. Pelaksanan pengawasan yang ditekankan
pada proses pembelajaran lebih dikenal dengan istilah supervisi pengajaran (educational
supervision atau instructional supervision). Mengajar merupakan suatu pekerjaan yang
kompleks. Pada saat guru sedang mengajar, pusat perhatiannya harus tertuju pada dua hal,
yakni: siswa yang harus aktif berpartisipasi dalam proses belajar mengajar, dan guru itu
sendiri yang sedang mengajar dengan menerapkan strategi mengajar yang dipilihnya.
Terdapat banyak faktor-faktor lain yang menyebabkan terbatasnya kemampuan guru
dalam melaksanakan fungsi dan tugas pokoknya, guru merupakan ujung tombak
keberhasilan penididikan dan pengajaran di sekolah. Jadi guru memerlukan bantuan
supervisi pengajaran, terutama dari kepala sekolah, pengawas sekolah, maupun supervise
pengajaran, maupun dari guru yang lebih senior (baik pengalaman maupun
kemampuannya). Supervisi pengajaran perlu diarahkan pada upaya-upaya yang sifatnya
memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk berkembang secara profesional.
Sehingga mereka lebih mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu memperbaiki dan
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran. Supervisi pengajaran merupakan kegiatan-
kegiatan yang “menciptakan” kondisi yang layak bagi pertumbuhan profesional guru-guru
secara terus-menerus. Kegiatan supervisi memungkinkan guru-guru memperoleh arah diri
dan belajar memecahkan sendiri masalah-masalah yang dihadapi dalam pembelajaran
dengan imajinatif, penuh inisiatif dan kreativitas, bukan konformitas (Satori, 1989).
Beberapa alasan yang mendasari pentingnya supervisi-pengajaran. Pertama, supervisi
pengajaran bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah. Kedua,
supervisi pengajaran dapat memadukan perbaikan pengajaran secara relative menjadi lebih
sempurna secara bertahap. Ketiga, supervisi pengajaran relevan dengan nuansa kurikulum
yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar secara tuntas, sehingga supervisi
12
pengajaran memberikan dukungan langsung pada guru di dalam mengupayakan
tercapainya tingkat kompetensi tertentu pada siswa. Keempat, supervisi pengajaran
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas dan kemampuan para guru.
Dalam konsep supervisi pengajaran tercakup dau konsep yang berbeda, walaupun pada
pelaksanaanya saling terkait, yaitu supervisi kelas dan supervisi klinis. Supervisi kelas
dimaksudkan sebagai upaya untuk mengidentifikasi permaslahan pembelajaran yang
terjadi di dalam kelas dan menyusun alternative pemecahannya. Supervisi klinis
merupakan layanan professional dari kepala sekolah dan pengawas, karena adanya
masalah yang belum terselesaikan dalam pelaksanaan supervisi kelas. Sergiovanni dan
Starrat (1983) menyebutkan bahwa supervisi kelas bersifat top-down, artinya perbaikan
pengajaran ditentukan oleh pengawas/kepala sekolah, sedangkan supervisi klinis bersifat
bottomdown, yaitu kebutuhan program ditentukan oleh persoalan-persoalan otentik yang
dialami para guru. Ketika seorang guru menjelaskan pelajaran di depan kelas, maka pada
saat itu terjadi kegiatan mengajar, tetapi dalam kegiatan itu tak ada jaminan telah terjadi
kegiatan belajar pada setiap siswa yang diajar. Kegiatan belajar mengajar (KBM)
dikatakan efektif hanya apabila dapat mengakibatkan atau menghasilkan kegiatan belajar
pada diri siswa. Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi
dengan lingkungannya untuk mengubah prilakunya. Dengan demikian, hasil dari kegiatan
belajar adalah berupa perubahan perilaku yang relatif permanen pada diri orang yang
belajar. Ada tiga komponen utama yang paling berkaitan dan memiliki kedudukan strategis
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Ketiga komponen tersebut adalah kurikulum,
guru dan pembelajaran, ketiga komponen dimaksud, guru menduduki posisi sentral sebab
peranannya sangat menentukan. Seorang guru diharapkan mampu menjabarkan nilai-nilai
yang terdapat dalam kurikulum melalui pembelajaran untuk siswa secara optimal. Seorang
guru dituntut mewakili wawasan yang berhubungan dengan mata pelajaran yang
diajarkannya dan pengajaran kepada siswa. Kedua wawasan tersebut sesungguhnya
merupakan suatu kesatuan wawasan professional guru.
Guru harus selalu meningkatkan kemampuan profesionalnya, pengetahuan, sikap dan
keterampilannya secara terus menerus sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi termasuk paradigma baru pendidikan yang menerapkan Manajemen Barbasis
Sekolah (MBS) dan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Peningkatan pengetahuan
dan keterampilan guru diarahkan untuk peningkatan mutu pembelajaran dan diharapkan
berdampak pada hasil belajar siswa.

13
Strategi yang monoton kurang mampu memotivasi siswa dalam belajar serta kurang
mampu menggali dan mengoptimalkan potensi siswa. Rendahnya kualitas proses
pembelajaran kerena penggunaan metode mengajar yang monoton dan tidak bervariasi.
Rendahnya wawasan profesionalisme guru dimungkinkan karena beberapa alasan antara
lain: (1) rendahnya kesadaran guru untuk memperbaharui pengetahuannya meskipun telah
lama diangkat menjadi guru, (2) kesempatan bagi guru untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan profesional sangat terbatas, baik dari segi jumlah maupun dari intensitasnya, (3)
pertemuan-pertemuan guru sejenis kurang aktif, (4) supervisi pendidikan yang bertujuan
memperbaiki proses pembelajaran cenderung menitikberatkan pada aspek administrasi,
dan (5) pemberian kredit jabatan fungsional guru yang ditunjukan untuk memacu kinerja
guru pada prakteknya hanya bersifat formalitas.
Berkaitan dengan keadaan di atas, perilaku guru terbagi berdasarkan pada dua hal
yaitu komitmen dan kemampuan guru memecahkan masalah pembelajaran. Maka, untuk
mengatasi rendahnya wawasan professional guru disusun upaya-upaya yang terencana,
sistematis, dan berkesinambungan dalam program pemahaman profesionalisme guru yang
diarahkan untuk meningkatkan komitmen dan kemampuan guru dalam memecahkan
masalah pembelajaran, sehingga diharapkan pembelajaran dapat lebih efektif dengan
mengacu pada pencapaian hasil belajar oleh siswa.
Mencermati tuntutan profesionalisme yang harus dimiliki guru, tentu diperlukan
pembinaan terhadap profesionalisme guru. Berbagai upaya dilakukan oleh pemerintah
dalam rangka meningkatkan mutu guru diantaranya melalui pelatihan dan tidak sedikit
yang dialokasikan untuk pelatihan guru. Sayangnya usaha pemerintah ini kurang
memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu guru.
Ada minimal dua hal penyebab pelatihan guru tersebut kurang berdampak pada
peningkatan mutu pendidikan.
1. Platihan tidak berbasis pada permasalahan nyata di dalam kelas.
Materi pelatihan yang sama kepada semua guru tanpa mengenal daerah asal, padahal
kondisi sekolah di suatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain.
Kadang-kadang pelatih menggunakan sumber literatur asing tanpa melakukan uji coba
terlebih dahulu untuk kondisi di Indonesia.
2. Hasil pelatihan hanya menjadi pengetahuan saja,
tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas atau kalaupun diterapkan hanya sekali, dua
kali selanjutnya kembali “seperti dulu, back to basic”. Hal ini disebabkan tidak ada
kegiatan monitoring pasca pelatihan, apalagi jika kepala sekolah tidak pernah
14
menanyakan hasil pelatihan. Selain itu, kepala sekolah tidak memfasilitasi forum
sharing pengalaman diantara guru-guru.

Dalam rangka mengatasi kelemahan pelatihan konvensional yang kurang menekankan pada
pasca pelatihan , maka pada makalah ini akan dibahas mengenai sistem pembinaan profesional
guru melalui kegiatan lesson study. Pemaparan mengenai lesson study ini akan meliputi 5W +
1H. Dan tujuan penulisan makalah ini adalah memaparkan sistem pembinaan profesionalisme
guru melalui lesson study. (Tedjawati, 2011)
➢ Sistem Pembinaan Profesionalisme Guru melalui Lesson Study
1. Pengertian Lesson Study
Lesson study adalah model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian
pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip
kolegalitas, dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar (learning
community).
Mencermati definisi dari lesson study di atas, apabila kita kaitkan dengan istilah
TQM (Total Quality Management), lesson study ini menganut filosofi TQM yaitu tentang
perubahan secara terus menerus (Riyati, 2007). Begitu juga bila kita memandang TQM
sebagai pendekatan, TQM mencari perubahan permanen dalam tujuan sebuah organisasi
yaitu tujuan ”kelayakan” jangka pendek kepada ”perbaikan mutu” jangka panjang (Sallis,
2007). Hal ini sesuai juga dengan istilah ”kaizen” yang berasal dari Jepang untuk
menyatakan pendekatan perbaikan terus menerus, yang dalam arti bebasnya adalah
perbaikan sedikit demi sedikit. Esensi kaizen adalah proyek kecil yang berupaya
membangun kesuksesan dan membangun perkembangan selanjutnya.
Lesson study ini diadopsi dari negara Jepang dan penerapannya di Indonesia telah
disesuaikan dengan kultur bangsa Indonesia. Lesson study merupakan terjemahan
langsung dari jugyokenkyu, yang berasal dari dua kata yaitu jugyo yang berarti lesson
atau pembelajaran, dan kenkyu yang berarti study atau research atau pengkajian. Dengan
demikian lesson study merupakan pengkajian terhadap pembelajaran.
Lesson study dapat diselenggarakan oleh kelompok guru-guru suatu distrik atau
diselenggarakan oleh kelompok guru sebidang semacam MGMP di Indonesia. Kelompok
guru dari beberapa sekolah berkumpul untuk melaksanakan lesson study. Lesson study
yang sangat populer di Jepang adalah lesson study yang diselenggarakan oleh suatu
sekolah dan dikenal dengan sebutan konaikenshu yang diambil dari kata konai yang
berarti sekolah dan kenshu yang artinya training. Jadi istilah konaikenshu yang berarti
15
school-based in-service training atau in-service education within the school atau in house
workshop. Di Indonesia digunakan istilah Lesson Study Berbasis Sekolah (LSBS).
(Tedjawati, 2011)

2. Pelaksanaan Lesson Study


Peningkatan mutu pendidikan melalui lesson study dimulai dari tahap plan
(perencanaan) yang bertujuan merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa
dan berpusat pada siswa (student centered), bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Guru-guru MGMP berkumpul dan secara berkolaborasi
dengan tim dosen lesson study berdiskusi dalam rangka membuat perangkat
pembelajaran. Perencanaan diawali dengan menganalisis permasalahan yang dihadapi
pada pembelajaran di dalam kelas. Permasalahan yang dianalisis bisa tentang materi
subjek, pedagogi termasuk metode yang paling tepat untuk mengajarkan konsep tertentu
serta menangani media pembelajaran yang biasanya sangat terbatas di sekolah.
Selanjutnya guru dan dosen mencari solusi dari permasalahan tersebut dan
menuangkannya dalam teaching materials (perangkat pembelajaran). Perangkat
pembelajaran ini meliputi : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS (Lembar
Kerja Siswa), media pembelajaran, metode dan pendekatan pembelajaran dan instrument
evaluasi. Pada kegiatan lesson study ini diarahkan pada prinsip pembelajaran yang berifat
hands-on, minds-on, daily life (dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari) dan local
materials. Pada kegiatan perencanaan juga ditentukan guru yang akan tampil (guru
model) yang akan melaksanakan pembelajaran. Pada tahap perencanaan ini juga
dilakukan uji coba teaching materials, biasanya dilakukan dengan cara peer teaching.
Tahap kedua dalam lesson study adalah Do (pelaksanaan) pembelajaran di dalam
kelas. Setelah perangkat pembelajaran siap digunakan, maka dilakukan pembelajaran di
dalam kelas oleh guru yang sebelumnya ditunjuk berdasarkan kesepakatan guru-guru
MGMP. Tujuan pembelajaran adalah mengujicoba efektivitas model pembelajaran yang
telah dirancang. Guru-guru dari sekolah lain atau dari sekolah yang bersangkutan
bertindak sebagai pengamat (observer) pembelajaran yang berpedoman pada lembar
observasi lesson study. Dosen-dosen tim lesson study dan mahasiswa, serta kepala
sekolah juga melakukan pengamatan dalam pembelajaran tersebut. Kepala sekolah juga
bertindak sebagai pemandu kegiatan ini.
Sebelum pembelajaran dimulai biasanya diawali dengan kegiatan briefing kepada
para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang direncanakan oleh
16
guru model dan mengingatkan bahwa selama pembelajaran berlangsung observer tidak
boleh mengganggu kegiatan pembelajaran dengan cara mengobrol, intervensi kepada
pembelajaran yang sedang berlangsung atau terlalu banyak lalu lalang di dalam kelas.
Observer harus mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran. Fokus pengamatan
ditujukan pada interaksi siswa-siswa, siswa-guru dan siswa-bahan ajar dan siswa-
lingkungan. Dan bukan mengamati bagaimana guru mengajar. Para observer
dipersilahkan mengambil tempat di dalam kelas yang memungkinkan dapat mengamati
aktivitas siswa. Biasanya observer berdiri di sisi kiri atau sisi kanan atau di depan, agar
bisa mengamati ekspresi wajah siswa. Karena melalui ekspresi wajah siswa, observer
akan tahu apakah siswa terlibat dalam pembelajaran, apakah siswa dapat memahami apa
yang dipelajari atau sebaliknya.
Tahap selanjutnya dari kegiatan lesson study adalah See (Refleksi) yang dilakukan
sesaat setelah pembelajaran berlangsung. Kegiatan refleksi ini merupakan kegiatan
diskusi antara guru model, guru-guru pengamat, dosen, serta mahasiswa yang dipandu
oleh kepala sekolah dan fasilitator MGMP. Refleksi diawali dengan penyampaian kesan-
kesan dalam pelaksanaan pembelajaran oleh guru model. Selanjutnya observer diminta
menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran terutama berkenaan
dengan aktivitas siswa. Tentunya, kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak
demi perbaikan pembelajaran selanjutnya. Sebaliknya guru harus dapat menerima
masukan dari observer.
3. Pelaksana Lesson Study dan Letak Pelaksanaan
Lesson study yang merupakan sebuah kegiatan kolaborasi dengan inisiatif
pelaksanaan harusnya secara ideal muncul dari kepala sekolah dan guru. Siapa yang
melakukan kegiatan tersebut sangatlah tergantung pada tipe lesson study yang
dikembangkan. Jika lesson study yang dikembangkan berbasis sekolah, maka orang-
orang yang melakukannya adalah semua guru dari berbagai bidang studi di sekolah
tersebut serta kepala sekolah. Tujuan utama kegiatan lesson study berbasis sekolah adalah
untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa menyangkut semua bidang
studi yang diajarkan. Dalam setiap langkah (plan, do, see) dari kegiatan lesson study guru
berkesempatan melakukan identifikasi masalah pembelajaran, mengkaji pengalaman
pembelajaran yang biasa dilakukan, memilih alternatif model pembelajaran, merancang
RPP, melaksanakan pembelajaran, mengobservasi proses pembelajaran, dan melakukan
refleksi.

17
Tipe lain dari lesson study adalah berbasis MGMP. Guru-guru bidang studi yang
sama di suatu wilayah berkumpul di sekolah tertentu (sekolah center). Guru-guru
tersebut berasal dari beberapa sekolah dan bisa saja pelaksanaan lesson study bergiliran
dari satu sekolah ke sekolah lain. Tata cara pelaksanaan lesson study sama dengan pada
lesson study berbasis sekolah (LSBS) yaitu melalui tahap plan, do dan see. Perbedaannya
hanya pada anggota komunitas yang datang dari berbagai sekolah dengan bidang studi
yang sama. Lesson study tipe ini anggota komunitasnya bisa mencakup satu wilayah, satu
kabupaten atau lebih luas lagi.
Mencermati kedua tipe lesson study di atas pada dasarnya melibatkan sekelompok
orang yang melakukan perencanaan, pelaksanaan dan refleksi (plan, do, see) , secara
bersama-sama sehingga terbentuk learning community (komunitas belajar) yang secara
sinergis diharapkan mampu menciptakan terobosan-terobosan baru dalam mencipakan
pembelajaran inovatif. Dengan cara seperti ini, maka setiap anggota komunitas yang
terlibat sangat potensial untuk mempu melakukan self development sehingga memiliki
kemandirian untuk berkembang bersama-sama dengan anggota komunitas belajar
lainnya.
4. Alasan Memilih Lesson Study
Ada beberapa sebab mengapa dipilih lesson study sebagai sistem pembinaan
profesionalisme guru, diantaranya adalah :
a. Lesson study mendukung implementasi UU No. 14 (2005), tentang Guru dan Dosen
untuk meningkatkan kompetensi pedagogik, profesional, kepribadian dan sosial.
b. Lesson study mendukung implementasi PP No. 19 (2005), SNP Pasal 19 yaitu
Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk aktif, kreatif, mandiri sesuai
bakat, minat dan perkembangan fisik dan psikologis peserta didik.
c. Tidak ada pembelajaran yang sempurna, sehingga akan selalu ada celah untuk
melakukan perbaikan dan inovasi. Lesson study membuat guru menjadi lebih terbuka
menerima masukan guna perbaikan pembelajaran.
d. Lesson study dapat meningkatkan budaya akademik, kemampuan kolaborasi,
kemampuan melakukan evaluasi diri, serta dapat memotivasi guru untuk
mengembangkan inovasi pembelajaran. Selain itu, melalui lesson study guru
dimungkinkan menghasilkan karya ilmiah dan bahan ajar berbasis penelitian.
2.5 Fungsi PKG dan MGMP Dalam Peningkatan Mutu Guru

18
Terdapat beberapa upaya yang dilakukan oleh sekolah dalam meningkatkan
profesionalitas guru diantaranya melalui, kegiatan pelatihan PTK, kegiatan lesson study,
on the job tranning, inservice tranning, magang di DUDI (Dunia Usaha Dunia Industri),
MGMP (Musyawara Guru Mata Pelajaran), dan program guru magang (Wardan, 2020).
PKG (Penilaian Kinerja Guru) dilaksanakan setiap tahun yakni dua kali dalam satu tahun
atau satu kali setiap semester. Hal-hal yang dinilai dalam PKG tersebut perangkat
pembelajaran guru berupa RPP, menilai dari bagaimana cara seorang guru membuka
pembelajaran kemudian proses pengajaran tersebut, metode yang digunakan dalam
pembelajaran, serta alat atau media yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran. Setelah
kegiatan PGK selesai dilaksanakan maka ada tindak lanjutnya yang dilakukan oleh asesor
yakni memberikan saran perbaikan kepada guru bersangkutan berupa catatan-catatan kecil
yang harus diperbaiki oleh guru tersebut (Wardan, 2020).
Penilaian Kinerja Guru (PKG), diterbitkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional
Direktorat Jendral Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada tahun 2010.
(Sutrisno & Abidin, 2014). PKG berfungsi sebagai Pusat Sumber Belajar (PSB), atau secara
umum PKG mempunyai fungsi utama, yaitu untuk menilai kemampuan pengajar pada
penerapan seluruh kompetensi dan keterampilan yang dibutuhkan dalam proses
pembelajaran, pembimbingan, atau aplikasi tugas tambahan yang relevan menggunakan
fungsi sekolah. Dengan demikian, profil kinerja pengajar menjadi gambaran kekuatan dan
kelemahan pengajar akan teridentifikasi dan dimaknai menjadi analisis kebutuhan atau
audit keterampilan untuk setiap pengajar, yang bisa digunakan menjadi dasar untuk
membuat dan merancang PKB (Yasmin & Eliza, 2021)
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan wadah kegiatan professional
bagi para guru mata pelajaran yang sama pada jenjang SMA, baik ditingkat sekolah
maupun pada tingkat kabupaten/kota (Hidayati et al., 2020) Peran MGMP adalah
melaksanakan pengembangan wawasan, pengetahuan, dan kompetensi sehingga memiliki
dedikasi tinggi. Terdapat fungsi MGMP dalam konteks manajemen sekolah adalah sebagai
sarana komunikasi professional para guru pelajaran yang sejenis, memfasilitasi
pengembangan profesionalisme guru, membina MGMP dan wadah pengembangan
profesionalisme lainnya, sebagai sarana pengembangan inisiatif dan inovasi dalam rangka
peningkatan mutu pembelajaran melalui berbagai cara seperti diskusi, seminar, lokakarya
dan mengembangkan akreditasi sekolah (Gunawan & Asrifan, 2020)
Adapun konsep/metode yang digunakan dalam pelaksanaan MGMP bagi guru mata
pelajaran berupa kelompok dari guru bidang studi mata pelajaran yang sama. Kegiatan
19
didalamnya antara lain: ceramah, tanya jawab, diskusi, brainstorming, role playing, kerja
kelompok, simulasi, peragaan, eksperimen, studi dokumen, presentasi, dan metode lain
yang relevan. Agar program MGMP tetap bermutu, maka perlu adanya evaluasi di dalam
program-programnya. Analisis kekuatan dan kelemahan dengan menggunakna Teknik
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) harus selalu di terpakan agara tetap
aktual dengan perkembangan ilmu pembelajaran. MGMP memiliki peranan seperti
mengakomodir aspirasi anggota, mengakomodir aspirasi masyarakat, stake holder dan
siswa, melaksanakan perubahan yang lebih kreatif dan inovatif dalam proses pembelajaran,
dan sebagai mitra kerja Dinas Pendidikan dalam menyebarkan informasi terkait kebijakan
Pendidikan (Najri, 2020)

2.6 Program Peningkataan Kualifikasi guru

Gerakan membaca

Upaya meningkatkan profesionalisme berkelanjutan membaca merupakan salah satu


aktivitas belajar yang efektif untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Dengan membaca
guru dapat memperoleh pengetahuan dengan cepat dan mudah karena tinggal memilih
buku yang akan dibaca, membukanya dan mulai membaca kata-perkata. Oleh karena itulah
membaca semestinya menjadi aktivitas pokok para guru. Membaca dapat memperkaya
pengalaman, mengembangkan daya nalar, mengembangkan kreativitas, memahami diri
sendiri dan orang lain, serta dapat mengembangkan kepribadian. Guru harus didorong
untuk gemar membaca agar mereka senantiasa memperbaharui wawasan dan
pengetahuannya. Dengan membaca akan mampu mengembangkan daya kritis dan kreatif
para guru. Daya kritis dan kreatifitas merupakan aspek yang penting untuk melahirkan
pembelajran yang berkualitas baru. (Hardianto, 2009)

Sertifikasi guru

Diharapkan mampu meningkatkan profesionalisme guru yang berdampak pada


perbaikan kinerja guru. Sertifikasi adalah pemberian sertifikat pendidikan untuk guru.
Sertifikasi merupakan bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan kepada guru dan
dosen sebagai tenaga professional. Dengan demikian, sertifikasi sebagai proses pemberian
pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pendidikan
pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang dirancang untuk
mengungkapkan penguasaan kompetensi seseorang sebagai landasan diadakan sertifikasi

20
guru. Sertifikasi dilaksanakan melalui uji kompetensi yang dilakukan dalam bentuk
penilaian portofolio, yang merupakan pengakuan atas pengalaman professional guru
dalam bentuk penilaian terhadap dokumen-dokumen yang mencerminkan kompetensi.
Sertifikasi merupakan angin segar bagi para guru, karena dengan adanya sertifikat
pendidik, pemerintah menyediakan tunjangan sertifikasi sebesar satu kali gaji pokok,
diharapkan dengan memberikan tunjangan tersebut dapat meningkatkan kinerja guru
kearah yang lebih baik sehingga prestasi siswa meningkat juga. Dengan demikian, jika
kinerja guru dan profesionalisme guru meningkat, selanjutnya dapat dipastikan mutu
pendidikan di Indonesia akan meningkat juga. (Lailatussaadah, 2015)

2.7 Peningkatan Kualifikasi Mandiri


Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang mutlak dimiliki oleh seseorang dalam
setiap bidang profesi yang ditekuninya. Kompetensi merupakan suatu hal yang tidak dapat
dipisahkan dari kegiatan pendidikan dan pengajaran di suatu satuan pendidikan.
Kompetensi merupakan perilaku rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan
sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan. Dengan kata lain, kompetensi dapat dipahami
sebagai kecakapan atau kemampuan. Dengan demikian, kompetensi guru adalah
kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban secara bertanggung
jawab dan layak. Guru sebagai orang yang perilakunya menjadi panutan siswa dan
masyarakat pada umumnya harus dapat mengimplementasikan tujuan-tujuan pendidikan
yang akan dicapai baik dari tataran tujuan nasional maupun sekolah. Secara rinci
mengemukakan tiga jenis kompetensi guru, yakni:

a. Kompetensi profesional, yaitu memiliki pengetahuan yang luas dari bidang studi yang
diajarkannya, memilih dan menggunakan berbagai metode mengajar di dalam proses
belajar mengajar yang diselenggarakannya.

b. Kompetensi kemasyarakatan, yaitu mampu berkomunikasi, baik dengan siswa,


sesama guru, maupun masyarakat luas.

c. Kompetensi personal, yaitu memiliki kepribadian yang mantap dan patut diteladani,
yang berarti seorang guru akan mampu menjadi seorang pemimpin yang menjalankan
peran ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Tidak
semua aspek kemampuan dapat diperoleh oleh guru ketika menuntut pendidikan formal
dilembaga profesi keguruan, bahkan beberapa diantaranya tidak pernah diajarkan di
lembaga pendidikan formal tersebut. Ada kalanya kompetensi yang telah diperoleh itu,

21
tidak sesuai lagi dengan perkembangan atau kebutuhan yang ada setelah menjadi guru.
Di samping itu, sering kali beberapa aspek kemampuan diperoleh melalui usaha sendiri
atau pengalaman ketika telah menjadi guru, dan acap kali beberapa aspek kompetensi
baru bisa dipahami dan dapat dilaksanakan setelah melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan berkelanjutan atau kegiatan pengembangan lainnya. Oleh karena itu, upaya
pengembangan diri guru secara berkesinambungan menjadi amat penting dan menjadi
kebutuhan untuk menuju ke arah pelaksanaan tugas dan tanggung jawab keguruan
secara profesional mandiri.

2.8 Peningkatan Kualifikasi Oleh Pemerintah

Upaya pemerintah untuk meningkatkan guru profesional (Sakti, 2020) dilakukan


dengan cara pemberian UKG (Ujian Kompetensi Guru). Guru-guru harus memiliki
pengalaman dalam mengembangkan pembelajaran inovatif, sehingga soal-soal yang
dibuat dalam UKG dapat dipahami. Ujian yang dilakukan guru pada masa sekarang sudah
menggunakan komputer dan dilakukan secara online. Oleh karena itu, semua guru yang
ingin melakukan UKG diharuskan memahami dan menguasai komputer. Peran semua guru
untuk saling bertemu sangat diharapkan supaya mereka memiliki informasi yang berkaitan
dengan UKG. Guru masih membutuhkan referensi lain untuk memperdalam materi.
Referensi berupa buku juga akan membantu guru untuk memperdalam UKG. Pengawasan
konten negatif yang dicetak di dalam buku menjadi tanggung jawab seorang guru. Selain
itu, upaya pemerintah untuk meningkatkan guru professional dilakukan melalui kegiatan
yang dilembagakan, misalnya PKG (Pusat Kegiatan guru) dan KKG (Kelompok Kerja
Guru). KKG sebagai salah satu wadah profesional guru (baik guru kelas maupun guru mata
pelajaran) yang berada pada suatu wilayah Kabupaten/ Kota/Kecamatan/sanggar/ gugus
sekolah adalah organisasi sekolah nonstruktural yang bersifat mandiri dan berasaskan
kekeluargaan. Kegiatan PKG dan KKG memungkinkan para guru untuk berbagi
pengalaman dalam memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi dalam merancang
program pembelajaran atau lazimnya disingkat RPP dan implementasi pembelajarannya
di sekolah. Guru profesional sebaiknya dipandang sebagai jabatan yang seharusnya
diampu oleh guru, sikap dan professional guru benar-benar terbentuk dalam jabatan ini,
pendidikan prajabatan maupun pendidikan dalam jabatan termasuk penataran, pembinaan
dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan masyarakat terhadap profesi
keguruan, penegakan kode etik profesi, sertifikasi, peningkatan kualitas calon guru,
imbalan, dan sejenisnya secara bersama-sama sangat menentukan pengembangan guru

22
profesional. Semua hal tersebut membutuhkan tanggung jawab dari guru. Tanggung jawab
guru sekolah dasar tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik dan pada saat yang sama
bertindak sebagai panduan yang memberikan arahan dan membimbing siswa dalam
belajar. (Sakti, 2013)

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penjelasan yang sudah dipaparkan dalam makalah ini maka
dapat diambil kesimpulan mengenai Program Pembinaan Guru. Bahwa program
pembinaan guru ialah suatu proses yang diberikan oleh seorang ahli kepada tenaga
pendidik/ seorang guru agar memiliki kualitas pengajaran yang baik dan mampu mengatasi
permasalahan yang terjadi dalam kelas, dengan melakukan peningkatan kualitas terhadap
seorang pendidik, maka dapat menciptakan sumber daya manusia yang unggul.

Dalam pelaksanaan program pembinaan guru terdapat seseorang yang memiliki


wewenang atas pelaksanaan program pembinaan guru yaitu Direktur jendral, ia yang
memiliki dalam pembinaan guru, dan menetapkan petunjuk teknis pelaksanaan progam
pembinaan guru. Terdapat Supervisor akademik yang akan memberikan pelatihan,
menilai, dan memberikan masukan terhadap guru yang berkaitan.

Program peningkatan kompetensi guru. Kompetensi merupakan pemilikan


pengetahuan, keterampilan, kecakapan atau kemampuan sebagai seorang guru dalam
menentukan atau memutuskan sesuatu berdasarkan kekuasaan yang dimilikinya agar
proses pembelajaran berjalan dengan baik. Kompetensi guru meliputi Kompetensi
Pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Program peningkatan kompetensi guru seperti contextual teaching and learning, diklat
multimedia, diklat sekolah berstandar nasional, dan bintek kepala sekolah. Kemudian
terdapat juga seminar, workshop, dan lokakarya yang dapat meningkatkan kompetensi
guru.

Terdapat sistem pembinaan profesional, yang dipandu oleh supervisor. Upaya untuk
meningkatkan kemampuan profesional guru memerlukan pemahaman. Dengan melakukan
sistem pemninaan profesionalisme guru dilakukan dengan Lesson Study. Lesson Study
yaitu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara
kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning
untuk membangun komunitas belajar. Lesson Study dilaksanakan dengan planing do see.

Terdapat fungsi PKG dan MGMP. PKG secara umum memiliki fungsi untuk menilai
kemampuan pengajar pada penerapan seluruh kompetensi dan keterampilan yang

24
dibutuhkan dalam pembelajaran. Sementara MGMP memiliki fungsi sebagai sarana
komunikasi profesional para guru, sebagai saana pengembangan inovatif dan inisiatif
dalam rangka peningkatan mutu pembelajaran melalui berbagai diskusi.

Program peningkatan kualifikasi guru, dilakukan dengan gerakan membaca dan


memberikan sertifikasi guru. Peningkatan kualifikasi secara mandiri dengan
mengembangkan kompetensi profesional, kompetensi kemasyarakatan, dan kompetensi
personal. Peningkatan Kualifikasi oleh pemerintah dilakukan dengan malaksanakan UKG
(Ujian Kompetensi Guru) selain itu melakukan berbagai kegiatan yang dilembagakan
seperti PKG (Pusat Kegiatan Guru) dan KKG (Kelompok Kerja Guru).

25
DAFTAR PUSTAKA

Apriliani, F. (2022). STRATEGI PROGRAM PEMBINAAN SEBAGAI UPAYA


MENINGKATKAN ETOS KERJA GURU DI SEKOLAH DASAR UMP DUKUHWALUH
PURWOKERTO PROGRAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM.

Danumihardja, M. (2005). PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL CALON GURU


MELALUI PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN. Jurnal Pendidikan Dan
Budaya, 116.

Darling-Hammond, L. (2006). Constructing 21st-century teacher education. Journal of


Teacher Education, 57(3), 300–314. https://doi.org/10.1177/0022487105285962

Esti, D. (n.d.). PROGRAM PENINGKATAN MUTU GURU BERBASIS KEBUTUHAN.


Manajemen Pendidikan, 23.

Fitri, E., & Afriansyah, H. (2019). Konsep Dasar Supervisi Pendidikan. Journal Administrasi
Supervisi Pendidikan, 12(1), 33–54.
http://ojs.bpsdmsulsel.id/index.php/sipatokkong/article/view/28/15%0Ahttps://ojs.bpsd
msulsel.id/%0Ahttps://ejournal.unib.ac.id/index.php/manajerpendidikan/article/viewFile
/1169/977%0Ahttp://www.ejournal.undaris.ac.id/index.php/waspada/article/view/174

Gunawan, G., & Asrifan, A. (2020). Penerapan Kerja Kelompok Kegiatan MGMP Guru
Ekonomi dalam Menyusun RPP untuk Meningkatkan Kompetensi Pedagogik. Celebes
Education Review, 2(1), 31–36. https://doi.org/10.37541/cer.v2i1.318

Handayani, P. (2019). Supervisi Pendidikan. www.cvalfabeta.com

Hardianto, D. (2009). Pendidikan guru dan upaya meningkatkan profesionalisme guru.


Seminar Nasional IPTPI, 1(November), 1–10.

Hidayati, S., Noor, I. H. M., Sabon, S. S., Joko, B. S., & Wijayanti, K. (2020). Peran
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran
di SMA.

Lailatussaadah, L. (2015). Upaya Peningkatan Kinerja Guru. Intelektualita, 3(1), 243106.

Marlina, L. (2016). Kajian Sistem Pembinaan Profesional Guru IPA. Jurnal EduFisika,
01(02), 25–32.

Musfiqon, M. (2019). Pengembangan Program Pembinaan Profesi Dosen Dalam

26
Meningkatkan Mutu Pendidikan Tinggi. I’Tibar, 7(13), 133–149.

Naibaho, J. D. (2018). PEMBINAAN CLCK ( CONTOH , LATIHAN , CONTROL , KERJA


MANDIRI ) DALAM PROGRAM PROGRAM KERJA GURU UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI GURU SMP NEGERI 3 HARIAN DI KABUPATEN
SAMOSIR. 6, 102–107.

Najri, P. (2020). MGMP DALAM MENINGKATKAN KEPROFESIONALAN GURU


MATA PELAJARAN. Jurnal Penelitian Sosial Dan Keagamaan, 10(Juni), 130–144.

Pemerintah Indonesia. (2004). Presiden Republik Indonesia Keputusan Presiden Republik


Indonesia.

Permendikbud. (2018). Permendikbud Beban Kerja Guru Kepala Sekolah. Journal of


Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

Raka, D. K. (2020). Penerapan Program Pembinaan Kedisiplinan Dalam Proses Pembelajaran


Untuk Meningkatkan Etos Kerja Mandiri Guru Di SD Negeri 1 Nyalian. Daiwi Widya,
07(1), 56–67. https://ejournal.unipas.ac.id/index.php/DW/article/view/237

Resmini, W. (2010). Pembinaan Kemampuan Profesional Guru Melalui Kelompok Kerja


Guru (Kkg). Journal GaneÇ Swar, 4(1), 59–62. file:///C:/Users/DELL/Downloads/diklat
kkg.pdf

Riyati, siti. (2007). Sistem Pembinaan Profesional Guru Pendidikan IPA Melalui Lesson
Study. Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia, 4.

Sakti, B. P. (2013). Peran Pemerintah Daerah, LPMP dan P4TK Dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru. Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan, 19(4), 579.
https://doi.org/10.24832/jpnk.v19i4.311

Sakti, B. P. (2020). Upaya Peningkatan Guru Profesional Dalam Menghadapi Pendidikan Di


Era Globalisasi. Attadib: Journal of Elementary Education, 4(1), 74.
https://doi.org/10.32507/attadib.v4i1.632

Sallis, E. (2007). Total Quality Management in Education. Manajemen Mutu Pendidikan.


IRCISod.

Satori. (1989). Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar. Disertasi Doktor PPS.

Slameto, S. (2016). Supervisi Pendidikan Oleh Pengawas Sekolah. Kelola: Jurnal

27
Manajemen Pendidikan, 3(2), 192. https://doi.org/10.24246/j.jk.2016.v3.i2.p192-206

Sudjana, N. (2006). STANDAR MUTU PENGAWAS DEPARTEMEN. Biotechnologia


Aplicada, 23(3), 202–210.

Sutrisno, & Abidin, Z. (2014). Kata kunci:penilaian kinerja, mutu guru. Research and
Development Journal of Education, 1(01).

T Irwansyah, T. I. (2020). Upaya Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru Dalam


Menyusun Laporan Penelitian Tindakan Kelas Melalui Model Pembinaan CLCK
(contoh, latihan, control, kerja Mandiri) berbasis mentoring SMA Negeri 1 Panga.
Jurnal Pendidikan Dan Pengabdian Vokasi (JP2V), 1(3), 279–288.
https://doi.org/10.32672/jp2v.v1i3.2292

Tedjawati, J. (2011). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Lesson Study. Jurnal


Pendidikan Dan Kebudayaan, 17(4), 480.

TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa
Indonesia (Jakarta, B. P. (2017). UPAYA PEMBINAAN GURU DALAM
MELAKSANAKAN MANAJEMEN KELAS. TIM Penyusun Kamus Pusat Pembinaan
Dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta, Balai Pustaka),
1(1), 20–46.

Tyasmaning, E. (2019). IMPLEMENTASI PROGRAM PENINGKATAN MUTU GURU


BERBASIS KEBUTUHAN DI SMA DAN SMK SUNAN KALIJOGO JABUNG.
Jurnal Akademika, 1(3), 17–34.

Wardan, K. (2020). Pembinaan Mutu Guru melalui Program Penilaian Kinerja Guru (PKG)
di SMK Negeri 1 Sangatta Utara. Jurnal Al-Rabwah, XIV(2), 189–204.

Wicaksana, M. F. (2013). PROGRAM GURU AYO MENULIS !!! UPAYA


PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU. Jurnal Terapan Abdimas.

Yasmin, N. S., & Eliza, D. (2021). Kegiatan PKG untuk Guru PAUD. Jurnal Pendidikan
Tambusai, 5, 2764–2768.

28

Anda mungkin juga menyukai