REKAYASA PROSES
ACARA 3
LAJU TRANSFER MASSA UAP SELAMA PROSES PENGERINGAN
Oleh
Enggar Lantang Mahendra (201710301040)
Asisten Praktikum:
1. Sheila Fanesha Praditya (191710301037)
2. Triana Oktaviani Nurhardiningsih (191710301051)
PENDAHULUAN
Pada proses pengeringan terjadi proses transfer massa uap air dan
pengurangan kadar air, dimana semakin tinggi suhu yang digunakan pada proses
pengeringan maka semakin tinggi kadar air yang berkurang dan pada saat proses
pengeringan waktu yang dibutuhkan semakin cepat dan juga sebaliknya. Pada
proses pengeringan terjadi transfer massa uap air dimana pada proses pengeringan
kandungan air yang ada di bahan akan mengalami penguapan sehingga
kandungan air yang ada pada bahan akan berkurang (Martunis, 2012). Oleh
karena itu pada pembasahan kali ini kita akan membahas terkait proses
pengeringan pada ubi kayu dengan tujuan untuk menganalisis sifat-sifat
termodinamika dan pengaruh dari laju massa transfer massa uap air selama
pengeringan.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Massa
Massa jenis (𝜌) didefinisikan sebagai perbandingan antara massa zat dan
volumenya. Nilai massa jenis suatu zat adalah tetap, tidak tergantung pada massa
maupun volume zat, tetapi tergantung pada jenis zatnya. Oleh karena itu, zat yang
sejenis selalu mempunyai masssa jenis yang sama. Satuan massa jenis adalah
kg/m3 atau g/cm3, jenis zat dapat diketahui dari massa jenisnya. Massa jenis suatu
zat sangat penting pengaruhnya, terlebih pada sektor industri. Pada sektor industri
otomotif, bahan kendaraan bermotor tidak lagi menggunakan logam seperti zaman
dahulu. untuk sekarang bahan kendaraan bermotor menggunakan fiberglass. Salah
satu penerapannya adalah pada mobil formula 1 yang menggunakan fiberglass,
agar lebih ringan dan lentur. Begitu juga motor sekarang menggunakan fiberglass
dalam bagian tertentu. Pengukuran massa benda dilakukan dengan alat yang
disebut neraca dan tiap – tiap alat mempunyai ketelitian. Pada umumnya
pengukuran massa dilakukan secara perbandingan. Pada praktikum masssa jenis
ini, alat yang digunakan untuk mengukur massa suatu benda adalah neraca Ohauss
dan Electronic Balance. (Rahayuningtyas & Kuala, 2016)
Pada proses pengeringan memiliki kaitan erat dengan pinsip laju transfer
massa uap air dimana laju transfer massa uap air merupakan sebuah kelajuan
dimana nilai laju transfer massa uap air didapatkan dari pembagian jumlah air
yang diuapkan dengan waktu yang dibutuhkan selama proses pengeringan
berlangsung. Massa uap air diperoleh dari pengurangan massa awal dan massa
akhir dimana pada proses tersebut terjadi pengurangan nilai massa hal ini
dikarenakan terjadi proses transfer massa uap air pada proses pengeringan. Laju
transfer massa uap air dipengaruhi oleh beberapa dua faktor diantaranya yaitu
faktor yang pertama berhubungan dengan udara pengering seperti suhu, kecepatan
udara, kelembapan, dan faktor yang kedua berhubungan dengan bahan yang
dikeringkan seperti ukuran bahan (ketebalan bahan), kadar air bahan. Selain itu
juga dipengaruhi oleh porositas bahan (Dwika & Soedarto, 2012).
2.3 Pengeringan
Ubi kayu (Manihot utilissima) yang juga dikenal sebagai ketela pohon
atau singkong adalah pohonan tahunan tropika dan subtropika dari keluarga
Euphorbiaceae. Umbinya dikenal luas sebagai makanan pokok penghasil
karbohidrat dan daunnya sebagai sayuran. Umbi ubi kayu yang rasanya manis
menghasilkan paling sedikit 20 mg HCN per kilogram umbi akar yang masih
segar (Soetanto, 2001). Mutu ubi kayu sangat dipengaruhi jenis, umur, tempat
tumbuh, perawatan dan pemupukan pada masa budidaya. Umur ubi kayu yang
telah siap panen kurang lebih 7-9 bulan. Umur simpan ubi kayu atau ubi kayu
segar relatif pendek, untuk itu ubi kayu diolah menjadi gaplek, tepung tapioka,
oyek, tape, peuyeum, keripik ubi kayu dan lain-lain agar umur simpan lebih lama
(Koswara, 2013). Sebagian besar komponen dari ubi kayu adalah karbohidrat,
hal ini menyebabkan ubi kayu disebut pengganti beras karena mempunyai
manfaat yang hampir sama dengan sumber energi.
Komposisi kimia ubi kayu atau ubi kayu dapat dilihat dari Tabel berikut.
Dibawah ini adalah syarat mutu Air Minum menurut SNI 01-3553 2006
Air memiliki kapasitas panas spesifik 4,18 J (atau 1 kalori / gram ° C). Ini
adalah nilai yang jauh lebih tinggi dari kebanyakan zat lain, yang membuat air
sangat baik pada mengatur suhu.
BAB 3.
METODOLOGI PENELITIAN
0 300 300
1 268 276
2 236 252
0,5 10 10 20 20
1 22 14 22 14
1,5 16 12 10,67 8
2 16 12 8 6
BAB 5.
PEMBAHASAN
0 300 300
1 268 276
2 236 252
300
250
200
150
100
50
0
0 0.5 1 1.5 2
Berdasarkan data yang didapat nilai massa pada ubi kayu Rajang dan ubi
kayu parut mengalami penurunan seiring dengan semakin lama proses
pengeringan, hal ini dikarenakan pada proses pengeringan terjadi pengurangan
kadar air dimana kadar air memiliki hubungan dengan massa atau berat suatu
benda nantinya, menurut (Nugroho et al., 2012) yang menyatakan bahwasannya
pada proses pengolahan bahan pangan dengan penggunaan panas maka akan
berdampak terhadap turunnya presentase dari kadar air dan didukung oleh
pernyataan dari (Manfaati et al., 2019) yang menyatakan bahwasannya
pengeringan dengan menggunakan oven dapat mengurangi kadar air dalam jumlah
yang besar dengan membutuhkan waktu yang singkat. Oleh karena itu, yang
terjadi pada proses pengeringan ialah semakin lama waktu yang dibutuhkan untuk
melakukan proses pengeringan maka semakin banyak juga kandungan air yang
ada pada bahan tersebut berkurang.
Waktu Jumlah Air Yang Diupakan Laju Transfer Massa Uap Air
Pengeringa
n (Gram) (Gram H20/Jam)
0,5 10 10 20 20
1 22 14 22 14
1,5 16 12 10,67 8
2 16 12 8 6
15 14
10.67
10 8
8
5 6
0
0,5 1 1,5 2
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Nilai massa pada ubi kayu Rajang dan ubi kayu parut mengalami
penurunan seiring dengan semakin lama proses pengeringan, hal ini
dikarenakan pada proses pengeringan terjadi pengurangan kadar air
dimana kadar air memiliki hubungan dengan massa atau berat suatu benda
nantinya.
2. Lama pengeringan menentukan lama kontak bahan dengan panas. Karena
sebagian besar bahan pangan sensitif terhadap panas maka waktu
pengeringan yang digunakan harus maksimum, yaitu kadar air bahan akhir
yang diinginkan telah tercapai dengan lama pengeringan yang pendek.
Pengeringan dengan suhu yang tinggi dan waktu yang pendek dapat lebih
menekan kerusakan bahan pangan dibandingkan dengan waktu
pengeringan yang lebih lama dan suhu lebih rendah.
6.2 Saran
Adapun saran yang bisa saya sampaikan yaitu agar kedepannya seluruh
mahasiswa dapat melakukan praktikum secara offline.
DAFTAR PUSTAKA
Dwika, R. T., & Soedarto, J. P. (2012). Pengaruh Suhu dan Laju Alir Udara
Pengering Ngaruh Suhu dan Laju Alir Udara Pengering pada Pengeringan
Karaginan Menggunakan Teknologi Spray Dryer. Jurnal Teknologi Kimia
Dan Industri, 1(1).
Manfaati, R., Baskoro, H., & Rifai, M. M. (2019). Pengaruh Waktu dan Suhu
terhadap Proses Pengeringan Bawang Merah menggunakan Tray Dryer.
FLUIDA, 12(2). https://doi.org/10.35313/fluida.v12i2.1596
Soetanto. 2001. Pengolahan Singkong. Jakarta : Balai Pustaka dan Media Wiyata.
LEMBAR ACC
LAMPIRAN GAMBAR
Kupas Pencucian
Parut Timbang