Anda di halaman 1dari 4

Hipertofik atau Hiper-eutrofik (terjadi Eutropikasi) dan Karakteristiknya

Danau hipertrofik adalah danau yang telah mengalami eutrofikasi. Danau


ini memiliki konsentrasi nutrien tinggi, produksi biomassa tinggi, transpirasinya
sangat rendah, dan kekurangan oksigen. Effendi (2012:38) berpendapat bahwa
“hiper-eutrofik yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan produktivitas primer
sangat sangat tinggi”. Permen LH Nomor 28 tahun 2009 (dalam Indriani dkk,
2016:262) menyebutkan bahwa hipereutrof atau hipertrof adalah status trofik air
danau dan/atau waduk yang mengandung unsur hara dengan kadar sangat tinggi,
status ini menunjukkan air telah tercemar berat oleh peningkatan kadar Nitrogen
dan Fosfor. Jadi, hipertrofik atau hipereutrofik adalah status trofik danau atau
waduk yang memiliki konsentrasi nutrien sangat tinggi (unsur hara sangat tinggi),
produksi biomasa sangat tinggi (produktivitas primer sangat tinggi), transpirasi
sangat rendah, dan kekurangan oksigen (kondisi anoksik). Karakteristik yang
membedakan danau hipertofik dengan ketiga danau sebelumnya yaitu:

Tabel 01. Tingkat Kesuburan Danau berdasarkan Kadar Fosfor, Klorofil,


Kecerahan, dan Saturasi (Kadar) Oksigen

Status Fosfor Kadar Kadar Nilai Nilai Saturasi


Total Rata- Klorofil Rata- Kecerah (Kadar)
(mg/m Rata Maksimu Rata an Oksigen
3
) Tahuna m Tahunan Minimu Minimu
n (mg/m3) Kecerah m m
Klorofi an (m)
l
(mg/m3
)
Ultraoligotrof 4 1 2,5 12 6 < 90
ik
Oligotrofik 10 2,5 8 6 3 < 80
Mesotrofik 10-35 2,5-8 8-25 6-3 3-1,5 40-89
Eutrofik 35-100 8-25 25-75 3-1,5 1,5-0,7 40-0
Hipertrofik 100 25 75 1,5 0,7 10-0
Mufidah dkk (2016) berpendapat bahwa “eutrofikasi adalah proses
pengayaan nutrien dan bahan organik dalam jasad air”. Sejalan dengan hal
tersebut, Welch dan Lindell (dalam Soeprobowati, 2010) menyatakan bahwa
eutrofikasi adalah proses pengkayaan perairan terutama oleh nitrogen dan fosfor,
tetapi juga elemen lainnya seperti silicon, potassium, kalsium, dan mangan yang
menyebabkan pertumbuhan tidak terkontrol dari tumbuhan air yang dikenal
dengan istilah blooming. Jadi, eutrofikasi adalan proses pengkayaan perairan
(terutama oleh nitrogen dan fosfor).
Morse et. al. (dalam Mufidah dkk, 2016) menyatakan bahwa sumber
fosfor penyebab eutrofikasi 10% berasal dari proses alamiah di lingkungan air itu
sendiri (background source), 7% dari industri, 11% dari detergen, 17 % dari
pupuk pertanian, 23% dari limbah manusia, dan yang terbesar 32% dari limbah
peternakan. Purnama (2016) berpendapat bahwa “eutrofikasi dapat disebabkan
oleh beberapa hal, diantaranya karena ulah manusia yang tidak ramah lingkungan
dan adanya emisi nutrisi dan industri. Lebih lanjut, Purnama (2016) menyatakan
bahwa pemasukan nitrat dan fosfat pada kadar tertentu yang melebihi baku mutu
dapat menyebabkan pencemaran sehingga menurunkan kualitas air. Mufidah dkk
(2016) menyatakan bahwa ada 2 cara umum yang dilakukan untuk menanggulangi
eutrofikasi yaitu attacking symtoms (mencegah pertumbuhan vegetasi penyebab
eutrofikasi dan menambah atau meningkatkan oksigen terlarut dalam air), dan
getting the root cause (mengurangi nutrien dan sedimen berlebih yang masuk ke
dalam air).
Upaya-Upaya Mempertahankan Air Danau

Upaya-upaya mempertahankan air danau sebenarnya dimulai dengan


usaha atau upaya untuk melestarikan danau itu sendiri melalui konservasi.
Nusantari (2010) menyatakan bahwa upaya-upaya itu antara lain: 1)
penanggulangan penggundulan hutan dan penghijauan hutan di daerah aliran
sungai sekitar danau, 2) perbaikan DAS (Daerah Aliran Sungai) Danau, 3)
pengerukan endapan lumpur dan memangkas gulma air, 4) pengerukan danau bila
terjadi sedimentasi berat, 5) pengembangan rencana induk proyek pengelolaan
sumber daya air terpadu. Dalam hal ini, diperlukan peran serta pemerintah (pusat
dan daerah), perguruan tinggi, LSM, dan pendekatan masyarakat agar berperan
langsung (Nusantari, 2010).

Daftar Pustaka
Effendi, H. 2012. Telaah Kualitas Air, Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingku-

ngan Perairan. Yogyakarta: Kanisius.

Indriani, W., S. Hutabarat, dan C. A’in. 2016. Status Trofik Perairan Berdasarkan

Nitrat, Fosfat, dan Klorofil-a Di Waduk Jatibarang, Kota Semarang. Dipo-

negoro Journal Of Maquares. 5(4):258-264.

Masaroh, H., dan W. F. N. Maretta. 2015. “Sifat dan Karakteristik Danau”. Dalam

https://www.academia.edu/18039792/PRESENTASI_LIMNOLOGI_KE

LOMPOK_II_DANAU. Diunduh 22 Desember 2019.

Mufidah, A., A. Diah, F. Fadhilla, M. W. Lazuardi, M. M. Mustofa, R. Purwadani.

2016. “Pencemaran Perairan (Eutrofikasi pada Perairan Akibat Kandungan

N dan P Berlebih). Dalam


https://www.academia.edu/29199214/Eutrofikasi

_pada_Perairan_Akibat_Kandungan_N_dan_P_Berlebih. Diunduh 22 De-

sember 2019.

Nusantari, E. 2010. Kerusakan Danau Limboto dan Upaya Konservasi Melalui

Pemberdayaan Masyarakat dan Peran Perguruan Tinggi. Jurnal Pendidikan

Biologi. 1(2): 1-22.

Purnama, S. G. 2016. “Modul (Eutrofikasi dan Dampak Bagi Lingkungan Sekitar:

Kasus di Danau Buyan)”. Dalam https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_

pendidikan_dir/709b742452689603766de55dc8a115f0.pdf. Diunduh 22

Desember 2019.
Soeprobowati, T. R., dan S. W. A. Suedy. 2010. Status Trofik Danau Rawapening

dan Solusi Pengelolaannya. Jurnal Sains & Matematika (JSM). 18(4):158-

169

Anda mungkin juga menyukai